Anda di halaman 1dari 72

POKOK BAHASAN 4

SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN BUM DESA

Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa mengadministrasikan keuangan


BUM Desa itu cukup dengan hanya membuat Buku Kas Umum yang mencatat masuk
keluarnya uang tunai dan uang bank atau Buku Kas Harian yang mencatat masuk
keluarnya uang tunai dengan maksud agar sederhana. Dengan cara pencatatan seperti
itu pengelola keuangan BUM Desa akan menemui kendala dalam membuat laporan
keuangan yang standar seperti laporan laba rugi, laporan neraca, dan laporan
perubahan modal. Akibatnya, kebutuhan manajemen BUM Desa akan informasi
keuangan yang lengkap dan benar sebagai dasar pengambilan keputusan dan
pengendalian kinerja tidak dapat dipenuhi. Lebih jauh lagi lembaga yang membina tidak
dapat memperoleh data akurat yang diperlukan guna memonitor dan mengevaluasi
kinerja BUM Desa.

Anggapan yang pasti benar adalah bahwa keberhasilan atau kegagalan BUM
Desa salah satunya ditentukan oleh pengadministrasian keuangan yang baik, yaitu
menyangkut beberapa hal berikut:
o Bagaimana cara BUM Desa mengelola dan mengadministrasikan modal agar
kelancaran operasi dan keberlanjutan usaha tetap terjaga?
o Bagaimana pengelola BUM Desa mengatur dan mengadministrasikan harta/asset
yang dimiliki?
o Bagaimana menghitung dan mengadministrasikan laba/keuntungan yang
diperoleh BUM Desa?
Informasi keuangan yang lengkap dan benar dalam pengelolaan keuangan BUM Desa
dapat dipenuhi dengan membuat sistem akuntansi BUM Desa yang mengacu pada
standar akuntansi umum yang berlaku di Indonesia. Seluruh rangkaian pembuatan
akuntansi ini mensyaratkan pelaksana operasional BUM Desa, terutama petugas
keuangan harus belajar serius mengenai bagaimana mengelola dan
mengadministrasikan keuangan secara profesional dengan menjalankan sistem

73
akuntansi BUM Desa, mulai dari bentuk yang sederhana sampai bentuk aplikasi Sistem
Akuntansi Keuangan (SAK) BUM Desa.

Untuk menghasilkan pencatatan, pembukuan, dan pelaporan keuangan

BUM Desa diperlukan petugas keuangan yang memenuhi persyaratan :


1. Kemampuan dasar akuntansi
2. Kejujuran
3. Kecermatan/ketelitian
4. Kesabaran

1. KONSEP DASAR AKUNTANSI, SISTEM AKUNTANSI, DAN PRINSIP AKUNTANSI


a. Konsep dan Prinsip Dasar Akuntansi

Dalam konsep akuntansi, pengelolaan dan pengadministrasian keuangan BUM


Desa akan lebih rinci dan memerlukan pemahaman ilmu akuntansi. Alur
pengadministrasian keuangan akan melalui tahapan yang dikenal dengan siklus
akuntansi. Gambaran umumnya adalah bahwa setelah terjadi transaksi keuangan maka
bukti transaksinya dikumpul dan disimpan dengan baik untuk menjadi bukti fisik dari
catatan dan laporan keuangan yang dibuat. Selanjutnya dilakukan
pencatatan/pembukuan dan pembuatan laporan keuangan. Rangkaian kegiatan yang
dilakukan dalam sistem akuntansi keuangan BUM Desa itu harus mengacu pada
konsep dan prinsip dasar akuntansi.
Konsep dan prinsip dasar akuntansi merupakan pedoman atau acuan yang
digunakan dalam melaksanakan proses akuntansi. Tujuannya adalah untuk
keseragaman atau kesesuaian diantara para pengguna akuntansi. Konsep dan prinsip
dasar akuntansi di Indonesia telah diatur oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). Konsep
dan prinsip dasar akuntansi yang sudah tertera dalam peraturan akuntansi di Indonesia
diantaranya adalah :
1. Prinsip entitas ekonomi
Prinsip ini memiliki arti bahwa aset yang dimiliki oleh BUM Desa harus dipisah
dengan aset milik pribadi siapapun. Begitu pula dengan semua pencatatan transaksi
keuangan harus dipisah (tidak boleh dicampur) dengan pencatatan milik pribadi.
74
2. Prinsip periode akuntansi
Prinsip periode akuntansi memiliki arti yaitu pelaporan dan penilaian keuangan
usaha pada perusahaan dibatasi oleh periode waktu tertentu. Umumnya, periode yang
digunakan dalam menjalankan usaha adalah dimulai dari tanggal 1 Januari hingga 31
Desember.
3. Prinsip satuan moneter
Prinsip ini memiliki arti yaitu pencatatan transaksi keuangan hanya dapat diukur
dan dinilai atau dinyatakan dalam bentuk satuan uang atau mata uang.
4. Prinsip pengungkapan penuh
Prinsip ini memiliki arti bahwa informasi keuangan disajikan secara lengkap dan
informatif.

b. Sistem Akuntansi
1) Pengertian Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi biasa diartikan sebagai metode dan prosedur untuk
mengumpulkan, mengklasifikasikan, mengikhtisarkan dan melaporkan infomasi
mengenai keuangan dan operasi perusahaan. Secara praktis, sistem akuntansi dapat
diartikan sebagai, “cara pencatatan dan pelaporan keuangan atau metode
pencatatan transaksi keuangan sebagai unit rumah tangga usaha, dengan prinsip
imbang-berpasangan, menggolongkan, menjumlahkan dan menghitung agar dapat
menyajikan informasi keuangan yang rinci, bermakna, sistematis, lengkap, benar dan
tepat waktu.
Penggunaan sistem akuntansi yang standar dan dapat diperiksa kebenarannya
akan menjadi instrumen pembangun kepercayaan masyarakat dan bukti bahwa suatu
perusahaan telah mengelola keuangan secara tertib dan dapat
dipertanggungjawabkan.

2) Kaidah Umum Akuntansi


Pandangan negatif bahwa orang desa tidaklah mungkin dapat mengerti dan
menggunakan sistem akuntansi, secara empiris tidak terbukti kebenarannya.
Sesungguhnya dengan kemauan dan rasa tanggung jawab, akuntansi dapat
75
dipelajari dengan cukup mudah. Kerangka konsep dan kaidah-kaidah akuntansi
sangat nalar, logis dan istilah-istilahnya dapat disederhanakan, disesuaikan dengan
bahasa kehidupan sehari-hari masyarakat desa.
Pada ukuran yang manapun, sistem akuntansi memang harus dirancang untuk
tetap setia mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku umum yaitu:
a) Kronologis, artinya transaksi dicatat secara sistematis berdasarkan urutan waktu
kejadiannya.
b) Informatif, artinya akuntansi harus menghasilkan informasi keuangan yang bermakna
secara benar, lengkap, rinci dan tepat waktu.
c) Auditable, artinya informasi yang dihasilkan harus dapat diperiksa kebenarannya
dengan pemeriksaan bukti fisik dan dokumen-dokumen transaksi keuangan asli yang
disimpan secara rapi.
2) Persamaan Dasar Akuntansi
Persamaan Dasar Akuntansi merupakan sebuah hubungan antara harta/aset
dengan utang dan modal dari sebuah usaha seperti BUM Desa. Persamaan
Akuntansi akan selalu “Dalam Keseimbangan“, yang berarti jumlah harta/aset harus
selalu sama dengan jumlah kewajiban/utang dan modal.
Rumus persamaan akuntansi adalah sebagai berikut:

HARTA/ASET = UTANG + MODAL

Contoh persamaan akuntansi sebagai berikut:

76
c. Keuangan BUM Desa

Permodalan BUMDesa dapat bersumber dari Pemerintah Desa, tabungan


masyarakat, bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota, pinjaman, atau penyertaan modal pihak lain atau kerja sama bagi hasil
atas dasar saling menguntungkan.
Keuangan yang dikelola oleh BUMDesa harus dapat dipertanggungjawabkan, baik
secara internal (yaitu kepada penasehat, pengawas, dan pelaksana operasional)
maupun pihak eksternal (pemilik modal, pemberi pinjaman, pemerintah, pemasok,
pelanggan, auditor, dan masyarakat)
Kondisi keuangan BUM Desa diperoleh dari suatu proses pengadministrasian
keuangan yang dijalankan baik dengan cara/metode sederhana maupun dengan
penggunaan sistem akuntansi. Proses pengadministrasian keuangan diperlukan untuk
mengetahui perkembangan usaha dari waktu ke waktu mengenai jumlah (omset)
penjualan atau pendapatan, laba rugi maupun struktur permodalan.
Laporan keuangan yang dihasilkan dari proses pengadministrasian keuangan
yang baik akan memberikan data dan informasi riil mengenai aset yang dimiliki,
keadaan utang, perkembangan modal dan laba yang diperoleh pada setiap periode
pelaporan.
Pengadministrasian keuangan BUM Desa, secara umum meliputi 3 langkah
sebagaimana di gambarkan di bawah ini:

Pencatatan/P Laporan
Bukti
embukuan Keuangan
Transaksi

Gambar 39. Langkah-langkah pengadmnistrasian keuangan BUM Desa

Proses pengadminstrasian keuangan BUM Desa diawali dari pengumpulan bukti-


bukti fisik dari suatu transaksi keuangan yang dilakukan. Bukti transaksi yang ada harus
bisa menjelaskan jenis transaksi keuangannya secara jelas misalnya kuitansi pembelian
yang menjelaskan tentang pembelian barang apa, kapan dilakukan,dan jumlahnya.
Kuitansi juga harus selalu menyebut pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi itu
77
misalnya, BUM Desa mengeluarkan uang untuk membeli barang dagangan tertentu dari
perusahaan lain, maka nama perusahaan lain harus disebutkan dengan jelas.
Langkah berikutnya adalah melakukan pencatatan/pembukuan atas setiap transaksi
yang selanjutnya dibuat laporan keuangan.
Pembahasan langkah-langkah pengadministrasian keuangan BUM Desa akan
diuraikan dalam 2 bagian, yaitu cara sederhana (pembukaun sederhana) dan
penggunaan sistem akuntansi (system akuntansi BUM Desa). Pembagian pembahasan
ini diharapkan dapat menjadi pilihan bagi BUM Desa yang akan menerapkan salah satu
diantaranya yang diangap paling cocok menurut kemampuan petugas keuangan dan
kondisi dari BUM Desa bersangkutan.

PEMBUKUAN SEDERHANA BUMDESA


Pembukuan merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh pengurus
operasional BUM Desa. Setiap BUM Desa baik skala besar ataupun kecil, baru berdiri
ataupun sudah lama berdiri harus membuat pembukuan, sekalipun dalam bentuk
pembukuan sederhana. Pembukuan mutlak dilakukan karena fungsinya sebagai alat
untuk mengetahui secara tepat laba atau rugi dan posisi keuangan dari suatu BUM
Desa.
Metode pembukuan sederhana diperuntukkan bagi BUM Desa rintisan atau BUM
Desa yang baru akan berkembang atau BUM Desa yang kegiatan operasionalnya
masih sederhana, ataupun BUM Desa yang petugas keuangannya belum memiliki
kemampuan (pengetahuan dan keterampilan) memadai di bidang akuntansi keuangan
usaha.
Pembukuan sederhana yang dimaksudkan adalah proses pencatatan/pembukuan
yang dibuat lebih mudah, lebih sederhana dibandingkan dengan proses
pencatatan/pembukuan dalam sistem akuntansi pada umumnya. Penyederhanaan ini
tidak berarti mengabaikan penerapan konsep dasar dan prinsip-prinsip akuntansi.
Dalam implementasi model pencatatan transaksi keuangan di lapangan terdapat
dua metode yang sering digunakan yakni single entry dan double entry. Pada dasarnya
metode single entry maupun double entry merupakan dua cara dasar yang digunakan
dalam mencatat transaksi keuangan di dalam akuntansi. Perbedaannya adalah :

78
1. Single Entry atau Pencatatan Tunggal merupakan metode pencatatan transaksi
keuangan hanya dilakukan satu kali. Pencatatan dalam metode single
entry hanyalah daftar transaksi yang mempengaruhi akun kas. Artinya penerimaan
kas dicatat sebagai kas masuk, sedangkan pembayaran kas dicatat sebagai kas
keluar. Metode single entry biasanya digunakan oleh bisnis kecil dimana neraca
tidak diperlukan untuk kontrol keuangan dan keperluan pajak.
2. Double Entry atau Pencatatan Ganda merupakan metode pencatatan transaksi
keuangan yang dilakukan dua kali yakni pada sisi debit maupun kredit.
Metode double entry diperlukan untuk semua kegiatan usaha yang harus
menghasilkan akun laba rugi dan neraca.
Pada awalnya, single entry digunakan pada program-program berbasis
pemberdayaan masyarakat yang dilakukan pemerintah dan pemerintah sebagai dasar
pembukuan/pencatatan, karena penggunaan single entry jauh lebih mudah dan praktis.
Perkembangan dan tingginya tuntutan adanya good public governance,
perubahan sistem pencatatan ke double entry perlu diterapkan karena dengan sistem
pencatatan ini dapat dihasilkan laporan keuangan yang lengkap dan auditable.
Pada kegiatan usaha yang dijalankan memiliki beberapa piutang atau hutang,
maka perlu dipertimbangkan untuk menggunakan sistem double entry. Dalam
metode double entry, tiap transaksi dicatat ke dalam dua akun, debit dan kredit. Setiap
transaksi harus saling menyeimbangkan.

Sebagai contoh ketika Unit Bisnis BUMDes melakukan transaksi pembelian


Peralatan berupa Alat Kemas Produk Bumdes.

a. Pada metode single entry, pencatatan transaksi cukup mengurangi harga


pembelian dari total pendapatan.

79
BADAN USAHA MILIK DESA “XXXX”
BUKU KAS HARIAN

Tabel 6. Contoh Buku Kas Harian

No
Tgl. Uraian Pemasukan Pengeluaran Saldo
bukti
15/1 Diterima 01 10.000.000 10.000.00
dana hibah 0
dari Pemkab
20/1 Dibeli lemari 15 2.000.000 8.000.000
arsip dari
toko Aditya

b. Pada metode double entry, aset bertambah berupa komputer akan


dimasukkan ke kolom debit dan biaya pembelian dimasukkan ke dalam kolom
kredit karena mengurangi kas bisnis. Mengenai dua akun iini, perlu
diperhatikan bahwa “debit tidak selalu bertambah, dan kredit pun tidak
selalu berarti berkurang”

BADAN USAHA MILIK DESA “XXXX”


JURNAL UMUM

Tabel 7. Contoh Jurnal Umum

Tgl. Uraian Ref Debit Kredit

15/1 Kas 10.000.000

Modal 10.000.000

20/1 Perlengkapan Kantor 2.000.000

Kas 2000.0000

“Pada Metoda single entry pencatatan transaksi rutin (harian) umumnya dicatat
dalam Buku Kas Harian, sedangkan pada metode double entry pencatatan
dilakukan pada Jurnal Umum.”

80
Pencatatan dengan metode single entry dengan model Buku Kas sudah banyak
dipahami dan dimengerti, lebih lanjut akan dijelaskan pada aplikasi Pencatatan,
Pembukuan dan Pelaporan yang menggunakan Metoda Single entry dapat dilihat pada
link berikut : Keunggulan dan Kelemahan Metode Single Entery dan Double Entery

Tabel 8. Perbedaan Single Entry dan Double Entry

Untuk pembelajaran lebih lanjut, kami sediakan model aplikasi yang sudah
diterapkan di BUMDes Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis yang menerapkan
Metoda pencatatan single entry seperti Link berikut ini :
https://www.youtube.com/watch?v=ShaTjTNr0Kg&t=309s

Gambar 40. Contoh Laporan Keuangan BUMDesa dengan Model Aplikasi


81
Pada dasarnya pembukuan sederhana dengan metode pencatatan single
entry dan double entry, sebagai perbandingan nampak pada alur pembukuan
sederhana BUM Desa dengan alur sistem akuntansi BUM Desa dapat
digambarkan pada bagan berikut:

Alur Pembukuan Sederhana BUM Desa

(1)
Bukti Transaksi

(3) (4)
(2)
Buku Laporan
Buku
Rangkuman Keuangan
Catatan
Transaksi
Transaksi

Gambar 41. Tahapan Pembukuan Sederhana BUM Desa

Alur Sistem Akuntansi BUM Desa

Bukti Transaksi

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


Neraca
Buku Buku Neraca Penye Saldo Laporan
Jurnal Besar Saldo suaian setelah Keuangan
Umum Penye
suaian

Gambar 42. Tahapan Sistem Akuntansi BUM Desa

82
Pembukuan sederhana BUM Desa hanya menggunakan 2 jenis buku sederhana
yaitu berupa “Buku Catatan Transaksi” dan “Buku Rangkuman Transaksi” untuk
selanjutnya dijadikan dasar dalam membuat laporan keuangan standar berupa;
laporan laba rugi, laporan posisi keuangan, dan laporan perubahan modal.
Pencatatan/ pembukuan ini sebaiknya dilakukan pada setiap unit usaha yang
dibentuk oleh BUM Desa. BUM Desa induk nantinya akan merangkum menjadi
satu sebagai laporan keuangan BUM Desa.
Sebelum memulai tahapan pembukuan sederhana BUM Desa, terlebih dahulu
perlu dipersiapkan:
 Bukti-bukti transaksi (berupa kuitansi, nota, memo, bukti kas/bank masuk,
faktur, bon, dll),
 Daftar kode transaksi
 Format Buku Catatan Transaksi
 Format Buku Rangkuman Transaksi
 Format Laporan Laba Rugi
 Format Laporan Posisi Keuangan
 Format Laporan Perubahan Modal

- Bukti Transaksi

Gambar 43. Contoh buki transaksi

83
- Daftar Kode Transaksi
Tabel 9. Daftar Kode Transaksi

Daftar KODE TRANSAKSI

Kode Transaksi Bertambah Berkurang

1 Kas Debet Kredit


2 Bank Debet Kredit
3 Piutang Debet Kredit
4 Peralatan/Kendaraan Debet Kredit
5 Aset Lainnya Debet Kredit
6 Utang Kredit Debet
7 Modal Tahun ini Kredit Debet
8 Modal Tahun lalu Kredit Debet
9 Pendapatan Kredit Debit
10 Biaya/Beban Debet Kredit
11 Laba tidak dibagi Kredit Debet
12 Laba Tahun ini Kredit Debet

- Format Buku Catatan Transaksi


BUKU CATATAN TRANSAKSI

Tgl Kode Uraian Kiri Kanan

Jumlah

84
- Format Buku Rangkuman Transaksi

BUKU RANGKUMAN TRANSAKSI

Kode Uraian Kiri Kanan Saldo


Kiri Kanan

Jumlah

- Format Laporan Laba Rugi

LAPORAN LABA RUGI (UNIT USAHA JASA)

Pendapatan

- Pendapatan ......... Rp ...............


-
Biaya

- Biaya .......... Rp ...............

Laba Rp .............

LAPORAN LABA RUGI (UNIT USAHA DAGANG)

Pendapatan
- Penjualan Barang Rp ................
+
Dagangan
- Pendapatan lain Rp ................
Jumlah Pendapatan Rp
............
- Persediaan Barang Rp ................
+
Dagangan (awal)

85
- Pembelian bersih Barang Rp ................ -

Dagangan
Barang tersedia utk Rp ...............
-
dijual
- Persediaan Barang Rp ..............
Dagangan (akhir)
Harga Pokok Rp
Penjualan (HPP) ............
Laba Kotor Rp
-
............
Beban Rp
.............
LABA Bersih Rp ................

LAPORAN LABA RUGI (UNIT USAHA PRODUKSI)

Pendapatan
- Penjualan Barang Jadi Rp ................
+
- Pendapatan lain Rp ................
Jumlah Pendapatan Rp
-
............
Harga Pokok Penjualan Rp
(HPP)* ............
Laba Kotor Rp ............
-
Beban Rp .............
LABA Bersih Rp ................

86
- Format Laporan Posisi Keuangan
LAPORAN POSISI KEUANGAN

UTANG
HARTA/ASET
Kas Rp ………….. Utang Rp …………..
Bank Rp …………..
Piutang Rp ………….. MODAL
Peralatan Rp ………….. Modal Desa Rp …………..
Aset Lainnya Rp ………….. Laba Tidak Dibagi Rp …………..
Laba Tahun ini Rp …………..
Jumlah Rp ………… Jumlah Rp ………..

- Format Buku Catatan Transaksi

LAPORAN PERUBAHAN MODAL

A. Modal Tahun lalu


1. Modal Desa Rp …………..
2. Modal Lain Rp …………..
3. Laba Tidak Dibagi Rp …………..
Jumlah Rp ……………
B. Modal Tambahan
1. Modal Desa Rp …………..
2. Modal Lain Rp …………..
3. Laba Tahun ini Rp …………..
Jumlah Rp ……………
C. Modal Akhir (A+B) Rp ……………

87
Ketentuan dalam melakukan pencatatan sebagai berikut:
1. Setiap 1 transaksi harus ditulis 2 kali pada “Buku Catatan Transaksi” secara
seimbang dengan nilai sama, yaitu I kali untuk kode yang nilainya dicatat pada sisi
Kiri, dan 1 kali untuk kode yang nilainya dicatat pada sisi Kanan.
2. Pada akhir bulan, setiap kode yang sama pada sisi Kiri dijumlahkan dan hasilnya
dicatat pada sisi Kiri “Buku Rangkuman Transaksi”.
3. Pada akhir bulan, setiap kode yang sama pada sisi Kanan dijumlahkan dan hasilnya
dicatat pada sisi Kanan “Buku Rangkuman Transaksi”.
4. Kolom Saldo (Kiri-Kanan) digunakan untuk mencatat selisih antara nilai pada sisi
Kiri dengan nilai pada sisi Kanan dari setiap kode. Bila nilai sisi Kiri lebih besar
daripada nilai sisi Kanan, maka selisihnya dicatat pada kolom sisi Kiri (demikian
sebaliknya).
5. Kode transaksi pada setiap unit usaha dapat disesuaikan dengan jenis transaksi
yang terjadi. Contoh pada unit usaha dagang kodenya sama dengan unit usaha
jasa ditambah dengan kode persediaan barang dagangan beserta kode ikhtisar laba
rugi, kode pembelian barang dagangan, dan kode penjualan barang dagangan.
Demikian juga pada unit usaha produksi/industry/manufaktur sama dengan unit
usaha jasa ditambah dengan kode persediaan bahan baku dan kode persediaan
barang belum jadi beserta kode ikhtisar harga pokok produksi, kode persediaan
barang jadi beserta kode ikhtisar laba rugi, kode biaya tenaga kerja langsung, kode
biaya produksi lain-lain, kode pembelian bahan baku, kode penjualan barang jadi.
Aplikasi Akuntasi metode Double Entry sesuai Akuntansi Standar seperti Link Berikut ini
https://www.youtube.com/watch?v=tl3oqtMoKKI
BUMDesa

Gambar 44. Contoh metode Double Entry BUMDesa sesuai Akuntansi Standar
88
BUMDesa Bersama

Gambar 45. Contoh metode Double Entry BUMDesa Bersama sesuai Akuntansi Standar

Latihan Penggunaan Kode Transaksi:

Daftar KODE TRANSAKSI


Kode Transaksi Bertamb Berkura
ah ng
1 Kas Debet Kredit
2 Bank Debet Kredit
3 Piutang Debet Kredit
4 Peralatan/Kendaraan Debet Kredit
5 Aset Lainnya Debet Kredit
6 Utang Kredit Debet
7 Modal Tahun ini Kredit Debet
8 Modal Tahun lalu Kredit Debet
9 Pendapatan Kredit -
10 Biaya/Beban Debet -
11 Laba tidak dibagi Kredit Debet
12 Laba Tahun ini Kredit Debet
13 Pembelian Barang Dagangan Debet -
(Barang Jadi)

89
14 Penjualan Barang Dagangan (Barang - Kredit
Jadi)
15 Persediaan Barang Dagangan Debet -
(Barang Jadi)
16 Ikhtisar Laba Rugi - Kredit
17 Pembelian Bahan Baku Debet -
14 Persediaan Barang belum jadi Debet -
15 Persediaan Bahan Baku Debet -
16 Ikhtisar Harga Pokok Produksi - Kredit
17 Biaya TK Langsung Debet -
18 Biaya Prosuksi Lain-Lain Debet -

Latihan Penggunaan Buku Catatan Transaksi:


Jenis Transaksi Maknanya Kod Debet Kredit
e
a. Menarik uang dari bank Kas bertambah 1 Rp
Bank berkurang 2 Rp
b. Menyetor uang ke bank Bank bertambah 2 Rp
Kas berkurang 1 Rp
c. Menerima modal desa Bank bertambah 1 Rp
melalui transfer bank
Modal bertambah 7 Rp
d. Membeli tunai Peralatan/Kendara 4 Rp
peralatan/kendaraan an bertambah
Kas berkurang 1 Rp
e. Membeli kredit Peralatan/Kendara 4 Rp
peralatan/kendaraan an bertambah
Utang bertambah 6 Rp
f. Membeli tunai barang Pembelian Barang 13 Rp
bertambah
Kas berkurang 1 Rp

90
g. Menjual tunai Barang Kas bertambah 1 Rp
Penjualan Barang 14 Rp
berkurang
h. Membeli kredit barang Pembelian Barang 13 Rp
bertambah
Utang bertambah 6 Rp
i. Menjual kredit barang Piutang bertambah 3 Rp
Penjualan Barang 14 Rp
berkurang
h. Membayar utang Utang berkurang 6 Rp
kepada ….
Kas berkurang 1 Rp
i. Menerima pembayaran Kas bertambah 1 Rp
piutang dari …..
Piutang berkurang 3 Rp
j. Menerima pendapatan Kas bertambah 1 Rp
(jasa)
Pendapatan 9 Rp
bertambah
k. Membayar Biaya/Beban 10 Rp
biaya/beban …….. bertambah
Kas berkurang 1 Rp

Pembelajaran/Latihan:
Unit Usaha “Sewa Alat Tani” BUMDes X bergerak dibidang penyewaan alat-alat
pertanian mempunyai data keuangan bulan Juli 2019, dan transaksi keuangan selama
bulan Agustus 2019 dengan bukti transaksi sebagai berikut:
a. Data keuangan bulan Juli 2019;
- Uang di Bank sebesar Rp 10.000.000
- Modal yang diperoleh sebelum tahun 2019 sebesar Rp 20.000.000
- Laba tidak dibagi yang diperoleh sebelum tahun 2019 sebesar Rp 3.000.000
- Laba sampai dengan bulan Juli 2019 Rp 7.000.000
91
- Memiliki peralatan/traktor senilai Rp 20.000.000

b. Transaksi keuangan bulan Agustus 2019 dengan bukti-bukti fisik sebagai berikut;
Menerima penyertaan modal desa yang ditransfer ke
- 03/08/19 :
bank Rp 20.000.000
- 05/08/19 : Menarik uang dari bank Rp 10.000.000
- 07/08/19 : Membeli tunai mesin penggiling padi Rp 8.000.000
- 11/08/19 : Menerima pendapatan penyewaan traktor Rp
6.000.000
- 14/08/19 : Menyewakan traktor secara pinjaman/piutang Rp
2.000.000
- 15/08/19 : Berutang biaya pembelian perkakas traktor Rp
1.000.000
- 26/08/19 : Membayar gaji karyawan Rp 3.000.000

Berdasarkan data keuangan dan transaksi keuangan di atas, buatlah pembukuan


sederhana beserta laporan laba rugi, laporan posisi keuangan dan laporan perubahan
modal !

JAWABAN:

- Buku Catatan Transaksi


BUKU CATATAN TRANSAKSI
AGUSTUS 2019
Tgl Kode Uraian Debeti Kredir
03 2 Bank menerima modal desa melalui transfer 20.000.000
7 Modal bertambah yang ditransfer ke bank 20.000.000
05 1 Kas bertambah dari penarikan tunai dibank 10.000.000
2 Bank berkurang yang dimasukkan ke kas 10.000.000
07 4 Peralatan bertambah dari pembelian penggiling padi 8.000.000
tunai/kas

92
1 Kas berkurang untuk pembelian 8.000.000
peralatan/penggiling padi
11 1 Kas bertambah dari penerimaan pendapatan sewa 6.000.000
traktor
9 Pendapatan bertambah dari sewa traktor 6.000.000
14 3 Piutang bertambah dari sewa traktor yang dipinjam 2.000.000
9 Pendapatan bertambah dari sewa traktor yang 2.000.000
dipinjam/piutang
15 10 Biaya/beban bertambah dari berutang perkakas 1.000.000
traktor
6 Utang bertambah dari biaya pembelian perkakas 1.000.000
traktor
26 10 Biaya/beban bertambah dari pembayaran gaji 3.000.000
1 Kas berkurang dari pembayaran biaya/beban gaji 3.000.000
Jumlah 50.000.000 50.000.000

- Buku Rangkuman Transaksi


BUKU RANGKUMAN TRANSAKSI
AGUSTUS 2019
Kode Uraian Debet Kredit Saldo
Debet Kredit
Saldo Awal 0
1 Kas 16.000.000 11.000.000 5.000.000
Saldo Awal 10.000.000
2 Bank 20.000.000 10.000.000 20.000.000
Saldo Awal 0
3 Piutang 2.000.000 2.000.000
Saldo Awal 20.000.000
4 Peralatan/Kendaraan 8.000.000 28.000.000
Saldo Awal 0
5 Aset Lainnya 0 0

93
Saldo Awal 0
6 Utang 1.000.000 1.000.000
7 Modal Awal 20.000.000 20.000.000
8 Modal Tahun ini 20.000.000 20.000.000
9 Pendapatan 8.000.000 8.000.000
10 Biaya/Beban 4.000.000 4.000.000
11 Laba tidak dibagi 3.000.000 3.000.000
12 Laba Tahun ini (Januari-Juli) 7.000.000 7.000.000
Jumlah 78.000.000 78.000.000 59.000.000 59.000.000

- Laporan Laba Rugi


LAPORAN LABA RUGI
PER 31 AGUSTUS 2019

Pendapatan
- Pendapatan sewa traktor Rp 8.000.000
- Pendapatan Lainnya Rp 0
Jumlah Rp 8.000.000
Biaya
- Biaya gaji Rp 4.000.000
- Biaya listrik, dll Rp 0
Jumlah Rp 4.000.000 (-)
Laba Rp 4.000.000

94
- Laporan Posisi Keuangan
LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA)
PER 31 AGUSTUS 2019

UTANG
HARTA/ASET
Kas Rp 5.000.000 Utang Rp 1.000.000
Bank Rp 20.000.000
Piutang Rp 2.000.000 MODAL
Rp 28.000.000 Rp 40.000.000
Modal Desa
Peralatan/Kendaraan
Aset Lainnya 0 Modal Lainnya 0
Laba yg tidak Rp 3.000.000
dibagi
Laba tahun ini Rp 11.000.000
Jumlah Rp 55.000.000 Jumlah Rp 55.000.000

- Laporan Perubahan Modal


LAPORAN PERUBAHAN MODAL
31 AGUSTUS 2019

A. Modal Awal
1. Modal Desa Rp 20.000.000
2. Modal Lainnya Rp 0
3. Laba tidak dibagi Rp 3.000.000
Jumlah Rp 23.000.000
B. Modal Tambahan
1. Modal Desa Rp 20.000.000
2. Modal Desa Rp 0
P
3. Laba tahun ini Rp 11.000.000
Jumlah Rp 31.000.000
C. Modal Akhir (A+B) Rp 54.000.000

95
Pengadministrasian keuangan BUM Desa sebagaimana diuraikan di atas
merupakan langkah dan metode sederhana yang dapat diterapkan pada BUM
Desa rintisan atau yang baru akan berkembang. Namun pada BUM Desa yang
sudah mulai berkembang, terutama yang sudah maju seharusnya melakukan
pengadiministrasian keuangan dengan menggunakan aplikasi sistem akuntansi,
baik yang tanpa internet (offline), ataupun yang online. Paling kurang
menggunakan sistem akuntansi BUM Desa yang masih sederhana seperti
pembahasan berikut.

SISTEM AKUNTANSI BUMDESA


Pencatatan/pembukuan, dan pelaporan keuangan bagi BUM Desa yang
sudah berkembang apalagi yang sudah maju seharusnya sudah menerapkan
sistem akuntansi. Penerapan sistem akuntansi BUM Desa dapat dengan cara
sederhana/manual yang menggunakan buku/format yang ditulis dan dihitung
dengan alat hitung manual seperti kalkulator/HP. Cara lainnya adalah dengan
menggunakan program excel pada komputer/laptop, dimana perhitungannya
langsung diprogram tanpa menggunakan lagi alat hitung manual. Sistem akuntansi
terkini adalah dengan menggunakan aplikasi komputer/laptop tanpa jaringan
internet (aplikasi offline) seperti aplikasi SIA BUMDES yang resmi dikeluarkan oleh
BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan), maupun yang
menggunakan internet (aplikasi online) berbasis computer/laptop dan berbasis
android/HP seperti yang banyak ditawarkan di mesin pencari web (google).
Yang akan diuraikan dalam bagian ini adalah sistem akuntansi manual
sebagai sistem akuntansi BUM Desa sederhana.

Siklus Akuntansi BUM Desa


Siklus biasa disebut dengan proses atau tahapan yang dilakukan dalam
sistem akuntan BUM Desa dimulai dari pengumpulan bukti transaksi keuangan,
mencatat setiap transaksi ke jurnal (menjurnal), memindahkan catatan dari jurnal
ke buku besar (memposting), dan membuat laporan keuangan (laba rugi, neraca,
perubahan modal). Siklus akuntansi itu dapat diilustrasikan dalam diagram berikut :

96
Gambar 46. Siklus sistem akuntansi BUM Desa

1. Bukti Transaksi
Transaksi keuangan BUM Desa merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
atas nama BUM Desa yang menimbulkan perubahan terhadap posisi keuangan,
baik transaksi di dalam BUM Desa seperti pembayaran gaji, maupun transaksi
dengan pihak luar seperti pembelian barang. Bukti transaksi keuangan harus
disusun rapi dan diarsip dengan rapid an aman. Bukti transaksi keuangan dapat
berbentuk : Bukti Kas Masuk/keluar, Memo, Faktur, Kuitansi, Nota
Kontan/kredit, Bukti Setoran/penarikan Bank, Cek, dan Lainnya.
2. Jurnal
Jurnal adalah pencatatan transaksi keuangan secara sistematis. Jurnal
dibagi menjadi 2 jenis yaitu jurnal khusus dan jurnal umum. Jurnal khusus
merupakan jurnal yang dikelompokan secara khusus sesuai dengan jenis
transaksinya, seperti jurnal khusus pembelian yang hanya mencatat transaksi
pembelian barang. Jurnal umum adalah buku harian yang digunakan untuk
menjurnal atau melakukan pencatatan bagi segala jenis bukti transaksi

97
keuangan secara kronologis (berdasarkan urutan waktu). Kolom jurnal memuat
tanggal transaksi, keterangan/nama akun, Ref (Referensi/kode akun), debet,
kredit. Terdapat 2pengolongan akun yaitu :

Akun Riil
Akun riil adalah akun-akun yang terdapat dalam neraca. Akun riil terdiri
dari :
1). Aktiva (Harta/Aset)
Aktiva adalah harta yang terdapat dan digunakan dalam kegiatan usaha
BUM Desa. Aktiva terdiri dari tiga jenis, yaitu :
- Aktiva Lancar
Aktiva lancar adalah harta yang biasanya habis dipakai kurang dari
satu tahun yang terdiri dari : Kas, Bank, Piutang, Persediaan, Aset tetap,
dan lain-lain.
- Aktiva Tetap
Aktiva tetap adalah harta yang biasanya habis dipakai lebih dari satu
tahun yang terdiri dari : Peralatan, Mesin, Kendaraan, Gedung, Tanah,
Laptop, dan lain-lain.
- Aktiva Lain-lain
Aktiva lain-lain adalah harta yang tidak dapat digolongkan ke dalam
aktiva lancar dan aktiva tetap yang terdiri dari: Mesin dalam proses
perbaikan, Gedung dalam proses pembangunan, dan lain-lain.
2) Utang
Utang adalah kewajiban yang harus dilunasi pada waktu tertentu. Utang
terdiri dari :
- Utang Jangka Pendek
Utang jangka pendek adalah kewajiban yang harus dilunasi dalam
jangka waktu kurang dari satu tahun yang terdiri dari: hutang usaha, hutang
bunga, hutang gaji, dan lain-lain.
- Utang Jangka Panjang

98
Utang jangka panjang adalah kewajiban yang harus dilunasi dalam
jangka waktu lebih dari satu tahun yang terdiri dari : hutang bank, hutang
obligasi, dan lain-lain.
3) Modal
Modal (ekuitas) adalah hak pemilik usaha yang dikurangi dengan
kewajiban. Modal juga dapat diartikan sebagai uang, tanah, gedung, dan
barang berharga lain yang diserahkan oleh pemerintah desa sebagai
penyertaan yang bersumber dari APBDesa atau masyarakat desa dan pihak
lain kepada BUM Desa.
Akun Nominal
Akun nominal adalah akun-akun yang terdapat dalam laporan laba rugi.
Akun nominal terdiri dari :
a) Pendapatan
Pendapatan adalah keuntungan yang diperoleh dari kegiatan usaha
yang terdiri dari ;
- Pendapatan Usaha (operasional)
Pendapatan usaha adalah pendapatan yang diperoleh melalui
kegiatan utama (kegiatan operasional), misalnya; penjualan barang
dagangan.
- Pendapatan di luar Usaha (non operasional)
Pendapatan di luar usaha adalah pendapatan yang diperoleh
melalui kegiatan non operasional atau bukan dari kegiatan utama,
misalnya; pendapatan sewa.
b) Beban
Dalam akuntansi, beban dibedakan dengan biaya. Biaya adalah
pengeluaran yang mempengaruhi nilai aktiva pada neraca, seperti biaya
pembelian kendaraan. Beban adalah pengeluaran yang mempengaruhi
nilai pendapatan pada laporan laba rugi, yang terdiri dari :
- Beban dalam usaha
Beban dalam usaha adalah beban yang muncul karena kegiatan
utama (kegiatan operasional), misalnya; beban gaji.

99
- Beban di luar usaha
Beban di luar usaha adalah beban yang muncul karena kegiatan
non operasional atau bukan dari kegiatan utama, misalnya; beban
administrasi bank.

Kode Akun/Rekening BUM Desa


Akun/rekening yang sudah digolongkan selanjutnya diberikan kode
tertentu untuk mempermudah dalam pencatatan keuangan. Pengkodean
yang lazim dilakukan dalam akuntansi di Indonesia adalah sebagai berikut :
- Kode 1 untuk akun harta/aset
- Kode 2 untuk akun kewajiban
- Kode 3 untuk akun modal
- Kode 4 untuk akun pendapatan
- Kode 5 untuk akun beban
- Kode 6 untuk akun pendapatan lain-lain
- Kode 7 untuk akun beban lain-lain
Daftar kode akun/rekening dalam sistim akuntansi BUM Desa harus
disesuaikan dengan kebutuhan/transaksi yang terjadi di unit usaha BUM
Desa. Sebagai ilustrasi dapat dicontohkan sebagaimana daftar berikut :

DAFTAR KODE AKUN / REKENING

Kode Akun/Rekening Kode Akun/Rekening Akun/Rekening


Kode
AKTIVA PASSIVA LABA RUGI
1 HARTA/ASET 2 KEWAJIBAN 4 PENDAPATAN
11 Aset Lancar 21 Kewajiban Lancar 41 Pendapatan
Pendapatan
111 Kas 211 Utang Usaha
411 Operasional
112 Bank
Kewajiban Jangka
113 Piutang 22
Panjang 5 BEBAN
114 Persediaan 221 Utang jangka 51 Beban

100
panjang Operasional
511 Beban Gaji
Beban
12 Aset Tetap 3 MODAL
512 Penyusutan
121 Peralatan 31 Modal 513 Beban Lainnya
Akumulasi
Penyertaan Modal
122 Penyusutan 311
Desa
Peralatan
PENDAPATAN
123 Aset Lainnya
6 LAIN-LAIN
Pendapatan Lain-
61 Lain
Pendapatan Non
611 Operasional
BEBAN LAIN-
7 LAIN
71 Beban Lain-Lain
Beban Non
711 Operasional

Tabel 10. Daftar Akun/Rekening

Cara menjurnal atau mencatat transaksi keuangan ke dalam buku jurnal adalah
dengan mencatat sesuai bukti transaksi setiap kolom yang ada pada jurnal, yaitu
tanggal, keterangan/akun, ref, debet, kredit. Cara pencatatan menggunakan sistem
‘double entry’, yaitu sistem pencatatan akuntansi, dimana setiap satu transaksi
keuangan selalu dicatat secara imbang berpasangan antara debet di sisi kiri dan kredit
di sisi kanan. Dalam sistem pencatatan ini jumlah debet harus selalu sama dengan
jumlah kredit. Setiap transaksi dicatat ke dalam dua akun yang berlawanan dengan nilai
yang juga sama, yaitu satu akun untuk debit dan satu lagi akun untuk kredit, dengan
mengikuti ketentuan berikut :

101
* Untuk transaksi harian berlaku

Kelompok Akun Bertambah Berkurang

Harta/Aset (1) Debet Kredit


Utang (2) Kredit Debet
Modal (3) Kredit Debet
Pendapatan (4, 6) Kredit ---
Beban (5, 7) Debet ---

* Untuk catatan penyesuaian akhir periode berlaku;


Nama Akun Debet Kredit

- Beban penyusutan Debet ---


Akumulasi penyusutan --- Kredit
- Beban perlengkapan Debet ---
Perlengkapan --- Kredit
- Beban sewa (aset) Debet ----
Beban dibayar dimuka --- Kredit
- Persediaan (akhir) Debet ----
Ikhtisar laba rugi --- Kredit
- Persediaan bahan baku (akhir) Debet ----
Ikhtisar Harga Pokok Produksi --- Kredit
Contoh jurnal dan penggunaannya :
- 12 Januari 2020 membeli tunai peralatan berupa etalase kaca seharga Rp
2.000.000,-

JURNAL UMUM
Tgl Keterangan/Akun Ref Debet Kredit
12/01/20 Peralatan 121 2.000.000
Kas 111 2.000.000
Jumlah 2.000.000 2.000.000
102
3. Buku Besar
Buku Besar adalah buku atau format yang digunakan untuk
memposting atau melakukan pencatatan data transaksi keuangan yang
dipindahkan dari Jurnal Umum. Buku Besar merupakan dasar pembuatan
laporan keuangan (neraca dan laporan laba/rugi). Bentuk-bentuk Buku
Besar dalam sistem akuntansi seperti bentuk T, bentuk skontro, bentuk
staffle, dan lainnya. Dalam sistem akuntansi BUM Desa dapat dipilih
bentuk
Buku Besar yang sederhana, diantaranya seperti contoh di bawah ini:
JURNAL UMUM
Tgl Keterangan/Akun Re Debet Kredit
f
12/01/ Peralatan 12 2.000.0
20 1 00
Kas 11 2.000.0
1 00

Jumlah 2.000.0 2.000.0


00 00

BUKU BESAR
Nama Akun : Peralatan Kode : 121
Tgl Keterangan Debet Kredit Saldo
Debet Kredit
12/01/20 Pembelian 2.000.000 2.000.000
etalase
kaca

Saldo 2.000.000

103
BUKU BESAR
Nama Akun : Kas Kode : 111
Tgl Keterangan Debet Kredit Saldo
Debet Kredit
02/01/20 Saldo awal 7.000.000
12/01/20 Pembelian 2.000.000 5.000.000
etalase
kaca

Saldo akhir 5.000.000

Buku Besar yang dibuat secara terpisah menurut akun tersebut dapat dibuat lebih
praktis dengan menggabung beberapa Buku Besar dalam 1 format lembaran yang
disebut dengan Sistem Akuntansi Selembar (SAS). Cara pengisian atau penggunaan
SAS sama persis dengan cara pengisian atau penggunaan BUKU Besar biasa. Contoh
SAS seperti di bawah ini
111 112 113 114 121
TGL KETERANGAN KAS BANK PIUTANG PERSEDIAAN PERALATAN
Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit Debit Kredit
Saldo Awal

Saldo Akhir

 PENCATATAN PEMBELIAN DAN PENJUALAN BARANG DAGANGAN


PENCATATAN PEMBELIAN BARANG DAGANGAN
Pencatatan transaksi pembelian barang dagangan dapat menggunakan salah satu
dari dua metode yaitu periodik/fisik dan perpetual/terus menerus. Perbedaannya terletak
pada jenis buku besar yang digunakan yaitu pada metode periodik menggunakan buku
besar “Pembelian Barang Dagangan”, sedangkan pada metode perpetual
104
menggunakan buku besar “Persediaan Barang Dagangan”. Perbedaan kedua metode
ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan Metode Perpetual Metode Periodik


(BUKU BESAR) (BUKU BESAR)
Debet Kredit Debet Kredit
Pembelian Persediaan Kas/Utang Pembelian Kas/Utang
Barang Barang Usaha Barang Usaha
Biaya angkut Persediaan Kas Biaya Angkut Kas
pembelian Barang
Dagangan
Retur Kas/Utang Persediaan Kas/Utang Retur
pembelian Usaha Barang Usaha Pembelian
Dagangan
Potongan Kas/Utang - Potongan Kas/Utang -Potongan
pembelian Usaha Pembelian Usaha Pembelian
-Kas (selisih -Kas (selisih
harga beli harga beli
dengan dengan
potongan) potongan)
Penjualan - Kas/Piutang - Penjualan Kas/Piutang Penjualan
Barang Barang Barang

- Beban Pokok - Persediaan


Penjualan Barang
(harga
pokok
barang)

- Retur pembelian : Pengembalian barang yang sudah dibeli


- Potongan pembelian : Potongan/Diskon harga pembelian

105
Contoh perbedaan pencatatan transaksi keuangan pada metode perpetual dan metode
periodik seperti di bawah ini;
- 1 Mei 2019 membeli tunai barang dagangan Rp 1.000.000,-
Metode Perpetual
JURNAL UMUM
Tgl Keterangan/Akun Ref Debet Kredit
01/03/19 Persediaan 1.000.000
Barang
Dagangan
Kas 1.000.000

Metode Periodik
JURNAL UMUM
Tgl Keterangan/Akun Ref Debet Kredit
01/03/19 Pembelian 1.000.000
Barang
Dagangan
Kas 1.000.000

Penerapan kedua metode pencatatan di atas tergantung pada kondisi dan


kebijakan pengelola BUM Desa karena setiap metode memiliki kelebihan dan
kelemahan tersendiri. Untuk pembatasan uraian, maka yang akan digunakan dalam
pembelajaran selanjutnya yaitu metode periodik/fisik.
Metode Periodik
Metode periodik memiliki kelebihan dalam hal penggunaan waktu dan tenaga
yang lebih efektif dan efisien karena pencatatan atas persediaan barang tidak
dilakukan setiap hari, melainkan hanya dicatat pada akhir periode akuntansi atau pada
waktu akan melakukan pelaporan keuangan.

106
Metode periodik adalah cara pencatatan persediaan barang dagangan dengan
menggunakan buku besar pembelian dan pada akhir periode mengharuskan adanya
pencatatan fisik barang yang belum terjual melalui stock opname.
Contoh format buku bantu stock opname dapat dibuat seperti berikut:
BUKU BANTU STOCK OPNAME
Tanggal :
No Kode Nama Jumlah Harga Nilai
Barang Barang Satuan (Rp)

Jumlah - - -

Contoh pencatatan transaksi pembelian sebagai berikut :


- Tanggal 10 Januari 2020 membeli tunai barang dagangan/gula pasir 100 kg @ Rp
10.000 senilai Rp 1.000.000.
- Selama Januari 2020 terjadi penjualan barang sebesar 70 kg.
Cara pencatatannya adalah :

BUKU BESAR
Nama Akun: Pembelian Barang Dagangan Kode: …..
Tgl Keterangan Debet Kredit Saldo
Debet Kredit
10/01/20 Pembelian 1.000.000 1.000.000
gula pasir

Jumlah 1.000.000

107
BUKU BESAR
Nama Akun: Kas Kode: …..
Keterangan Debet Kredit Saldo
Debet Kredit
10/01/20 Pembelian 1.000.000 1.000.000
gula pasir

Jumlah 1.000.000

Pada akhir periode dilakukan stock opname dengan hasil;


BUKU BANTU STOCK OPNAME
Tanggal : 31 Januari 2020
No Kode Nama Jumlah Harga Nilai
Barang Barang Satuan (Rp)
1. IA5 Gula pasir 30 kg 10.000 300.000

Jumlah - - - 300.000

Jumlah stok barang dagangan sebesar Rp 300.000 ini merupakan data yang akan
dicatat pada Laporan Neraca sebagai harta/asset (Persediaan Barang Dagangan).
PENCATATAN PENJUALAN BARANG DAGANGAN
Cara pencatatan penjualan barang dagangan hampir sama dengan pencatatan
pembelian. Pencatatan penjualan dengan metode periodik menggunakan “Buku Besar
Penjualan”.
Contoh pencatatan transaksi penjualan sebagai berikut :
- Tanggal 15 Januari 2020 menjual tunai barang dagangan/gula pasir 70 kg @ Rp 15.000
senilai Rp 1.500.000.
Cara pencatatannya adalah :

108
BUKU BESAR
Nama Akun: Penjualan Barang Dagangan Kode: ….
Tgl Keterangan Debet Kredit Saldo
Debet Kredit
15/01/20 Penjualan 1.050.000 1.050.000
gula pasir

Jumlah 1.050.000

BUKU BESAR
Nama Akun: Kas Kode: ….
Tgl Keterangan Debet Kredit Saldo
Debet Kredit
10/01/20 Penjualan 1.050.000 1.050.000
gula pasir

Jumlah 1.050.000

4. Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan produk akhir dari sistem akuntansi. Kondisi


keuangan BUM Desa dapat diketahui oleh internal pelaksana operasional, pengawas,
penasehat/ pemerintah desa, publik/masyarakat desa, dan pihak lain yang
berkepentingan. Laporan keuangan BUM Desa standar meliputi Laporan Laba Rugi,
Laporan Neraca, dan Laporan Perubahan Modal. Laporan keuangan BUM Desa
dibuat sesuai periode akuntansi yaitu setiap akhir bulan untuk periode bulanan, atau
paling kurang setiap akhir tahun (periode tahunan). Sebelum membuat laporan
keuangan, terlebih dahulu dibuat neraca saldo, melakukan penyesuaian atas akun-
akun tertentu, dan membuat neraca saldo setelah penyesuaian.

a. Neraca Saldo

Neraca saldo adalah buku atau formulir yang berisi daftar saldo akhir setiap
buku besar. Contoh formulir neraca saldo dan penggunaannya :
109
NERACA SALDO
Kode Akun Debet Kredit
111 Kas 2.000.000
121 Peralatan 2.000.000

Jumlah 2.000.000 2.000.000

b. Jurnal Penyesuaian

Neraca saldo yang belum disesuaikan sebenarnya belum layak digunakan


sebagai dasar penyusunan laporan keuangan. Hal ini karena justru neraca saldo akan
memberikan informasi yang tidak relevan dengan keadaan BUM Des yang
sebenarnya. Saldo-saldo yang tercantum pada neraca saldo itu belum
menggambarkan keadaan aset, utang, modal, pendapatan dan beban yang
sebenarnya, karena masih ada beberapa akun yang perlu disesuaikan pada setiap
akhir periode akuntansi. Akun yang perlu disesuaikan diantaranya adalah
perlengkapan yang terpakai, aset tetap (akibat adanya beban penyusutan), beban
dibayar dimuka (seperti akibat pembayaran sewa yang dibayar sekaligus untuk
pemakaian 1 tahun atau beberapa bulan ke depan), persediaan barang dagangan
akhir, dan lainnya.

Cara melakukan penyesuaian akun adalah dengan membuat jurnal penyesuaian


dan selanjutnya memposting ke buku besar masing-masing.
Contoh Jurnal Penyesuaian dan penggunaannya :
 Catatan penyesuaian

31/01/20 Penyusutan peralatan 150.000


31/01/20 Perlengkapan yang terpakai 100.000
31/01/20 Pemakaian gedung yang disewa 1.000.000
31/01/20 Persediaan barang dagangan akhir 2.000.000
31/01/20 Persediaan bahan baku akhir 500.000

JURNAL PENYESUAIAN
110
Tgl Keterangan/Akun Ref Debet Kredit
31/01/20 Beban penyusutan 514 150.000
(peralatan)
Akumulasi 122 150.000
penyusutan
peralatan
31/01/20 Beban 512 100.000
perlengkapan
Perlengkapan 115 100.000
31/01/20 Beban sewa (aset) 513 1.000.000
Beban dibayar 116 1.000.000
dimuka
31/01/20 Persediaan 114 2.000.000
Barang Dagangan
Ikhtisar Laba 313 2.000.000
Rugi
31/01/20 Persediaan Bahan 116 500.000
Baku
Ikhtisar Harga 314 500.000
Pokok Produksi

Selanjutnya dilakukan posting ke buku besar masing-masing akun sebagai berikut:


BUKU BESAR

Nama Akun : Beban Penyusutan Kode : 514


Tgl Keterangan Debet Kredit Saldo
Debet Kredit
31/01/20 Penyusutan 150.000 150.000
peralatan

Saldo 150.000

111
BUKU BESAR
Nama Akun : Akumulasi Penyusutan Peralatan Kode : 122
Tgl Keterangan Debet Kredit Saldo
Debet Kredit
31/01/20 Penyusutan 150.000 150.000
peralatan

Saldo 150.000

BUKU BESAR
Nama Akun : Beban Perlengkapan Kode : 512
Tgl Keterangan Debet Kredit Saldo
Debet Kredit
31/01/20 Perlengkapan 100.000 100.000
yang terpakai

Saldo 100.000

BUKU BESAR
Nama Akun : Perlengkapan Kode : 115
Tgl Keterangan Debet Kredit Saldo
Debet Kredit
31/01/20 Perlengkapan 100.000 1.000.000
yang terpakai

Saldo 1.000.000

112
BUKU BESAR
Nama Akun : Beban Sewa Kode : 513
Tgl Keterangan Debet Kredit Saldo
Debet Kredit
31/01/20 Pemakaian 1.000.000 1.000.000
gedung
yang
disewa

Saldo 1.000.000

BUKU BESAR
Nama Akun : Beban Dibayar Dimuka Kode : 116
Tgl Keterangan Debet Kredit Saldo
Debet Kredit
31/01/20 Pemakaian 1.000.000 1.000.000
gedung
yang
disewa

Saldo 1.000.000
BUKU BESAR
Nama Akun : Persediaan Barang Dagangan Kode : 114
Tgl Keterangan Debet Kredit Saldo
Debet Kredit
31/01/20 Persediaan 2.000.000 2.000.000
barang
dagangan
akhir

Saldo 2.000.000

113
BUKU BESAR
Nama Akun : Ikhtisar Laba Rugi Kode : 323
Tgl Keterangan Debet Kredit Saldo
Debet Kredit
31/01/20 Persediaan 2.000.000 2.000.000
barang
dagangan
akhir

Saldo 2.000.000 2.000.000

BUKU BESAR
Nama Akun : Persediaan Bahan Baku Kode : 117
Tgl Keterangan Debet Kredit Saldo
Debet Kredit
31/01/20 Persediaan 500.000 500.000
bahan
baku akhir

Saldo 500.000

BUKU BESAR
Nama Akun : Ikhtisar Harga Pokok Produksi Kode : 324
Tgl Keterangan Debet Kredit Saldo
Debet Kredit
31/01/20 Persediaan 500.000 500.000
bahan
baku akhir

Saldo 500.000 500.000

114
c. Neraca Saldo Setelah Penyesuaian

Neraca Saldo Setelah Penyesuaian adalah buku atau formulir yang berisi daftar
saldo akhir setiap buku besar, termasuk yang telah dilakukan penyesuaian. data yang
berasal dari neraca saldo setelah penyesuaian menjadi dasar untuk membuat laporan
keuangan BUM Desa dalam satu periode.

Contoh neraca saldo setelah penyesuaian dan penggunaannya.


NERACA SALDO SETELAH PENYESUAIAN

Kode Akun Debet Kredit


111 Kas 2.000.000
114 Persediaan Barang Dagangan 2.000.000
115 Perlengkapan 100.000
116 Beban dibayar dimuka 1.000.000
117 Persediaan Bahan Baku 500.000
121 Peralatan 2.000.000
Akumulasi Penyusutan 150.000
122
Peralatan
323 Ikhtisar Laba Rugi 2.000.000
324 Ikhtisar Harga Pokok Produksi 500.000
512 Beban Perlengkapan 100.000
513 Beban Sewa 1.000.000
514 Beban Penyusutan 150.000
Jumlah 3.750.000 3.750.000

d. Laporan Laba Rugi

Laporan Laba Rugi dalam sistem akuntansi BUM Desa adalah laporan
mengenai pendapatan, beban, dan laba atau rugi suatu unit usaha BUM Desa. Laba
diperoleh apabila pendapatan yang diperoleh lebih besar daripada beban yang
dibayarkan, sebaliknya rugi dialami apabila pendapatan yang diperoleh lebih kecil
daripada beban yang dibayarkan dalam suatu periode akuntansi.
115
Format laporan laba rugi dibuat berdasakan jenis unit usaha BUM Desa, yaitu
unit usaha jasa, unit usaha dagang, dan unit usaha produksi
(manufaktur/industri/pabrikan).
1) Unit Usaha Jasa

Perhitungan laba rugi unit usaha jasa cukup sederhana, yaitu hanya memerlukan
data pendapatan operasional dan non operasional serta data beban. Perhitungan laba
rugi unit usaha jasa menggunakan formulasi rumus sebagai berikut:

LAPORAN LABA RUGI


Pendapatan
- Pendapatan Operasional Rp ................
+

(jasa)
- Pendapatan Non Rp ................
Operasional
Jumlah Pendapatan Rp ............
Beban
- Beban Gaji Rp ................
- Beban Penyusutan Rp ................
+

- Beban Operasional lain Rp ................


- Beban Non Operasional Rp ................
Jumlah Beban Rp ............
Laba sebelum Pajak Rp -
................
Pajak Rp
................
LABA Bersih Rp
................

116
2) Unit Usaha Dagang
Perhitungan laba rugi unit usaha dagang sedikit berbeda dengan unit usaha jasa.
Dalam perhitungan laba rugi unit usaha dagang harus ada penentuan Harga Pokok
Penjualan (HPP) dan memerlukan data tambahan yang diambil dari transaksi/akun;

- Penjualan bersih*
- Persediaan Barang Dagangan (awal)
- Pembelian bersih Barang Dagangan**
- Persediaan Barang Dagangan (akhir)
*) Penjualan bersih = penjualan–(retur + diskon)
**) Pembelian bersih = (pembelian + ongkos angkut) – (retur + diskon)

Perhitungan laba rugi unit usaha dagang menggunakan formulasi rumus sebagai
berikut

LAPORAN LABA RUGI


Pendapatan
- Penjualan bersih Rp ................
+
- Pendapatan Non Rp ................
Operasional
Jumlah Pendapatan Rp
............
- Persediaan Barang Rp ................
+
Dagangan (awal)
- Pembelian bersih Barang Rp ................ -

Dagangan
Barang tersedia utk Rp ...............
-
dijual
- Persediaan Barang Rp ..............
Dagangan (akhir)
Harga Pokok Rp

117
Penjualan (HPP) ............
Laba Kotor Rp
............
Beban
- Beban Gaji Rp ................
- Beban Perlengkapan Rp ................
-
+
- Beban Penyusutan Rp ................
- Beban Operasional lain Rp ................
- Beban Non Operasional Rp ................
Jumlah Beban Rp
............
Laba sebelum Pajak Rp -

................
Pajak Rp
................
LABA Bersih Rp ................

3) Unit Usaha Produksi/Industri/Manufaktur


Perhitungan laba rugi unit usaha produksi lebih rumit daripada unit usaha jasa
atau agak berbeda dengan unit usaha dagang. Dalam perhitungan laba rugi unit
usaha produksi harus ada penentuan Harga Pokok Penjualan (HPP) dan memerlukan
data tambahan yang diambil dari transaksi/akun;

Cara menghitung HARGA POKOK PENJUALAN (HPP)

- Persediaan bahan baku (awal) Rp ................


+
- Pembelian bahan baku Rp ................
Bahan baku tersedia utk diproduksi Rp ..............
-
- Persediaan bahan baku (akhir) Rp ..............
Jumlah Biaya Bahan Baku Rp
+
………..

118
- Biaya tenaga kerja langsung Rp
………..
- Biaya Overhead pabrik* Rp
………..
Jumlah Biaya Produksi Rp
+
…………….
- Persediaan Barang Dalam Proses Rp
Produksi (awal) …………….
Rp -
………..
- Persediaan Barang Dalam Proses Rp
Produksi (akhir) ………..
Harga Pokok Produksi Rp
+
…………….
- Persediaan Barang Jadi (awal) Rp
…………….
Rp -
…………….
- Persediaan Barang Jadi (akhir) Rp
…………….
HARGA POKOK PENJUALAN (HPP) Rp …………….

e. Laporan Posisi Keuangan (Neraca)

Laporan Posisi Keuangan (Neraca) adalah laporan mengenai keadaan keuangan


suatu usaha BUM Desa dalam suatu periode akuntansi yang meliputi jumlah
kekayaan/harta/aset, jumlah kewajiban/utang, dan jumlah modal.

Contoh format laporan Posisi Keuangan (Neraca):


Unit Usaha……….BUM Desa X
LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA)
Per 31 Januari 2020

119
Aktiva Passiva
HARTA/ASET KEWAJIBAN/UTANG
Kas Rp ............ Utang Usaha Rp ..............
Bank Rp ............ Utang Sewa Rp ..............
Rp ............ Utang jangka Rp ..............
Piutang
panjang
Persediaan Barang Rp ............
Dagangan
Perlengkapan Rp ............ MODAL
Beban dibayar Rp ............ Penyertaan Modal Rp ..............
dimuka Desa
Rp ............ Penyertaan Modal Rp ..............
Peralatan
Masyarakat
Akumulasi (Rp ..........) Rp ..............
Penyusutan Modal dari pihak lain
Peralatan
Kendaraan Rp ........... Laba Ditahan Rp ……………
Akumulasi (Rp ..........) Laba Berjalan Rp ……………
Penyusutan
Kendaraan
Aset Lainnya Rp ............
Jumlah Rp ............ Jumlah Rp .............

f. Laporan Perubahan Modal


Laporan Perubahan Modal adalah laporan mengenai keadaan
atau perkembangan modal BUM Desa dalam suatu periode akuntansi
yang meliputi modal awal atau modal yang ada pada tahun lalu atau
tahun yang telah lewat dan modal tahun berjalan.

120
Unit Usaha……….BUM Desa X
LAPORAN PERUBAHAN MODAL
Per 31 Januari 2020
A. Modal Awal
1. Modal Desa Rp …………
2. Modal Masyarakat Rp …………
3. Modal Pihak lain Rp …………
4. Laba ditahan Rp …………
Jumlah Rp
…………
B. Modal Tahun Berjalan
1. Modal Desa Rp …………
2. Modal Masyarakat Rp …………
3. Modal Pihak lain Rp …………
4. Laba berjalan Rp …………
Jumlah Rp
…………
C. Modal Akhir (A+B) Rp
…………

121
Pembelajaran/Latihan

BUMDes X memiliki unit usaha jasa “Sewa Alat Tani” yang bergerak dibidang usaha
jasa penyewaan alat pertanian kepada petani.
Unit Usaha “Sewa Alat Tani” BUMDes X mempunyai transaksi keuangan
selama bulan Januari 2020 dengan bukti transaksi/pencatatan transaksi sebagai
berikut:

Tgl Transaksi
Menerima penyertaan modal desa yang ditransfer ke rekening
03/01/20
bank Rp 25.000.000
05/01/20 Menarik uang dari bank Rp 22.000.000
07/01/20 Membeli tunai mesin traktor Rp 20.000.000

11/01/20 Menerima pendapatan penyewaan traktor Rp 5.000.000

26/01/20 Membayar gaji karyawan Rp 3.000.000

Berdasarkan catatan transaksi di atas dan kode akun yang sudah disiapkan,
buatlah :
a. Jurnal Umum
b. Buku Besar
c. Neraca Saldo
d. Penyesuaian
e. Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
f. Laporan Laba Rugi
g. Laporan Posisi Keuangan/Neraca
h. Laporan Perubahan Modal

122
DAFTAR KODE AKUN / REKENING

Kode Akun/Rekening Kode Akun/Rekening Akun/Rekening


Kode
AKTIVA PASSIVA LABA RUGI
1 HARTA/ASET 2 KEWAJIBAN 4 PENDAPATAN
11 Aset Lancar 21 Kewajiban Lancar 41 Pendapatan
Pendapatan
111 Kas 211 Utang Usaha
411 Operasional
112 Bank
Kewajiban Jangka
113 Piutang 22
Panjang 5 BEBAN
Utang jangka Beban
114 Persediaan 221
panjang 51 Operasional
Utang jangka
115 Perlengkapan 221
panjang 511 Beban Gaji
Beban dibayar
116
dimuka 512 Beban Listrik
Beban
12 Aset Tetap 3 MODAL
513 Penyusutan
121 Peralatan 31 Modal 514 Beban Lainnya
Akumulasi Penyertaan Modal
122 311
Penyusutan Peralatan Desa
Penyertaan Modal PENDAPATAN
123 Kendaraan 312
Masyarakat 6 LAIN-LAIN
Akumulasi
Modal dari pihak
124 Penyusutan 312 Pendapatan Lain-
lain
Kendaraan 61 Lain
Pendapatan Non
125 Bangunan
611 Operasional
Akumulasi
126
Penyusutan

123
Bangunan
BEBAN LAIN-
127 Tanah
7 LAIN
13 Aset Lainnya 71 Beban Lain-Lain
Beban Non
131 Aset Lainnya
711 Operasional

Jawaban
1. Jurnal Umum, Buku Besar, Neraca Saldo, Penyesuaian, Neraca Saldo Setelah
Penyesuaian, Laporan Laba Rugi, Laporan Posisi Keuangan/ Neraca, Laporan
Perubahan Modal

a. Jurnal Umum
Unit Usaha “Sewa Alat Tani” BUMDes X
JURNAL UMUM
Hal 1
Tgl Keterangan/Akun Ref Debet Kredit
03/01/ Bank 112 25.000.00
20 0
Penyertaan Modal Desa 311 25.000.00
0
05/01/ Kas 111 22.000.00
20 0
Bank 112 22.000.00
0
07/01/ Peralatan 121 20.000.00
20 0
Kas 111 20.000.00
0
11/01/ Kas 111 5.000.000
20

124
Pendapatan Operasional 411 5.000.000
26/01/ Beban gaji 511 3.000.000
20
Kas 111 3.000.000
Jumlah 75.000.00 75.000.00
0 0

b. Buku Besar
BUKU BESAR
Nama Akun: Kas Kode: 111
Tgl Keterangan Debet Kredit Saldo
Debet Kredit
02/01/20 Saldo awal 0
05/01/20 Penarikan 22.000.000 22.000.000
dari bank
07/01/20 Pembelian 20.000.000 2.000.000
mesin
traktor
11/01/20 Penerimaan 5.000.000 7.000.000
sewa traktor
26/01/20 Pembayaran 3.000.000 4.000.000
gaji
karyawan

Saldo akhir 4.000.000


BUKU BESAR
Nama Akun: Bank Kode: 112
Tgl Keterangan Debet Kredit Saldo
Debet Kredit
02/01/20 Saldo awal 0
03/01/20 Transfer 25.000.000 25.000.000

125
modal desa
05/01/20 Penarikan 22.000.000 3.000.000

Saldo akhir 3.000.000

BUKU BESAR
Nama Akun: Peralatan Kode: 121
Tgl Keterangan Debet Kredit Saldo
Debet Kredit
02/01/20 Saldo awal 0
07/01/20 Mesin traktor 20.000.000 20.000.000

Saldo akhir 20.000.000

BUKU BANTU INVENTARIS


No Tgl Jenis Peralatan Jml Harga Total
Satuan
1 07/0 Mesin Traktor 1 20.000. 20.000.0
1/20 000 00

Jumlah 20.000.0
00

BUKU BESAR
Nama Akun: Penyertaan Modal Desa Kode: 311
Tgl Keterangan Debet Kredit Saldo
Debet Kredit
02/01/20 Saldo awal 0
03/01/20 Transfer bank 25.000.000 25.000.000

Saldo akhir 25.000.000

126
BUKU BESAR
Nama Akun: Pendapatan Operasional Kode: 411
Tgl Keterangan Debet Kredit Saldo
Debet Kredit
11/01/20 Penyewaan traktor 5.000.000 5.000.000

Saldo akhir 5.000.000

BUKU BESAR
Nama Akun: Beban Gaji Kode: 521
Tgl Keterangan Debet Kredit Saldo
Debet Kredit
26/01/20 Gaji karyawan 3.000.000 3.000.000

Saldo akhir 3.000.000

c. Neraca Saldo

Unit Usaha “Sewa Alat Tani” BUMDes X


NERACA SALDO
Per 31 Januari 2020
Kode Akun Debet Kredit
111 Kas 4.000.000
112 Bank 3.000.000
121 Peralatan 20.000.000
Akumulasi Penyusutan
122
Peralatan
311 Penyertaan Modal Desa 25.000.000

127
411 Pendapatan Jasa 5.000.000
521 Beban Gaji 3.000.000
523 Beban Penyusutan
Jumlah 30.000.000 30.000.000

d. Jurnal Penyesuaian
BUKU BANTU INVENTARIS
No Tgl Jenis Peralatan Jml Harga Total
Satuan
1 07/01/2 Mesin Traktor 1 20.000. 20.000.0
0 000 00
2 31/01/ Penyusutan Mesin Traktor 1 (278.00 19.722.0
20 (ke-1 dari 72 Bln) 0) 00
Jumlah 19.722.0
00

 Catatan penyesuaian
31/01/20 Penyusutan peralatan 278.000

Unit Usaha “Sewa Alat Tani” BUMDes X

JURNAL PENYESUAIAN
Per 31 Januari 2020

Tgl Keterangan/Akun Ref Debet Kredit


31/01/20 Beban penyusutan 523 278.000
Akumulasi penyusutan 122 278.000
peralatan
Jumlah 278.000 278.000

128
BUKU BESAR
Nama Akun: Beban Penyusutan Kode: 523
Tgl Keterangan Debet Kredit Saldo
Debet Kredit
31/01/20 Penyusutan peralatan 278.000 278.000

Saldo akhir 278.000

BUKU BESAR
Nama Akun: Akumulasi Penyusutan Peralatan Kode: 122
Tgl Keterangan Debet Kredit Saldo
Debet Kredit
31/01/20 Penyusutan 278.000 278.000
peralatan

Saldo akhir 278.000

BUKU BANTU INVENTARIS


No Tgl Jenis Peralatan Jml Harga Total
Satuan
1 07/01/ Mesin Traktor 1 20.000.00 20.000.000
20 0
2 31/01/ Penyusutan Mesin Traktor (ke-1 dari 1 (278.000) 19.722.000
20 72 Bln)
Jumlah 19.722.000

129
e. Neraca Saldo Setelah Penyesuaian

Unit Usaha “Sewa Alat Tani” BUMDes X


NERACA SALDO SETELAH PENYESUAIAN
Per 31 Januari 2020
Kode Akun Debet Kredit
111 Kas 4.000.000
112 Bank 3.000.000
121 Peralatan 20.000.000
Akumulasi Penyusutan 278.000
122
Peralatan
311 Penyertaan Modal Desa 25.000.000
411 Pendapatan Jasa 5.000.000
521 Beban Gaji 3.000.000
523 Beban Penyusutan 278.000
Jumlah 30.278.000 30.278.000

f. Laporan Laba Rugi


Unit Usaha “Sewa Alat Tani” BUMDes X
LAPORAN LABA RUGI
Per 31 Januari 2020
Pendapatan
- Pendapatan Operasional (jasa) Rp 5.000.000
Jumlah Pendapatan Rp 5.000.000

Beban
- Beban Gaji Rp 3.000.000
- Beban Penyusutan Rp 278.000
Jumlah Beban Rp 3.278.000
Laba sebelum Pajak Rp 1.722.000
Pajak 0
Laba Bersih Rp 1.722.000

130
g. Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Unit Usaha “Sewa Alat Tani” BUMDes X
LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA)
Per 31 Januari 2020
Aktiva Passiva
HARTA/ASET KEWAJIBAN/UTANG
Rp 4.000.000
Kas Utang Usaha
0
Bank Rp 3.000.000
Peralatan Rp 20.000.000 MODAL
Akumulasi Rp Rp 25.000.000
Penyusutan (278.000) Penyertaan Modal Desa
Peralatan
Penyertaan Modal 0
Masyarakat
Modal dari pihak lain 0
Laba Ditahan 0
Rp
Laba Berjalan
1.722.000
Jumlah Rp 26.672.000 Jumlah Rp 26.722.000

h. Laporan Perubahan Modal


Unit Usaha “Sewa Alat Tani” BUMDes X
LAPORAN PERUBAHAN MODAL
Per 31 Januari 2020
A. Modal Awal
1. Modal Desa Rp 0
2. Modal Masyarakat Rp 0
3. Modal Pihak lain Rp 0

131
4. Laba ditahan Rp 0
Jumlah Rp 0
B. Modal Tahun Berjalan
1. Modal Desa Rp 25.000.000
2. Modal Masyarakat Rp 0
3. Modal Pihak lain Rp 0
4. Laba berjalan Rp 1.722.000
Jumlah Rp 26.372.000
C. Modal Akhir (A+B) Rp 26.722.000

PROSES KONTROL KEUANGAN


a. Pengertian Proses Kontrol Keuangan
Proses kontrol dalam suatu sistem akuntansi dapat diartikan sebagai
pengendalian internal yaitu suatu suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi, dan
mengukur cara dan prosedur kerja pengelola keuangan BUM Desa. Pengendalian
internal berperan penting untuk mencegah dan mendeteksi penggelapan dan
melindungi aset.
Pengendalian internal dalam BUM Desa yang dimaksud adalah pengendalian
yang dilakukan oleh Kepala Desa sebagai penasihat, pengawas yang memiliki
tanggung jawab pada BUM Desa dalam hal pengawasan. Sementara itu Ketua dan
Sekretaris BUM Desa juga perlu melakukan pengawasan terhadap anggotanya
terutama dalam hal tugas pembelian, penjualan dan pencatatan atas penerimaan
maupun pengeluaran yang terjadi serta pembuatan laporan keuangan.
Pengawasan internal akan lebih sempurna bila diikuti pula dengan adanya
pengawasan dari luar, yaitu pengawasan masyarakat desa sebagai pemilik BUM
Desa.

132
Bagan berikut menunjukkan fungsi pengawasan dan pengendalian internal
BUM Desa ditambah dengan pengawasan dari masyarakat desa.

Kepala Desa/
Penasihat Pengawas

Ketua Administrasi Sekretaris


BUM Desa Keuangan
BUM Desa

Masyarakat Desa

Gambar 47. pengawasan internal pengadministrasian BUM Desa

Mekanisme pengendalian itu berupa adanya prosedur yang ditempuh untuk suatu
transaksi dan pencatatannya. Pada transaksi pembelian misalnya bendahara
mengeluarkan uang kas setelah ada persetujuan dari ketua, setelah dilakukan
pembelian maka barang dicek jumlah dan kesesuaiannya oleh ketua/sekretaris, bukti
pembeliannnya di paraf dan diserahkan kepada bendahara untuk dicatat/dibukukan.
Dalam proses pencatatan/pembukuan serta pembuatan laporan juga akan dikontrol oleh
ketua dan sekretaris, penasihat dan pengawas.
Dengan adanya pengendalian internal yang baik akan diperoleh laporan
pertanggungjawaban yang dapat dipercaya, sehingga penilaian kinerja keuangan
terhadap laporan keuangan yang dihasilkan BUM Desa dapat memperoleh hasil yang
juga terpercaya. Kinerja Keuangan sendiri merupkan suatu analisis yang dilakukan
untuk melihat sejauh mana sebuah perusahaan telah menjalankan aturan-aturan
pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Analisis ini juga bertujuan menilai kinerja
manajemen, mengetahui keberhasilan manajemen dalam mengelola BUM Desa, dan
untuk mengevaluasi kekurangan dalam pengelolaan BUMDes agar dapat diperbaiki lagi
kedepannya.
133
Pengendalian intern dapat dibagi menjadi dua yaitu pengendalian intern
akuntansi dan pengendalian intern administratif. Proses kontrol akuntansi mencakup
semua aspek dari transaksi-transaksi keuangan seperti pembayaran kas, penerimaan
kas, arus dana, dan pengamanan dana dari pengguna yang tidak sah.

b. Tujuan Proses Kontrol


BUM Desa memerlukan pengendalian internal yang baik agar dapat mencegah
terjadinya kecurangan, penggelapan dana atau penipuan. Adapun tujuan dari proses
kontrol/pengendalian internal dalam pengelolaan keuangan BUM Desa yaitu:
1. Menjaga keamanan harta milik BUM Desa
2. Memeriksa ketelitian dan kebenaran informasi akuntansi
3. Meningkatkan efisiensi operasional BUMDesa

b. Unsur Pokok Proses Kontrol


Unsur pokok yang dapat mendukung proses kontrol atau sistem pengendalian
internal BUM Desa adalah sebagai berikut:
1. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan. Berhubungan dengan pencatatan
keuangan harus ditetapkan prosedur yang baku. Prosedur pencatatan yang baik
menjamin ketelitian dan keandalan data. Transaksi terjadi apabila telah
disetujui/disahkan oleh Ketua BUM Desa atau yang berwenang dan setiap
dokumen memiliki bukti yang sah, ada paraf dan tanda tangan dari Ketua BUM
Desa atau yang berwenang.
2. Pelaksanaan kerja secara sehat. Unsur kehati-hatian penting dijaga agar tidak
seorang pun menangani transaksi diawal sampai akhir sendirian, harus ada yang
memeriksa kekurangan dalam pelaksanaan, serta menghindari kecurangan.
3. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian mencakup sikap para pengelola dan karyawan terhadap
pentingnya pengendalian yang ada di BUM Desa tersebut.
Prosedur Pengendalian
4. Prosedur pengendalian ditetapkan untuk menstandarisasi proses kerja sehingga
dapat mencegah atau mendeteksi terjadinya ketidakberesan dan kesalahan.
Sistem akuntansi yang berhasil membutuhkan prosedur-prosedur untuk
134
memastkan bahwa petugas akuntansi dapat melaksanakan tugas yang diberikan.
Oleh karena itu, sangat penting bagi petugas akuntansi untuk mendapatkan
pelatihan dan pengawasan yang memadai dalam melakukan pekerjaannya.
5. Pemantauan
Pengendalian internal dapat dilakukan dengan cara mengamati perilaku atau
tanda-tanda peringatan yang diberikan oleh sistem akuntansi, seperti :
 Perubahan gaya hidup petugas akuntansi yang mendadak boros, atau
sebaliknya sering meminjam uang
 Kehilangan dokumen atau nomor transaksi ada yang loncat (dapat berarti
dokumen digunakan untuk transaksi yang mengandung kecurangan)
 Penumpukan dalam pencatatan transaksi (mungkin merupakan usaha untuk
menunda penemuan kecurangan)

d. Langkah-Langkah Melakukan Proses Kontrol


Proses kontrol dalam BUM Desa dilakukan mulai dari kelayakan usaha yang
direncanakan dan pencapaian target yang telah ditetapkan. Ada 9 langkah utama
melakukan proses kontrol dalam BUM Desa, yaitu:
1. Menganalisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang harus dihasilkan oleh BUM Desa setidaknya adalah
neraca dan laporan laba rugi. Dari laporan tersebut kita bisa melakukan analisis
atas saldo tersaji, misal saldo utang usaha bisa dibandingkan dengan tingkat
pembelian serta nilai persediaan perusahaan. Hanya melihat hal itu kita bisa
mengetahui apakah nilai persediaan kita wajar atau tidak.
2. Persiapkan Catatan Kejadian
Kejadian transaksi baik dalam pengadaan peralatan, pengadaan barang, bahan
baku, dan lainnya harus dapat menyimpan catatan yang akurat. Hal ini berguna
untuk memberi tahu berapa banyak stok yang harus dibeli, berapa banyak yang
digunakan untuk membuat produk akhir, berapa banyak yang hilang, dan apakah
ada peralatan yang hilang pada saat produksi. Ini akan memberikan perhitungan
yang matang dalam penyiapan persediaan dan kesiapan peralatan.

135
3. Persiapkan Rasio Keuangan
Setelah membuat laporan keuangan, maka sudah saatnya membuat rasio
keuangan yang bertujuan untuk membandingkan nilai seluruh utang dibandingkan
dengan keseluruhan aset atau modal yang dimiliki. Dari sisni bisa dilihat apakah
usaha memiliki terlalu banyak utang atau tidak.
4. Analisis Biaya Tetap
Laporan keuangan yang sudah tersusun merupakan alat untuk melakukan analisis
yang lebih mendalam lagi. Setiap usaha yang dijalankan perlu memahami biaya
apa saja yang muncul dalam kegiatan operasional. Disisi lain, perlu diketahui
apakah biaya yang telah keluarkan tersebut sebanding dengan manfaat yang
peroleh. Pertanyaan ini akan terjawab saat dilakukan analisis atas persentase
biaya tetap seperti gaji karyawan, pemakaian listrik, sewa gedung, penyusutan
aset tetap dan sebagainya.
5. Analisis SDM
Sumber daya manusia penting menjadi perhatian dalam suatu usaha. Apabila
tingkat turnover (keluar masuk) karyawan tinggi, maka mejadi pertanda usaha
tidak efisien, karena waktu terkuras untuk proses rekruitmen/seleksi dan
melatihnya menjadi setara dengan karyawan yang digantikan. Disisi lain harus
dapat dipastikan apakah komposisi karyawan yang dimiliki pada saat ini sudah
cukup, kurang, atau justru lebih dalam menunjang efektivitas operasional usaha.

136
No Tautan Isi / konten

Gunakan tautan TIDAK langsung berikut Isi : Artikel terkait


dengan gawai Anda. akuntansi

https://dosenakuntansi.com
https://sinau.info
https://www.jurnal.id
http://www.materiakuntansi.com
https://www.akuntansilengkap.com
https://manajemenkeuangan.net
https://ukirama.com
https://bumdes.id
https://repository.usd.ac.id
https://updesa.com

Buku Referensi :
- V. Wiratna Sujarweni. 2019. Akuntansi BUMDes (Badan Uaha Milik Desa).PustakaBaru Press Yogyakarta
- Muslichah, dkk. 2018. Akuntansi Usaha Kecil Menengah (UKM). Indomedia Pustaka Malang
- Syaiful Bahri, 2016. Pengantar Akuntansi. CV. Andi Offset Yogyakarta
- Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015

137
2. KINERJA KEUANGAN BUM DESA
1. Analisis Laporan Keuangan untuk Mengukur Kinerja BUM Desa
Laporan keuangan BUM Desa digunakan oleh berbagai pihak yang
berkepentingan kepada BUM Desa. Para pengelola menggunakan laporan
keuangan untuk meningkatkan kinerja usaha. Para pemberi pinjaman (kredit)
menggunakan laporan keuangan untuk mengevaluasi kelayakan pembayaran
pinjaman. Pemilik modal, dalam hal ini pemerintah desa, menggunakan laporan
keuangan untuk memperkirakan pendapatan dan bagi hasil usaha Pendapatan Asli
Desa. Jika pengelola BUM Desa bermaksud memaksimalkan nilai usaha maka
pengelola harus dapat mengambil manfaat dari kekuatan dan secara simultan
memperbaiki kelemahan BUM Desa.
Analisis laporan keuangan dapat membantu:
a) dengan membandingkan kinerja terhadap BUM Desa lain pada bidang usaha
yang sama,
b) dengan mengevaluasi kecenderungan (trend) operasi BUM Desa sepanjang
waktu.
Adanya analisis laporan keuangan akan membantu pengelola BUM Desa dalam
mengidentifikasikan kekurangan dan kemudian mengambil tindakan untuk
meningkatkan kinerja BUM Desa. Secara umum tujuan analisis laporan keuangan
yang dilakukan antara lain :
1. Untuk mengetahui posisi keuangan dalam satu periode tertentu, baik harta,
kewajiban, modal maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa
periode.
2. Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.
3. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke
depan yang berkaitan dengan posisi keuangan saat ini.
4. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu
penyegaran atau tidak karena dianggap berhasil atau gagal.
5. Dapat menjadi pembanding dengan BUM Desa atau perusahaan sejenis
tentang hasil yang mereka capai.
Analisis laporan keuangan BUM Desa akan memberikan gambaran seberapa
baik kondisi usaha yang dijalankan oleh BUM Desa. Alat analisis yang dapat
138
membantu dalam mengevaluasi kondisi dan kinerja BUM Desa adalah Analisis
Rasio Keuangan. Analisis rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja
keuangan BUM Desa antara lain:
1. Rasio Likuiditas
2. Rasio Solvabiltas
3. Rasio Aktivitas
4. Rasio Profitabilitas

1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk menggambarkan
kemampuan untuk membayar kembali utang jangka pendek. Jenis rasio likuiditas
yang digunakan diantaranya adalah:
Rasio Lancar
Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan BUM Desa
dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh
tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Rumus rasio lancar digunakan
sebagai berikut :
aktiva lancar
Rasio Lancar = utang lancar
Aktiva lancar (harta/aset) terdiri dari kas, bank, piutang, dan persediaan.
Sedangkan Utang lancar terdiri dari utang jangka pendek (di bawah 1 tahun)
atau utang usaha/dagang, utang jangka panjang yang akan jatuh tempo,
utang pajak, utang gaji atau lainnya. Misalnya BUM Desa memiliki kas Rp
850.000, piutang Rp3.000.000, dan persediaan Rp 6.150.000. Sedangkan
utang lancar sebesar Rp 3.100.000.
aktiva lancar
Rasio Lancar = utang lancar
Rp 10.000.000
= Rp 3.100.000
= 3,2 kali
Angka rasio sebesar 3,2 kali menunjukkan bahwa BUM Desa ini memiliki
aktiva lancar yang mampu menutup kewajiban/utang lancar sebesar 3,2 kali.
139
Semakin tinggi rasio ini semakin baik, karena semakin besar kemampuan
aktiva lancar untuk menutup kewajiban lancar.
2. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas merupakan ratio yang digunakan untuk mengukur sejauh
mana aktiva (harta/aset) BUM Desa dibiayai dengan utang. Rasio solvabiltas
yang digunakan diantaranya adalah ;

Rasio Utang
Rasio utang terhadap total aktiva menggunakan rumus sebagai berikut :
total utang
x100%
Rasio Utang terhadap Total Aktiva = total aktiva
Misalnya BUM Desa dalam Laporan Neraca memiliki total asset sebesar Rp
20.000.000 dan total hutang sebesar Rp 10.640.000, maka rasio utang terhadap
total aktiva BUM Desa tersebut dapat dihitung, sebagai berikut :
total utang
x100%
Rasio Hutang terhadap Total Aktiva = total aktiva
Rp 10.640.000
x100%
= Rp 20.000.000

= 53,2%
Angka rasio itu menunjukkan bahwa harta/aset BUM Desa didanai dengan
utang/pinjaman sebesar 53,2%. Semakin tinggi rasio ini maka risiko keuangan
BUM Desa semakin besar.

3. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi
pemanfaatan sumber daya (penjualan, persediaan, penagihan utang dan
sebagianya) atau rasio untuk menilai kemampuan BUM Desa dalam
melaksanakan aktivitas sehari-hari. Rasio aktivitas yang digunakan diantara nya
adalah:

140
Rasio Perputaran Aktiva
Rasio perputaran aktiva merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
semua aktiva BUM Desa dan berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap-
tiap rupiah aktiva yang digunakan.
penjualan
Rumus rasio perputaran aktiva = total aktiva
Misalnya sebuah BUM Desa memiliki data laporan Laba/Rugi di mana penjualan
setahun sebesar Rp 30.000.000 dan di Laporan Neraca tercatat total aktiva
sebesar Rp 20.000.000, maka rasio total asset dapat dihitung, sebagai berikut :
penjualan
Rasio Total Asset = total aktiva
= 30.000.000/20.000.000
= 1,5 kali
Angka rasio ini menunjukkan bahwa total aset tetap BUM Desa 1,5 kali lebih
efektif dimanfaatkan untuk menghasilkan penjualan. Semakin tinggi nilai rasio
ini menunjukkan semakin efektifnya aset tetap dimanfaatkan untuk
menghasilkan penjualan.
4. Rasio Profitabilitas
Perhitungan rasio ini memberikan petunjuk bagaimana efektivitas operasi
BUM Desa. Rasio profitabilitas diantaranya adalah:
Keuntungan dari Modal (ROE/Return on Equity)
Hasil atau tingkat keuntungan dari modal menunjukkan kemampuan dari
modal yang dimiliki oleh BUM Desa untuk menghasilkan laba bersih. Rasio ini
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Laba setelah Bunga dan Pajak
x100%
ROE = Modal

Misalnya, sebuah BUM Desa dalam laporan laba/rugi membukukan laba bersih
sebesar Rp 1.135.000 dan dari Neraca perusahaan menggunkan modal sebesar
Rp 8.960.000, maka tingkat keuntungan dari modal BUM Desa adalah;
Rp 1.135.000
x100%
ROE = Rp 8.960.000

= 12,7 %

141
Angka rasio ini menunjukkan bahwa kemampuan modal BUM Desa untuk
menghasilkan laba bersih sebesar 12,7%. Semakin besar nilai rasio ini semakin
baik kondisi BUM Desa. Pemerintah desa sangat berkepentingan terhadap rasio
ini karena dapat mengetahui bahwa modal yang telah diserahkan oleh
pemerintah desa mampu menghasilkan laba bersih yang cukup tinggi.

2. Analisa Kinerja Kelembagaan BUM Desa


Untuk melihat kinerja sebuah BUM Desa, maka jangan lupa pada tujuan akhir
pendirian BUM Desa. Tujuan akhir pendirian BUM Desa adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan warga desa. Mendapatkan profit atau keuntungan
adalah penting, tetapi bukan segala-galanya. Mendapatkan keuntungan penting
untuk menjaga kelangsungan usaha BUM Desa, supaya BUM Desa bisa menjadi
mandiri dan selanjutnya berkontribusi bagi Pemerintah Desa lewat PADesa dan
berkontribusi bagi masyarakat lewat bantuan sosial dan pelibatan masyarakat
dalam proses bisnis. Kinerja BUM Desa dapat diukur dari berbagai hal,
diantaranya adalah:
1. Jumlah penjualan (omzet)
Jumlah penjualan adalah ukuran yang mewakili unsur penciptaan nilai tambah
oleh BUM Desa. Semakin tinggi omzet yang dicapai menunjukkan kinerja BUM
Desa baik.
2. Jumlah karyawan
Jumlah karyawan memberikan gambaran kapasitas atau ukuran usaha BUM
Desa. Semakin banyak jumlah karyawan menunjukkan kapasitas usaha yang
besar dari suatu BUM Desa.
3. Sumbangan ke PADesa
Sumbangan ke PADesa (Pendapatan asli desa) adalah ukuran yang
menunjukkan peran BUM Desa sebagai bagian dari strategi untuk meningkatkan
PADesa. Semakin besar kontribusi terhadap PADesa menunjukkan baiknya
kinerja suatu BUM Desa.
4. Bantuan sosial dan pelayanan kebutuhan masyarakat
Bantuan sosial dan pelayanan kebutuhan masyarakat mewakili peran sosial
BUM Desa untuk memberi dampak langsung kepada masyarakat. Semakin
142
besar kontribusi bantuan sosial dan semaiki optimal pelayanan kebutuhan
masyarakat yang dilakukan menunjukkan baiknya kinerja suatu BUM Desa.
5. Sudut pandang (perspektif)
Ukuran yang lebih komprehensif untuk mengukur kinerja BUM Desa dapat dilihat
dari beberapa sudut pandang. Semakin tinggi nilai yang dicapai dari setiap sudut
pandang itu menunjukkan kinerja yang baik dari suatu BUM Desa. Sudut
pandang yang dapat dilihat untuk menilai kinerja BUM Desa adalah seperti
digambarkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 11. Indikator Sudut Pandang


Sudut
No. Pandang Indikator Satuan
1. Keuangan Pendapatan Rp.
Surplus kas masuk dan keluar Rp.
2. Pelanggan Penambahan Pelanggan Baru Orang
Tingkat Kembali Pelanggan %
Tingkat Kepuasan Pelanggan %
3. Pemdes Sumbangan PADes Rp.
Jumah pajak yang dibayar Rp.
4. Masyarakat Bantuan Sosial Rp.
Penyerapan Tenaga Kerja Orang
Pembelian Bahan dari Warga Rp.
5. Operasional Kualitas Produk Baik/kurang
Ketepatan Waktu Tepat/tidak
6. Pembelajaran Jumlah pelatihan internal Kali
Tingkat kepuasan karyawan %
Jumlahnya
7. Lingkungan Laporan Kerusakan Lingkungan

143
Rujukan belajar :
carilah Url dengan kata kunci; usaha sosial, usaha profit,
analisis laporan keuangan, indicator keberhasilan bumdes.

No Tautan Isi / konten

1 Gunakan tautan TIDAK langsung Isi : Artikel terkait


berikut dengan gawai Anda. akuntansi

https://slideshare.net
https://www.cermati.com
https://zahiraccounting.com

Buku Referensi :
- Kasmir.2017.Analisis Laporan Keuangan.Rajagrafindo Persada Jakarta
- Suryanto, R. 2018. Peta Jalan BUMDES Sukses. Syncore Indonesia.

144

Anda mungkin juga menyukai