Anda di halaman 1dari 8

DATA DAN INFORMASI POTENSI KAWASAN KONSERVASI

CAGAR ALAM GUNUNG PICIS

NO DATA KAWASAN KETERANGAN


1 2 3
1 Nama Kawasan Gunung Picis
2 Fungsi Cagar Alam
3 Status Hukum SK Penunjukan : SK.395/kpts-II/2011
Tanggal 21 Juli 2011
4 Luas Kawasan 27,90 Ha
5 Letak Geografis Kawasan  07o47’20”– 07°48’8” LS
 111o39’29” – 111o40’9” BT
6 Letak Administrasi Desa Gondowido, Kecamatan Ngebel, Kabupaten
Ponorogo Propinsi Jawa Timur
7 Unit Pengelola Resort Konservasi Wilayah 06, Seksi Konservasi Wilayah
II Bojonegoro, Bidang KSDA Wilayah I Madiun.
8 Sejarah Pengelolaan Cagar Alam Gunung Picis merupakan bagian dari
Kawasan jajaran pegunungan Wilis. Gunung Wilis adalah sebuah
gunung berapi yang terletak di Jawa Timur dan
termasuk dalam wilayah enam kabupaten yaitu
Kabupaten Kediri, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten
Nganjuk, Kabupaten Madiun, Kabupaten Ponorogo dan
Kabupaten Trenggalek. Gunung Wilis mempunyai
kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp
Atas, hutan Montane, dan hutan gunung (wikipedia.org,
2017).
Menurut Peta OTF Fist Editions AMS 1 (tahun 1942)
Gunung Picis merupakan bagian dari rangkaian dalam
Pegunungan Wilis. Puncak tertinggi dari Pegunungan
Wilis adalah Puncak Ngliman yang terletak 2.563 meter
dari permukaan laut. Pada puncak gunung inilah secara
de facto merupakan perbatasan dari empat kabupaten,
diantaranya adalah wilayah Kabupaten Ponorogo.
Penyebaran puncak gunung di Kabupaten Ponorogo
antara lain : Pk. G. Dorowati 2207 m, pk. G.
Merning 2204 m, pk. G. Argo Tawang 2284 m, pk. G.
Tugel 2174 m, pk. G. Argo Kalang 2142 m, pk. G. Wilis
Zuid 1850 m, pk. G. Wolan 1780 m, pk. G. Dudha
Karim 1894 m, pk. G. Jeding 1612 m, pk. G. Tumpak
Candu 1602 m, pk. G. Gayungan 1266 m, pk. G.
Beser 1328 m, pk. G. Patuk Banteng 1630 m, pk. G.
Wader Gandul 1405 m, pk. G. Banyon 1175 m, pk. G.
Picis 1170 m, pk. G. Segogor 1181 m, dan pk. G.
Kemlandingan 1379 m (Wikipedia.org, 2017).
1 2 3
Status perlindungan Gunung Picis telah dimulai sejak
zaman pemerintah Belanda. Tepatnya pada tahun 1936
pemerintah Belanda menetapkan areal seluas 27,9 ha
sebagai nature monument atau hutan lindung yang
berada di kawasan Pegunungan Wilis. Pertimbangan
dan alasan perlindungan dilakukan karena terletak pada
dataran tinggi dengan ditumbuhi rumput sangat subur
dan terdapat tumbuhan-tumbuhan liar.
Status perlindungan ini kemudian dikuatkan oleh
pemerintah Indonesia, dengan ditunjuknya Gunung
Picis sebagai Cagar Alam berdasarkan Surat Keputusan
(SK) Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor
417/Kpts-II/1999 dengan status sebagai Cagar Alam
seluas 27,90 ha dan kemudian pada tahun 2011 terjadi
perubahan SK penunjukan kawasan dari SK 417/Kpts-
II/1999 menjadi SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan
Nomor 395/Menhut-II/2011.

9 Tipe Ekosistem Kawasan Tipe Ekosistem Cagar Alam Gunung Picis merupakan
hutan hujan tropis pegunungan yang ditandai dengan
adanya strata tajuk pohon yang terdiri dari 3 sampai 4
lapisan dengan komposisi yang relatif beragam. Selain
itu di sisi bagian timur sebagian dan dibagian selatan
kawasan banyak ditumbuhi oleh rumput jenis alang-
alang dan belukar
10 Potensi Kawasan : CA Gunung Picis
a. Gambut -
b. Bentang Alam -
c. Jenis Tanah Berdasarkan peta Tanah propinsi Dati I Jawa Timur
skala 1:500.000 yang dikeluarkan oleh Badan
Inventarisasi dan Tata Guna Hutan Tahun 1977
keadaan tanah di dalam kawasan Cagar Alam Gunung
Picis terdiri dari Komplek Mediterans Merah Kuning,
Grumosol, Latosol, dan Batu-Batuan basis dan
intermedier.

d. Geologi Berdasarkan peta Geologi Propinsi Dati I Jawa Timur


skala 1:500.000 yang dikeluarkan oleh Badan
Inventarisasi dan Tata Guna Hutan Tahun 1977
kawasan Cagar Alam Picis terdiri dari Batuan Vulkanik

e. Posisi Kawasan Berdasarkan survei di lapangantidak ada sungai yang


Konservasi dalam DAS mengalir di dalam kawasan Cagar Alam Picis. Fungsi
hidrologis Cagar Alam Picis adalah sebagai daerah
tangkapan air bagi sungai di sekitarnya yaitu sungai
Toyomerto di sebelah timur CA Gunung Picis dan Sungai
Jonggo di sebelah barat CA Gunung Picis
1 2 3
f. Tipe Iklim Berdasarkan klasifikasi type curah hujan Schmid &
Ferguson yang dihitung berdasarkan data curah hujan
bulanan dari stasiun pengamat di Kantor Pengairan
Kecamatan Ngebel, kawasan ini termasuk dalam tipe
iklim C dengan nilai Q = 57,4%.
g. Curah Hujan Adapun curah hujan rata-rata tahunan sebesar 2.647
mm dengan jumlah rata-rata hari hujan sebanyak 147
hari. Musim penghujan pada umumnya terjadi pada
bulan Nopember s/d Mei dengan curah hujan >
100mm/bulan. Musim kemarau terjadi pada bulan Juni
s/d Oktober dengan curah hujan <60 mm/bulan.

h. Ketinggian Dari sebelah barat sampai ke arah timur topografinya


bergelombang sedang, utara ke selatan topografi curam
dengan kelerangan antara 45°-60°. Ketinggian tempat
± 1200 - 1400 mdpl.

i. Kelerengan Berdasarkan Peta Kelerangan Cagar Alam G. Picis


adalah agak curam sampai curam
j. Gejala -
k. Obyek Daya Tarik Wisata -
l. Keberadaan Situs Sejarah -
11 Aksesibilitas Kawasan :
a. Sisi Utara  Tepi jalan Toyomerto (sekitar tandon air)- melewati
hutan produksi Perhutani - Pal 01
 Tepi jalan melewati hutan produksi Perhutani -
tembus Pal CA 174.
 Tepi jalan – melewati Perhutani – tembus Pal 171
b. Sisi Selatan  Jalan arah Margoploso –melewati hutan Perhutani
(tandon air) -tembus Pal CA 132
 Pos timbang getah Margoploso melewati kawasan
Perhutani tembus Pal CA 52
12 Sapras Di dalam Kawasan -
13 Data Kerjasama -
Pengelolaan Kawasan
dengan Pihak Lain
14 Permasalahan Kawasan  Kawasan belum penetapan
 Terdapat daerah bekas longsor dengan luas 3,9 Ha
dan tahun 2018 akan dilaksanakan kegiatan
pemulihan ekosistem
 Berpotensi kebakaran hutan apabila musim kemarau
panjang karena terdapat alang-alang ditepi kawasan
 Berpotensi pengambilan rumput untuk pakan ternak
1 2 3
15 Data Pemulihan Luas : 3,9 Ha
Ekosistem Letak Geografis : 07o 47’20” – 07°48’8” LS
111o 39’29” – 111o 40’9” BT
Potensi SDA : Tepi kawasan terdapat tumbuhan tingkat
pancang dan tiang.

16 Kondisi Penataan Blok Tahun 2017 telah disusun blok pengelolaan yang terdiri
dari : Blok Perlindungan (24 Ha) dan blok rehabilitasi
(3,9 Ha).
Tahun 2018 belum ada SK Pengesahan Blok
Pengelolaan (sedang di proses di Dir.PIKA)

17 Kerjasama Pengelolaan -
Kawasan
18 Arah Prioritas 1. Inventarisasi dan monitoring sumber daya alam
Pengelolaan hayati dan ekosistemnya
2. Pendidikan dan peningkatan kesadartahuan
konservasi alam
3. Perlindungan dan pengamanan khususnya sebagai
home range Elang Jawa
4. Identifikasi Penyimpan karbon dan sumber
tangkapan air
5. Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
tentang KEHATI
6. Pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk
penunjang budidaya
7. Pemulihan ekosistem melalui mekanisme restorasi
ataupun mekanisme alam ( longsor )
8. Pelepasliaran satwa liar
9. Pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan
terbatas

No Keanekaragaman Keterangan
Hayati
1 Potensi Flora dan Fauna Flora :
Secara Umum Berdasarkan hasil penilaian potensi Cagar Alam Gunung
Picis Tahun 2000 mengenai potensi keanekaragaman
dan potensi flora di Cagar Alam Gunung Picis terdapat
36 jenis tumbuhan pada tingkat pohon sedangkan
berdasarkan hasil penelitian Titiek, 2006 terdapat 12
jenis tumbuhanyang berpotensi sebagai obat-obatan
dan 4 yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar
kawasan, yaitu Puspa (Schima wallichii), Morosowo
(Engelhardia spicata), Talesan (Persea odoratissima),
dan Pasang (Lithocarpus elegans).
1 2 3
Pada tahun 2017 telah dilakukan kembali inventarisasi
flora di Cagar Alam Gunung Picis dengan hasil terdapat
25 jenis pohon dan didominasi oleh Morosowo
(Engelhardia spicata), Pasang (Lithocarpus elegans),
Dali (Radermachera gigantea), Nyampuh (Litsea
glutinosa), dan Pulus (Laportea stimulans).

Fauna :
Berdasarkan hasil perjumpaan di lapangan pada saat
pengumpulan data dan informasi kawasan Tahun 2017
dan hasil penilaian potensi Cagar Alam Gunung Picis
Tahun 2000 secara umum di Cagar Alam Gunung
Picisdapat dijumpai beberapa jenis satwa antara lain
mamalia yang diperkirakan sebanyak 11 jenis. Beberapa
jenis mamalia yang cukup dominan ditemui antara lain
Bajing Kelapa (Callosciurus notatus), Bajing Tanah
(Lariscus insignus), Jelarang (Ratufa bicolor), Landak
(Hystrix javanica), Kijang (Muntiacus muntjak), Walang
Kopo, Monyet Ekor Panjang (Macaca fascisularis),
Lutung Jawa (Trachypithecus auratus), Trenggiling
(Manis javanica), Luwak (Paradoxurus hermaproditus).
Untuk jenis burung ditemukan sekitar 21 jenis. Satu
diantaranya merupakan jenis yang dilindungi yaituElang
Jawa (Nisaetusbartelsi).Selain itu jenis yang lainnya
adalah Elang Hitam (Ictinaetus malayensis), Elang Bido
(Spilornischeela), dan Sikep-Madu Asia (Pernis
ptylorinchus), Elang Brontok (Nisaetuscirrhatus), Alap-
Alap Kawah (Falco peregrinus), Ayam Hutan Hijau
(Gallus varius), Ayam Hutan Merah (Gallus gallus),
Kutilang (Pycnonotus aurigaster), Tekukur (Streptopelia
chinensis), Dederuk Jawa (Streptopelia bitorquata),
Perkutut Jawa (Geopelia striata), Srigunting Hitam
(Dicrurus macrocerus), Takur TulungTumpuk
(Megalaima javensis), Prenjak Cokelat (Prinia
polychroa), Pentet (Lanius schach), Pelatuk Besi
(Dinopium javanense), Anis Gunung (Turdus
poliocephalus). Cagar Alam Gunung Picisjuga
merupakan rumah bagi sekitar 18 jenis reptil seperti
Sanca Bodo (Python molurus), Bandotan Macan(Vipera
russelli), Kadal (Lacerta agilis), Bunglon (Bronchocela
jubata), Klarap, Tokek (Gecko gekko), Cicak
(Hemidactylus platyurus), Ular Koros (Ptyas korros),
Ular Dumung/Kobra (Naja sputatrix), Ular King Kobra
(Ophiophagus hannah), Ular Lare Angon (Xenochrophis
vittatus), Ular Weling (Bungarus candidus), Ular Welang
(Bungarus javanicus), Ular Tali Picis (Dendrelaphis
pictus), Ular Jali (Ptyas mucosa), Ular Dadung Pedot
dan Biawak (Varanus salvator), Kadal (Mabouya
multifasciata), dan Katak
1 2 3
2 Satwa kunci Elang Jawa (Nisaetus bartelsi)
3 Data Potensi Satwa Berdasarkan hasil monitoring Tahun 2017
terutama 25 Prioritas Jumlah Populasi : 3
Kepadatan Populasi : -
Ancaman Kepunahan : perburuan dan penyediaan
pakan

4 Flora dan Fauna Endemik -


5 Data Kondisi Habitat Ketersediaan pakan satwa :
Satwa Daya dukung habitat : -

No Sosekbud Keterangan
1 Ekonomi dan Sosial Desa Gondowido :
Budaya Saat ini komoditi unggulan dari perkebunan seperti
coklat, kopi luwak, selain itu ada hasil peternakan
seperti susu dan daging ettawa, sapi, terdapat juga
jamur. Sebelumnya cengkeh menjadi primadona dan
banyak menopang kehidupan warga. Namun serangan
virus membuat Cengkeh banyak yang mati di tahun
2011. Saat ini mulai dikembangkan budidaya Sengon
dan tanaman buah (durian, nangka).Terdapat beberapa
kelompok Tani yang tergabung dalam GAPOKTAN
“GEMAH RIPAH”. Gapoktan ini mengelola lebih dari 14
(empat belas) kelompok tani yang ada di Desa
Gondowido, dan menerima banyak penghargaan dari
Pemerintah karena pengelolaanya terhadap kelompok
tani yang ada di bawahnya berhasil. Produk yang
dihasilkan oleh lembaga ini beranekaragam mulai dari
hasil peternakan seperti susu dan daging ettawa, jamu-
jamuan, cengkeh, minyak cengkeh, kopi luwak, jamur,
dan hasil pertanian, perkebunan dan kehutanan
lainnya. Namun mulai 2011 produksi cengkeh sebagai
produk unggulan desa gagal karena mayoritas pohon
cengkeh mati terkena serangan virus. Penghasilan
anggota kelompok rata-rata Rp 28.170,- per hari (data
monografi desa Tahun 2014).

Desa Pupus :
Masyarakat Desa Pupus pada umumnya
bermatapencaharian sebagai petani. Jumlah petani
yang ada di desa ini sebanyak 757 jiwa. Beberapa
profesi lain yang dijumpai yaitu PNS, tukang,
pedagang. Pola hidup masyarakat Desa Pupus masih
dipengaruhi kondisi alam dan merupakan masyarakat
agraris dengan ladang tadah hujan. Hasil perekonomian
desa ini berasal dari hasil perkebunan berupa coklat,
kopi, kelapa, aren, manggis.
1 2 3
Hasil kehutanan berupa tanaman hutan rakyat Sengon
dan Mahoni. Dari KSDA pernah dibentuk SPKP Sigogor
Lestari pada tahun 2010. Tahun 2010 pernah dilakukan
pelatihan dan bantuan peralatan baglog jamur tiram.

Desa Talun :
Masyarakat DesaTalun pada umumnya
bermatapencaharian sebagai petani pengusaha. Jumlah
petani yang ada di desa ini sebanyak 2.640jiwa.
Beberapa profesi lain yang dijumpai yaitu buruh tani,
PNS, tukang, pedagang, pegawai swasta. Pola hidup
masyarakat Desa Talun masih dipengaruhi kondisi alam
dan merupakan masyarakat agraris dengan ladang
tadah hujan. Hasil perekonomian desa ini berasal dari
hasil perkebunan berupa coklat, kopi, kelapa, aren,
manggis, mbothe, mpon-mpon.

2 Demografi Desa Sekitar Desa Gondowido :


Kawasan  Suku Mayoritas adalah Suku Jawa.
 Berdasarkan Monografi 2016 jumlah penduduk Desa
Gondowido sebanyak 2.614 jiwa (laki-laki 1.309 jiwa
dan perempuan 1.305 jiwa). Terdiri dari 747 KK.
Kepadatan penduduk 296 jiwa/km.
 Berdasarkan profil Desa Gondowido tahun 2016,
mayoritas pendidikan masyarakat SLTA. Terdapat 2
jiwa yang buta aksara, 492 jiwa tamat SD/sederajat,
362 jiwa tamatan SLTP/sederajat, 159 jiwa sudah
mampu menyelesaikan SLTA/Sederajat, 4 jiwa tamat
Diploma, 6 jiwa tamat S1/sederajat dan 4 orang
tamat S2/sederajat.
 Agama mayoritas yang dianut masyarakat Desa
Gondowido adalah Islam, selanjutnya Protestan dan
Katolik dan penganut aliran kepercayaan. Di desa ini
hanya terdapat rumah ibadah Masjid

Desa Pupus :
 Suku Mayoritas adalah Suku Jawa
 Berdasarkan Monografi 2016 jumlah penduduk Desa
Pupus sebanyak 1.735 jiwa (laki-laki 867 jiwa dan
perempuan 868 jiwa). Terdiri dari 505 KK.
 Berdasarkan data Monografi Desa Pupus tahun 2016,
masyarakat Desa Pupus mayoritas hanya tamatan
SD sebanyak 937 jiwa. Bahkan banyak yang terdapat
60 jiwa tidak tamat SD, 217 jiwa tamat SLTP, 119
jiwa lulus SLTA dan 19 jiwa lulus akademi.
 Agama mayoritas yang dianut masyarakat Desa
Pupus adalah Islam.
1 2 3
Desa Talun :
 Suku Mayoritas adalah Suku Jawa
 Berdasarkan Monografi 2016 jumlah penduduk Desa
Talun sebanyak 3.642 jiwa (laki-laki 1.850 jiwa dan
perempuan 1.792 jiwa). Kepadatan penduduk 253
jiwa/km².
 Berdasarkan data Monografi Desa Talun tahun 2016,
masyarakat Desa Talun mayoritas tamatan SD
sebanyak 1.358 jiwa. Terdapat 682 jiwa tidak
sekolah, 945 jiwa tamat SLTP, 421 jiwa lulus SLTA
dan 20 jiwa lulus perguruan tinggi
 Agama mayoritas yang dianut masyarakat Desa
Talun adalah Islam sebanyak 4.128 jiwa, Kristen 4
jiwa.

3 Sejarah Pemukiman di
dalam KK
4 Ketergantungan Desa Gondowido :
masyarakat terhadap Masyarakat Desa Gondowido menyadari betul akan
sumber daya alam di pentingnya CA Gunung Sigogor bagi masyarakat;
dalam kawasan khususnya pada penyediaan air bersih dan perlindungan
topografi tanah dari bencana longsor dan banjir. Selain
itu terdapat pengambilan pakan ternak dan penjaringan
burung

Desa Pupus :
Dijumpai adanya interaksi langsung antara masyarakat
Desa Pupus dengan kawasan Cagar Alam, misalnya
pemanfaatan resapan air yang disalurkan ke rumah
warga untuk keperluan rumah tangga
Sebagai salah satu desa yang berdekatan dengan
kawasan Cagar Alam Gunung Sigogor, beberapa kali
dijumpai adanya gangguan keamanan kawasan berupa
pengambilan rumput untuk pakan ternak dan kayu
bakar. Sehingga diperlukan pendampingan dan
sosialisasi secara intens terhadap masyarakat mengenai
pentingnya menjaga keutuhan kawasan

Desa Talun :
Dijumpai adanya interaksi langsung antara masyarakat
Desa Talun dengan kawasan Cagar Alam, misalnya
pemanfaatan resapan air yang disalurkan ke rumah
warga untuk keperluan rumah tangga. Sebagai salah
satu desa yang berdekatan dengan kawasan Cagar
Alam Gunung Picis, beberapa kali dijumpai adanya
gangguan keamanan kawasan berupa pengambilan
rumput untuk pakan ternak serta perburuan satwa
khususnya jenis burung.

Anda mungkin juga menyukai