Oleh :
AGRILITA PRATAMA
NIM: PO.71.34.0.16.040
i
GAMBARAN NILAI INDEKS ERITROSIT PADA PASIEN
TUBERKULOSIS PARU YANG MENDAPAT TERAPI OBAT ANTI
TUBERKULOSIS (OAT) DI KOTA PALEMBANG
TAHUN 2019
Oleh :
AGRILITA PRATAMA
NIM: PO.71.34.0.16.040
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
AGRILITA PRATAMA
NIM. PO.71.34.0.16.040
Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
ii
HALAMAN PENGESAHAN
AGRILITA PRATAMA
NIM. PO.71.34.0.16.040
TIM PENGUJI
1. Ketua Penguji
Asrori, AMAK., S.Pd., MM
NIP. 19690808 199101 1 001
2. Sekretaris
Drs. Refai, M.Kes
NIP. 19610705 198202 1 001
3. Anggota
Ardiya Garini, SKM., M.Kes
NIP. 19801117 200112 2 003
4. Anggota
Nurhayati, S.Pd., SKM., M.Kes
NIP. 19700924 199103 2 001
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
disetiap proses panjang pasti ada satu alasan untuk tetap bertahan yaitu DO’A ”
(Tere Liye)
Puji syukur atas berkat rahmat ALLAH SWT sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan tepat waktu.
Karya ini ku persembahkan kepada :
Kepada Allah SWT yang selalu memberi arti dalam setiap hembusan nafas
(ALLAHUMMASOLIALAMUHAMMADWAALAALIMUHAMMAD)
Kedua orang tuaku, mamak (Dewi Eryani) dan ayah (Rahmat Taufik) yang
selalu memberikan support moral maupun materi, selalu mengajarkan arti
kesabaran, bersyukur dalam setiap peristiwa hingga akhirnya karya tulis
ilmiah ini bisa selesai pada waktunya. Adikku (M.Alif Rizqy) yang
tersayang.
Buat YAI (H. AMIR BACHRI AS, alm) dan NYAI (Hj. Aminah Amir)
semua ini kupersembahkan buat kalian pahlawanku, semoga diatas sana
yai bisa melihat cucunya bahagia disini terimakasih telah mensupport
selama ini semoga yai tenang disana AMIN..
Seluruh dosen (pak Asrori dan pak Refai, sir Ihsan, pak Anggo) dan Bu
Diah selaku pembimbing akademik yang selalu membimbing saya dalam 3
tahun terakhir ini. Bu Ardiya, Bu Nurhayati, Bu Endang yang telah
membagi ilmu dan membimbing sampai akhirnya karya tulis ilmiah ini
selesai.
Buat tanteku (Deasy Ocha), ibu-ibu Puskesmas (Bu Ida, Mb Rosnita dan
Bu Neneng, Kak Nada) yang telah memberi waktunya untuk saya
melakukan penelitian.
Kak Novy, Kak Endah, Kak Tiara, Kak Vitha, Kak Put, Kak Mailatul dan
Kak Faisal, terimakasih banyak telah membagi pengalaman yang berharga
serta saran yang bermanfaat.
Nurlala hayati, Idza, Ana, Mitha, Erina, Delluk, Amik, Nita, Novi terima
kasih sudah menjadi pendengar yang baik, pemberi saran dan ide-ide yang
tak masuk akal tapi kadang “BRILIANT”
Blitang Squad (si asep yang sering mengacipkan aku, elfa, wulan, upit,
suci,vio dan annisa terimakasih 2 minggu nya aku tanpamu BUNTU)
Para pengurus IMATELKI, KAGET AJAH, BISQUAD, WANITA
SOBEK, OTW SARJANA terimakasih atas pengalaman yang telah dibagi,
serta ilmu dan kebersamaan selama ini.
