Anda di halaman 1dari 20

SUSUNAN PEMERINTAH

Dosen Pengampu:
Imran Zulfitri, S.H, M.H

Disusun Oleh :

Kelompok 6

Rosa Nabila Andayani (220102019)

Muhammad Munir Hafiz (220102072)

Muhammad Rauhal Fawwazi (220102173)

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

BANDA ACEH

2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Hukum
Internasional, dengan judul Susunan Pemerintah, Adapun tujuan dari penulisan
dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak Imran Zulfitri, S.H,
M.H

Kami berterima kasih banyak telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyakpihak yang dengan tulus
memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dan
saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh
karena itu, saya mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini pula dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

2
DAFTAR ISI

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem pemerintahan Indonesia telah mengalami beberapa perubahan sejak
kemerdekaan pada tahun 1945. Pada awalnya, Indonesia menganut sistem
pemerintahan presidensial karena kondisi negara yang belum stabil. Kemudian,
setelah Konferensi Meja Bundar pada tahun 1949, Indonesia berganti sistem
pemerintahan menjadi quasi parlementer atau parlementer semu. Setelah itu,
Indonesia kembali menganut sistem pemerintahan presidensial pada masa Orde
Baru di bawah kepemimpinan Presiden Suharto.

Saat ini, Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial yang terdiri


dari lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Lembaga eksekutif terdiri dari
presiden, wakil presiden, dan para menteri. Lembaga legislatif terdiri dari Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Lembaga
yudikatif terdiri dari Mahkamah Agung (MA) dan Mahkamah Konstitusi (MK).

B. Rumusan Masalah
1) Apa kaitan pemerintah pusat dan daerah?
2) Sebeutkan lembaga lembaga negara indonesia?
3) Apa peran pemerintsh pusat dan pemerintah daerah?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hubungan antar tingkat dalam pemeritah

Hubungan Pusat-Daerah dapat diartikan sebagai hubungan kekuasaan


pemerintah pusat dan daerah sebagai konsekuensi dianutnya asas desentralisasi
dalam pemerintahan negara.1 Model hubungan antara pemerintah pusat dan daerah
secara teoritis menurut Clarke dan Stewart dapat dibedakan menjadi tiga, yakni:

1. The Relative Autonomy Model yaitu pola hubungan yang memberikan


kebebasan yang relatif besar kepada pemerintahdaerah dengan tetap
menghormati eksistensi pemerintah pusat.

2. The Agency Model, model dimana pemerintah daerah tidak mempunyai


kekuasaan yang cukup berarti sehingga keberadaannya terlihat lebih
sebagai agen pemerintah pusat yang bertugas untuk menjalankan
kebijaksanaan pemerintah pusatnya.

3. The Interaction Model, merupakan suatu bentuk model di mana


keberadaan dan peran pemerintah daerah ditentukan oleh interaksi yang
terjadi antara pemerintahan pusat dan pemerintah daerah."

Pendapat lainnya dikemukakan Asep Nurjaman ada beberapa alternatif


bagaimana hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dibangun 2,
yaitu:

1. Hubungan pemerintah pusat dan daerah dibangun dengan memberikan


kekuasaan yang besar kepada pusat (hightly centralized)

2. Hubungan pemerintah pusat dan daerah dibangun dengan cara,


memberikan kewenangan yang besar kepada daerah (highly decentralized)
atau dikenal dengan nama confederal system.

3. Hubungan pusat dan daerah berdasarkan "sharing" antara pusat dan


daerah. Sistem, ini disebut sistem federal (federal System) yang banyak
diadopsi oleh negara-negara besar dengan fluralisme etnik, seperti
Amerika Serikat, Kanada, India dan Australia.

1
Badan Pusat Statistik, Statistik Indonesia, 2015, katalog BPS 1101001.
2
Guruh LS, Syahda, 2000, Menimbang Otonomi vs Federal Mengembangkan Wacana Federalisme
dan Otonomi Luas Menuju Masyarakat Madani Indonesia, Rodakarya, Bandung, him 85.

1
Nimrod Raphaeli, mengemukakan pendapatnya mengenai Sistem
Hubungan Pusat dan Daerah berdasarkan penyerahan urusan3 adalah sebagai
berikut:

1. Comprehensive Local Government System: pemerintah pusat banyak


sekali menyerahkan urusan dan wewenangnya kepada pemerintah daerah.
Pemerintah Daerah memiliki kekuasaan yang besar.

2. Partnership System: beberapa urusan yang jumlahnya cukup memadai


diserahkan oleh pusat kepada daerah, wewenang lain tetap di pusat.

3. Dual System: imbangan kekuasaan pusat dan daerah.

4. Integrated Administrative System: Pusat mengatur secara langsung daerah


bersangkutan mengenai segala pelayanan teknis melalui koordinatornya
yang berada di daerah/wilayah.

Pola hubungan pusat dan daerah yang lain dikemukakan oleh John Haligan
dan Chris Aulich (1998) yang membangun 2 model pemerintahan daerah yang
terdiri dari:

1. The Local Democracy model, dimana model ini lebih menekankankan


pada nilai-nilai demokrasi dan pengembangan nilai-nilai lokal untuk
pengembangan efesensi pelayanan, Model ini menurut Danny Burn. Dkk
1994 dibangun berdasarkan pada teori politik.

2. The Struktural efficiency model, yakni model yang lebih menekankan


pada efesensi pendistribusian pelayanan kepada masyarakat lokal yang
dibangun berdasarkan pada teori manajemen.

Asas hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah

a. Asas desentralisasi : Asas ini adalah asas yang dilakukan untuk


penyerahan kewenangan dari pusat ke daerah. Selain itu juga memiliki
hubungan dengan penyerahan kekuasaan dari pusat menjadi daerah.4
b. Asas dekonsentrasi : Asas ini merupakan pelimpahan dari sebagian urusan
pemerintahan yang ada dan juga sudah menjadi kewenangan yang dimiliki
oleh pemerintahan pusat kepada gubernur sebagai wakil untuk
pemerintahan pusat.

3
Natal kristiono, Buku Ajar Otonomi Daerah, Universitas Negeri Semarang, 2015, him, 127
4
Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Adminsitrasi Negara, (Jakarta : Penerbit Ghalia, 1984), h. 79-80

2
c. Asas tugas pembantuan : Asas ini merupakan asas yang mana memiliki
penugasan dari pemerintah pusat yang ditujukan kepada daerah otonom
untuk dapat menjalankan pemerintahan sebagai urusan pemerintahan yang
menjadi sebuah kewenangan pemerintah pusat.

B. Susunan Pemerintah Negara Indonesia


Lembaga negara pemegang kekuasaan legislatifi.
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia atau disebut Majelis
Permusyawaratan Rakyat (disingkat MPR RI) adalah lembaga legislatif bikameral
yang merupakan salah satu lembaga tinggi negara dalam sistem ketata- negaraan
Indonesia.
Lembaga legislatif dikenal dengan beberapa nama yaitu parlemen, kongres,
dan asembli nasional. Dalam sistem parlemen, badan legislatif adalah badan
tertinggi dan menunjuk eksekutif. Dalam sistem Presidensial, legislatif adalah
cabang pemerintahan yang sama dan bebas dari badan eksekutif. Lembaga
legislatif pada masa kini disebut dengan Dewan Perwakilan Rakyat (Indonesia)
dengan masa jabatannya 5 tahun, House of Representative (Amerika Serikat)
dengan masa jabatan 6 tahun, House of Common (Inggris) masa jabatan 5 tahun.5
Secara umum pengertian legislatif adalah lembaga atau dewan memiliki
tugas membuat atau merumuskan undang-undang yang dibutuhkan dalam suatu
negara. Lembaga ini disebut juga sebagai lembaga legislator. Pada dasarnya
definisi kekuasaan legislatif yaitu kekuasaan yang diberikan kepada suatu badan
untuk membentuk suatu undang-undang. Lembaga yang diberi kekuasaan
legislatif berperan untuk membuat segala peraturan yang dibutuhkan dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
Peraturan yang dibuat oleh lembaga legislatif memiliki kekuatan mengikat
dan wajib ditaati. Adapun peraturan-peraturan yang wajib dibuat oleh lembaga
legislatif menyangkut dalam segala bidang mulai dari ekonomi, politik, hukum,
keamanan, budaya, penyiaran, pajak, dan sebagainya.
Fungsi utama badan legislatif adalah membuat undang-undang. Di setiap
negara badan legislatifnya berbeda-beda ada yang menerapkan sistem satu majelis
dan dua majelis. Majelis tersebut juga diklasifikasikan kembali menjadi majelis
rendah dan majelis tinggi6.
Adanya amandemen UUD 1945 maka lembaga legislatif termasuk lembaga
negara yang paling banyak mengalami perubahan. Perubahan itu tidak hanya
menyangkut kewenangan tetapi adanya penataan ulang dari sistem unikameral
dengan supremasi MPR menuju sistem bikameral. Lembaga legislatif negara
Indonesia mempunyai struktur yang terdiri dari Majelis Permusyawaratan Rakyat,

