Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
     Masalah Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia
Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia
serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan
terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau, oleh karena itu ia disebut juga sebagai
Nusantara. Dengan populasi sebesar 222 juta jiwa pada tahun 2006, Indonesia adalah
negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk Muslim
terbesar di dunia meskipun secara resmi bukanlah negara Islam. Bentuk pemerintahan
Indonesia adalah republik, dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah dan Presiden yang dipilih langsung. Ibukota negara ialah Jakarta. Sejarah
Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa lainnya. Kepulauan Indonesia menjadi
wilayah perdagangan penting setidaknya sejak abad ke-7, yaitu ketika Kerajaan
Sriwijaya menjalin hubungan agama dan perdagangan dengan Tiongkok dan India.
Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha telah tumbuh pada awal abad Masehi, diikuti para
pedagang yang membawa agama Islam, serta berbagai kekuatan Eropa yang saling
bertempur untuk memonopoli perdagangan rempahrempah Maluku semasa era
penjelajahan samudra. Setelah berada di bawah penjajahan Belanda, Indonesia
menyatakan kemerdekaannya di akhir Perang Dunia II. Selanjutnya Indonesia mendapat
berbagai hambatan, ancaman dan tantangan dari bencana alam, korupsi, separatisme,
proses demokratisasi dan periode perubahan ekonomi yang pesat. Dari Sabang sampai
Merauke, Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa dan agama yang berbeda. Suku
Jawa adalah grup etnis terbesar dan secara politis paling dominan. Semboyan nasional
Indonesia, "Bhinneka tunggal ika" ("Berbeda-beda tetapi tetap satu"), berarti
keberagaman yang membentuk negara. Jati diri suatu bangsa bukan saja dapat kita
lihat dari bagaimana karakter pokok dari para warga bangsa, tetapi juga dari pilihan
ideologi dan sistem pemerintahan yang dipilih oleh bangsa tersebut. Setiap negara
memiliki sistem untuk menjalankan kehidupan permerintahannya. Sistem tersebut
adalah sistem pemerintahan. Ada beberapa macam sistem pemerintahan di dunia ini
seperti presidensial dan parlementer. Setiap sistem pemerintahan memiliki kelebihan

1
dan kekurangan, karakteristik, dan perbedaan masing-masing. Sejak tahun 1945
Indonesia pernah berganti sistem pemerintahan. Indonesia pernah menerapkan kedua
sistem pemerintahan ini. Selain itu terjadi juga perubahan pokok-pokok sistem
pemerintahan sejak dilakukan amandemen UUD 1945. Berdasarkan Undang-Undang
Dasar 1945, Indonesia adalah negara yang menerapkan sistem pemerintahan
presidensial. Namun dalam perjalannannya, Indonesia pernah menerapkan sistem
pemerintahan parlementer karena kondisi dan alasan yang ada pada waktu itu. Berikut
adalah sistem pemerintahan Indonesia dari 1945 hingga sekarang. Sistem
pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu kestabilan negara itu.
Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme karena sistem
pemerintahan yang dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan rakyat. Sistem
pemerintahan mempunyai fondasi yang kuat dimana penerapannya kebanyakan sudah
mendarah daging dalam kebiasaan hidup masyarakatnya dan terkesan tidak bisa diubah
serta cenderung statis. Jika suatu pemerintahan mempunya sistem pemerintahan yang
statis dan absolut maka hal itu akan berlangsung selamanya sehingga adanya desakan
kaum minoritas untuk memprotes hal tersebut. Secara luas, sistem pemerintahan itu
menjaga kestabilan masyarakat, menjaga tingkah laku kaum mayoritas maupun
minoritas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga kekuatan politik, pertahanan,
ekonomi dan keamanan sehingga menjadi sistem pemerintahan yang kontinu dan
bersifat demokrasi dimana seharusnya masyarakat bisa turut andil dalam pembangunan
sistem pemerintahan tersebut. Hingga saat ini hanya sedikit negara yang bisa
mempraktikkan sistem pemerintahan itu secara menyeluruh. Secara sempit, sistem
pemerintahan hanya sebagai sarana kelompok untuk menjalankan roda pemerintahan
guna menjaga kestabilan negara dalam waktu relatif lama dan mencegah adanya
perilaku reaksioner maupun radikal dari rakyatnya itu sendiri. Pokok-pokok sistem
pemerintahan negara Indonesia berdasarkan UUD 1945 sebelum diamandemen
tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 tentang tujuh kunci pokok sistem pemerintahan
negara. Berdasarkan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan, sistem pemerintahan
Indonesia menurut UUD 1945 menganut sistem pemerintahan presidensial. Sistem
pemerintahan ini dijalankan semasa pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan
Presiden Suharto. Ciri dari sistem pemerintahan masa itu adalah adanya kekuasaan
yang amat besar pada lembaga kepresidenan. Hampir semua kewenangan presiden
yang di atur menurut UUD 1945 tersebut 3 dilakukan tanpa melibatkan pertimbangan
atau persetujuan DPR sebagai wakil rakyat. Karena itu tidak adanya pengawasan dan

