Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ANSIETAS PADA NY.

J DI PSTW YAYASAN BINA BHAKTI

TANGERANG SELATAN

Oleh:
BELLA PUTRI PERTIWI

220510110

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANTEN


TANGERANG SELATAN
2022/2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

A. LATAR BELAKANG
Lansia atau lanjut usia merupakan tahap terakhir dalam tahap pertumbuhan. Lanjut
usia merupakan proses alami yang tidak dapatdihindari oleh setiap individu (Depsos 2006,
dalam Kristyaningsih 2011).
Proses menua akan terjadi perubahan-perubahan baik anatomis, biologis, fisiologis
maupun psikologis. Gejala-gejala kemunduran fisik antara lain kulit mulai mengendur, timbul
keriput, mulai beruban, pendengaran dan penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan mulai
lamban dan kurang lincah masalah tersebut akan berpotensi pada masalah kesehatan baik
secara umum maupun kesehatan jiwa (Juniarti 2008).
Indonesia memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structural population)
karena mempunyai jumlah penduduk dengan usia 60 tahun ke atas sekitar 8,90% dari jumlah
penduduk di Indonesia. Pada 2010, jumlah lansia sebesar 23,9 juta (9,77%) dengan usia
harapan hidup 67,4 tahun (Menkokesra 2008, dalam Sunartyasih & Linda 2013). Semakin
meningkatnya jumlah lanjut usia di Indonesia akan menimbulkan permasalahan yang cukup
komplek baik dari masalah fisik maupun psikososial. Masalah psikososial yang paling
banyak terjadi pada lansia seperti, kesepian, perasaan sedih, depresi dan ansietas. Ansietas
termasuk salah satu masalah kesehatan jiwa yang paling sering muncul (Tamher &
Noorkasiani 2009, dalam subandi dkk 2013).
Ansietas atau kecemasan merupakan perasaan takut yang tidak jelas dan tidak
didukung oleh situasi. Ansietas merupakan perasaan campuran berisikan ketakutan dan
keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tertentu.
Ansietas pada lansia memiliki gejala seperti, perasaan khawatir atau takut, mudah
tersinggung, kecewa, gelisah, perasaan kehilangan, sulit tidur sepanjang malam, sering
membayangkan hal-hal yang menakutkan dan rasa panik pada hal yang ringan, konflik-
konflik yang ditekan dan berbagai masalah yang tidak terselesaikan akan menimbulkan
ansietas (Maryam dkk 2008, dalam Soemantri dkk 2012). Prevalensi ansietas di negara
berkembang pada usia dewasa dan lansia sebanyak 50% (Videback 2011, dalam Subandi
2013). Angka kejadian gangguan ansietas di Indonesia sekitar 39 juta jiwa dari 238 juta jiwa
penduduk (US Census Bureau 2004, dalam Subandi 2013).
Berdasarkan hal diatas maka kami merasa perlu memberikan informasi melalui
penyuluhan kepada Ny. J dengan masalah kecemasan (Ansietas) di Yayasan Bina Bhakti.
Dengan adanya penyuluhan ini diharapkan Ny. J dapat mengatasi dan termotivasi dalam
mengatasi kecemasan yang dirasakan, sehingga tidak menimbulkan akibat atau masalah yang
fatal dan memburuk kondisi.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan Ny. J menambah pengetahuan tentang ansietas

2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan Ny. J mampu :
a. Mengetahui pengertian ansietas pada lansia
b. Mengetahui faktor penyebab ansietas pada lansia
c. Mengetahui tanda dan gejala ansietas pada lansia
d. Mengetahui tingkatan ansietas pada lansia
e. Mengetahui teknik mengurangi ansietas pada lansia

C. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Pokok Bahasan :Ansietas ( Kecemasan ) pada Lansia
2. Sasaran : Ny. J (pasien kelolaan)
3. Metode : Ceramah dan Tanya Jawab
4. Media dan alat : Leaflet dan Lembar Balik
5. Waktu : Pukul 07.30 WIB – O8.OO WIB
6. Tempat : Yayasan Bina Bhakti
7. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Peserta

1 5 Menit Pembukaan : Mendengarkan dan


 Salam Terapeutik menjawab
 Perkenalan Mahasiswa dan mengucapkan salam
Pembimbing
 Menjelaskan Tujuan
 Menjelaskan kontrak waktu

2 10 Menit Pelaksanaan : Mendengarkan dan


 Menjelaskan tentang pengertian memperhatikan
ansietas
 Menjelaskan tanda dan gejala
ansietas
 Menjelaskan tingkatan ansietas
 Menjelaskan faktor-faktor
penyebab cemas
 Menjelaskan Teknik mengurangi
cemas
 Memberikan reinforcement positif
 Memberikan kesempatan untuk
bertanya

3 Memperhatikan,
5 Menit Penutup :
mendengarkan dan menjawab
 Melakukan evaluasi
salam
menyimpulkan materii
 Menutup dan memberikan salam
8. Materi (Terlampir)
9. Kriteria Evaluasi
 Evaluasi struktur
a. Diharapkan tempat dan waktu sesuai dengan rencana
b. Diharapkan media dan alat sesuai dengan rencana
c. Diharapkan peran dan tugas mahasiswa sesuai perencanaan

 Evaluasi proses
a. Diharapkan klien aktif mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
b. Diharapkan klien aktif memberi pendapat selama penyuluhan
c. Diharapkan klien mengikuti aturan yang telah di jelaskan saat penyuluhan

 Evaluasi hasil
a. Diharapkan 100% klien mampu menyebutkan pengertian ansietas
b. Diharapkan 100 % klien mampu menyebutkan tanda dan gejala ansietas
c. Diharapkan 100 % klien mampu menyebutkan tingkatan ansietas
d. Diharapkan 100 % klien mampu menyebutkan faktor-faktor penyebab cemas
e. Diharapkan 100 % klien mampu menyebutkan Teknik mengurangi cemas

10. Penutup
a. Kesimpulan
Kecemasan (ansietas) adalah bentuk perasaan khawatir, gelisah dan perasaan-perasaan
lain yang kurang menyenangkan. Biasanya perasaan-perasaan ini disertai oleh rasa kurang
percaya diri, tidak mampu, merasa rendah diri, dan tidak mampu menghadapi suatu masalah.

b. Saran
Diharapkan dengan penyuluhan ini, lansia di Yayasan Bina Bhakti mampu memahami
dan mengetahui tentang ansietas dan cara menguranginya
ANSIETAS PADA LANSIA

1. Konsep lansia dan perubahan system tubuh pada lansia

Lanjut usia (lansia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan
stress lingkungan. Seseorang dikatakan lanjut usia apabila usianya lebih dari 65tahun ke atas
(Efendi dan Mahfudin 2009).

Lansia merupakan tahap akhir perkembangan pada daurkehidupan manusia yang merupakan
suatu proses alami yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu. Perubahan-perubahan
fisiologis maupun psikososial, akan berpotensi pada masalah kesehatan baik secara umum
maupun kesehatan jiwa(Maryam dkk 2008).

Lansia adalah seseorang laki-laki ataupun perempuanyang berusia 60 tahun atau lebih, baik
secara fisik masih berkemampuan(potensial) mampu karena sesuatu hal tidak lagi mampu
berperan secara aktif dalam pembangunan (tidak potensial).

Perubahan Sistem Tubuh Lansia (Nugroho, 2000)