5
Miriam Budiardjo, Op. Cit, (2006), hal, 181-182.
6
lbid, (2002), hal. 315-326.

3
Dewan Perwakilan Rakyat Tingkat I dan Tingkat II, Dewan Perwakilan Rakyat
dan terakhir adalah Dewan Perwakilan Daerah.
Fungsi dari keberadaan badan legislatif di antaranya adalah sebagai berikut:
1) Menentukan kebijakan (polity) dan membuat undang-undang. Untuk itu
badan legislatif diberi hak untuk inisiatif, hak untuk mengadakan
amandemen terhadap rancangan undang-undang yang disusun oleh
pemerintah, dan terutama di bidang budget atau anggaran.
2) Mengontrol badan eksekutif dalam arti menjaga agar semua tindakan
badan eksekutif sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah di tetapkan.
Untuk menyelenggarakan tugas ini, badan perwakilan rakyat diberi hak-
hak kontrol khusus.7

Lembaga negara pemegang kekuasaan eksekutif.


Lembaga eksekutif adalah kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang
yang dibuat oleh Legislatif. Lembaga eksekutif di era modern ini diduduki oleh
Presiden atau Perdana Menteri yang disebut kepala pemerintahan. Seorang
presiden atau perdana menteri merupakan kepala suatu negara, yang menjadi
simbol suatu negara. Apa pun tindakan seorang presiden atau perdana menteri,
diartikan sebagai tindakan dari negara yang bersangkutan. Eksekutif dapat
merujuk pada administrasi dalam sistem presidensial atau pemerintah dalam
sistem parlementer.
Di negara demokratis secara sempit lembaga eksekutif diartikan sebagai
kekuasaan yang dipegang oleh raja atau presiden, beserta menteri-menterinya
(kabinetnya). Dalam arti luas lembaga eksekutif mencakup para pegawai negeri
sipil dan militer. Oleh sebab itu sebutan mudah bagi lembaga eksekutif adalah
pemerintah.
Lembaga eksekutif dijalankan oleh raja atau presiden dan dibantu oleh para
menteri. Jumlah anggota eksekutif jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah
anggota legislatif, hal ini dimaknai karena eksekutif berfungsi hanya untuk
menjalankan undang-undang yang dibuat oleh legislatif. Pelaksanaan undang-
undang ini tetap masih diawasi oleh legislatif.
Badan eksekutif di Indonesia dipegang oleh presiden yang mempunyai dua
kedudukan sebagai kepala negara dan sebagai kepala pemerintahan. Tugas-tugas
lembaga eksekutif adalah8.
1) Bidang administratif yaitu kekuasaan untuk melaksanakan undang-
undang, perundangan lainnya dan menyelenggarakan administrasi negara.
2) Bidang legislatif yaitu membuat atau merancang undang-undang dan
membimbingnya dalam badan perwakilan rakyat sampai menjadi undang-
undang.

7
Ibid, (2008), hal. 322-323.
8
lbid, (2009), hal, 295-297.

4
3) Bidang keamanan artinya kekuasaan untuk mengatur polisi dan angkatan
bersenjata, menyelenggarakan perang, pertahanan negara. serta keamanan
dalam negeri.
4) Bidang yudikatif yaitu memberi grasi, amnesti dan sebagainya.
5) Bidang diplomatik, yaitu kekuasaan untuk menyelenggarakan hubungan
diplomatik dengan negara-negara lain.
Sebelum amandemen UUD 1945 kedaulatan berada di tangan MPR,
sehingga pengisian jabatan presiden dan wakil presiden berada di tangan MRP.
Adanya gerakan reformasi menuntut agar jabatan presiden dan wakil presiden
dilakukan oleh rakyat dengan bebas, jujur, dan adil sesuai kehendak hari nurani
rakyat berdasarkan hal tersebut, maka pasca- amandemen UUD 1945 menyatakan,
bahwa presiden dan wakil presiden dipilih dalam satu pasangan calon secara
langsung oleh rakyat dalam suatu pemilihan umum9.
Masa reformasi setelah amandemen UUD 1945 kedudukan lembaga
eksekutif setara dengan lembaga pemerintahan lain yaitu legislatif dan yudikatif.
Dalam perkembangannya, lembaga eksekutif yang dipimpin oleh presiden tidak
menjadi lembaga paling kuat dalam pemerintahan, karena lembaga eksekutif
diawasi oleh lembaga legislative.

