Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ketuban Pecah Dini
Di Ruang B3 Obstetri Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang
Oleh :
Sulistiyowati
1.1.10473
POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
PRODI KEPERAWATAN SEMARANG 2006 A. DEFINISI Ketuban pecah dini adalah ketuban pecah sebelum ada tanda-tanda persalinan. Tanda-tanda persalinan yang dimaksud adalah kontraksi uterus yang teratur disertai pembukaan atau pendataran serviks. KPD atau spontaneous/early/premature rupture of the membrane (PROM) ialah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pada primipara kurang dari 5 cm (Rustam Mochtar.Sinopsis Obstetri,Obstetri Patologi.1998). B. ETIOLOGI Penyebab KPD sebenarnya sulit ditentukan secara pasti. Beberapa hal yang menjadi faktor penyebab antara lain : 1. Kelainan letak janin yang menimbulkan keregangan pada kulit ketuban dan kemudian mudah pecah. 2. Tekanan intra uterus yang meninggi misalnya pada hydroamnion dan kehamilan ganda 3. Kelainan atau kelemahan pada kulit ketuban sendiri. Hal ini dipengaruhi oleh faktor kesehatan dan keadaan ibu : o Keadaan umum yang jelek karena penyakit menahun o Faktor gizi yang kurang atau jelek o Faktor infeksi, terutama daerah service uterus yang merambat keatas sehingga terjadi coroamnionitis. C. PATOGENESIS Beberapa hal yang berhubungan dengan KPD adalah : o Adanya hipermortilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah. Penyakit-penyakit seperti pieelo nefritis, sistisis, sevisitis dan vaginotis terdapat bersama-sama dengan hipermortilitas rahim. o Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban). o Infeksi (amnionitis atau korio amnionitis). o Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah multipara, malposisi, dispropobsi, servikx incomplete,dll. o Ketuban pecah dini artificial (amniotomi), dimana ketuban dipecahkan terlalu dini. D. TANDA DAN GEJALA Gejala utama KPD adalah keluarnya cairan ketuban secara spontan dengan/tanpa disertai rasa mules. Gejala utamanya adalah sebagai berikut : 1. Cairan dapat keluar sedikit-sedikit 2. Cairan dapat keluar wsaat tidur, duduk, atau pada saat aktivitas seperti berjalan, berdiri atau mengejan 3. Cairan dapat berwarna putih, keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan 4. Dapat disertai demam jika terjadi infeksi E. PENANGANAN Secara garis besar penanganan KPD tergantung pada umur kehamilan seperti bagan dibawah ini : < 36 minggu: konservatif Ketuban Pecah Dini >36 minggu : aktif
Tindakan konservatif pada KPD
o <36 minggu dengan infeksi 1. Berikan penisilin, gentamisin dan metronidazol 2. Lahirkan bayi o <36 minggu tanpa infeksi 1. Amoksisilin dan eritromisin untuk 7 hari 2. Steroid untuk pematangan paru o >36 minggu dengan infeksi 1. Berikan penisilin, gentamisin dan metronidazol 2. Lahirkan bayi o >36 minggu tanpa infeksi 1. Lahirkan bayi 2. Berikan penisilin atau ampisilin
F. BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN
1. Ketuban pecah lebih dari 12 jam tanpa tanda-tanda persalinan akan meningkatkan kejadian infeksi secara bermakna 2. Makin muda umur kehamilan saat terjadi ketuban pecah, makin buruk prognosis janin. Hal ini terlihat jelas bila umur kehamilan kurang dari 32-34 minggu 3. Adanya komplikasi prolapsus tali pusat atau kelainan letak akan memperburuk prognosis janin 4. Bila janin mati, usahakan lahirkan janin pervaginam baik dengan cara induksi oksitosin maupun embriotomi Bila tindakan diatas dapat menambah bahaya untuk ibu, baru pikirkan tindakan terminasi kehamilan atau persalinan. Dengan cara section caesaria. Bila keadaan sesaat membahayakan ibu, dan janin mati atau hidup, letak memanjang atau melintang, tindakan yang paling aman adalah sectio sesaria G. DIAGNOSA DAN INTERVENSI 1. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini ditandai dengan peningkatan suhu tubuh Tujuan : agar tidak terjadi infeksi Tindakan : Kaji tanda-tanda infeksi pada ibu dan janin. Lakukan VT (Vagina Touche) setiap 4 jam (pertahankan kesterilan) Bedrest total Kolaborasi pemberian antibiotik 2. Resiko tinggi terjadinya distress pada janin berhubungan dengan ketuban pecah dini ditandai dengan denyut jantung janin >140x per menit. Tujuan : agar tidak terjadi distress janin Tindakan : Kaji DJJ, perhatikan frekuensi dan regularitas. Biarkan klien memantau gerakan janin Kaji atau periksa adanya kontraksi uterus preterm, yang mungkin ataupun tidak disertai dengan dilatasi servix Pantau kemajuan persalinan dan kecepatan turunnya janin Siapkan klien untuk tes USG Siapkan dan bantu dengan terminasi kehamilan dengan induksi atau kelahiran sectio sesuai indikasi
3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ditandai dengan
kesalahan interpretasi atau kurang informasi Tujuan : ansietas berkurang atau dapat diatasi Tindakan : Jelaskan prosedur, intervensi keperawatan dan tindakan. Pertahankan komunikasi terbuka, diskusikan dengan klien kemungkinan efek samping dan hasil, pertahankan sikap optimis Jawab pertanyaan dengan jujur, termasuk informasi mengenai pola kontraksi dan status janin Anjurkan pengungkapan rasa takut dan atau masalah Libatkan keluarga untuk mendampingi pasien selama proses persalinan 4. Resiko terjadinya asfiksia berhubungan dengan distress janin selama proses persalinan Tujuan : agar tidak terjadi asfiksia Tindakan : Berikan O2 segera setelah bayi lahir Longgarkan jalan nafas dengan suction Hangatkan tubuh bayi PATWAYS
KETUBAN PECAH DINI
Kehamilan <36 minggu
Konservatuf
Terdapat tanda-tanda infeksi
Kehamilanmencapai 36 minggu
Aktif
Kehamilan < 32 minggu kehamilan 32-36 minggu
janin mati janin hidup janin mati janin hidup
letak letak letak letak
memanjang melintang memanjang lintang gagal induksi oksitosin
partus partus sectio partus partus partus sectio
pervaginam pervaginam sesarea pervaginam pervaginam pervaginam sesarea dengan dengan diskusikan dengan dengan dengan induksi induksi dengan induksi embriotomi induksi oksitosin oksitosin keluarga oksitosin oksitosin KETUBAN PECAH DINI Kehamilan >36 minggu