2
tanpa persetujuan DPR, maka kekuasaan presiden sangat besar dan cenderung dapat
disalahgunakan. Mekipun adanya kelemahan, kekuasaan yang besar pada presiden
juga ada dampak positifnya yaitu presiden dapat mengendalikan seluruh
penyelenggaraan pemerintahan sehingga mampu menciptakan pemerintahan yang
kompak dan solid. Sistem pemerintahan lebih stabil, tidak mudah jatuh atau berganti.
Konflik dan pertentangan antar pejabat negara dapat dihindari. Namun, dalam praktik
perjalanan sistem pemerintahan di Indonesia ternyata kekuasaan yang besar dalam diri
presiden lebih banyak merugikan bangsa dan negara daripada keuntungan yang
didapatkanya. Memasuki masa Reformasi ini, bangsa Indonesia bertekad untuk
menciptakan sistem pemerintahan yang demokratis. Untuk itu, perlu disusun
pemerintahan yang konstitusional atau pemerintahan yang berdasarkan pada konstitusi.
Dalam menjalankan sistem pemerintahan perlu memperhatikan asas pemerintahan.
Asas adalah dasar, pedoman atau sesuatu yang dianggap kebenaraannya, yang
menjadi tujuan berpikir dan prinsip yang menjadi pegangan. Jadi dengan demikian yang
menjadi asas ilmu pemerintahan adalah dasar dari suatu sistem pemerintahan seperti
ideologi suatu bangsa, filsafah hidup dan konstitusi yang membentuk sistem
pemerintahannya. Ilmu pemerintahan itu sama sebagaimana ilmu-ilmu kenegaraan
lainnya yang banyak berkonotasi pada masalah kekuasaan, maka di khawatirkan timbul
kecenderungan pada kesewenang-wenangan, oleh karena itu diperlukan etika yang
berakhir dari moral dan norma agama. Dengan demikian kita perlu memperhatikan
semua aspek yang berhubungan dengan sistem pemerintahan agar sistem
pemerintahan di Indonesia dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan konstitusi
negar

B.Perumusan Masalah

1. Apa pengertian sistem pemerintahan?


2. Bagaimana sistem pemerintahan di Indonesia?
3. Bagaimana pelaksanaan sistem pemerintahan negara Indonesia?
4. Bagaimana sistem pemerintahan negara Indonesia berdasarkan UUD 1945?

C.Tujuan Penelitian

1. Mengetahui definisi sistem pemerintahan.


2. Memahami sistem pemerintahan di Indonesia.
3. Memahami pelaksanaan sistem pemerintahan negara Indonesia.
4. Memahami sistem pemerintahan negara Indonesia berdasarkan UUD 1945.

3
    

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Pemerintahan presidensial


Sistem pemerintahan berasal dari gabungan dua kata sistem dan pemerintahan. Kata
sistem merupakan terjemahan dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma)
adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama
untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Sistem berarti suatu keseluruhan yang
terdiri atas beberapa bagian yang mempunyai hubungan fungsional. Sistem juga merupakan
kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta
memiliki item-item penggerak, contoh umum misalnya seperti negara. Negara merupakan suatu
kumpulan dari beberapa elemen kesatuan lain seperti provinsi yang saling berhubungan
sehingga membentuk suatu negara dimana yang berperan sebagai penggeraknya yaitu rakyat
yang berada di negara tersebut. Kata „sistem‟ banyak sekali digunakan dalam percakapan
sehari-hari, dalam forum diskusi maupun dokumen ilmiah. Kata ini digunakan untuk banyak hal,
dan pada banyak bidang pula, sehingga maknanya menjadi beragam. Dalam pengertian yang
paling umum, sebuah sistem adalah sekumpulan benda yang memiliki hubungan di antara
mereka. Dari penjabaran pengertian tentang sistem di atas bisa kita ambil kesimpulan bahwa
sistem itu memang kompleks dan sangat terkait dengan hal yang ada di dalamnya, karena
sistem tidak akan jalan apabila salah satu elemen sistem tersebut tidak jalan. Atau dapat juga
dikatakan bahwa pengertian sistem adalah sekumpulan unsur atau elemen yang saling
berkaitan dan saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai suatu
tujuan. Pemerintah merupakan kemudi, dalam bahasa Latin asalnya Gubernaculum. Dalam
bahasa Indonesia, kata dasar pemerintah adalah perintah, kemudian ditambahkan Imbuhan em
dan an. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia perintah adalah perkataan yang bermakna
menyuruh melakukan sesuatu; pemerintah adalah kekuasaan yang memerintah suatu wilayah,
daerah, atau, negara; pemerintahan adalaha perbuatan, cara, hal, urusan dalam memerintah.
Pemerintah adalah organisasi yang mencakup aparatur negara yang meliputi semua organ-
organ, badan atau lembaga, alat kelengkapan negara memiliki kewenangan untuk membuat