Lembaga negara pemegang kekuasaan yudikatif.


Badan yudikatif adalah suatu badan yang memiliki sifat teknis yuridis yang
berfungsi untuk mengadili penye- lewengan pelaksanaan konstitusi dan peraturan
perundang- undangan oleh institusi pemerintahan secara luas serta bersifat
independent (bebas dari intervensi pemerintah). dalam pelaksanaan tugas dan
fungsinya10. Kekuasaan yudikatif disebut juga kekuasaan kehakiman yaitu
kekuasaan untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan.
Badan Yudikatif pada umumnya ada pada tiap negara hukum yang
berpegang pada prinsip bebas dari campur tangan badan eksekutif. Tujuannya
adalah agar badan yudikatif dapat berfungsi dengan baik demi penegakan hukum
dan keadilan serta menjamin hak asasi manusia. Sesuai dengan Pasal 10
Declaration of Human Rights bahwa kebebasan dan tidak memihaknya badan-
badan pengadilan dalam tiap-tiap negara sebagai sesuatu yang esensial. Di
beberapa negara jabatan hakim diangkat untuk seumur hidup. Contoh Amerika
Serikat dan Indonesia.11
Di negara-negara demokratis lembaga yudikatif terkenal dengan dua sistem yaitu:
1) Sistem Common Law (Negara Anglo Saxon) Sistem common law adalah
sistem hukum yang tumbuh dan ber kembang di negara Inggris, yang
berpedoman pada prinsip bahwa selain pada undang-undang yang dibuat

9
HA. Salman Manggalatung, Op. Cit, hal. 87.
10
A. Rahman H.I, Sistem Politik Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2017), hal. 215.
11
Ibid, hal. 217-218.

5
oleh parlemen (statute law sistem hukum juga berpedoman pada peraturan
lain yang merupakan common law (keputusan terdahulu yang dibuat oleh
para hakim). Aturan ini juga disebut dengan case law atau judge made law
(hukum buatan para hakim). Prinsip ini menurut C.F. Strong, didasarkan
atas precedent yaitu keputusan hakim terdahulu mengikat para hakim
berikutnya dalam perkara yang serupa. Dengan penggunaan prinsip ini
maka bukan hanya parlemen yang menjadi acuan dari sistem hukum
tersebut, tetapi aturan yang telah dibuat oleh hakim terdahulu juga turut
andil sebagai pedoman yang perlu dipertimbangkan. Jadi dengan prinsip
ini sebuah undang-undang yang akan dibuat tidak akan tumpang tindih
dengan aturan lain yang sudah terlebih dahulu diputuskan
pemberlakuannya12.
2) Sistem Civil Law (Hukum Perdata Umum) Sistem civil law adalah sistem
hukum yang berpedoman pada hukum yang sudah ditetapkan. Sistem ini
menganut faham positivism dalam perundang-undangan juga faham
legalisme yang berbunyi bahwa "undang-undang menjadi sumber hukum
satu-satunya." Pada praktiknya sistem ini membuat para hakim tidak boleh
melakukan kodifikasi/perubahan hukum, tetapi mereka harus tetap
berpedoman pada hukum yang telah ada (dalam undang-undang) untuk
menye lesaikan persoalan. Sistem ini dianut oleh negara Indonesia.
Kekuasaan kehakiman di Indonesia menurut konstitusi, berada di tangan
mahkamah agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya

C. Lembaga Lembaga Negara


1. Majlis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

Sebelum amandemen MPR adalah pemegang kekuasaan negara tertinggi


atau pemegang kedaulatan rakyat. Sebagai pemegang kekuasaan negara tertinggi,
MPR membawahi lembaga- lembaga negara yang lain. Tetapi setelah amandemen
pemegang kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilakukan menurut
UndangUndang Dasar.Susunan MPR terdiri atas anggota Dewan Perwakilan
Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan
umum.

Sebagai Lembaga Negara, MPR mempunyai tugas dan wewenang sebagai


berikut:

a. Mengubah dan menetapkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945


b. Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden hasil pemilihan umum
c. Memutuskan usul DPR untuk memberhentikan Presiden dan/ atau Wakil
Presiden dalam masa jabatannya

12
thid, (2007), hal. 218

6
d. Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mangkat,
berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam
masa jabatannya
e. Memilih Wakil Presiden dari 2 (dua) calon yang diusulkan oleh Presiden
apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dan masa jabatannya
f. Memilih Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya mangkat,
berhenti, diberhentikan
2. Dewan Perwakilan Rakyat ( DPR )

Setelah amandemen UUD 1945, terjadi pergeseran kekuasaan Presiden


dalam membentuk undang-undang, yang diatur dalam pasal 5, berubah menjadi
Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang, dan Dewan Perwakilan
Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang (pasal 20).

DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang
dipilih melalui pemilihan umum, yang berkedudukan sebagai lembaga
negara.DPR mempunyai fungsi:

a. Legislasi, dilaksanakan sebagai perwujudan DPR selaku pemegang


kekuasaan membentuk undang-undang.
b. Anggaran, dilaksanakan untuk membahas dan memberikan persetujuan
atau tidak memberikan persetujuan terhadap rancangan undang-undang
tentang APBN yang diajukan oleh Presiden.
c. Pengawasan, dilaksanakan melalui pengawasan atas pelaksanaan undang-
undang dan APBN.

Anggota DPR berjumlah 560 (lima ratus enam puluh) orang.Masa jabatan
anggota DPR adalah 5 (lima) tahun dan berakhir pada saat anggota DPR yang
baru mengucapkan sumpah/ janji. Keanggotaannya diresmikan dengan keputusan
Presiden.

3. Dewan Perwakilan Daerah ( DPD)

Lembaga baru yang muncul melalui perubahan ketiga UUD 1945 antara
lain Dewan Perwakilan Daerah ( DPD ). Hadirnya DPD dalam struktur
ketatanegaraan Indonesia diatur dalam Pasal 22 C dan 22 D UUD 1945 13. Dewan
Perwakilan Daerah terdiri atas wakil daerah provinsi yang dipilih melalui
pemilihan umum, yang berkedudukan sebagai lembaga negara. DPD mempunyai
fungsi:

a. Pengajuan usul kepada DPR mengenai rancangan undang-undang


yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan
daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah,
13
Rosjidi Ranggawidjaja, Pengantar Ilmu Perundang-Undangan Indonesia, Bandung: Mandar
Maju, 1998, Hlm., 15

7
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,
serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan
daerah
b. Ikut dalam pembahasan rancangan undang-undang yang berkaitan
dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan,
pemekaran, dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya
alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan
keuangan pusat dan daerah
c. Pemberian pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-
undang tentang anggaran pendapatan dan belanja negara dan
rancangan undangundang yang berkaitan dengan pajak,
pendidikan, dan agama; dan
d. Pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi
daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah,
hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya,pelaksanaan APBN, pajak,
pendidikan, dan agama.

Anggota Dewan Perwakilan Daerah dari setiap provinsi ditetapkan


sebanyak 4 (empat) orang,yang keanggotaannya diresmikan oleh keputusan
Presiden. Dan secara keseluruhan jumlah anggota DPD tidak lebih dari 1/3 (satu
pertiga) dari jumlah anggo-ta Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam menjalankan
tugasnya, anggota DPD berdomisili di daerah pemilihannya dan mempunyai
kantor di ibu kota provinsi daerah pemilihannya, dengan masa jabatannya 5 (lima)
tahun dan berakhir pada saat anggota DPD baru mengucapkan sumpah/janji.

4. Presiden dan Wakil Presiden

Pada pasal 6 UUD 1945 sebelum amandemen tertulis “Presiden dan Wakil
Presiden dipilih oleh MPR dengan suara terbanyak” Pasal tersebut diubah menjadi
“Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh
rakyat” (pasal 6A ayat (1). Perubahan ini diharapkan rakyat dapat berpartisipasi
secara langsung menentukan pilihannya sehingga tidak mengulang
kekecewaannya yang pernah terjadi pada Pemilu 1999. Dan dengan perubahan ini
pula diharapkan Presiden dan Wakil Presiden akan memiliki otoritas dan
legitimasi yang sangat kuat karena dipilih langsung oleh rakyat.

Selanjutnya hasil perubahan UUD 1945 yang berkaitan langsung dengan


kekuasaan Presiden dan Wakil Presiden, adalah pembatasan kekuasaan Presiden
sebagaimana diatur dalam pasal 7 (lama), yang ber- bunyi “Presiden dan Wakil
Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih
kembali”. Kemudian pasal 7 tersebut diubah, yang bunyinya menjadi “ Presiden
dan Wakil Presiden memegang jabatannya selama lima tahun, dan sesudahnya

8
dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa
jabatan”. Perubahan pasal ini dipandang sebagai langkah yang tepat untuk
mengakhiri perdebatan tentang periodesasi jabatan Presiden dan Wakil Presiden.

