KATA PENGANTAR
U
ngkapan puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami selaku penyelenggara
Pelatihan Hukum Kontrak Konstruksi dapat menyelesaikan mata pelatihan ini
dengan baik. Modul ini berisi pentingnya seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) memiliki
pemahaman mengenai Aspek Hukum Kontrak Kerja Konstruksi.
Pelatihan Hukum Kontrak Konstruksi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,
keahlian, keterampilan, dan sikap ASN di bidang Hukum Kontrak Konstruksi, agar memiliki
kompetensi dasar dalam proses yang terjadi dalam pelaksanaan. Waktu pembelajaran
selama 44 Jam Pelajaran.
Modul ini adalah salah satu upaya untuk memberikan acuan terhadap rincian materi terkait
Tinjauan Hukum Kontrak Kerja Konstruksi.
Kami menyadari bahwa Modul ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik pada
isi, bahasa, maupun penyajiannya. Kami sangat mengharapkan adanya tanggapan berupa
kritik dan saran guna penyempurnaan Modul ini. Semoga Modul ini bermanfaat khususnya
bagi peserta Pelatihan Hukum Kontrak Konstruksi.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua Pihak terkait atas bantuan dan
kerjasamanya yang baik. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi kelancaran
proses belajar-mengajar, sehingga keinginan untuk mewujudkan Aparatur yang profesional
dan memiliki kompetensi yang handal dapat dicapai dengan baik.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................ i
Daftar Isi........................................................................................................................... ii
Petunjuk Penggunaan Modul.........................................................................................iv
Pendahuluan.................................................................................................................... v
A. Latar Belakang......................................................................................................v
B. Deskripsi Singkat...................................................................................................v
C. Tujuan Pembelajaran............................................................................................vi
D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok.....................................................................vi
Materi Pokok 1 Aspek Teknis Pelaksanaan Kontrak....................................................1
A. Pendahuluan......................................................................................................... 1
B. Ketentuan Umum...................................................................................................2
C. Tujuan Pengawasan..............................................................................................4
D. Sasaran Pengawasan............................................................................................4
E. Ruang Lingkup......................................................................................................4
F. Petunjuk Penggunaan Daftar SIMAK.....................................................................4
G. Latihan................................................................................................................... 6
H. Rangkuman........................................................................................................... 7
Materi Pokok 2 Aspek Keuangan...................................................................................8
A. Pendahuluan......................................................................................................... 8
B. Bea Materai........................................................................................................... 8
C. Latihan.................................................................................................................. 11
D. Rangkuman.......................................................................................................... 12
Materi Pokok 3 Aspek Perpajakan................................................................................13
A. Pendahuluan........................................................................................................13
B. Pajak Penghasilan................................................................................................14
C. Pajak Pertambahan Nilai......................................................................................15
D. Latihan.................................................................................................................. 17
E. Rangkuman.......................................................................................................... 17
Materi Pokok 4 Aspek Penjaminan...............................................................................18
A. Pendahuluan........................................................................................................18
B. Perikatan..............................................................................................................18
C. Penggantian Biaya, Kerugian dan Bunga Karena Tidak Dipenuhinya..................19
D. Perikatan Bersyarat..............................................................................................19
E. Kreditur................................................................................................................. 20
F. Persyaratan Batal.................................................................................................21
G. Asuransi............................................................................................................... 21
H. Latihan.................................................................................................................. 22
I. Rangkuman.......................................................................................................... 23
Penutup........................................................................................................................... 24
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan rakyat merupakan instansi di bidang
teknis yang kegiatannya banyak bersinggungan dengan kontrak dan pelaksanaannya.
Banyaknya kontrak yang dibuat dalam pelaksanaan berbagai pekerjaan di lingkungan
Kementerian PUPR memerlukan sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan
mengenai pembuatan kontrak. Kesalahan dalam penyusunan suatu kontrak dapat
mengakibatkan timbulnya sengketa yang menyebabkan terganggunya proses pekerjaan
dan tidak menutup kemungkinan menghambat pembangunan. Tidak hanya dalam
penyusunan tetapi juga perlu dipahami masalah penyelenggaraan dan pelaksanaan
kontrak, penyelesaian sengketa, dan aspek-aspek teknis lainnya. Kontrak merupakan
suatu ikatan perjanjian yang menampung kesepakatan di antara pihak yang akibat dari
kesepakatan tersebut muncul suatu hak dan kewajiban akibat hukum yang harus
dipatuhi. Oleh karena itu pembuatan suatu kontrak tidak dapat dilakukan asal-asalan
harus dilakukan dengan memenuhi aspek hukum karena kontrak merupakan
kesepakatan para pihak dengan akibat hukum yang harus dipatuhi.
Pelatihan ini sangat penting mengingat sebagian besar peserta berlatar belakang
teknik. Padahal dalam kehidupan nyata, pekerjaan yang ditanganinya tidak mungkin
lepas dari aspek hukum sebagai bagian dari pelaksanaan suatu proyek. Untuk itu
peserta pelatihan perlu serius mengikuti setiap materi yang disampaikan dan kemudian
diimplementasikan pada lingkungan tempatnya bekerja.
Pelatihan yang diperuntukkan bagi para Aparatur sipil Negara di lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan dinas-dinas yang berkaitan
dengan Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bertujuan untuk meningkatkan
kompetensi terhadap hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan hukum kontrak
konstruksi. Dengan penyelenggaraan pelatihan ini diharapkan peserta mampu
menguasai norma-norma penyusunan suatu kontrak, terutama kontrak konstruksi bukan
hanya pada tahapan penyusunan kontrak saja tetapi juga dipelajari hal-hal lain yang
berkaitan dengan penyelenggaraan kontrak seperti penyelesaian sengketa dalam bidang
kontrak konstruksi. Dimana dalam penyelenggaraan kontrak konstruksi terkait dengan
beberapa aspek hukum.
B. Deskripsi Singkat
Mata Pelatihan ini membekali peserta dengan pengetahuan mengenai tinjauan hukum
disajikan dengan metode ceramah dan tanya jawab.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti proses pembelajaran peserta mampu memahami Tinjauan Hukum
Kontrak Kerja Konstruksi.
2. Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran mata pelatihan ini, peserta mampu:
2.1 Menjelaskan Aspek Teknis Pelaksanaan Kontrak
2.2 Menjelaskan Aspek Keuangan
2.3 Menjelaskan Aspek Perpajakan
2.4 Menjelaskan Aspek Penjaminan
MATERI POKOK 1
ASPEK TEKNIS PELAKSANAAN KONTRAK
A. Pendahuluan
Dalam pembangunan nasional, Kementerian PUPR mempunyai peranan penting dan
strategis dalam menyediakan infrastruktur bidang pekerjaan umum yang berfungsi
mendukung pertumbuhan dan perkembangan berbagai bidang, terutama bidang ekonomi,
sosial, dan budaya.
Untuk menjamin tugas Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam
menyediakan infrastuktur bidang Pekerjaan Umum yang handal dan bermanfaat wajib
memenuhi tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi diperlukan pedoman pelaksanaan
pemeriksaan keteknikan konstruksi sebagai acuan pengawasan melekat.
B. Ketentuan Umum
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 1
Modul 3: Tinjauan Hukum Kontrak Kerja Konstruksi
C. Tujuan Pengawasan
Tujuan pengawasan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi adalah untuk menjaga
tercapainya tertib penyelenggaraan dan hasil pekerjaan konstruksi baik fisik maupun non
fisik meliputi aspek perencanaan konstruksi, pengadaan, manajemen pelaksanaan dan
pengendalian kontrak di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat.
D. Sasaran Pengawasan
Sasaran pengawasan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi untuk memastikan bahwa:
1. Proses perencanaan pekerjaan konstruksi sudah dilakukan secara taat, lengkap dan
benar sesuai ketentuan yang berlaku dengan analisis yang menghasilkan perencanaan
yang tepat (proper design);
2. Proses pemilihan penyedia jasa sudah dilakukan secara taat, lengkap dan benar
sehingga menghasilkan penyedia jasa yang berkualifikasi sesuai kebutuhan paket yang
diadakan;
3. Proses pelaksanaan pekerjaan konstruksi sudah dilakukan secara taat, lengkap dan
benar sehingga menghasilkan produk pekerjaan konstruksi yang berkualitas,
hemat/ekonomis dan bermanfaat.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengawasan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi meliputi:
1. Pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan untuk setiap tingkat risiko;
2. Pengawasan terhadap proses perencanaan pekerjaan konstruksi berdasarkan atas
SNI, standar keteknikan yang ada dan value engineering serta manfaat pembangunan
terhadap masyarakat sesuai dengan perencanaan kelayakannya;
3. Pengawasan terhadap proses pemilihan penyedia jasa yang berkualifikasi, dengan
harga terendah, terevaluasi dan tanpa penyimpangan yang penting dan pokok;
4. Pengawasan terhadap pengendalian pelaksanaan kontrak;
5. Pengawasan terhadap pelaksanaan kontrak;
6. Pengawasan terhadap tertib administrasi keuangan;
7. Pengawasan terhadap pencapaian manfaat dengan melakukan analisis terhadap fungsi
konstruksi setelah penyerahan kedua (FHO) serta keterpaduan program dengan sektor
lainnya;
8. Pengawasan terhadap risiko kegagalan konstruksi dan kegagalan bangunan.
G. Latihan
Rangkuman
MATERI POKOK 2
ASPEK KEUANGAN
A. Pendahuan
Yang menjadi parameter dalam menentukan keberhasilan kinerja biaya proyek dalam
aspek finansial adalah rencana biaya dan realisasinya di lapangan. Hal tersebut
dipengaruhi oleh:
Ketersediaan dana dan kecukupan asuransi
Penyediaan aliran kas yang cukup
Kehilangan akibat kontraktor, supplier, Fluktuasi nilai tukar dan inflasi
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 7
Modul 3: Tinjauan Hukum Kontrak Kerja Konstruksi
Perpajakan
Suku bunga
Biaya pinjaman
Karena ketidakpastian elemen-elemen tersebut di atas bukan saja mempengaruhi
pendapatan tetapi juga dapat menentukan kelangsungan berjalannya suatu proyek.
Penyelesaian permasalahan diatas dengan pengidentifikasian risiko. Identifikasi terhadap
bagian-bagian yang kritis dari risiko adalah Iangkah pertama untuk melaksanakan penilaian
risiko dengan berhasil. Dari hasil pengidentifikasian, didapatkan lima sumber risiko aspek
finansial yang menyebabkan tingkat risiko tertinggi yang akan dialami oleh suatu proyek
jasa konstruksi, yaitu:
Ketersediaan dana
Penyediaan aliran kas yang cukup
Kehilangan akibat subkontraktor/supplier
Fluktuasi nilai tukar dan inflasi
Kecukupan asuransi
Dari hasil korelasi, didapatkan bahwa sumber risiko tersebut berpengaruh negatif terhadap
kinerja biaya proyek. Bila tingkatan risiko tersebut bertambah maka kinerja biaya akan
mengalami penurunan, sebaliknya jika tingkatan risiko itu berkurang maka akan didapatkan
kinerja biaya yang maksimal.
B. Bea Materai
1. Ketentuan Umum
a. Dengan nama Bea Meterai dikenakan pajak atas dokumen yang disebut dalam
Undang-undang.
b. Dokumen adalah kertas yang berisikan tulisan yang mengandung arti dan maksud
tentang perbuatan, keadaan atau kenyataan bagi seseorang dan/atau pihak-pihak
yang berkepentingan;
c. Benda materai adalah materai tempel dan kertas materai yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Republik Indonesia;
d. Tandatangan adalah tandatangan sebagaimana lazimnya dipergunakan, termasuk
pula parap, teraan atau cap tandatangan atau cap parap, teraan cap nama atau
tanda lainnya sebagai pengganti tanda-tangan;
e. Pemateraian-kemudian adalah suatu cara pelunasan Bea Materai yang dilakukan
oleh Pejabat Pos atas permintaan pemegang dokumen yang Bea Materai-nya
belum dilunasi sebagaimana mestinya;
f. Pejabat Pos adalah Pejabat Perusahaan Umum Pos dan Giro yang diserahi tugas
melayani permintaan pemateraian kemudian.
Cek dan Bilyet Giro dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp 3.000,00 (tiga ribu
rupiah) tanpa batas pengenaan besarnya harga nominal.
Dengan Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan besarnya tarif Bea Meterai dan
besarnya batas pengenaan harga nominal yang dikenakan Bea Materai, dapat
ditiadakan, diturunkan, dinaikkan setinggi-tingginya enam kali atas dokumen-dokumen
sebagaimana dimaksud dalam
Tidak dikenakan Bea Meterai atas :
a. dokumen yang berupa :
1) surat penyimpanan barang;
2) konosemen;
3) surat angkutan penumpang dan barang;
4) keterangan pemindahan yang dituliskan di atas dokumen sebagaimana
dimaksud dalam angka 1), angka 2), dan angka 3);
6) Jika isi dokumen yang dikenakan Bea Meterai terlalu panjang untuk dimuat
seluruhnya di atas kertas meterai yang digunakan, maka untuk bagian isi yang
masih tertinggal dapat digunakan kertas tidak bermeterai.
7) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud sampai tidak dipenuhi, dokumen
yang bersangkutan dianggap tidak bermaterai.
d. Denda
1) Dokumen sebagaimana dimaksud diatas yang Bea Meterainya tidak atau
kurang dilunasi sebagaimana mestinya dikenakan denda administrasi sebesar
200% (dua ratus persen) dari Bea Meterai yang tidak atau kurang dibayar.
2) Pemegang dokumen atas dokumen sebagaimana dimaksud poin 1 harus
melunasi Bea Meterai yang terhutang berikut dendanya dengan cara
pemateraian.
3) Dokumen yang dibuat di luar negeri pada saat digunakan di Indonesia harus
telah dilunasi Bea Meterai yang terhutang dengan cara pemateraian kemudian.
4) Pemateraian kemudian atas dokumen sebagaimana dimaksud dilakukan oleh
Pemerintah.
Contoh materai:
C. Latihan
MATERI POKOK 3
ASPEK PERPAJAKAN
A. Pendahuluan
Kemandirian suatu bangsa, dapat diukur dari kemampuan bangsa untuk melaksanakan
dan membiayai pembangunan sendiri. Bagi negara, pajak adalah salah satu sumber
penerimaan negara yang sangat penting, dimana pajak merupakan suatu pilar utama
dalam menopang jalannya pemerintahan dan pembangunan di suatu negara. Keuangan
yang ditanggung oleh negara untuk membiayai pengeluaran rutin maupun pengeluaran
untuk pembangunan tidaklah sedikit dan tidak mungkin untuk ditanggung oleh pemerintah
sendiri. Oleh karena itu pemaksimalan sumber-sumber penerimaan negara sangat
dibutuhkan.
Indonesia merupakan negara berkembang sehingga tidak terlepas dari berbagai
pembangunan infrastruktur, baik itu pembangunan jalan, gedung, perumahan, sarana dan
prasarana lainnya. Proyek-proyek yang ada dalam konstruksi itu sendiri sebagian diisi oleh
proyek pemerintah dan sisanya diperoleh dari proyek swasta. Dilihat dari
perkembangannya, sektor konstruksi tidak saja berdampak pada kehidupan ekonomi,
namun juga berimbas positif bagi kehidupan sosial masyarakat. Hubungan antar kemajuan
ekonomi dan sosial masyarakat dapat dilihat dari hasil kerja para pelaku industri konstruksi.
Keberadaan berbagai macam hasil pekerjaan konstruksi seperti sekolah, pusat bisnis,
gedung pemerintahan, jembatan, hingga jalan raya akan menciptakan gerak perokonomian
sekaligus penopang kehidupan sosial budaya sebuah bangsa. Di sisi lain, apapun bentuk
usahanya termasuk di bidang konstruksi atau jasa, tidak bisa lepas dari pajak. Pajak
merupakan sumber penerimaan yang paling besar, karena APBN sebagian besar dibiayai
oleh pajak. Pajak juga memiliki potensi paling besar setiap tahunnya karena pajak
meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk, perekonomian, dan stabilitas politik
suatu negara. Sejak tahun 2001, pengenaan pajak atas penghasilan dari usaha jasa
konstruksi diatur dengan PP No.140 tahun 2000 yang ditetapkan tanggal 21 Desember
2000. Tujuan penerbitan PP No.140 Tahun 2000 adalah untuk meningkatkan efektivitas
pengenaan pajak penghasilan dari usaha jasa konstruksi sesuai dengan prinsip-prinsip
B. Pajak Penghasilan
1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)
Berdasarkan Undang-Undang No 36 Tahun 2008 adalah pajak yang dikenakan
terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu
tahun pajak atau suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang
berpenghasilan yang diperolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan
masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang
harus dilaksanakannya.
Kewajiban Perpajakan PPh Badan Sesuai dengan Undang-undang perpajakan Nomor
36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan yang merupakan subjek pajak dalam negeri
adalah badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit
tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
a. Pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Pembiayaannya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara atau
anggaran pendapatan dan belanja daerah;
c. Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran pemerintah pusat atau pemerintah
daerah; dan
d. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional Negara.
Pajak Penghasilan yang Pengenaannya bersifat Final Mengacu pada Pasal 4 ayat (2)
Undang-Undang Pajak Penghasilan sebagai penghasilan tertentu yang pengenaan
pajaknya diatur dalam peraturan pemerintah. Pertimbangan yang mendasari
diberikannya perlakuan tersendiri antara lain adalah kesederhanaan dalam
pemungutan pajak, keadilan dan pemerataan dalam pengenaan pajaknya serta
perkembangan ekonomi dan moneter. Pajak Pertambahan Nilai Pajak Pertambahan
Nilai adalah Pajak tidak Langsung yang dikenakan pada setiap pertambahaan nilai atau
transaksi penyerahan barang dan atau jasa kena pajak dalam pendistribusiannya dari
produsen dan konsumen.
Disebut pajak tidak langsung karena tidak langsung dibebankan kepada penanggung
pajak (konsumen) tetapi melalui mekanisme pemungutan pajak dan disetor oleh pihak
lain (penjual). Transaksi penyerahannya bisa dalam bentuk jual-beli, pemanfaatan jasa,
dan sewa-menyewa. Pemungutan, penyetoran dan pelaporan PPN merupakan
kewajiban dari Produsen atau Pedagang yang disebut Pengusaha Kena Pajak (biasa
disingkat PKP). Pengusaha Kena Pajak (disingkat PKP) adalah Pengusaha yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak
yang dikenakan pajak. Kewajiban Perpajakan Jasa Konstruksi Dalam ketentuan
perpajakan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi dan Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 187/PMK.03/2008 tentang Tata cara Pemotongan, Penyetoran,
Pelaporan dan Penatausahaan Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha Jasa
Konstruksi. Jasa kontruksi adalah layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan
konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultasi
pengawasan pekerjaan konstruksi. Pengguna Jasa adalah orang pribadi atau badan
termasuk bentuk usaha tetap yang memerlukan layanan jasa konstruksi. Penyedia Jasa
adalah orang pribadi atau badan termasuk bentuk usaha tetap, yang kegiatan
usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi baik sebagai perencana konstruksi,
pelaksana konstruksi dan pengawas konstruksi maupun sub-subnya. Nilai Kontrak Jasa
Konstruksi adalah nilai yang tercantum dalam satu kontrak jasa konstruksi secara
keseluruhan. Atas penghasilan dari usaha Jasa Konstruksi dikenakan Pajak
Penghasilan yang bersifat final.
2. Tarif Pajak Penghasilan yang bersifat final :
a. 2% (dua persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa
dengan kualifikasi usaha kecil;
b. 4% (empat persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia
Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha;
c. 3% (tiga persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa
selain Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud dalam huruf 1 dan huruf 2;
d. 4% (empat persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi
yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha; dan
e. 6% (enam persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi
yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha.
Namun beban PPN tersebut ditanggung oleh konsumen akhir. Sejak 1 Juli 2016, PKP
se-Indonesia wajib membuat faktur pajak elektronik atau e-Faktur untuk menghindari
penerbitan faktur pajak fiktif untuk pengenaan PPN kepada lawan transaksinya.
D. Latihan
E. Rangkuman
1. Jelaskan pengertian Pajak Penghasian (PPh) menurut Undang-Undang No 36
Tahun 2008!
2. Jelaskan pengertian Pajak Pertambahan Nilai atau PPN dan sebutkan objeknya!
Kemandirian suatu bangsa, dapat diukur dari kemampuan bangsa untuk melaksanakan
dan membiayai pembangunan sendiri. Bagi negara, pajak adalah salah satu sumber
penerimaan negara yang sangat penting, dimana pajak merupakan suatu pilar utama
dalam menopang jalannya pemerintahan dan pembangunan di suatu negara. Keuangan
yang ditanggung oleh negara untuk membiayai pengeluaran rutin maupun pengeluaran
untuk pembangunan tidaklah sedikit dan tidak mungkin untuk ditanggung oleh
pemerintah sendiri. Oleh karena itu pemaksimalan sumber-sumber penerimaan negara
sangat dibutuhkan.
Pajak Pertambahan Nilai atau PPN adalah pungutan yang dibebankan atas transaksi
jual-beli barang dan jasa yang dilakukan oleh wajib pajak pribadi atau wajib pajak badan
yang telah menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Pajak keluaran ialah PPN yang dipungut ketika PKP menjual produknya. Sedangkan,
pajak masukan ialah PPN yang dibayar ketika PKP membeli, memperoleh maupun
membuat produknya.
Di Online Pajak, Anda dapat membuat ID billing, setor pajak online dan e-Filing SPT
Masa PPN secara mudah, hanya dalam 1 klik dan gratis! Online Pajak juga terjamin
keamanannya karena sudah mendapatkan ISO 27001.
MATERI POKOK 4
ASPEK PENJAMINAN
A. Pendahuluan
Dalam perikatan untuk memberikan sesuatu, termasuk kewajiban untuk menyerahkan
barang yang bersangkutan dan untuk merawatnya sebagai seorang kepala rumah tangga
yang baik, sampai saat penyerahan. Luas tidaknya kewajiban yang terakhir ini tergantung
pada persetujuan tertentu; akibatnya akan ditunjuk dalam bab-bab yang bersangkutan
mengacu kepada Pasal 1235.
Debitur wajib memberi ganti biaya, kerugian dan bunga kepada kreditur bila ia menjadikan
dirinya tidak mampu untuk menyerahkan barang itu atau tidak merawatnya dengan sebaik-
baiknya untuk menyelamatkannya mengacu kepada Pasal 1236
Pada suatu perikatan untuk memberikan barang tertentu, barang itu menjadi tanggungan
kreditur sejak perikatan lahir. Jika debitur lalai untuk menyerahkan barang yang
bersangkutan, maka barang itu semenjak perikatan dilakukan, menjadi tanggungannya
mengacu kepada Pasal 1237.
Debitur dinyatakan Ialai dengan surat perintah, atau dengan akta sejenis itu, atau
berdasarkan kekuatan dari perikatan sendiri, yaitu bila perikatan ini mengakibatkan debitur
harus dianggap Ialai dengan lewatnya waktu yang ditentukan mengacu kepada Pasal 1238
B. Perikatan
Perikatan untuk berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu, setiap perikatan untuk
berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu, wajib diselesaikan dengan memberikan
penggantian biaya, kerugian dan bunga, bila debitur tidak memenuhi kewajibannya.
Walaupun demikian, kreditur berhak menuntut penghapusan segala sesuatu yang
dilakukan secara bertentangan dengan perikatan dan ia dapat minta kuasa dari Hakim
untuk menyuruh menghapuskan segala sesuatu yang telah dibuat itu atas tanggungan
debitur; hal ini tidak mengurangi hak untuk menuntut penggantian biaya, kerugian dan
bunga, jika ada alasan untuk itu.
Bila perikatan itu tidak dilaksanakan, kreditur juga boleh dikuasakan untuk melaksanakan
sendiri perikatan itu atas biaya debitur.
Jika perikatan itu bertujuan untuk tidak berbuat sesuatu, maka pihak mana pun yang
berbuat bertentangan dengan perikatan itu, karena pelanggaran itu saja, diwajibkan untuk
mengganti biaya, kerugian dan bunga.
D. Perikatan Bersyarat
Suatu perikatan adalah bersyarat jika digantungkan pada suatu peristiwa yang mungkin
terjadi dan memang belum terjadi, baik dengan cara menangguhkan berlakunya perikatan
itu sampai terjadinya peristiwa itu, maupun dengan cara membatalkan perikatan itu,
tergantung pada terjadi tidaknya peristiwa itu.
Semua syarat yang bertujuan melakukan sesuatu yang tak mungkin terlaksana, sesuatu
yang bertentangan dengan kesusilaan yang baik, atau sesuatu yang dilarang oleh undang-
undang adalah batal dan mengakibatkan persetujuan yang digantungkan padanya tak
berlaku.
Syarat yang bertujuan tidak melakukan sesuatu yang tak mungkin dilakukan, tidak
membuat perikatan yang digantungkan padanya tak berlaku.
Semua perikatan adalah batal, jika pelaksanaannya semata-mata tergantung pada
kemauan orang yang terikat. Tetapi jika perikatan tergantung pada suatu perbuatan yang
pelaksanaannya berada dalam kekuasaan orang tersebut, dan perbuatan itu telah terjadi
maka perikatan itu adalah sah.
Semua syarat harus dipenuhi dengan cara yang dikehendaki dan dimaksudkan oleh pihak-
pihak yang bersangkutan.
Jika suatu perikatan tergantung pada suatu syarat bahwa suatu peristiwa akan terjadi
dalam waktu tertentu, maka syarat tersebut dianggap tidak ada, bila waktu tersebut telah
lampau sedangkan peristiwa tersebut setiap waktu dapat dipenuhi, dan syarat itu tidak
dianggap tidak ada sebelum ada kepastian bahwa peristiwa itu tidak akan terjadi.
Jika suatu perikatan tergantung pada syarat bahwa suatu peristiwa tidak akan terjadi dalam
waktu tertentu, maka syarat tersebut telah terpenuhi bila waktu tersebut lampau tanpa
terjadinya peristiwa itu. Begitu pula bila syarat itu telah terpenuhi, jika sebelum waktu
tersebut lewat telah ada kepastian bahwa peristiwa itu tidak akan terjadinya, tetapi tidak
ditetapkan suatu waktu, maka syarat itu tidak terpenuhi sebelum ada kepastian bahwa
peristiwa tersebut tidak akan terjadi.
Syarat yang bersangkutan dianggap telah terpenuhi, jika debitur yang terikat oleh syarat itu
menghalangi terpenuhinya syarat itu.
Bila syarat telah terpenuhi, maka syarat itu berlaku surut hingga saat terjadinya perikatan.
Jika kreditur meninggal sebelum terpenuhinya syarat, maka hak-haknya berpindah kepada
para ahli warisnya.
E. Kreditur
Kreditur sebelum syarat terpenuhi boleh melakukan segala usaha yang perlu untuk
menjaga supaya haknya jangan sampai hilang.
Suatu perikatan dengan syarat tunda adalah suatu perikatan yang tergantung pada suatu
peristiwa yang masih akan datang dan belum tentu akan terjadi, atau yang tergantung pada
suatu hal yang sudah terjadi tetapi hal itu tidak diketahui oleh kedua belah pihak. Dalam hal
pertama, perikatan tidak dapat dilaksanakan sebelum peristiwanya terjadi; dalam hal
kedua, perikatan mulai berlaku sejak terjadi.
Jika suatu perikatan tergantung pada suatu syarat yang ditunda, maka barang yang
menjadi pokok perikatan tetap menjadi tanggungan debitur, yang hanya wajib
menyerahkan barang itu bila syarat dipenuhi. Jika barang tersebut musnah seluruhnya di
luar kesalahan debitur, maka baik bagi pihak yang satu maupun pihak yang lain, tidak ada
lagi perikatan. Jika barang tersebut merosot harganya di luar kesalahan debitur, maka
kreditur dapat memilih: memutuskan perikatan atau menuntut penyerahan barang itu dalam
keadaan seperti apa adanya, tanpa pengurangan harga yang telah dijanjikan. Jika harga
barang itu merosot karena kesalahan debitur, maka kreditur berhak memutuskan perikatan
atau menuntut penyerahan barang itu dalam keadaan seperti adanya dengan penggantian
kerugian.
F. Persyaratan Batal
Suatu syarat batal adalah syarat yang bila dipenuhi akan menghapuskan perikatan dan
membawa segala sesuatu kembali pada keadaan semula, seolah-olah tidak pernah ada
suatu perikatan. Syarat ini tidak menunda pemenuhan perikatan; ia hanya mewajibkan
kreditur mengembalikan apa yang telah diterimanya, bila peristiwa yang dimaksudkan
terjadi.
Syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam persetujuan yang timbal balik, andai kata
salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya. Dalam hal demikian persetujuan tidak
batal demi hukum, tetapi pembatalan harus dimintakan kepada Pengadilan. Permintaan ini
juga harus dilakukan, meskipun syarat batal mengenai tidak dipenuhinya kewajiban
dinyatakan di dalam persetujuan. Jika syarat batal tidak dinyatakan dalam persetujuan,
maka Hakim dengan melihat keadaan, atas permintaan tergugat, leluasa memberikan
suatu jangka waktu untuk memenuhi kewajiban, tetapi jangka waktu itu tidak boleh lebih
dan satu bulan.
Pihak yang terhadapnya perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih; memaksa pihak yang lain
untuk memenuhi persetujuan, jika hal itu masih dapat dilakukan, atau menuntut
pembatalan persetujuan, dengan penggantian biaya, kerugian dan bunga.
G. Asuransi
Asuransi sebagai bentuk pereduksi risiko memungkinkan Anda untuk meminimalisir
kerugian yang timbul dari suatu kejadian yang tidak diinginkan. Banyaknya faktor risiko
tersebut pada akhirnya membuat Anda juga harus memilih perlindungan seperti apa yang
cocok untuk diri Anda.
Berbagai risiko yang dapat menimpa siapa saja, di mana saja, dan kapan saja ini membuat
banyak pula jenis dan produk yang dikeluarkan oleh pihak asuransi. Itu semua untuk
mengakomodasi kebutuhan masyarakat yang memerlukan rasa aman dan perlindungan
dari bayang-bayang risiko yang merugikan.
Jenis-jenis asuransi sangat beragam dan tidak bisa hanya dilihat dari satu aspek
perbedaan saja. Ada jenis asuransi yang dibedakan dari segi pengelolaannya. Ada pula
jenis asuransi yang dibedakan berdasarkan tujuan operasionalnya. Terakhir, ada jenis-jenis
asuransi yang dibedakan menurut jenis pertanggungannya.
Ada dua jenis asuransi yang bisa dikenal dari segi pengelolaannya. Yang pertama adalah
asuransi konvensional, sementara yang kedua adalah asuransi syariah. Banyak orang
sudah mengerti mengenai asuransi konvensional sebab jenis inilah yang pertama kali
muncul untuk menjadi pengalih risiko yang mungkin timbul kepada tertanggung.
1. Asuransi Komersial
Tujuan dari jenis asuransi yang satu ini adalah mendapatkan keuntungan. Keuntungan
tersebut nantinya ditujukan bagi pemegang saham. Asuransi komersial menjadi jenis
yang marak dijumpai karena banyak pihak asuransi yang menyediakan layanan
demikian, mulai dari asuransi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) hingga yang dikelola
oleh swasta. Dari penerapan kegiatan asuransinya, jenis asuransi komersial dapat
terbagi menjadi dua jenis lagi, yakni secara konvensional atau syariah.
2. Asuransi Sosial
Tugas yang diemban oleh asuransi ini bukanlah mencari keuntungan dalam
kegiatannya, melainkan menyediakan layanan sosial bagi masyarakat dalam bentuk
penjaminan atau perlindungan terhadap suatu risiko. Biasanya, asuransi model sosial
dikelola oleh pemerintahan untuk kemaslahatan masyarakat luas. Beberapa produk dari
asuransi sosial adalah sebagai berikut:
a. Asuransi kesehatan dan jaminan hari tua dari Badan Penyelenggaran Jaminan
Sosial (BPJS).
b. Program pensiun dan tabungan hari tua untuk pegawai negeri sipil dan angkatan
bersenjata yang dikelola oleh PT Taspen dan PT Asabri.
c. Asuransi kecelakaan di jalan raya yang dikeluarkan oleh PT Jasa Raharja.
H. Latihan
1.Perikatan
Jelaskanuntuk berbuat
pengertian sesuatu
dari atau
perikatan untuk
yang Andatidak berbuat
pahami sesuatu.
dalam setiap perikatan
aspek penjaminan!
2.untuk
Jelaskan penyebab
berbuat sesuatu,terjadinya
atau untuksuatu syarat
tidak akansesuatu,
berbuat menjadi wajib
batal! diselesaikan dengan
3.memberikan
Jelaskan jenis-jenis asuransi
penggantian yang
biaya, perlu anda
kerugian dan ketahui!
bunga, bila debitur tidak memenuhi
4.kewajibannya.
Jelaskan perbedaan asuransi konvensional dengan asuransi syariah dari segi
kepemilikan dana!
Walaupun demikian, kreditur berhak menuntut penghapusan segala sesuatu yang
dilakukan secara bertentangan dengan perikatan dan ia dapat minta kuasa dari Hakim
untuk menyuruh menghapuskan segala sesuatu yang telah dibuat itu atas tanggungan
debitur; hal ini tidak mengurangi hak untuk menuntut penggantian biaya, kerugian dan
bunga, jika ada alasan untuk itu.
Suatu Perikatan Penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tak dipenuhinya suatu
perikatan mulai diwajibkan, bila debitur, walaupun telah dinyatakan Ialai, tetap Ialai
untuk memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau
dilakukannya hanya dapat diberikan atau dilakukannya dalam waktu yang melampaui
waktu yang telah ditentukan.
Suatu syarat batal adalah syarat yang bila dipenuhi akan menghapuskan perikatan
dan membawa segala sesuatu kembali pada keadaan semula, seolah-olah tidak
pernah ada suatu perikatan. Syarat ini tidak menunda pemenuhan perikatan; ia hanya
mewajibkan kreditur mengembalikan apa yang telah diterimanya, bila peristiwa yang
dimaksudkan terjadi.
PENUTUP
B. Umpan Balik
Cocokan jawaban anda dengan Kunci Jawaban, untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Modul.
Hitunglah jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi pada Modul ini.
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 23
Tingkat Jumlah Jawaban yang Benar
X 100%
penguasaan = Jumlah Soal
Modul 3: Tinjauan Hukum Kontrak Kerja Konstruksi
C. Tindak Lanjut
Tujuan dari Pelatihan Hukum Kontrak ialah agar para ASN mampu memahami dokumen
kontrak serta dapat menetapkan rancangan kontrak yang mencakup pelaksanaan kontrak
dan penyelesaian sengketa kontrak konstruksi.
Pentingnya kompetensi ini dimiliki agar para ASN memiliki kualitas dan komitmen yang
tinggi dalam bekerja sesuai dengan bidang dan unit organisasiya. Uraian dari materi pokok
1 sampai dengan materi pokok 5, baru menjelaskan mengenai Aspek Hukum Kontrak
Kerja Konstruksi.
Masih banyak hal-hal yang tidak disampaikan dalam modul ini, ada pula yang menjadi
mata pelatihan pada program pelatihan jenjang yang lebih tinggi. Oleh karena itu untuk
lebih memahami mengenai Pengantar Hukum Kontrak Kerja Konstruksi, peserta
dianjurkan untuk mempelajari, antara lain:
1. Bahan bacaan yang telah digunakan untuk menulis modul ini, sebagaimana tersebut
dalam daftar pustaka.
2. Modul mata pelajaran lain yang terkait.
D. Kunci Jawaban
Latihan Materi 1
1. Tujuan pengawasan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi adalah untuk menjaga
tercapainya tertib penyelenggaraan dan hasil pekerjaan konstruksi baik fisik maupun
non fisik meliputi aspek perencanaan konstruksi, pengadaan, manajemen
pelaksanaan dan pengendalian kontrak di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat.
2. Ruang lingkup pengawasan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi meliputi :
Pengawasan terhadap pemenuhan persyaratan untuk setiap tingkat risiko;
Pengawasan terhadap proses perencanaan pekerjaan konstruksi berdasarkan atas
SNI, standar keteknikan yang ada dan value engineering serta manfaat
pembangunan terhadap masyarakat sesuai dengan perencanaan kelayakannya;
Pengawasan terhadap proses pemilihan penyedia jasa yang berkualifikasi, dengan
harga terendah, terevaluasi dan tanpa penyimpangan yang penting dan pokok.
Latihan Materi 2
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi rencana biaya proyek adalah ketersediaan dan
dan kecukupan asuransi, penyediaan aliran kas yang cukup, perpajakan, suku
bunga, biaya pinjaman.
2. Ketentuan umum bea materai adalah Dengan nama Bea Meterai dikenakan pajak
atas dokumen yang disebut dalam Undang-undang, Dokumen adalah kertas yang
berisikan tulisan yang mengandung arti dan maksud tentang perbuatan, keadaan
atau kenyataan bagi seseorang dan/atau pihak-pihak yang berkepentingan, Benda
materai adalah materai tempel dan kertas materai yang dikeluarkan oleh Pemerintah
Republik Indonesia.
Latihan Materi 3
PUSDIKLAT SDA DAN KONSTRUKSI 24
1. Berdasarkan Undang-Undang No 36 Tahun 2008 adalah pajak yang dikenakan
terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu
tahun pajak atau suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang
Modul 3: Tinjauan Hukum Kontrak Kerja Konstruksi
Latihan Materi 4
1. Suatu perikatan adalah bersyarat jika digantungkan pada suatu peristiwa yang mungkin terjadi
dan memang belum terjadi, baik dengan cara menangguhkan berlakunya perikatan itu sampai
terjadinya peristiwa itu, maupun dengan cara membatalkan perikatan itu, tergantung pada
terjadi tidaknya peristiwa itu.
2. Suatu syarat batal apabila syarat yang bila dipenuhi akan menghapuskan perikatan dan
membawa segala sesuatu kembali pada keadaan semula, seolah-olah tidak pernah ada suatu
perikatan.
3. Jenis-jenis asuransi yaitu asuransi konvensional, asuransi syariah, asuransi komersial, dan
asuransi sosial
4. Asuransi konvensiona, premi dari tertanggung seulurhnya menjadi milik penanggung atau
pihak asuransi. Sementara asuransi syariah, premi dari peserta sebagaian akan menjadi milik
peserta tersebut, sebagian lain diamanahkan kepada penanggung untuk dikelola.
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM