Disusun oleh :
Annisa Damaiyanti Nurdiana ( 19041010057 )
KELAS A
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha kuasa karena telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Paper ini demi memenuhi Ujian
Tengah Semester Mata Kuliah Sistem Administrasi Negara pada Semester III.
Penyusunan Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari dosen kami yaitu, Bapak Drs.
Ananta Prathama, MSi dan Bapak Dr. Moch. Ali Mashuri, S.sos,M.Si selaku dosen pengampu
mata kuliah Sistem Administrasi Negara di FISIP, Universita Pembangunan “ Veteran “ Jawa
Timur.
Penyusunan makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terimakasih. menyadari bahwa dalam makalah yang disusun ini jauh dari
kata sempurna baik dalam Bahasa, penyusunan, maupun penulisannya. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun akan kami nantikan demi makalah yang lebih baik.
Semoga makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan informasi yang
bermanfaat bagi semua pihak.
LATAR BELAKANG
Dalam pemerintahan sebuah negara harus memiliki cara tata kelola demi berjalannya
tujuan negara tersebut. Cara ini sering disebut sebagai Sistem Pemerintahan. Sistem
pemerintahan merupakan suatu tatanan utuh yang terdiri atas berbagai komponen pemerintahan
yang system kerjanya saling bergantung dan memengaruhi dalam mencapai tujuan dan fungsi
pemerintahan. Meskipun sistem pemerintahan dikatakan hampir sama disetiap negara, tetapi,
sistem pemerintahan yang diterapkan setiap negara berbeda satu sama lain ditinjau dari geografis
dan demografi dalam suatu negara. Memahami sistem pemerintahan negara-negara lain, akan
menambah wawasan kita sekaligus bisa dijadikan sebagai bahan perbandingan dengan system
pemerintahan di negara kita.
Di negara Malaysia dan Singapura, untuk dapat menjaga kestabilan negara dan mencegah
dengan timbulnya perilaku yang membahayakan negara mereka, maka mereka tentunya memilki
sistem pemerintahan dengan ciri khas masing-masin. Setiap negara-negara fondasi sistem
pemerintahan berbeda-beda, sesuai dengan sejarah yang sudah mendarah daging dan sudah
menjadi kesesuaian dengan budaya negara masing-masing. Untuk itu perlu kiranya mengetahui
kondisi adminstrasi di negara-negara lain seperti Malaysi dan Singapura untuk bisa
diperbandingkan.
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN
MANFAAT
Pada dasarnya, Sistem pemerintahan diartikan sebagai suatu tatanan utuh yang terdiri atas
berbagai komponen pemerintahan yang bekerja saling bergantung dan memengaruhi dalam
mencapai tujuan dan fungsi pemerintahan. Kekuasaan dalam suatu negara menurut
Montesquieu diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu kekuasaan eksekutif yang berarti kekuasaan
menjalankan undangundang atau kekuasaan menjalankan pemerintahan; kekuasaan legislatif
yang berarti kekuasaan membentuk undang-undang; dan kekuasaan yudikatif yang berarti
kekuasaan mengadili terhadap pelanggaran atas undang-undang. Komponen-komponen
tersebut secara garis besar meliputi lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Jadi, sistem
pemerintahan negara menggambarkan adanya lembaga-lembaga negara, hubungan
antarlembaga negara, dan bekerjanya lembaga negara dalam mencapai tujuan pemerintahan
negara yang bersangkutan.
Tujuan pemerintahan negara pada umumnya didasarkan pada cita-cita atau tujuan negara.
Misalnya, tujuan pemerintahan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa
Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial. Sistem pemerintahan diartikan sebagai tatanan utuh yang terdiri atas berbagai
komponen pemerintahan yang bekerja saling bergantung dan saling memengaruhi dalam
mencapai tujuan dan fungsi pemerintahan. Komponen-komponen tersebut secara garis besar
meliputi lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Dengan demikian, sistem pemerintahan
negara menggambarkan adanya lembaga-lembaga negara, hubungan antarlembaga negara,
dan bekerjanya lembaga negara dalam mencapai tujuan pemerintahan negara.
Indonesia merupakan negara dengan sistem pemerintahan Presidensial. Hal ini didasarkan
pada kesepakatan pendiri bangsa dalam siding Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
pada 29 Mei- 1 Juni dan 10-17 Juli 1945.16 Sistem pemerintahan presidensil itu mempunyai ciri-
ciri yang khas sebagaimana dianut di Amerika Serikat. Pertama, sistem itu didasarkan atas asas
pemisahan kekuasaan. Seorang pakar ilmu politik Amerika Serikat menyatakan it is based upon
the separation of power principle. Yang kedua, tidak ada pertanggungjawaban bersama antara
Presiden sebagai pemimpin eksekutif dengan anggota anggotanya. Anggota-anggota yang
bernama menteri itu sepenuhnya bertanggungjawab kepada Presiden. Yang ketiga, Presiden tidak
dapat membubarkan DPR dan yang keempat, Presiden itu dipilih oleh Dewan Pemilih. Badan
eksekutif dan legislatif memiliki kedudukan independen. Kedua badan tersebut tidak
berhubungan secara langsung, seperti sistem pemerintahan parlementer. Pemerintah Indonesia
dikepalai oleh seorang presiden yang dibantu beberapa menteri yang tergabung dalam suatu
kabinet. Sebelum tahun 2004, sesuai dengan UUD 1945, presiden dipilih oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat. Pada Pemilu 2004, untuk pertama kalinya Presiden Indonesia dipilih
langsung oleh rakyat. Sistem pemerintahan di Indonesia, yaitu sebagai berikut.
Bentuk pemerintahan Negara Malaysia yang berbentuk monarki demokrasi dan/atau monarki
konstitusional yakni menganut sistem pemerintahan kerajaan yang berdasarkan konstitusi bukan
kerajaan mutlak tanpa konstitusi (mornarki absolut). Atau dalam persfektif Malaysia disebut
kerajaan demokrasi berparlimen, demokrasi bermakna rakyat yang berkuasa yaitu kerajaan yang
memerintah dipilih oleh rakyat dan untuk rakyat dan demokrasi berparlimen adalah perwakilan
di mana pendapat rakyat dapat disalurkan melalui wakil-wakil rakyat yang dipilih oleh rakyat
secara langsung melalui pilihan raya. Artinya pelembagaan kemerdekaan 1957 mengekalkan
kedaulatan Raja-raja Melayu. Undang-Undang Dasar Malaysia memiliki sistem federal yang
membagi kekuasaan pemerintahan federal dan pemerintahan negara bagian. Pembagian
kekuasaan ini tercantum dalam Undang-Undang Dasar Federal. Walaupun undang-undang dasar
menggunakan sistem federal, namun sistem ini berjalan dengan kekuasaan yang besar dari
pemerintah pusat.
Selanjutnya, Sultan dijadikan sebagai kepala negara dengan kekuasaan utam a menjaga tradisi
Islam. Sehingga pelaksanaan undang-undang untuk urusan Islam telah diletakkan dalam perlem
bagaan. Ini menunjukkan secara hokum formal bahwa Islam menjadi agama utama di Malaysia.
Kekuasaan legislasi berada di tangan parlemen sekaligus juga sebagai kekuatan eksekutif.
Sehingga dalam urusan legislasi tidak ada desentralisasi ke negeri-negeri yang ada. Sekaligus
Sultan dan Yang Dipertua setiap negeri bertanggung jawab penuh dalam mengurus tradisi yang
berakar dalam sem angat keislaman. Perlem bagaan Persekutuan yang m enjadi undang-undang
tertinggi m em berikan m andat bahw a hal yang berkaitan dengan hal ihwal agam a Islam
diberikan kepada kewenangan negeri sebagaim ana Jadual Kesembilan Senarai 2 Butir 1. Jika
dibaca bersama dengan Perkara 4 (1) dan 75, maka undang-undang yang berada dalam cakupan
setiap negeri yang disebut Enakmen masih dalam kondisi bersyarat yaitu tidak bertentangan
dengan Undang-undang Persekutuan.
Parlemen dipilih berdasarkan pem ilihan umum mewakili kaw asan tertentu. Sementara
dewan rakyat yang disebut dengan senator diangkat atas usulan negeri-negeri. Wilayah
kekuasaan dibagi ke dalam dua tingkatan yaitu tingkatan federal (persekutuan) dan negeri-negeri.
Pelaksanaan kehakim an diselenggarakan oleh pengadilan yang independen. Baik kekuasaan
eksekutif maupun legislatif tidak memiliki kewenangan dalam penyelenggaraan kehakiman.
Sebagai lembaga yang merdeka dari kekuasaan yang lain, maka pengangkatan hakim agung
dilaksanakan secara internal. Sistem pengadilan m em berikan kewenangan seluas-luasnya
kepada Mahkam ah Syariah untuk mengadili perkara syariah sebagaimana dalam enakmen
masing- masing negeri.
Indonesia, Malaysia dan singapura merupakan negara serumpun yang terletak di Kawasan
Asia Tenggara. Meskipun tiga negara tersebut masih dalam satu rumpun, akan tetapi system dan
bentuk pemerintahannya memiliki perbedaan. Indonesia sebagai bekas jajahannya Belanda,
menganut tradisi kebiasaan civil law system, Malaysia yang bekas jajahan inggris menganut
system kebiasaan inggris yaitu common law system serta Malaysia juga menganut prinsip islam
dalam system ketatanegaraannya. Dan sedangkan singapura meskipun ia jajahan inggris dan
tetap mengadopsi system westminter, akan tetapi keluar dari warisan tersebut sejak
kemerdekaan. Karena itu membandingkan sistem hukum Indonesia dengan hukum Malaysia dan
sigapura merupakan kajian yag menarik untuk menelaah sisi kelemahan dan kelebihan sistem
hukum ketiga negara, khususnya dalam sistem ketatanegaraan kedua negara termasuk di
dalamnya sistem peradilannya.
Bentuk negara dari tiga negara tersebut memiliki perbedaan, Indonesia berbentuk negara
kesatuan yang ditegaskan dalam konstitusi pada Pasal 1 Ayat 1 UUD NRI tahunn 1945 yang
bunyinya bahwa Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang berbentuk republic dengan
kepala negara Presiden. Malaysia sendiri berbentuk negara federal dengan system monarki
demokrasi, kepala negaranya disebut yang di-Pertuan Agung. Sedangkan, singapura menganut
system demokrasi parlementer dengan kepala negara presiden dan kepala pemerintahan yaitu
Perdana menteri.
Dalam kekuasaan legislative, Indonesia sebagai demokrasi dijalankan Oleh DPR yang
bersifat merdeka yang berarti bahwa Presiden tidak bisa membubarkan parlemen begitu saja, di
Malaysia Parlimen adalah kuasa yang tertinggi dan melambangkan demokrasi negara, Parlimen
ialah badan perundangan Malaysia, berfungsi sebagai badan menggubal undang-undang.
Berbeda dengan Indonesia, Dalam kuasa parlimen Yang diPertuang Agong berkuasa untuk
memanggil, menangguh dan membubarkan Parlimen dan di singapura hamper sama dengan
Indonesia.
Kekuasan yudikatif di Indonesia dipegang oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi
dalam Pasal 24 ayat (1) dan (2) UUD NRI Tahun 1945 disebutkan ayat (1) “kekuasaan
kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan. Ayat (2) “ kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah
Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan
umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata
usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Berbeda dengan Malaysia yang kekuasaan
kehakimannya ditangan Raja, di Indonesia kekuasaan kehakiman memiliki kekuasaan yang
merdeka tidak dapat di intervensi oleh kekuasaan eksekutif maupun legislatif. Singapura,
Kekuasaan yudikatifnya dijalankan oleh Makamah Agung dan badan peradilan dibawahnya.
Konsep demokrasi ini dipraktikkaan di seluruh dunia secara berbeda-beda dari suatu Negara
ke Negara lain bahkan dalam negara tetangga sekalipun. Setiap Negara dan bahkan setiap orang
menerapkan definisi dan kriterianya sendiri-sendiri mengenai demokrasi itu. Dari analisa 3
negara tersebut dengan mengadopsi trias politica jelas bahwa dalam sistem pemerintahan tiga
negara ini tidak bisa dikatakan sedikit sama, jelas perbedaan tersebut bisa kita lihat dari bentuk
pjika kita menganlisisnya dengan seksama Perbedaan sistem pemerintahan tiga negara tersebut
dilatarbelakangi oleh beberapa faktor seperti Faktor sejarah, yang mana setiap negara memiliki
sejarah masing-masing, misalnya sekalipun Indonesia pernah dijajah oleh Belanda maupun
inggris, tentu sistem administrasi negaranya berbeda dengan negara yang menjadi penjajah.
Faktor konstitusional yaitu undang-undang dasar yang dijadikan dasar hukum penyelenggaraan
negara. Lalu, Faktor sosial-budaya: keragaman budaya menjadi bagian paling penting untuk
menciptakan kerukunan bermasyarakat dan menciptakan kesejahteraan masyarakat. Dan Faktor
gaya kepemimpinan setiap pemimpin memiliki visi dan misi yang berbeda sehingga
kebijakannya pun berbeda. Serta Faktor politik, sistem politik dan praktik berpolitik menentukan
bentuk dan corak administrasi negara yang berbeda.
KESIMPULAN
Dalam kelembagaan nagara Indonesia, Malaysia dan Singapura memiliki perbedaan baik
dari segi bentuk negara dan sistem pemerintahannya. Indonesia, berbentuk negara kesatuan yang
meliputi pemerintah pusat dan daerah otonom dengan sistem pemerintahan republik dengan
prinsip demokrasi konstitusional, Malaysia yang menganut tipe negara federal yang meliputi
negara federal dan negara bagian dengan menganut sistem pemerintahan monarki demokrasi dan
singapura yang menganut republik parlementer dengan sistem pemerintahan parlementer
unikameral] Westminster yang mewakili berbagai konstituensi. Sedangkan Negara Indonesia,
berbentuk negara kesatuan yang meliputi pemerintah pusat dan daerah otonom dengan sistem
pemerintahan republik dengan prinsip demokrasi konstitusional. Dalam Sistem pembagian
kekuasaan negara Indonesia, Malaysia dan Singapura jika dilihat dari teori Trias politica
memiliki perbedaan. kekuasaan sekaligus yakni kekuasaan eksekutif, kekuasaan legislatif dan
kekuasaan Yudikatif. Di Indonesia ketiga kekuasaan tersebut masing-masing berdiri sendiri,
dimana kekuasaan eksekutif dipegang oleh Presiden, kekuasaan legislatif oleh Dewan
Perwakilan Rakyat dan kekuasaan kehakiman berada di tangan Mahkamah Agung dan
Mahkamah Konstitusi. terlepas dari perbedaan-perbedaan yang ada, dalam system kedaulatan
rakyat itu, kekuasaan tertingi Negara tetap berada di tangan rakyat Negarayang bersangkutan.
Kekuasaan itu pada hakikatnya berasal dari rakyat, dikelola oleh rakyat, dan untuk kepentingan
seluruh rakyat itu sendiri. Jargon yang kemudian dikembangkan sehubungan dengan ini adalah
“kekuasaan itu dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”. Bahkan, dalam system participatory
democracy, dikembangkan pula tambahan bersama rakyat, sehingga menjadi “kekuasaan
pemerintahan ituberasal dari rakyat, untuk rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”.
SARAN :
Meskipun dalam prinsip system negara berbeda-beda, diharapkan bahwa pemerintah dalam
pemerintahan selalu konsisten untuk menjalankan pemerintahannya sesuai dengan prinsip yang
dianut dan mengutamakan serta melayani rakyat sesuai dengan pedoman demokrasi. Pada
hakikatnya, kedaulatan rakyat itu, tetap harus dijamin bahwa rakyatlah yang sesungguhnya
pemilik Negara dengan segala kewenangannya untuk menjalankan fungsi kekuasaan Negara,
Rakyatlah yang berwenang merencanakan, mengatur, melaksanakan, dan melakukan
pengawasan serta penilaian terhadap pelaksanaan fungsi-fungsi kekuasaan itu. Dan diharapkan
para Lembaga pemerintahan tetap melaksanakan fungsi-fungsi konstitusionalnya dan menjaga
indenpendensi masing masing Lembaga.
DAFTAR PUSTAKA :