Anda di halaman 1dari 43

KARYA ILMIAH TERAPAN

PENTINGNYA PENGATURAN MUATAN SECARA CEPAT


DAN SISTEMATIS BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP
PEMUATAN DI ATAS KAPAL KM. SPIL HAPSRI

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III

RADITYO WAHYU A
NIT. 05.17.044.1.41
AHLI NAUTIKA TINGKAT III

PROGRAM DIPLOMA III PELAYARAN


POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA
TAHUN 2021
PENTINGNYA PENGATURAN MUATAN SECARA CEPAT
DAN SISTEMATIS BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP
PEMUATAN DI ATAS KAPAL KM. SPIL HAPSRI

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III

RADITYO WAHYU A
NIT. 05.17.044.1.41
AHLI NAUTIKA TINGKAT III

PROGRAM DIPLOMA III PELAYARAN


POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA
TAHUN 2021

ii
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Radityo Wahyu Ardhiarto

Nomor Induk Taruna : 05.17.044.1.41

Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III

Menyatakan bahwa KIT yang saya tulis dengan judul :

PENTINGNYA PENGATURAN MUATAN SECARA CEPAT DAN

SISTEMATIS BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP PEMUATAN DI ATAS

KAPAL KM. SPIL HAPSRI

Merupakan karya asli seluruh ide yang ada dalam KIT tersebut, kecuali tema dan
yang saya nyatakan sebagai kutipan, merupakan ide saya sendiri. Jika pernyataan
di atas terbukti tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi yang di tetapkan
oleh Politeknik Pelayaran Surabaya.

SURABAYA, ………………………..

Materai 6000

RADITYO WAHYU A

iii
iv
v
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
oleh karena limpahan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan Karya Ilmiah Terapan ini dengan judul:

“PENTINGNYA PENGATURAN MUATAN SECARA CEPAT DAN


SISTEMATIS BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP PEMUATAN DI ATAS
KAPAL KM. SPIL HAPSRI”.

Karya Ilmiah Terapan (KIT) merupakan salah satu persyaratan baku


Taruna untuk menyelesaikan studi program DIPLOMA III PELAYARAN dan
wajib diselesaikan pada periode yang di tetapkan. KIT merupakan proses
penyajian keadaan tertentu yang dialami Taruna pada saat melaksanakan Praktek
Kerja Lapangan (PRALA) ketika berada di atas kapal.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian tugas akhir ini
masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi bahasa, susunan kalimat,
maupun cara penulisan serta pembahasan materi akibat keterbatasan penulis
dalam penguasaan materi, waktu dan data-data yang diperoleh.
Untuk itu penulis senantiasa menerima kritikan dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan tugas akhir ini. Penulisan karya tulis ilmiah ini
dapat terselesaikan karena adanya bantuan dari berbagai pihak, olehnya itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, khususnya kepada kedua orang
tua dan saudara tercinta serta senior – senior yang selalu memberi dukungan
kepada:
1. Bapak Capt. Dian Wahdiana, M.M Selaku Direktur Politeknik Pelayaran
Surabaya.
2. Ibu Anak Agung Istri Sri Wahyuni, S.Si.T.,M.Sda selaku dosen pembimbing
materi.
3. Bapak Anak Agung Ngurah Ade, S.Si.T.,M. Pd selaku dosen pembimbing
teknik tulisan.
4. Capt. Tri Mulyatno Budhi H,S.Si.T,M.Pd selaku Ketua Jurusan Nautika.
Demikian, semoga penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan
bagi penulis serta berguna bagi pembaca.

Surabaya, 2021

RADITYO WAHYU A

vi
ABSTRAK

Radityo Wahyu Ardhiarto,2019, “Pentingnya Pengaturan Muatan Secara Cepat


Dan Sistematis Berdasarkan Prinsip-Prinsip Pemuatan Di Atas Kapal KM. SPIL
HAPSRI”. Nautika Program Diploma III
POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA.
Pembimbing : (I) Anak Agung Istri Sri Wahyuni, S.Si.T.,M.Sda dan
(II) Anak Agung Ngurah Ade Dwi Putra Yudha S.Si.T.,M.Pd

Pengaturan muatan di setiap kapal sangatlah penting,ini dikarenakan selain


setiap kapal memiliki spesifikasi pengangkutan muatan yang berbeda kita juga
harus membuat rencana pengaturan muatan (Stowage plan) yang dapat membantu
dalam penyusunan muatan,tenaga kerja,waktu dan dokumentasi muatan.Selain itu
pengaturan muatan harus sesuai dengan prinsip-prinsip pengaturan muatan untuk
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dalam proses pemuatan dan pengiriman
barang tidak terjadi.
Penelitian dilaksanakan selama 12 bulan di kapal KM. SPIL HAPSRI.
Data primer diperoleh secara langsung dari kejadian atau kegiatan yang terjadi di
atas kapal KM. SPIL HAPSRI. Data sekunder diperoleh dari data yang sudah ada
serta wawancara langsung terhadap perwira kapal dan melihat serta membaca
laporan dari hasil kegiatan dan kejadian yang pernah terjadi di atas kapal.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pengaturan muatan
secara cepat dan sistematis berdasarkan prinsip-prinsip pemuatan di atas kapal
KM. SPIL HAPSRI sudah berjalan. Namun masih ada kekurangan yaitu dibagian
kesigapan dinas jaga dan komunikasi antar awak kapal dan orang darat untuk
menciptakan prinsip pemuatan sebaik mungkin.
Kata kunci : Pengaturan Muatan, Prinsip-Prinsip Pemuatan

