Anda di halaman 1dari 8

DEMOKRASI TAHUN 1965-1998

DISUSUN OLEH:

1. Aditya Achmad Saputra (01)


2. Aliyah Hafshah Wardhany (05)
3. Belva Nadira Vega (10)
4. Khasyyatulloh Hafiz Ramadhani (18)
5. Tevy Zerlina Kartika (32)
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................................

A. Latar Belakang.............................................................................................................................

B. Rumusan Masalah.……………………………………………………………………………...

C. Tujuan...........................................................................................................................................

D. Manfaat........................................................................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Pembahasan Pertama................................................................................................................

BAB 3 PENUTUP

A.. Daftar Pustaka............................................................................................................................


Kata pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Pelaksanaan Demokrasi pada tahun 1965-1998 ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
guru pada bidang studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Pelaksanaan Demokrasi pada tahun 1965-1998 para pembaca dan juga bagi
penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Nur Fajri, selaku guru bidang
studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 16 September 2021

kelompok 8 XI ips 3
Bab 1
Pendahuluan

E. LATAR BELAKANG

Era baru dalam pemerintahan dimulai setelah melalui masa transisi singkat
yaitu pada 1965-1998, ketika Jenderal Soeharto dipilih menjadi Republik
Indonesia. Era ini kemudian dikenal sebagai orde baru dengan konsep
demokrasi pancasila.

Visi utama pemerintahan orde baru ini adalah untuk melaksanakan UUD
1945 secara murni dan konsekuen dalam aspek kehidupan masyarakat
Indonesia. Visi tersebut memberikan harapan bagi rakyat Indonesia terutama
berkaitan dengan perubahan-perubahan politik yang bersifat otoriter pada
masa demokrasi terpimpin menjadi lebih demokratis.

Meskipun begitu pada masa pemerintahan orde baru ini tidak mampu
memenuhi harapan masyarakat karena pada masa pemerintahan orde baru
ini bersifat otoriter serta pelaksanaan nya sama dengan kediktatoran

F. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Karakteristik Demokrasi Pada Periode 1965-1998?

G. TUJUAN

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang telah
diberikan oleh Bu Nur Fajri mata pelajaran Ppkn serta untuk memberi ilmu
baru pada masyarakat mengenai demokrasi yang terjadi pada tahun
1965-1998.

H. MANFAAT

Dengan membaca makalah ini, diharapkan masyarakat mendapatkan


manfaat yang baik yaitu memberi ilmu baru agar masyarakat dapat
memahami dan mengetahui informasi mengenai demokrasi yang terjadi
pada tahun 1965-1998 sehingga ilmu yang didapatkan berguna untuk
kehidupan sehari hari
Bab 2
Pembahasan

I. PEMBAHASAN PERTAMA

DEMOKRASI PADA TAHUN 1965-1998

Era demokrasi pada tahun 1965-1998 merupakan era baru yang dikenal
dengan orde baru yang menggunakan konsep demokrasi pancasila dengan
visi utama nya untuk melaksanakan pancasila dan UUD 1045 secara murni
dan konsekuen dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Indonesia

Visi tersebut membawa secercah harapan bagi rakyat Indonesia yang


menginginkan perubahan politik agar menjadi lebih demokratis. Namun, hal
itu tidak sepenuh nya terwujud karena pada masa itu pemerintahan bersifat
otoriter.

Pada akhir nya demokrasi pancasila masih jauh dari harapan masyarakat
karena kenyataan nya demokrasi pancasila sama dengan kediktatoran, lebih
jelas nya karakteristik dari demokrasi pancasila pada masa orde baru ini
berdasarkan pada indikator demokrasi.

Indikator demokrasi tersebut meliputi:

1. AKUNTABILITAS
Akuntabilitas adalah syarat untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan dan juga untuk
mengarahkan kekuasan agar mencapai tujuan nasional yang lebih baik, yakni mencapai
efisiensi,efektivitas, kejujuran, dan kebijaksanaan tertinggi.

Akuntabilitas yang terjadi pada demokrasi periode 1965-1998 muncul karena PKI gagal
melakukan gerakannya pada 30 September. Landasan formil yang digunakan pada
periode ini adalah Pancasila, UUD 1945 serta ketetapan-ketetapan MPRS. Dasar yang
membuat munculnya periode ini adalah bertujuan/ingin mengembalikan dan memurnikan
pelaksanaan pemerintahan yang berdasarkan pancasila dan UUD secara murni dan
konsekuen.