5. Mahkamah Agung

Perubahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah membawa


perubahan dalam kehidupan ketatanegaraan, khususnya dalam pelaksanaan
kekuasaan kehakiman. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan
bahwa Indonesia adalah negara hukum. Prinsip ini semula dimuat dalam
penjelasan, yang ber bunyi:”Negara Indonesia berdasar atas hukum (rechtsstaat)
tidak berdasar atas kekuasaan belaka (machtsstaat)”. Disamping itu,ada prinsip
lain yang erat dengan prinsip negara hukum yang juga di muat dalam
penjelasan:”Pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak
bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas)”. Prinsip ini mengandung
makna bahwa ada pembagian kekuasaan negara dan pembatasan kekuasaan (tidak
absolute dengan kekuasaan tidak terbatas). Dengan ketentuan baru ini, maka dasar
sebagai negara berdasarkan atas hukum mempunyai sifat normatif, bukan sekadar
asas belaka.

6. Mahkamah Konstitusi

Perubahan UUD 1945 melahirkan lembaga baru di bidang kekuasaan


kehakiman yaitu Mahkamah Konstitusi, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 24
ayat (2), yang berbunyi sebagai berikut: “Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh
sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam
lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh
sebuah Mahkamah Konstitusi”. Berkenaan dengan tugas dan wewenang
Mahkamah Konstitusi, Pasal 24C menegaskan bahwa “Mahkamah Konstitusi
berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat
final untuk menguji undang-undang terhadap UUD, memutus sengketa
kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD, memutus
pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan
umum. Di samping itu, Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas
pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil
Presiden menurut UUD. Perlu dicatat bahwa putusan ini sifatnya tidak final
karena tunduk pada (subject to) putusan MPR, lembaga politik yang berwenang
memberhentikan Presiden (Pasal 7A).

7. Komisi Yudisial (KY)

Sebenarnya ide tentang perlunya suatu komisi khusus untuk menjalankan


fungsi-fungsi tertentu yang berhubungan dengan kekuasaan kehakiman bukanlah
hal yang baru. Dalam pembahasan RUU tentang ketentuan-ketentuan Pokok

9
Kekuasaan Kehakiman sekitar tahun 1968, sempat diusulkan pembentukan
lembaga yang diberi nama Majelis Pertimbangan Penelitian Hakim (MPPH).
Majelis ini berfungsi memberikan pertimbangan dan mengambil keputusan
terakhir mengenai saran-saran atau usul-usul yang berkenaan dengan
pengangkatan, promosi, kepindahan, pemberhentian, dan tindakan atau hukuman
jabatan para hakim, yang diajukan, baik oleh MA maupun Menteri Kehakiman.

8. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Cikal bakal ide pembentukan Badan Pemeriksa Keuangan berasal dari


Raad van Rekenkamer pada zaman Hindia Belanda. Beberapa negara lain juga
mengadakan lembaga yang semacam ini untuk menjalakan fungsi-fungsi
pemeriksaan atau sebagai external auditor terhadap kinerja keuangan pemerintah.
Misalnya, di RRC juga terdapat lembaga konstitusional yang disebut Yuan
Pengawas Keuangan sebagai salah satu pilar kelembagaan yang penting. Fungsi
pemeriksaan keuangan yang dikaitkan dengan lembaga ini sebenarnya terkait erat
dengan fungsi pengawasan oleh parlemen. Oleh karena itu, kedudukan
kelembagaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ini sesungguhnya berada dalam
ranah kekuasaan legislatif, atau sekurangkurangnya berhimpitan dengan fungsi
pengawasan yang dijalankan oleh DPR. Oleh karena itu, laporan hasil
pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan ini harus
dilaporkan atau disampaikan kepada DPR untuk ditindaklanjuti sebagaimana
mestinya.

D. Penyelenggara Pemerintah Tingkat Pusat dan Daerah


1. Pemerintah Pusat

Pemerintah pusat merupakan penyelenggara pemerintahan pada tingkat


pusat atau nasional. Penyelenggara pemerintahan pada tingkat pusat adalah
presiden yang dibantu oleh wakil presiden dan para menteri 14. Hal ini tercantum
dalam UUD 1945 pasal 4 dan pasal 17 ayat (1).