vii
ABSTRACT
Radityo Wahyu Ardhiarto, 2019,"The Importance of Regulating Fast and
Systematic Content Based on the Principles of Loading on Ships MV. SPIL
HAPSRI". Nautika Diploma III Program
SURABAYA POLITEKNIK PELAYARAN.
Advisor: (I) Anak Agung Istri Sri Wahyuni, S.Si.T., M.Sda and
(II) Anak Agung Ngurah Ade Dwi Putra Yudha S.Si.T., M.Pd
Setting the load on each ship is very important, this is because in addition
to each ship having a different cargo transport specification we also have to make
a Stowage plan that can assist in the preparation of the load, labor, time and
charge density. In addition, the load management must In accordance with the
principles of cargo management to prevent undesirable things in the process of
loading and shipping goods do not occur.
The research was conducted for 12 months on the MV. SPIL HAPSRI.
Primary data is obtained directly from events or activities that occur onboard the
MV. SPIL HAPSRI. Secondary data is obtained from existing data as well as
direct interviews with ship officers and seeing and reading reports on the results
of activities and events that have occurred onboard.

The results of this study indicate that the implementation of loading


arrangements quickly and systematically is based on the principles of loading
onboard MV. SPIL HAPSRI is already running. However, there are still
shortcomings, namely the alertness and communication between crew members
and land people to create the best possible loading principle.

Keywords: Load Management, Loading Principles

viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Shipping Order ..................................................................................... 6

Gambar 2.2 Stowage Plan ....................................................................................... 8

Gambar 2.3 Hogging Dan Sagging .................................................................. 20

Gambar 2.4 Contoh Penataan Muatan ............................................................. 21

Gambar 2.1 Gambar Alur Kerangka Pikiran ......................................................... 25

Gambar 4.1 KM. SPIL HAPSRI ...................................................................... 32

Gambar 4.2 Crew List ...................................................................................... 33

Gambar 4.3 Container Open Door .................................................................. 35

Gambar 4.4 Tentative Bay Plan ....................................................................... 35

Gambar 4.5 Final Bay Plan ............................................................................. 36

ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Tabel perbandingan Regulasi dan Realita ................................ 38

Tabel 4. 2 Tabel Pembahasan Pengaturan Pemuatan ..................................... 47

x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv


HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v
KATA PENGANTAR...................................................................................... vi
ABKSTRAK .................................................................................................... vii
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1


A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 5
A. Landasan Teori ..................................................................................... 5
B. Kerangka Pikiran .................................................................................. 25
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 26
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 26
B. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................ 26
C. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ...................................... 27
D. Teknik Analisis Data ............................................................................ 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 31

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 31


B. Hasil Penelitian .................................................................................... 34
C. Pembahasan .......................................................................................... 47
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 50
A. Simpulan .............................................................................................. 50
B. Saran ..................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 52
PEDOMAN WAWANCARA .......................................................................... 54

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kapal laut adalah sarana transportasi laut yang hingga saat ini masih

dianggap lebih efisien dan ekonomis dalam pengangkutan barang dari

suatu tempat ke tempat yang lain atau dari suatu negara ke negara lain,

karena kemampuan memuatnya yang besar dan belum dimiliki oleh moda

transportasi yang lain. Akan tetapi dengan jumlah muat yang bisa sangat

besar tersebut butuh memerlukan penanganan khusus untuk memastikan

barang yang diangkut dapat sampai dengan selamat dan aman ketempat

tujuan. Kita bisa tau bahwa jenis kapal yang tersebar dilautan memiliki

bermacam-macam spesifikasi untuk menunjang muatan apa yang akan

dibawa oleh kapal tersebut. Oleh karena itu penanganan muatan akan

menjadi sangat penting didunia pelayaran kapal niaga.

Pengaturan muatan di setiap kapal sangatlah penting,ini dikarenakan

selain setiap kapal memiliki spesifikasi pengangkutan muatan yang

berbeda kita juga harus membuat rencana pengaturan muatan (Stowage

Plan) yang dapat membantu dalam penyusunan muatan, tenaga kerja,

waktu dan dukomentasi muatan. Selain itu pengaturan muatan harus sesuai

dengan prinsip-prinsip pengaturan muatan untuk mencegah hal-hal yang

tidak diinginkan dalam proses pemuatan dan pengiriman barang tidak

terjadi. Prinsip-prinsip tersebut yaitu:

1
1. Melindungi awak kapal

2. Melindungi kapal

3. Melindungi muatan

4. Pemanfaatan ruang muat semaksimal mungkin

5. Bongkar muat secara cepat dan sistimatis

Transportasi merupakan salah satu esensi penting dalam proses

pembangunan suatu negara. Bisa dikatakan tanpa transportasi yang

memadai, pembangunan disegala bidang akan terhambat. Untuk itu

diperlukan adanya perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi

pengelolaan transportasi secara sistematis. Selain itu efisiensi dan efektifitas

dari suatu transportasi sangat diperlukan, hal ini guna menciptakan

penghematan baik dari segi waktu dan biaya. Untuk mencapai itu maka para

pengelolah transportasi harus mempunyai suatu susunan rencana secara

matang demi terciptanya tujuan tersebut untuk kemudian hari.

Seperti contoh kasus KMP Wimala Dharma yang bertolak dari

pelabuhan penyeberangan Padang Bai sekitar pukul 01.45 WITA dengan

muatan 7 truk besar, 7 truk sedang, 1 bis besar, 2 mobil pribadi dan 8 sepeda

motor serta 125 penumpang dan awak kabin serta 15 ABK termasuk

nakhoda. Setelah melintasi buoy luar pelabuhan Padang Bai, cuaca berubah

buruk dan ombak besar setinggi 2-3m menghantam kapal dari arah lambung

kanan. Hantaman ombak tersebut mengakibatkan pergeseran muatan pada

buritan kapal sehingga kemampuan stabilitas kapal mengalami penurunan.