Untuk teman sealmamater (Medical Laboratory 2016), gak mudah
menjalin kebersaaman selama 3 tahun dengan watak yang berbeda-beda
digabungkan jadi satu . Semoga Sukses selalu GAISS :’)
iv
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2019
AGRILITA PRATAMA
NIM PO.71.34.0.16.040
ABSTRAK
v
MINISTRY OF HEALTH OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
HEALTH POLYTECHNIC OF PALEMBANG
MEDICAL LABORATORY TECHNOLOGY
Scientific Paper, June 2019
AGRILITA PRATAMA
NIM PO.71.34.0.16.040
ABSTRACT
vi
HALAMAN PERNYATAAN
NIM : PO.71.34.0.16.040
Judul Karya Tulis Ilmiah :Gambaran Nilai Indeks Eritrosit Pada Pasien
2019
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah benar
hasil karya sendiri dan bukan hasil penjiplakan dari hasil karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat dan apabila kelak dikemudian hari terbukti
dalam karya tulis ilmiah ini ada unsur penjiplakan, maka saya bersedia
vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
Ekslusif ini Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palembangberhak
menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin
dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Palembang
Tanggal : 08 Juli 2019
Yang menyatakan
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
judul “Gambaran Nilai Indeks Eritrosit Pada Pasien Tuberkulosis Paru Yang
2019”, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sebagai Ahli
Palembang.
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini
khususnya kepada :
Kesehatan Palembang.
ix
5. Drs. Refai., M.Kes., selaku pembimbing 2 yang telah memberikan
Kesehatan Palembang.
9. Kedua orangtua dan adikku yang senantiasa memberi support dan doanya.
bantuan, semangat dan motivasi dalam penulisan Karya Tulis ilmiah ini.
Atas kekurangan yang terdapat dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini,
pembaca.
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 8
1.3 Pertanyaan Penelitian ............................................................................... 8
1.4 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 9
1.4.1 Tujuan Umum ............................................................................. 9
1.4.2 Tujuan Khusus .............................................................................. 9
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 10
1.5.1 Bagi Masyarakat ........................................................................... 10
1.5.2 Bagi Instansi Pendidikan ............................................................. 10
1.5.3 Bagi Peneliti ................................................................................ 10
1.6 Ruang Lingkup ......................................................................................... 10
xi
2.2.4 Pengobatan ................................................................................... 19
2.2.5 Obat Anti Tuberkulosis (OAT) ..................................................... 20
2.2.6 Panduan Pemakaian Obat Anti Tuberkulosis (OAT) .................... 21
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Indeks Eritrosit Pasien TBC ............. 23
2.3.1 Umur ............................................................................................. 23
2.3.2 Jenis Kelamin ............................................................................... 23
2.3.3 Lama Pengobatan ......................................................................... 24
2.4 Metode Pemeriksaan Laboratorium .......................................................... 25
2.5 Kerangka Konsep ..................................................................................... 26
2.6 Definisi Operasional ............................................................................... 27
xii
4.2 Pembahasan ................................................................................................ 37
4.2.1 Keterbatasan Penelitian .................................................................... 37
4.2.2 Distribusi Frekuensi Nilai Indeks Eritrsoit Pada Pasien
Tuberkulosis Paru yang Mendapat Terapi OAT di Kota Palembang
Tahun 2019 ...................................................................................... 38
4.2.3 Distribusi Frekuensi Nilai Indeks Eritrsoit Pada Pasien
Tuberkulosis Paru yang Mendapat Terapi OAT di Kota Palembang
Tahun 2019 Berdasarkan Umur....................................................... 40
4.2.4 Distribusi Frekuensi Nilai Indeks Eritrsoit Pada Pasien
Tuberkulosis Paru yang Mendapat Terapi OAT di Kota Palembang
Tahun 2019 Berdasarkan Jenis Kelamin ......................................... 41
4.2.5 Distribusi Frekuensi Nilai Indeks Eritrsoit Pada Pasien
Tuberkulosis Paru yang Mendapat Terapi OAT di Kota Palembang
Tahun 2019 Berdasarkan Lama Pengobatan ................................... 42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
xv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
3. Informed Consent
4. Kuisioner Penelitian
11. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Puskesmas Sekip Tahun 2019
2019
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
oleh virus, bakteria atau parasit bukan kuman, melainkan karena adanya
tidak menular terjadi karena faktor keturunan dan gaya hidup yang tidak sehat.
dalam waktu yang cukup singkat dan bersifat akut. Kematian akibat penyakit
terutama melalui tetesan udara yang dihirup ke udara oleh orang yang
pernapasan, batuk, dan pelepasan dahak. Penyakit ini apabila tidak segera
1
2
terdapat 8,6 juta kasus TB pada tahun 2012 dimana 1,1 juta orang (13%)
diantaranya adalah pasien HIV positif. Lebih kurang 75% dari pasien tersebut
tuberkulosis paru sebanyak 50%. kasus baru tuberkulosis sebesar 6,3 juta,
setara dengan 61% dari insiden tuberkulosis (10,4 juta). Angka Tuberkulosis
di Indonesia 391 per 100.000 penduduk dan angka kematian 42 per 100.000
dewasa, kasus TB lebih banyak pada pria dibanding wanita. Rasio pria :
wanita dewasa adalah 2 : 1.(5), kasus pria dilaporkan lebih tinggi karena pria
didiagnosis TB paru oleh tenaga kesehatan tahun 2018 adalah 0.42%, ada lima
provinsi dengan TB paru tertinggi yaitu Banten (76%), Papua (0,77%), Jawa
TB Paru BTA positif tahun 2017 sebanyak 5.389 dengan laki-laki 62% dan
3
dua fase yaitu fase awal dan fase lanjutan . Obat anti tuberkulosis pada fase
(S) dan Etambutol (E). Pada fase awal obat-obat tersebut diberikan setiap hari
selama 2 bulan agar secara efektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam
tubuh pasien tuberkulosis. Pada fase lanjutan hanya terdiri dari Isoniazid (H)
dan Rifampisin (R) diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan untuk
OAT yang diberikan secara injeksi pada 1-2 bulan pertama pengobatan
4
etambutol dan pirazinamid tidak memiliki efek toksik terhadap darah. Obat
trombositopenia.(11)
persediaan zat besi dalam tubuh. Anemia penyakit kronik sering bersamaan
vitamin B6.(11)
tersebut akan saling bersinergi dalam menyebabkan kelainan pada darah yaitu
eritrosit. Nilai yang paling banyak dipakai adalah : Mean Corpuscular Volume
eritrosit volume sel rerata (MCV), Hemoglobin sel rerata (MCH), Konsentrasi
75% dari pasien tuberkulosis paru merupakan kelompok umur produktif (15-
Nilai Indeks Eritrosit dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya
menimbulkan efek serupa, sistem pertahanan tubuh menjadi lebih lemah dari
seharusnya.(23)
bahwa jumlah pasien tuberkulosis yaitu sebanyak 8 pasien (67%) dengan jenis
kelamin laki-laki lebih banyak daripada sebanyak 4 pasien (33%) dengan jenis
harus tuntas pengobatan sampai 6 bulan karena apabila kurang dari 2 bulan
atau sampai terputus akan menyebabkan resistensi atau kebal terhadap obat.(26)
Jenis obat anti tuberkulosis yaitu Isoniazid (INH) dan rifampirin dapat
antibodi mengikat membran sel darah merah dan penghancuran sel darah
merah. Oleh karena itu, semakin lama pasien tuberkulosis mengonsumsi OAT
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kabupaten atau kota yang
2019.
tentang pemeriksaan nilai indeks eritrosit serta hasil penelitian ini dapat
indeks eritrosit pada pasien tuberkulosis paru yang mendapat terapi obat
Maret – Mei 2019. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien
2.1 Anemia
yang beredar tidak dapat memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi
2. Perdarahan
genetik (bawaan).
12
13
defisiensi hematin.
Penyebabnya :
c. Gagal ginjal
dari normal.
14
2.1.4.1 Hemoglobin
Hemoglobin (Hb atau Hbg) adalah komponen utama dari sel darah merah
gram hemoglobin mengandung sekitar 1,34 mL oksigen. Massa sel darah merah
secara umum dengan mengukur persentase warna merah pada eritrosit. Terdapat 2
sianmethemoglobin.(19)
2.1.4.2 Hematokrit
Hematokrit ( Ht atau adalah Hct) disebut juga packed cell volume (PCV)
adalah pemeriksaan volume eritrosit dalam mililiter yang ditemukan dalam 100
dipengaruhi oleh faktor seluler dan plasma, seperti peningkatan atau penurunan
produksi eritrosit, ukuran eritrosit dan kehilangan atau asupan cairan. Nilai
15
hematokrit digunakan sebagai tes skrining sederhana untuk anemia dan mengukur
anemia.
