Aspek legal keperawatan adalah aspek aturan keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada pelayanan kesehatan yang
profesional baik ditujukan kepada individu, keluarga, maupun masyarkat.
Profesi perawat dalam pelayanan kesehatan tidak saja membutuhkan kesabaran namun
harus dapat diandalkan dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan.
Untuk mewujudkan perawat yang profesional harus mempunyai “body of knowledge”
yang spesifik. Salah satunya sikap profesionalisme yang harus dimiliki seorang perawat antara
lain:
- Motivasi altruistik
(Perawat yang profesional didalam dirinya diharapkan mampu memiliki sikap
mementingkan kesejahteraan umum tanpa mengharapkan kepentingan pribadi)
- Standar kompetensi
(Perawat yang profesional juga memiliki pengakuan kemampuan yang diperoleh
melalui pendidikan atau pelatihan, salah satunya jenjang perguruan tinggi), dan
- Kode etik profesi
(Perawat yang profesional memiliki kewenangan yang diperoleh dari pemegang
otoritas di bidang tersebut melalui izin yang berlaku dan diatur oleh Departemen
Kesehatan)
Aspek legal keperawatan tidak terlepas dari aturan-aturan yang berlaku tentang praktek
keperawatan. Maka dari itu, kita harus mengetahui hukum-hukum yang ditetapkan kepada
seorang perawat.
Hukum-hukum itu antara lain mencakup fungsi hukum, pasal krusial, larangan, sanksi,
kewajiban dan hak perawat dalam praktik keperawatan sebagai berikut:
A. Fungsi Hukum dalam Praktik Keperawatan
• Hukum memberikan kerangka kerja untuk menetapkan jenis tindakan keperawtan
yang sah dalam asuhan klien.
• Hukum membedakan tanggung jawab perawat dari tenaga profesional kesehatan lain.
• Hukum membantu memberikan batasan tindakan keperawatan yang mandiri.
• Hukum membantu mempertahankan standar praktik keperawatan dengan meletakkan
posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum.
1
C. Larangan/Peringatan Praktik Keperawatan
• Perawat dilarang menjalankan praktik selain yang tercantum dalam izin dan
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan standar profesi.
• Kepala dinas atau organisasi profesi dapat memberikan peringatan lisan atau tertulis
kepada perawat yang melakukan pelanggaran.
• Peringatan tertulis diberikan paling banyak 3 (tiga) kali, apabila tidak dipedulikan SIK
dan SIPP dapat dicabut.
• Sebelum SIK dan SIPP dicabut kepala dinas kesehatan terlebih dahulu mendengar
pertimbangan dari Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan (MDTK) atau Majelis
Pembinaan dan Pengawasan Etik Pelayanan Medis (MP2EPM).