Seluruh muatan tidak bisa diselamatkan, 15 ABK termasuk Nakhoda dan

120 penumpang selamat, namun 5 penumpang meninggal. Dengan tidak

2
diketemukannya data material KMP Wimala Dharma yang tenggelam pada

kedalaman lebih kurang 300m-500m maka berdasarkan penelitian, KNKT

berpendapat tenggelamnya KMP Wimala Dharma kemungkinan disebabkan

oleh terjadinya kelebihan muatan yang menyebabkan overdraft, tidak

tepatnya sikap olah gerak pada saat kapal bertolak meninggalkan dermaga

di pelabuhan, dan cuaca buruk pada saat kejadian sehingga mengakibatkan

penurunan kemampuan stabilitas kapal (KNKT/KL.03.01/03.01.001)

Sebagai calon perwira transportasi laut maka penulis ingin meneliti

efisien dan efektifitas transportasi laut dalam hal pengaturan muatan diatas

kapal sesuai dengan prinsip-prinsip pengaturan muatan diatas. Untuk itu

penulis mengambil judul proposal penelitian ini yaitu : “Pentingnya

Pengaturan Muatan Secara Cepat dan Sistimatis Berdasarkan Prinsip-

Prinsip Pemuatan Di Atas Kapal KM. SPIL HAPSRI”

B. RUMUSAN MASALAH

Untuk lebih memudahkan dalam penyusunan proposal penelitian ini,

perlu dirumuskan terlebih dahulu masalah-masalah apa saja yang akan

dibahas. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan dari

proposal penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan muatan secara cepat dan sistematis sesuai

dengan prinsip-prinsip pemuatan yang dilaksanakan diatas kapal ?

2. Masalah apa saja yang dapat ditimbulkan jika pengaturan muatan

tidak dilaksanakan dengan benar dan bagaimana cara mengatasinya ?

3
C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulis ini diantaranya adalah :

1. Dapat mengetahui cara pengaturan muatan secara cepat dan

sistimatis sesuai dengan prinsip-prinsip pemuatan yang dilakukan

diatas kapal KM. SPIL HAPSRI

2. Dapat mengetahui masalah yang dapat timbul jika pengaturan

muatan tidak dilaksanakan dengan benar dan mengetahui solusinya

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang ingin dicapai penulis dalam proposal penelitian ini antara lain:

1. Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu memberikan

sumbangan pemikiran dalam hal menambah wawasan baik bagi pelaut

maupun orang-orang yang bersangkutan dalam proses pengaturan muatan

dan diharapkan dapat menerapkan secara cepat dan sistimatis.

2. Praktis

Hasil penelitan ini secara praktis diharapkan mampu memenuhi harapan

penulis dalam hal :

Dengan membaca penelitian ini diharapkan bagi penulis, pembaca,

kalangan umum dan khususnya para pelaut untuk dapat memahami dan

dapat menjadi acuan tentang cara pengaturan muatan secara cepat dan

sistimatis dalam menunjang kelangsungan pengiriman barang ke tempat

tujuan.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI

1. Pengertian Pengaturan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007),

pengaturan adalah proses atau cara untuk membuat rapi suatu

barang atau hal. Pengaturan dilakukan oleh seorang yang

mempunyai tujuan untuk membuat rapi maupun tertib. Dalam

pengaturan kapal terlebih dahulu harus membuat rancangan

pengaturan muatan atau Stowage Plan. Dalam pembuatan Stowage

Plan harus memperhatikan hal-hal berikut :

a. Stabilitas Kapal

b. Kondisi Dan Letak Peralatan Bongkar Muat

c. Kekuatan Geladak

d. Volume Ruang Muat Dan Daya Apung

e. Pelabuhan Tujuan Dari Muatan

f. Jumlah, Berat, Jenis Dan Sifat Muatan Pada Tiap-Tiap

palka

g. Adanya Muatan Yang Belum Siap Dikapalkan Dan Muatan

Opsi

Jenis Stowage Plan Ada 2 (Dua) Macam Yaitu :

5
1. Tentative Stowage Plan

Tentative Stowage Plan adalah berupa gambaran ancar-

ancar untuk suatu rencana pengaturan muatan yang dibuat

sebelum kapal tiba di pelabuhan muat atau sebelum

pelaksanaan pemuatan,dibuat berdasarkan Booking list atau

Shipping Order yang diterima untuk suatu pelabuhan tertentu.

Booking list yaitu suatu daftar pemesanan ruangan kapal untuk

dimuati komoditas tertentu. Sedangkan Shipping Order atau

sering disebut juga Shipping instruction (SI) merupakan Surat

yang dibuat oleh Shipper yang ditujukan pada Carrier atau

kapal untuk menerima dan memuat muatan tertera dalam surat

tersebut. Shipping Order berisi : Nama shipper, Nama

Consigne di pelabuhan bongkar, Notify address, Pelabuhan

muatan, Pelabuhan tujuan, Nama dan Jenis Barang, Jumlah

Berat dan Volume,Shipping Mark ,Total Nett Weight, Total

Gross Weight, Total Measurement, Freight and charge, B/L,

Dated, Cemmercial Invoice, No.L/C.

Gambar 2. 1 Shipping Order

Sumber : http://help.imis.com:2015

6
2.Final Stowage Plan

Final Stowage Plan adalah gambaran informasi yang

menunjukkan keadaan sebenarnya dari letak-letak muatan beserta

jumlah dan beratnya pada tiap-tiap palka yang dilengkapi dengan

Consignment mark untuk masing-masing pelabuhan tertentu.

Setelah selesai mengadakan kegiatan pengaturan muatan,

maka kondisi muatan yang sebenarnya yang terdapat didalam

ruang muat atau palka dapat dilihat dalam Stowage Plan ini. Oleh

karena itu, maka Stowage Plan sebaiknya dibuat seteliti mungkin

sebab termasuk salah satu dokumen yang cukup penting dan

dapat berfungsi sebagai bahan atau bukti pertanggung jawaban

atas pengaturan muatan didalam ruang muat/palka bila terjadi

tuntutan ganti rugi (claim) dari pemilik muatan (consigne). Selain

Stowage Plan yang dibuat oleh pihak claim sebagai bahan

informasi mengenai muatan yang berada didalam masing-masing

ruang muat atau palka, maka pihak Carrier masih perlu membuat

Daftar Muatan tiap palka (Hatch List) dan Daftar Bongkaran

Muatan(Discharging List) untuk melengkapi informasi yang

tertera pada Stowage Plan, sebab sudah tentu informasi yang

lengkap mengenai muatan tersebut, tidak dapat sepenuhnya

tercakup dalam Stowage Plan

7
Gambar 2. 2 Stowage Plan

Sumber : Sudrajat,M.A:2019

Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Membuat Stowage

Plan Adalah :

1. Berat Dan Volume :

Muatan berat dipadat pada bagian dasar palka sekaligus

berfungsi sebagai muatan dasar dan muatan ringan dipadat pada

tween deck paling atas.

2. Muatan Karung-Karungan :

Muatan jenis ini sebaiknya dipadat didaerah palka paling

depan atau ditempat dimana bentuk ruangan tidak teratur atau

ditempat yang sulit memilih bentuk muatan yang sesuai dengan

bentuk ruangan.

8
3. Muatan Berbahaya :

Muatan yang memiliki sifat yang dapat membahayakan

muatan lain, kapal serta jiwa manusia, sebaiknya dimuat pada

geladak utama atau pada tempat yang mudah dijangkau serta

mendapat perhatian lebih.

4. Muatan Dengan Bentuk Khusus :

Muatan yang memiliki bentuk khusus dan besar, jika

memungkinkan tidak dimuat dalam palka, tetapi sebagai muatan

geladak, dan oleh karenanya perlu memperhatikan kekuatan

beban geladak.

5. Kepadatan Muatan :

Muatan yang berada didalam palka diusahakan dipadat

sekokoh mungkin agar muatan tidak dapat bergeser atau

bergerak selama pelayaran, bila perlu dalam pemuatannya diberi

penerapan atau pengikatan (lashing).

6. Pelabuhan Tujuan :

Pemuatan dilakukan sedemikian rupa sehingga pada

pelabuhan singgah tidak terjadi pergeseran (shifting) muatan

atau terjadi Over Stowage, dan yang tidak kalah penting adalah

dimana kondisi kapal tetap memiliki Trim By The Stern yang

baik.

9
2. Pengertian Muatan

Muatan kapal (cargo) merupakan objek dari pengangkutan

dalam sistem transportasi laut, dengan mengangkut muatan sebuah

perusahaan pelayaran niaga dapat memperoleh pendapatan dalam

bentuk uang tambang (freight) yang sangat menentukan dalam

kelangsungan hidup perusahaan dan membiayai kegiatan

dipelabuhan.

Pengertian Muatan Kapal menurut Sudjatmiko (1995:64) adalah :

” Muatan kapal adalah; segala macam barang dan barang dagangan

(goods and merchandise) yang diserahkan kepada pengangkut

untuk diangkut dengan kapal, guna diserahkan kepada

orang/barang dipelabuhan atau pelabuhan tujuan”.

Pengertian Muatan Kapal menurut PT Pelindo II (1998:9)

adalah : ”Muatan kapal dapat disebut, sebagai seluruh jenis barang

yang dapat dimuat ke kapal dan diangkut ke tempat lain baik

berupa bahan baku atau hasil produksi dari suatu proses

pengolahan”.

Menurut Arwinas (2001:9) muatan kapal laut dikelompokkan atau

dibedakan menurut beberapa pengelompokan sesuai dengan jenis

pengapalan, jenis kemasan, dan sifat muatan

Beberapa jenis pengelompokan muatan berdasarkan jenisnya

adalah:

10
1. Pengelompokan Muatan Berdasarkan Jenis Pengapalan

a. Muatan Sejenis (Homogenous Cargo)

Adalah semua muatan yang dikapalkan secara bersamaan

dalam suatu kompartemen atau palka dan tidak dicampur

dengan muatan lain tanpa adanya penyekat muatan dan dimuat

secara curah maupun dengan kemasan tertentu.

b. Muatan Campuran (Heterogenous Cargo)

Muatan ini terdiri dari berbagai jenis dan sebagian besar

menggunakan kemasan atau dalam bentuk satuan unit (bag,

pallet, drum) disebut juga dengan muatan general cargo.

2. Pengelompokan Muatan Berdasarkan Jenis Kemasannya

a. Muatan unitized

Yaitu muatan dalam unit-unit dan terdiri dari beberapa jenis

muatan dan digabung dengan menggunakan pallet,

bag, karton, karung atau pembungkus lainnya sehingga dapat

disusun dengan menggunakan pengikat.

b. Muatan Curah (bulk cargo)

Muatan curah (bulk cargo) adalah muatan yang diangkut

melalui laut dalam jumlah besar.

Pengertian Muatan Curah menurut Sudjatmiko (67) adalah :

“Muatan Curah (bulk cargo) adalah muatan yang terdiri dari

suatu muatan yang tidak dikemas yang dikapalkan sekaligus

dalam jumlah besar”.

11
Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

muatan Bulk Cargo ini tidak menggunakan pembungkus dan

dimuat kedalam ruangan palka kapal tanpa menggunakan

kemasan dan pada umumnya dimuat dalam jumlah banyak dan

homogen.

Agar kapal-kapal dapat beroperasi seefisien mungkin,

dalam merencanakan pengangkutan muatan, perusahaan

pelayaran harus terlebih dahulu melihat :

1) Jenis muatan yang akan diangkut.

2) Jumlah pelabuhan yang akan disinggahi dan fasilitas

untuk menerima atau membongkar muatan.

3) Jenis kapal, bentuk ruang muatan, serta rintangan yang

mungkin akan ditemui.

4) Opsi muatan yang mungkin didapat.

5) Jadwal pelayaran kapal-kapalnya agar tidak berlayar

bersamaan.

Untuk mencapai hasil tersebut, perusahaan pelayaran harus

memperhatikan kendala dalam hal :

1) Kerusakan kapal

2) Keselamatan ABK dan orang lain

3) Kerusakan muatan.

4) Penggunaan ruang muat kapal secara maksimum

5) Sistematika dan kecepatan bongkar muat

12
Pengertian Muatan Kapal Berdasarkan Sifatnya (KWALITAS)

1. Muatan Basah Kapal ( Wet Cargo )

Muatan basah itu adalah muatan-muatan cair yang

disimpan di botol-botol, drum-drum, sehingga apabila

tempatnya pecah/bocor akan membasahi muatan-muatan

lainnya. Contoh : susu, bier, buah-buahan dalam kaleng,

cat-cat, minyak lumas, minyak kelapa dan lain

sebagainya.

2. Muatan Kering Kapal( Dry Cargo )

Muatan kering kapal adalah muatan-muatan kering

yang rusak bila basah , misalnya :

a. Muatan-muatan ini tidak merusak jenis muatan lain

b. Mudah dirusak oleh muatan lain

c. Muatan kering ini harus dipisahkan terhadap muatan

basah dalam palka tersendiri

d. Dalam satu palka, pemuatan muatan kering haruslah

diatas dan muatan basah dibawah.

Contoh jenis muatan tepung, beras, biji-bijian, bahan-

bahan pangan kering, kertas rokok dalam bungkusan,

kopi, teh, tembakau dan lain sebagainya.

13
3. Muatan Kotor Kapal / Berdebu ( Dirty / Dusty Cargo )

Muatan kotor / berdebu antara lain semen, biji

timah, arang, dan lain sebagainya. Muatan ini

menimbulkan debu yang dapat merusakjenis barang lain

terutama muatan bersih. Setelah dibongkar muatan ini

selalu meninggalkan debu atau sisa yang perlu

dibersihkan. Dalam pemuatan perlu dipisahkan terhadap

muatan lainnya bahkan dipisahkan terhadap sesama

golongannya sendiri.

4. Muatan Bersih Kapal ( Clean Cargo )

Muatan bersih kapal ini tidak merusak muatan lain

dan tidak meninggalkan debu atau sisa yang perlu

dibersihkan setelah di bongkar. Tidak merusak jenis

barang lain. Contoh : sandang, benang tenun, perkakas

rumah tangga (piring, mangkok, gelas), barang-barang

kelontong.

5. Muatan Berbau Kapal ( Odorous Cargo )

Jenis muatan ini dapat merusak / membuat bau jenis

barang lainnya, terutama terhadap muatan seperti teh,

kopi, tembakau dll., maupun dapat pula merusak sesama

golongannya sendiri. Contoh : kerosin, terpentin,

amoniak, greasy wool, crade rubber, lumber (kayu), ikan

asin dll.

14
6. Muatan Bagus / Enak ( Delicate Cargo)

Yang termasuk dalam golongan ini adalah golongan

muatan yang pada umumnya terdiri dari bahan-bahan

pangan. Jenis barang ini dengan mudah dapat dirusak

oleh barang-barang yang mengandung bau, muatan basah

dan muatan kotor / berdebu. Contoh : beras, tepung, teh,

tepung terigu, susu bubuk dalam plastik, tembakau, kopi.

7. Muatan Berbahaya

Jenis barang ini adalah golongan muatan yang

mudah menimbulkan bahaya ledakan ( explosif ) maupun

kebakaran. Pemuatan / pemadatan muatan ini haruslah

ditempatkan yang tersendiri dan pemuatannya harus

sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang diberikan dalam

buku petunjuk yaitu blue book.Contoh : dinamit, mesin,

kepala peluru, black powder, fire works, gasoline,

carbon disulfide, korek api, film dll.Terdapat jenis

barang-barang yang digolongkan sebagai muatan yang

bersifat netral artinya bahwa muatan yang tidak rusak /

dapat dirusak oleh muatan-muatan lainnya, seperti :

rotan, bambu, kayu balok, timah, muatan dalam

container dll

Sesuai IMDG CODE,klarifikasi muatan berbahaya akan

dibagi kedalam kelas-kelas berikut :

15
a. Kelas 1 : Bahan -Bahan peledak (Explosives)

b. Kelas 2 : Gas-2 yang dimanfaatkan,dicairankan,

atau di larutkan dibawah tekanan (Gasescompressed,

Liquefied ordissolved under pressure)

c. Kelas 3 : Cairan yang mudah menyala (flammable

liquids)

d. Kelas 4 :

A – Benda padat yang mudah menyala (flammable

solids)

B – Zat yang Dapat menyala dengan sendirinya

(substances liableto spontaneous combustion)

C – zat-zat yang bersentuhan dengan air Dapat

mengeluarkan gas- gas yang sangat cepat atau mudah

menyala (substanceswhich, in contact with water,

emiflammable gases)

e. Kelas 5 :

A- zat-zat yang mengoksidasi(oxidizing substances)

B- Peroksida organik atau benda yang beroksidasi

dan Dapat mudah terbakar dengan cepat

(organicperoxides)

16
f. Kelas 6

A – zat-zat beracun (poisonous ortoxid substances)

B- zat-zat yang menyebabkan infeksi (infectious

substances)

g. Kelas 7 : zat-zat radio aktif (radioactivematerials)

h. Kelas 8 : Bahan-Bahan yang bersifat (corrosive)

i. Kelas 9: Bermacam-Macam zat

berbahaya yang Dapat menimbulkan

bahaya yang tidak dicakup oleh class ini

(miscellaneous dangerous substances which present

a dangers not covered by otherclasses)

Dalam mengerjakan muatan berbahaya ada hal-hal yang harus

diperhatikan :

1. Muatan berbahaya jangan dijalankan atau dibanting, hindari

pekerjaan kasar.

2. Pemakaian ganco dan besi pengungkit harus dihindari.

3. Ikuti setiap instruksi yang terdapat pada label pembungkus.

4. Bungkusan dengan lubang ventilasi harus selalu dalam

keadaan tegak.

17
3. Pengertian Cepat dan Sistematis

Menurut Modul Penanganan dan Pengaturan Muatan

(2021) Jadi yang dimaksud dengan bongkar muat secara Cepat dan

Sistematis adalah menciptakan suatu proses kegiatan bongkar muat

yang efisien dan efektif dalam penggunaan waktu dan biaya. Untuk

mencapai suatu hasil yang maksimal, maka hal-hal yang harus

dihindari / dicegah adalah terjadinya :

a. Long Hatch

b. Over Stowage

c. Over Carriage

Long Hatch adalah terjadinya waktu bongkar / muat yang lama

pada suatu palka. Hal ini diakibatkan oleh penumpukan suatu jenis

muatan pada satu palka untuk satu pelabuhan tertentu atau

terjadinya pembagian muatan yang tidak merata untuk masing-

masing palka bagi suatu pelabuhan tujuan tertentu

Over Stowage adalah muatan yang seharusnya dibongkar di suatu

pelabuhan tujuan terhalang oleh muatan lain yang berada

diatasnya, oleh karena itu muatan penghalang harus dibongkar

terlebih dahulu untuk bisa membongkar muatan yang dimaksud

Over Carriage adalah muatan yang seharusnya dibongkar di suatu

pelabuhan tujuan,terbawa ke pelabuhan berikutnya (Next port).

Akibat dari adanya Over Carriage adalah timbulnya claim yang

sangat merugikan pihak perusahaan pelayaran. Bila terjadi hal

demikian pihak perusahaan pelayaran wajib bertanggung jawab

18
atas biaya-biaya yang timbul untuk pengiriman kembali ke

pelabuhan tujuannya (pelabuhan sebelumnya)

Untuk mencegah terjadinya kejadian diatas maka hal-hal yang

harus diperhatikan adalah :

a. Perencanaan Penanganan dan Pengaturan muatan dengan baik.

b. Pemisahan muatan yang jelas

c. Pemberian label pelabuhan yang jelas

d. Pemeriksaan saat berakhirnya pembongkaran yang teliti.

4. Pengertian Prinsip Pemuatan

Di dalam buku Marine Cargo Operation, Capt Charles

Sauerbier menulis bahwa prinsip penanganan dan pengaturan

muatan di kapal adalah sebagai berikut :

a. Prinsip Penataan /Stowage

1) Melindungi kapal (membagi muatan secara tegak dan

membujur)

2) Melindungi muatan agar tidak rusak saat dimuat,berada di

kapal dan selama pembongkaran di pelabuhan tujuan

3) Melindungi awak kapal dan buruh dari bahaya muatan

4) Menjaga agar pemuatan dilaksanakan secara teratur dan

sistematis untuk menghindari terjadinya longhatch, over

stowage dan overcariage dan muat bongkar dilakukan

dengan cepat dan aman

19
5) Stowage harus dilakukan sedemikian rupa hingga “broken

stowage” sekecil mungkin

b. Melindungi kapal

1) Pembagian muatan secara tegak

Agar kapal tetap dalam keadaan stabil pada setiap keadaan

(stabilitas melintang)

2) Pembagian muatan secara mendatar

Akan timbul adanya trim yaitu perbedaan antara sarat muka

dan belakang(trim by stern dan drim by the head)

a) Hogging = terjadi jika pembagian berat muatan terpusat di

ujung depan dan belakang kapal.

b) Sagging = terjadi jika berat muatan terpusat di tengah

kapal

Gambar 2. 3 Hogging dan Sagging

Sumber : http://google.com:2013

20
c. Melindungi Muatan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi :

1) Bentuk dan sifatnya yang berbeda

2) Jenis dan struktur maupun beratnya

3) Jauh dan dekatnya pelabuhan tujuan

4) Banyaknya pelabuhan muat bongkar

5) Daerah pelayaran yang akan di lalui,sehubungan dengan

cuaca yang berlainan

d. Muat Bongkar Secara Cepat Dan Sistematis

Menghindari Long Hatch

Lamanya kapal dipelabuhan tergantung dari jumlah

maksimum gang buruh yang bekerja tiap jamnya dalam palka,

oleh karena itu pembongkaran harus terbagi rata diantara semua

palka yang ada.