4
kebijakan dalam bentuk (penerapan hukum dan undang-undang) di kawasan tertentu.
Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada di bawah kekuasaan mereka. Kekuasaan dalam
suatu negara menurut Montesquieu diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu kekuasaan eksekutif
yang berarti kekuasaan menjalankan undang-undang atau kekuasaan menjalankan
pemerintahan; kekuasaan legislatif yang berarti kekuasaan membentuk undang-undang; dan
kekuasaan yudikatif yang berarti kekuasaan mengadili terhadap pelanggaran atas undang-
undang. Komponen-komponen tersebut secara garis besar meliputi lembaga eksekutif, legislatif
dan yudikatif. Pemerintah berbeda dengan pemerintahan. Pemerintah merupakan organ atau
alat pelengkap jika dilihat dalam arti sempit pemerintah hanyalah lembaga eksekutif saja.
Pemerintahan dalam arti sempit adalah semua aktivitas, fungsi, tugas dan kewajiban yang
dijalankan oleh lembaga untuk mencapai tujuan negara. Pemerintahan dalam arti luas adalah
semua aktivitas yang terorganisir yang bersumber pada kedaulatan dan kemerdekaan,
berlandaskan pada dasar negara, rakyat, atau penduduk dan wilayah negara itu demi
tercapainya tujuan negara. Pemerintahan juga dapat didefinisikan dari segi struktural fungsional
sebagai sebuah sistem struktur dan organisasi dari berbagai dari berbagai macam fungsi yang
dilaksanakan atas dasar-dasar tertentu untuk mencapai tujuan negara

1.Sistem Pemerintahan Presidensial

Sistem presidensial (presidensiil), atau disebut juga dengan sistem kongresional, merupakan
sistem pemerintahan negara republik di mana kekuasan eksekutif dipilih melalui pemilu dan
terpisah dengan kekuasan legislatif. Sistem pemerintahan ini dianut oleh Amerika Serikat,
Filipina, Indonesia dan sebagian besar negara-negara Amerika Latin dan Amerika Tengah.
Menurut Rod Hague, pemerintahan presidensiil terdiri dari 3 unsur yaitu:

i) Presiden yang dipilih rakyat memimpin pemerintahan dan mengangkat pejabat-


pejabat pemerintahan yang terkait.
ii) Presiden dengan dewan perwakilan memiliki masa jabatan yang tetap, tidak bisa
saling menjatuhkan.
iii) Tidak ada status yang tumpang tindih antara badan eksekutif dan badan legislatif.
iv) Dalam sistem presidensial, presiden memiliki posisi yang relatif kuat dan tidak dapat
dijatuhkan karena rendah subjektif seperti rendahnya dukungan politik. Namun
masih ada mekanisme untuk mengontrol presiden. Jika presiden melakukan
pelanggaran konstitusi, pengkhianatan terhadap negara, dan terlibat masalah
kriminal, posisi presiden bisa dijatuhkan. Bila ia diberhentikan karena pelanggaran-

5
pelanggaran tertentu, biasanya seorang wakil presiden akan menggantikan
posisinya.

a.Ciri-ciri pemerintahan presidensial yaitu:

i) Dikepalai oleh seorang presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus kepala


negara.
ii) Kekuasaan eksekutif presiden diangkat berdasarkan demokrasi rakyat dan dipilih
langsung oleh mereka atau melalui badan perwakilan rakyat.
iii) Presiden memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-
departemen.
iv) Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan eksekutif (bukan
kepada kekuasaan legislatif).
v) Kekuasaan eksekutif tidak bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
vi) Kekuasaan eksekutif tidak dapat dijatuhkan oleh legislatif.

b.Kelebihan sistem pemerintahan presidensial yaitu:

i) Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak tergantung pada


parlemen.
ii) Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu.
Misalnya, masa jabatan Presiden Amerika Serikat adalah empat tahun, Presiden
Filipina adalah enam tahun dan Presiden Indonesia adalah lima tahun.
iii) Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu masa
jabatannya.
iv) Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif karena dapat
diisi oleh orang luar termasuk anggota parlemen sendiri.

c.Kekurangan sistem pemerintahan presidensial yaitu:

i) Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat


menciptakan kekuasaan mutlak.
ii) Sistem pertanggungjawaban kurang jelas.
iii) Pembuatan keputusan atau kebijakan publik umumnya hasil tawar-menawar antara
eksekutif dan legislatif sehingga dapat terjadi keputusan tidak tegas
iv) Pembuatan keputusan memakan waktu yang lama.

6
B. Sistem Pemerintahan Indonesia
Pembukaan UUD 1945 Alinea IV menyatakan bahwa kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk
dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Berdasarkan
Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk
republik. Berdasarkan hal itu dapat disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia adalah
kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahannya adalah republik. Selain bentuk negara
kesatuan dan bentuk pemerintahan republik, Presiden Republik Indonesia memegang
kekuasaan sebagai kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Hal itu didasarkan
pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan
pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.” Dengan demikian, sistem pemerintahan di
Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial.
Kekuasaan pemerintahan negara Indonesia menurut UUD pasal 1 sampai dengan pasal
16, pasal 19 sampai dengan pasal 23 ayat (1) dan ayat (5), serta pasal 24 adalah:
i) Kekuasaan menjalani perundang–undangan negara atau kekuasaan eksekutif yang
dilakukan oleh pemerintah
ii) Kekuasaan memberikan pertimbangan kenegaraan kepada pemerintah atau
kekuasaan konsultatif yang dilakukan oleh DPA.
iii) Kekuasaan membentuk perundang–undangan negara atau kekuasaan legislatif
yang dilakukan oleh DPR.
iv) Kekuasaan mengadakan pemeriksaan keuangan negara atau kekuasaan
eksaminatif atau kekuasaan inspektif yang dilakukan oleh BPK
v) Kekuasaan mempertahankan perundang–undangan negara atau kekuasaan
yudikatif yang dilakukan oleh MA.