dengan hitung jumlah eritrosit dan dikali 10. (31) Nilai rujukan adalah
dengan hitung nilai hematokrit dan dikali 100 % atau MCHC diperoleh
2.2 Tuberkulosis
(Yun.Mycos = dinding selnya bersifat sebagai lilin) oleh karena itu kuman ini
paru terbagi menjadi 2 yaitu tuberkulosis paru basil tahan asam positif dan
tuberkulosis paru basil tahan asam negatif. Gejala utama batuk, demam, keringat
malam, demam dan penurunan berat badan. Selain tuberkulosis paru ada
tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh selain
jaringan paru, misalnya: pleura (selaput paru), meningitis (selaput otak), ada
resiko terjadi kerusakan saraf permanen atau kematian bila tidak segera diterapi,
mengandung (BTA) basil tahan asam positif dan dibatukkan oleh penderita
tuberkulosis karena adanya kontak antara tetes ludah/ dahak tersebut dan luka di
kulit. Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar
selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup
TB paru diberikan dalam 2 fase, yaitu fase awal (intensif) selama ≤2 bulan dan
Pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung
minggu.
b. Fase Lanjutan
Pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu
yang lebih lama., Selama fase lanjutan diperlukan lebih sedikit obat.
1. Isoniazid
kuman tuberkulosis. Isoniazid berefek samping berat berupa hepatitis yang dapat
timbul pada kurang lebih 0,5% penderita. Efek samping yang ringan berupa
tanda-tanda keracunan pada saraf tepi, gangguan kesadaran dan kesemutan atau
nyeri otot.
2. Rifampisin
anggota kelompok antibiotik makrosiklik yang disebut rifamisin. Bila obat ini
3. Etambutol
etambutol. Etambutol tidak efektif untuk kuman lain. Obat ini menekan
4. Pirazinamid
menjadi asam pirazinoat yang aktif sebagai tuberkulostatik hanya pada media
5. Streptomisin
efektif. Namun sebagai obat tunggal, bukan obat yang ideal. Kira-kira 50-60%
dosis yang diberikan secara parental diekskresi dalam bentuk utuh dalam waktu
24 jam pertama. Sebagian besar, jumlah ini diekskresi dalam waktu 12 jam. Masa
paruh obat ini pada orang dewasa normal antara 2-3 jam dan dapat sangat
telah di tetapkan oleh WHO dan International Union Againts Tuberculosis and
yaitu kategori 1 dan kategori 2. OAT kategori 1 diberikan pada pasien baru
tuberkulosis paru BTA positif, pasien baru tuberkulosis paru BTA negatif rontgen
positif dan pasien tuberkulosis ekstra paru berat. Sedangkan untuk kategori 2
diberikan kepada pasien kambuh, gagal dalam pengobatan dan pasien yang lalai
dalam pengobatan.
22
1. Kategori-1 (2HRZE/4H3R3)
Panduan OAT ini diberikan pada pasien baru tuberkulosis paru BTA
positif, pasien baru tuberkulosis paru BTA negatif tetapi foto rontgen positif dan
pasien tuberkulosis ekstra paru berat. Fase intensif terdiri dari Isoniasid (H),
Rifampisin (R), Pirasinamid (Z) dan Etambutol (E) diberikan setiap hari selama 2
bulan. Kemudian diteruskan dengan fase lanjutan yang terdiri dari Isoniasid (H),
Rifampisin (R) diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan (4H3R3).
2. Kategori-2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan
Isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirasinamid (Z), etambutol (E) dan suntikan
streptomisin setiap hari dari UPK. Setelah itu dilanjutkan 1 bulan dengan
Isoniazid (H),Rifampisin (R), Pirasinamid (Z) dan Etambutol (E) setiap hari.
Setelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan selama 4 bulan dengan HRE yang
streptomisin diberikan setelah pasien selesai menelan obat. Kategori obat ini
diberikan kepada pasien kambuh, gagal dalam pengobatan dan pasien yang lalai
dalam pengobatan. Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2
bulan (2HRZ), diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan
diberikan 3 kali seminggu. Kategori obat ini diberikan kepada pasien BTA negatif
rongten positif sakit ringan dan pasien tuberkulosis ekstra paru ringan.