Presiden merupakan kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Presiden


bertugas melaksanakan pemerintahan sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Hal ini sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 pasal 4 ayat (1).
Sementara itu, berdasarkan UUD 1945 pasal 10 hingga 16, presiden memiliki
beberapa wewenang sebagai berikut.15

a) Presiden memegang kekuasaan tertinggi atas angkatan darat, angkatan


laut, dan angkatan udara.
14
Ali, Faried, 1999, Hukum Tata Pemerintahan dan Proses Legislatif di Indonesia, Jakarta, Rajawali
Press hlm 11.
15
Hoessein, Bhenyamin, 2000, Hubungan Penyelenggaraan Pemerintahan Pusat dengan
Pemerintahan Daerah, Jurnal Bisnis & Birokrasi No.1/Vol.1/Juli Departemen ilmu Administrasi
Fisip-UI, hlm 16.

10
b) Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat
perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain.
c) Presiden menyatakan keadaan bahaya yang ditetapkan dengan undang-
undang.
d) Presiden mengangkat dura dan konsul, serta menerima penempatan duta
negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR.
e) Presiden memberikan grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan
pertimbangan MA.
f) Presiden memberikan amnesti dan abolisi dengan memperhatikan
pertimbangan DPR.
g) Presiden memberikan gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan yang diatur
dalam undang-undang.
h) Presiden membentuk dewan pertimbangan yang bertugas memberikan
nasihat dan pertimbangan kepada presiden yang selanjutnya diatur dalam
undang-undang.

Sementara itu, tugas wakil presiden, di antaranya melaksanakan tugas


membantu presiden dalam melaksanakan tugas-tugas kenegaraan. Adapun
wewenang wakil presiden adalah melaksanakan tugas teknis pemerintahan,
menyusun agenda kerja kabinet, dan menetapkan prioritas kegiatan pemerintahan
yang pelaksanaannya dipertanggungjawabkan kepada presiden.

Selanjutnya adalah para menteri. Para menteri bertugas membantu presiden


sesuai peran dan fungsinya dalam lembaga kementerian masing-masing maupun
nonkementerian sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Setiap
lembaga kementerian memiliki tugas dan tanggung jawabnya masing-masing
sesuai dengan bidang kementerian yang dipimpinnya. Sama halnya dengan
lembaga negara nonkementerian yang memiliki tugas dan tanggung jawab sesuai
lingkup kerjanya masing-masing.

2. Pemerintah Daerah

Penyelenggara pemerintahan daerah secara struktural terdiri atas provinsi,


kabupaten/kora, kecamatan, dan kelurahan/desa. Setiap tingkatan tersebut
dipimpin oleh gubernur untuk wilayah pemerintahan provinsi, bupati untuk
wilayah pemerintahan kabupaten, dan wali kota untuk wilayah pemerintahan kota.
Selanjutnya, wilayah pemerintahan kecamatan dipimpin oleh camat. Adapun
kelurahan dipimpin oleh lurah dan kepala desa memimpin wilayah pemerintahan
desa. Sementara itu, penyelenggara pemerintahan daerah secara fungsional
meliputi kedudukan dan peran gubernur, bupati/wali kota, camat, dan lurah/
kepala desa.

a. Provinsi

11
Wilayah pemerintahan provinsi dipimpin oleh gubernur. Seorang gubernur
dipilih langsung oleh rakyat bersamaan dengan wakilnya. Tugas dan wewenang
yang harus dilaksanakan gubernur adalah memimpin penyelenggaraan
pemerintahan daerah berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan bersama Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) provinsi. Beberapa tugas gubernur adalah
sebagai berikut.

1) Merencanakan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat di


wilayah pemerintahannya.
2) Berupaya menjaga ketertiban umum.
3) Menyediakan fasilitas umum untuk kepentingan masyarakat, seperti
sekolah, terminal, dan jalan raya antarprovinsi.
4) Menjaga dan melestarikan lingkungan hidup.

Secara fungsional, gubernur bukan merupakan atasan bupati atau wali kota
karena gubernur hanya sebatas membina, mengawasi, dan mengoordinasi
penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/ kota. Oleh karena itu, setiap
pemerintahan daerah tersebut bebas mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan berdasarkan asas otonomi di Indonesia.

b. Kabupaten/Kota

Kabupaten/kota merupakan wilayah pemerintahan setelah provinsi.


Kabupaten dipimpin oleh bupati yang dibantu oleh wakilnya, sedangkan kota
dipimpin oleh wali kota yang dibantu oleh wakilnya. Tugas dan kewenangan
antara bupati dan wali kota sama. Bupati/wali kota memiliki tugas dan wewenang
untuk memimpin penyelenggaraan daerah berdasarkan kebijakan yang telah
ditetapkan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kabupaten/kota.
Kabupaten/kota bukan berada di bawah wewenang provinsi sehingga bupati atau
wali kota tidak bertanggung jawab kepada gubernur. Kabupaten maupun kota
merupakan daerah otonomi yang berwenang mengatur pemerintahannya sendiri.

c. Kecamatan

Secara struktural, kecamatan merupakan wilayah pemerintahan setelah


kabupaten/kota. Kecamatan dipimpin oleh seorang camat. Jika dilihat secara
fungsional, camat diangkat oleh bupati/wali kota atas usul sekretaris daerah. Oleh
karena itu, camar bertanggung jawab kepada bupati/wali kota melalui sekretaris
daerah.

Struktur organisasi kecamatan terdiri atas camat, sekretaris camat, seksi


yang masing-masing dipimpin oleh kepala seksi, dan sekretariat yang membawahi
subbagian yang masing-masing dikepalai oleh kepala subbagian.

12
Tugas camat di suatu kabupaten/kota adalah melaksanakan kewenangan
pemerintahan yang dilimpahkan bupati/wali kota dan menyelenggarakan kegiatan
pemerintahan lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan. Setiap
kecamatan terdiri atas beberapa kelurahan/desa atau nama lain.

Sementara itu, tugas umum camat dalam wilayah pemerintahannya, di


antaranya sebagai berikut.

1) Mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat.


2) Mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban
umum.
3) Mengoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-
undangan.
4) Mengoordinasikan pemeliharaan sarana dan prasarana umum.
5) Mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat
kecamatan.
6) Membina penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan.
7) Membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan
8) Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup
tugasnya, dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintah desa atau
kelurahan.

d. Kelurahan/Desa

Kelurahan/desa merupakan wilayah pemerintahan setelah kecamatan.


Kelurahan merupakan unit pemerintahan terkecil yang setingkat dengan desa.
Kelurahan dipimpin oleh lurah, sedangkan pemimpin desa/kampung adalah kepala
desa.

Secara fungsional, lurah berada di bawah dan bertanggung jawab kepada


camat. Seorang lurah melaksanakan tugas pemerintahan yang dilimpahkan oleh
camat sesuai karakteristik wilayah dan kebutuhan daerah, serta melaksanakan
pemerintahan lainnya berdasarkan ketentuan perundang- undangan yang berlaku.

Sementara itu, secara fungsional, kepala desa tidak bertanggung jawab


kepada camat. Akan terapi, hanya dikoordinasikan oleh camat. Wewenang kepala
desa adalah sebagai berikut.

1) Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan


yang telah diterapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
2) Mengajukan rancangan peraturan desa.
3) Menetapkan peraturan desa yang telah mendapatkan persetujuan BPD.
4) Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa) untuk dibahas dan ditetapkan
bersama BPD

13
14
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Muktie Fajar. 2006. Hukum Konstitusi dan Mahkamah Konstitusi. Jakarta:
Konstitusi Press.

A. Rahman H. I. 2007. Sistem Politik Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Dastol. "Fungsi Strategis Lembaga Otoritas Jasa Keuangan dalam Pengawasan


Perbankan Nasional Indonesia", Jurnal Ekonomi Volume 21, Nomor 2.
Riau: Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Riau,
2013.

Dr. H. Nurul Huda, S.Ag., S.H., M.H. , HUKUM LEMBAGA NEGARA ,


(Bandung, 2017)

H.A. Salman Manggalatung, 2016. Desain Kelembagaan Negara Pasca


Amandemen UUD 1945. Bekasi: Gramata Publishing.

limly Asshiddiqie. 2006. Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca


Reformasi. Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah
Konstitusi RL.

limly Asshinddiqie. 2010. Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca


Reformasi. Jakarta: Sinar Grafika.

Josep M. Monteiro, 2014, Lembaga-Lembaga Negara Setelah Amandemen UUD


1945. Yogyakarta: Pustaka Yustisia

SF. Marbun. 1997. Pengantar Hukum Administrasi Negara. Cet. Pertama.


Yogyakarta: Liberty

Wirjono Prodjodikono, 1983. Azas-Azas Hukum Tata Negara di Indonesia.


Jakarta: Dian Rakjat.

16

Anda mungkin juga menyukai