a) Perubahan Fisik
- Perubahan pada kulit : kulit wajah, leher, lengan, dan tangan menjadi lebih kering dan keriput,
kulit di bagian bawah mata membentuk seperti kantung dan lingkaran hitam dibagian ini
menjadi lebih permanen dan jelas, warna merah kebiruan sering muncul di sekitar lutut dan di
tengah tengkuk.
- Perubahan otot : pada umumnya otot orang berusia madya menjadi lembek dan mengendur di
sekitar dagu, lengan bagian atas, dan perut
- Perubahan pada persendian : masalah pada persendian terutama pada bagian tungkai dan
lengan yang membuat mereka menjadi agak sulit berjalan
- Perubahan pada gigi : gigi menjadi kering, patah, dan tanggal sehingga kadang-kadang
memakai gigi palsu
- Perubahan pada mata : mata terlihat kurang bersinar dan cenderung mengeluarkan kotoran
yang menumpuk di susdut mata, kebanyakan menderita presbiop atau kesulitan melihat jarak
jauh, menurunnya akomodasi karena menurunnya elastisitas mata
- Perubahan pada telinga : fungsi pendengaran sudah mulai menurun, sehingga tidak sedikit
yang mempergunakan alat bantu pendengaran. mulai terjadi penurunan. Penurunan ini bisa
berlangsung secara perlahan bahkan bisa terjadi secara cepat tergantung dari kebiasaan hidup
pada masa usia muda.
- Perubahan pada sistem pernafasan : nafas menjadi lebih pendek dan sering tersengal-sengal,
hal ini akibat terjadinya penurunan kapasitas total paru-paru, residu volume paru dan
konsumsi oksigen basal, ini akan menurunkan fleksibilitas dan elastisitas dari paru
Selain ganggunan fisik yang bisa terlihat secara langsung, dengan bertambahnya usia sering
pula disertai dengan perubahan-perubahan akibat penyakit kronis, obat-obat yang diminum
akibat operasi yang menyiksa kesusahan secara fisik dan psikologis.
Beberapa gangguan fisik pada bagian dalam tersebut seperti :
- Perubahan pada sistem syaraf otak : umumnya mengalami penurunan ukuran, berat, dan
fungsi contohnya kortek serebri mangalami atropi.
- Perubahan pada sistem cardiovascular : terjadi penurunan elastisitas dari pembuluh darah
jantung dan menurunnya cardiac out put

b) Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental:
1. Kenangan ( Memory)
2. IQ (Intellegentia Quantion)

c) Perubahan Psikososial
1. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awarness of mortality)
2. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.
3. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic depriviation)
4. Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit bertambahnya biaya pengobatan.
5. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
6. Gangguan saraf pancaindera, timbul kebutaan dan ketulian.
7. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
8. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman dan keluarga.
9. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap gambaran diri, perubahan
konsep diri.
2. Pengertian ansietas (kecemasan )
Ansietas ( kecemasan ) menurut Lefrancois ( 1980 ) mengatakan bahwa kecemasan
merupakan reaksi emosi yang tidak menyenangkan, ditandai dengan ketakutan,

Menurut johsnton 1971 menyatakan bahwa kecemasan dapat terjadi karena kekecewaan,
ketidakpuasan, perasaan tidak aman atau adanya permusuhan dengan orang lain

Jadi ansietas (Kecemasan) adalah bentuk perasaan khawatir,


gelisah dan perasaan-perasaan lain yang kurang menyenangkan. Biasanya perasaan-
perasaan ini disertai oleh rasa kurang percaya diri, tidak mampu, merasa rendah diri, dan
tidak mampu menghadapi suatu masalah.

3. Penyebab kecemasan pada lansia


a. Factor biologis
Kecemasanterjadiakibatdarireaksisarafotonom yang berlebihandengannaiknya system
simpatis yang berhubungandengankecemasan
b. Factor psikologis
Kecemasandapatmunculakibatimpuls-impuls di bawahsadar (misalnya : sex, agresi,
danancaman ) yang masukkealamsadar yang dapatmenimbulkan stress
c. Faktor social
Menurutteorikecemasanakibatfrustasi, tekanan, konflikataukeadaan yang tidakdisukai.
d. Faktor interpersonal
yaitukecemasan yang berhubungandengan trauma
sepertiperpisahandankehilangansepertikehilangansuami ,istriatauanak.

4. Tanda dan Gejala kecemasan pada lansia


a. Gejala motorik, meliputi: gemetar, muka tegang, nyeri otot, nyeri dada, letih, pegal, sakit
kepala, sakit leher.
b. Gejala otonomik seperti gejalasesak nafas, diare dll.
c. Khawatir
Rasa khawatir yang berlebihan terutama mengenai hal-hal yang belum terjadi seperti mau
mendapat musibah.
d. Kewaspadaan berlebihan.
Kewaspadaan yang berlebihan meliputi gejala tidur terganggu, sulit berkonsentrasi, mudah
terkejut, tidak bisa santai dll.
5. Tingkat Kecemasan

 Cemas Ringan
Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada
tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada. Individu
terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Respons
cemas ringan seperti sesekali bernapas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan
pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar, lapang persepsi meluas, konsentrasi pada
masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, tidak dapat duduk dengan tenang, dan tremor
halus pada tangan.

