HENJILA
Program Studi Manajemen Institut Shanti Bhuana Bengkayang
email : Henzila@gmail.com
ABSTRAK
1. Pendahuluan
Pada dasarnya perusahaan, lembaga, instasi swasta maupun
instansi yang bergerak dalam pemerintahan mengedepankan sumber
daya manusia (SDM) dalam menjalankannya, sehingga SDM
memegang peranan sangat strategis dan merupakan kesatuan yang
utuh dalam sebuah instansi atau lembaga. SDM memegan memiliki
peran penting yang menentukan berkembangnya suatu perusahaan.
Manajemen SDM adalah pengaturan relasi dan tugas pokok
sehingga lebih optimal dalam mewujudkan sebuah tujuan institusi,
individu/pekerja dan masyarakat pada umumnya (Hasibuan, 2016).
SDM pada dasarnya terdiri dari orang-orang yang dipekerjakan oleh
suatu instansi sebagai pengelola atau melaksanakan tugas untuk
mencapai tujuan organisasi, motivasi sangat penting bagi departemen
SDM karena merupakan konsep yang menggambarkan sumber daya
yang ada dalam diri seorang karyawan yang yang memilik efek
terhadap perilaku dalam bekerja seorang karyawan.
Motivasi bagi seorang tenaga kerja merupakan faktor yang dapat
meningkatkan kinerja dalam organisasi manapun. Motivasi juga
merupakan keadaan batin seseorang yang memungkinkan gerak dan
keselarasan menuju tujuan (Afandi, 2018: 17). Oleh karena itu,
motivasi bagi pekerja sangatlah penting, karena motivasi kerja
merupakan tenaga penggerak yang menggerakkan dan
mengendalikan perilaku ketika bertindak dengan integritas atau
berjuang dalam mencapai targert yang telah ditetapkan, pendorong
berupa motivasi ini dibutuhkan individu maupun kelompok. Sehingga
dengan motivasi yang positif tujuan perusahaan yang diinginkan dapat
tercapai dan terjadi peningkatan kemampuan pengembangan.
Pengertian menurut Hardiyansyah (2011:12) pelayanan publik
adalah melayani keperluan orang atau masyarakat atau organisasi
yang memiliki kepentingan pada organisasi, sesuai dengan aturan
pokok dan tata cara yang ditentukan dan ditujukan untuk memberikan
kepuasan kepada penerima layanan. Motivasi dalam pelayanan publik
adalah sebuah dukungan untuk membantu pegawai pemerintah dalam
membuat perencanaan maupun strategi pencapaian hasil yang akan di
implemantasikan. Dengan adanya dukungan berupa motivasi maka
secara alamiah setiap individu atau kelompok didalam suatu institusi
akan mengembangkan dirinya dan kemampuan beradaptasi selama
melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan sebuah perusahaan.
Pegawai yang merasa nyaman dalam melaksanakan tugas
memberikan timbal balik suatu kemajuan pada sebuah instansi.
Motivasi tidak hanya berpaku kepada kreatifitas atau dorongan atasan
saja, namun setiap individu harus memiliki pandangan tersendiri
terhadap pencapaian target. Dimana motivasi dalam penelitian ini
sebagai sumber daya yang ada dalam individu yang mendorong
sebuah semangat untuk melaksanakan pencapaian tertentu seperti
yang ditargetkan sebuah perusahaan atau organisasi.
Sebagai bagian dari paradigma baru pelayan publik, aparatur negara
tidak dapat memungkiri jika motivasi dalam diri seorang dapat
mempengaruhi kinerja individu yang lebih tinggi dalam mencapai
tujuan secara maksimal dan ini secara otomatis individu yang
termotivasi dengan baik dapat berkontribusi dengan maksimal pada
pencapaian visi dan misi yang ditentukan.
Perceived Behavioral Control (PBC) adalah sebuah kontrol yang
memfasilitasi atau menghambat pelaksanaan tindakan individu. Kontrol
perilaku yang dirasakan cenderung memiliki dampak yang kuat tidak
hanya pada peningkatan usaha dan ketekunan, tetapi juga pada
peningkatan minat dalam melakukan perilaku tersebut. Ajzen
(2002:32) mengatakan perceived behavioral control (PBC) secara tidak
langsung dapat memengaruhi perilaku melalui minat, persepsi kontrol
perilaku yang baik memberikan timbal balik terkai kontrol aktual yang
dapat dilakukan individu dalam situasi tertentu dan dapat di jadikan
parameter untuk prediksi perilaku tambahan.
Perceived Behavioral Control (PBC) dapat menjadi dasar
pembentukan perilaku, menjadi lebih mudah atau lebih sulit. Dalam
beberapa studi, perceived behavioral control telah berjalan denga
sudut pandang pribadi, dan ini memberikan motivasi kepada anggota
untuk memahami bahwa hal itu dapat mempengaruhi motivasi kerja
sama tim dan meningkatkan kinerja mendorong pelaksanaan tugas
sebaik mungkin sehingga dapat memotivasi karyawan untuk bekerja
(Wijaya, 2008 ).
Budaya organisasi diartikan suatu bentuk resolusi, value, dan kaidah
yang dapat dikaji untuk menghadapi kehidupan suatu institusi. Budaya
organisasi biasanya disadari oleh para anggota atau individu-individu
dalam organisasi tersebut, sehingga individu yang berada di
lingkungan tersebut merasa nyaman.
Motivasi adalah pekerjaan yang dilakukan atasan untuk
menginspirasi dan mendorong pekerja, lain untuk mengambil tindakan
tertentu (Ariska, 2022). Budaya organisasi memiliki efek yang besar
terhadap suatu pengelolaan dan dapat mempengaruhi kepribadian
indvidu dalam organisasi serta memiliki keterkaitan dengan komitmen
sebuah instansi, ini berarti kepribadian seseorang memegang peranan
penting dalam motivasi kerjanya.
Ada banyak faktor yang memberikan dampak terhadap motivasi kerja
karyawan, seperti keamanan kerja, hak-hak, tempat kerja yang
kondusif, dan jika ada penghargaan atas pencapaian individu atau
kelompok yang diberikan oleh manajemen. Penelitian ini mengulas
tentang hal-hal yang dapat mempengaruhi minat apartur, dimana
sekitar tempat bekerja dianggap faktor internal dan eksternal yang
dapat memberikan imbas semangat kerja individu, yang secara alami
percepatan terhadap pencapaian tujuan lebih cepat.
Setiap pekerja mengharapkan tempat bekerja yang kondusif sehingga
pekerja termotivasi untuk melaksanakan tugas dan fungsinya lebih
optimal. Individu secara umum jika pekerjaan didukung oleh kondisi
lingkungan yang tepat, dapat melakukan aktivitasnya dengan baik.
Lingkungan kerja yang dimana adalah tempat karyawan melakukan
aktivitas sehari-hari juga mencakup relasi kerja antar sesama pekerja.
Dapat disimpulkan bahwa lingkungan atau tempat bekerja pegawai
adalah tempat di mana individu atau kelompok tinggal dan melaksana
suatu tujuan organsisasi. Hal yang berkaitan dengan lingkungan kerja
dapat mempengaruhi reaksi individu atau kelompok terhadap orang-
orang di sekitar mereka, untuk itu hal-hal seperti ini harus diperhatikan
oleh bidang SDM sehingga tenaga kerja dapat termotivasi.
Motivasi dapat diartikan sebagai faktor membuat individu bertindak
atau berbuat dengan cara tertentu. Dari berbagai studi yang dilakukan
para ahli telah mengembangkan berbagai teori tentang motivasi
perilaku yang baik untuk mengoptimalkan motivasi untuk keuntungan
organisasi. Karyawan lebih termotivasi ketika merasa bahwa
keberhasilan dalam bekerja merupakan tujuan yang sangat penting.
Pelayanan publik yang ada di Kabupaten Bengkayang ini sangat
penting, termasuk motivasi karyawan yang harus selalu diperhatikan
agar memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat
umum.
Faktor-faktor yang memberikan imbas kepada kerja pegawai dapat
berupa reward, relasi yang baik antar pegawai dan fasilitas penunjang
pekerjaan, dengan terpenuhinya yang membuat motivasi kerja
meningkat secara umum memberikan pengaruh yang besar terhadap
pekerjaan dan hasilnya seorang pegawai (Hasibuan, 2017). Aparatur
yang termotivasi pada layanan publik akan memberikan pelayanan
yang maksimal, akuntabel dan berkualitas sehingga penerima layanan
merasa dilayanani sesuai dengan standar, layanan yang diberikan
dengan ini apartur pemerintah perannya sangat penting dalam
menciptakan pelayanan yang efektif di lingkungan pemerintah.
Berdasarkan fenomena diatas terlihat bahwa masih bervariasinya
penelitian mengenai hal-hal yang mempengaruhi motivasi terutama
terhadap ASN dan masih belum ada penelitian mengenai pengaruh
kontrol perilaku terhadap ASN khususnya di Kabupaten Bengkayang.
Motivasi Kerja ASN Pemerintah Kabupaten Bengkayang dapat
dipengaruhi perceived behavioral control yang adalah kontrol diri
individu, budaya organisasi yang merupakan kendali dalam sebuah
institusi, dan lingkungan kerja yang merupakan pendukung kinerja
aparatur, hal menjadi studi kasus menarik untuk diteliti.
Keterangan:
Y = Motivasi Kerja
α = Konstanta
β1β2β3 = Koefiesien Variabel
X1= Perceived Behavioral Control
X2= Budaya Organisasi
X3= Lingkungan kerja
E = eror
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian perceived behavioral control (X1) tidak
memiliki pengruh signifikan terhadap motivasi kerja (Y) ASN hal ini
menunjukan bahwa perceived behavioral control (PBC) tidak memiliki
pengaruh positif terhadap motivasi kerja pegawai ASN di Bengkayang.
Berdasarkan hasil penelitian budaya organisasi (X1) memiliki pengaruh
lebih dominan atau signifikan dibanding dengan faktor lainnya.
Sehingga pada penelitian ini dapat disimpulkan ASN kabupaten
Bengkayang memiliki motivasi kerja (Y) yang tinggi berdasarkan nilai
yang ada dalam diri setiap ASN.
Berdasarkan hasil penelitan lingkungan kerja (X3) memiliki
berpengaruh positif dan signifikansi terhadap memotivasi ASN di
Kabupaten Bengkayang. Menunjukan bahwa lingkungan kerja memiliki
pengaruh positif terhadap motivasi kerja pegawai ASN di Bengkayang.