23
2.3.1 Umur
lahir sampai ulang tahun yang terakhir. Umur menjadi salah satu faktor yang
Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis tahun 2014 sekitar 75% dari pasien
menyebutkan bahwa nilai indeks eritrosit yang berumur produktif lebih banyak
lebih banyak daripada perempuan. kasus pria dilaporkan lebih tinggi karena pria
lebih banyak merokok, dan rokok bisa memengaruhi tingkat imunitas, sehingga
angka kejadian progresifitas kuman TB menjadi aktif.(6) Perbedaan pola hidup dan
24
aktivitas interaksi sosial dapat menyebabkan infeksi TB lebih banyak pada pria
dibandingkan wanita.(8)
bahwa jumlah pasien tuberkulosis yaitu sebanyak 8 pasien (67%) dengan jenis
kelamin laki-laki lebih banyak daripada sebanyak 4 pasien (33%) dengan jenis
kelamin perempuan.(24) Hal ini dapat terjadi karena pada penyakit TB paru
jenis kelamin laki-laki sifat keterpaparan dan kerentanan lebih tinggi daripada
perempuan.(25)
berdampak negatif pada pasien. Apalagi bila dikonsumsi jangka panjang, maka
efek samping yang berdampak negatif itu semakin besar. Pengobatan untuk pasien
tuberkulosis dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase intensif dan fase lanjutan. Fase
intensif berlangsung selama ≤2 bulan dan dilanjutkan dengan fase lanjutan selama
>2 bulan.(34)
eritrosit kurang dari normal dengan pengobatan 2 atau 4 bulan. (37) karena pada
tuntas pengobatan sampai 6 bulan apabila kurang dari 2 bulan atau sampai
spesifikasi ukuran sel yang melewati filter dengan memakai listrik untuk
otomatis, waktu yang digunakan lebih singkat dan lebih akurat itulah kenapa
Umur
Lama Pengobatan
Skala
NO Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur
1 Nilai Indeks Nilai hakiki dari ukuran rata-rata Metode Hematology 1. Normositik Ordinal
Eritrosit eritrosit pasien TB OAT yang Otomatik Analyzer Normokrom
dikategorikan dari MCV (Volume
Eritrosit Rata-rata) dan MCHC 2. Mikrositik
(Konsentrasi hemoglobin per unit Hipokrom
volume eritrosit) dinyatakan dalam
satuan fL, dan % untuk mengetahui 3. Makrositik
pengelompokkan anemia. dikatakan Hiperkrom
bila,
1. Normositik Normokrom, jika
MCV 80-98 fL dan MCHC 32-36 %
2. Mikrositik Hipokrom, jika
MCV <80 fL dan MCHC <32 %
3. Makrositik Hiperkrom, jika
MCV >98 fL dan MCHC >36 %. (19)
4 Lama Rentang waktu responden yang Wawancara Kuisioner 1. Fase Intensif Ordinal
Pengobatan mendapat pengobatan dari awal
hingga akhir. Pada pasien 2. Fase Lanjutan
tuberkulosis paru dibagi menjadi 2
fase, yaitu :
1. Fase Intensif: ≤2 bulan
2. Fase Lanjutan: >2 bulan
(Kemenkes, 2014)
BAB III
METODE PENELITIAN
cross sectional yaitu peneliti menilai variabel dependen dan variabel independen
dilakukan dan diukur dalam waktu bersamaan yang bertujuan untuk mengetahui
gambaran nilai indeks eritrsoit pada pasien tuberkulosis paru yang mendapat
tahun 2019.
tahun 2019. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret – Mei tahun 2019.
3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah jumlah seluruh pasien tuberkulosis paru yang mendapat
terapi obat anti tuberkulosis (OAT) yang memeriksakan diri di Puskesmas Sekip
28
29
Sampel penelitian adalah darah yang diambil pada pasien tuberkulosis paru
yang mendapat terapi obat anti tuberkulosis (OAT) di Puskesmas Sekip dan
tahun 2019
total sampling. Total Sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah
sampel sama dengan populasi. Alasan mengambil total sampling karena menurut
Sugiyono (2007) jika jumlah populasi yang kurang dari 100, maka seluruh
hematology analyzer
spesifikasi ukuran sel yang melewati filter dengan memakai listrik untuk
Pengisian Kuisioner
Hasil Pemeriksaan :
Normositik Normokrom
Mikrositik Hipokrom
Makrositik Hiperkrom
Analisa Data
dimana hasilnya akan disajikan dalam bentuk tabulasi dan narasi yaitu:
lama pengobatan pada pasien tuberkulosis paru yang mendapat terapi obat
mendapat terapi obat anti tuberkulosis (OAT) di Kota Palembang tahun 2019,
tuberkulosis paru yang mendapat terapi obat anti tuberkulosis (OAT) di Kota
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Nilai Indeks Eritrosit pada Pasien Tuberkulosis Paru
yang Mendapat Terapi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) di Kota Palembang
Tahun 2019
nilai indeks eritrosit pada pasien tuberkulosis paru yang mendapat terapi (OAT),
33
34
(53,5%) dengan hasil mikrositik hipokrom dan 2 pasien (4,7%) dengan hasil
makrositik hiperkrom.
Analisis data terhadap nilai indeks eritrosit pada pasien tuberkulosis paru
yang mendapat terapi obat anti tuberkulosis (OAT) di Kota Palembang tahun 2019
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Nilai Indeks Eritrosit pada Pasien Tuberkulosis Paru
yang Mendapat Terapi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) di Kota Palembang
Tahun 2019 Berdasarkan Umur
dengan umur tidak produktif ( >50 tahun ), sebanyak 8 pasien (80,0%) mengalami
Analisis data terhadap nilai indeks eritrosit pada pasien tuberkulosis paru
yang mendapat terapi obat anti tuberkulosis (OAT) di Kota Palembang tahun 2019
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Nilai Indeks Eritrosit pada Pasien Tuberkulosis Paru
yang Mendapat Terapi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) di Kota Palembang
Tahun 2019 Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan hasil dari 33 pasien dengan jenis kelamin
pasien (60,6%) yang mengalami mikrositik hipokrom dan 1 pasien (3,0%) yang
makrositik hiperkrom.
Analisis data terhadap nilai indeks eritrosit pada pasien tuberkulosis paru
yang mendapat terapi obat anti tuberkulosis (OAT) di Kota Palembang tahun 2019
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Nilai Indeks Eritrosit pada Pasien Tuberkulosis Paru
yang Mendapat Terapi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) di Kota Palembang
Tahun 2019 Berdasarkan Lama Pengobatan
terapi OAT dengan lama pengobatan dalam fase intensif, sebanyak 13 pasien
hiperkrom, sedangkan dari 27 pasien yang mendapat terapi OAT dengan lama
37
4.2 Pembahasan
untuk mengetahui gambaran nilai indeks eritrosit pada pasien tuberkulosis paru
yang mendapat terapi obat anti tuberkulosis (OAT) yang dilihat dari pemeriksaan
mendapat terapi obat anti tuberkulosis (OAT) tidak bersedia untuk dijadikan
sampel penelitian, dan juga sedikitnya pasien yang datang langsung ke puskesmas
untuk mengambil obat sehingga peneliti sulit untuk melakukan sampling. Peneliti
cara manual dan bukan dengan alat otomatik. Sampel darah yang di dapat dibawa
segera.
38
didapatkan rata-rata nilai indeks eritrosit pada pasien tuberkulosis paru yang
dari R, Suhartati. dkk tahun 2015 yang dilakukan di Puskesmas Cineam dan
normositik 55%.(20)
bahwa obat anti tuberkulosis (OAT) yang mempunyai efek toksik terhadap darah
menyebabkan sel darah merah mengecil berwarna pucat serta jumlahnya kurang
sideroblastik).(15)
zat besi dalam tubuh. Anemia penyakit kronik sering bersamaan dengan anemia
(12)
defisiensi besi dan keduanya memberikan gambaran penurunan besi serum.
(13)
Seluruh infeksi kronik termasuk tuberkulosis dapat menyebabkan anemia.
defisiensi besi atau beberapa jenis thalasemia, anemia akibat penyakit kronis,
darah terjadi perlahan - lahan tapi konsisten selama berbulan - bulan , akan terjadi
digunakan 1 g besi pada orang dewasa. Ukuran dan bentuk sel darah merah belum
lebih kecil dan kemudian berubah bentuk. Anemia dengan MCV tinggi, lebih dari
dengan umur tidak produktif ( >50 tahun ), sebanyak 8 pasien (80,0%) mengalami
Ain tahun 2018 yang mengatakan bahwa nilai indeks eritrosit yang berumur
produktif lebih banyak daripada umur yang tidak produktif.(22) Dimana didapatkan
hipokrom.
