MODUL 5
TINGKAT DASAR
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
validasi dan penyempurnaan Modul Sengketa Konstruksi dan Penyelesaian Melalui
Arbitrase sebagai Materi Substansi dalam Diklat Hukum Kontrak Konstruksi. Modul
ini disusun untuk memenuhi kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara
(ASN) di bidang Konstruksi.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Narasumber Validasi, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan
baik. Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan
peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan
manfaat bagi peningkatan kompetensi ASN di bidang Konstruksi.
DAFTAR ISI
3.4 Acara Yang Berlaku di Hadapan Majelis Arbitrase (MENURUT UU No. 30/1999) .....
....................................................................................................................... III-16
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi iii
Modul 5 Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.3.2 1 - Bagan alir Proses penanganan sengketa melalui arbitrase .... II-8
Deskripsi
Modul Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi Studi Kasu ini terdiri dari dua
kegiatan belajar mengajar. Sub kegiatan belajar pertama membahas tentang
sengketa konstruksi. Kemudian sub kegiatan belajar kedua membahas tentang
proses penyelesaian sengketa. Di akhir pembelajaran dilaksanakan evaluasi
yang menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta diklat setelah mempelajari
seluruh materi dalam Diklat ini.
Persyaratan
Dalam mempelajari modul ini peserta diklat sebelumnya perlu mempelajari
seluruh bahan ajar dalam Diklat Hukum Kontrak Konstruksi, dan membaca
modul ini disertai dengan memahami kebijakan/ peraturan terkait hukum
kontrak konstruksi yang berlaku.
Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah
dengan kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Widyaiswara/Fasilitator,
diskusi/ tanya jawab, Focused Group Discussion dengan case study, serta
problem solving.
Alat Bantu/Media
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat
Bantu/Media pembelajaran tertentu, yaitu: LCD/projector, Laptop, white board
dengan spidol dan penghapusnya, bahan tayang, serta modul dan/atau bahan
ajar.
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan mampu
memahami dan mampu menjelaskan tata cara penyelesaian melalui Abritase.
BAB I
PENDAHULUAN
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-1
Modul 5 Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-2
Modul 5 Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
BAB II
SENGKETA KONSTRUKSI
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-1
Modul 5 Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
4) Periode Pembangunan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-2
Modul 5 Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
Dari uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa walaupun industri jasa
konstruksi kita telah berkembang selama kurang lebih 32 (tiga puluh dua)
tahun, klaim/sengketa konstruksi baru mulai muncul beberapa tahun terakhir
Walaupun sesungguhnya klaim/sengketa itu ada, hanya tidak muncul ke
permukaan, tidak dilayani dengan baik dan satu lain hal karena pengertian
yang keliru mengenai klaim/sengketa konstruksi.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-3
Modul 5 Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-4
Modul 5 Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-5
Modul 5 Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-6
Modul 5 Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-7
Modul 5 Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
KASUS
SENGKETA
BERHASIL
PENYELESAIAN
KUASA HUKUM Negoisasi
(STATEMENT)
BERHASIL GAGAL
PENYELESAIAN
Somasi
(STATEMENT)
GAGAL
ARBITRASE
ARBITRASE INSTITUSIONAL
AD HOC BANI
PROGRES
PERSIDANGAN
GAGAL
KEPUTUSAN KEPUTUSAN
Somasi KEPUTUSAN
BERHASIL
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-8
Modul 5 Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
BANI bertujuan untuk memberikan penyelesaian yang adil dan cepat dalam
sengketa-sengketa perdata yang timbul mengenai soal-soal perdagangan,
industri dan keuangan, baik yang bersifat nasional maupun internasional.
Dalam melakukan tugasnya BANI adalah bebas (otonom) dan tidak boleh
dicampuri oleh sesuatu kekuasaan lain. Perkara-perkara sengketa yang
menurut klausula arbitrase atau perjanjian arbitrase telah diserahkan oleh
para pihak yang bersengketa penyelesaiannya kepada lembaga arbitrase
seperti BANI tidak boleh lagi diperiksa dan diputus oleh Pengadilan Negeri.
Hal ini secara tegas tercermin dalam pasal 11 Undang-undang Nomor 30
Tahun 1999 yang mengatakan adanya suatu perjanjian arbitrase tertulis
meniadakan hak para pihak untuk mengajukan penyelesaian sengketa yang
termuat dalam perjanjiannya ke Pengadilan Negeri. Selanjutnya Pengadilan
Negeri wajib menolak dan tidak akan campur tangan dalam suatu
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-9
Modul 5 Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
Hal lain yang berkaitan dengan persidangan yang tertutup untuk umum,
adalah sifat rahasia dari keputusan arbitrase. Keputusan arbitrase tidak
dibacakan dimuka umum dan tidak disebarluaskan secara terperinci seperti
yang dilakukan dengan keputusan-keputusan Pengadilan, yang dapat
dikumpulkan dan dibukukan secara lengkap. Majelis Arbiter akan mengambil
keputusan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan setelah ditutupnya
pemeriksaan. Dalam Keputusandapat ditetapkan suatu jangka waktu dalam
mana putusan itu harus dilaksanakan. Dalam praktiknya putusan selalu
diambil berdasarkan ketentuan hukum dan berdasarkan keadilan dan
kepatutan.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-10
Modul 5 Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
2.4 Latihan
1. Cara Penyelesaian sengketa kontrak konstruksi harus dicantumkan
dengan tegas dalam SSKK. (Benar atau Salah)
2.5 Rangkuman
Penyelesaian sengketa melalui pengadilan adalah suatu pola penyelesaian
sengketa yang terjadi antara pihak yang diselesaikan oleh pengadilan, suatu
lembaga negara yang melaksanakan fungsi yudikatif, dan putusannya
bersifat mengikat. Prosedur dan prosesnya mengikuti peraturan Hukum
Acara Perdata yang berlaku di Indonesia.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-11
Modul 5 Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
BAB III
PROSES PENYELESAIAN SENGKETA KONSTRUKSI
3.1 Pengantar
Di dalam Undang-Undang No. 14 tahun 1970 tentang Ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman, Pasal 2 ayat 1 antara lain dinyatakan bahwa
penyelenggaraan Kekuasaan Kehakiman diserahkan ke Badan-Badan
Peradilan dengan tugas pokok untuk menerima dan mengadili serta
menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya.
Perkara yang dimaksud dalam Pasal 2 (1) tersebut dibagi dalam perkara
pidana dan perkara perdata.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-1
Modul 5 Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
3.2 Arbitrase
Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan
umum, yang didasarkan pada suatu perjanjian arbitrase secara tertulis oleh
para pihak yang bersengketa, atau Perjanjian Arbitrase tersendiri yang dibuat
para pihak setelah timbul sengketa (UU RI. No. 30/1999 Pasal 1 ayat 3).
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-2
Modul 5 Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
Bila ternyata yang terjadi sesuai keadaan kedua, maka perjanjian arbitrase
dapat dibuat oleh para pihak yang bersengketa bila mereka
menghendakinya.
Dalam hal sampai dengan Peringatan Ketiga atau Peringatan Terakhir, pihak
yang dianggap merugikan tidak memberikan tanggapan atau tanggapannya
kurang menyakinkan, maka pihak yang dirugikan dapat kembali mengacu
pada pasal-pasal dalam Perjanjian.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-3
Modul 5 Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-4
Modul 5 Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
yang akan menjadi Ketua Majelis Arbitrase. Dalam hal ini terjadilah apa yang
disebut proses Arbitrase Ad Hoc.
Dalam hal para pihak tidak berhasil menunjuk Arbiter, maka Ketua
Pengadilan Negeri akan menunjuk Arbiter-Arbiter tersebut.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-5
Modul 5 Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
Ayat (1) :
Yang dapat ditunjuk atau diangkat sebagai Arbiter harus memenuhi syarat-
syarat
Ayat (2)
Hakim, jaksa, panitera dan pejabat peradilan lainnya tidak dapat ditunjuk atau
diangkat sebagai Arbiter.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-6
Modul 5 Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
Apabila dalam waktu 14 hari Arbiter A dan B gagal menunjuk Arbiter lain
sebagai Ketua Majelis Arbitrase, maka Arbiter tersebut akan diangkat dengan
penetapan Ketua Pengadilan Negeri.
Dalam sidang ini hadir Majelis Arbitrase, Pihak I dan Pihak II serta Panitera
Sidang. Biasanya pada pertemuan awal ini dibicarakan tata cara dan biaya-
biaya yang timbul untuk sidang yang akan dilaksanakan, serta bagaimana
penyelesaiannya.
Majelis Arbitrase terdiri dari seorang Ketua Majelis dan dua orang Anggota
Majelis. Pada hakekatnya Majelis Arbitrase dapat melaksanakan tugasnya
dengan tenang, sebab sesungguhnya keberadaannya serta apa yang
dilakukannya dilindungi oleh Undang-Undang.
Hal tersebut dinyatakan secara jelas dalam UU RI No. 30/1999 Pasal 21 yang
berbunyi :
“Arbiter atau Majelis Arbitrase tidak dapat dikenakan tanggung jawab hukum
apapun atas segala tindakan yang diambil selama proses persidangan
berlangsung untuk menjalankan fungsinya sebagai Arbiter atau Majelis
Arbitrase, kecuali dapat dibuktikan adanya itikad tidak baik dari tindakan
tersebut”.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-7
Modul 5 Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
Dalam hal ini yang dimaksud adalah Majelis Arbitrase, atau jika
institusinya jelas, umpamanya Badan Arbitrase Nasional Indonesia
(BANI) maka langsung ditujukan kepada institusi tersebut atau BANI.
Kepada Yth. :
Jakarta Selatan
Disamping itu termasuk dalam pengertian Persona Standi in Judicio adalah : identitas para
pihak.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-8
Modul 5 Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-9
Modul 5 Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-10
Modul 5 Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
Contoh Permohonan :
Jakarta, …..Mei 2002
No.: …/ V / N /… / 2002
KepadaYth.:
Ketua Badan Arbitrase Nasioanal Indonesia
Gedung Wahana Graha, Lantai II
Jl. Mampang Prapatan No. 2
Jakarta Selatan
Dengan hormat,
PT. Harkat, beralamatdi Jalan Pakubuwono No. 27, Jakarta; dalam hal ini memilih
domisili hukum dikantor kuasanya, Kantor Advokat& Pengacara Nurhasyim &
Partners, berkedudukan di Jalan Dr. Saharjo No. 6 Jakarta (selanjutnya disebut
Pemohon), berdasarkan Surat Kuasa No. 101/H/IV/2002, tanggal 16 April 2002
(terlampir).
Dengan ini mengajukan Permohonan Arbitrase terhadap :
PT. Elang, beralamat di Jalan Daan Mogot No. 90, Jakarta (selanjutnya disebut
Termohon), untuk menyelesaikan sengketa dalam pelaksanaan Perjanjian
(BuktiP.1) untuk membangun Gedung Perkantoran Melati, dengan menggunakan
prosedur dan tata cara pemeriksaan Arbitrase yang dilaksanakan berdasarkan
aturan dan tata cara Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI)
Permohonan ini disampaikan sesuai Syarat Arbitrase, dalam Pasal 35 dari
Perjanjian, yang antara lain berbunyi sebagai berikut :
“setiap masalah atau perbedaan pendapat yang timbul dalam Perjanjian ini
diselesaikan secara musyawarah. Dalam hal cara musyawarah belum dapat diatasi
akan diselesaikan dan diputus oleh BANI menurut peraturan dan prosedur Arbitrase
BANI, yangkeputusannya mengikat kedua pihak yang bersengketa sebagai
keputusan dalam tingkat pertama dan terakhir”.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-11
Modul 5 Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
Bahwa Kuasa Pemohon telah mengirim surat No. 27/N/VII/2002, tanggal 18 April
2002 (Bukti P.2) kepada Termohon memberitahukan bahwa syarat Arbitrase sesuai
UU NO. 30 tahun 1999 Pasal 8, berlaku.
Adapun alasan-alasan yang menjadi dasar permohonan arbitrase ini adalah
sebagi berikut :
Pada tanggal 20 Desember 1996 Pemohon mulai melaksanakan pekerjaan
pembangunan Gedung Perkantoran Melati berlantai 3 (Bukti P.3) berlokasi di Jalan
Perintis kemerdekaan No. 11 Jakarta, dengan nilai kontrak Rp. 10.000.000.000,-
(belum termasuk PPN) dengan cara pembayaran berdasarkan prestasi Pemohon
setiap bulan. Masa membangun selama 12 bulan.
Pada bulan Agustus 1997 prestasi telah mencapai 60 % (Bukti P4).
Namun prestasi bulan Juni dan Juli 1997 belum dibayar oleh Termohon kepada
Pemohon masing-masing senilai Rp. 1.150.000.000,- dan Rp. 1.050.000.000,-
(Bukti P.5 dan P.6).
Sesuai perjanjian Pasal 25, Pemohon mulai tanggal 10 September 1997
menghentikan pekerjaan (Bukti P.7).
Pemohon telah memberikan peringatan I, tanggal 17 September 1997 peringatan
II, tanggal 1 Oktober 1997, dan peringatan III, tanggal 18 Oktober 19997 (Bukti P.8,
P.9, P.10). namun Termohon tetap tidak melakukan pembayaran kepada
Pemohon.
Dengan demikian terbukti Termohon telah melakukan tindakan Cidera Janji
(Wanprestasi).
Akibat tindakan Termohon, Pemohon mengalami kerugian sangat besar.
Untuk itu berdasarkan dalil-dalil yang dikemukakan Pemohon, mohon Majelis
Arbitrase menerima dan memeriksa Permohonan Arbitrase Pemohon dan
memutuskan sebagai berikut :
(1) Menyatakan Termohon wanprestasi;
(2) Menyatakan penghentian pekerjaan oleh Pemohon pada tanggal 10
September 1997 adalah sah menurut hukum;
(3) Menghukum dan memerintahkan Termohon untuk membayar kepada
Pemohon kerugian yang diderita sebesar Rp. 2.200.000.000,-;
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-12
Modul 5 Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
Atau apabila Majelis Arbiter berpendapat lain, demi keadilan, mohon putusan seadil-
adilnya (ex aequo et bono).
Hormat kami,
Kuasa Pemohon
Nurhasyim , SH
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-13
Modul 5 Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-14
Modul 5 Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-15
Modul 5 Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
pihak lain diberi hak untuk menyanggah, tentu saja sanggahan tersebut
harus dibuktikan.
Disini Pemohon ataupun Termohon diuji keterampilannya menyampaikan
argumentasi.
Pada saat Tanya Jawab tersebut, Majelis juga melakukan pemeriksaan atas
bukti-bukti yang disampaikan baik dari Pemohon maupun dari Termohon.
Bukti-bukti tersebut diuji kebenarannya serta keabsahannya.
Saat pengujian atas bukti Pemohon, Termohon wajib menyaksikan dan dapat
memberikan komentar atas bukti tersebut, demikian pula sebaliknya.
3.3.7 Setelah Majelis merasa Tanya Jawab telah cukup maka pada sidang
berikutnya Pemohon dan Termohon diminta untuk menyampaikan
Kesimpulan secara tertulis.
Jangka waktu antara persidangan yang satu dan persidangan berikutnya
berkisar antara 7 hari sampai 14 hari.
Apabila Majelis Arbitrase berpendapat bahwa persidangan sudah cukup,
maka persidangan dinyatakan ditutup.
Majelis mempunyai waktu paling lama 30 hari setelah persidangan ditutup
untuk membacakan Putusannya.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-16
Modul 5 Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
3.4.6 Dalam suatu Perjanjian, para pihak bebas menentukan ketentuan acara
arbitrase sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang No.
30/1999. (Pasal 31 ayat 1)
3.4.7 Dalam hal tidak ditentukan dalam Perjanjian, Acara Arbitrase dilakukan
sesuai UU. No. 30/1999. (Pasal 30 ayat 2)
3.4.8 Dalam hal Arbitrase dilaksanakan sesuai butir 4.6 harus ada kesepakatan
mengenai jangka waktu dan tempat diselenggarakannya arbitrase, bila tidak,
Majelis akan menentukan.(Pasal 30 ayat 3)
3.4.9 Majelis dapat mengambil putusan provisional atau putusan sela. (Pasal 32)
3.4.10 Majelis dapat memperpanjang waktu tugasnya bila :
a. Diminta oleh salah satu pihak.
b. Akibat putusan sela.
c. Dianggap perlu oleh Majelis untuk kepentingan pemeriksaan.
(Pasal 33)
3.4.11 Penyelesaian sengketa arbitrase dapat dilakukan dengan menggunakan
Lembaga Arbitrase Nasional atau Internasional berdasarkan kesepakatan
para pihak dalam Perjanjian kecuali ditetapkan lain. (Pasal 34)
3.4.12 Majelis dapat memerintahkan agar dokumen/bukti, disertai dengan
terjemahandalam bahasa yang ditetapkan. (Pasal 35)
3.4.13 Permohonan harus diajukan secara tertulis, Permohonan secara lisan dapat
dilakukan bila disetujui para pihak atau dianggap perlu oleh Majelis Arbitrase.
(Pasal 36)
3.4.14 Tempat Arbitrase ditentukan oleh Majelis Arbitrase , kecuali ditentukan
Sendiri oleh para pihak. (Pasal 37 ayat 1)
a) Majelis dapat mendengar keterangan saksi/mengadakan pertemuan
diluar tempat Arbitrase bila dianggap perlu. (Pasal 37 ayat 2)
3.4.15 Pemeriksaan atas Saksi/Saksi Ahli dilakukan menurut Hukum Acara Perdata
(KUHPer). (Pasal 37 ayat 3)
a) Majelis dapat mengadakan pemeriksaan ketempat kejadian/objek
dimana sengketa timbul. (Pasal 37 ayat 4)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-17
Modul 5 Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
3.4.17 Termohon dalam waktu 14 hari sejak menerima salinan Pemohonan harus
menanggapi dan memberi Jawaban tertulis. (Pasal 39)
3.4.18 Salinan Jawaban diserahkan ke Pemohon atas perintah Majelis, dan
bersamaan dengan itu Pemonon dan Termohon di perintahkan menghadap
di muka sidang/Arbitrase paling lama 14 hari. (Pasal 40)
3.4.19 Bila lewat waktu 14 hari Termohon tidak menyampaikan Jawaban, diberi
waktu sesuai butir 4.18. (Pasal 41)
3.4.20 Dalam Jawaban atau selambat-lambatnya pada Sidang Pertama Termohon
dapat mengajukan tuntutan balas, dan Pemohon diberi kesempatan
menanggapi. Tuntutan balasan diperiksa dan diputus bersama pokok
sengketa. (Pasal 42 ayat 1)
3.4.21 Bila dipanggil secara patut sesuai butir 4.18 pada Sidang Pertama Pemohon
tidak hadir, surat tuntutannya dinyatakan gugur. Tugas Majelis selesai.
(Pasal 42 ayat 2)
3.4.22 a) Bila hari Sidang Pertama sesuai butir 4.18, Termohon tanpa suatu alas an
sah tidak menghadap, Majelis dapat memanggil sekali lagi.
b) Paling lama 10 hari setelah pemanggilan kedzua diterima Termohon, dan
tanpa alasan tidak datang di persidangan, pemeriksaan diteruskan, dan
tuntutan Pemohon dikabulkan seluruhnya, kecuali jika tuntutan tidak
beralasan/tidak berdasar hukum.
(Pasal 44)
3.4.23 a) Bila para pihak datang, terlebih dahulu Majelis menawarkan perdamaian.
b) Bila perdamaian berhasil, Majelis membuatkan Akta Perdamaian yang
final & mengikat para pihak.
(Pasal 45)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-18
Modul 5 Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
3.4.25 a) Sebelum ada Jawaban dari Termohon, Pemohon dapat mencabut surat
permohonannya.
b) Setelah ada Jawaban dari Termohon, perubahan atau penambahan surat
tuntutan hanya diperbolehkan dengan persetujuan Termohon, sepanjang
perubahan tersebut menyangkut hal yang bersifat fakta saja, dan tidak
menyangkut dasar hukum dari Permohonan. (Pasal 47)
3.4.26 a) Pemeriksaan harus diselesaikan dalam waktu 180 hari sejak Majelis
terbentuk.
b) Dengan persetujuan para pihak dan bila diperlukan, jangka waktu dapat
diperpanjang.
(Pasal 48)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-19
Modul 5 Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
3.5.7 Pendapat tiap-tiap arbiter dalam hal terdapat perbedaan pendapat dalam
Majelis Arbitrase.
3.5.8 Amar putusan
3.5.9 Tempat dan tanggal putusan; dan
3.5.10 Tanda tangan arbiter atau majelis arbitrase.
Memutuskan :
Dalam konpensi.
Dalam Rekonpensi
Menolak permohonan Pemohon dalam Rekonpensi secara keseluruhan.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-20
Modul 5 Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
3.6 Latihan
1. Jelaskan dengan singkat Hukum apa yang berlaku untuk menyelesaikan
sengketa konstruksi!
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-21
Modul 5 Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
3.7 Rangkuman
3. Dalam Konpensi dan Rekonpensi :
a. Menghukum para pihak untuk membayar biaya yang timbul dalam
perkara ini mesing-masing seperdua bagian.
b. Menyatakan Putusan Arbitrase ini dalam tingkat pertama dan terakhir
serta mengikat kedua belah pihak.
c. Memerintahkan panitera sidang untuk mendaftarkan putusan
arbitrase ini di Kepaniteraan Pengadilan Negeri ……………… atas
biaya Pemohon.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-22
Modul 5
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan adalah suatu pola
penyelesaian sengketa yang terjadi antara pihak yang diselesaikan oleh
pengadilan, suatu lembaga negara yang melaksanakan fungsi yudikatif,
dan putusannya bersifat mengikat. Prosedur dan prosesnya mengikuti
peraturan Hukum Acara Perdata yang berlaku di Indonesia.
2. Sedangkan penyelesaian sengketa melalui mekanisme alternatif
penyelesaian sengketa (alternative disputes resolution) adalah
penyelesaian sengketa diluar forum pengadilan yang disepakati oleh
para pihak yakni musyawarah, mediasi, konsiliasi dan arbitrase di
Indonesia.
3. Dalam Konpensi dan Rekonpensi :
a. Menghukum para pihak untuk membayar biaya yang timbul dalam
perkara ini mesing-masing seperdua bagian.
b. Menyatakan Putusan Arbitrase ini dalam tingkat pertama dan
terakhir serta mengikat kedua belah pihak.
c. Memerintahkan panitera sidang untuk mendaftarkan putusan
arbitrase ini di Kepaniteraan Pengadilan Negeri ……………… atas
biaya Pemohon.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-1
Modul 5
DAFTAR PUSTAKA
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi viii
Modul 5 Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
GLOSARIUM