(Reability Run) 72 Jam Pembangkit Listrik Judul Artikel Tenaga UAP (PLTU) 2 Papua 2 X 10 MW Holtekamp. Penulis Alberth Einstein Stevann Abrauw Tahun, halaman Vol.5 No. 1 Juli 2016, Hal. 33-43 ISSN 2302-3465
Melakukan evaluasi terhadap kecenderungan
lingkungan (trend evaluation) uji coba (reability run) daya angkat 9,6 MW dalam 72 jam
Tujuan Penelitian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 2 Papua
2 X 10 MW Holtekamp di Kampung Holtekamp Distrik Muara Tami Kota Jayapura. Evaluasi terhadap penataan area PLTU 2 terhadap kualitas lingkungan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatid berupa deskripsi Metode Penelitian komparatif serta metode kuantitatif dengan pendekatan deskripsi penganglangan berbasis ekologi lungkungan. Hasil dan Pembahasan Pembangkit pada unit I menggunakan energi batubara sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik. Kegiatan lain yang dilakukan berbatasan langsung dengan PLTU dan Jetty adalah pemukiman warga dan wisata. Kegiatan-kegiatan ini juga turut memberikan dampak terhadap lingkungan hidup di sekitar terhadap kualitas air laut di sekitar lokasi proyek. Pelaksanaan Evaluasi. Kegiataan pengelolaan dampak lingkungan dalam pembangunan PLTU Holtekamp untuk menghindari atau mengurangi dampak negatif yang timbul, serta mengembangkan dampak positif dalam kegiatan tersebut. Pelaksanaan pengelolaan lingkungan dilakukan dengan mengoptimalisasikan pemanfaatan potensi maupun keterbatasan dalam bidang teknologi, sumber daya manusia maupun kemampuan biaya. Dengan adanya proses ujicoba (reability run) operasi pembangkit dengan kapasitas daya angkat 9.6 MW dengan waktu 72 jam memberikan dampak terhadap lingkungan. Masyarakat sangat berharap PLTU Holtekamp segera beroperasi. Dengan adanya pembangunan PLTU Holtekamp, maka terbuka kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar lokasi. Dari hasil wawancara dan pemantauan bahwa masyarakat terhadap pembangunan PLTU Holtekamp adalah positif. Hasil pelaksanaan uji coba (reability run) operasi pembangkit dengan kapasitas daya angkat 9.6 MW dengan waktu 72 jam, PLTU 2 Papua 2 X 10 MW Holtekamp pada prinsipnya masih memenuhi ambang batas baku mutu yang Kesimpulan diperuntukkan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Namun untuk meminimalkan dampak negative yang nantinya ditimbulkan maka PLTU Holtekamp harus melakukan kegiatan pengelolaan dan pemantauan sesuai dengan rekomendasi. Keunggulan Kelebihan dalam jurnal ini antara lain menggunakan bahasa yang sederhana mudah dipahami oleh para pembaca bahkan yang awam sekalipun. Abstrak pada jurnal ini masih menggunakan Kekurangan bahasa Indonesia dan terdapat beberapa kata yang tidak sesuai dengan penggunaan EYD.
REVIEW JURNAL 2
Energi dan Dampaknya Terhadap
Judul Artikel Lingkungan Penulis I Made Astra Nama Jurnal Jurnal Meteorologi dan Geofisika Volume 11 Nomor 2 Tahun 2010: 127- Tahun, halaman 135 Nama Jurnal Jurnal Meterorologi dan Geofisika Memenuhi kebutuhan energi kota metropolitan dengan dibangunnya Tujuan Penelitian pembangkit listrik dengan berbagai sumber penggerak. Hasil dan Pembahasan Sebagai mafaat lain, pemisahan timbal dari bensin pada catalyctic converter menyebabkan penurunan drastic pada emisi timba beracun. Peningkatan pencemaran lingkungan pada tingkat yang mengkhawatirkan dan peningkatan kewaspadaan dari bahayanya itu sendiri, membuat perlu dilakukannya pengendalian pencemaran lingkungan dengan menggunakan undang-undang dan kesepakatan internasional. di Indonesia ada AMDAL. Di Amerika Serikat, Undang-Undang Udara Bersih (The Clean Air Act) pada tahun 1970 (di daerah yang ditandai dengan asap selama 14 hari di Washington pada tahun itu) menetapkan batas polutan yang dihasilkan pembangkitpembangkit besar dan kendaraan. Standar ini difokuskan pada emisi hidrokarbon, nitrogen 4) oksida, dan karbon monoksida. Sulfur oksida dan nitrat oksida bereaksi dengan uap air dan bahan kimia lainnya di lapisan atas atmosfer dihadapan sinar matahari untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat (Gambar 3). Asam yang terbentuk biasanya terlarut dalam tetesan air yang jatuh ke dalam awan atau kabut. Tetesan sarat asam ini, seperti pada jus lemon, turun dari udara ke tanah bersama hujan atau salju. Hal ini dikenal sebagai hujan asam. Efek rumah kaca juga dialami oleh bumi dalam skala besar. Permukaan bumi, yang menghangat pada siang hari karena adanya penyerapan energi surya, dan mendingin pada malam hari dengan memancarkan sebagian energinya ke ruang angkasa berupa radiasi infra merah. Karbon dioksida, uap air, dan sisa dari beberapa gas lainnya seperti metana dan nitrogen oksida menyelimuti bumi dan membuat bumi tetap hangat pada malam hari dengan cara menghalangi panas yang terpancar dari bumi. Kesimpulan Energi kimia dapat dimanfaatkan banyak beragam bahan bakar. Dengan itu pembangkit listrik, kendaraan bermotor, dan kompor, pabrik-pabrik penyebab utama terjadinya populasi udara.