Anda di halaman 1dari 22

Gerakan Gontor Dalam Persatuan Umat:

Kajian terhadap Ikatan Keluarga Darussalam Gontor

Shinta Puspitasari

Universitas Darussalam Gontor

shintapuspitasari66@student.saa.unida.gontor.ac.id

Oktafiyani Yulaikha

Universitas Darussalam Gontor

oktafiyaniyulaikha29@student.saa.unida.gontor.ac.id

Himmah Nabilah Syifa

Universitas Darussalam Gontor

himmahnabilahsyifa84@student.saa.unida.gontor.ac.id

Olivia Afkarina

Universitas Darussalam Gontor

oliviaafkarina46@student.saa.unida.gontor.ac.id

Amila Khohan

Universitas Darussalam Gontor

amilakhohan40@student.saa.unida.gontor.ac.id

Trya Nanda Karima


Universitas Darussalam Gontor

tryanandakarima49@student.saa.unida.gontor.ac.id

Najwa Amalia

Universitas Darussalam Gontor

najwaamalia40@student.saa.unida.gontor.ac.id

Dwi Nisfi Aprilia

Universitas Darussalam Gontor

Dwinisfiaprilia67@student.saa.unida.gontor.ac.id

Sufratman, S.Ag., M.Ag.

Universitas Darussalam Gontor

sufratman@unida.gontor.ac.id
Abstrak : Gontor merupakan Lembaga pendidikan yang sudah teruji hasil pendidikannya oleh
berbagai Lembaga pendidikan lain di dalam maupun luar negeri. Gontor dalam mewujudkan
tujuannya melaksanakan Amanah Pendiri yang telah mewakafkan pondok kepada umat islam
secara umum melancarkan berbagai inovasi-inovasi baru yang tidak lari dari niat awal
didirikannya pondok. Kemasyarakatan yang menjadi salah satu tujuan utama Gontor berdiri,
yakni agar alumni-alumni Gontor mampu menjadi mundirul kaum di Tengah- Tengah
Masyarakat. Gontor berdiri di atas dan untuk semua golongan yang menjadi prinsip awal
pendidikan Gontor, ditujukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan Gontor yakni,
kemasyarakatan. Gontor ada untuk menyatukan umat dari perbedaan yang ada. Gontor
bergerak di dalam dan luar pondok, di dalam bergerak dalam mendidik santri, di luar pondok,
Gontor Bersatu dengan alumni-alumni dalam membina Masyarakat, yakni dengan didirikannya
IKPM, Ikatan Keluarga Pondok Modern. Organisasi ini menjadi pendukung kemajuan Gontor
dalam menjalankan Amanah pendiri dan juga Masyarakat. Dalam era modernis ini Gontor
harus berhadapan dengan berbagai kemajuan yang banyak merasuk di diri Masyarakat.

Kata Kunci : Gontor, Kemasyarakatan, IKPM, Alumni.

Abstract : Gontor is an educational institution whose educational results have been tested by
various other educational institutions at home and abroad. Gontor in realizing his goal of
carrying out the Founder's Trust which has donated the pondok to Muslims in general launched
various new innovations that did not run away from the original intention of establishing the
pondok. One of the main objectives of Gontor's establishment of community is so that Gontor
alumni are able to become the back of the community in the midst of society. Gontor stands
above and for all groups which are the initial principles of Gontor's education, aimed at
realizing Gontor's educational goals, namely, society. Gontor exists to unite people from the
differences that exist. Gontor is engaged inside and outside the boarding school, inside and
outside the boarding school engaged in educating students, outside the boarding school, Gontor
Unites with alumni in fostering the Community, namely by establishing the IKPM, the Modern
Pondok Family Association. This organization is a supporter of Gontor's progress in carrying
out the mandate of the founders and also the community. In this modernist era, Gontor has to
deal with various advances that have penetrated the community.

Key Words : Gontor, Society, IKPM, Alumni

A. Pendahuluan

Dalam sejarahnya, Pondok Modern Darussalam Gontor memiliki hubungan erat dengan
Pondok Tegalsari. Pondok tradisional yang melahirkan ulama-ulama besar dan pejuang-pejuang
kemerdekaan RI. Sebagai contoh, Paku Buana II penguasa Kerajaan Kartasura dan H.O.S
Cokroaminoto. Pondok Tegalsari inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Pondok Modern
Darussalam Gontor. Nenek moyang Trimurti adalah salah satu santri dari pondok Tegalsari,
yang saat itu diberikan Amanah oleh Kyai Tegalsari untuk mendirikan pondok di daerah dimana
Gontor berdiri saat ini.
Pondok Modern Darussalam Gontor, merupakan pondok wakaf yang didirikan oleh tiga
bersaudara dengan dorongan tekad kuat dari ibu Nyai Pondok Gontor lama. Gontor diwakafkan
pada 28 Rabiul Awwal 1378 bertepatan dengan 12 Oktober 1958 kepada seluruh umat islam. 1
Gontor lama yang saat itu sepi santri direkonstruksi oleh tiga bersaudara ini. Dengan bekal ilmu
pengetahuan yang didapat dari berbagai aliansi pendidikan, berdirilah Gontor baru. Pondok
yang sampai sekarang masih eksis dengan tetap mempertahankan prinsip awal berdirinya
pondok.

Pondok modern Darussalam Gontor telah berdiri lebih dari 90 tahun, dengan
pengalaman jatuh bangunnya telah menyumbangkan dan memberikan kontribusinya untuk
kemajuan masyarakat. Berbagai peristiwa yang terjadi sejak berdirinya hingga saat ini
mempengaruhi terbentuknya berbagai nilai yang menjiwainya. Nilai-nilai inilah yang hingga
saat ini menjadi dasar berdiri dan kokohnya Pondok Modern Darussalam Gontor. Diantaranya,
panca jiwa, panca jangka, dan berbagai falsafah pondok yang menyelimuti setiap pergerakan
pondok modern.2

Kehidupan Pondok Modern Darussalam Gontor dijiwai oleh berbagai jiwa yang
terangkum dalam panca jiwa pondok modern, jiwa keikhlasan, jiwa kesederhanaan, jiwa
berdikari, jiwa ukhuwah Islamiyah, dan jiwa kebebasan. 3 Masing-masing jiwa ini terbentuk
dengan pengalaman pendiri dalam perjuangan pendirian pondok modern. Pengorbanan Trimurti
pendiri pondok dalam memperjuangkan pondok pesantren di kalangan masyarakat yang jauh
dari kemajuan intelektual, baik agama ataupun umum telah mempengaruhi arah dan tujuan
pendidikan Gontor dari dulu hingga saat ini.

Pada dasarnya pondok adalah Lembaga pendidikan islam, yang tentunya bergerak pada
bidang pendidikan dan pengajaran. Gontor dengan segala keunikannya memiliki kurikulum
pendidikan selama 24 jam. Sehingga segala sesuatu yang terjadi di Gontor merupakan
kurikulum pendidikan. Lingkungan Gontor sengaja dibuat untuk kepentingan pendidikan, segala
kegiatan dilaksanakan guna pendidikan santri. Gontor tidak hanya terfokus pada pengajaran di
kelas saja, namun pada pendidikan akhlak dan jiwa santri-santrinya. Itulahyang menjadi dasar
dari pembentukan kader-kader umat. Fokus pada pembentukan mental dan akhlak yang siap
menjadi kader-kader pejuang bangsa.

Pendidikan Gontor bukan hanya dengan pidato-pidato (nasihat) saja, melainkan dengan
metode uswatun hasanah, sehingga membentuk lingkungan yang penuh dengan suasana
ibadah.4 Setiap orang di dalamnya dituntut untuk melakukan kebaikan, guru, sebagai sesosok
yang memiliki dedikasi tinggi, selalu mencontohkan perilaku dan tindak tanduk yang
mendukung pendidikan santri. Suasana penuh dengan keikhlasan juga tercermin jelas di Gontor,
santri Ikhlas belajar dan guru Ikhlas mengajar. Pendidikan Gontor lebih menekankan pada
pendidikan mental santri-santrinya. Manusia yang memiliki jiwa besar tentu ia dapat menguasi
1
Staf Sekretariat Pondok Gontor, Serba-Serbi Pondok Modern Gontor Pekan Perkenalan Tingkat II
(Ponorogo: Darussalam Press, 1997). Hlm 79
2
Imam Zarkasyi, Pekan Perkenalan Pondok Modern Darussalam Gontor, Diktat Kuliah Umum
dalam Perkenalan PMDG (Ponorogo: Darussalam Press, 1939). Hlm 11
3
Ibid. hlm 15
4
Staf Sekretariat Pondok Gontor, Serba-Serbi Pondok Modern Gontor Pekan Perkenalan Tingkat II.
Hlm 25
hal-hal yang ada di sekitarnya dengan mudah, terutama dalam hal akademisi. Fokus awal
Gontor adalah pada pendidikan jiwa dan mental santri.

Setidaknya terdapat empat arah dan tujuan pendidikan di Pondok Modern,


kemasyarakatan, hidup sederhana, tidak berpartai, dan tujuan yang paling utama adalah ibadah
talabu-l- ‘ilmi, bukan untuk menjadi pegawai.5 Salah satu keunikan Gontor disamping kemajuan
pendidikan Bahasa Arab dan Inggrisnya adalah pendidikan kehidupannya. Pendidikan
kemasyarakatan dibekalkan kepada santri untuk kembali ke masyarakat, dengan garis besar,
tidak terlalu mementingkan apa yang harus dipelajari di Perguruan Tinggi, tetapi agar santri
selalu mengingat apa yang akan ditemui dalam masyarakat nanti.

Gontor tidak melarang santri-santrinya untuk melanjutkan studi hingga perguruan


tinggi, tetapi selalu mendengungkan bahwa santri adalah untuk masyarakat sehingga
kepentingan pendidikan itu harus ditujukan untuk masyarakat. Jangan sampai seakan-akan
menjauhi masyarakat. Hingga hari ini sudah banyak tercatat dan tertulis oleh Sejarah, alumni-
alumni yang menjadi petinggi-petinggi negara. Sebagai contoh, Dr. H. Muhammad Hidayat Nur
Wahid, Lc., M.A. ketua MPR RI periode 2014-2019 dan 2019-2024, beliau merupakan Ketua
MPR RI dan juga salah satu anggota badan wakaf PMDG. Contoh lainnya adalah K.H
Muhammad Sirajuddin Syamsuddin, M.A., Ph.D, beliau adalah mantan ketua Organisasi Islam
Muhammadiyah periode 2005-2010 dan 2010-2015. Dengan ini jelas sudah, Gontor memiliki
peran penting dengan lingkungan Masyarakat islam secara khususnya.

Hidup berjajar dengan beragam perbedaan di kamar-kamar, kelas-kelas, syu’bah-


syu’bah merupakan salah satu cara Gontor untuk menyatukan perbedaan di antara santri.
Perlombaan, penampilan, acara-acara talent merupakan sedikit dari kegiatan yang dilaksanakan
untuk menyatukan perbedaan suku, daerah, dan budaya. Hal ini terjadi karena Gontor berpegang
pada satu prinsip yang sejak awal pondok berdiri hingga kini tidak berubah sedikit pun, yakni
prinsip bahwa Gontor berdiri di atas dan untuk semua golongan. 6 Gontor diisi oleh santri dari
berbagai golongan islam, tetapi Gontor tetap tidak goyah dengan prinsipnya, tidak mengikuti
kelompok A ataupun kelompok B.

Gontor berdiri di atas dan untuk semua golongan. Bukan hanya tulisan tanpa makna,
namun terdapat makna yang lebih dari itu. Gontor dengan salah satu arah dan tujuannya yakni
kemasyarakatan, dilaksanakan dengan penyatuan umat dalam segala perbedaan, budaya, suku,
daerah, dan organisasi Masyarakat. Alumni-alumni Gontor dituntut untuk bisa menjadi
penengah, pemimpin, mundir di setiap ranah. Membina peradaban, membina Masyarakat,
menjadi Khairu-l-ummah. Nilai-nilai Gontor adalah nilai-nilai islam. Semboyan Gontor dalam
mendidik, agar santri berpikiran bebas, perekat umat, di atas dan untuk semua golongan. 7

Karena alumni-alumni Gontor tersebar luas dari Sabang sampai Merauke bahkan
banyak juga alumni Gontor yang tersebar luas ke luar negeri, maka dari itu dibentuklah sebuah
organisasi yang bisa menyatukan seluruh alumni yang menyebar luas, yaitu IKPM, Ikatan
5
Zarkasyi, Pekan Perkenalan Pondok Modern Darussalam Gontor, Diktat Kuliah Umum dalam
Perkenalan PMDG. Hlm 15
6
Ibid. hlm 19
7
Ibid. hlm 19
Keluarga Pondok Modern. IKPM diharapkan akan menjadi kunci pemersatu alumni untuk
bersama mewujudkan tujuan Gontor sebagai mundirul kaum. IKPM ini jugalah yang menjadi
pendukung kokohnya Pondok Modern Darussalam Gontor di kaca nasional maupun
internasional.

A. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sejarah Ikatan Keluarga Pondok Modern

Alumni Pondok Modern Darussalam Gontor tak hanya berada di Indonesia namun juga
berada di lima benua di seluruh dunia, beberapa dari mereka adalah kader PMDG yang
melanjutkan studi ke jenjang Strata 1 hingga Doktoral di berbagai universitas dunia 8. Selain itu
ada juga alumni yang menjadi diplomat di KBRI wiraswasta, lokal staf, pengurus PPI dunia dan
lain sebagainya. Dengan ini alumni Gontor membentuk sebuah organisasi yang dapat
menghimpun penyebaran alumninya di seluruh dunia yang disebut dengan Ikatan Keluarga
Pondok Modern (IKPM).9

Trimurti yang merupakan pendiri PMDG membentuk organisasi dua tahun setelah
Gontor mengalami dua peristiwa duka. Pertama, penyerangan PKI Musso yang hampir saja
menewaskan KH Ahmad Sahal dan KH Imam Zarkasyi. Kedua, agresi militer Belanda yang
kedua. Beberapa bulan setelah agresi Belanda usai, Gontor hidup dalam keadaan susah. namun
semangat untuk menghidupkan dan mengembangkan pesantren tetap saja menggelora. Pak
Sahal memotivasi para santri agar tetap belajar dan bersikap optimis dalam mendakwahkan
Islam. Pak Zar saat itu sedang dalam penyusunan sejumlah buku bersama kakaknya, K.H
Zainuddin Fanani yang kemudian buku itu dijual di Toko Buku Paneleh di Surabaya. Alhasil
keuntungan jualannya digunakan untuk biaya dan bekal perjalanan menghadiri sebuah kongres
Muslim di Yogyakarta.

Pada tahun 1949, Kongres Islam Indonesia diadakan di Yogyakarta. K.H Imam Zarkasyi
juga hadir dalam kesempatan ini. Dia berangkat dengan kapal uap, melewati Surabaya untuk
keselamatan. Beliau pergi dengan Mukari dan bertemu dengan 6 peserta lain dari Kalimantan
yang dipimpin oleh H. Idham Cholid, mantan mahasiswa Gontor. Saat Muktamar Islam digelar,
banyak sesepuh Gontor yang menjadi wakil daerah dan organisasi. Dalam reuni ini terjalin
hubungan kekeluargaan yang sangat erat dan hubungan guru-murid yang sangat erat, apalagi
banyak alumni Pondok Modern yang sudah lama tidak bertemu. Suasana menjadi semakin
akrab. Pak Zar merasakan kebanggaan menyaksikan alumni-alumni banyak berkiprah dan
memberikan banyak manfaat untuk umat, walaupun usia KMI ketika itu baru 13 tahun.

Sebelum berakhirnya Muktamar Islam Indonesia I, para alumni yang hadir bersepakat
untuk mengadakan pertemuan guna membahas pembentukan organisasi kekeluargaan bagi
seluruh alumni. Akhirnya pertemuan di rumah salah satu alumni Gontor yang bernama Pak
Dukhan di Ngasem Yogyakarta berhasil mendirikan organisasi alumni yang diberi nama Ikatan

8
Tim Penulis Wardun, Warta Dunia Pondok Modern Darussalam Gontor, vol. 75 (Ponorogo:
Darussalam Press, 1443). Hlm 65
9
Ibid. hlm 61
Keluarga Pondok Modern (IKPM) pada tanggal 17 Desember 1949 dan selanjutnya didirikan
pada tahun 1951, dengan tujuan agar hubungan batin alumni dengan pondok akan selalu terjaga.

Menyusul berdirinya IKPM, AD/ART disusun dan selanjutnya disahkan pada Kongres
IKPM I atau Musyawarah IKPM di Pondok Modern Gontor, 31 Oktober 1951, bertepatan
dengan peringatan seperempat abad berdirinya Pondok Modern Darussalam Gontor, yang
berlangsung dari 27 Oktober hingga 4 November 1951.10 Dalam perayaan tersebut, IKPM
mendapat tugas yang sangat berat, karena pada saat itu pendiri Pondok Modern, K.H Ahmad
Sahal dalam sambutannya mengungkapkan bahwa sejak saat itu Pondok Modern bukan lagi
milik para pendirinya melainkan wakaf bagi umat Islam dan tanggung jawab atas kemajuan dan
kegagalannya dibebankan kepada para alumninya. Pada Perayaan tersebut juga diresmikan
Kantor Pusat IKPM sesuai pilihan IKPM I atau Kongres IKPM Mubes I dengan susunan
sebagai berikut :

Susunan Pengurus setelah Kongres Pertama tersebut mengalami perubahan setelah


diselenggarakannya Rapat Umum Pemegang Saham Kedua pada tanggal 14 Oktober 1958,
bertepatan dengan perayaan Empat Windu Pondok Modern yang diselenggarakan pada tanggal
11-17 Oktober 1958. Sebagai realisasi ungkapan pendiri Pondok Modern pada peringatan
seperempat abad serah terima Pondok Modern dari harta keluarga kepada seluruh umat Islam.
Maka pada tanggal 12 Oktober 1958, Pondok Modern diserahkan kepada umat Islam dan

10
“Sejarah”, PPIKPM Gontor, https://ppikpm.gontor.ac.id/sejarah/, accessed 22 Aug 2023.
diserahkan kepada IKPM yang diwakili oleh 15 orang sesepuh dalam bentuk badan yang
dikenal dengan nama “Dewan Wakaf Pondok Modern”.11

Tugas IKPM-IKPM cabang ialah untuk membantu serta melancarkan segala urusan
yang berhubungan dengan pondok, tidak terkecuali urusan guru dan santri di PMDG. Dalam
IKPM Gontor terdapat visi dan misi antara lain: Visi IKPM Gontor, ialah menjadi organisasi
kekeluargaan alumni Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) yang profesional,
mengedepankan Ukhuwah Islamiyah yang sesuai dengan nilai, ajaran dan falsafah hidup
PMDG. Sedangkan misi IKPM Gontor ialah membantu Pimpinan PMDG dalam mengawal
alumni, mempererat kekeluargaan dan membina persatuan umat. 12

Tujuan IKPM Gontor sendiri ialah mempererat kekeluargaan dan membina persatuan
umat, mempertinggi budi pekerti dan kecerdasan para anggota dalam rangka pengabdian kepada
agama, bangsa, dan negara, mengusahakan kesejahteraan anggota., turut serta bertanggung
jawab atas kelangsungan hidup Pondok Modern Gontor dalam rangka mencapai cita-cita
menjunjung tinggi agama Islam sesuai dengan Piagam Penyerahan Wakaf Pondok Modern
Gontor pada tanggal 28 Rabiul Awal 1378 yang bertepatan dengan 12 Oktober 1958. 13

Sejak 2022, ada beberapa organisasi yang diresmikan sebagai penopang kegiatan
IKPM, seperti Forum Pesantren Alumni Gontor (FPAG), Forum Bisnis (Forbis) IKPM, dan
Forum Mubaligh Alumni (FMA). Jika Forbis IKPM terlibat di bidang ekonomi dan bisnis, maka
FPAG dan FMA merupakan forum yang bertugas di bidang dakwah dan pendidikan. Saat ini PP
IKPM dipimpin oleh H Noor Syahid yang didampingi oleh H Rif’at Husnul Ma’afi dan H
Saepul Anwar. Dan yang menjadi Sekretaris PP IKPM diisi oleh Fawwaz Ahmad Zarkasyi.
Sementara Bendahara dipimpin oleh H Imam Iskarom. 14

IKPM merupakan salah satu organisasi yang berada dibawah naungan Pimpinan
Pondok. Organisasi yang merupakan akronim dari Ikatan keluarga Pondok Modern menaungi
alumni Pondok Modern secara keseluruhan, baik di dalam maupun luar negeri. Hingga kini,
tercatat lebih dari 100 cabang IKPM dalam dan luar negeri di lima benua seluruh dunia.

Sejak berdirinya Gontor hingga Gontor yang semakin eksis hingga terus perkembang
dan tumbuh diakibatkan penanaman nilai serta ide-ide Trimurti berakar melalui sistem panca
jiwa, moto pondok, panca jangka, arah dan tujan pondok yang selalu digaungkan demi
melestarikan dan memperluas pemahaman cara hidup dan makna kehidupan masyarakat yang
berdasar pada syariat Islam.

Arah dan tujuan dimana dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajarannya agar tidak
salah arah dan masih berjalan di atas relnya15, dimana tujuan dan arah meliputi:
11
Ibid.
12
Rusdiono Mukri, “IKPM Wadah Inspirasi Alumni Gontor”, Gontornews (4 Feb 2023),
https://gontornews.com/ikpm-wadah-inspirasi-alumni-gontor/, accessed 22 Aug 2023.
13
Ibid.
14
Ibid.
15
Zarkasyi, Pekan Perkenalan Pondok Modern Darussalam Gontor, Diktat Kuliah Umum dalam
Perkenalan PMDG. Hlm 15
1. Pendidikan Kemasyarakatan
2. Kesederhanaan
3. Tidak berpartai
4. Menuntut ilmu karena Allah

Salah satu orientasi dari arah dan tujuan dalam Pondok Modern Darussalam Gonotr
adalah Kemasyarakatan yakni bukti dari tujuan yang ingin dicapai, agar santri dan lulusan
Gontor setelah mengenyam berbagai pendidikan, akan keluar menjadi mundzirul qaum dan
perekat umat ditengah-tengah zaman penurunan akhlaq dan moral sekarang ini. Oleh sebab itu,
perlu adanya pola pendidikan yang diatur sedemikian rupa dalam suatu tempat yang terrganisir
secara disiplin dengan sistem rapi dan terukur agar santri menjadi produk yang unggul di
masyarakat.

Berpegang pada ajaran kemasyarakatan yang tertulis di diktat Pekan Perkenalan


di Pondok Modern Gontor” yakni:

“Segala apa yang sekira dialami oleh anak kita di masyarakat. Itulah yang dididik
oleh Pondok Modern Gontor kepada mereka”

Seluruh kegiatan, kurikulum yang nilai, jiwa, ruh perjuangan berkerja dan bersinergi
untuk kembali kepada masyarakat, dan apapun yang santri dapatkan dari apa yang mereka lihat,
dengar, dan rasakan semuanya sebagai bekal mereka terjun ke masyarakat dan tidak terlalu
kaku, tetapi diharapkan dapat masuk dalam kehidupan bermasyarakat seperti ikan masuk ke
dalam kolam dan dapat bergaul dan bersosialisasi dengan perbedaan dan keanekaragaman kultur
budaya. Agar tidak lupa juga mencerdaskan masyarakat meski sudah memiliki titel dan pangkat.

Kinerja yang tertata dengan sistem yang teratur dan tersusun dengan baik membutuhkan
kerja sama (ukhuwah islamiyyah) yang solid diantara bagian satu dengan lainnya yang pasti
akan ditemui dalam masyarakat. Ketidaksatuan visi dan misi serta kerancuan pondasi tujuan,
akan memperlambat bahkan menggagalkan kemajuan yang akan dilaksanakan.

Maka, dibutuhkan penugasan yakni dengan mengaplikasian ilmu yang mereka tangkap
dari pendidikan dengan diberi kesempatan dalam mengatur organiasasi yakni Organisasi Pelajar
Pondok Modern Gontor (OPPM) dan Koordinator Geraka Pramuka Pondok Modern yang
struktural, bermutu dan berarti yang berada dibawah naungan para guru. Memebentuk dan
melatih mental mereka dalam bersikap, bergaul, serta memberi sentuhan sibghah yang
berkarakter kuat dengan penuh disiplin, tanggungjawab, kebersamaan dan keharmonisan 16

Kemasyarakatan salah satu dari arah dan tujuan gontor yang akan menjadi pemandu
dalam mengaruhi kehidupan. Dalam penanaman karakter dasar, gontor memiliki pendidikan
akademik dan non-akademik (Keorganisasian, kepramukaan, bahasa, disiplin, olahraga,
keterampilan, kesenian). Gontor tidak mendidik untuk hanya mangatur diri akan tetapi kita
hidup untuk menjadi perekat umat yang akan memimpin dan membenarkan agama islam
dimanapun kaki mereka menginjak.
16
Sekretariat Gontor, “Tujuan Pendidikan dan Pengajaran Gontor”, Artikel 100 tahun Gontor.
Pesan kepada alumni dan santri jangan sampai seolah-olah menjauhi masyarakat,
padahal mereka sangatlah menantikan ilmu, pendidikan, bimbingan dan pengarahan, sehingga
mereka menilai nantinya sampai dimana mental, kinerja, dan kepribadian yang kita miliki. 17

Tujuan dalam pendidikan di masyarakat adalah menjadikannya memiliki peran di


masyarakat yakni mengadakan tabligh akbar, menerapkan amar ma’ruf dan nahi ma’ruf,
Menunjukkan sikap yang teladan di masyaraka, Menetapkan segala permasalahan sosial
berdasar pada Al-ur’an dan Sunnah, Sebagai solussi dari segala permasalahan kompleks, 18

Pendidikan dan pengajaran yang ada di dalam Gontor telah disesuaikan dengan tujuan
Gontor untuk menjadikan santri-santrinya sebagai mundirul kaum, maka tentu pendidikan
Gontor adalah pendidikan kehidupan bermasyarakat. Alumni-alumni akan terjun setelah tamat
sekolah dan pengabdian di pondok, mereka inilah yang telah dibebani untuk mengaplikasikan
pendidikan yang telah didapat di bangku sekolahnya ketika di Gontor. Gontor akan membina
Masyarakat di berbagai tingkat, berbagai keadaan, berbagai ranah, dan di berbagai negara
dengan prinsip-prinsip islam.

Gontor Berdiri di atas dan untuk Semua Golongan

Indonesia merupakan negara demokrasi, di Indonesia tersebar banyak sekali golongan


atau organisasi Masyarakat baik dalam ranah agama, budaya, suku, maupun politik. Karena
Indonesia merupakan negara demokrasi yang mengataskan suara rakyat di atas segalanya, maka
rakyat berhak memilih golongan yang mereka inginkan dalam hidup bermasyarakat. Hal ini
sesuai dengan Pancasila sila ke empat yang berbunyi “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”. Semua golongan atau organisasi
Masyarakat masih diperbolehkan keeksistensiannya di Indonesia selama tidak mengganggu dan
meruntuhkan keutuhan NKRI.

Gontor berdiri di atas dan untuk semua golongan, bukan diartikan sebagai Lembaga
yang tidak mempunyai prinsip, tidak mempunyai pegangan, tidak boleh berorganisasi, tidak
boleh berpartai. Prinsip ini keluar dari Trimurti pendiri Pondok modern yang sudah dibuktikan
kebenarannya dengan berbagai Sejarah.19 Gontor memperbolehkan santri-santrinya dan keluarga
yang ada di dalamnya untuk berpartai, berorganisasi, dan bergolongan. Tetapi Gontor tetaplah
Gontor. Walau di dalamnya banyak santri yang bergolongan NU, Gontor tidak akan menjadi
NU, walau di dalam Gontor banyak santri yang bergolongan Muhammadiyah, Gontor tetaplah
Gontor. Gontor berada di posisi pertengahan yang tidak memihak pada salah satu golongan
yang ada. Gontor addlah pondok wakaf yang telah diwakafkan kepada umat islam seluruhnya,
sehingga tidak bisa dimasukkan atau sempilkan di dalamnya suatu golongan khusus. Gontor
tetap eksis menjadi penengah di antara Masyarakat dengan kenetralannya.

17
Humas, Pendidikan Kemasyarakatan, Ajaran Khas Kemasyarakatan, 10 feb 2020, Artikel 100
tahun gontor web resmi, diambil jam 14:49 WIB tgl 22 agustus 2023.
18
Rusdiono Mukri, “Prototipe Kiai di Pesantren Modern”, Jurnal Dirosah Islamiyah, vol. 4 (2022).
Hlm 37
19
Rachmatullah Oky Raharjo, “Memahami Makna Gontor Berdiri di Atas dan Untuk Semua
Golongan”, Satu Media Net (Agustus 2023).
Gontor pada sejarahnya pernah ingin direbut dan diganti menjadi satu golongan. Dalam
peristiwa bersejarah yang sangat menyakitkan hati Trimurti pendiri pondok, yaitu Peristiwa 19
Maret, yang terjadi pada tahun1967.20 Pada saat itu memanglah perkembangan partai-partai di
Indonesia sedang mengalami pelejitan dan banyak terjadi persaingan yang sangatlah ketat untuk
mengambil sebanyak-banyaknya suara rakyat. Gontor tetaplah Gontor, tidak banyak yang
paham maksud dan tujuan dari prinsip yang ditetapkan oleh Trimurti pendiri pondok.

Dalam hal pemilihan partai, ormas, atau madzhab adalah bertujuan untuk menyamakan
semangat perjuangan. Ormas-ormas, madzhab, partai ini merupakan sabil atau jalan kecil yang
jumlahnya sangat banyak sekali tentunya di muka bumi ini. Kita semua diajarkan untuk
memohon petunjuk kepada Allah untuk ditunjukkan As-Shirot Al-Mustaqim atau jalan luas dan
Yang Ia Ridhai. Maka, dengan ini jelas, bahwa kita sebagai umat manusia yang tidak
mengetahui perkara yang Ghaib dianjurkan untuk tidak merasa paling benar, paling tahu, paling
tepat. Hakikatnya manusia tidak mengetahui manalah sabil yang terbaik.21

Peristiwa Sembilan belas Maret 1967 inilah yang menjadi dasar dilaksanakannya
Khutbatu-l-‘Arsy yang di dalamnya berisi khutbah pimpinan mengenai kepondokmodernan.
Segala hal tentang pondok modern di khutbahkan pada hari itu, berisi perkenalan, perpeloncoan
(memudakan kembali), dan dijelaskan pula jangka-jangka atau program-program yang akan
dilaksankan di satu tahun mendatang.22 Tujuannya adalah agar seluruh keluarga yang ada di
dalam pondok mengetahui apa dan siapa Pondok Modern Darussalam Gontor, agar santri tidak
salah faham dan salah tujuan masuk ke Pondok Gontor.

Garis besar Haluan pendidikan dan Pengajaran Gontor adalah untuk menjadikan santri-
santrinya sebagai mundiru-l-kaum yang siap kembali ke rumah-rumah, desa-desa, dan kota-kota
mereka setelah menyelesaikan pendidikan di Gontor dengan batas yang telah ditetapkan. Walau
santri Gontor memiliki perbedaan dalam hal golongan Masyarakat, tetapi Gontor telah
membekali santrinya dengan menyatukan persepsi tujuan, yakni sebagai mundirul kaum di
Tengah-tengah Masyarakat. Semboyan Gontor ada pada Qur’an Surat At-Taubah Ayat 122 yang
berbunyi :

‫َو َما َكانَ ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ لِيَ ْنفِرُوْ ا ك َۤافَّ ۗةً فَلَوْ اَل نَفَ َر ِم ْن ُك ِّل فِرْ قَ ٍة ِّم ْنهُ ْم طَ ۤا ِٕىفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوْ ا فِى ال ِّد ْي ِن َولِيُ ْن ِذرُوْ ا قَوْ َمهُ ْم ِا َذا َر َجع ُْٓوا اِلَ ْي ِه ْم‬
َ‫لَ َعلَّهُ ْم يَحْ َذرُوْ ن‬

Yang artinya

“Tidak sepatutnya orang-orang mukmin pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa
sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi (tinggal bersama Rasulullah) untuk

20
Staf Sekretariat Pondok Gontor, Serba-Serbi Pondok Modern Gontor Pekan Perkenalan Tingkat II.
21
Oky Raharjo, “Memahami Makna Gontor Berdiri di Atas dan Untuk Semua Golongan”.
22
Zarkasyi, Pekan Perkenalan Pondok Modern Darussalam Gontor, Diktat Kuliah Umum dalam
Perkenalan PMDG.
memperdalam pengetahuan agama mereka dan memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya.” (At-Taubah: 122)

Ayat ini merupakan landasan dasar jihad dan menuntut ilmu yang Gontor
junjung sampai hari ini. Gontor memeberikan bekal kepada santri-santrinya berupa ilmu
pengetahuan agama dan umum. Tak hanya itu, dari berbagai bekal yang telah diberikan yang
terpenting adalah bekal mental yang ditanamkan sejak awal berdirinya pondok hingga hari ini.
Target utama yang Gontor tembakan adalah pendidikan pada mental santri-santrinya, sehingga
diharapkan mental kuat dan tangguh itu dapat menjadi bekal perjuangan kelak ketika berkiprah
di masyarakat. Pendidikan mental sejak dahulu diutamakan dan dikhususkan di Pondok Modern
Gontor. Sehingga kekurangan pada beberapa perbekalan lain bisa dilengkapi dengan bekal
utamanya, yakni mental yang tangguh. Manusia yang bermental tangguh tentunya akan bisa
bertahan dalam berbagai kondisi yang tidak menentu tentunya. Inilah harapan Gontor kepada
santri-santrinya, untuk tahu dan paham target utama pendidikannya adalah pendidikan mental. 23

Kiprah Alumni Gontor

Alumni-alumni Gontor sudah memberikan banyak kontribusinya dalam berbagai


organisasi Masyarakat, baik nasional, maupun internasional, organisasi agama islam, maupun
organisasi politik Indonesia. Seluruh ranah sudah dijadikan jajakan alumni-alumni Gontor. Hal
ini menjadi bukti bahwa pendidikan Gontor mampu mendidik santrinya menjadi pemimpin-
pemimpin masyarakat. Alumni Gontor yang tercatat menjadi pemuka Masyarakat adalah dua
orang Menteri agama Indonesia, yaitu Ustadz Maftuh Basyuni dan Lukman Hakim Saifuddin. 24
Pernah pada satu kesempatan pula, tanpa adanya kesengajaan pula, kedua Ormas Islam terbesar
di Indonesia, yakni Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah diketuai oleh alumni Gontor, yang
sering kita dengar Namanya yakni Ustadz Idam Chalid dan juga ustadz Din Syamsuddin.

Berikut kami cantumkan beberapa alumni yang telah memberikan kontribusinya di


Tengah-tengah Masyarakat. Dengan berbagai kontribusinya, alumni-alumni ini mampu melesat
sampai dunia internasional. Tidak salah lagi, ilmu-ilmu yang mampu mereka salurkan adalah
hasil dari pendidikan dan pengajaran yang pernah mereka dapatkan di Gontor. Diantara alumni-
alumni Gontor adalah yang telah berkiprah luas di Masyarakat adalah sebagai berikut:

1. KH. Ahmad Hasyim Muzadi25 (Ketua Nahdatul Ulama)

Adalah seorang tokoh Islam Indonesia dan mantan Ketua Umum Pengurus Besar
Nahdatul Ulama masa khidmat 2000-2010 dan juga sebagai anggota Dewan Pertimabngan
Presiden sejak 19 januari 2015. Ia juga pernah menjadi pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam
di Malang, Jawa Timur, sebelumnya dia sempat mengeyam Pendidikan di Pondok Modern
Darussalam Gontor (1956-1962). Muzadi menempuh jalur Pendidikan dasarnya di Madrasah

23
Staf Sekretariat Pondok Gontor, Serba-Serbi Pondok Modern Gontor Pekan Perkenalan Tingkat II.
hlm 32
24
Muhammad Syakir NF, “Dua Menteri Agama Alumni Pesantren Gontor”, NU online, Selasa. 13
September 2022 edition. Accesed 27 Agustus 2023
25
“Biografi Hasyim Muzadi”, Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Hasyim_Muzadi.
Ibtidaiyah di Tuban pada tahun 1950, melanjutkan pendidikan di Pondok Modern Gontor
Ponorogo, ia lalu menuntaskan Pendidikan tingginya di Institut Agama Islam Negeri Malang,
Jawa Timur pada tahun 1969. Beliau pernah menjabat sebagai Ketua I Pengurus Cabang PMII
Kota Malang pada tahun 1986. Kemudian menjabat pula di kepengurusan PB PMII pada
tahun1970-an. Lalu kiprah organisasinya mulai dikenal oleh khayalak ramai ketika pada tahun
1992, ia terpilih menjadi Ketua Pengurus Wilayah Nahdatul Ulama Jawa Timur yang terbukti
mampu menjadi batu loncatan bagi Hasyim untuk menjadi PBNU pada tahun 1999. Tercatat,
suami dari Hj. Muthomimah ini pernah menjadi anggota DPRD Tingkat I Jawa Timur pada
tahun 1986, yang ketika itu masih bernaung di bawah Partai Persatuan Pembangunan.

Kepemimpinan Kiai Hasyim di PWNU Jawa Timur pada periode kedua berbarengan
dengan kondisi politik nasional yang mulai kisruh karena menjelang runtuhnya kekuasaan Orde
Baru. Sementara Jawa Timur menjadi basis utama warga NU. Saat itu, NU menghadapi banyak
cobaan karena rezim Orde Baru menggunakan operasi Naga Hijau untuk menekan NU yang
dipimpin KH Abdurrahman Wahid. Hasyim saat itu bekerja sama dengan Gus Dur untuk
melawan tekanan-tekanan yang dilakukan rezim berkuasa. Kemunculannya dalam pentas
nasional banyak diorbitkan Gus Dur, karena di berbagai tempat Gus Dur sering menyebut-
nyebutnya dan mengajaknya berkeliling. 
 
Ketika Gus Dur menjadi presiden pada tahun 1999, Hasyim Muzadi terpiiih menjadi
Ketua Umum PBNU di Muktamar NU ke-30 di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri. Pada
periode kepemimpinannya ini, NU membuat media online bernama NU Online menerbitkan
Risalah Nahdatul Ulama, menyelenggarakan konferensi ulama dan cendekiawan muslim tingkat
dunia atau International Conference of Islamic Scholars (lCIS), dan membentuk beberapa
PCINU (Pengurus Cabang Istimewa NU) di luar negeri. Di ICIS Kiai Hasyim mengemban
amanah sebagai sekretaris jendral yang memimpin perwakilan cendekiawan Muslim dari
puluhan negara dalam menanggapi berbagai persoalan dunia Muslim di seluruh dunia. ICIS
diprakarsai bersama oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Departemen Luar
Negeri sejak tahun 2004.
 
Di akhir jabatannya, dia mencalonkan diri sebagai wakil presiden mendampingi
Megawati, dan mengajak banyak orang di sekitarnya untuk menjadi tim sukses. Langkah ini
memicu gelombang protes dari warga NU, karena ia dianggap berpolitik praktis, tetapi tidak
mau mengundurkan diri dari jabatannya di PBNU. Gerakan protes warga NU ini kemudian
berklimaks dalam Mubes Warga NU di Cirebon tahun 2004, menjelang Muktamar NU di
Boyolali. Syuriyah PBNU kemudian mengeluarkan keputusan yang menonaktifkannya. 
Ketika lepas posisi sebagai ketua umum PBNU pada 2010, Kiai Hasyim masuk dalam
jajaran Mustasyar PBNU pada periode kepemimpinan Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj (2010-
2015). Saat inilah Kiai Hasyim lebih banyak mencurahkan perhatiannya pada penyelesaian
konflik di Timur Tengah. Melalui forum ICIS ia sering menggelar konferensi yang melibatkan
para ulama terkemuka di Timur Tengah untuk mencari solusi perdamaian di Timur Tengah yang
tak henti-henti berkecamuk.26

2. Nurcholish Majid27 (Pemikir Islam)

26
“KH Hasyim Muzadi”, NU online, https://www.nu.or.id/tokoh/kh-hasyim-muzadi-dari-memimpin-
ranting-nu-sampai-muslim-dunia-QlQ40.
27
“Biografi Nurcholis Majid”, Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Nurcholish_Madjid.
Nurcholish Majid atau popular dipanggil Cak Nur, adalah seorang pemikir Islam,
cendikiawan, dan budayawan Indonesia. Beliau lahir pada tanggal 17 Maret 1939 di Jombang.
Pada masa mudanya sebagai aktivis dan kemudian menjadi Ketua Umum Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI). Ia menjadi satu-satunya tokoh yang pernah menjabat sebagai ketua Umim HMI
selama dua periode. Ide dan gagasannya tentang sekularisasi dan pluralism pernah
menimbulkan kontroversi dan mendapat banyak perhatian dari berbagai kalangan Masyarakat.
Nurcholish pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Penasihat Ikatan Cendekiawan
Muslim Indonesia, dan sebagai Rektor Universitas Paramadina, sampai dengan wafatnya pada
tanggal 29 Agustus 2005. Belia dibesarkan di lingkungan keluarga kiai yang terpandang di
Dusun Mojoanyar, Desa Mojotengah, Kecamatan Bareng, kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Setelah melewati pendidikan di berbagai pesantren, di antaranya Pesantren Darul Ulum


Rejoso di Jombang dan Pesantren Gontor di Ponorogo, Cak Nur menempuh studi
kesarjanaan IAIN Jakarta (1961-1968) sekaligus aktif menjadi Ketua Umum di HMI & serta
merumuskan Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI, yang kemudian menjadi buku pegangan
ideologis HMI. Alasannya merumuskan NDP karena organisasi mahasiswa seperti Central
Gerakan Actie Mahasiswa (CGMI) yang beraliran komunis memiliki buku pegangan ideologis
& Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) pun memiliki hal serupa. NDP ditulis
olehnya tatkala ia sedang melanjutkan kuliahnya di Amerika Serikat ia saat itu berkesempatan
untuk melakukan perjalanan keliling Timur Tengah, dari pengalamannya dalam melihat kondisi
Islam secara global itulah yang membuatnya tergerak untuk menulis NDP yang kemudian hari
jadi buku pegangan ideologis HMI dan membuatnya terpilih menjadi Ketua Umum untuk dua
periode. 

Cak Nur dianggap sebagai salah satu tokoh pembaruan pemikiran dan gerakan Islam di
Indonesia. Cak Nur dikenal dengan konsep pluralismenya yang mengakomodasi
keberagaman/ke-bhinneka-an keyakinan di Indonesia. Menurut Cak Nur, keyakinan adalah hak
primordial setiap manusia dan keyakinan meyakini keberadaan Tuhan adalah keyakinan yang
mendasar. Cak Nur mendukung konsep kebebasan dalam beragama, namun bebas dalam konsep
Cak Nur tersebut dimaksudkan sebagai kebebasan dalam menjalankan agama tertentu yang
disertai dengan tanggung jawab penuh atas apa yang dipilih. Cak Nur meyakini bahwa manusia
sebagai individu yang paripurna, ketika menghadap Tuhan di kehidupan yang akan datang akan
bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan, dan kebebasan dalam memilih adalah konsep yang
logis. Sebagai tokoh pembaruan dan cendekiawan Muslim Indonesia, seperti halnya
K.H Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Cak Nur sering mengutarakan gagasan-gagasan yang
dianggap kontroversial terutama gagasan mengenai pembaruan Islam di Indonesia.
Pemikirannya dianggap sebagai mendorong pluralisme dan keterbukaan mengenai ajaran Islam
di Indonesia, terutama setelah berkiprah dalam Yayasan Paramadina dalam mengembangkan
ajaran Islam.

3. Prof. DR. M. Amin Abdullah28

28
“Profil. M Amin Abdullah”, WordPress.com, https://aminabd.wordpress.com/perihal/, accessed 1
Sep 2023.
Ia Lahir di Margomulyo, Tayu, Pati, Jawa Tengah, 28 Juli 1953. Menamatkan Kulliyat
Al-Mu’allimin Al-Islamiyyah (KMI), Pesantren Gontor Ponorogo 1972 dan Program Sarjana
Muda (Bakalaureat) pada Institut Pendidikan Darussalam (IPD) 1977 di Pesantren yang sama.
Menyelesaikan Program Sarjana pada Fakultas Ushuluddin, Jurusan Perbandingan Agama,
IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun 1982. Atas sponsor Departemen Agama dan
Pemerintah Republik Turki, mulai tahun 1985 mengambil Program Ph.D. bidang Filsafat Islam,
di Department of Philosophy, Faculty of Art and Sciences, Middle East Technical University
(METU), Ankara, Turki (1990). Mengikuti Program Post-Doctoral di McGill University,
Kanada (1997-1998).
Dia menjadi Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI), Turki, 1986-1987. sambil
memanfaatkan masa liburan musim panas, pernah bekerja part-time, pada Konsulat Jenderal
Republik Indonesia, Sekretariat Badan Urusan Haji, di Jeddah (1985 dan 1990), Mekkah
(1988), dan Madinah (1989), Arab Saudi. Kini, sebagai dosen tetap Fakultas Ushuluddin, staf
pengajar pada Program Doktor Pascasarjana IAIN (sekarang UIN) Sunan Kalijaga, IAIN Sunan
Ampel Surabaya, Universitas Islam Indonesia, Program Magister pada UIN Sunan Kalijaga,
Ilmu Filsafat, Fakultas Filsafat dan Program Studi Sastra (Kajian Timur Tengah), Fakultas
Sastra, Universitas Gadjah Mada,  Yogyakarta. Tahun 1993-1996, menjabat Asisten Direktur
Program Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga; 1992-1995 menjabat Wakil Kepala Lembaga
Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Tahun
1998-2001 sebagai Pembantu Rektor I (Bidang Akademik) di almamaternya, IAIN Sunan
Kalijaga. Pada Januari 1999 mendapat kehormatan menjadi Guru Besar dalam Ilmu Filsafat.
Dari tahun 2002-2005 sebagai Rektor IAIN/UIN Sunan Kalijaga. Tahun 2005-2010 sebagai
Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk Periode kedua.
Tulisan-tulisannya dapat dijumpai di berbagai jurnal keilmuan, antara lain Ulumul
Qur’an (Jakarta), Al-Jami’ah: Journal of Islamic Studies (Yogyakarta) dan beberapa jurnal
keilmuan keislaman yang lain. Di samping itu, dia aktif mengikuti seminar di dalam dan luar
negeri. Seminar internasional yang diikuti, antara lain: “Kependudukan dalam Dunia Islam”,
Badan Kependudukan Universitas Al-Azhar, Kairo, Juli 1992; tentang “Dakwah Islamiyah”,
Pemerintah Republik Turki, Oktober 1993; Lokakarya Program Majelis Agama ASEAN
(MABIM), Pemerintah Malaysia, di Langkawi, Januari 1994; “Islam and 21 st Century”,
Universitas Leiden, Belanda, Juni 1996; “Qur’anic Exegesis in the Eve of 21 st Century”,
Universitas Leiden, Juni 1998, ”Islam and Civil Society : Messages from Southeast Asia“,
Tokyo Jepang, 1999; “al-Ta’rikh al- Islamy wa azamah al-huwaiyah”, Tripoli, Libia, 2000;
“International anti-corruption conference”, Seol, Korea Selatan, 2003; Persiapan Seminar “New
Horizon in Islamic Thought”, London, Agustus, 2003; “Gender issues in Islam”, Kualalumpur,
Malaysia, 2003; “Dakwah and Dissemination of Islamic Religious Authority in Contemporarry
Indonesia, Leiden, Belanda, 2003.

4. Prof. DR. KH. Muhammad Sirajuddin Syamsuddin29


Muhammad Sirajuddin Syamsuddin, alias Din Syamsuddin atau Pak Din, lahir di
Sumbawa, NTB, 31 Agustus 1958. Masa pendidikan dasar dan menengah diselesaikan di
madrasah Ibtidaiyah  dan tsanawiyah Nahdhatul Ulama (NU) Sumbawa Besar, Nusa
Tenggara Barat (NTB). Selesai dari sana, Din hijrah ke Jawa Timur. Ia mondok di Pondok

29
“Prof.Dr.KH Muhammad Sirajuddin Syamsuddin”, Viva.co.id,
https://www.viva.co.id/siapa/read/150-prof-dr-kh-muhammad-sirajuddin-syamsuddin, accessed 1 Sep 2023.
Pesantren Darussalam Gontor, Jawa Timur dan menyelesaikannya pada tahun 1975,dalam
usia 17 tahun.
Dari pondok, Din melanjutkan kuliah di IAIN Syarif Hidayatullah (sekarang UIN)
di Falkultas Ushuluddin, Jurusan Perbandingan Agama dan sukses meraih gelar
sarjananya pada tahun 1982. Dalam urusan pendidikan, Din memang terbilang beruntung.
Dia meneruskan pendidikan master dan doktornya di luar negeri dengan kuliah di
University of California, Los Angels (UCLA), Amerika Serikat, Interdepartmental
Programme in Islamic Studies.
Selain berkutat di pendidikan, Din terlihat aktif di organisasi. Sejak usia pelajar,
dia diberi kepercayaan memimpin Ikatan Pelajar Nahdhatul Ulama (IPNU) Cabang
Sumbawa. Saat kuliah, ia juga aktif di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM),
berlanjut ke Pemuda Muhammadiyah, bahkan sampai ke organisasi induknya sebagai
Ketua Umum PP Muhammadiyah. Tak hanya itu, Din Syamsuddin pun sempat menyelami
dunia politik, sekitar 7 tahun lamanya, sejak tahun 1993. Dia dia dipercaya menjadi Ketua
Departemen Penelitian dan Pengembangan DPP Golkar dan pernah menjadi anggota MPR
dari Fraksi Golongan Karya serta sempat ditunjuk menjadi Dirjen Pembinaan Penempatan
Tenaga Kerja, Depnaker RI.
Namun, setelah itu, mulai tahun 2000, Din mengundurkan diri dari dunia politik
dan aktif di dunia akademisi dan organisasi keagamaan dan sosial. Ia menjadi dosen di
berbagai perguruan tinggi, seperti UMJ, UHAMKA, UI, dan UIN. Gelar kehormatan Guru
Besar pun diperolehnya dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
  Selain dikenal sebagai cendikiawan, akademisi, dia juga dikenal sebagai
tokoh yang sangat pluralis dan toleran terhadap agama lain. Meski toleran tehadap orang
lain, ia terkenal punya sikap dan prinsip Islam yang kuat.

Tidak salah bila ketokohan dan keilmuannya, pada tahun 2014, diganjar sebagai
ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat menggantikan KH. Sahal Mahfudz karena
meninggal dunia. Pada periode berikutnya, Din Syamsuddin diberi amanat menjadi Ketua
Dewan Pertimbangan MUI 2015-2020.
5. Prof. Dr. K. H. Hamid Fahmi Zarkasyi, M.AE., M.Phil.
Beliau Lahir 13 September 1958 adalah ulama, akademisi, peneliti, dosen, dan
cendekiawan muslim Indonesia. Sebagai peneliti, ia menjadi pendiri dan Direktur Institute for
the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS) dan Center of Islamic and Occidental
Studies (CIOS). Sebagai pengajar, ia menjabat Rektor dan Guru Besar Universitas Darussalam
Gontor, Ponorogo, Jawa Timur. Ia adalah putra kesembilan dari K.H. Imam Zarkasyi, salah
seorang pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo.30
Ia adalah putra kesembilan dari K.H. Imam Zarkasyi, salah seorang pendiri Pondok
Modern Darussalam Gontor, Ponorogo. Ia menempuh pendidikan tingkat SMP & SMA di
Kulliyatul Muallimin al-Islamiyah (KMI) Gontor.
Hamid Fahmy Zarkasyi melanjutkan S1 di Institut Pendidikan Darussalam
(IPD) Gontor. Gelar magisternya ia dapatkan dari University of Punjab, Pakistan dan University
of Birmingham, Inggris. Sementara itu, ia meraih gelar Ph.D. dari International Institute of
Islamic Thought and Civilization — Internasional Islamic University Malaysia (ISTAC-IIUM).
30
“Hamid Fahmy Zarkasyi”, Profil Baru.com, https://www.viva.co.id/siapa/read/150-prof-dr-kh-
muhammad-sirajuddin-syamsuddin, accessed 1 Sep 2023.
Ia lulus dari ISTAC pada 29 September 2006. Pada saat itu, ia berhasil mempertahankan
disertasi berjudul ‘Al-Ghazali’s Concept of Causality’ di hadapan para penguji yaitu Prof. Dr.
Osman Bakar, Prof. Dr. Ibrahim Zein, Prof. Dr. Torlah, dan Prof. Dr. Alparslan Acikgence,
penguji eksternal dari Turki.

Hamid Fahmy Zarkasyi menjabat sebagai Direktur INSISTS sejak tahun 2003 hingga
sekarang.Ia juga memimpin Jurnal Islamia sebagai Pimpinan Redaksi.
Sejak tahun 2007, ia dipercaya sebagai Direktur Center for Islamic and Occidental Studies
(CIOS) Unida Gontor. Ia juga menjadi Dewan Penasihat Program Kaderisasi Ulama (PKU) di
kampus ayng sama. Pada tahun 2012, ia terpilih sebagai Ketua Majelis Intelektual dan Ulama
Muda Indonesia (MIUMI) Pusat. Pada tahun 2020, ia mendapatkan amanah sebagai Rektor
Unida Gontor masa bakti 2020-2025. Sebagai seorang ulama, ia melahirkan beberapa buku.
Antara lain: Pemikiran al-Ghazali tentang Pendidikan (1990) Tantangan Sekularisasi dan
Liberalisasi di Dunia Islam (2004) Liberalisasi Pemikiran Islam: Gerakan Bersama Missionaris,
Orientalis dan Kolonialis (2010) Peradaban Islam: Makna dan Strategi Pembangunannya (2010)
Al-Ghazali's Concept of Causality: With Reference to His Interpretations of Reality and
Knowledge (2010) Misykat: Refleksi tentang Islam, Westernisasi dan Liberalisasi (2012)
Kausalitas antara Hukum Alam dan Tuhan: Membaca Pemikiran Religio Saintifik Imam al-
Ghazali (2018)
6. Husnan Bey Fananie (Duta Besar di Azerbaijan 2016-2020)31
Husnan Bey Fananie, biasa dipanggil Husnan, Diplomat kelahiran Jakarta, 13
November 1967 dengan nama lengkap Dr. H. Husnan Bay Fananie, MA ini memperoleh
kepercayaan sebagai Duta Besar RI untuk Azerbaijan. Alumnus Pondok Modern Darussalam
Gontor Ponorogo yang telah menamatkan pendidikan S1, S2, dan S3 nya bertutur-turut di
University of the Punjab, Lahore, Pakistan dan Rijks Universiteit Leiden, the Netherlands, dan
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Kisah hidupnya sangat unik, sebelum akhirnya menjadi Duta
Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Azerbaijan.

Semasa kuliah, untuk mencukupi biaya perkuliahannya ia tidak malu malu untuk
berwirausaha. Dr. H. Husnan Bey Fananie, MA juga pernah menjadi penjual koran, pengurus
takmir dan guru mengaji di sebuah masjid di Netherlands. Bahkan untuk mendaftar ke jenjang
Strata 2 (S2) ia pernah tidak memiliki uang jaminan sebagai syarat untuk mendaftar sehingga
terpaksa ia harus meminjam uang jaminan kuliah dari salah satu orang tua wali murid di masjid
tempatnya mengajar mengaji. Pria dengan multi talenta yang dikaruniai dua orang anak (Kifah
Gibraltar Bey Fananie dan Rumi Cahaya Nurani Bey Fananie) dan beristrikan Hj. Dian
Sarastien Indah, SE ini juga memiliki jiwa seni yang tidak diragukan lagi.

Mulai dari melukis, bermain musik, sampai menulis puisi. Salah satu buku antologi
Puisinya dengan Judul "Ranahku Kasihku" yang terbit di tahun 2016 telah mendapatkan
apresiasi dari berbagai kalangan termasuk budayawan. Dalam menjalankan tugasnya sebagai
Duta Besar, Husnan berjanji akan lebih mempererat dan memperkuat hubungan kerjasama
Indonesia-Azerbaijan dengan melakukan berbagai langkah diplomasi, salah satunya dengan
kesenian musik. Husnan juga memaparkan betapa pentingnya musik dalam hidupnya.

Menurut beberapa Rektor Perguruan Tinggi di Azerbaijan, Duta Besar Luar Biasa dan
Berkuasa Penuh RI untuk Azerbaijan, Dr. H. Husnan Bey Fananie, MA adalah Duta Besar yang
31
Hafyz Marsyal, “Mengenal Lebih dekat Husnan Bay Fananie Dubes RI untuk Azerbaijan”,
Kumparan (10 Mar 2018).
memiliki visi dan misi yang besar untuk memperluas jejaring kerja sama antara kedua negara,
Indonesia dan Azerbaijan, utamanya di bidang pendidikan. Atas jasanyalah jumlah mahasiswa
Indonesia yang studi di beberapa perguruan tinggi di Azerbaijan terus bertambah. Selain itu,
atas dukungan beliau pengembangan Indonesian center di Azerbaijan University of Languages
bisa berkembang dengan pesat.

Bahkan mahasiswa mahasiswi yang berminat untuk studi di Indonesia baik melalui
program Beasiswa Darmasiswa maupun Beasiswa KNB (Kemitraan Negara Berkembang)
selalu menjadi program prioritas untuk mendukung program peningkatan jumlah mahasiswa
Azerbaijan yang studi di Indonesia. Sementara menurut beberapa staf KBRI Azerbaijan yang
tidak mau disebutkan namanya mengungkapkan bahwa Dubes Husnan adalah pribadi yang
romantis pada isterinya, dan ia juga kolegial dan 'down to earth'. Lalu dalam mempromosikan
Indonesia di Azerbainan, Husnan pun akan mengetua langsung Event besar tahunan yaitu
Indonesia Culture Festival (ICF) dan rencananya akan diselenggarakan pada 14 sampai 16
September 2018 di Baku Azerbaijan.

7. Lukman Hakim Saifuddin (Mantan Menteri Agama Republik Indonesia)32


Pria kelahiran Jakarta, 25 November 1962 ini adalah anak dari pasangan Saefuddin
Zuhri dan Solichah. Bapaknya adalah menteri pada zaman Presiden Soekarno. Tahun kelahiran
Lukman bersamaan dengan tugas bapaknya sebagai Menterii Agama periode 1962-1968. Sejak
kecil Lukman sudah terbiasa dengan lingkungan tradisi Nahdlatul Ulama (NU). Dia ikut
mengaji dan belajar agama kepada ibunya. Bahkan pertama dia kenal membaca diajarkan oleh
ibunya langsung. SD dan SMP-nya di Jakarta. Dia masuk Pondok modern Darussalam Gontor,
Ponorogo, Jawa Timur dan selesai pada usia 21 tahun. Setelah itu, kuliah di Fakultas Dakwah,
Universitas Islam As-Syafiiyah, Jakarta. Semasa kuliah, Lukman aktif di kepengurusan NU.
Dia menonjol dalam bidang kajian, pelatihan, dan penelitian. Karier politiknya, dia
mengikuti tradisi NU saat itu yang berlabuh ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Pada usia
35 tahun dia menjadi anggota DPR RI periode 1997-1999. Selanjutnya, tiga kali pemilu
berturut-turut dia menjadi anggota DPR dan yang terakhir ini, dia menjadi Wakil Ketua MPR RI
2009-2014. Di ujung tahun 2014, ia ditunjuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
menggantikan Suryadharma Ali, Ketua Umum DPP PPP, menjadi Menteri Agama dalam
Kabinet Indonesia Bersatu. Ia menjalani sebagai menteri hanya tiga bulan di masa akhir periode
SBY. Waktu yang diberikan terbilang singkat, Lukman tetap menuntaskan amanah sebagai
menteri, meskipun saat itu namanya terpilih kembali dalam daftar anggota dewan pada pemilu
2014. Konsistensinya dalam mengemban amanah berbuah hasil. Pada pergantian kepemimpinan
pada Pilpres 2014, presiden terpilih Jokowi mengangkat kembali Lukman Hakim Saifuddin
menjadi Menteri Agama RI dalam kabinet Indonesia Kerja 2014-2019.
8. Ahmad Fuadi, S.IP, M.A (Penulis Novel Negeri 5 Menara)33
Ia lahir pada tanggal 30 Desember 1973 adalah novelis, pekerja sosial, dan
mantan wartawan dari Indonesia. Novel pertamanya adalah novel Negeri 5 Menara yang
merupakan buku pertama dari trilogi novelnya. Karya fiksinya dinilai dapat menumbuhkan
semangat untuk berprestasi. Walaupun tergolong masih baru terbit, novelnya sudah masuk
dalam jajaran best seller tahun 2009. Kemudian meraih Anugerah Pembaca Indonesia 2010 dan
tahun yang sama juga masuk nominasi Khatulistiwa Literary Award, sehingga PTS Litera, salah
32
Siapa, Profil Lukman hakim Saifuddin, https://langit7.id/read/24169/1/pendidikan-di-gontor-putri-
tempa-elizabeth-diana-dewi-jadi-diplomat-1666073424, 25 Agustus 2023, 10.37
33
“Biografi Ahmad Fuadi”, Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Fuadi.
satu penerbit di negeri jiran Malaysia tertarik menerbitkan di negaranya dalam versi bahasa
melayu. Novel keduanya yang merupakan trilogi dari Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna telah
diterbitkan sejak 23 Januari 2011 dan novel pamungkas dari trilogi ini, Rantau 1 Muara,
diluncurkan di Washington DC secara simbolis bulan Mei 2013. Fuadi mendirikan Komunitas
Menara, sebuah yayasan sosial untuk membantu pendidikan masyarakat yang kurang mampu,
khususnya untuk usia pra sekolah. Saat ini Komunitas Menara punya sebuah sekolah anak usia
dini yang gratis di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan.
Memulai pendidikan menengahnya di KMI Pondok Modern Darussalam
Gontor Ponorogo dan lulus pada tahun 1992. Kemudian melanjutkan kuliah Hubungan
Internasional di Universitas Padjadjaran, setelah lulus menjadi wartawan Tempo. Kelas
jurnalistik pertamanya dijalani dalam tugas-tugas reportasenya di bawah bimbingan para
wartawan senior Tempo. Tahun 1998, dia mendapat beasiswa Fulbright untuk kuliah S2 di
School of Media and Public Affairs, George Washington University.
9. Elizabeth Diana Dewi (Diplomat Indonesia)34
Kiprah alumni Pondok Pesantren tidak hanya menjadi guru agama semata. Namun bisa
menunjukkan kiprah di berbagai bidang. Salah satunya menjadi duta Indonesia di luar negeri
sebagai diplomat. Itulah yang ditunjukkan oleh Elizabeth Diana Dewi, alumnus Pondok Modern
Darussalam Gontor Putri di Sambirejo, Mantingan, Ngawi, Jawa Timur. Wanita kelahiran
Jakarta, 12 Oktober 1980 itu merupakan diplomat Indonesia yang bertugas di KJRI Istanbul,
Turki. Sebelum bertugas di Turki, muslimah yang akrab disapa Ibeth itu pernah bertugas di
KBRI Belanda sebagai internship pada 2008 dan KBRI Thailand sebagai Pelaksana Fungsi
Protokol dan Konsuler pada 2013-2016. Ibeth bercerita, cita-cita menjadi diplomat itu tumbuh
saat masih mengenyam pendidikan di Gontor Putri. Dia masuk ke pesantren tersebut pada 1994
dan menjadi angkatan ke-7. Sebenarnya, kata dia, tidak ada keinginan spesifik untuk menjadi
diplomat.
Namun, saat belajar di Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyah (KMI) Gontor, dia tertarik
dengan pelajaran-pelajaran luar negeri seperti bahasa Arab dan bahasa Inggris. Dia juga senang
membaca buku-buku bertema geopolitik. Kesuksesan Ibeth menjadi diplomat tidak terlepas dari
sistem pendidikan yang diterapkan di pesantren. Dia mendapatkan pendidikan sejak bangun
tidur sampai tidur kembali. 24 jam tidak pernah berhenti. Pendidikan mental makin berkembang
saat menduduki kelas empat. Ibeth dilatih menjadi pengurus, tepatnya sebagai pengurus dapur.
Dari situ dia mendapatkan pelajaran tentang kedisiplinan dan manajemen. Para guru di Gontor
juga selalu memberikan motivasi untuk menjadi sitikul atau perempuan serba bisa. Tak hanya,
pendidikan yang selalu ditekankan adalah 'ibu merupakan madrasah pertama bagi anak-
anaknya'.
Pendidikan di Gontor juga tidak hanya di bangku kelas. Namun, menurut Ibeth,
pendidikan didapatkan di setiap detik dan setiap nafas selama berada di Gontor. Hal itu dia
rasakan saat menjadi Wakil Ketua OPPM saat duduk di kelas V dan Ketua Angkatan Kelas VI.
Ibeth mengaku sangat merasakan manfaat pendidikan tersebut saat menjadi diplomat. seorang
diplomat harus mampu bertanggung jawab, berkomunikasi dengan baik, punya skill
kepemimpinan, kasih sayang, hingga relasi.

34
Langit 7, Pendidikan di Gontor Putri Elizabeth Diana Dewi Jadi Diplomat,
https://langit7.id/read/24169/1/pendidikan-di-gontor-putri-tempa-elizabeth-diana-dewi-jadi-diplomat-
1666073424, 25 Agustus 2023, 10.02
Tantangan dan Peluang IKPM di Era Modernisasi

Di zaman yang modern ini, Gontor sudah mampu untuk mencetak alumni-alumni yang
dimana berhasil berkiprah di masyarakat. Yang dimana Gontor membentuk santri-santrinya
untuk menjadi guru, mengaplikasikan ilmu yang sudah ia dapat selama ia belajar di pondok
Gontor. Menurut Suryanegara, para ulama Pondok Modern Darussalam Gontor mampu
menempuh cara yang berbeda dalam meredakan perbedaan pendapat, yakni dengan cara
mencerdaskan umat, bukan dengan debat terbuka seperti di zaman sekarang. 35

Gontor mendidik para alumninya untuk bisa menjadi Khairul Ummah dalam segala segi
dan segala keadaan. Adapun faktor yang sangat berpengaruh berasal dari faktor internal dan
eksternal pondok. Faktor internal : dimana para alumni diberi kemampuan unuk menyelesaikan
pengaruh mana yang sekiranya baik dan buruk untuk kehidupan mereka. Adapun faktor
eksternal nya: pengaruh lingkungan yang ia terima. Dimana mereka bisa memahami dan dapat
bertoleransi dengan agama yang lain. namun tetap berpegang teguh pada ajaran islam. 36

Salah satu peluang IKPM di era modernisasi adalah dengan wakaf diri di Gontor untuk
terus memajukkan Gontor, yang dimana wakaf diri ini memiliki tujuan untuk mempertahankan
terjalinnya eksistensi pondok hingga akhir hayat.37 Gontor mengajarkan para santrinya semangat
kemoderenan untuk saling mengharagai dan bertoleransi satu sama lain. Yang dimana nilai itu
tidak hanya didapatkan dalam verbalisme saja. Namun, juga ditumbuhkan oleh guru-guru
pengajar dengan dimasukkan ke dalam nilai-nilai pendidikan yang bisa mereka rasakan, mereka
lihat serta jalani ketika mereka hidup di Gontor. Misalnya adalah nilai yang tertanam di panca
jiwa seperti kesederhanaan yang sudah dicontohkan Trimurti dan pemimpin pondok juga guru-
guru pengajar hingga saat ini.38

Untuk masyarakat awam yang belum terlalu mengenal Gontor, maka merupakan tugas
bagi alumni-alumni Gontor untuk menyebarkan pendidikan Gontor yang di dalamnya
merupakan dakwah islam, dengan misalnya membuat karangan-karangan yang baik. Ataupun
ada pula buku untuk mengenal Gontor. Salah satunya adalah buku Wisdom Of Gontor. 39

Dalam perkembangannya, IKPM ditujukan untuk mempererat hubungan kelurga Gontor


pada khususnya dan juga menyatukan umat islam dari seluruh penjuru bumi pada umumnya,
mempertinggi budi pekerti manusia, mensejahterakan satu sama lain dan memperkuat
pengabdian kepada agama, bangsa dan negara. 40 Dengan semboyan yang selalu disyiarkan
Gontor berdiri di atas dan untuk semua golongan. Gontor ada sebagai tonggak islam dalam
melaksanakan perintah dakwah Islamiyah.

35
Muslim Muslim, “Eksistensi Gontor di Tengah Arus Modernisasi Pendidikan”, Jurnal Penelitian
Pendidikan, vol. 17 (2017). Hlm
36
Rajiah Rusydi, “Pengaruh Pendidikan Agama Islam dalam Kelurga terhadap sikap beragama
siswa”, Tarbawi : Jurnal Pendidikan Agama Islam, vol. 2 (2017). hlm
37
Farichatul Azkiya, “Wakaf Diri Di Pondok Modern Darussalam Gontor Menurut Hukum Islam dan
Hukum Positif”, Skripsi (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2020). Hlm 13
38
Tasirun Sulaiman, Wisdom of Gontor (PT Mizan Publika, 2009). Hlm 13
39
Ibid.
40
Pondok Modern Darussalam Gontor, https://gontor.tripod.com/ikpm.htm.
Berbagai forum-forum yang telah IKPM lancarkan untuk Masyarakat merupakan
terobosan Gontor untuk tetap eksis membina Masyarakat dalam segala aspek kehidupan,
ekonomi dan juga agama. Gontor tidak hanya terfokus pada pendidikan santriwati di dalam
pondok saja, tetapi Gontor baknya seorang ibu yang siap mendorong anaknya hingga mampu
meraih segala yang menjadi cita-citanya. Gontor ibarat ibu yang memperhatikan berbagai
pergerakan dan peubahan anaknya. Forum-forum ini tidak hanya diperuntukan khusus alumni-
alumni Gontor, melainkan ditujukan sebagai wujud kiprah Gontor untuk Masyarakat,
sebagaimana disebutkan dalam arah dan tujuan pendidikann dan pengajaran Gontor di atas.

Kemajuan zaman menuntut Gontor untuk ikut eksis dengan kemajuan zaman ini pula.
Hal ini bukan diartikan akan terikutnya Gontor oleh arus globalisasi yang jauh dari ajaran awal
pondok. Maksud dari mengikuti kemajuan adalah agar Gontor mampu menyeimbangi berbagai
kemajuan dengan tetap berpegang teguh pada keimanan dan keislaman. Sayap alumni-alumni
Gontor dituntut untuk dikepakkan seluas-luasnya dalam menyiarkan syi’ar-syi’ar islam.

Rujukan

Buku Teks

Tim Penulis Wardun. vol. 75. 1443, Warta Dunia Pondok Modern Darussalam Gontor,
Ponorogo: Darussalam Press.

Zarkasyi, Imam. 1939, Pekan Perkenalan Pondok Modern Darussalam Gontor, Diktat Kuliah
Umum dalam Perkenalan PMDG, Ponorogo: Darussalam Press.

Staf Sekretariat Pondok Gontor. 1997, Serba-Serbi Pondok Modern Gontor Pekan Perkenalan
Tingkat II, Ponorogo: Darussalam Press.

Jurnal Ilmiah

Azkiya, Farichatul. 2020, “Wakaf Diri Di Pondok Modern Darussalam Gontor Menurut Hukum
Islam dan Hukum Positif”, Skripsi, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

Mukri, Rusdiono. vol. 4. 2022, “Prototipe Kiai di Pesantren Modern”, Jurnal Dirosah
Islamiyah.

Rusydi, Rajiah. vol. 2. 2017, “Pengaruh Pendidikan Agama Islam dalam Kelurga terhadap sikap
beragama siswa”, Tarbawi : Jurnal Pendidikan Agama Islam.

Makalah Ilmiah dan Artikel

“Biografi Ahmad Fuadi”, Wikipedia. https://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Fuadi.

“Biografi Hasyim Muzadi”, Wikipedia. https://id.wikipedia.org/wiki/Hasyim_Muzadi.


“Biografi Nurcholis Majid”, Wikipedia. https://id.wikipedia.org/wiki/Nurcholish_Madjid.

“Hamid Fahmy Zarkasyi”, Profil Baru.com. https://www.viva.co.id/siapa/read/150-prof-dr-kh-


muhammad-sirajuddin-syamsuddin, accessed 1 Sep 2023.

“KH Hasyim Muzadi”, NU online. https://www.nu.or.id/tokoh/kh-hasyim-muzadi-dari-


memimpin-ranting-nu-sampai-muslim-dunia-QlQ40.

Marsyal, Hafyz. 10 Mar 2018, “Mengenal Lebih dekat Husnan Bay Fananie Dubes RI untuk
Azerbaijan”, Kumparan.

____. 4 Feb 2023, “IKPM Wadah Inspirasi Alumni Gontor”, Gontornews.


https://gontornews.com/ikpm-wadah-inspirasi-alumni-gontor/, accessed 22 Aug 2023.

Muslim, Muslim. vol. 17. 2017, “Eksistensi Gontor di Tengah Arus Modernisasi Pendidikan”,
Jurnal Penelitian Pendidikan.

Oky Raharjo, Rachmatullah. Agustus 2023, “Memahami Makna Gontor Berdiri di Atas dan
Untuk Semua Golongan”, Satu Media Net.

Pondok Modern Darussalam Gontor. https://gontor.tripod.com/ikpm.htm.

“Prof.Dr.KH Muhammad Sirajuddin Syamsuddin”, Viva.co.id.


https://www.viva.co.id/siapa/read/150-prof-dr-kh-muhammad-sirajuddin-syamsuddin,
accessed 1 Sep 2023.

“Profil. M Amin Abdullah”, WordPress.com. https://aminabd.wordpress.com/perihal/, accessed


1 Sep 2023.

“Sejarah”, PPIKPM Gontor. https://ppikpm.gontor.ac.id/sejarah/, accessed 22 Aug 2023.

Sekretariat Gontor. “Tujuan Pendidikan dan Pengajaran Gontor”, Artikel 100 tahun Gontor.

Sulaiman, Tasirun. 2009, Wisdom of Gontor, PT Mizan Publika.

Syakir NF, Muhammad. Selasa. 13 September 2022 edition. “Dua Menteri Agama Alumni
Pesantren Gontor”, NU online.

Anda mungkin juga menyukai