 Cemas Sedang

Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap masalah menurun. Individu lebih berfokus pada hal-
hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain. Respons cemas sedang seperti sering
napas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia, gelisah, lapang
pandang menyempit, rangsangan luar tidak mampu diterima, bicara banyak dan lebih cepat,
susah tidur, dan perasaan tidak enak.

 Cemas Berat

Pada cemas berat lahan persepsi sangat sempit. Seseorang cenderung hanya memikirkan hal
yang kecil saja dan mengabaikan hal yang penting. Seseorang tidak mampu berpikir berat
lagi dan membutuhkan lebih banyak pengarahan / tuntunan.

Respon kecemasan berat seperti napas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat,
berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan, lapang persepsi sangat sempit,
tidak mampu menyelesaikan masalah, verbalisasi cepat, dan perasaan ancaman meningkat

6. Cara mengurangi cemas pada lansia

 Teknik relaksasi segitiga pernapasan (Triangle Breathing):


a. Ambil napas selama 3 detik dengan lambat,
b. Tahan napas selama 3 detik
c. Keluarkan perlahan selama 3 detik melalui mulut
d. Ulangi selama 3 kali
 Hipnotis lima jari
a. Tempelkanjarijempoldenganjaritelunjuksambilmembayangkandalamkeadaan she
atausedangdalammelakukanaktivitas
b. Tempelkanjarijempoldenganjaritengahsambilmembayangkansedangbertemudengan orang
yang dicintaisepertianak, cucu ,mapunpasangan
c. Tempelkanjarijempoldenganjarimanissambilmembayangkanketikadiberikanpujian
d. Tempelkanjarijempoldenganjarikelingkingsambilmembayangkansedangmengunjungitempat
yang indah

 Hindari kafein, alkohol dan rokok


Rasa cemas ternyata bisa pula dipicu oleh makanan, minuman, serta kebiasaan yang
kita konsumsi atau lakoni. Kafein, alkohol, dan rokok disebut-sebut sebagai substansi yang
bisa meningkatkan rasa cemas seseorang.

 Tertawa dan olahraga.


Tidak ada yang membantah kalau banyak ketawa itu dianggap menyehatkan.
Buktinya untuk mengatasi rasa cemas ini, para pakar juga menyarankan agar kita banyak
tertawa. Karena cara tersebut ampuh mengusir emosi dengan sesuatu positif sifatnya. Tak
ubahnya dengan olahraga. 20 hingga 30 menit melakukan olahraga bisa membantu
mengurangi rasa cemas.

 Bersantai
Rasa cemas kerap datang akibat banyaknya pekerjaan atau tugas lainnya. Karena itu,
usahakan untuk menyisihkan waktu buat bersenang-senang dan bersantai. Atau waktu
tersebut bisa pula digunakan untuk meditasi, membangun mimpi dan berimajinasi. Karena
kebiasaan tersebut akan membantu mengurangi rasa cemas.

 Dengar musik.
Berbahagialah orang yang gemar mendengarkan musik. Karena dengan mendengarkan
musik-musik favorit, akan membantu menjalani ritme hidup akanlebih yang menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA

Subandi, Lestari R & Suprianto T 2013. Pengaruh Terapi Psikoreligius Terhadap Penurunan
Tingkat Ansietas Pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Sejahtera Pandaan
Pasuruan.hal 20-24.

Kristyaningsih, D 2011 ; Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pada
Lansia; Jurnal Keperawatan, Volume 1; No; 1,Januari 2011- Desember 2011.hal 21-23.

Juniarti, N, Eka, S, & Damayanti, A. 2008; GambaranJenis Dan Tingkat KesepianPada Lansia di
Balai Panti Sosial Tresna Wredha Pakutandang Ciparay Bandung, Skripsi, Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Padjajaran, hal 3.

Efendi, F. Mahfudin 2009, Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika. Hal 32-
35.

Maryam,SR,dkk.2008. Mengenai Usia Lanjut dan Perawatanya. Jakarta; Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai