Anda di halaman 1dari 30

DAFTAR ISI

BAB I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN


Peta Konsep ........................................................................................................ 1
GLOSARIUM ......................................................................................................2
PENDAHULUAN ...............................................................................................3
A. Identitas Modul ..........................................................................................3
B. Kompetensi Dasar.......................................................................................3
C. Deskripsi Singkat Materi ...........................................................................3
D. Petunjuk Penggunaan Modul......................................................................3
E. Materi Pembelajaran ..................................................................................3
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN ........................................................................4
A. Tujuan Pembelajaran .................................................................................4
B. Uraian Materi .............................................................................................4
1.1 Konsentrasi ......................................................................................... 6
1.2 Pengertian Sifat Koligatif ................................................................... 8
1.3 Penurunan Tekanan Uap Larutan ....................................................... 9
1.4 Penurunan Titik Beku dan Kenaikkan Titik Didih ............................ 11
1.5 Tekanan Osmotik Larutan ................................................................ 14
1.6 Penggunaan Sifat Koligatif dalam Kehidupan Sehari-hari ............... 16
C. Penilaian Diri ...........................................................................................22
D. Soal Pemahaman ......................................................................................23
E. Refleksi ....................................................................................................25

i
PETA KONSEP
BAB I
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

Konsentrasi

Molaritas Molalitas Fraksi mol Kadar


M m X %

Sifat Koligatif
Larutan

Larutan Larutan
Nonelektrolit Elektrolit

Faktor van hoff


I = 1 + (n-1)α

P = Xp · P o Tekanan Uap P = Xp · Po

∆Tb = Kb · m Kenaikan Titik Didih ∆Tb = Kb · m · i

∆Tf = Kf · m Penurunan Titik Beku ∆Tb = Kb · m · i

Π=M·R·T Tekanan Osmotik Π=M·R·T·i

1
GLOSARIUM

Diagram P-T : Plot atau grafik tekanan uap terhadap suhu


Fraksi Mol (X) : Konsentrasi larutan yang menyatakan pebandingan
banyaknya mol dari zat tersebut terhadap jumlah mol
seluruh komponen dalam larutan
Hipertonik : Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih tinggi
Hipotonik : Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih rendah
Isotonik : Larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama
Kenaikan Titik Didih : Selisih titik didih larutan dengan titik didik pelarut
Membran : Membran atau selaput yang dapat dilalui oleh partikel
Semipermeable pelarut air, namun tidak dapat dilalui oleh partikel zat
terlarut
Molalitas (m) : Banyaknya mol zat terlarut di dalam setiap 1.000 gram
pelarut
Molaritas (M) : Banyaknya mol zat terlarut di dalam setiap 1 liter larutan
Penurunan Tekanan : Selisih antara tekanan uap pelarut murni (Po) dengan
Uap (ΔP) tekanan uap larutan (P) atau ΔP = Po - P
Osmosis : Perpindahan pelarut dari larutan encer ke larutan yang lebih
pekat melalui membrane semipermeabel
Sifat Koligatif : Sifat larutan yang bergantung pada jumlah partikel zat
Larutan terlarut dan bukan pada jenis zat terlarutnya
Tekanan Osmosis : Tekanan yang harus diberikan kepada suatu larutan untuk
mencegah terjadinya osmosis dari pelarut murni
Tetapan Kenaikan : Nilai kenaikan titi didih setara untuk larutan 1 molal
Titik Didih Molal
(Kb)
Tetapan Penurunan : Nilai penurunan titik beku yang setara untuk larutan 1
Titik Beku Molal (Kf) molal
Titik Beku : Suhu di mana pelarut cair dan pelarut padat berada pada
kesetimbangan, sehingga tekanan uap keduanya sama
Titik Didih : Suhu pada saat tekanan suatu zat cair sama dengan tekanan
atmosfer disekelilingnya dan terjadi kesetimbangan anatara
fase cair dan fase gas

2
PENDAHULUAN

A. Identitas Modul

Mata Pelajaran : KIMIA


Kelas : XII IPA
Alokasi Waktu : … pertemuan
Judul Modul : Sifat Koligatif Larutan

B. Kompetensi Dasar
3.1 Menganalisis fenomena sifat koligatif larutan (penurunan tekanan uap jenuh, kenaikan
titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmosis).
3.2 Membedakan sifat koligatif larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit
4.1 Menyajikan hasil penelusuran informasi tentang kegunaan prinsip sifat koligatif
larutan dalam kehidupan sehari-hari.
4.2 Menganalisis data percobaan untuk menentukan derajat pengionan

C. Deskripsi Singkat Materi


Pada modul ini Peserta Didik akan belajar mengenai fenomena sifat koligatif
larutan yang terjadi dalam kehidupan sehari hari. Mengamati dengan teliti fenomena fisik
larutan bertujuan untuk meningkatkan rasa empati Peserta Didik terhadap permasalahan
di sekitar. Sedangkan kepekaan terhadap fenomena fisik alamiah diharapkan dapat
meningkatkan daya nalar Peserta Didik untuk menemukan solusi yang cerdas terhadap
permasalahan yang muncul, sehingga dapat diatasi dengan biaya yang relatif murah dan
waktu yang lebih cepat. Selain itu, modul ini juga akan memberikan penjelasan terkait
analisa dan perhitungan dalam fenomena sifat koligatif larutan.
D. Petunjuk Penggunaan Modul

Untuk mempelajari modul ini diperlukan materi prasyarat kelas X, yaitu materi
stoikiometri dan kelas XI pada materi konsentrasi asam basa. Untuk menggunakan modul
ikutilah langkah-langkah di bawah ini:
1. Bacalah peta konsep dan pahami materi Sifat Koligatif Larutan
2. Perdalam pemahamanmu tentang konsep Sifat Koligatif Larutan dengan memahami
rangkuman pembelajaran, menonton video pembelajaran, dan mengerjakan latihan
soal
3. Akhiri kegiatan dengan mengisi penilaian diri dengan jujur dan ulangi lagi pada bagian
yang masih belum sepenuhnya dimengerti
4. Kerjakan soal evaluasi di akhir modul.

