Anda di halaman 1dari 8

Machine Translated by Google

Seri Konferensi IOP: Ilmu Bumi dan Lingkungan

KERTAS • AKSES TERBUKA


Anda mungkin juga menyukai
-
Termodinamika, Lingkungan, dan
Penilaian Dampak Pembangkit Listrik Tenaga Batubara Menggunakan Analisis Ekonomi Elektrosintesis
Bahan Bakar Hidrogen dengan Padat Tercanggih

Penilaian Siklus Hidup (LCA) Elektroliser Oksida


Whitney Goldsborough Colella

-
Kualitas udara dan manfaat kesehatan dari
Mengutip artikel ini: BSS Wibawa dkk 2020 IOP Conf. Ser.: Lingkungan Bumi. Sci. 506 012023 kebijakan pengendalian emisi China pada
pembangkit listrik tenaga batu bara selama 2005–
2020 Ruili Wu, Fei Liu, Dan Tong dkk.

-
Siklus Hidup, Termodinamika, & Teknologi
Analisis Ekonomi Generasi Selanjutnya
Lihat artikel secara online untuk pembaruan dan penyempurnaan. Elektroliser Oksida Padat
Whitney Colella

Konten ini diunduh dari alamat IP 180.243.33.1 pada 06/07/2022 pukul 04:27
Machine Translated by Google

JIC-CEGE 2019 Penerbitan IOP


Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 506 (2020) 012023 doi:10.1088/1755-1315/506/1/012023

Penilaian Dampak Pembangkit Listrik Tenaga Batubara Menggunakan Siklus Hidup


Penilaian (LCA)

BSS Wibawa1 *, AP Iswara2 dan R Boedisantoso1

1Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan dan Geo. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 60111, Indonesia
2Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Sipil, Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Jawa Timur, Indonesia

*Email penulis yang sesuai: bimasaktisatriawibawa@gmail.com

Abstrak. Produksi listrik menggunakan batubara dimulai dengan proses transformasi energi panas menjadi energi
mekanik yang menggerakkan turbin dan generator untuk menghasilkan listrik.
Kegiatan tersebut menghasilkan emisi yang dapat menimbulkan dampak lingkungan. Pencemaran udara yang
menimbulkan dampak yang ditimbulkan oleh pembangkit listrik tenaga batubara terutama CO2, CH4, N2O, SOx,
dan Particulate Matter (PM). Emisi ini dapat meningkatkan pemanasan global dan menurunkan kualitas udara yang
berdampak pada manusia dan lingkungan. Studi ini mengidentifikasi dampak yang terjadi dari kegiatan produksi
listrik dengan batubara menggunakan pendekatan Life Cycle Assessment (LCA). LCA adalah metode analisis yang
digunakan untuk mengevaluasi dan membandingkan dampak lingkungan dari suatu produk. Identifikasi dampak
lingkungan dilakukan dengan menggunakan software SimaPro 8.5.2. Siklus kegiatan produksi batubara yang
dianalisis meliputi bunker batubara, pabrik batubara, boiler, turbin, dan generator. Hasil perhitungan emisi,

diperoleh pada proses produksi unit boiler PLTU di salah satu PLTU batubara di Jawa Timur, adalah sebagai
berikut: 1.085 kgCO2/kWh; 1,01 x 10-5 kgCH4/kWh; 1,52 x 10-5 kgN2O/kWh; 3,18 x 10-4 kgSOx/kWh; 1,12 x 10-4
kgNOx/kWh; 1,19 x 10-5 kgPM/kWh.

