Anda di halaman 1dari 4

BAB 9

Evaluasi Hubungan Sinergis Antar- dan Inter- Lembaga Negara


Latar Belakang Merujuk amendemen UUD NRI 1945, sistem politik Indonesia
tidak lagi mengenal istilah lembaga tertinggi. Saat ini istilah yang
dikenal adalah lembaga tinggi negara. Tujuan penghapusan lembaga
tertinggi negara di antaranya agar tercipta prinsip separation of
powers (pemisahan kekuasaan). Hal ini bertujuan untuk
menghadirkan mekanisme pengawasan timbal-balik (checks and
balances) yang sesuai kebutuhan skema sistem demokrasi
presidensial, yakni terbangunnya hubungan antarlembaga negara
dalam rangka menjalankan mekanisme pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia lebih harmonis, serasi, dan efektif.
Amendemen UUDNRI 1945 awalnya hendak direvisi secara
komprehensif dan utuh, namun yang terjadi adalah tambal sulam
amandemen tersebut. Kelonggaran inilah yang pada
akhirnyamelahirkan dilema sistem presidensial (yang semestinya
diperkuat) sehingga berdampak pada hubungan dan persaingan
legitimasi antar- dan interlembaga. Padahal pelaksanaan
amendemen UUD NRI 1945 bertujuan untuk mendorong
tercapainya cita-cita negara seperti termaktub pada alinea keempat
UUD NRI 1945, " ... melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial ... " Selain itu, cenderung
kedapatan devided government (pemerintahan terbelah); lembaga
kepresidenan dan lembaga perwakilan secara faktual dikuasai oleh
partai politik yang berbeda.
Tujuan Evaluasi Tujuan dari evaluasi hubungan sinergis antar dan antar lembaga
Kebijakan negara adalah untuk memahami bagaimana lembaga-lembaga
negara tersebut bekerja bersama-sama dalam mencapai tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan dalam kebijakan publik. Evaluasi ini
dilakukan untuk mengevaluasi sejauh mana kerja sama dan
koordinasi antar lembaga negara telah berjalan dengan baik,
sehingga dapat memperbaiki kinerja dan efektivitas dari kebijakan
publik yang telah diimplementasikan.
Selain itu, evaluasi hubungan sinergis juga bertujuan untuk
menganalisis sejauh mana sinergi antar lembaga negara dapat
menciptakan efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan kebijakan
publik. Dengan memahami interaksi dan hubungan antar lembaga
negara, maka dapat ditemukan cara-cara yang lebih baik untuk
meningkatkan kerja sama dan koordinasi antar lembaga negara
dalam pelaksanaan kebijakan publik, sehingga kebijakan publik
dapat terlaksana dengan lebih baik dan tepat sasaran.
Metode Evaluasi Teori yang digunakan adalah Teori Evaluasi Kebijakan dari Leo
Agustiono, terdiri dari lima dimensi yaitu, SDA, Kelembagaan,
Sarana prasarana dan teknologi, Finansial, dan Regulasi
Hasil Evaluasi Hasil dari evaluasi hubungan sinergis antar dan antar lembaga
negara yang dilakukan adalah pemahaman yang lebih baik tentang
bagaimana lembaga-lembaga negara bekerja bersama-sama dalam
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam kebijakan
publik. Dengan mengevaluasi hubungan sinergis ini, dapat
ditemukan kekuatan dan kelemahan dalam kerja sama dan
koordinasi antar lembaga negara, sehingga dapat diambil tindakan
untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja dan efektivitas dari
kebijakan publik. Selain itu, evaluasi hubungan sinergis juga dapat
menghasilkan rekomendasi untuk meningkatkan sinergi antar
lembaga negara dalam pelaksanaan kebijakan publik. Rekomendasi
tersebut dapat berupa perubahan dalam kebijakan atau peraturan
yang berlaku, perbaikan dalam proses koordinasi dan komunikasi
antar lembaga negara, atau peningkatan kapasitas dan kemampuan
sumber daya manusia yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan
publik. Dengan demikian, hasil dari evaluasi hubungan sinergis
antar dan antar lembaga negara adalah meningkatnya kinerja dan
efektivitas dari pelaksanaan kebijakan publik, serta terciptanya
sinergi yang lebih baik antar lembaga negara dalam mencapai
tujuan-tujuan kebijakan publik yang telah ditetapkan.

Akar Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, disimpulkan bahwa beberapa


pokok permasalahan yang mengakibatkan hubungan kurang
harmonis antar- dan inter- lembaga negara adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan amendemen konstitusi yang tambal sulam dan
tidak utuh.
2. Pemerintah dan DPR kurang memiliki political will dalam
memperkuat politik legislasi.
3. Skema sistem pemilu dan kepartaian tidak didesain untuk
memperkuat sistem presidensial.
4. Komitmen kebangsaan para penyelenggara negara dan elite
masyarakat yang lemah.
Lingkungan Faktor Eksternal
Eksternal dan 1. Amendemen UUD NRI 1945 yang memberi tekanan kepada
Internal yang terciptanya prinsip separations of power atau pemisahan
Memengaruhi kekuasaan.
2. Bergabungnya DPR ke dalam Persatuan Parlemen
Internasional (International Parliamentary Union, IPU).
3. Interaksi negara kita dengan beberapa negara demokrasi
maju dan mapan.
4. Indonesia oleh beberapa lembaga penelitian asing (seperti
Freedom House, Polity, The Economist Intelligence Unit)
dianggap sebagai contoh terbaik proses demokratisasi dan
konsolidasi demokrasi di dunia.

Faktor Internal
1. Hubungan Presiden-DPR menjadi lebih harmonis apabila
terdapat kerja sama di antara partai politik.
2. Adanya suatu "haluan negara".
3. Putusan MK mengenai penyelenggaraan pemilu serentak
pada 2019.
4. Beberapa lembaga non-pemerintah secara serius melakukan
kontrol dan pengawasan terhadap kinerja lembaga negara.
Rekomendasi Setelah menguraikan identifikasi permasalahan, akar permasalahan,
serta faktor eksternal dan internal yang memengaruhi, evaluasi
kebijakan publik harus mampu menawarkan solusi atau
rekomendasi untuk memperbaiki permasalahan, seperti berikut:
1. Melaksanakan amandemen konstitusi secara komprehensif
(tidak tambal sulam) dan utuh.
2. Memperkuat kerjasama antara pemerintah dan DPR dalam
politik legislasi.
3. Menyusun skema dan atau sistem pemilu serta sistem
kepartaian yang didesain untuk memperkuat sistem
presidensial.
4. Menguatkan komitmen kebangsaan dari para penyelenggara
negara dan elit kemasyarakatan.

Anda mungkin juga menyukai