E. Materi Pembelajaran
Modul ini terbagi menjadi Tujuan Pembelajaran, Uraian Materi, Penilaian Diri, dan Soal
Pemahaman.

3
BAB I
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah kegiatan pembelajaran ini Peserta Didik mampu:
1. Menentukan molaritas dan molalitas suatu larutan
2. Menentukan fraksi mol zat terlarut dan pelarut dalam suatu larutan
3. Menganalisa fenomena sifat koligatif penurunan tekanan uap larutan, penurunan titik
beku, kenaikkan titik didih, dan tekanan osmotik larutan
4. Menganalisa perhitungan yang berlaku dalam fenomena sifat koligatif penurunan
tekanan uap larutan, penurunan titik beku, kenaikkan titik didih, dan tekanan osmotic
larutan

B. Uraian Materi
Berikut ini merupakan kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang ternyata berkaitan erat
dengan materi Sifat Koligatif Larutan.

1. Di negara Eropa yang memiliki musim


dingin, radiator mobil diberi tambahan
etilen glikol agar air tidak membeku saat
musim dingin dan tidak mendidih saat
mesin panas (-48oC dan 113oC)

Gambar 1.1. Radiator

2. Saat memasak mie atau sayur, saat air


mendidih kemudian dilanjutkan dengan
menambah mie atau sayur, air seakan
berhenti mendidih, mengapa?

Gambar 1.2. Mie direbus

4
3. Garam dapur digunakan untuk membuat es putar. Garam dapur juga digunakan di negara
yang bersalju untuk membersihkan salju.

Gambar 1.3. Garam disebar di jalan raya Gambar 1.4. Pembuatan es krim

4. Pasien gagal ginjal sangat terbantu dengan


proses dialisa atau sering dikenal sebagai
proses cuci darah.

Gambar 1.5. Proses dialisis pasien gagal


ginjal

5. Hari demi hari manusia dihadapkan pada


krisis air bersih. Proses desalinasi air laut
menjadi salah satu solusi atas masalah
tersebut.

Gambar 1.6. Desalinasi air laut

5
6
1.1. Konsentrasi

Kemolaran atau Molaritas (M) Kemolalan atau Molalitas (m)


Jumlah mol zat terlarut dalam satu liter Jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg pelarut
larutan (NB: sedikit bergantung pada
suhu)
n n
M= m=
V p
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000 𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
M= × m= ×
𝑀𝑟 𝑉 (𝑚𝐿) 𝑀𝑟 𝑝 (𝑔𝑟𝑎𝑚)

Molal campuran zat terlarut sejenis Molal campuran zat terlarut berbeda
jenis
𝑔𝑟𝑎𝑚 1 + 𝑔𝑟𝑎𝑚 2 1000
m= × 1000
𝑀𝑟 𝑃1 + 𝑃2
m = (𝑚𝑜𝑙 1 + 𝑚𝑜𝑙 2) ×
𝑃1 + 𝑃2

Kadar (%) / pph (part per hundred)


massa zat terlarut massa zat terlarut
%= x 100 % = x 100%
massa larutan massa zat terlarut  massa pelarut

ppm (part per million) / bpj


setara dengan 1 mg zat terlarut dalam 1liter larutan
massa zat terlarut massa zat terlarut
ppm = x 106 = x 106
massa larutan massa zat terlarut  massa pelarut

ppb (part per billion)


setara dengan 1 µg zat terlarut dalam 1 liter larutan
massa zat terlarut massa zat terlarut
ppb = x 109 = x 109
massa larutan massa zat terlarut  massa pelarut

Fraksi Mol (X)


 perbandingan jumlah mol zat terlarut atau pelarut terhadap jumlah mol larutan.

Ket:
(mol pelarut = np dan mol terlarut = nt)

nt np
Xt = Xp =
nt  n p nt  n p
Xt + Xp = 1

7
Soal Latihan
1. Hitunglah kemolalan
larutan urea yang
mengandung 12% massa
urea (Mr = 60)?

2. Tentukan molalitas 5 gram


BHT (pengawet makanan
yang berfungsi sebagai
suatu antioksidan) apabila
dilarutkan dalam 200 gram
benzena! (Mr BHT =
220,35)

3. Tentukan kadar glukosa


(C6H12O6) dalam larutan
glukosa 2 molal! (Ar H = 1,
C = 12, O = 16)

4. Hitunglah fraksi mol


glukosa dalam larutan
glukosa 20%
(Mr glukosa = 180)

5. Fraksi mol glukosa dalam


air diketahui sebesar 0,1.
Hitunglah kadar glukosa
dalam larutan!

6. Sebanyak 100 mL larutan


wiski 40% (massa jenis
larutan wiski 0,8 kg L-1)
dilarutkan dalam 200 mL
air (massa jenis 1 kg L-1).
Hitunglah kemolalan dan
fraksi mol wiski dalam
larutan campuran itu!
(Mr wiski = 46, Mr air =
18)

8
Soal pemahaman

1. Hitunglah kemolalan larutan yang dibuat dengan melarutkan 31 mL glikol (C2H6O2) dalam
90 mL air! (Kedua jenis cairan itu mempunyai massa jenis 1 kgL-1, Ar H = 1, C =12,
O =16)

2. Terdapat larutan 6 gram urea dalam 200 mL air dicampur dengan larutan 12 gram urea
dalam 300 mL air. Hitunglah kemolalan larutan-larutan itu sebelum dan sesudah
dicampurkan! (Mr urea = 60)

3. Sebanyak 100 mL asam sulfat 49% (massa jenis 1,4 kg/L) dilarutkan dalam 150 mL air.
Apabila massa jenis air = 1 kg/L, hitunglah kemolalannya! (Ar H = 1, O = 16, S = 32)

4. Sebanyak 7,4 gram kristal kalsium hidroksida dilarutkan dalam 100 mL air. Jika kalsium
hidroksida mengion sempurna, hitunglah fraksi mol ion hidroksida!
(Ar H = 1, O = 16, Ca = 40)

9
1.2. Pengertian Sifat Koligatif Larutan
 Sifat-sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi bergantung pada
konsentrasi partikel atau banyaknya zat terlarut (mol zat terlarut).

Penurunan Tekanan Uap (ΔP)


Sifat Penurunan Titik Beku (ΔTf)
Koligatif Kenaikkan Titik Didih (ΔTb)
Larutan Tekanan Osmosis (π)

0,1 mol urea 0,2 mol urea 0,1 mol glukosa 0,1 mol NaCl

Tf = 0oC TGambar
f = -0,18 1.4.
o
C TitikTbeku airoCdan 4 jenis
f = -0,36 larutan
Tf = -0,18 o
C Tf = -0,36oC
o o o
∆Tf = 0,18 C ∆Tf = 0,36 C ∆Tf = 0,18 C ∆Tf = 0,36oC

Gambar 1.7. Titik beku air dan 4 larutan lain

Larutan elektrolit mempunyai sifat koligatif yang lebih besar daripada non elektrolit
berkonsentrasi sama, karena larutan elektrolit mempunyai jumlah partikel terlarut yang
lebih banyak.

1.3. Penurunan Tekanan Uap Larutan


Penguapan adalah peristiwa yang terjadi ketika partikel-partikel zat cair
meninggalkan kelompoknya. Semakin lemah gaya tarik-menarik antarmolekul zat cair,
semakin mudah zat cair tersebut menguap. Semakin mudah zat cair menguap, semakin
besar pula tekanan uap jenuhnya. Banyaknya uap yang terbentuk di atas permukaan zat
cair dinamakan dengan tekanan uap. Ketika partikel-partikel zat cair meninggalkan
kelompoknya menjadi uap, di saat yang bersamaan uap tersebut akan kembali menjadi
zat cair. Tekanan yang ditimbulkan pada saat terjadi kesetimbangan antara jumlah
partikel zat cair menjadi uap dan jumlah uap menjadi zat cair disebut tekanan uap jenuh.

Gambar 1.8. Penurunan Tekanan Uap


https://shorturl.at/lxHTY
Zat yang memiliki gaya tarik menarik antarpartikel relatif besar, berarti sukar menguap
dan mempunyai tekanan uap yang relatif rendah, contoh garam, gula, glikol, dan gliserol.

10
Sebaliknya zat yang memiliki gaya tarik menarik antarpartikel relatif kecil, berarti mudah
menguap dan mempunyai tekanan uap yang relatif tinggi, contoh etanol dan eter.
Tekanan uap suatu zat akan bertambah jika suhu dinaikkan.
Berdasarkan eksperimen Marie Francois Raoult (1878) pada suatu larutan,
partikel-partikel zat terlarut akan menghalangi gerak molekul pelarut untuk berubah dari
bentuk cair menjadi bentuk uap sehingga tekanan uap jenuh larutan menjadi lebih rendah
dari tekanan uap jenuh larutan murni. Adapun bunyi Hukum Raoult yang berkaitan
dengan penurunan tekanan uap adalah sebagai berikut:
a. Penurunan tekanan uap jenuh tergantung pada jumlah partikel zat terlarut.
b. Penurunan tekanan uap jenuh berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut
sehingga semakin besar nilai fraksi mol zat terlarut maka tekanan uap larutan akan
semakin rendah.

Hukum Raoult tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.

P = Xp × Po
P = tekanan uap larutan
Po = tekanan uap pelarut murni
Xp = fraksi mol pelarut

Jika mudah menguap


P larutan = Pair + Palkohol

Jika sukar menguap


P = Xp × Po
ΔP = Po – P
ΔP = Xterlarut × Po
P = tekanan uap larutan
Po = tekanan uap pelarut murni
ΔP = penurunan tekanan uap

Ingat !!!
 Tentang keadaan awal / mula-mula (Po; Tfo; Tbo) = data pelarut murni (air, benzena,
alkohol, dsb)

Faktor Van’t Hoff (i)


 Bilangan yang menyatakan bahwa dalam konsentrasi yang sama, larutan elektrolit
memiliki jumlah zat terlarut yang lebih besar dari pada larutan non elektrolit.

i = 1 + ( n – 1) α

n = jumlah ion (total koefisien ion) α = derajat ionisasi

11
Larutan Non Elektrolit Larutan Elektrolit Lemah Larutan Elektrolit Kuat
1. Nilai α = 0 1. Nilai 0 < α < 1 1. Nilai α = 1

2. Contoh: 2. Contoh: 2. Contoh:


 urea (CO(NH2)2,  asam basa lemah,  Asam basa kuat dan
alkohol (C2H5OH), seperti CH3COOH, garam, seperti HCl,
glukosa (C6H12O6) dan Mg(OH)2, HCN, H2CO3, HNO3, H2SO4, NaCl,
keluarganya (sukrosa, H3PO4, dsb. MgCl2, dsb
galaktosa, laktosa, dsb)

1.4 Penurunan Titik Beku dan Kenaikkan Titik Didih


 Titik beku larutan adalah suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap
padatannya atau titik dimana air mulai membeku. Titik beku normal suatu zat adalah suhu
pada saat zat meleleh atau membeku pada tekanan 1 atm (keadaan normal). Tekanan luar
tidak terlalu berpengaruh pada titik beku. Pada tekanan 760 mmHg, air membeku pada suhu
0 oC.

Gambar 1.9. Gerak molekul pada Sifat Koligatif Larutan

Jika suatu zat terlarut ditambahkan pada suatu pelarut murni hingga membentuk larutan
maka titik beku pelarut murni akan mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena molekul-
molekul pelarut sulit berubah menjadi fase cair karena partikel terlarut menghalangi
pergerakan partikel pelarut.

 Menguap dapat terjadi pada suhu di bawah 100OC sedangkan mendidih hanya dapat
terjadi pada titik didih. Mendidih merupakan uap yang sudah naik pada permukaan dan
pecah di permukaannya. Titik didih adalah suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan
tekanan di permukaan (Jika tekanan uap sama dengan tekanan luar, maka gelembung uap
yang terbentuk dalam cairan dapat mendorong diri ke permukaan menuju fase gas).

12
Jika air murni dipanaskan pada tekanan 1 atm (760 mmHg), maka air akan mendidih pada
suhu 100 oC. Jika pada suhu yang sama dilarutkan gula, maka tekanan uap air akan turun.
Jika semakin banyak gula yang dilarutkan, maka makin banyak penurunan tekanan uapnya.
Hal ini mengakibatkan larutan gula belum mendidih pada suhu 100 oC. Agar larutan gula
cepat mendidih, diperlukan suhu yang cukup tinggi, sehingga tekanan uap jenuhnya sama
dengan tekanan uap di sekitarnya.

Diagram fase atau Diagram P – T

Gambar 1.10. Diagram P - T

Garis didih, garis beku, garis sublimasi dan titik tripel dapat dilihat pada gambar di atas.

Penjelasan Diagram Fase atau Diagram P – T pada Pelarut H2O

Mengapa larutan (pelarut + zat terlarut) mendidih pada suhu yang lebih tinggi dan
membeku pada suhu yang lebih rendah dari pada pelarutnya? Pertanyaan ini dapat dijelaskan
secara teoritis dengan membandingkan diagram fase pelarut dengan diagram fase larutannya.

13
Diagram fase atau biasa disebut juga diagram P – T adalah diagram yang menyatakan
hubungan antara suhu (T) dan tekanan P dengan fase zat (padat, cair, dan gas). Diagram fase
menyatakan batas-batas suhu dan tekanan di mana suatu bentuk fase dapat stabil.

Berikut penjelasan diagram P – T dengan pelarut H2O:

1. Garis didih
Garis B – C pada gambar di atas disebut garis didih. Garis didih merupakan transisi
fase cair – gas. Setiap titik pada garis ini menyatakan suhu dan tekanan di mana air akan
mendidih. Seperti yang kita ketahui bahwa titik didih tergantung pada tekanan gas di
permukaan. Pada tekanan 1 atm atau 760 mmHg, air mendidih pada suhu 100 oC. Jika terdapat
tempat di bumi ini yang mempunyai tekanan 4,58 mmHg, maka sudah dipastikan air akan
mendidih pada kisaran 0,0098 oC.

2. Garis beku
Garis B – D pada gambar di atas disebut garis beku. Garis beku merupakan transisi fase
cair – padat. Setiap titik pada garis ini menyatakan suhu dan tekanan di mana air dapat
membeku (es mencair). Pada tekanan 1 atm atau 760 mmHg, air membeku pada suhu 0 oC,
dan jika terdapat tempat di bumi ini yang mempunyai tekanan 4,58 mmHg, maka sudah
dipastikan air akan membeku pada kisaran 0,0098 oC. Titik beku dan titik didih pada
tekanan 4,58 mmHg mempunyai nilai yang sama, artinya titik didh = titik beku pelarut.
Perhatikan bahwa tekanan permukaan berpengaruh besar pada titik didih, tetapi sangat
kecil pengaruhnya terhadap titik beku. Garis B – D nyaris vertikal terhadap sumbu suhu.

3. Garis sublimasi
Garis A – B pada diagram fase di atas disebut garis sublimasi. Garis sublimasi
merupakan transisi fase pada gas. Setiap titik pada pada garis sublimasi menyatakan suhu
dan tekanan di mana zat padat dan uapnya dapat menyublim.

4. Titik tripel
Perpotongan antara garis didih dengan garis beku dan garis sublimasi disebut titik tripel.
Titik tripel air adalah 0,0098 oC pada tekanan 4,58 mmHg. Pada titik tripelnya, ketiga
bentuk fase, yaitu padat, cair, dan gas berada dalam kesetimbangan.

Diagram Fase atau Diagram P – T pada Larutan

Mari kita bandingkan dengan diagram fase larutan dengan diagram fase pelarutnya
yaitu H2O, seperti tampak pada diagram P – T larutan berikut.

14
Larutan mempunyai tekanan uap lebih rendah dari pada pelarut murninya (dalam hal
ini air) yang dinyatakan sebagai ∆P. Oleh karena itu garis didih dan garis beku larutan berada
di bawah garis didih dan garis beku pelarutnya. Penurunan tekanan uap tersebut berpengaruh
terhadap titik didih dan titik beku larutan. Seperti yang tampak pada diagram P – T larutan di
atas, tekanan uap larutan belum 760 mmHg pada suhu 100 oC. Oleh karena itu larutan belum
mendidih. Larutan akan mendidih pada suhu di atas 100 oC yaitu ketika tekanan uapnya
mencapai 760 mmHg. Dengan kata lain, larutan mempunyai titik didih lebih tinggi dari pada
pelarutnya. Sebaliknya, penurunan tekanan uap menyebabkan titik beku larutan lebih rendah
dibandingkan dengan titik beku pelarutnya.

Sumber : http://www.jejaringkimia.web.id/
(Diunduh tanggal 16 Oktober 2018, pukul 09.33)

1.5 Tekanan Osmotik Larutan


Osmosis adalah perembesan molekul pelarut dari pelarut ke dalam larutan atau dari larutan
encer ke lebih pekat. Osmosis dapat dicegah dengan memberikan tekanan pada permukaan
larutan (tekanan osmosis). Tekanan osmosis sendiri artinya perbedaan tekanan hidrostastis
maksimum antara suatu larutan dengan pelarutnya. Jika tekanan yang diberikan melampaui
tekanan osmotiknya maka akan terjadi osmosis balik, yaitu air mengalir dari larutan ke
pelarut.

15
Gambar 1.11. Peristiwa Osmosis

Gambar di atas menampilkan dua larutan yang memiliki konsentrasi berbeda dengan
dibatasi oleh selaput semipermeabel. Larutan di kiri merupakan larutan encar yang
memilki tekanan osmotik rendah (hipotonik), sedangkan larutan di kanan merupakan
larutan pekat yang umumnya memilki tekanan osmotik yang pekat (hipertonik). Selaput
semipermeabel pada gambar hanya dapat dilalui oleh molekul pelarut tetapi tidak dapat
dilalui oleh molekul zat terlarut.

Molekul-molekul pelarut akan merembes dari larutan encer ke larutan yang lebih pekat.
Proses perpindahan molekul pelarut dari larutan encer ke larutan yang lebih pekat atau
dari pelarut murni ke suatu larutan melalui selaput semipermeabel disebut peristiwa
osmosis. Peristiwa osmosis akan berlangsung hingga dicapai suatu kesetimbangan atau
hingga kedua larutan isotonis. Hal ini ditandai dengan berhentinya perubahan volume
larutan.

Gambar 1.8. Tekanan osmotik larutan urea

Perbedaan volume dua larutan pada kesetimbangan menghasilkan suatu tekanan yang
disebut tekanan osmosis. Tekanan osmosis dapat juga diartikan sebagai tekanan yang
diberikan untuk mencegah terjadinya peristiwa osmosis.

16
1.6 Penggunaan Sifat Koligatif dalam Kehidupan Sehari-Hari

1. Penerapan Penurunan Tekanan Uap


 Laut mati adalah contoh dari terjadinya penurunan tekanan uap pelarut oleh zat terlarut
yang tidak mudah menguap. Air berkadar garam sangat tinggi ini terletak di daerah gurun
yang sangat panas dan kering, serta tidak berhubungan dengan laut bebas, sehingga
konsentrasi zat terlarutnya semakin tinggi. Pada saat berenang di laut mati, kita tidak akan
tenggelam karena konsentrasi zat terlarutnya yang sangat tinggi. Hal ini tentu saja, dapat
dimanfaatkan sebagai sarana hiburan atau rekreasi bagi manusia. Penerapan prinsip yang
sama dengan laut mati dapat kita temui di beberapa tempat wisata di Indonesia yang berupa
kolam apung.

2. Penerapan Penurunan Titik Beku


a. Membuat Campuran Pendingin
 Cairan pendingin adalah larutan berair yang memiliki titik beku jauh di bawah 0oC.
Cairan pendingin digunakan pada pabrik es, juga digunakan untuk membuat es putar.
Cairan pendingin dibuat dengan melarutkan berbagai jenis garam ke dalam air.

 Pada pembuatan es putar cairan pendingin dibuat dengan mencampurkan garam


dapur dengan kepingan es batu dalam sebuah bejana berlapis kayu. Pada pencampuran
itu, es batu akan mencair sedangkan suhu campuran turun. Sementara itu, campuran
bahan pembuat es putar dimasukkan dalam bejana lain yang terbuat dari bahan stainless
steel. Bejana ini kemudian dimasukkan ke dalam cairan pendingin, sambil terus-
menerus diaduk sehingga campuran membeku.
b. Antibeku pada Radiator Mobil
 Di daerah beriklim dingin, ke dalam air radiator biasanya ditambahkan etilen glikol.
Di daerah beriklim dingin, air radiator mudah membeku. Jika keadaan ini dibiarkan,
maka radiator kendaraan akan cepat rusak. Dengan penambahan etilen glikol ke dalam
air radiator diharapkan titik beku air dalam radiator menurun, dengan kata lain air
tidak mudah membeku.
c. Antibeku dalam Tubuh Hewan
 Hewan-hewan yang tinggal di daerah beriklim dingin, seperti beruang kutub,
memanfaatkan prinsip sifat koligatif larutan penurunan titik beku untuk bertahan hidup.
Darah ikan-ikan laut mengandung zat-zat antibeku yang mempu menurunkan titik beku
air hingga 0,8oC. Dengan demikian, ikan laut dapat bertahan di musim dingin yang
suhunya mencapai 1,9oC karena zat antibeku yang dikandungnya dapat mencegah
pembentukan kristal es dalam jaringan dan selnya. Hewan-hewan lain yang tubuhnya
mengandung zat antibeku antara lain serangga , ampibi, dan nematoda. Tubuh serangga
mengandung gliserol dan dimetil sulfoksida, ampibi mengandung glukosa dan gliserol
darah sedangkan nematoda mengandung gliserol dan trihalose.
d. Antibeku untuk Mencairkan Salju
 Di daerah yang mempunyai musim salju, setiap hujan salju terjadi, jalanan dipenuhi
es salju. Hal ini tentu saja membuat kendaraan sulit untuk melaju. Untuk mengatasinya,
jalanan bersalju tersebut ditaburi campuran garam NaCl dan CaCl2. Penaburan garam

17
tersebut dapat mencairkan salju. Semakin banyak garam yang ditaburkan, akan semakin
banyak pula salju yang mencair.
e. Menentukan Massa Molekul Relatif (Mr)
 Pengukuran sifat koligatif larutan dapat digunakan untuk menentukan massa
molekul relatif zat terlarut. Hal itu dapat dilakukan karena sifat koligatif bergantung
pada konsentrasi zat terlarut. Dengan mengetahui massa zat terlarut (G) serta nilai
penurunan titik bekunya, maka massa molekul relatif zat terlarut itu dapat ditentukan.
3. Penerapan Tekanan Osmosis
a. Mengontrol Bentuk Sel
 Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis yang sama disebut isotonik.
Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih rendah daripada larutan lain
disebut hipotonik. Sementara itu, larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmosis
lebih tinggi daripada larutan lain disebut hipertonik.

 Contoh larutan isotonik adalah cairan infus yang dimasukkan ke dalam darah.
Cairan infus harus isotonik dengan cairan intrasel agar tidak terjadi osmosis, baik ke
dalam ataupun ke luar sel darah. Dengan demikian, sel-sel darah tidak mengalami
kerusakan.

b. Mesin Cuci Darah


 Pasien penderita gagal ginjal harus menjalani terapi cuci darah. Terapi
menggunakan metode dialisis, yaitu proses perpindahan molekul kecil-kecil seperti
urea melalui membran semipermeabel dan masuk ke cairan lain, kemudian dibuang.
Membran tak dapat ditembus oleh molekul besar seperti protein sehingga akan tetap
berada di dalam darah.

c. Pengawetan Makanan
 Sebelum teknik pendinginan untuk mengawetkan makanan ditemukan, garam dapur
digunakan untuk mengawetkan makanan. Garam dapat membunuh mikroba penyebab
makanan busuk yang berada di permukaan makanan.

d. Membasmi Lintah
 Garam dapur dapat membasmi hewan lunak, seperti lintah. Hal ini karena garam
yang ditaburkan pada permukaan tubuh lintah mampu menyerap air yang ada dalam
tubuh sehingga lintah akan kekurangan air dalam tubuhnya.

e. Penyerapan Air oleh Akar Tanaman


 Tanaman membutuhkan air dari dalam tanah. Air tersebut diserap oleh tanaman
melalui akar. Tanaman mengandung zat-zat terlarut sehingga konsentrasinya lebih
tinggi daripada air di sekitar tanaman sehingga air dalam tanah dapat diserap oleh
tanaman.

f. Desalinasi Air Laut Melalui Osmosis Balik


 Osmosis balik adalah perembesan pelarut dari larutan ke pelarut, atau dari larutan
yang lebih pekat ke larutan yang lebih encer. Osmosis balik terjadi jika kepada larutan
diberikan tekanan yang lebih besar dari tekanan osmotiknya.
 Osmosis balik digunakan untuk membuat air murni dari air laut. Dengan memberi
tekanan pada permukaan air laut yang lebih besar daripada tekanan osmotiknya, air

18
dipaksa untuk merembes dari air asin ke dalam air murni melalui selaput yang
permeabel untuk air tetapi tidak untuk ion-ion dalam air laut. Tanpa tekanan yang cukup
besar, air secara spontan akan merembes dari air murni ke dalam air asin.

 Penggunaan lain dari osmosis balik yaitu untuk memisahkan zat-zat beracun dalam
air limbah sebelum dilepas ke lingkungan bebas.

Larutan Non elektrolit Larutan Elektrolit

Penurunan titik beku Penurunan titik beku

ΔTf = Tfº – Tf ΔTf = Kf × m × i

ΔTf = Kf × m i = faktor Van’t Hoff


Tfº = titik beku pelarut murni
Kf = tetapan penurunan titik beku molal Tf = titik beku larutan
(ºC/m); air = 1,86

Kenaikan titik didih Kenaikan titik didih

ΔTb = Tb – Tbº ΔTb = Kb × m × i

ΔTb = Kb × m Tbº = titik didih pelarut murni


Tb = titik didih larutan
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal
(ºC/m); air = 0,52

Tekanan Osmotik Tekanan Osmosis

πV = n R T πV = n R T i

n n
π= RT π= RT i
V V

π = MRT π = MRT i

π = tekanan osmotik (atm)


V = volume larutan (L)
n = jumlah mol (mol)
T = suhu (Kelvin)
R = 0,082 (L atm mol-1K-1

19
KONSEP MOL

1. Jumlah mol (n)


n = mol (mol)
𝑔 atau 𝑔 g = massa (gram atau g)
n= n=
𝐴𝑟 𝑀𝑟
𝑔
Ar = massa atom relatif ( ⁄𝑚𝑜𝑙 ) = massa tiap 1 atom
𝑔
Mr = massa molekul relatif ( ⁄𝑚𝑜𝑙 ) = jumlah massa seluruh atom dalam molekul

2. Jumlah partikel (X)


 Partikel dapat berupa atom, molekul, dan ion.

X=nL X = Jumlah partikel (satuan: atom / molekul / ion)


n = mol (mol)
L = Tetapan Avogadro
= 6,02 x 1023 (Satuan: 𝑎𝑡𝑜𝑚⁄𝑚𝑜𝑙 atau 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙⁄𝑚𝑜𝑙 atau 𝑖𝑜𝑛⁄𝑚𝑜𝑙 )

3. Molaritas atau Konsentrasi (M)

M=
𝑛 M = konsentrasi zat (Satuan: M atau 𝑚𝑜𝑙⁄𝐿 atau 𝑚𝑚𝑜𝑙⁄𝑚𝐿)
𝑉 n = mol (mol) V = volume (Satuan Liter atau mL)

4. Volume Gas
a. Keadaan standar
V = n  22,4 𝐿⁄𝑚𝑜𝑙 STP (Standard Temperature and
Pressure)
V = n  Vm Suhu 0 C dan tekanan 1 atm

Keadaan kamar
V = n  24 𝐿⁄𝑚𝑜𝑙
RTP (Room Temperature and
Pressure)
Suhu 25 C dan tekanan 1 atm

V = volume (Liter) n = mol (mol) Vm = volume molar (𝐿⁄𝑚𝑜𝑙 )

b. Suhu selain 0 C dan tekanan 1 atm


PxV=nxRxT Suhu selain 25 C dan tekanan 1 atm
Suhu selain 0 C atau 25 C dan tekanan selain 1 atm

P = tekanan (atm) R = Tetapan Gas = 0,082 (𝐿 𝑎𝑡𝑚⁄𝑚𝑜𝑙 𝐾 )


V = volume (Liter) T = suhu (Kelvin)
n = mol (mol)

c. Perbandingan Dua Gas


Ciri soal:
𝑛 𝑛
(𝑉) 𝑔𝑎𝑠 𝐼 = (𝑉) 𝑔𝑎𝑠 𝐼𝐼
20
 Ada 2 senyawa berwujud gas
 Ada simbol (T,P) atau kalimat suhu dan

Latihan Soal
1. Tekanan uap air pada
100oC adalah 76 cmHg.
Berapakah tekanan uap
jenuh larutan glukosa
18 % pada suhu 100oC?
(Mr glukosa = 180)

2. Tentukan titik beku


larutan yang mengandung
6 gram urea dalam 500
gram air! (Mr urea = 60,
Kf air = 1,86 oC/m)

21
3. Sebanyak 4 gram natrium
hidroksida dilarutkan
dalam 500 mL air,
hitunglah titik beku
larutan tersebut! (Ar H
=1, O = 16, Na = 23)

4. Tentukan titik didih


larutan yang mengandung
6 gram urea dalam 500
gram air! (Mr urea = 60,
Kb air = 0,52 oC/m)

5. Sebanyak 9,5 gram MgCl2


dilarutkan dalam 500
gram air. Tentukanlah:
a. titik didih larutan
b. titik beku larutan

Kb = 0,52 oC/m
Kf =1,86 oC/m
Ar Mg = 24, Cl =35,5

22
C. Penilaian Diri
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran Sifat Koligatif Larutan, berikut jawablah
pertanyaan pada tabel Penilaian Diri untuk mengukur keberhasilan kalian terhadap
penguasaan materi ini.

JAWABAN
NO PERTANYAAN
YA TIDAK
1 Saya dapat menghitung konsentrasi dalam satuan molaritas
2 Saya dapat menghitung konsentrasi dalam satuan molalitas
3 Saya dapat menghitung fraksi mol terlarut dan pelarut
Saya dapat menganalisa mengenai fenomena sifat koligatif
4
penurunan tekanan uap larutan
5 Saya dapat menghitung penurunan tekanan uap larutan
Saya dapat menganalisa hubungan fraksi mol terlarut dengan
6
tekanan uap larutan
Saya dapat menganalisa mengenai fenomena sifat koligatif
7
penurunan titik beku larutan
8 Saya dapat menghitung penurunan titik beku larutan
Saya dapat menganalisa mengenai fenomena sifat koligatif
9
kenaikkan titik didih larutan
10 Saya dapat menghitung kenaikkan titik didih larutan
Saya dapat menganalisa mengenai fenomena sifat koligatif
11
tekanan osmosis
12 Saya dapat menghitung tekanan osmosis
Saya telah memahami perbedaan jumlah partikel yang
13 dihasilkan oleh larutan non elektrolit, elektrolit kuat dan
elektrolit lemah
Saya dapat membedakan rumus sifat koligatif larutan elektrolit
14
dengan larutan non elektrolit.
Saya sudah memahami faktor Van’t Hoff, i = [1 + (n-1)α],
15
dimana n = jumlah ion yang dihasilkan dan α = derajat ionisasi
Saya sudah memahami bahwa larutan elektrolit ada yang biner
16
(n=2), terner (n =3), kuarterner (n = 4)
Saya dapat membedakan antara larutan elektrolit kuat
17 (memiliki α =1), elektrolit lemah (0 <α<1) dan non elektrolit
(α=0)
Saya dapat menggunakan faktor Van’t Hoff pada penghitungan
18 sifat koligatif: 1) penurunan titik beku, 2) kenaikan titik didih,
3) tekanan osmosis

23
Bila dalam menjawab pertanyaan di atas masih terdapat jawaban "Tidak", maka segera
lakukan pengulangan pembelajaran, terutama pada bagian yang masih terdapat jawaban
"Tidak".

D. Soal Pemahaman
1. Tekanan uap air pada 29oC adalah 30 mmHg. Pada suhu yang sama, larutan x gram
glukosa dalam 90 gram air mempunyai tekanan uap 29,41 mmHg. Hitunglah nilai x!
(Mr glukosa = 180)

2. Tentukan titik didih dan titik beku larutan 32 gram belerang, S8, yang dilarutkan dalam
400 gram asam asetat! Cairan asam asetat murni mendidih pada suhu 118,3oC dan
membeku pada suhu 16,6oC pada tekanan 1 atm. (Kb asam asetat = 3,1 oCm-1; Kf asam
asetat = 3,6 oCm-1; Ar S = 32)

3. Suatu larutan elektrolit biner mendidih pada 100,2oC. Tentukan titik beku larutan itu!

4. BHT (butylated hydroxytoluene) adalah suatu bahan antioksidan yang banyak


digunakan sebagai bahan aditif pada makanan olahan. Apabila larutan 2,5 gram BHT
dalam 100 gram benzena membeku pada 4,88 oC, tentukan massa molekul relatif BHT!
(Diketahui titik beku normal benzena adalah 5,46 oC dan Kf benzena adalah 5,07oCm-1)

24
5. Ke dalam 1 liter air dilarutkan 60 gram urea (Mr = 60); 11,7 gram NaCl (Mr = 58,5) dan
11,1 gram CaCl2 (Mr = 111). Tentukan titik beku larutan itu! (Diketahui Kf air = 1,86
o
C/m)

6. Hitunglah tekanan osmotik larutan yang mengandung 17,1 gram sukrosa (C12H22O11)
dalam 1 liter larutan pada suhu 27oC! (Ar H = 1, C = 12, O = 16)

7. Tekanan osmotik darah manusia pada suhu 37 oC adalah 7,7 atm. Berapa gram NaCl
harus dilarutkan dalam 1 liter larutan sehingga pada 37 oC isotonik dengan darah
manusia? (Ar Na = 23 dan Cl = 35,5)

8. Tentukan kemolalan larutan 0,1 mol glukosa (C6H12O6) dilarutkan dalam 250 gram air!

9. Tentukan kadar larutan urea jika diketahui fraksi mol urea (CO(NH2)2 sebesar 0,4!

25
10. Ke dalam 600 gram air dilarutkan 1,8 gram glukosa (Mr = 180). Setelah ditambah
x gram urea (Mr = 60) menyebabkan larutan membeku pada suhu – 0,225 oC. Jika Kf
air = 1,86 oCm-1, tentukan nilai x!

11. Kuteks dibuat dengan cara mengencerkan 3,3 mL aseton, CH3COCH3 (ρ aseton =
0,789 g/mL) dengan air hingga mencapai 75 mL. Apabila massa jenis larutan
tersebut adalah 0,993 g/mL, tentukan kemolalan akhir jika ditambahkan aseton
sebanyak 4 gram dan air 50 mL! (Ar H = 1, C = 12, O =16)

12. Pada suhu 27 oC terdapat larutan glukosa 0,08 M. Tentukan massa sukrosa (Mr = 342)
yang harus dilarutkan sehingga terbentuk 2 Liter larutan sukrosa yang isotonis
dengan larutan glukosa pada suhu yang sama!

13. Sebanyak 25 gram suatu zat nonelektrolit dilarutkan dalam air membentuk volume
larutan sebesar 1,75 liter. Jika tekanan osmotik larutan tersebut pada suhu 25 oC adalah
5,45 atm, tentukan Mr zat non elektrolit tersebut!

26
14. Di pegunungan, air murni mendidih pada 97,4 oC. Hitunglah massa natrium
hidroksida (Mr = 40) yang harus ditambahkan dalam 1 kg air agar larutannya mendidih
pada suhu 100 oC! (Kb =0,52 oCm-1)

15. Sebanyak 100 gram asam oksalat (H2C2O4) dengan Mr = 90 dilarutkan dalam 500
mL air (Kf =1,86 oCm-1) kemudian membeku pada suhu -7,44 oC. Tentukan derajat
ionisasi asam oksalat tersebut!

16. Pada suhu tertentu tekanan uap air 97,5 mmHg. Jika ke dalam 540 gram air
ditambahkan 90 gram glukosa (Mr = 180), pada suhu yang sama tentukan tekanan
uap larutan!

17. Hitung kemolalan 200 mL larutan yang mengandung 10% massa KOH dengan
massa jenis sebesar 2,12 g/mL! (Ar H =1, O = 16, K =39)

27
18. Suatu zat organik tersusun dari 40% karbon, 6,6% hidrogen, dan sisanya oksigen. Jika
15 gram zat itu dilarutkan dalam 25 gram air dan Kf air = 1,86 oCm-1, ternyata
larutan itu membeku pada suhu – 6,2oC. Tentukan rumus molekul zat organik itu!

19. Apabila terdapat 518 gram larutan glukosa maka larutan itu membeku pada suhu
-0,372oC. Ke dalam larutan tersebut ditambahkan 11,7 gram NaCl, tentukan titik
beku larutan tersebut! (Kf air = 1,86oC/m, Mr glukosa = 180, Mr NaCl = 58,5)

20. Untuk menghitung massa molekul relatif protein maka dilakukan pengukuran tekanan
osmotik pada 25 mL larutan protein yang mengandung 3,5 gram protein terlarut. Jika
pada suhu 25oC tekanan osmotik 1,54 atm, maka tentukan massa molekul relatif
protein!

21. Sebanyak 30 gram senyawa elektrolit (Mr = 40) dilarutkan ke dalam 900 gram
air. Penurunan titik beku larutan ini adalah 3,1oC. Hitunglah massa senyawa yang
harus dilarutkan ke dalam 1,2 Kg air agar diperoleh penurunan titik beku setengah
dari semula!

28
E. Refleksi

Silakan tuliskan refleksi kalian selama mengikuti kegiatan pembelajaran kimia; Materi Sifat
Koligatif Larutan! (Refleksi ditulis dalam bentuk paragraf berdasarkan pertanyaan panduan
refleksi yang ada)

1. Apakah perilaku dan sikapku dalam belajar sudah mencerminkan apa yang ingin aku capai?
2. Apa yang sedang aku butuhkan saat ini (dalam belajar)?
3. Apa kata-kata yang membuatku memacu semangat belajarku?
4. Apa tantangan yang menghambatku mencapai target belajarku saat ini?
5. Bagaimana perasaanmu dalam mengikuti pembelajaran ini? Tuliskan kesan dan
masukanmu untuk Bu Odilia agar mengajar lebih baik lagi!

29

Anda mungkin juga menyukai