Anda di halaman 1dari 13

KEGIATAN BELAJAR 3

IMAN KEPADA KITAB DAN RASUL ALLAH

A. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Dalam kegiatan belajar ketiga mengenai Iman kepada Kitab dan Rasul Allah
ini, Saudara diharapkan mengetahui dan memahami hakikat iman kepada kitab-
kitab Allah dan para rasul Allah, dalil-dalilnya dan hikmah-hikmahnya. Di
samping itu, mampu menganalisis dan mengkontekstualisasikannya di dalam
kehidupan beragama secara moderat.

B. Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Secara terperinci capaian pembelajaran mata kegiatan ketiga ini, sebagai
berikut:
1. Menelaah hakikat iman kepada kitab dan rasul Allah.
2. Menjelaskan pengertian iman kepada kitab dan rasul Allah.
3. Menyebutkan dalil-dalil iman kepada kitab dan rasul Allah.
4. Mengidentifikasi perilaku moderat yang meancerminkan iman kepada
kitab dan rasul Allah di dalam kehidupan beragama.

C. Uraian Materi
1. Iman kepada Kitab Allah
a. Pengertian Iman kepada Kitab Allah
Kitab dalam bahasa Arab dengan bentuk pluralnya kutub, merupakan
bentuk mustaq dari kata kerja kataba yang memiliki arti dhommu syain ba‘dahu ila
ba‘din (mengumpulkan suatu sebagiannya dengan bagian lainnya) atau khatha
(menulis). Yang dimaksud dengan kitab dalam pembahasan iman kepada kitab
Allah mendekati makna aslinya, sehingga iman kepada kitab Allah diartikan
dengan “iman kepada segala sesuatu yang dikumpulkan atau ditulis dalam
kitab yang diturunkan Allah kepada para nabi-Nya.”
Ada empat kitab yang telah diturunkan oleh Allah kepada para rasul-
Nya, yaitu:
1. Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Dawud a.s.
2. Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa a.s.

41
3. Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa a.s.
4. Kitab Al-Qur‘an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
Di samping kitab-kitab tersebut, ada yang dinamakan shuhuf
(lembaran-lembaran), yaitu yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim a.s dan Nabi
Musa a.s. Dengan demikian iman kepada kitab-kitab Allah dapat diartikan pula
meyakini bahwa semua kitab-kitab tersebut adalah wahyu Allah yang
diturunkan kepada para nabi dan rasul-Nya.
Iman kepada kitab-kitab sebelum Al-Qur’an cukup iman secara ijmali
(global) saja, yaitu mengimani bahwa kitab-kitab itu adalah wahyu yang
diturunkan dari Allah tanpa dituntut memiliki kitabnya, mengetahui isinya
atau mengamalkan ajarannya. Sementara iman kepada Al-Qur’an tidak cukup
secara ijmali, tetapi harus secara tafshili (terperinci), yaitu mengimani seluruh
petunjuknya. Kita dituntut untuk membacanya, mengetahui isinya,
mengamalkan isi kandunganya dan juga dituntut mendakwahkannya,
menyampaikan isi kandungannya agar pesan-pesan Al-Qur’an sampai kepada
seluruh umat manusia (Aceng Zakaria, 2008: 50).
Hal yang terpenting bagi kita berkenaan dengan iman kepada kitab
Allah ini adalah memiliki keyakinan bahwa Al-Qur’an adalah merupakan
kalamullah (perkataan Allah), bukan perkataan manusia, misalnya perkataan
nabi atau para sahabat dan bukan pula diciptakan, misalnya dibuat oleh
seseorang atau dibuat oleh sekelompok orang. Selain itu kita juga harus
meyakini bahwa kalamullah itu adalah qadim dalam arti Allah tidak pernah
tidak berkata-kata atau bisu dan karena itu Al-Qur’an adalah baru dalam arti
sebelum Al-Qur’an ada kalam-kalam Allah yang lain dan demikian pula
setelahnya.

b. Hukum Iman kepada Kitab Allah


Hukum beriman kepada kitab Allah adalah wajib, karena
mengingkarinya bisa merusak keimanan. Dasar-dasar iman kepada kitab Allah
dapat kita pahami dari firman Allah dalam Al-Qur‘an dengan beberapa
bentuknya yang sekaligus merupakan dalil iman kepada kitab-kitab Allah,
antara lain:

1) Allah mengabarkan bahwa Allah telah menurunkan kitab kepada


utusan-Nya. QS. Al Baqarah: 213;

42
َ َ َ َ َ ً َ َ ً َُّ ُ َّ َ َ
َ ُ ْ َْ ْ
َ ‫النبي ْي َ َ ُم َيشر ْي َن َو ُم ْنذر ْي َن َوأ ْن َز َل َم َع ُه ُم الك َت‬
َّ ُ
َ ‫اب ِبالح ِق ِل َيحك َم َب ْي‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ‫اهلل‬ ‫ث‬ ‫احدة فبع‬ ِ ‫كان الناس أمة و‬
ُ
َ َ َ ْ ُ َ ْ َ ً ْ َ ُ َ َ ْ ُ ُ ْ َ َ َ ْ َ ْ ُ ْ ُ ْ َ ْ َّ َّ ْ َََ ْ ََُ ْ َ َّ
‫اس ِف ْيما اختلف ْوا ِف ْي ِه َو َما اختلف ِفي ِه ِإلا ال ِذين أوتوه ِمن بع ِدما جائتهم الي ِينات بغيا بينهم فهدى‬ ِ ‫الن‬
َ َْ َ َّ
َ
:‫ (البقرة‬.‫اط ُّم ْست ِق ْي ٍم‬ ُ ََ ْ َ ْ ْ َ ُ َ ْ ْ ْ ُ َ َ ْ َ ْ ُ َ َْ ُ
ٍ ‫اهلل ال ِذين آمنوا ِلما اختلفوا ِفي ِه ِمن الح ِق ِب ِإذ ِن ِه واهلل يه ِدي من يشاء ِإلى ِص َر‬

)213

“Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para Nabi, sebagai
penyampai kabar gembira dan pemberi peringatan. Dan Allah menurunkan bersama
mereka kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara
manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Dan yang berselisih hanyalah
orang-orang yang telah diberi (kitab), setelah bukti-bukti yang nyata datang kepada
mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka dengan kehendak-Nya
Allah memberi petunjuk kepada orang-orang yang beriman tentang kebenaran
yang mereka perselisihkann. Dan Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia
kehendaki ke jalan yang lurus.” (Q.S. Al-Baqarah: 213)

2) Perintah langsung agar beriman kepada Kitab Allah, QS. An-Nisa: 136;
ُ َ َ َْ َّ َ ْ َّ َّ َ
‫اب ال ِذ ْي ان َزل ِم ْن ق ْبل َو َم ْن‬ ‫ت‬‫ك‬ ‫ال‬ َ ‫َيا أيُّ َها الذيْ َن آ َم ُن ْوا آم ُن ْوا باهللِ َو َر ُس ْولِه َوك َتاب ِه الذ ْي َنَّز َل َع َلى َر ُس ْولِه‬
‫و‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ً َ َ َّ َ ْ َ َ ْ ْ ْ ُ َ ْ
ً
)136 :‫ (النساء‬.‫لآخ ِر فقد ضل ضلالا َب ِع ْيدا‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫و‬ َ ‫َّيك ُف ْر باهللِ َو َملاَئكت ِه َوك ُتب ِه َو ُر ُسله َوا‬
‫لي‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah
turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-
Nya, kitab-kitab- Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya
orang itu telah sesat sejauh-jauhnya”. (QS. An-Nisa: 136)

3) Allah memberitahukan bahwa iman kepada kitab Allah adalah


kebaikan. QS. Al- Baqarah: 177;
َ َ ْ ْ ْ ْ َ
َ َ َ َ َ َ ْ َ َّ ْ َّ َ ْ َْ َ ْ َ ْ َ َ ْ ُ َ ْ ُ ُ ْ ُّ َ ُ ْ َّ ْ َ ْ َ
‫لآخ ِر والملا ِئك ِة‬ ِ ‫لكن ال ِبر من آمن ِباهللِ واليو ِم ا‬ ِ ‫ليس ال ِبر أن تولوا وجوهكم ِقبل المش ِر ِق والمغ ِر ِب و‬
َ ْ َ َ َ َْ َ ْ ُ ْ َ ُ َ َ َ َ ْ ْ َ َ َ ْ َّ َ َ َْ
‫الس ِائ ِل ْي َ َو ِفى‬
َّ ‫السي ْيل َو‬َّ ‫امى َوال َم َساك ْي َ َ َو ْاب َن‬ ‫ت‬ ‫لي‬ ‫ا‬‫و‬ ‫ى‬ ‫ب‬ ‫ر‬‫لق‬‫ا‬ ‫ى‬ ‫و‬‫ذ‬ ‫ه‬ ‫ب‬ ‫ح‬ ‫ى‬‫ل‬ ‫ع‬ ‫ال‬ ‫م‬ ‫ال‬ ‫ى‬ ‫آت‬‫و‬ َ ‫ي‬ ‫ي‬‫ب‬ ‫الن‬ ‫و‬ ‫اب‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ِ ‫لك‬‫ت‬ ِ ‫وا‬
َ ْ َ
َ ْ َ َّ َّ َ َ َ َ ْ َّ َ ْ ُ َ َ َ ْ ْ َ َ ْ ُ ْ ُ ْ َ َ َ َّ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ
َ ‫اب وأقام الصلاة وآتى الزكاة والموفون ِبعه ِد ِهم ِإذا عاهدوا والص ِاب ِرين ِفى البأس ِاء والضر ِاء و ِحي‬ ِ ‫الرق‬ ِ
َ ُ َّ ْ ُ َ ُ َّ ُ َْ ْ
)177 :‫(البقرة‬.‫ولئك ه ُم ال ُمتق ْون‬ َ ْ ُ َ َ َْ َ
ِ ‫ولئك ال ِذين صدقوا وأ‬ ِ ‫البا ِس أ‬

43
“Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu kea rah timur dan ke barat, akan
tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari akhirat,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi, dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang
dalam perjalanan (musafir) peminta-minta dan untuk (memerdekakan) hamba
sahaya, dan mendirikan shalat, menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati
janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan,
penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar
(imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. Al-Baqarah: 177)
Allah memberitahukan bahwa nabi dan orang mukmin beriman
kepada kitab Allah. QS. Al-Baqarah: 285;
ُُ ُ
ََ َ ُ َُ َ َ َ َ ‫الر ُس ْو ُل ب َما أ ْنز َل إ َل ْيه م ْن َّربه َو ْال ُم ْؤم ُن ْو َن ُك ٌّل‬
‫آم َن ِباهللِ َو َملا ِئك ِت ِه َوكت ِب ِه َو ُر ُس ِل ِه لا نف ِرق َب ْي َ اح ٍد‬ ِ ِِ ِ
ِ ِ ِ ِ
َّ ‫آم َن‬
َ

ْ َ َ َ َّ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ َ ْ ُ َ
)285 :‫ (البقرة‬.‫ِم ْن ُّر ُس ِل ِه َوقال ْوا َس ِمعنا َواطعنا غف َرانك َربنا َو ِإل ْيك ال َم ِص ْي ُر‬

“Rasul telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Quran) dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada
Allah, malaikat- malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka
mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang
lain) dari rasul-rasul- Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami
taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah
tempat kembali". (Q.S. Al-Baqarah: 285)

4) Allah menegaskan bahwa ingkar kepada kitab Allah adalah kesesatan


yang Nyata. QS. An-Nisa: 136;
ُ َ َ َْ َّ َ ْ َّ َّ َ
‫اب ال ِذ ْي ان َزل ِم ْن ق ْبل َو َم ْن‬ ‫ت‬‫ك‬ ‫ال‬ َ ‫َيا أيُّ َها الذيْ َن آ َم ُن ْوا آم ُن ْوا باهللِ َو َر ُس ْولِه َوك َتاب ِه الذ ْي َنَّز َل َع َلى َر ُس ْولِه‬
‫و‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ً َ َ َّ َ ْ َ َ ْ ْ ْ ُ َ ْ
ً
)136 :‫ (النساء‬.‫لآخ ِر فقد ضل ضلالا َب ِع ْيدا‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫و‬ َ ‫َّيك ُف ْر باهللِ َو َملاَئكت ِه َوك ُتب ِه َو ُر ُسله َوا‬
‫لي‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah
turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-
Nya, kitab-kitab- Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya
orang itu telah sesat sejauh-jauhnya”. (QS. An-Nisa: 136)

5) Allah mengabarkan balasan bagi orang yang mendustakan kitab-


kitabNya, misalnya pada Q.S. Al baqarah: 39;

44
َ ُ ََٰ َ ْ ُ َّ ُ ََٰ ْ َ َ ََٰ ُ َ ََٰ ََّ َ َ َ َّ
)39 :‫ (البقرة‬.‫يها خ ِلدون‬‫َوٱل ِذين كف ُروا َوكذ ُبوا ِب َٔـاي ِتنا أول ِئك أصحب ٱلن ِار هم ِف‬

“Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu
penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.” (Q.S. Al-Baqarah: 39)

c. Hikmah Diturunkannya Al-Kitab:


1) Menjadi hujjah bagi Makhluk
2) Menunjukkan kembali kepada tauhid bila menyimpang darinya
3) Menghukumi dengan adil berdasar apa yang ada dalam Al-Kitab
4) Meneguhkan dan bukti kebenaran Risalah.

d. Implikasi Iman kepada Kitab Allah dalam kehidupan manusia


Seorang mukmin yang beriman dan meyakini kebenaran kitab Allah
hendaknya pada diri mereka ada dua hal:
1) Mengamalkan apa yang ada dalam Kitab Allah. Pengamalan ini meliputi
empat hal:
a) Menjalankan perintah yang ada di dalamnya
b) Menjauhi larangan,
c) Berakhlak dengan akhlak yang ada di dalamnya,
d) Menyeru untuk mempelajarinya.
2) Mengagungkannya. Dalam hal ini meliputi; khusyu‘, khudu‘ dan
Buka‘(menangis) ketika membaca dan mendengarkannya.

2. Iman kepada kitab Taurat dan Injil Saat Ini


Sebagaimana menjadi keyakinan umat Islam dan dijelaskan pula dalam Al-
Qur‘an bahwa orang Yahudi dan Nasrani telah mengubah sebagian dari isi Taurat
dan Injil. Seperti dalam Q.S. An-Nisa: 46
َ َْ َ َ َ َ َ ْ ُ َ َْ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ ُ ُ ََ ْ َ ُ َ ُ ُ َ َ َّ
َ ‫ون ٱل َكِّ َم َعن َّم‬
‫اعنا ل ًّيا ِبأل ِسن ِت ِه ْم‬
ِ ‫ر‬ ‫و‬ ‫ع‬ٍ ‫م‬ ‫س‬‫م‬ ‫ر‬ ‫ي‬ ‫غ‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫اس‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ن‬‫ي‬‫ص‬ ‫ع‬‫و‬ ‫ا‬ ‫ن‬‫ع‬ ‫م‬ِ ‫س‬ ‫ون‬‫ول‬‫ق‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ه‬ ‫ع‬ ‫اض‬
‫ِ ِ ِۦ‬ ‫و‬ ِ ‫ِم َن ال ِذين هادوا يح ِرف‬
ْ ُ ُ َّ ُ ُ َ َ َّ ََٰ َ َ َ ْ َ َ ْ ُ َّ ً ْ َ َ َ َ َ ْ ُ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ ُ ََّ ْ َ َ ً ْ َ َ
‫هلل ِبكف ِر ِه ْم‬ ‫الد ِين ولو أنهم قالوا س ِمعنا وأطعنا وٱسمع وٱنظرنا لكان خيرا لهم وأقوم ول ِكن لعنهم ٱ‬ ِ ‫وطعنا ِفى‬
ً َ َّ َ ُ ْ َ َ
)46 :‫ (النساء‬.‫فلا ُيؤ ِمنون ِإلا ق ِليلا‬

“Yaitu di antara orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-


tempatnya. Dan mereka berkata: "Kami mendengar", tetapi kami tidak mau menurutinya.
Dan (mereka mengatakan pula): "Dengarlah" sedang (engkau Muhammad sebenarnya)

45
tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan): "Raa'ina", dengan memutar balikan
lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan: "Kami mendengar dan
patuh, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka
dan lebih tepat, akan tetapi Allah melaknat mereka, karena kekafiran mereka. Mereka
tidak beriman kecuali sedikit sekali.” (Q.S. An-Nisa: 46)
Atau dalam QS. Ali Imran: 78
َ
َّ ْ َ ُ َ ُ ُ َ َ ََٰ ْ َ َ ُ َ َ ََٰ ْ َ ُ ُ َ ْ َ ََٰ ْ ُ َ َ ْ َ ُ ْ َ ً َ َ ْ ُ ْ َّ َ
‫هلل‬
ِ ‫ند ٱ‬
ِ ‫و ِإن ِمنهم لف ِريقا يلوۥن أل ِسنتهم ِبٱل ِكت ِب ِلتحسبوه ِمن ٱل ِكت ِب وما هو ِمن ٱل ِكت ِب ويقولون هو ِمن ِع‬
َ َ ْ ُ َ ْ َّ َ َ َ ُ ُ َّ ْ َ ُ ََ
)78 :‫ (آل عمران‬.‫هلل ٱلك ِذ َب َوه ْم َيعل ُمون‬ ِ ‫هلل َو َيقولون على ٱ‬
ِ ‫ند ٱ‬
ِ ‫وما هو ِمن ِع‬

“Dan sesungguhnya diantara mereka niscaya ada segolongan yang memutarbalikan


lidahnya membaca Al Kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari
Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka berkata: "Ia (yang dibaca itu datang)
dari sisi Allah", padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah
padahal mereka mengetahui.” (Q.S. Ali Imran: 78)
Juga dalam Q.S. Al-Baqarah: 79
ْ َ‫يًل فَ َو ْي ٌل لَ ُه ْم ِم َّما َكت َب‬
ْ ِ َّ ‫َاب بِأ َ ْيدِي ِه ْم ث ُ َّم يَقُولُونَ َٰ َه َذا ِم ْن ِع ْن ِد‬
ً ‫َّللا ِليَ ْشت َُروا بِ ِه ث َ َمنًا قَ ِل‬ َ ‫فَ َو ْي ٌل ِللَّذِينَ يَ ْكتُبُونَ ْال ِكت‬

)79 :‫ (البقرة‬. َ‫أ َ ْيدِي ِه ْم َو َو ْي ٌل لَ ُه ْم ِم َّما يَ ْك ِسبُون‬

“Maka celakalah orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu
dikatakannya; "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang
sedikit dengan perbuatan itu. Maka celakalah mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan
mereka sendiri, dan celakalah mereka akibat apa yang mereka kerjakan.” (Q.S. Al-Baqarah:
79)
Dari ayat-ayat di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa mereka (orang
Yahudi dan Nasrani) telah melakukan perubahan dalam Taurat dan Injil, namun
dalam Al- Qur‘an tidak dijelaskan dimana perubahannya. Maka sikap kita adalah
sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah dalam menanggapi perkataan orang
Yahudi dan Nasrani, yaitu tidak membenarkan dan tidak mendustakan tetapi
mengatakan ―Aku beriman kepada Allah dan Apa (Kitab) yang diturunkan
kepada kami dan yang diturunkan kepada kalian.
ُ َ ُ
ََْ َ ْ َّ َّ َ ُ ُ ُ ُ َ ُ َ َ ْ َ ْ َ ُ َ َّ َ َ ُ َّ َّ َ َّ ُ ُ َ َ َ
‫اهلل َو َما أن ِزل ِإلينا‬
ِ ‫اب َولا تك ِذبوه ْم َوقولوا آمنا ِب‬ ‫ت‬
ِ ِ‫ك‬ ‫ال‬ ‫ل‬ ‫ه‬ ‫أ‬ ‫اهلل عل ْي ِه َو َسل َم لا تص ِدقوا‬ ‫اهلل صلى‬
ِ ‫قال رسول‬
َ َْ ُ ُ
َ ُ
)‫ (رواه البخاري‬.‫احد َونح ُن له ُم ْس ِل ُم ْون‬ ‫و‬ ُ ‫َو َما أ ْنز َل إ َل ْي ُكم َو‬
َ ‫إله َنا َوإ ُلهك ْم‬
ِ ِ ِ ِ

46
“Rasulullah saw. Bersabda: jangan membenarkan ahli kitab dan jangan
mendustakannya dan ucapkanlah: Kami beriman kepada Allah dan apa (kitab) yang
diturunkan kepada kami dan apa (kitab) yang diturunkan kepada kalian, dan Tuhan
kami dan Tuhan kalian satu, dan kami kepadanya berserah diri.” (HR. Bukhari).
Demikian ini adalah bentuk kehati-hatian untuk menjaga keimanan
kita, sehingga seandainya yang disampaikan oleh ahlul kitab dari kitab mereka
itu benar sebagaimana yang diturunkan Allah kita tidak mendustakannya, dan
sebaliknya jika salah dan tidak sesuai dengan yang diturunkan Allah maka kita
tidak termasuk membenarkannya.

2. Iman kepada Rasul Allah


a. Pengertian Rasul Allah
Membahas tentang rasul, ada dua hal yang saling terkait dan perlu kita
ketahui terlebih dahulu pengertiannya. Yaitu pengertian nabi dan rasul.
Pengertian yang masyhur, nabi adalah orang yang mendapatkan wahyu dari
Allah, tetapi tidak diperintahkan untuk menyampaikannya. Sedangkan rasul
adalah orang yang mendapatkan wahyu dari Allah dan diperintahkan untuk
menyampaikannya. Sebagian ulama menyatakan bahwa pengertian tersebut
memiliki kelemahan, karena tidaklah wahyu disampaikan Allah ke bumi,
kecuali untuk disampaikan, dan jika nabi tidak menyampaikan, beliau telah
menyembunyikan wahyu Allah, padahal suatu hal yang mustahil Allah
menurunkan wahyu untuk disembunyikan. Definisi tersebut pun bertentangan
dengan firman Allah sebagai berikut:
ُ
َ ْ َُ َ َ ُ َ َّ ُ َّ َ َ َ َ ً َ َ ً َّ ُ َّ َ َ
)213 :‫(البقرة‬...‫احدة فبعث اهلل الن ِب ِيي َ مي ِش ِرين ومن ِذ ِرين‬
ِ ‫كان الناس أمة و‬

“Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi (untuk)
menyampaikan kabar gembira dan peringatan” (Q.S. Al-Baqarah: 213).
Ayat ini menunjukkan bahwa para nabi juga sama mendapatkan tugas
untuk memberi kabar gembira dan peringatan. Adapun pengertian yang tepat
untuk membedakan antara nabi dan rasul adalah bahwa rasul ialah orang
mendapatkan wahyu dengan membawa syariat yang baru. Sedangkan nabi
adalah orang yang diutus untuk menetapkan atau mempertahankan syariat
yang sebelumnya.

47
b. Pengertian Iman kepada Rasul Allah
Iman kepada rasul artinya kita percaya bahwa utusan Allah itu ada dan
mereka semua adalah manusia pilihan Allah untuk menyampaikan ajaran
Allah kepada umat manusia. Nabi dan Rasul Allah yang wajib kita ketahui dan
juga wajib diimani ada 25 orang, yaitu: Adam a.s, Idris a.s, Nuh a.s, Hud a.s,
Shaleh a.s, Ibrahim a.s, Luth a.s, Isma‘il a.s, Ishaq a.s, Ya‘kub a.s, Yusuf a.s,
Ayyub a.s, Zulkifli a.s, Syu‘aib a.s, Musa a.s, Harun a.s, Daud a.s, Sulaiman a.s,
Ilyas a.s, Ilyasa‘ a.s, Yunus a.s, Zakaria a.s, Yahya a.s, Isa a.s dan Muhammad
saw.
Dari 25 rasul tersebut, di atara mereka ada yang disebut dengan Ulul
Azmi, yakni: Nabi Nuh a.s, Nabi Ibrahim a.s, Nabi Musa a.s, nabi Isa a.s,
dan nabi Muhammad saw. Ulul Azmi adalah suatu gelar yang diberikan
kepada para rasul Allah yang memiliki ketabahan dan keuletan luar biasa
dalam menyampaikan risalah yang diembannya. Para Nabi yang termasuk Ulul
Azmi tersebut diberi mukjizat oleh Allah agar umatnya dengan mudah
mempercayai dirinya sebagai rasul Allah swt. Mukjizat adalah kemampuan
luar biasa yang diberikan Allah kepada rasul-Nya dan tidak dapat ditiru oleh
siapapun. Mukjizat yang diberikan Allah kepada Ulul Azmi tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Mukjizat Nabi Nuh a.s. yaitu dapat membuat perahu yang besar untuk
memuat umatnya yang beriman kepada Allah ditambah setiap pasang
hewan yang hidup di masa itu.
b. Mukjizat Nabi Ibrahim a.s. yaitu tidak bisa hangus dalam api ketika dibakar
oleh Raja Namrud.
c. Mukjizat Nabi Musa a.s. yaitu tongkatnya dapat berubah menjadi ular besar
dan dapat membelah Laut Merah menjadi jalan.
d. Mukjizat Nabi Isa a.s. yaitu dapat membuat burung hidup dari tanah, dapat
menghidupkan orang mati walaupun sebentar dan dapat meyembuhkan
beberapa penyakit yang sulit disembuhkan waktu itu.
e. Mukjizat Nabi Muhammad yaitu dapat membelah bulan tampak menjadi
dua, jari- jari tangannya yang bisa memancarkan air untuk menghilangkan
haus dahaga sahabat-sahabatnya, serta Al-Qur‘an yang merupakan kitab
suci yang paling lengkap, menyeluruh dan asli sepanjang masa.
Ajaran seluruh para nabi itu sama, yakni mengajak manusia untuk
beriman kepada Allah, melakukan kebajikan terhadap makhluk Allah serta

48
punya kewajiban melindunginya. Kendati kitab-kitab itu bentuk tulisannya
berbeda, dan diturukan kepada nabi dan tempat yang berbeda pula, tetapi
isinya sama, karena turun dari Allah, Tuhan yang satu. Allah swt berfirman
dalam Q.S. an-Nahl: 36;
َ ً ُ ُ
ْ َّ َ ْ َ ْ ُ ْ َ ُ َّ َ َ ْ َ ْ ُ ْ َ َ ُ َّ ُ َ ْ َ َ َّ ُ ُ ْ َْ َ ْ ََ
‫َولقد َبعِنا ِفي ك ِل أم ٍة رسولا أ ِن اعبدوا اهلل واجت ِنبوا الطاغوت ف ِمنهم من هدى اهلل و ِمنهم من حقت‬
ُ َ َّ

َ َّ
َ َ ْ ُ َ َ َ َ َ ُْ َ َ ْ ُ ‫الض َلال ُة َفس‬ ََ
.)36 :‫يروا ِفي الأ ْر ِض فانظ ُروا ك ْيف كان ع ِاق َبة ال ُمك ِذ ِبي َ (النحل‬ ِ ‫عل ْي ِه‬

“Dan sungguh Kami telah mengutus seorang Rasul untuk setiap umat (untuk
menyerukan) “Sembahlah Allah dan jauhulah taghut, kemudian di antara mereka ada
yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka
berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahn orang yang
mendustakan (rasu-rasul itu)” (Q.S. An-Nahl: 36).
Ajakan beriman oleh para rasul itu, pada dasarnya sama dengan ajakan
iman secara umum, yakni diawali dengan peng-esaan Tuhan dan hanya
kepada-Nya semua manusia menyembah dan minta pertolongan. Dalam
pembelajaran iman kepada semua rasul Tuhan, seharusnya seorang guru
sedikit banyaknya harus pula mempelajari dan menyampaikan tentang ajaran
para rasul itu. Pada umumnya, seorang guru yang mengajarkan mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam misalnya, memulai lakonnya dari sejarah Nabi
Muhammad. Padahal, ajaran yang dibawa Nabi Muhammad itu sebenarnya
kelanjutan dari ajaran yang dibawa nabi sebelumnya. Jadi, dengan demikian
sebaiknya seorang guru tidak langsung meninggalkan untuk mempelajari
sejarah agama atau keimanan terdahulu, setelah itu baru masuk kepada
menjelaskan tentang Nabi Muhammad beserta ajaran yang dibawanya.
Dengan mempelajari konsep-konsep dasar keimanan masing-masing
nabi, hal itu akan dapat menjadikan para siswa mengerti betul fungsi keimanan
kepada semua rasul dan mengapa kita sebagai muslim harus mengimanai
ajaran mereka. Jika tidak demikian, keimanan siswa kepada rasul-rasul itu
hanya terkesan kognitif dan tidak memberikan andil apa-apa terhadap sikap
dan tingkah laku mereka, terutama ketika mereka dewasa dan berhadapan
dengan komunitas penganut agama lain.

49
Iman Kepada Rasul meliputi beberapa hal di dalamnya antara lain:
a. Percaya dan membenarkan kenabian mereka, serta percaya dan
membenarkan risalah yang mereka bawa. Dan bahwa itu adalah benar
benar dari Allah
b. Menghormati dan memuliakannya.
c. Mengamalkan syariat rasul yang diutus kepada (masa) kita.
d. Meyakini sepenuhnya keterjagaan mereka (dari kesalahan) dalam
menyampaikan wahyu.
e. Mengimani nama- nama mereka sebagaimana yang disebutkan Allah
dalam al-Qur‘an atau disampaikan oleh Rasulullah Saw.

c. Sifat-sifat Rasul
Telah dibahas pada tema sebelumnya, bahwa akidah yang lima puluh,
terdiri dari menyakini bahwa Allah memiliki 20 sifat wajib, 20 sifat mustahil
dan satu sifat jaiz, di tambah dengan sifat wajib rasul 4, sifat mustahil bagi rasul
4. dan sifat jaiz bagi Rasul 1, maka genap 50. Bila di atas telah disebutkan sifat-
sifat Allah, maka, dalam bagian ini akan disebutkan secara singkat sifat-sifat
rasul yaitu:

No SIFAT WAJIB RASUL SIFAT MUSTAHIL RASUL

Wajib Artinya Mustahil Artinya

1 Shiddiq Berkata benar Kidzib Dusta

2 Amanah Dapat Khianat Tidak dapat


dipercaya Dipercaya
3 Tabligh Menyampaikan Kitman Menyembunyikan
wahyu Wahyu

4 Fathanah Cerdas Baladah Bodoh

d. Tugas-Tugas Rasul
Diantara tugas-tugar Rasul adalah:

50
1) Menyampaikan Risalah (wahyu)
2) Dakwah (menyeru) untuk beribadah dan menyembah kepada Allah
3) Memberi kabar gembira (bagi orang yang beriman) dan memberi
peringatan (bagi orang yang ingkar)
4) Memperbaiki jiwa dan membersihkannya (mensucikannya)
5) Meluruskan pikiran dan akidah yang menyimpang dan sesat
6) Memberikan hujjah
7) Mengatur dan memimpin umat

e. Hikmah Iman kepada Rasul


1) Memahami rahmat dan pertolongan Allah kepada hamba-Nya sehingga
mengutus para rasul untuk menunjukan mereka pada jalan Allah serta
menjelaskan bagaimana seharusnya mereka menyembah Allah.
2) Menumbuhkan rasa syukur kepada Allah akan nikmat yang besar ini
(diutusnya rasul).
3) Menumbuhkan rasa cinta dan memuliakan para rasul.

D. Kontekstualisasi Iman kepada Kitab dan Rasul Allah dalam Moderasi


Beragama
Kitab dalam bahasa Arab dengan bentuk pluralnya kutub, merupakan
bentuk mustaq dari kata kerja kataba yang memiliki arti dhommu syain ba‘dahu ila
ba‘din. (menumpulkan suatu sebagiannya dengan bagian lainnya) atau khatha
(menulis). Yang dimaksud dengan kitab dalam pembahasan iman kepada kitab
Allah mendekati makna aslinya, sehingga iman kepada kitab Allah diartikan
dengan iman kepada segala sesuatu yang dikumpulkan atau ditulis dalam kitab
yang diturunkan Allah kepada para nabi-Nya.
Iman kepada kitab-kitab sebelum Al-Qur’an cukup iman secara ijmali
(global) saja, yaitu mengimani bahwa kitab-kitab itu adalah wahyu yang
diturunkan dari Allah tanpa dituntut memiliki kitabnya, mengetahui isinya atau
mengamalkan ajarannya. Sementara iman kepada Al-Qur’an tidak cukup secara
ijmali, tetapi harus secara tafshili (terperinci), yaitu mengimani seluruh
petunjuknya. Kita dituntut untuk membacanya, mengetahui isinya, mengamalkan
isi kandunganya dan juga dituntut mendakwahkannya, menyampaikan isi
kandungannya agar pesan-pesan Al-Qur’an sampai kepada seluruh uman mansia

51
Pemahaman keimanan yang ajeg dalam memahami keimanan kepada
kitab seperti ini dalam moderasi beragama adalah sikap I’tidal yang
memahami secara tepat dan proporsional. Al-I’tidal adalah sikap tegak lurus
dan adil, suatu tindakan yang dihasilkan dari suatu pertimbangan1. Adil dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online adalah sama berat, tidak berat
sebelah, tidak memihak, berpihak pada yang benar dan tidak sewenang-
wenang. Sementara Keadilan diartikan sebagai suatu sifat atau perbuatan atau
perlakuan yang adil.
Sedangkan menurut bahasa Arab, adil di sebut dengan kata ‘adilun yang
berarti sama dengan seimbang, dan al’adl artinya tidak berat sebelah, tidak
memihak, berpihak kepada yang benar, tidak sewenang-wenang, tidak zalim,
seimbang dan sepatutnya. Menurut istilah, adil adalah menegaskan suatu
kebenaran terhadap dua masalah atau beberapa masalah untuk dipecahkan
sesuai dengan aturan- aturan yang telah ditetapkan oleh agama.
Saudara selanjutnya temukan nilai-nilai moderasi beragama dari materi
iman kepada malaikat dan hari akhir ini, seperti nilai tawasuth, dan tasamuh.
Lakukan analisa saudara terhadap 2 nilai moderasi beragama tersebut.

E. Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Saudara di atas, kerjakan latihan
berikut:
1. Jelaskan apakah perbedaan iman kepada kitab-kitab Allah sebelum al-
Qur’an dengan iman kepada al-Qur’an?
2. Jelaskan apakah perbedaan nabi dan rasul dengan menyebut tokoh atau
ulama yang berpendapat mengenai perbedaan keduanya?
3. Jelaskan apa hikmah beriman kepada kitab-kitab Allah dan hikmah
beriman kepada para rasul Allah?

F. Referensi Tambahan
1. Ischak Suryo Nugroho, Pembentukan Karakter Di Era Globalisasi Melalui
Aktualisasi Iman Kepada NAbi, Insania, Vol. 21, No. 2, 20216.
https://ejournal.uinsaizu.ac.id/index.php/insania/article/view/1794

1
Abdul Wahid, et. all., Militansi ASWAJA & Dinamika Pemikiran Islam. (Malang:Aswaja Centre UNISMA, 2001),
hlm. 18.

52
2. Aceng Zakaria, Pokok-Pokok Ilmu Tauhid Jilid Pertama, Ibnu Azka Press,
Cetakan kedua, 2008.
3. Novi Arizatul Mufidoh, Nabi Idris dalam Perspektif Kitab-Kitab Suci
Agama dan Ketokohannya dalam Kajian Ilmu Falak, Islamic Review: Jurnal
Riset dan Kajian Keislaman, Vol. IX, No. 1, 2020.
https://ejournal.uinsaizu.ac.id/index.php/insania/article/view/1794

53

Anda mungkin juga menyukai