Kata kunci: pembangkit listrik tenaga batubara, dampak lingkungan, penilaian siklus hidup

1. Perkenalan
Kebutuhan listrik semakin meningkat seiring dengan perkembangan sektor industri dan pertumbuhan
penduduk di Indonesia. Dengan bertambahnya jumlah penduduk, jumlah konsumsi listrik meningkat
dengan cepat. Kapasitas listrik terjual tahun 2017 menurut statistik PT.
PLN (Persero) di Indonesia mencapai 221.574,66 GWh, naik 2,58% persen dibandingkan tahun 2016
(Statistik Ketenagalistrikan, 2018)[1].
Menurut Status Lingkungan Hidup Indonesia 2010, kontribusi kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) terhadap pencemar udara berupa karbondioksida (CO2) adalah sebesar 11.279.621 ton/tahun
(Kementerian Lingkungan Hidup, 2010)[2]. Gas CO2 merupakan salah satu gas rumah kaca (GRK) dan
penyumbang utama kenaikan suhu rata-rata global. Dalam upaya penurunan emisi GRK, dikeluarkan
Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah
Kaca (RAN-GRK) dan Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Inventarisasi GRK
Nasional, dan Indonesia bertujuan untuk mengurangi GRK

Konten dari karya ini dapat digunakan di bawah persyaratan lisensi Creative Commons Attribution 3.0. Distribusi lebih lanjut
dari karya ini harus mempertahankan atribusi kepada penulis dan judul karya, kutipan jurnal dan DOI.
Diterbitkan di bawah lisensi oleh IOP Publishing Ltd 1
Machine Translated by Google

JIC-CEGE 2019 Penerbitan IOP


Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 506 (2020) 012023 doi:10.1088/1755-1315/506/1/012023

emisi sebesar 26% dari tingkat Business as Usual (BaU) dengan upaya sendiri yang ingin dicapai pada tahun 2020
atau 41% jika mendapat dukungan internasional (Fadhila, 2016)[3].
Di pembangkit listrik tenaga batubara, gas rumah kaca (CO2, CH4, N2O) dan polutan udara (SOx, NOx, PM)
dihasilkan dalam proses utamanya (bungker batubara, pabrik batubara, boiler hingga turbin dan generator) dalam
skema produksi, sebagai ditunjukkan pada Gambar 1.

bunker batubara Pabrik Batubara Ketel

Turbin dan
Generator

Gambar 1. Skema Produksi Tenaga Listrik Proses Utama

Berdasarkan kondisi di atas, maka perlu adanya alternatif atau cara untuk mengurangi emisi yang dikeluarkan
dari proses produksi PLTU, misalnya dengan memodifikasi mesin dan sistem operasi yang ada (Erdhiyan, 2018)[4].
Metode yang diusulkan untuk menganalisis dampak dari kegiatan proses produksi adalah Life Cycle Assessment
(LCA) (Jatmiko, 2017)[5]. LCA memberikan informasi mengenai dampak yang dibuang ke lingkungan oleh siklus
produk, mulai dari pengambilan bahan baku, proses produksi, penggunaan produk dan limbah dari produk yang
dihasilkan dari kegiatan produksi (Hermawan, 2013)[6]. LCA dikembangkan untuk mengkaji dampak lingkungan yang
ditimbulkan oleh pabrik dan proses produksi seperti pemanasan global, ekotoksisitas dan pembentukan kabut asap
(Haas, 2005)[7]. Perangkat lunak SimaPro 8.5.2 digunakan sebagai alat untuk menganalisis penghematan energi
dan pengurangan emisi gas rumah kaca, audit energi dan lingkungan global yang berfokus pada siklus hidup suatu
produk, serta efisiensi penggunaan sumber daya berupa lahan , air, energi dan sumber daya alam lainnya. LCA juga
dapat digunakan untuk mengetahui potensi pemanasan global dari setiap proses pemanfaatan biomassa (Rosmeika,
et al, 2010)[8].

2. Bahan dan Metode:


Analisis LCA membutuhkan data yang berkaitan dengan bahan baku, hasil produksi dan produk sampingan dari
produk yang dipelajari seperti data unit fungsional, data emisi, dan data sekunder lainnya. Sistem batas yang
dipelajari adalah bunker batubara, pembangkit batubara, boiler, turbin, dan generator. Pertama, data diperoleh dari
data sekunder perusahaan dan data perhitungan emisi gas rumah kaca (CO2, N2O, CH4) dan polutan (NOx, SOx,
dan partikel) berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.12 Tahun 2012 [9 ] dengan rumus sebagai berikut:

Energi bahan bakar = LHV x laju aliran bahan bakar x waktu operasi (1)

E = A x EF (2)

Selanjutnya, metode LCA digunakan untuk mengidentifikasi dampak dari proses produksi. Analisis yang dilakukan
dalam penelitian ini meliputi analisis bahan baku, bahan bakar, emisi dan produk yang dihasilkan dari kegiatan
produksi listrik. Analisis LCA menggunakan aplikasi SimaPro 8.5.2. Analisis estimasi dampak dari analisis LCA
kemudian dilakukan dengan menggunakan metode TRACI. TRACI (Alat untuk Pengurangan dan Penilaian Dampak
Kimia dan Lingkungan Lainnya) adalah metodologi berorientasi titik tengah yang dikembangkan oleh Badan
Perlindungan Lingkungan (EPA) di AS, dengan tujuan membantu penilaian dampak pada desain proses dan
mencapai polusi pencegahan (Menoufi, 2011)[10]. Beberapa kategori dampak yang dapat dianalisis menggunakan
pendekatan TRACI antara lain pemanasan global 100a, ekotoksisitas, kabut asap, pengasaman, karsinogenik, efek
pernapasan, fosil

2
Machine Translated by Google

JIC-CEGE 2019 Penerbitan IOP


Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 506 (2020) 012023 doi:10.1088/1755-1315/506/1/012023

penipisan bahan bakar, dan eutrofikasi. Metode TRACI memberikan dua tahap penilaian dampak, yaitu karakterisasi dan normalisasi.
Karakterisasi merupakan suatu senyawa kimia dalam suatu proses yang memberikan kontribusi pada kategori dampak yang terdapat pada
LCA, sedangkan Normalisasi merupakan penilaian dengan membandingkan hasil indikator kategori dampak dengan nilai normal.

3. Hasil dan Kesimpulan:

3.1 Tujuan dan Ruang Lingkup


Salah satu tujuan penelitian adalah menganalisis dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh gas rumah kaca dan polutan udara selama
proses produksi listrik. Ruang lingkup penelitian meliputi proses utama produksi listrik, mulai dari bunker, coal mill, boiler hingga turbin dan
generator. Metode yang digunakan adalah TRACI, dan berbagai batasan dampak diperiksa dalam penelitian ini, yaitu pemanasan global
100a, ekotoksisitas, kabut asap, pengasaman, karsinogenik, efek pernapasan, penipisan bahan bakar fosil, dan eutrofikasi.

3.2 Data Inventaris


Analisis data memerlukan data masukan yang berisi data neraca massa dan spesifik yang diperoleh dari perusahaan itu sendiri. Di bawah
ini adalah data persediaan siklus hidup:
1. Bunker Batubara

Bunker adalah unit penyimpanan batubara dari dermaga yang akan dipindahkan ke pembangkit batubara dengan menggunakan a
konveyor. Salah satu tujuan dari bunker batubara adalah sebagai penyedia stok batubara.

Batu bara

2.193.340 ton Bunker Batubara


Batu bara
Listrik 2.193.340 ton
3.378.176 kWh
Gambar 2. Bunker Batubara Keseimbangan Massa

Pada proses ini jumlah batubara yang masuk dan yang keluar dari bunker batubara adalah sama karena tidak ada pengurangan material
pada proses ini.

2. Pabrik Batubara

Coal Mill adalah alat yang digunakan untuk menggiling batubara berukuran besar menjadi bubuk batubara. Tujuan penggilingan ini
adalah untuk memudahkan batubara ditiupkan ke dalam coal burner untuk kemudian dibakar dengan udara panas. Batubara digiling
dengan ukuran 200 mesh. Pada ukuran tersebut batubara akan mudah terbakar.

Batu bara Batu bara


Pabrik Batubara
2.193.340 ton 2.193.340 ton
Listrik
16.283.864 kWh

Gambar 3. Mass Balance Coal Mill

Pada proses ini jumlah batubara dan aliran keluarnya sama karena tidak ada sisa atau produk sisa dalam proses penggilingan.

3
Machine Translated by Google

JIC-CEGE 2019 Penerbitan IOP


Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 506 (2020) 012023 doi: 10.1088/1755-1315/506/1/012023

3. Boiler
Ketel uap atau ketel adalah alat berbentuk bejana tertutup yang digunakan untuk menghasilkan uap. Steam atau
uap air terbentuk dengan cara memanaskan air di boiler pemanas menggunakan bahan bakar seperti batu bara.
Uap kemudian akan diangkut ke turbin dan menghidupkan turbin dan generator.

Emisi: CO2, CH4,


Udara berlebih
N2O, SO2, NO2, dan (N2, residu O2, Ar, dll)
partikulat 4.032,239 15.496.272 ton
ton

Batubara 2.193.340 ton


Diesel Uap
188 ton 11.521.994 ton
Udara

17.396.947 ton
Ketel Panas
Air ton
11.533.862 ton 35.824.597.154 MJ
Panas
41.473.655.302 MJ
Listrik
67.466.749 kWh

Fly Ash Abu bawah Air Blowdown Panas


43.532 ton 11.868 ton 18.432 ton 5.495.506.310 MJ

Gambar 4. Neraca Massa Turbin dan Generator

Proses pemanasan air pada boiler akan menghasilkan emisi berupa CO2, CH4, N2O, SOx, NOx, dan partikulat
yang berasal dari proses pembakaran batubara dan bahan bakar minyak. Selain itu, proses ini juga menghasilkan
fly ash dan bottom ash.

4. Turbin
Turbin adalah alat yang digunakan untuk mengubah energi dari uap air menjadi energi mekanik. rotasi dari
turbin (energi mekanik) akan diubah menjadi energi listrik oleh generator.

Uap
11.521.994 ton Turbin dan Generator Listrik
Panas . 3.699.169.398 kWh

35.824.597.154 MJ
Air Kondensor Panas
11.521.994 ton 22.507.587.321 MJ

Gambar 5. Turbin dan Generator Mass Balance

Proses ini akan menghasilkan listrik dan mengeluarkan uap air yang kemudian akan dialirkan ke kondensor untuk
didinginkan menjadi air kembali.

4
Machine Translated by Google

JIC-CEGE 2019 Penerbitan IOP


Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 506 (2020) 012023 doi:10.1088/1755-1315/506/1/012023

3.3 Penilaian Dampak Siklus Hidup

3.3.1 Interpretasi
Analisis dampak siklus hidup diterapkan pada data dan proses yang ada dalam proses produksi listrik. Tujuan
penggunaan data tersebut adalah untuk mengetahui dampak terbesar dari rangkaian proses produksi listrik pada
perusahaan PLTU Batubara yang diteliti. Hasil analisis LCA diperoleh dengan menggunakan simaPro 8.5 .2.

3.3.2 Karakterisasi
Karakterisasi adalah tahap dimana kontribusi akan relatif terhadap dampak lingkungan. Tahap ini akan mengukur
kontribusi produk atau aktivitas pada setiap indikator dampak. Tahap ini secara langsung membandingkan hasil life
cycle inventory pada masing-masing kategori. Banyak metodologi penilaian dampak di TRACI didasarkan pada "titik
tengah" dengan pendekatan karakterisasi (Bare et al.
2003)[11]. Nilai dampak karakterisasi yang diperoleh dari perhitungan simaPro adalah
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai Karakterisasi

Kategori dampak Satuan Listrik Uap Batu bara Batubara (Batubara Total
(Turbin dan (Ketel) (Pabrik) Bunker)
Generator)
Pemanasan global kg CO2 eq 19.100 4.285.836.380 19.322.940 84.372.180 4.389.550.600
Deplesi bahan bakar fosil surplus MJ 1.900 226.588.480 1.923.720 208.492.900 437.007.000
Pengasaman kg SO2 eq 69 15.469.487 70.801 543.392 16.083.749
Eutrofikasi kg N persamaan 2 337.048 1.535 10.100 348.684
Karsinogenik CTUh 0,00007 15,05 0,07 0,65 16

3.3.3 Normalisasi
Normalisasi adalah proses analisis data, yang membandingkan dampak indikator dengan kategori dampak. Tujuan
dari unit ekivalensi adalah agar dapat dibandingkan satu sama lain. Pada tahap ini, proses produksi listrik kemudian
diubah menjadi satuan yang sama dengan membaginya dengan nilai referensi yang dipilih dengan hasil normalisasi
yang disajikan pada Gambar 3.6. Faktor normalisasi adalah
disajikan pada Tabel 2:
Tabel 2. Faktor Normalisasi

Kategori Dampak Faktor Normalisasi


Ekotoksisitas 7,6 x 101
Karsinogenik Pemanasan 5,5 x 10-6
Global Pengasaman 2,4x104
Eutrofikasi Asap Efek 9,1x101
Pernapasan Penipisan 2,2x101
Bahan Bakar Fosil 1,4 x 103
Sumber: Ryberg et al., 2,4x101
2013[12] 1,7 x 104

Dampak normalisasi yang diperoleh dari simaPro disajikan pada Tabel 3.

5
Machine Translated by Google

JIC-CEGE 2019 Penerbitan IOP


Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 506 (2020) 012023 doi:10.1088/1755-1315/506/1/012023

Tabel 3. Nilai Normalisasi

Kategori dampak Listrik (Turbin Uap (Boiler) Batubara (Batubara Batubara (Batubara Total
dan Pembangkit) Pabrik) Bunker)

Karsinogenik 1,30 285.560 1.317 12.347 299.226

Pemanasan global 0,79 176.927 798 3.483 181.209


pengasaman 0,77 170,313 779 5.983 177.075

Penipisan bahan bakar fosil 0,10 12.040 102 11.078 23.220

Eutrofikasi 0,07 15.593 71 467 16.131

Karsinogenik adalah zat yang dapat menyebabkan kanker. Salah satu penyebab kanker adalah particulate matter (PM)
yang terkandung dalam abu layang sisa batubara. Menghirup partikel dapat menyebabkan penyakit berbahaya, termasuk
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan kanker paru-paru (Cornell, 2016)[13]. Karsinogenik memiliki nilai dampak sebesar
299.226.
Pemanasan global merupakan ketidakseimbangan ekosistem di bumi akibat meningkatnya suhu atmosfer, laut, dan daratan
di bumi (Forest, 2017). Nilai dampak pemanasan global adalah 181.209. Penyebab dampak besar pemanasan global adalah
karena pembakaran batu bara. Hasil penelitian ini menunjukkan pemanasan global yang menyebabkan gas rumah kaca seperti
CO2, CH4, dan N2O hadir dalam pembakaran batubara.

Pengasaman adalah peningkatan keasaman di lingkungan yang disebabkan oleh masuknya asam ke lingkungan. Emisi dari
PLTU berupa SOx dan NO menghasilkan asam bila bereaksi dengan air. Peristiwa ini sering terjadi ketika mereka bereaksi
dengan kontaminan SOx dan NOx pada saat hujan, menghasilkan hujan asam. Selain itu, CO2 juga dapat menyebabkan
pengasaman. Peningkatan pelepasan CO2 akan mengakibatkan pengasaman laut lebih lanjut sebesar 0,4 unit pada tahun 2100
(Turley, 2008)[15]. Hal ini dapat terjadi karena ketika CO2 bereaksi dengan suhu, terjadi perubahan kimia yang menyebabkan
konsentrasi bikarbonat (HCO3) dan asam karbonat (H2CO3) meningkat dengan meningkatnya konsentrasi CO2 di atmosfer,
sedangkan jumlah rata-rata ion karbonat (CO32 - ) dan pH air laut menjadi berkurang.

Dampak pengasaman memiliki nilai dampak sebesar 177.075.


Eutrofikasi adalah jenis pencemaran di lingkungan di mana tanaman tumbuh sangat cepat di badan air. Penyebab eutrofikasi
adalah masuknya zat-zat yang berlebihan ke dalam badan air.
Eutrofikasi memiliki nilai dampak sebesar 16.131. Dalam hal ini, zat N dan P yang menyebabkan eutrofikasi berasal dari
batubara dan air boiler.
Penipisan bahan bakar fosil terjadi karena adanya pemborosan bahan bakar fosil yang digunakan dalam proses produksi. Di
analisis karakterisasi unit boiler, deplesi bahan bakar fosil memiliki nilai dampak sebesar 23.220.

4. Kesimpulan
Berdasarkan analisis life cycle assessment (LCA), proses yang memiliki dampak paling tinggi terhadap lingkungan adalah
proses di unit boiler. Sedangkan dampak terbesar yang terjadi pada produksi PLTU adalah dampak karsinogenik. Oleh karena
itu, program lingkungan untuk mengurangi dampak karsinogenik pada boiler harus menjadi prioritas.

Referensi: [1]
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 2018 Statistik Ketenagalistrikan 2017 Jakarta
[2] Kementerian Lingkungan Hidup 2010 Pedoman Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional (Jakarta)

[3] Danti, FR 2016 Kajian Inventarisasi dan Estimasi Upaya Penurunan Emisi Karbon Dioksida di PLTU Suralaya Unit 1–7,
Banten Seminar Nasional Cendekiawan VI hlm 1-8.
[4] Saputri, E 2018 Kajian Dampak Proses Pengolahan Minyak Bumi di Pertamina RU IV Balongan Terhadap Lingkungan
dengan Menggunakan Metode Life Cycle Assessment (LCA) Tugas Akhir FTSLK Intitut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya (Surabaya)

6
Machine Translated by Google

JIC-CEGE 2019 Penerbitan IOP


Konferensi IOP Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 506 (2020) 012023 doi:10.1088/1755-1315/506/1/012023

[5] Wahyudi, J 2017 Penerapan Life Cycle Assessment untuk Menakar Emisi Gas Rumah Kaca yang
Dihasilkan dari Aktivitas Produksi Tahu Proceeding 6th University Research Colloquium 2017:
Seri Humaniora, Sosial, dan Agama
[6] Hermawan, H, Puti, FM, Muhamad, A, Driejana 2013 Peran Life Cycle Analysis (LCA) Pada Material
Kontruksi Dalama Upaya Menurunkan Dampak Emisi Kabon Dioksida Pada Efek Gas Rumah
Kaca Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7) hal 47 -52
[7] Haas, and Guido 2005 Estimasi Dampak Lingkungan dari Konversi ke Pertanian Organis di Hamburg
Menggunakan Metode Life-Cycle-Assessment Jerman
[8] Rosmeika, R, Sutiarso, L, and Suratmo, B 2010 Pengembangan Perangkat Lunak Life Cycle
Assessment (LCA) Untuk Ampas Tebu Jurnal UGM AgriTech 30 3
[9] Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.12 2012 Pedoman Penghitungan Beban Emisi Kegiatan
Industri Minyak dan Gas Bumi Jakarta
[10] Menoufi, and Karim AI 2011 Life Cycle Analysis and Life Cycle Impact Assessment Metodologi : A
state of the art Universitat de Lleida
[11] Ryberg, M, Jane B, Marisa D, Melissa Z, dan Ralph K 2013 Memperbarui Faktor Normalisasi AS
dan Kanada untuk TRACI 2.1 Kebijakan Lingkungan Teknologi Bersih
[12] Connell, DW 2005 Konsep Dasar Kimia Lingkungan Taylor dan Francis, Boca Raton,
FL
[13] Forest and Jedi 2017 Pengaruh Penggantian Sebagian Tanah Liat Oleh Fly Ash Batubara Terhadap
Nilai Thermal Properties Sebagai Upaya Memetakan Material Batu Bata Yang Ramah
Lingkungan. Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Kejuruan (Jiptek) X 1 pp 31-41
[14] Turley, C 2008 Dampak perubahan kimia laut di dunia dengan CO2 tinggi Mineralogi
Majalah 72

Anda mungkin juga menyukai