Gambar 2. 4 Contoh Penataan Muatan Kapal

Sumber:Http://www. pelautonline.com:2013

Kapal A muatan untuk satu pelabuhan dimuat di satu palka saja.

Kalau setiap palka jumlah max, gang buruh memakan waktu 1

21
jam maka waktu yang dibutuhkan untuk bongkar pada kapal A

adalam 3 jam

Kapal B muatan untuk satu pelabuhan dimuat di tiga palka.

Kalau setiap palka jumlah max, gang buruh memakan waktu 1

jam maka waktu yang dibutuhkan untuk bongkar pada kapal B

adalah 1 jam.

e. Menghindari Over Stowage

Over Stowage merupakan istilah bagi muatan yang disusun

sedemikian rupa hingga menghalangi pembongkaran muatan

lainnya, untuk menghindari hal ini sebelum pemuatan

memeriksa atau merubah Stowage Plan,jika terjadi over

stowage,maka perlu dilakukan shifting(penggeseran) atau

pembongkaran muatan yang menghalangi.

f. Menghindari Over Carriage

Overcariage artinya muatan yang tertinggal atau tidak

terbongkar karena petunjuknya (markahnya) tidak jelas atau

tidak ada. Over carriage ini juga diartikan sebagai shortlanded

(jumlah yang dibongkar kurang)

Agar tidak terjadi Over Carriage ialah :

1) Port Mark

Untuk menandai muatan yang dibongkar dipelabuhan

tertentu, dengan bentuk dan warna yang menyolok. Mualim

22
juga harus memastikan bahwa muatan untuk tujuan

pelabuhan tersebut telah dibongkar seluruhnya, sebelum

palka ditutup. Apabila pada saat pemuatan kebetulan port

marknya di sisi bawah maka harus segera digambar lagi

yang baru di bagian atas

2) Block Stowage

Yaitu satu jenis muatan untuk satu tujuan yang sama,tidak

tertera dalam satu blok atau satu tempat dalam satu palka.

Sedapat mungking menghindari adanya block stowage

3) Pemisahan Yang Baik

Untuk menghindari over stowage ialah melakukan

pemisahan (separation) muatan secara baik dan jelas. Bila

blok-bloknya jelas pemisahannya maka akan mempermudah

para buruh menandai sehingga tidak ada yang tertinggal.

5. Pengertian Kapal

Dalam Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1988 tentang

Penyelenggaraan dan Pengusahaan Pengangkutan Laut, yang

disebut dengan kapal adalah “alat apung dengan bentuk dan jenis

apapun.” Definisi ini sangat luas jika dibandingkan dengan

pengertian yang terdapat di dalam pasal 309 Kitab Undang-undang

Hukum Dagang (KUHD) yang menyebutkan kapal sebagai “alat

berlayar, bagaimanapun namanya, dan apapun sifatnya.” Dari

pengertian berdasarkan KUHD ini dapat dipahami bahwa benda-

23
benda apapun yang dapat terapung dapat dikatakan kapal selama ia

bergerak, misalnya mesin penyedot lumpur atau mesin penyedot

pasir.

Definisi lebih spesifik dan detail disebutkan di dalam

Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, yang

menyebutkan Kapal adalah “kendaraan air dengan bentuk dan jenis

tertentu, yang digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanik,

energi lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk kendaraan yang

berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta

alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah.”

Dengan demikian, kapal tidaklah semata alat yang mengapung

saja, namun segala jenis alat yang berfungsi sebagai kendaraan,

sekalipun ia berada dibawah laut seperti kapal selam.

24
B. KERANGKA PENELITIAN

Kerangka penelitian ini dapat digambarkan sebagi berikut :

Prinsip pemuatan diatas kapal

Perbandingan regulasi dan realita dilapangan

Masalah yang timbul

Peran perwira dan anak buah kapal

Hal yang perlu dilakukan dan diperhatikan

Penataan yang cepat dan sistematis sesuai dengan prinsip-


prinsip pemuatan di atas kapal

25
BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian yang dibuat oleh penulis ini menggunakan sistem

kualitatif yang merupakan penelitian tentang riset yang bersifat

deskriptif dan cenderung menggunakan analisis data. Metode

penelitian kualitatif mengandalkan pengumpulan data melalui

wawancara langsung dengan narasumber serta melihat dan meneliti

secara langsung di lokasi penelitian.

Menurut Sugiyono ( 2015 : 6 ) dalam bukunya yang

berjudul Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D,

menjelaskan bahwa metode penelitian dapat diartikan sebagai cara

ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat

ditemukan dikembangkan dan dibuktikan suatu pengetahuan

tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk

memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah.

B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan oleh penulis saat sedang melaksanakan

Praktet Berlayar terhitung dari tanggal 30 Agustus 2019 sampai 28

Agustus 2020 diatas kapal KM. SPIL HAPSRI

26
C. SUMBER DATA DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA

1. Sumber Data

Sumber data yang penulis ambil untuk proposal ini yaitu :

a. Data Primer

Data primer adalah data yang hanya dapat diperoleh dari

sumber asli atau pertama melalui narasumber yang tepat

dan yang penulis jadikan responden dalam penelitian.

Peneliti mendapatkan data primer ini melalui wawancara

langsung ke responden bagaimana peran parallel index

pada radar dalam keselamatan pelayaran.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia

sehingga peneliti tinggal mencari dan mengumpulkan

informasi-informasi yang sudah tersedia. Data ini di

peroleh dengan lebih mudah dan cepat karena sudah

tersedia. Data yang peneliti peroleh berupa data-data yang

nyata sesuai dilokasi, karena di kapal sudah tersedia data-

data yang ada, seperti contohnya data tentang Bay Plan dan

deck logbook at port , data tersebut saya gunakan untuk

mendukung tentang analisis saya tentang pengaturan

muatan yang baik berdasarkan prinsip-prinsip pemuatan

27
2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,

menggunakan dua teknik pengumpulan data yakni:

a. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua

orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh

informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.

Wawancara yang dilakukan adalah dengan mengajukan

pertanyaan kepada informan. Pemilihan informan peneliti

di tekankan pada mualim. Hal ini dilakukan untuk

memperoleh data di lokasi penelitian dengan aktual dan

fakta yang sesuai.

b. Dokumentasi

Dokumentasi yang berbentuk tulisan seperti catatan-

catatan kecil yang berupa informasi dari hasil wawancara

sedangkan dokumen yang berbentuk gambar seperti foto.

Dokumen yang berbentuk karya misalnya gambar tentang

kejadian yang berhubungan dengan proses pemuatan. Studi

dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode

observasi dan wawancara dalam penelitian ini.

28
D. TEKNIK ANALISIS DATA

Setelah data terkumpul, proses selanjutnya adalah

menyederhanakan data yang diperoleh kedalam bentuk yang mudah

dibaca, dipahami dan di interpretasikan, yang pada hakekatnya

merupakan upaya untuk mencari jawaban atas permasalahan yang

ada.

Sesuai dengan metode penelitian deskriptif, maka data akan

diuraikan sedetail mungkin dengan uraian – uraian kualitatif. Artinya

dari data yang diperoleh dilakukan pemaparan serta interpretasi

secara mendalam. Selanjutnya data yang ada dianalisis serinci

mungkin dengan cara mengabstraksikan secara teliti setiap informasi

yang diperoleh selama dilapangan, sehingga dapat diperoleh

kesimpulan.

Dalam penulisan ini penulis menggunakan 3 macam metode analisa

data :

1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi

data kasar yang muncul dari catatan- catatan tertulis dilapangan.

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan

mengkoordianasikan data dengan cara sedemikan rupa sehingga

akhirnya dapat ditarik kesimpulan dan diverifikasikan.

29
2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang telah

tersusun secara terpadu dan mudah untuk dapat dipahami yang

memberikan kemungkinan adanya penarikan suatu kesimpulan

dan kemungkinan adanya pengambilan suatu tindakan.

3. Menarik Simpulan atau Verifikasi

Menarik simpulan merupakan kemampuan seorang peneliti

dalam menyimpulkan berbagai temuan data yang diperoleh

selama penelitian berlangsung. Metode analisis data yang

penulis gunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif,

dimana data – data yang diperoleh selama penelitian

berlangsung disusun secara sistematis dan teratur, kemudian

penulis akan membuat analisis agar diperoleh kejelasan tentang

masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Alasan penulis

membuat analisis kualitatif adalah supaya dalam penelitian ini

diperoleh pengertian dan pemahaman tentang masalah agar

dapat menjelaskan suatu kebenaran. Dari data – data yang

diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

Penulis menganalisis data tersebut sehingga dapat diperoleh

mengenai pembahasan masalah – masalah yang didapat,

kemudian dari pembahasan masalah tersebut dapat diambil

kesimpulannya dan penulis dapat memberikan saran – saran

yang diperlukan.

30
DAFTAR PUSTAKA

Academia(2019). Dinas Jaga Kapal(Online).

https://www.academia.edu/8731133/Dinas_Jaga_Kapal. (diakses pada

tanggal 15 Februari 2020)

Aziz, S (2019). Teknik Pelashingan Muatan On Deck


https://ejurnal.pip-semarang.ac.id/index.php/jdb/article/download/123/79

(diakses 16 Februari 2020)

Course Hero (2021) Kapal Menurut UU No. 17 Tahun 2008 Pengertian

https://www.coursehero.com/file/p3acu6q/D-Kapal-Menurut-UU-Nomor-
17-tahun-2008-pengertian-kapal-adalah-kendaraan-air/ (diakses 04 Maret
2021)

Maritime

world.2016.muatan.http://www.maritimeworld.web.id/2011/04/pengertian

-muatan.html (diakses 4 Mei 2019)

Prasetya,Adhie.2013.prinsip pemuatan http://

plus.google.com/114122152178760753517/posts/6tabzxnvs19 (diakses 19

april 2019)

Setiawan,Ebta.2016. pengaturan.http://kbbi.web.id/atur (diakses 4 Mei 2019)

Sugiono.2009. pengertian penelitian

Kualitatif.http://www.diaryapipah.com/2012/05/pengertian-penelitian-

kualitatif.html (diakses 9 Mei 2019)

31
Tim Penyusun Politeknik Pelayaran Surabaya.2021.” Penanganan Dan Pengaturan

Muatan”.Surabaya:Politeknik Pelayaran Surabaya.

Wardana,Franico.2019. “Peningkatan Keselamatan Muatan Dengan

Mengoptimalkan Pengawasan Pelashingan”. http://repository.pip-

semarang.ac.id/1721/2/51145213N_Open_Acces.pdf

Wardhana,Rafa.2015.Stowage plan.http://www. Pelautonline.com/2015/10/cara-

mengatur-muatan-stowage-plan.html (diakses 5 Mei 2019)

Warida,Ernawati,SS & Suzana,SS.2014.”Kamus Bahasa

Indonesia”.Bandung:Kawan Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai