Anda di halaman 1dari 4

NAMA : ANDREAS MARBUN

NIM : 221201166
KELAS : HUT 2D

DESKRIPSI SUKU DAN JENIS TERPENTING SUKUSAPOTACEAE,


RUBIACEAE, CLUSIACEAE DAN DIPTEROCARPACEAE

I. Sapotaceae
Suku Sapotaceae adalah keluarga tumbuhan berbunga yang terdiri dari lebih dari
1000 spesies yang tersebar di seluruh dunia. Tumbuhan ini biasanya tumbuh di daerah
tropis dan subtropis, dan dikenal memiliki banyak manfaat bagi manusia dan ekosistem.
Sapotaceae dikenal sebagai tumbuhan berdaun lebat yang biasanya tumbuh sebagai pohon
atau semak. Daunnya berukuran besar dan mengkilap, dan sering kali memiliki urat daun
yang kontras. Bunga Sapotaceae sering kali berwarna-warni, dengan bentuk yang beragam
dan aroma yang menyengat. Buahnya pun beraneka ragam, mulai dari buah yang berbentuk
bulat hingga yang berbentuk seperti kapsul.Selain chicle, beberapa spesies Sapotaceae
lainnya juga digunakan dalam industri. Misalnya, kayu dari spesies Palaquium gutta
digunakan dalam
pembuatan perabotan, lantai, dan konstruksi. Kayu dari spesies Mimusops elengi
digunakan dalam pembuatan furnitur, dan juga dianggap sebagai kayu suci dalam beberapa
agama Hindu. Meskipun begitu, beberapa spesies Sapotaceae juga menghadapi ancaman dari
perburuan liar dan hilangnya habitat alami mereka. Beberapa spesies, seperti Madhuca
longifolia, juga dianggap sebagai spesies yang terancam punah. Oleh karena itu, konservasi
dan pemulihan habitat alami tumbuhan Sapotaceae menjadi sangat penting. Secara
keseluruhan, suku Sapotaceae memiliki peran yang penting dalam ekosistem tropis dan
subtropis, dan memberikan manfaat yang beragam bagi manusia. Namun, upaya konservasi
yang lebih baik diperlukan untuk memastikan kelangsungan hidup spesies ini di masa depan.
Kebanyakan tumbuhan Sapotaceae memiliki getah yang lengket, yang dikenal
sebagai "getah sapot" atau "getah chicle". Getah ini digunakan sebagai bahan dasar dalam
pembuatan karet alami, permen karet, dan bahan isolasi suara. Beberapa spesies Sapotaceae
juga dianggap sebagai tanaman obat tradisional, karena memiliki sifat antioksidan dan
antiinflamasi yang kuat. Salah satu spesies Sapotaceae yang terkenal adalah chicle, yaitu
tumbuhan yang digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan permen karet. Chicle
berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah, dan digunakan oleh penduduk asli selama
berabad-abad sebelum ditemukan oleh orang Eropa pada abad ke-19. Saat ini, chicle masih
digunakan dalam pembuatan permen karet organik, karena lebih ramah lingkungan
dibandingkan dengan bahan dasar sintetis.
II. Rubiaceae
Suku Rubiaceae adalah salah satu suku tumbuhan berbunga yang terdiri dari lebih
dari 13.000 spesies. Suku ini termasuk dalam ordo Gentianales dan tersebar di seluruh
dunia, dari daerah tropis hingga daerah sub-tropis. Suku Rubiaceae dikenal dengan
keanekaragaman morfologi, ekologi, dan manfaatnya bagi manusia. Anggota suku
Rubiaceae dapat berupa tumbuhan perdu, pohon, atau merambat. Tumbuhan ini memiliki
batang yang berbeda- beda ukurannya, dari yang sangat pendek hingga mencapai
ketinggian 30 meter. Daunnya berbentuk bulat hingga lanset, dengan ukuran yang
bervariasi dari kecil hingga besar. Bunga suku Rubiaceae memiliki kelopak dan mahkota
bunga yang jelas terpisah, dengan warna yang bervariasi dari putih, kuning, merah, hingga
ungu. Buahnya juga beraneka ragam, dari buah buni, buah kapsul, hingga buah berbentuk
bulat atau oval.
Anggota suku Rubiaceae hidup di berbagai habitat, dari hutan hujan tropis, hutan
kering, hingga lahan basah. Beberapa spesies tumbuh di daerah dataran rendah, sedangkan
yang lain hidup di ketinggian hingga 3.000 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar
anggota suku Rubiaceae hidup di daerah tropis, dengan pusat keanekaragaman di Amerika
Tengah dan Selatan, Afrika, dan Asia Tenggara. Suku Rubiaceae memiliki manfaat yang
beragam bagi manusia. Beberapa spesies digunakan sebagai obat tradisional, seperti kopi
(Coffea arabica) dan teh (Camellia sinensis). Selain itu, beberapa spesies digunakan dalam
industri kosmetik, farmasi, dan pangan. Misalnya, kulit kayu Cinchona (Cinchona
officinalis) digunakan untuk mengobati malaria, sementara kulit kayu Quassia (Quassia
amara) digunakan untuk mengobati berbagai penyakit pencernaan.
Di bidang kosmetik, biji kopi (Coffea arabica) digunakan sebagai bahan dasar scrub,
sedangkan minyak esensial dari beberapa spesies, seperti Cananga odorata, digunakan
sebagai bahan parfum. Beberapa spesies juga diketahui memiliki aktivitas antimikroba,
seperti kecambah kopi (Coffea arabica) dan daun kayu manis (Cinnamomum zeylanicum).
Selain manfaat bagi manusia, suku Rubiaceae juga memiliki manfaat ekologi. Beberapa
spesies Rubiaceae digunakan sebagai tanaman peneduh dan tanaman pagar, sehingga
membantu dalam mempertahankan keberadaan satwa liar dan lingkungan hidup
III. Clusiaceae
Suku Clusiaceae adalah kelompok tumbuhan berbunga yang terdiri dari lebih dari
120 genera dan 1800 spesies yang tersebar di seluruh dunia. Tumbuhan ini biasanya
tumbuh di daerah tropis dan subtropis, dan memiliki berbagai manfaat bagi manusia. Salah
satu anggota keluarga Clusiaceae yang paling dikenal adalah manggis (Garcinia
mangostana). Buah manggis yang berwarna ungu gelap dengan daging putih lembut dan rasa
manis dan asam telah menjadi favorit di seluruh dunia karena rasanya yang enak dan nutrisi
yang kaya. Selain itu, manggis juga telah digunakan dalam pengobatan tradisional selama
berabad-abad karena sifat antioksidannya yang tinggi.
Meskipun sebagian besar spesies Clusiaceae memiliki manfaat yang berguna bagi
manusia, beberapa di antaranya juga memiliki sifat yang berbahaya. Contohnya adalah
Calophyllum inophyllum, yang dianggap sebagai spesies invasif di beberapa wilayah tropis.
Selain itu, beberapa spesies Clusiaceae menghasilkan senyawa yang dapat menyebabkan
reaksi alergi atau keracunan jika dikonsumsi dalam jumlah besar. Secara umum, suku
Clusiaceae adalah kelompok tumbuhan yang menarik dan penting, dengan manfaat yang
signifikan bagi manusia. Dengan meningkatnya penelitian tentang senyawa aktif dalam
tumbuhan ini, mungkin akan terdapat lebih banyak penggunaan dan manfaat yang belum
diketahui.
Beberapa spesies Clusiaceae lainnya juga memiliki manfaat medis. Misalnya,
Hypericum perforatum, yang lebih dikenal sebagai St. John's wort, telah digunakan untuk
mengobati depresi, cedera saraf, dan masalah tidur. Senyawa aktif dalam tanaman ini,
seperti hipericin dan hiperosid, diketahui memiliki efek antidepresan dan anti-inflamasi.
Beberapa spesies Clusiaceae juga digunakan dalam industri kosmetik. Minyak esensial
yang diambil dari bunga Clusia rosea telah digunakan dalam produk perawatan kulit dan
rambutkarena sifatnya yang menenangkan dan melembutkan kulit.
IV. Dipterocarpaceae
Suku Dipterocarpaceae adalah suku tumbuhan berbunga yang terdiri dari lebih dari
500 spesies pohon tropis yang berasal dari Asia Tenggara dan India Timur. Nama
"dipterocarp" berasal dari bahasa Yunani "di" yang berarti "dua" dan "pteron" yang berarti
"sayap", mengacu pada sepasang sayap di buah pohon dipterocarp. Suku Dipterocarpaceae
adalah kelompok tumbuhan yang penting secara ekonomi, karena kayu dari pohon
dipterocarp dianggap sebagai salah satu kayu terbaik untuk keperluan konstruksi dan
penghasilan kertas. Suku Dipterocarpaceae memiliki daun yang besar dan lebar, serta bunga
yang besar dan indah. Buahnya berbentuk seperti kapsul dengan sepasang sayap yang
membantu dalam penyebaran bijinya oleh angin. Pohon dipterocarp memiliki batang yang
tegak dan tinggi, serta akar yang dalam dan kuat, sehingga dapat bertahan dalam kondisi
lingkungan yang sulit. Pohon dipterocarp tumbuh di hutan tropis dan subtropis dengan
curah hujan yang tinggi dan suhu yang hangat sepanjang tahun. Mereka sering tumbuh
dalam kelompok dan membentuk hutan hujan dipterocarp yang sangat penting bagi
keanekaragaman hayati. Hutan hujan dipterocarp adalah rumah bagi banyak spesies
tumbuhan dan hewan, termasuk satwa liar seperti orangutan, harimau, dan gajah. Beberapa
spesies pohon dipterocarp yang terkenal adalah Shorea selanica atau meranti merah, Shorea
leprosula atau meranti kuning, dan Dipterocarpus alatus atau keruing. Kayu dari pohon-
pohon ini sangat berharga dan telah digunakan selama berabad-abad untuk membuat
berbagai barang, seperti mebel, lantai, dan jembatan. Di Indonesia, kayu dipterocarp sering
digunakan sebagai bahan bangunan tradisional, seperti rumah panggung dan jembatan
gantung.
Namun, eksploitasi pohon dipterocarp juga telah menyebabkan kerusakan
lingkungan yang signifikan di beberapa daerah. Pembukaan hutan hujan dipterocarp untuk
pengambilan kayu telah mengancam keanekaragaman hayati dan menyebabkan hilangnya
habitat satwa liar. Selain itu, perusakan hutan hujan juga dapat mempengaruhi
keseimbangan iklim global, karena pohon dipterocarp mengambil karbon dioksida dari
atmosfer dan menyimpannya di dalam kayu mereka. Upaya konservasi dan pengelolaan
hutan hujan dipterocarp sangat penting untuk melindungi keanekaragaman hayati dan
ekosistem hutan yang penting bagi manusia dan satwa liar. Beberapa upaya yang dapat
dilakukan adalah penanaman kembali pohon-pohon dipterocarp yang telah ditebang,
mempromosikan penggunaan kayu yang berkelanjutan, dan meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian hutan hujan dipterocarp.

Anda mungkin juga menyukai