Berdasarkan ketetapan MPR nomor III/MPR/1978 tentang kedudukan dan hubungan tata kerja
lembaga tertinggi negara dengan atau antara lembaga – lembaga Tinggi Negara ialah sebagai
berikut.

i) Lembaga tertinggi negara adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat. MPR sebagai


pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara dengan pelaksana kedaulatan rakyat
memilih dan mengangkat presiden atau mandataris dan wakil presiden untuk
melaksanakan Garis–garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan putusan–putusan MPR
lainnya. MPR dapat pula diberhentikan presiden sebelum masa jabatan berakhir atas

7
permintaan sendiri, berhalangan tetap sesuai dengan pasal 8 UUD 1945, atau sungguh–
sungguh melanggar haluan egara yang ditetapkan oleh MPR
ii) Lembaga–lembaga tinggi negara sesuai dengan urutan yang terdapat dalam UUD 1945
ialah presiden (pasal 4 – 15), DPA (pasal 16), DPR (pasal 19-22), BPK (pasal 23), dan
MA (pasal 24)

a) Presiden adalah penyelenggara kekuasaan pemerintahan tertinggi dibawah MPR. Dalam


melaksanakan kegiatannya dibantu oleh seorang wakil presiden. Presiden atas nama
pemerintah (eksekutif) bersama–sama dengan DPR membentuk undang-undang termasuk
menetapkan APBN. Dengan persetujuan DPR, presiden dapat menyatakan perang.

b) Dewan Pertimbangan Agung (DPA) adalah sebuah bahan penasehat pemerintah yang
berkewajiban memberi jawaban atas pertanyaan presiden. Selain itu DPA berhak mengajukan
pertimbangan kepada presiden.

c) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah sebuah badan legislatif yang dipilih oleh masyarakat
berkewajiban selain bersama-sama dengan presiden membuat undangundang juga wajib
mengawasi tindakkan-tindakan presiden dalam pelaksanaan haluan Negara.

d) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ialah badan yang memeriksa tanggung jawab tentang
keuangan negara. Dalam pelaksanaan tugasnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah.
BPK memriksa semua pelaksanaan APBN. Hasil pemeriksaannya dilaporkan kepada DPR.

e) Mahkamah Agung (MA) adalah badan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman yang
dalam pelaksanaan tugasnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh
lainnya. MA dapat mempertimbangkan dalam bidang hukum, baik diminta maupun tidak diminta
kepada kepada lembaga – lembaga tinggi negara.

C. Pelaksanaan Sistem Pemerintahan di Indonesia

Secara teori, berdasarkan UUD 1945, Indonesia menganut sistem pemerintahan


presidensiil. Namun dalam prakteknya banyak bagian-bagian dari sistem pemerintahan
parlementer yang masuk ke dalam sistem pemerintahan di Indonesia. Sehingga secara singkat
bisa dikatakan bahwa sistem pemerintahan yang berjalan di Indonesia adalah sistem
pemerintahan yang merupakan gabungan atau perpaduan antara sistem pemerintahan
presidensiil dengan sistem pemerintahan parlementer. Apalagi bila dirunut dari sejarahnya,
Indonesia mengalami beberapa kali perubahan sistem pemerintahan.

8
1.Tahun 1945 – 1949(parlementer) Terjadi penyimpangan dari ketentuan UUD 1945 antara lain:

a) Berubah fungsi komite nasional Indonesia pusat dari pembantu presiden menjadi badan
yang diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan GBHN yang merupakan
wewenang MPR.
b) terjadinya perubahan sistem kabinet presidensial menjadi kabinet parlementer
berdasarkan usul BP – KNIP.

2.Tahun 1949 – 1950 Didasarkan pada konstitusi RIS. Pemerintahan yang diterapkan saat itu
adalah sistem parlementer kabinet semu (Quasy Parlementary). Sistem pemerintahan yang
dianut pada masa konstitusi RIS bukan kabinet parlementer murni karena dalam sistem
parlementer murni, parlemen mempunyai kedudukan yang sangat menentukan terhadap
kekuasaan pemerintah.

3.Tahun 1950 – 1959 Landasannya adalah UUD 1950 pengganti konstitusi RIS 1949. Sistem
Pemerintahan yang dianut adalah parlementer kabinet dengan demokrasi liberal yang masih
bersifat semu. Adapun ciri-cirinya ialah sebagai berikut:

a) Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat.


b) Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintahan.
c) Presiden berhak membubarkan DPR.
d) Perdana Menteri diangkat oleh Presiden.

4.Tahun 1959 – 1966 Pada masa ini Indonesia menganut sistem pemerintahan demokrasi
terpimpin. Era “Demokrasi Terpimpin”, yaitu kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan kaum
borjuis nasional dalam menekan pergerakan-pergerakan independen kaum buruh dan petani,
gagal memecahkan masalah-masalah politis dan ekonomi yang mendesak. Pendapatan ekspor
menurun, cadangan devisa menurun, inflasi terus menaik dan korupsi birokrat dan militer
menjadi wabah. Presiden mempunyai kekuasaan mutlak dan dijadikannya alat untuk
melenyapkan kekuasaankekuasaan yang menghalanginya sehingga nasib parpol (10 parpol
yang diakui) ditentukan oleh presiden. Tidak ada kebebasan mengeluarkan pendapat.

5.Tahun 1966 – 1998 Pada 27 Maret 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa
jabatan 5 tahun sebagai presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada
tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Presiden Soeharto memulai “Orde Baru” dalam
dunia politik Indonesia dan secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri
dari jalan yang ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya. Orde Baru berlangsung

9
selama 30 tahun. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meski
hal ini dibarengi praktek korupsi yang merajalela di negara ini. Lama kelamaan banyak terjadi
penyimpanganpenyimpangan. Kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin
melebar.

Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan
menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer namun dengan
nasehat dari ahli ekonomi didikan Barat. DPR dan MPR tidak berfungsi secara efektif.
Anggotanya bahkan seringkali dipilih dari kalangan militer, khususnya mereka yang dekat
dengan Cendana. Hal ini mengakibatkan aspirasi rakyat sering kurang didengar oleh pusat.
Pembagian PAD juga kurang adil karena 70% dari PAD tiap provinsi tiap tahunnya harus
disetor kepada Jakarta, sehingga melebarkan jurang pembangunan antara pusat dan daerah.
Dikarenakan sistem pemerintahan yang sangat terpusat dan krisis finansial Asia yang
menyebabkan ekonomi Indonesia melemah, maka terjadi demonstrasi besar-besaran yang
dilakukan berbagai organ aksi mahasiswa di berbagai wilayah Indonesia. Pemerintahan
Soeharto semakin disorot setelah Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998 yang kemudian memicu
Kerusuhan Mei 1998 sehari setelahnya. Gerakan mahasiswa pun meluas hampir diseluruh
Indonesia. Di bawah tekanan yang besar dari dalam 16 maupun luar negeri, Soeharto akhirnya
memilih untuk mengundurkan diri dari jabatannya pada 21 Mei 1998. vi) Tahun 1998 –
Sekarang Pelaksanaan demokrasi pancasila pada era reformasi telah banyak memberikan
ruang gerak pada partai politik maupun DPR untuk mengawasi pemerintah secara kritis dan
dibenarkan untuk unjuk rasa.

D. Asas Sistem Pemerintahan

1. Asas Pemerintahan Umum Asas

adalah dasar, pedoman atau sesuatu yang dianggap kebenaraannya, yang menjadi tujuan
berpikir dan prinsip yang menjadi pegangan. Jadi dengan demikian yang menjadi asas ilmu
pemerintahan adalah dasar dari suatu sistem pemerintahan seperti ideologi suatu bangsa,
filsafah hidup dan konstitusi yang membentuk sistem pemerintahannya. Untuk itu dalam
membahas asas suatu pemerintahan, kita perlu melihat berbagai prinsip-prinsip, pokok-pokok
pikiran, tujuan, struktur organisasi, faktor- faktor kekuatan dan proses pembentukan suatu
negara. Hal ini karena sebagaimana sifat dari pada ilmu pemerintahan itu sendiri, maka dalam
menetukan asas ilmu pemerintahan ini, yang diselidiki hanyalah asas pemerintahan dari suatu
negara tertentu, bukan pemerintahan pada umumnya. Tentang asas-asas pemerintahan yang

10
berlaku secara umum, Dr. Talizi mengatakan sebagai berikut bahwa “Pengertian asas dalam
hubungannya ini adalah dalam arti khusus. Secara umum dapat dikatakan bahwa asas-asas
pemerintahan tercantum didalam pedoman-pedoman, peraturan-peraturan dan jika diusut
sampai tingkat tertinggi.”

Beberapa asas pemerintahan yaitu:

i) Asas Aktif Pemerintah memiliki sumber utama pembangunan. Di negara-negara


berkembang pemerintah senantiasa berada pada posisi sentral, oleh karena itu
pemerintah memegang peran inovatif dan inventif. Bahkan pemerintah mengurus semua
permasalahan pembangunan, pemerintahan, dan kemasyarakatan, mulai dari orang-
orang yang belum lahir kedunia, sampai dengan orang-orang yang telah meninggal
dunia. Jadi pemerintah selalu aktif di mannapun berada.
ii) Asas Vrij Bestuur Vrij berarti kosong, sedangkan Bestuur berarti pemerintahaan. Jadi
Vrij Bestuur adalah kekosongan pemerintahaan. Hal ini timbul karena melihat bahwa
tidak seluruhnya penjabaran setiap departemen dan non departemen sampai ke
kecamatan-kecamatan, apalagi kelurahan-kelurahan dan desa-desa. Asas ini biasanya
disebut juga sebagai asas mengisi kekosongan.
iii) Asas Freies Eremessen Berlainan dengan asas Vrij Bestuur, bila mana pekerjaan itu
ada tetapi aparat pelaksanaannya tidak ada. Maka pada asas Freies Eremessen,
pekerjaan itu memang belum ada dan mesti dicari serta ditemukan sendiri. Jadi terlepas
hanya sekedar mengurus hal-hal yang secara tegas telah digariskan oleh pemerintah
pusat dan pemerintah daerah tingkat yang lebih di atas, untuk 20
dipertanggungjawabkan hasilnya. Dalam hal ini pemerintah bebas mengurus dan
menemukan inisiatif pekerjaan baru, sepenjang tidak ada pertentangan dengan
peraturan peundang-undangan yang berlaku ataupun ketentuan-ketentuan lain yang
berkenaan dengan norma kebiasaan suatu tempat.
iv) Asas Historis Asas yang dalam penyelenggaraan pemerintaha, bila terjadi suatu
peristiwa pemerintah, maka untuk menanggulanginya pemerintah berpedoman kepada
penanggulangan dan pemecahan peristiwa yang lalu, yang sudah pernah terjadi.
v) Asas Etis Asas yang dalam penyelenggaraan pemerintahaan, pemerintah tidak lepas
pemperhatikan kaidah norma. Oleh karenanya dinegara Indonesia, pelaksanaan
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila senang tiasa digalakan, disamping
masing-masing agama berlomba menyampaikan bahwa pemerintah bukan masalah

11
sekuler yang tepisah jauh dari etika dan moral, tetapi merupakan amanah Allah yang
harus dipertanggungjawabkan di akhirat nanti.
vi) Asas Otomatis Asas dengan sendirinya, bila ada suatu kegiataan baru yang diluar
tanggung jawab suatu departemen atau non departemen, baik sifatnya rutin atau
sewaktu-waktu, maka dengan sendirinya pekerjaan itu dipimpin oleh parat Departemen
Dalam Negeri sebagai poros pemerintahan dalam negeri, walaupun dengan tetap
melihatkan aparat lain. Misalnya, kepanitian Hari- Hari Besar Nasional, penyambut tamu
Negara, dan lain-lain. Di daerah dikelola oleh Pemerintah Daerah.
vii) Asas Detournement De Pauvoir Asas Detournement De Pauvoir adalah asas
kesewenang-wenangan pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahannya atau
sebaliknya ketidakpedulian pemerintah terhadap masyarakatnya. Jadi asas ini
merupakan pertentangan dari semua asas yang telah di sampaikan di atas karena
menyalahgunakan kekuasaan yang di peroleh.

2. Asas Penyelenggaraan Pemerintah Di Indonesia

Ada tiga asas penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia yang harus diseimbangkan


pemakaiannya sebagai berikut:

i) Asas Negara Hukum Yaitu asas yang mempedomani peraturan perundangundangan


yang berlaku. Ini mengandung arti bahwa negara, termasuk di dalamnya pemerintah
dan lembaga-lembaga negara lainnya, dalam melaksanakan tindakan apapun harus di
landasi oleh hukum atau harus dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Prinsip
dari asas ini terdapat dalam rumusan Peraturran yang diwujudkan dari 21 cita-cita
hukum (rechssidee), kalau tidak demikian muncul kesemena-menaan yang bermula
dari subjektifitas penguasa.
ii) Asas Semangat Kekeluargaan Yaitu asas yang mempedomani rasa kemanusiaan dan
cinta kasih senasib sepenanggungan. Istilah kekeluargaan itu berasal dari kata
“keluarga”. Keluarga itu terdapat dalam masyarakat, bangsa apa saja, selain ditentukan
oleh ikatan darah juga terdapat ikatan lainnya yang terjadi karena rasa cinta kasih
antara semua anggota yang sudah dianggap keluarga, yang membawa akibat saling
bantu-membantu, saling menghormati dan saling memberikan perlindungan.
Demikianlah jika ikatan-ikatan itu ditingkatkan dalam hubugan antar keluarga sampai
pada hubungan antar anggota keluarga yang lebih besar, disebut kekeluargaan.
Kekeluargaan ini sebagai pengobjektifan dari keluarga yang subjektif.

12
iii) Asas Kedaulatan Rakyat Yaitu asas yang mempedomani bahwa kekuasaan tertinggi
adalah hati nurani rakyat kecil yang selama ini walaupun jumlah mereka besar, tetapi
mereka diam (silent majority). Asas ini berasal dari keinginan untuk dibedakan
demokrasi dengan kebebasan, kendatipun demokrasi membicarakan berbagai
kebebasan seperti kebebasan berpendapat, kebebasan menuntut ilmu dan
mengusahakan mata pencaharian yang layak serta lain-lain.

Namun kebebasan pada gilirannya dapat mencapai dekadensi moral karena bagaimanapun
manusia ingin bebas bahkan hidup sendiri, peraturan dan hukum tetap perlu diadakan sendiri.
Ketiga asas tersebut di atas mutlak harus diseimbangkan, karena bila di laksanakan sendiri-
sendiri cenderung akan meiliki ekses negatif. Misalnya hukum yang dilaksanakan secara
berlebih-lebihan akan menyingkirkan kemanusiaan dan kekeluargaan, nilai-nilai kekeluargaan
bila dilakukan berlebihan akan melupakan hukum yang harus dijalankan, dan kebebasan rakyat
yang dibiarkan berlebihan akan menimbulkan pelanggaran syariah agama yang trasendental.
Namun demikian apabila dijalankan berbarengan secara seimbang akan menciptakan hasil
yang luar biasa baiknya, dalam penyelenggaraan sistem pemerintahan Indonesia. Ini memang
merupakan sifat dan asas yang dianut oleh undang-undang dasar 1945, yang di cetuskan dari
pola piker oendiri Negara kesatuan republik Indonesia ini dulu. Itulah sebabnya dalam
ketatanegaraan Indonesia kita kenal hukum yang bersumber dari nilai-nilai luhur pancasila,
kekeluargaan leluhur yang berbhineka tunggal ika, dan keberadan Dewan Perwakilan Rakyat
yang walaupun sampai saat ini masih tetap mencari bentuk keindonesiaannya.

3. Asas Pemerintahan di Daerah

Dalam hubungan pemerintahan pusat dengan pemerintah daerah, kita mengenal beberapa kali
pergantian undang-undang pemerintah daerah. Menurut undang-undang No. 5 tahun 1974
tentang pokok-pokok pemerintah di daerah, yang masih berlaku sampai saat ini, dikenal
beberapa asas penyelenggaraan pemerintah di daerah sebagai berikut:

i) Asas desentralisasi Asas desentralisasi adalah asas penyerahan sebagian urusan dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri.
ii) Asas dekonsentrasi Asas dekonsentrasi adalah asas pelimpahan wewenang dari
pemerintah pusat atau kepala wilayah, atau kepala instansi vertikal tingkat atasnya,
kepada pejabat-pejabatnya di Daerah.

13
iii) Tugas Pembantuan Tugas pembantuan adalah asas untuk turut sertanya Pemerintah
Daerah bertugas dalam melaksanakan urusan Pemerintahan Pusat yang ditugaskan
kepada Pemerintah Daerah oleh Pemerinah Pusat atau Pemerintah Daerah Tingkat
atasnya dengan kewajiban mempertanggung jawabkan kepada yang menugaskannya.

Konsekuensi dari ketiga asas tersebut di atas, maka diadakan sebagai berikut:

i) Otonomi daerah, yaitu akibat adanya desentralisasi lalu diadakan daerah otonomi yant
diberikan hak wewenang dan kewajiaban untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri sesuai peraturan berlaku
ii) Daerah otonom, yaitu akbiat adanya otonomi daerah lalu dibentuklah daerahdaerah
otonomi, baik untuk tingkat 1 maupun tingkat 2. Daerah otonom itu sendiri berarti
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah terntentu yang hendak
berwenang dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dakam
ikatan Negara kesatuan republic ndoneisa sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
iii) Wilayah adminsitratif, yaitu akibat adanya asas dekonsentrasi. Wilayah administratif itu
sendiri, berarti lingkungan kerja perangkat pemerintah pusat yang menyelenggarakan
pelaksanaan tugas pemerintah umum di daerah. Tugas pemerintahan umum adalah
urusan pemerintahan yang meliputi bidang letenramanm, ketertiban, politik, kordinasi,
pengawasan dan urusan pemerintahan lainnya (seperti 23 peradilan keamanan,
moneter, dan luar negeri) yang tidak termasuk tugas suatu instansi dan tidak termasuk
urusan rumah tangga daerah.
iv) Kata „mengurus‟ dan „mengatur‟ dalam pemberian otonomi kepada daerah dapat di
bedakan, yaitu mengurus berarti fungsi penyelenggaraan pemerintahan yang di jalankan
oleh pihak eksekutif daerah yaitu kepala daerah, sedangkan mengatur berarti fungsi
pengaturan yang di jalankan oleh pihak pembuat peraturan daerah yaitu legislatif yang
dipegang Dewan Perwakilah Rakyat Daerah.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesiimpulan

Dari seluruh pembahasan makalah ini, kami dapat simpulkan bahwa sistem pemerintahan
negara Indonesia menggambarkan adanya lembaga-lembaga yang bekerja dan berjalan
saling berhubungan satu sama lain menuju tercapainya tujuan penyelenggaraan negara.
Lembaga-lembaga negara dalam suatu sistem politik meliputi empat institusi pokok, yaitu
eksekutif, birokratif, legislatif, dan yudikatif. Selain itu, terdapat lembaga lain atau unsur lain
seperti parlemen, pemilu, dan dewan menteri. Dalam sistem pemerintahan Indonesia,
lembaga-lembaga negara berjalan sesuai dengan mekanisme demokratis. Pembukaan
UUD 1945 Alinea IV menyatakan bahwa kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu disusun
dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan
negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD
1945, Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Berdasarkan hal
itu dapat disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, sedangkan bentuk
pemerintahannya adalah republik. Selain bentuk negara kesatuan dan bentuk pemerintahan
republik, Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan sebagai kepala negara dan
sekaligus kepala pemerintahan. Hal itu didasarkan pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi,
“Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-
Undang Dasar.”

Dengan demikian, sistem pemerintahan di Indonesia menganut sistem pemerintahan


presidensial. Sistem pemerintahan negara Indonesia berbeda dengan sistem pemerintahan
yang dijalankan di negara lain. Namun, terdapat juga beberapa persamaan antarsistem
pemerintahan negara. Misalnya, dua negara memiliki sistem pemerintahan yang sama.
Perubahan pemerintah di negara terjadi pada masa genting, yaitu saat perpindahan
kekuasaan atau kepemimpinan dalam negara. Perubahan pemerintahan di Indonesia terjadi
antara tahun 1997 sampai 1999. Hal itu bermula dari adanya krisis moneter dan krisis
ekonomi. Indonesia mengalami beberapa kali perubahan sistem pemerintahan. Pada tahun
1945-1949 Indonesia menganut sistem pemerintahan parlementer. Kemudian pada tahun
1949-1950 Indonesia menganut sistem parlementer kabinet semu yang didasarkan pada
konnstitusi RIS. Pada tahun 1950-1959 Indonesia menganut sistem pemerintahan

15
parlementer kabinet dengan demokrasi liberal yang masih bersifat semu. Indonesia pernah
menganut sistem pemerintahan demokrasi terpimpin pada tahun 1959-1966. Setelah itu,
Indonesia dibawah kepemimpinan Soeharto dari tahun 1968-1988 menjalankan sistem
pemerintahan orde baru. Setelah jatuhnya pemerintahan Soeharto, Indonesia menganut
sistem pemerintahan demokrasi Pancasila hingga sekarang. Berdasarkan tujuh kunci pokok
sistem pemerintahan, sistem pemerintahan Indonesia menurut UUD 1945 menganut sistem
pemerintahan presidensial.

Sistem pemerintahan ini dijalankan semasa pemerintahan Orde Baru di bawah


kepemimpinan Presiden Suharto. Ciri dari sistem pemerintahan masa itu adalah adanya
kekuasaan yang amat besar pada lembaga kepresidenan. Hampir semua kewenangan
presiden yang di atur menurut UUD 1945 tersebut dilakukan tanpa melibatkan
pertimbangan atau persetujuan DPR sebagai wakil rakyat. Karena itu tidak adanya
pengawasan dan tanpa persetujuan DPR, maka kekuasaan presiden sangat besar dan
cenderung dapat disalahgunakan. Mekipun adanya kelemahan, kekuasaan yang besar
pada presiden juga ada dampak positifnya yaitu presiden dapat mengendalikan seluruh
penyelenggaraan pemerintahan sehingga mampu menciptakan pemerintahan yang kompak
dan solid. Sistem pemerintahan lebih stabil, tidak mudah jatuh atau berganti. Konflik dan
pertentangan antarpejabat negara dapat dihindari. Namun, dalam praktik perjalanan sistem
pemerintahan di Indonesia ternyata kekuasaan yang besar dalam diri presiden lebih banyak
merugikan bangsa dan negara daripada keuntungan yang didapatkanya. Memasuki masa
Reformasi ini, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan sistem pemerintahan yang
demokratis. Untuk itu, perlu disusun pemerintahan yang konstitusional atau pemerintahan
yang berdasarkan pada konstitusi. Dalam menjalankan sistem pemerintahan perlu
memperhatikan asas pemerintahan. Asas adalah dasar, pedoman atau sesuatu yang
dianggap kebenaraannya, yang menjadi tujuan berpikir dan prinsip yang menjadi pegangan.
Jadi dengan demikian yang menjadi asas ilmu pemerintahan adalah dasar dari suatu sistem
pemerintahan seperti ideologi suatu bangsa, filsafah hidup dan konstitusi yang membentuk
sistem pemerintahannya.

16
B.Saran

Sudah saatnya, kita bersama-sama bergerak untuk mencapai angan demokrasi yang telah
dicita-citakan oleh para pemimpin-pemimpin dan tokoh-tokoh Indonesia. Unsur-unsur
demokrasi yang kadang menjadi akar permasalahan harus bisa diselesaikan dan diperbaiki,
karena konsep demokrasi bukan hak paten yang tidak bisa diubah. Ia harus bersifat dinamis
dan bisa mengikuti kultur sosial- politik-budaya Negara yang menggunakannya sebagai asas
negara. Usaha perubahan tersebutsebenarnya telah sering dilakukan dan sayangnya malah
menjadi ancaman bukan kenyamanan. Rakyat perlu diperkuat kembali bahwa mereka bukan
alat kekuasaan yang dengan mudah diatur kesana ke mari. Elit penguasa dan rakyat harus bisa
bekerja sama selama tujuan demokrasi menjadi patokan utama bernegara yang baik.

17
DAFTAR PUSTAKA

S. T. Kansil, S.H. dan Christine S. T. Kansil, S.H., M.H. 2005. Sistem Pemerintahan Indonesia.
Yogyakarta: Bumi Aksara.

Setiadi, M. Elly. 2005. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

http://www.anneahira.com/pemerintahan.htm

http://sistempemerintahan-indonesia.blogspot.com/2013/03/sistempemerintahan-
indonesia.html

https://www.linkedin.com/search/results/all/?keywords=sistem%20pemerintahan
%20indonesia&origin=GLOBAL_SEARCH_HEADER

https://www.slideshare.net/lusymarianapasaribu/makalah-sistem-pemerintahan-di-indonesia?
from_action=save

18

Anda mungkin juga menyukai