75% dari pasien tuberkulosis paru merupakan kelompok umur produktif (15-50
tahun).(21) Umur salah satu faktor yang memengaruhi imunitas seseorang terhadap
pada usia produktif. Hal ini karena pada umur yang produktif resiko untuk mudah
tuberkulosis paru maka dapat mengakibatkan individu tidak produktif lagi selain
itu kuman tersebut akan aktif kembali dalam tubuh yang cenderung terjadi pada
41
usia produktif bahkan akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan,
Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan hasil dari 33 pasien dengan jenis kelamin
pasien (60,6%) yang mengalami mikrositik hipokrom dan 1 pasien (3,0%) yang
makrositik hiperkrom.
lebih banyak daripada jenis kelamin perempuan. (24) Penyakit TB paru cenderung
lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan karena, jenis
tahun 2017, kasus TB lebih banyak pada pria dibanding wanita. Rasio pria :
wanita dewasa adalah 2 : 1.(5), kasus pria dilaporkan lebih tinggi karena pria lebih
banyak merokok, dan rokok bisa memengaruhi tingkat imunitas, sehingga angka
alkohol juga dapat menimbulkan efek serupa, sistem pertahanan tubuh menjadi
terapi OAT dengan lama pengobatan dalam fase intensif, sebanyak 13 pasien
hiperkrom, sedangkan dari 27 pasien yang mendapat terapi OAT dengan lama
Hasil penelitian indeks eritrosit pada penderita tuberkulosis paru sebagian besar
obat didalam tubuh yang dapat berpengaruh pada eritrosit terutama pada indeks
eritrosit. (22) Isoniazid (INH) dan rifampirin adalah obat yang dapat menyebabkan
membran sel darah merah dan penghancuran sel darah merah. Oleh karena itu,
sel darah merah. Selain itu, Isoniazid diketahui meningkatkan ekskresi vitamin B6
merah mengecil berwarna pucat serta jumlahnya kurang dari batas normal dan
sideroblastik adalah sindrom dengan banyak etiologi yang berbeda disertai adanya
sideroblas bercincin yang terlihat pada pewarnaan besi sumsum tulang. Diagnosis
anemia sideroblastik yaitu obat (alkohol, timah hitam, obat anti tuberkulosis
nonlimfositik.(16)
Pada bulan ke 5 sampai 6 efek samping OAT sudah mulai menurun dan
peningkatan hitung sel eritrosit, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit. Hal ini
disebabkan karena frekuensi minum obat tidak sesering pada bulan pertama dan
sampai bulan ke 4 sehingga nafsu makan pasien tidak terganggu, karena pada
bulan pertama sampai bulan ke 4 efek samping OAT muncul seperti hilangnya
nafsu makan, mual, muntah, lemas, pusing, gatal-gatal, nyeri perut bahkan
diare.(41)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
pasien tuberkulosis paru yang mendapat terapi obat anti tuberkulosis (OAT) di
1. Nilai indeks eritrosit pada pasien tuberkulosis paru yang mendapat terapi
hiperkrom.
mendapat terapi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dengan umur produktif (≤50
paru yang mendapat terapi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dengan jenis
44
45
hiperkrom.
paru yang mendapat terapi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dengan lama
5.2 Saran
vitamin tercukupi oleh tubuh, suplemen zat besi dan kecukupan protein
mendapat terapi OAT seperti riwayat penyakit dan indeks masa tubuh serta
tingkat pendidikan.
3. Bagi dokter wajib melalukan pemeriksaan nilai indeks eritrosit setiap pasien
1. Kementerian Kesehatan RI. Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. 2017.
Info Datin Penyakit tidak menular
From:http://www.pusdatin.kemkes.go.id/article/view/13010200029
/penyakit-tidak-menular.html
11. Setiabudi Rianto, dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi. 5th ed. Jakarta:
Gaya Baru
13. Lee SW, Kang YA, Yoon, et all, 2006. The prevalence and evolution of
anemia associated with tuberculosis. Journal of Korean Medical
Sciences. 21: 1028-32
20. Suhartati R., dan Yusrizall, 2015. Gambaran Nilai Indeks Eritrosit
Pada Pasien Tuberculosis Paru, Tasikmalaya : Vol5 No.8
Agustus 2015. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada.
23. Lönnroth K,dkk. 2008. Alcohol use as a risk factor for tuberculosis – a
systematic review. London, BMC Public Health
24. Yunis Arma. 2017. Gambaran Nilai Indeks Eritrosit Pada Penderita
Tuberculosis Paru di RSUD Kota Kendari. Kendari. Jurnal
33. Drs. Tan Hoan Tjay. 2018. Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan
dan Efek-Efek Sampingnya. Jakarta : PT. Alex Media
Komputindo
36. M, Dwi Winda. 2016. Gambaran Nilai Indeks Eritrosit pada pasien
tuberkulosis paru yang mendapat terapi obat anti tuberkulosis
(OAT) di RS. Khusus Paru Provinsi Sumatera Selatan Tahun
2016. Palembang.
40. Nurjana, M.A. 2015, Faktor resiko terjadinya tuberkulosis Paru pada
usia produktif (15-49 Tahun) Di Indonesia Risk Factors of
Pulmonary Tuberkulosis on Productive Age 15-49 Years.
Media Litbang Kesehatan, 25(3), 165-170
41. Thuraidah Anny, Rima Agnes Widya Astuti, Dinna Rakhima, 2017.
Anemia Dan Lama Konsumsi Obat Anti Tuberkulosis.
Poltekkes Kemenkes Banjarmasin : 3(2), 42-46
LAMPIRAN 1
Mahasiswa Pembimbing I
Nama : Agrilita Pratama Nama : Asrori, AMAK.,S.Pd.,MM
NIM : PO.71.34.0.16.040 NIP : 19690808 199101 1 001
Pembimbing II
Nama : Drs.Refai, M.Kes
NIP : 19610705 198202 1 001
Judul Karya Tulis Ilmiah :
Gambaran Nilai Indeks Eritrosit pada Pasien Tuberkulosis Paru yang
Mendapat Terapi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) di Kota Palembang Tahun 2019
LAMPIRAN 2
Dengan hormat,
Partisipasi saudara bersifat sukarela dan tanpa ada paksaan. Data yang
didapat akan sangat berguna sebagai referensi terhadap pihak terkait. Untuk
penelitian ini saudara tidak dikenakan biaya apapun. Keikutsertaan saudara dalam
penelitian ini akan menyumbang sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan di
masa mendatang.
Akhir kata saya ucapkan terimakasih kepada saudara yang telah ikut serta
berpartisipasi dalam penelitian ini. Setelah memahami berbagai hal yang
menyangkut penelitian ini diharapkan saudara bersedia mengisi lembar
persetujuan yang telah saya siapkan.
Agrilita Pratama
LAMPIRAN 3
INFORMED CONSENT
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Menyatakan bahwa:
1. Saya telah mendapat penjelasan segala sesuatu mengenai penelitian
“Gambaran Nilai Indeks Eritrosit pada Pasien Tuberkulosis Paru yang
Mendapat Terapi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) di Kota Palembang
Tahun 2019”
2. Setelah saya memahami penjelasan tersebut, dengan penuh kesadaran dan
tanpa paksaan dari siapapun bersedia ikut serta dalam penelitian ini
dengan kondisi :
a. Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan
hanya dipergunakan untuk kepentingan ilmiah.
b. Apabila saya inginkan, saya boleh memutuskan untuk keluar/ tidak
berpartisipasi lagi dalam penelitian ini tanpa harus menyampaikan
alasan apapun.
3. Bersedia dengan sukarela untuk menjadi responden penelitian “Gambaran
Nilai Indeks Eritrosit pada Pasien Tuberkulosis Paru yang Mendapat
Terapi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) di Kota Palembang Tahun 2019”.
Saya tidak akan mengkomplain segala akibat yang terjadi selama dan
sampai penelitian selesai.
(...................................................)
FORMAT KUISIONER
No. Responden :
Nama : ........................................................................
Alamat : .........................................................................................................
1. Normositik Normokrom
2. Mikrositik Hipokrom
3. Makrositik Hiperkrom
LAMPIRAN 5
Persiapan Alat :
1. Hematology Analyzer
2. Tabung EDTA
3. Rak Tabung
4. Turniquet
5. Spoit disposible
Persiapan bahan :
1. Darah Vena
2. Antikoagulan
4. Plester
4. Ditegangkan kulit di atas vena itu dengan jari-jari tangan kiri supaya
3 ml.
± 3 menit
LAMPIRAN 6
STATISTICS
Statistics
N Valid 43 43
Missing 0 0
Cases
IndeksEritrosit
Tidak Count 8 1 1 10
Produktif % within Umur 80.0% 10.0% 10.0% 100.0%
Total Count 18 23 2 43
Cases
Indeks Eritrosit
Perempuan Count 6 3 1 10
Cases
Indeks Eritrosit
Fase Count 5 21 1 27
Lanjut % within Lama Pengobatan
18.5% 77.8% 3.7% 100.0%
an
Total Count 18 23 2 43
DOKUMENTASI PENELITIAN
PROFIL PENULIS