2. ROTASI KEKUASAAN
Rotasi kekuasaan eksekutif boleh dikatakan hampir tidak pernah terjadi. Kecuali pada
jajaran yang lebih rendah, seperti: gubernur, bupati/walikota, camat, dan kepala desa.
Kalaupun ada perubahan, selama pemerintahan Orde Baru hanya terjadi pada jabatan
wakil presiden, sementara pemerintahan secara esensial masih tetap sama.

3. POLA REKRUTMEN
Rekruitmen politik bersifat tertutup. Rekruitmen politik merupakan proses pengisian
jabatan politik di dalam penyelenggaraan pemerintah negara baik itu untuk lembaga
eksekutif (pemerintah pusat maupun daerah), legislatif (MPR, DPR, dan DPRD) maupun
lembaga yudikatif (Mahkamah Agung).

Dalam negara yang menganut sistem pemerintahan yang demokratis, semua warga
negara yang mampu dan memenuhi syarat mempunyai peluang yang sama untuk mengisi
jabatan politik tersebut. Akan tetapi, yang terjadi di Indonesia pada masa Orde Baru,
system rekruitmen politik tersebut bersifat tertutup, kecuali anggota DPR yang berjumlah
400 orang dipilih melalui Pemilihan Umum. Pengisian jabatan tinggi negara seperti
Mahkamah Agung, Dewan Pertimbangan Agung dan jabatan-jabatan lainnya dalam
birokrasi dikontrol sepenuhnya oleh lembaga kepresidenan

Demikian juga dengan anggota badan legislatif. Anggota DPR sejumlah 100 orang dipilih
melalui proses pengangkatan dengan surat keputusan Presiden. Sementara itu dalam
kaitannya dengan rekruitmen politik lokal (seperti gubernur dan bupati/walikota),
masyarakat di daerah tidak mempunyai peluang untuk ikut menentukan pemimpin mereka,
karena kata akhir tentang siapa yang akan menjabat diputuskan oleh Presiden. Jelas,
sistem rekruitmen seperti sangat bertentangan dengan semangat demokrasi.

4. PELAKSANAAN PEMILIHAN UMUM


Pemilihan Umum. Pada masa pemerintahan Orde Baru, Pemilihan Umum telah
dilangsungkan sebanyak tujuh kali dengan frekuensi yang teratur setiap lima tahun sekali.
Tetapi kalau kita amati kualitas pelaksanaan pemilihan umum tersebut masih jauh dari
semangat demokrasi. Karena Pemilihan Umum tidak melahirkan persaingan yang sehat,
yang terjadi adalah kecurangankecurangan yang sudah menjadi rahasia umum.

5. PEMENUHAN HAK-HAK DASAR WARGA NEGARA


pelaksanaan hak dasar warga negara. Sudah bukan menjadi rahasia umum lagi, bahwa
dunia internasional seringkali menyoroti politik Indonesia berkaitan erat dengan
perwujudan jaminan hak asasi manusia. Masalah kebebasan pers sering muncul ke
permukaan. Persoalan mendasar adalah selalu adanya campur tangan birokrasi yang
sangat kuat. Selama pemerintahan orde baru, sejarah pemberangusan surat kabar dan
majalah terulang kembali seperti yang terjadi pada masa orde lama, misalnya beberapa
media massa seperti Tempo, Detik, dan Editor dicabut surat izin penerbitannya atau
dengan kata lain dibredel setelah mereka mengeluarkan laporan investigasi tentang
berbagai masalah penyelewengan oleh pejabat-pejabat negara.
Selain itu, kebebasan berpendapat menjadi barang langka dan mewah. Pemerintah
melalui kepanjangan tangannya (aparat keamanan) memberikan ruang yang terbatas
kepada masyarakat untuk berpendapat. Pemberlakuan Undang- Undang Subversif
membuat posisi pemerintah kuat karena tidak ada control dari rakyat. Rakyat menjadi
takut untuk berpendapat mengenai kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Tidak jarang
pemerintah memenjarakan dan mencekal orang-orang yang mengkritisi kebijakannya.

Bab 3
Penutup

J. DAFTAR PUSAKA

https://brainly.co.id/tugas/19358741
https://mas-alahrom.my.id/pelajaran/mapel/pkn/pelaksanaan-demokrasi-pancasila-di-
indonesia-pada-periode-orde-baru-1965-1998
Bukti diskusi

Anda mungkin juga menyukai