Anda di halaman 1dari 49

EVALUASI ATAS IMPLEMENTASI AKAD WADIAH YAD DHAMANAH BSI

TABUNGANKU  PADA PT. BANK SYARIAH INDONESIA KCP MALANG


BULULAWANG

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH
MUHAMMAD NASICHAN AL CHAFIZH
1771073

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AL-RIFAIE


PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN
2022
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian................................................................................................ 6
1.4. Manfaat Penelitian.............................................................................................. 7
BAB II.....................................................................................................................9
TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS..............................9
2.1. Penelitian Terdahulu........................................................................................... 9
2.2. Landasan Teori.................................................................................................. 13
2.2.1. Bank Syariah............................................................................................. 13
2.2.2. Implementasi............................................................................................. 19
2.2.3. Akad Wadiah............................................................................................. 20
2.3. Kerangka Konseptual....................................................................................... 34
BAB III..................................................................................................................36
METODE PENELITIAN....................................................................................36
1.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian..................................................................... 36
1.1.1. Pendekatan Penelitian............................................................................... 36
1.1.2. Lokasi Penelitian....................................................................................... 37
1.1.3. Informan Penelitian.................................................................................. 37
1.1.4. Instrumen Penelitian................................................................................. 37
1.1.5. Jenis dan Sumber Data............................................................................. 38
1.1.6. Metode Pengumpulan Data...................................................................... 41
1.1.7. Analisis Data............................................................................................. 42
1.1.8. Keabsahan Data......................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................46

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah menjadi
sumber kekuatan, inspirasi, dan ridha-Nya selama berlangsung pengerjaan
proposal skripsi ini. Rancangan penelitian ini mengambil judul :
EVALUASI ATAS IMPLEMENTASI AKAD WADIAH YAD DHAMANAH
BSI TABUNGANKU  PADA PT. BANK SYARIAH INDONESIA KCP
MALANG BULULAWANG
yang disusun sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana dalam Program
Studi Ekonomi pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Al-Rifaie.
Pada kesempatan ini, dengan tulus dan kerendahan hati, peneliti
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih peneliti tujukan kepada Pembimbing
sebagai seseorang yang membimbing proposal skripsi, atas kesediaannya
membimbing, memotivasi, pengarahan, dan waktu beliau sehingga penelitian
dapat menyelesaikan rancangan penelitian ini.
Dengan ini pula, perkenankan peneliti mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Al-Rifa'i, para
dosen pengajar Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Al-Rifa'i yang telah
memberikan materi pengajaran yang bermanfaat selama proses perkuliahan dan
staf pegawai yang telah banyak membantu dalam hal administrasi yang
diperlukan.
Ucapan terimakasih yang tulus kepada kedua orang tua tercinta yang sudah
memberikan dukungan dan doa yang selalu dipanjatkan demi kelancaran setiap
proses perkuliahan dan penyelesaian proposal ini., serta kepada saudara-saudara
saya tercinta yang juga sudah memberikan dukungan dan semangat dalam setiap
proses
Akhir kata, peneliti mengharapkan kiranya masukan atas rancangan
penelitian ini baik dari teman maupun instansi yang telah memberikan manfaat
khususnya bagi peneliti sendiri, pembaca, dan untuk kita semua.

Malang, 23 Februari 2022

Muhammad Nasichan Al chafizh


1771073

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di era perekonomian yang bersaing sudah seharusnya perbankan

menjadi instansi yang sangat di butuhkan dalam menunjang perekonomian.

Perbankan menjadi instansi keuangan yang sangat di percaya masyarakat

sebagai intermediasi dalam melakukan kegiatan ekonomi. Lembaga

perbankan merupakan salah satu instrument penting dalam sistem ekonomi

modern. Tidak satu pun negara modern yang menjalankan kegiatan

ekonominya tanpa melibatkan lembaga perbankan.

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf

hidup rakyat banyak1. Bank syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan

usaha berdasarkan prinsip syariah. Yaitu aturan perjanjian berdasarkan

hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk penghimpunan dana dan

pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai

dengan syariah. Dan dalam menjalankan usahanya bank syariah

menggunakan pola bagi hasil yang merupakan landasan utama dalam segala

operasinya, baik dalam produk pendanaan, pembiayaan maupun dalam

produk lainya.

1
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm. 29.

1
Sebagai kaum muslim kita sendiri tau bahwa dalam islam dilarang

memakan riba seperti yang dijelaskan pada Surah Ali–Imran ayat 130 yang

berbunyi :

ِ َّ
َ‫اع َف ةً ۖ? َو َّات ُق وا اللَّ ه‬
َ ‫ض‬َ ‫َأض َع افً ا ُم‬ ِّ ‫آم نُ وا اَل تَ ْأ ُك لُ وا‬
ْ ‫الر بَ ا‬ َ ‫ين‬َ ‫يَ ا َأيُّ َه ا ال ذ‬
َ ‫لَ َع لَّ ُك ْم ُت ْف لِ ُح‬
‫ون‬

Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan ”

Produk Penghimpunan dana diantaranya ialah tabungan, giro, dan

deposito yang dilakukan Bank Syariah berbeda jauh dengan konvensional.

Perbedaannya adalah penghimpunan dana dalam Bank Syariah tidak

didasarkan atas nama produk melainkan berdasarkan prinsip yang digunakan.

Bank Syariah menerapkan prinsip-prinsip yang sesuai dengan syariat islam

salah satu diantaranya ialah akad wadi’ah. Artinya dari teori akad wadi’ah

yang berarti titipan murni menurut Fiqih Muamalah, pada praktek operasional

di Perbankan Syariah menggunakan prinsip wadi’ah yad adh-dhamanah.

Dalam tradisi fiqih Islam Al-wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan

murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum,

yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. Bank

sebagai penerima titipan tidak ada kewajiban untuk memberikan imbalan dan

bank syariah dapat mengenakan biaya penitipan barang tersebut. Namun, atas

kebijakannya bank syariah dapat memberikan “bonus” kepada penitip2.

2
Ascarya, Akad dan Produk Bank syariah, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2017),
hlm.74

2
Selain itu, wadi’ah dapat juga diartikan perjanjian dana atau barang-

barang dari pemilik kepada penyimpan dana atau barang dengan kewajiban

bagi pihak yang menyimpan untuk mengembalikan dana atau barang titipan

sewaktu-waktu. Menurut undang-undang Perbankan Syariah akad wadi’ah

adalah akad penitipan barang atau uang antara pihak yang mempunyai barang

atau uang dan pihak yang diberi kepercayaan dan tujuan untuk menjaga

keselamatan, keamanan serta keutuhan barang atau uang yang dititipkan3.

Akad Wadi’ah hanya diperuntukkan pada produk tabungan dan giro

yang dimana tabungan menurut undang-undang Perbankan Nomor 10 tahun

1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut

syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek,

bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Penarikan

hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati

maksudnya adalah untuk menarik uang yang disimpan direkening tabungan

antar satu bank dengan bank lainnya berbeda tergantung dengan bank yang

mengeluarkannya.

Secara umum Giro merupakan simpanan yang penarikannya dapat

dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah

bayar lainnya, atau dengan pemindah bukuan. Giro Syariah adalah giro yang

dijalankan sesuai prinsip-prinsip syariah. Dewan Syariah Nasional telah

mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa giro yang dibenarkan secara

syariah adalah giro yang dijalankan berdasarkan prinsip wadi’ah dan

3
Muammar Arafat Yusmad,Aspek Hukum Perbankan Syariah Dari Teori Ke Praktik,
(Yogyakarta: Grup Penerbit CV Budi Utama,2018), hlm.40

3
mudharabah4. Adapun yang dimaksud dengan deposito syariah adalah

deposito yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan

Syariah Nasional MUI telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa

deposito yang dibenarkan adalah deposito yang berdasarkan prinsip

mudharabah. Semakin majunya kehidupan manusia, semakin banyak

kebutuhan manusia terhadap produk-produk dan jasa bank. Oleh sebab itu

Bank Syariah Indonesia sebagai Bank Syariah pertama di Indonesia berbagi

inovasi produk dan salah satu nya adalah produk TabunganKu.

BSI Tabungan Ku merupakan tabungan dengan akad Wadiah Yad

Dhamanah untuk perorangan dengan persyaratan mudah dan ringan yang

diterbitkan secara bersama oleh bank-bank di Indonesia guna menumbuhkan

budaya menabung serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat yakni

dengan membuka rekening TabunganKu setoran minimumnya hanya Rp

20.000-, dan bebas biaya administrasi, produk ini di peruntukan perorangan

usia minimum 17 tahun ke atas.

Tabungan Ku merupakan salah satu produk penghimpun dana atau

simpanan nasabah di Bank Syariah yang menggunakan akad wadi’ah.

Landasan hukum tabungan wadi’ah mengacu pada Fatwa Dewan Syariah

Nasional No: 02//DSN-MUI/IV/2000, menyebutkan bahwa tabungan yang

dibenarkan, yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah dan

wadi’ah5. Apapun nama produk, yang diperhatikan adalah prinsip yang

dipergunakan atas produk tersebut, karena hal ini sangat terkait dengan

besaran hasil usaha yang akan diperhitungkan dalam pembagian hasil usaha
4
Adiwarman,A.Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Depok: PT Raja
Grafindo Persada, 2017), hlm. 351
5
Ahmad Dahlan, Bank Syariah: Teoritik,Praktik,kritik,(Yogyakarta: Teras,2012), hlm.137

4
yang akan dilakukan antara pemilik dana/deposan (shahibul maal) dengan

bank syariah sebagai mudharib.

Keberhasilan suatu usaha tergantung pada kemampuan bank yang

bersangkutan dalam menerapkan prinsip dasar operasional bank syariah

sesuai syariat Islam. Hal ini menuntut bank syariah untuk menentukan

penerapan yang tepat untuk mencapai tujuan bank. Khususnya dalam

penghimpunan dana yang bersifat titipan atau biasa disebut dengan wadi’ah.

Dengan keberadaan PT. Bank Syariah Indonesia KCP Malang Bululawang

diharapkan dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi masyarakat

di Bululawang dan sekitarnya dalam menitipkan harta atau barangnya kepada

bank melalui salah satu produk yang ada di PT. Bank Syariah Indonesia KCP

Malang Bululawang yaitu BSI Tabungan Ku. Tabungan Ku adalah simpanan

untuk perorangan dengan persyaratan mudah dan ringan, tabungan dengan

akad wadi’ah yang bersifat titipan dan penarikannya dapat dilakukan setiap

saat berdasarkan syarat-syarat yang disepakati. Tabungan ini diperuntukan

untuk umum dengan syarat sudah memiliki kartu tanda pengenal ataupun

kartu identitas lainnya dengan usia minimal 12 tahun. PT. Bank Syariah

Indonesia KCP Malang Bululawang. Namun masih banyak masyarakat yang

belum memahami lebih luas tentang tabungan yang bersifat titipan di PT.

Bank Syariah Indonesia KCP Malang Bululawang ini.

Dengan melihat uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti

tertarik untuk menganalisis bagaimana penerapan akad wadi’ah pada

tabunganku di PT. Bank Syariah Indonesia KCP Malang Bululawang.

Dengan demikian maka melalui laporan penelitian Tugas Akhir ini peneliti

5
mengambil judul "Evaluasi Atas Implementasi Akad Wadi'ah Yad

Dhamanah BSI TabunganKu  Pada PT. Bank Syariah Indonesia KCP

Malang Bululawang"

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan ilatar ibelakang iyang itelah idipaparkan idiatas,isehingga

i dirumuskan ibeberapa ipokok imasalah iyang iakan idibahas iyaitu i:

1. Bagaimana implementasi akad Wadi'ah Yad Dhamanah yang digunakan

pada BSI TabunganKu di PT. Bank Syariah Indonesia KCP Malang

Bululawang?

2. Bagaimana mengevaluasi penerapan akad Wadi'ah Yad Dhamanah yang

digunakan pada BSI TabunganKu di PT. Bank Syariah Indonesia KCP

Malang Bululawang?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untukimengetahuiiimplementasi akad Wadi'ah Yad Dhamanah yang

digunakan pada BSI TabunganKu di PT. Bank Syariah Indonesia KCP

Malang Bululawang.

2. Untuk mengevaluasi penerapan akad Wadi'ah Yad Dhamanah yang

digunakan pada BSI TabunganKu di PT. Bank Syariah Indonesia KCP

Malang Bululawang.

1.4. Manfaat Penelitian

6
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka hasil dari penelitian

diharapkan oleh peneliti yaitu dapat memberikan manfaat, baik manfaat dalam

teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Dari penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat bermanfaat bagi

pembaca dan peneliti selanjutnya untuk menambah wawasan, bahan

pertimbangan atau dikembangkan lebih lanjut, serta dapat memberikan

referensi untuk meneliti dengan tema yang sama tetapi dengan variabel

yang berbeda.  khususnya mengenai akad Wadi'ah Yad Dhomanah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Lembaga

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan

yang sangat berguna dalam mengembangkan ilmu pengetahuan serta

menambah wawasan pemikiran serta pemahaman dibidang perbankan

dan ekonomi syariah, khususnya mengenai akad Wadi'ah Yad

Dhomanah.

b. Bagi Akademik

Bagi akademik diharapkan penelitian ini memberikan sumbangsih

perbendaharaan kepustakaan di STIE Al-Rifa'i

3. Manfaat Kebijakan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan arahan

kebijakan bagi pengembangan lembaga keuangan khususnya pada PT.

7
Bank Syariah Indonesia KCP Malang Bululawang dengan baik, efektif,

serta bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

3.1. Penelitian Terdahulu

Di antara kajian yang membahas tentang kualitas pelayanan adalah sebagai

berikut:

Nama Variabel Alat


No. Judul Penelitian Hasil
Peneliti Analisis
1. Mohammad PENERAPAN Pelaksan penelitian Dalam pelaksanaan
Lutfi AKAD WADIAH DI aan Akad deskriptif Wadi’ah harus
PERBANKAN Wadiah dengan memenuhi rukun dan
(2020)
SYARIAH metode syarat tertentu. Al-
pendekatan jaziri mengungkapkan
yuridis pendapat para imam
empiris madzhab adalah
sebagai
berikut.Menurut
Hanafiyah, rukun al-
wadi’ah ada satu,
yaitu ijab dan qabul.
sedangkan yang
lainnya termasuk
syarat dan tidak
termasuk rukun.
Menurut Hanafiyah,
dalam shighah ijab
dianggap sah apabila
ijab tersebut
dilakukan dengan
perkataan yang jelas
(sharih) maupun
dengan perkataan
samaran (kinayah).
Hal ini berlaku juga
untuk kabul,
disyaratkan bagi yang
menitipkan dan yang
dititipi barang dengan
mukalaf. Tidak sah
apabila yang

9
menitipkan dan yang
menerima benda
titipan adalah orang
gila atau anak yang
belum dewasa
(shabiy). Keuntungan
(Laba) dalam
Wadi’ah beberapa
ulama’ yang
memperbolehkan dan
ada yang tidak
memperbolehkan.
Rusak dan hilangnya
benda Titipan apabila
orang itu sengaja
maka barang titipan
itu harus diganti
apabila ada unsur
ketidaksengajaan
maka perlu
kesepakatan dari
pihak pemilik.
2. Illailatuz Strategi Pengelolahan Wadi’ah Kualitatif Dalam penerapannya
Zakkiya Dana Wadiah Yad Yad yang bersifat hasil dari penelitian
(2015) Dhamanah Pada Dhaman ah, diskriptif ini yaitu Wadiah ini
Produk Sahara produk dapat diambil tiap
(Simpanan Hari Sahara bulan ramadhan
Raya) Di Kjks Bmt dengan setoran
Bahtera Pekalongan minimal Rp. 15.000,-
setiap minggunya.
Bonusnya di dapatkan
di akhir periode atau
pada pengambilan di
bulan ramadhan

10
3. Sri Eko Ayu Implementasi Prinsip Impleme dianalisa implementasi syariah
Indrawati Wadi’ah Di Bank ntasi melalui pada bank terkait
(2017) Muamalat Indonesia Prinsip pendekatan dengan dana yang
Kota Malang Wadi’ah deskriptif didepositkan dengan
kualitati menggunakan akad
wadi’ah

4. Authar Implementasi Akad Implentasi kualitatif Produk Si Tampan


Fahmi Wadiah Pada Produk Akad yang bersifat merupakan produk
(2019) Si Tampan Wadi’ah, diskriptif penghimpun dana
(Simpanan Tabungan simpanan yang dalam pratiknya
Masa Depan tabungan. menggunakan akad
Anggota) Di Kjks wadiah dimana
Nusa Indah Cepiring anggota menitipkan
dananya sebesar Rp.
40.000,- tiap bulan di
KJKS Nusa Indah

5. Dewi Implementasi Akad Impleme Pendekatan Implementasi pada


Wulandari Wadi’ah Pada Produk ntasi Akad kualitatif produk simpanan
(2018) Simpanan Ummat Di Wadi’ah, ummat di KSPPS
Kspps Marhamah Produk Marhamah Wonosobo
Wonosobo Simpanan ini akad yang
digunakan adalah
akad wadi’ah.

6. Oliv Amalia The Application of Wadiah, Wawancara Akad wadiah adalah


Rahmasari, Wadiah Contract on Islamic dan akad yang digunakan
Nur Rizqi Islamic Banking banks, dokumentasi bank syariah dalam

11
Febriandika Savings Products Financia l produk tabungan
(2019) Through Branchless Services berupa penyetoran
Banking (Conformity dana antara pemilik
Analysis on Fatwa dana dengan penerima
DSN-MUI and simpanan yang
POJK) Penerapan dipercaya untuk
Akad Wadiah pada mengamankan
Produk Tabungan dananya.
PerbankanSyariah
Melalui Branchless
Banking (Analisis
Kesesuaian Fatwa
DSN-MUI dan
POJK)
7. Jihan Destia Implementasi Akad Impleme Pendekatan Tabungan SimPel Ib
(2019) Wadiah Yad ntasi akad kualitatif merupakan salah satu
Dhamanah Pada Wadiah yad produk tabungan
Produk Tabungan dhamma untuk anak yang
Simpanan Pelajar nah pada diluncurkan di PT.
(Simpel) IB Di Pt. tabunga n BRIS yariah Tbk KC
Bank Bri Syariah Tbk simanan Medan S. Parman.
Kc. Medan S.Parman pelajar Tabungan ini
menggunakan akad
wadi’ah yad
dhamanah yang
berarti penerima
titipan berhak
mempergunakan
dana/barang titipan
untuk didaya gunakan
tanpa ada kewajiban
untuk memberikan
imbalan kepada
penitip dengan tetap
pada kesepakatan
dapat diambil setiap
saat diperlukan.

Dari penjelasan yang telah di paparkan di atas terkait kajian terdahulu

meujukan bawah penelitian terkait Evaluasi Atas Implementasi Akad Wadi'ah

Yad Dhamanah BSI TabunganKu  Pada PT. Bank Syariah Indonesia KCP

12
Malang Bululawang, belum pernah dikaji oleh peneli lain. Penelitian ini menarik

untuk dikaji selain memberikan reverensi terhadap menejemen, penelitian ini

juga memeberikan rujukan kepada masyarakat.

3.2. Landasan Teori

3.2.1. Bank Syariah

3.2.1.1. Pengertian Bank Syariah

Bank syariah pada awalnya muncul sebagai respon dari kelompok

ekonom dan praktisi perbankan muslim yang berupaya menyediakan desakan

dari berbagai pihak yang menginginkan agar tersedianya jasa keuangan yang

berlandaskan nilai moral dan prinsip- prinsip syariah islam. Terutama yang

berkaitan dengan pelarangan pr aktik riba, maisir (spekulasi), dan gharar

(ketidakjelasan).6

Defenisi bank secara umum menurut UU nomor 22 tahun 2008 pasal 1

butir 2 adalah “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk Simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat

dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf

hidup rakyat”. Sedangkan defenisi Bank Syariah dijlaskan pada UU Nomor 22

Tahun 2008 Pasal 1 butir 7 yaitu “Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan

kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas

Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah”. Menurut Undang-

Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998,

bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

6
Umam, Khaerul. Manajemen Perbankan Syariah.( Bandung: Pustaka Setia 2013.) hlm
12

13
banyak. Dana atau uang yang dihimpun dalam bentuk simpanan disalurkan

dalam bentuk kredit dan dalam usahanya bank juga memberikan jasa keuangan

lainnya7.

Bank Islam atau biasa disebut dengan Bank Tanpa Bunga, adalah

lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan

berlandas-kan pada Al-Qur’an dan Hadis Nabi Saw. atau dengan kata lain, Bank

Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan

dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang

yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat islam.8

Menurut Ensiklopedi Islam (Warkum Sumitro, 2004), Bank Islam adalah

lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam

lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoprasiannya disesuaikan

dengan prinsip-prinsip syariah islam. Bank syariah adalah bank yang

menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut

jenisnya terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS) merupakan bank syariah yang

dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank syariah yang dalam

kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayarannya.

Adanya bank syariah diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap

pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui pembiayaan-pembiayaan yang

dikeluarkan oleh bank syariah. secara khusus peranan bank syariah secara nyata

dapat terwujud dalam aspek-aspek berikut:

1. Menjadi perekat nasionalisme baru. Artinya, bank syariah dapat menjadi


7
Frianto Pandia dkk, Lembaga Keuangan (Jakarta: Rineka Cipta.2015) hlm. 10
8
Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. (Yogyakarta: UPP YKPN.2016)
hlm 02

14
fasilitator aktif bagi terbentuknya jaringan usaha ekonomi kerakyatan.

2. Memberdayakan ekonomi umat dan beroperasi secara transparan. Artinya,

pengelolaan bank syariah harus didasarkan pada visi ekonomi kerakyatan,

dan upaya ini terwujud jika ada mekanisme operasi yang transparan.

3. Memberikan return yang lebih baik. Artinya, investasi di bank syariah

tidak memberikan janji yang pasti mengenai return (keuntungan) yang

diberikan kepada investor. Oleh karena itu, bank syariah harus mampu

memberikan return yang lebih baik dibandingkan dengan bank

konvensional.

4. Mendorong penurunan spekulasi di pasar keuangan. Artinya, bank syariah

mendorong terjadinya transaksi produktif dari dana masyarakat. Dengan

demikian, spekulasi dapat ditekan.

5. Mendorong pemerataan pendapatan. Artinya, bank syariah bukan hanya

mengumpulkan dana pihak ketiga, namun dapat mengumpulkan dana

zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS).

6. Peningkatan efesiensi mobilisasi dana. Artinya, adanya produk al-

murobahah al-muqayyadah, berarti terjadi kebebasan bank untuk

melakukan invesatasi atas dana yang diserahkan oleh investor.

7. Uswah hasanah implementasi moraldalam penyelenggaraan usaha bank.

Bank syariah karena sifatnya sebagai bank berdasarkan prinsip syariah

wajib memposisikan diri sebagai uswah hasanah (teladan yang baik).

dalam implementasi moral dan etika bisnis yang benar atau melaksanakan

etika dan moral agama dalam aktivitas ekonomi.9

Menurut Nasution dan Fatira perbedaan bank syariah dan konvensional


9
Kasmir. Pemasaran Bank. (Jakarta: Kencana. 2018 ) hlm 71

15
terdiri atas lima kriteria antara lain10:

Tabel 2.1
Tabel Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional11

No. Kriteria Bank syariah Bank Konvensional

1. Kehalalan dalam Dalam melaksanakan transaksi Dalam melaksanakan

bertransaksi penghimpunan dan penyaluran transaksi penghimpunan

dana harus memenuhi syarat dan penyaluran dana

halal dan disetujui oleh fatwa dilakukan dengan segala

Dewan Pengawas Syariah. cara baik halal maupun

haram.

2. Imbalan yang Berdasarkan prinsip bagi hasil, Memakai perangkat

diberikan jual beli atau sewa. konsep bunga dan

konsep biaya.

3. Hubungan Bentuk kemitraan. Bentuk hubungan

dengan kreditur-debitur.

nasabah

4. Struktur Terdiri dari komisaris, Dewan Terdiri dari komisaris

organisasi Pengawas Syariah, dan direksi. dan direksi saja.

10
Nasution, Anriza Witi dan Marlya Fatira AK. Pengantar Perbankan Syariah Untuk
Profesional Muda. (Yogyakarta: Andi Offset.2013) hlm 23
11
Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
2014) hlm 34

16
5. Risiko usaha Dihadapi bersama antara bank Risiko usaha menjadi

dan nasabahnya serta tidak beban salah satu pihak

mengenal negativ spread. serta dihadapi bersama

antara mengenal negativ

spread antara

pendapatan bunga dan

beban bunga.

3.2.1.2. Asas dan Fungsi Bank Syariah

Asas perbankan syariah menurut undang-undang Nomor 21 Tahun 2008

tentang bank syariah, menyatakan bahwa perbankan syariah dalam melakukan

kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, demokrasi ekonomi dan prinsip

kehati-hatian. Sedangkan tujuang bank syariah adalah menunjang pelaksanaan

pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan,

dan pemerataan kesejahteraan ekonomi rakyat.

Fungsi bank syariah menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008

dalam pasal 4 yang terdiri dari :

a. Menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat.

b. Menjalankan funsi social dalam bentuk lembaga baitul mall yaitu menerima

dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah atau dana social lainnya

dan menyalurkan dana kepada organisasi pengelola zakat.

c. Bank syariah dapat menghimpun dana social yang beasal dari wakaf uang

dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai kehendak

pemberi wakaf (wakif).

17
d. Pelaksanaan social.12

3.2.1.3. Tujuan Bank Syariah

Fungsi utama bank syariah menjebatani antra pemilik modal atau

kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana, maka dibentuklah bank-

bank islam dengan tujuan-tujuan sebagai berikut:

a. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalat secara islam,

khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar

dari praktik-praktik riba atau jenis-jenis usaha atau perbadangan lain yang

mengandung unsur gharar (tipuan) dimana jenis-jenis usaha tersebut selain

dilarang dalam islam, juga telah menimbulkan dampak negatife terhadap

kehidupan ekonomi umat.

b. Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi, dengan jalan

meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi

kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal (orang kaya) dengan

pihak yang membutuhkan dana (orang miskin).

c. Untuk membantu menanggulangi masalah kemiskinan, yang ada pada

umumnya merupakan program utama darai Negara-negara yang sedang

berkembang.

d. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat, dengan jalan membuka peluang

berusaha yang lebih besar terutama kepada kelompok miskin, yang

diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya

kemandirian berusaha (berwira usaha).

12
Ikit. Akuntansi Penghimpun Dana Bank Syariah (Yogyakarta: Deepubish,2015). Hlm
47

18
e. Untuk menjaga kestabilan ekonomi moneter pemerintah. Dengan aktivitas-

aktivitas bank islam yang diharapkan mampu menghindarkan inflasi akibat

penerapan system bunga, menghindarkan persaingan yang tidak sehat antara

lembaga keuangan, khususya bank dari pengaruh gejolak moneter baik dari

dalam maupun luar negeri.

f. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat islam terhadap bank non-islam

(konvensional) yang menyebabkan umat islam tidak bisa melaksanakan

ajaran agamanya secara penuh, terutama dibidang kegiatan bisnis dan

perekonomiannya.13

3.2.2. Implementasi

Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan rencana yang telah

disusun dengan cermat dan rinci. Implementasi ini tidak hanya aktivitas, tetapi

suatu kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dengan serius dengan

mengacu pada norma-norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan tersebut.

Oleh karena itu pelaksanaannya tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh

objek-objek berikutnya. Terkait dengan hal ini, tentang memahami implementasi

menurut para ahli. Menurut Nurdin Usman dalam bukunya yang berjudul

konteks Implementasi Bebasis Kurikulum, implementasi adalah bermuara pada

aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi

bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk

mencapai tujuan kegiatan.

Menurut Guntur Setiawan dalam bukunya yang berjudul implementasi

Dalam Birokrasi pembangunan, Implementasi adalah perluasan aktivitas yang


13
Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait
(BAMUI, Takaful dan Pasar Modal Syariah) di Indonesia (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014)
hlm 17

19
saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk

mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif.

3.2.3. Akad Wadiah

Kata analisis atau analisa berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu

“analusis” yang artinya melepaskan. Beberapa ahli pernah menjelaskan

mengenai definisi analisis, diantaranya adalah Istilah wadi’ah berasal dari kata

wada’a yang artinya meninggalkan atau menitipkan sesuatu pada seseorang

untuk dipelihara. Akad wadi’ah merupakan titipan murni yang setiap saat dapat

diambil jika pemiliknya menghendaki. Wadi'ah menurut bahasa adalah barang

yang dititipkan orang lain supaya dijaga. Sedangkan menurut istilah Wadi'ah

adalah pemberian otoritas pemilikan suatu barang kepada orang lain agar dijaga

secara jelas dan tegas.

Dalam Kahzanah ilmu fiqih muamalah terdapat dua konsep yang dari sisi

bunyi bacaan hampir sama, tetapi memiliki arti yang berbeda yaitu al-wadi’at.

Konsep yang pertama digandengkan untuk dibedakan dengan konsep al-

murabahat. Al-murabahat adalah penjualan suatu barang yang telah dibeli

disertai keuntungan yang disepakati.

(‫)املراجه هي البيع بالثمن الذي اشرتيت به السلعه مع ربح عظيم‬


Sementara al-wadhi’at adalah penjualan suatu benda yang telah dibeli

seseorang kepada yang lain dengan harga yang lebih rendah.

)‫(الوضعه هي البيع باقل من امثن‬


Ada dua pengertian al-wadi’at dilihat dari makna bahasa: yang pertama,

penitipan (‫ )االيداع‬sesuatu yang disimpan di orang lain untuk menjaganya. Yang

kedua, meninggalkan (‫)الترك‬, dan perwakilan dalam pemeliharaan harta (‫الحفظ‬

20
‫)وكان له في‬

Secara terminologi, para ulama mendekati al-wadi’at dengan dua

pendekatan, yaitu al’wadi’at dalam arti proses akad (‫)االيداع‬, dan barang yang

dititipkan. Perbedaan terlihat ketika mereka merumuskan terminologi konsep ini

serta istilah teknis yang dipergunkan sebagai key word. Kata kunci yang

dipergunakan oleh malikiyah, syafi’iyah, dan Hanabilah dalam mendefenisikan

al- wadi’at sebagai (‫)االي????داع‬, ialah “perwakilan”. Sedangkan Hanfiyah

mempergunakan istilah “penguasaan”.

Ulama Mazhab Hanafi mendefinisikan wadi’ah dengan, mengikutsertakan

orang lain dalam memelihara harta, baik dengan ungkapan yang jelas, melalui

tindakan, maupun melalui isyarat. Ulama mazhab Maliki, mazhab Syafi’i, dan

mazhab Hanbali, mendefinisikan wadi’ah dengan, mewakilkan orang lain untuk

memelihara harta tertentu dengan cara tertentu.

Dalam bahasa indonesia wadia’ah berarti “titipan”14 (Ensiklopedi Hukum

Islam, 1997: 1899-1902). Wadi’ah adalah akad (aqad) atau kontrak antara dua

pihak, yaitu antara pemilik barang dan kustodian dari barang tersebut. Barang

terebut dapat berupa apa saja yang berharga atau memeiliki nilai15.

3.2.3.1. Dasar Hukum

Al-wadi'ah adalah amanat bagi orang yang menerima titipan dan ia wajib

mengembalikan pada waktu pemilik meminta kembali, firman Allah swt. :

ِ ِ ِ
ُ‫ضا َف ْلُيَؤ ِّد ٱلَّذى ٱْؤ مُت َن ََأمٰنَتَهۥُ َولْيَت َِّق ٱللَّهَ َربَّهۥ‬ ُ ‫فَِإ ْن َأم َن َب ْع‬
ً ‫ض ُكم َب ْع‬

14
Abdullah., Abdullah., & Muhammad. Buku Ensiklopedi Fiqih Muamalah Dalam
Pandangan 4 Madzhab. Edisi Revisi (Bekasi : Maktabah Al-Hanif. 2014). Hlm. 1899-1902.
15
Kamal Khir, Lokesh Gupta dan Bala Shanmugam, Islamic Banking; A Practical
Perspective, (Petaling Jaya: Pearson Malaysia SDN. BHD 2008), hlm. 65.

21
Artinya: “...Jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka
hendaklah yang dipercayai itu mnunaikan amanatya (utangnya) dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah...” (Al-Baqarah: 283)18

Dasar hukum yang lainnya dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 58:

‫ات ِإىَل ٰ َْأهلِ َها‬


ِ َ‫ِإ َّن اللَّه يْأمر ُكم َأ ْن ُت ُّدوا اَأْلمان‬
َ ‫َ َ ُ ُ ْ َؤ‬

Artinya: “Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang


berhak menerimanya.”

Di samping dalam Al-quran, dasar hukum wadi’ah juga terdapat dalam

hadits Nabi SAW:

َ َ‫اَأْلمانَ ةَ ِإىَل َم ِن اْئ تَ َمن‬ ِ َ َ‫َع ْن َأيِب ْ ُهَر ْي َر َة َر ِض يَاللَّهُ َعْن هُ ق‬


‫ك‬ َ ‫ َِّأد‬:‫ال َر ُس ْو ُل اللَّه ص م‬
َ َ‫ ق‬:‫ال‬

‫َوالَخَت ُ ْن َم ْن َخانَ َكض‬


Artinya:
“Dari Abu Hurairah R.A ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Tunaikanlah
amanah kepada orang yang mempercayakan (menitipkan) kepadamu dan
janganlah engkau berkhianat kepada orang yang menghkhianatimu. (H.R At-
Tirmidzi dan Abu Dawud dan ia menghasanahkannya, dan hadits ini juga
dishahihkan oleh Hakim).”

Hadis tersebut menjelaskan bahwa amanah harus diberikan kepada orang

yang mempercayakannya. Dengan demikian, amanah tersebut adalah titipan atau

wadi’ah yang harus dikembalikan kepada pemiliknya.

3.2.3.2. Jenis-jenis Wadi’ah

Menurut Khir, Gupta, Shanmugam Wadiah dapat dibagi dalam dua

jenis, yaitu: Wadi’ah Yad Amanah (Trustee Safe Custody) dan Wadi’ah Yad

22
Dhamanah (Guarantee Safe Custody)16. Penjelasannya adalah sebagai berikut :

a. Wadi’ah Yad Amanah (Trustee Safe Custody)

Secara umum wadiah adalah titipan murni dari pihak penitip

(muwaddi’) yang mempunyai barang/asset kepada pihak penyimpanan

(mustawda’) yang diberi amanah/kepercayaan, baik individu maupun badan

hukum, tempat barang yang dititipkan harus dijaga dari kerusakan,

kerugian, keamanan dan keutuhannya, dan dikembalikan kapan saja

penyimpanan menghendaki.

Barang/asset yang dititipkan adalah sesuatu yang berharga yang

dapat berupa uang, barang, dokumen, surat berharga atau barang barang

berharga lainnya. Dalam konteks ini , pada dasarnya pihak penyimpan

(custodian) sebagai penerima kepercayaan (trustee) adalah yad al-amanah

atau “tangan amanah‟ yang berarti bahwa ia tidak diharuskan bertanggung

jawab jika sewaktu dalam penitipan terjadi kehilangan atau kerusakan pada

barang/asset titipan, selama hal ini bukan akibat dari kelalaian atau

kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara barang/aset titipan.

Biaya penitipan boleh dibebankan kepada pihak penitip sebagai kompensasi

atas tanggungjawab pemeliharaan.

Dengan prinsip ini pihak penyimpan tidak boleh menggunakan atau

memanfaatkan barang/aset yang dititipkanmelainkan hanya menjaganya.

Selain itu barang/aset yang ditipkan tidak boleh dicampuradukan dengan

barang/aset lain, melainkan harus dipisahkan untuk masing masing

16
Kamal Khir, Lokesh Gupta dan Bala Shanmugam (2008), Islamic Banking; A Practical
Perspective, Petaling Jaya: Pearson Malaysia SDN. BHD., hlm. 65.

23
barang/aset penitip. Karena menggunakan prinsip yad al-amanah, akad

titipan seperti ini biasa disebut wadi’ah yad amanah.

Bank wajib melindungi barang titipan tersebut dengan cara:

Gambar 2.1
Sekema Wadiah Yad Amanah

Skema:

Wadi’ah yad amanah


Nasabah
Bank
(mudaddi) 1. Titipan barang (mustawda)
penitip 2. imbalan jasa

3. Imbalan jasa (atbaya)

Sumber : Diolah peneliti (2021)

a. Tidak mencampurkan atau menyatukan barang titipan bank tersebut

dengan barang lain yang berada dibawah titipan barang tersebut.

b. Tidak menggunakan barang tersebut.

c. Tidak membebankan fee apa pun untuk penyimpanan barang tersebut.

Barang titipan tersebut dijaga sedemikian rupa sehingga tidak akan

hilang atau rusak. Antara jenis barang yang dititipkan tidak boleh

dicampur, tetapi dipisahkan penyimpanannya. Misalnya, barang berupa

hendaknya terpisah dengan barang berupa emas atau perak.

b. Wadi’ah Yad Dhamanah (Guarantee Safe Custody)

Dari prinsip yad al-amanah atau tangan amanah kemudian

berkembang prinsip yad-dhamanah atau tangan penanggung yang berarti

24
bahwa pihak penyimpan bertanggung jawab atas segala kerusakan atau

kehilangan yang terjadi pada barang/aset titipan.

Hal ini berarti bahwa pihak penyimpan atau custodian adalah

trustee yang sekaligus guarantor penjamin keamanan barang/aset yang

dititipkan. Ini juga berarti bahwa pihak penyimpan telah mendapatkan izin

dari pihak penitip untuk mempergunakan barang/aset yang dititipkan

tersebut untuk aktivitas perekonomian tertentu, dengan catatan bahwa

pihak penyimpan akan mengembalikan barang/aset yang dititipkan secara

utuh pada saat penyimpan menghendaki. Hal ini sesuai dengan anjuran

dalam islam agar aset selalu diusahakan untuk tujuan produktif (tidak idle

atau didiamkan saja).

Dengan prinsip ini, penyimpan boleh mencampur aset penitip

dengan aset penyimpan yang lain, dan kemudian digunakan untuk tujuan

produktif mencari keuntungan. Pihak penyimpan berhak atas keuntungan

yang diperoleh dari pemanfaatan aset titipan dan bertanggung jawab penuh

atas risiko kerugian yang mungkin timbul. Selain itu, penyimpan

diperbolehkan juga atas kehendak sendiri, memberikan bonus kepada

pemilik aset tanpa akad perjanjian yang mengikat sebelumnya. Dengan

menggunakan prinsip yadh dhamanah, akad titipan seperti ini disebut

Wadiah yad Dhamanah Wadi’ah yad amanah, yaitu akad penitipan

dimana pihak penerima titipan dengan izin pemilik dapat memanfaatkan

barang titipan, sehingga dengan demikian menanggung akan kerusakan

atau kehilangan barang tersebut. Karena dalam lembaga keuangan modren,

penerima titipan (al-mustawda) tidak mungkin membiarkan begitu saja

25
barang titipan tanpa memberikan manfaat apapun. Karena itu untuk

menciptakan kemanfaatan melalui penggunaan barang titipan dalam usaha

ekonomi, mustawda harus meminta izin terlebih dahulu kepada pemilik

barang (al-muwaddi) dan menjamin pengambilan barang secara utuh.

Dengan demikian jenis akad menjadi berubah dari al-wadi’ah yad al

amanah menjadi wadi’ah yad al-dhamanah.

Bank sebagai kustodian menjamin bahwa barang yang dititipkan itu

tetap berada di dalam penyimpanan kustodian. Dalam hal ini, bank sebagai

kustodian mengganti barang yang dititipkan itu kepada pemiliknya itu

apabila barang tersebut hilang atau rusak.

Berdasarkan perjanjian antara bank dan nasabah, nasabah

memperkenankan bank untuk menggunakan barang yang dititipkan itu

asalkan penggunaanya harus sesuai dengan prsinsip syari’ah dengan syarat

bank harus mengganti keuntungan dan kerugian yang terjadi berkaitan

dengan penggunaan barang tersebut dan keuntungan dan kerugian yang

merupakan akibat pengginaan barang itu menjadi milik dan tanggung

jawab bank.

Bank dapat memberikan insentif kepada kepada nasabah dalam

bentuk bonus asalkan jumlahnya tidak disetujui sebelumnya dan harus

diberikan oleh bank kepada nasabah secara sukarela. Dalam pemberian

jasa bank syari’ah, wadi’ah yad dhamanah digunakan oleh bank syari’ah

untuk menghimpun atau memobilisasi dana simpanan nasabah dalam

bentuk rekening giro (current account), rekening tabungan (saving

account), dan rekening deposito (investment account atau time deposit

26
account).

Gambar 2.2
Sekema Wadiah Yad Dhamanah

Sumber : Gambar diolah peneliti (2021)

3.2.3.3. Landasan Syariah

Wadiah mempunyai landasan hukum yang kuat, baik dari Al-Qur’an,

Al-Sunnah, maupun Ijma’. Dasar hukum wadiah antara lain sebagai berikut :

a) Firman Allah Surat An-Nisa ayat 58

Dalam ayat ini dijelaskan yang paling menonjol dalam beramal

adalah menyampaikan amanat dan menetapkan perkara di antara manusia

dengan cara yang adil. Allah memerintahkan kedua amal tersebut. Khusus

untuk ayat ini para musafir banyak yang mengaitkannya dengan masalah

pemerintahan atau urusan Negara. Amanat seseorang terhadap sesama wajib

dilakukan antara lain, mengembalikan barang titipan kepada haknya dengan

27
tidak mengurangi suatu apapun, tidak menipunya, memelihara rahasia dan

lain sebagainya. Sifat adil pengusaha terhadap rakyat dalam bidang apapun

dengan tidak membeda-bedakan antara satu kelompok dengan kelompok

lain di dalam pelaksanaan hukum, sekalipun terhadap keluarga bahkan anak

sendiri. Orang yang diberi amanah kekuasaan, haruslah yang ahli

dibidangnya. Jika bukan ahlinya kekuasaan yang dikelola tersebut akan

mengalami kehancuran. Oleh karena itu, apabila seseorang telah diserahi

amanat tertentu, ia harus melaksanakan amanat tersebut dengan adil. Hal ini

penting karena diri kita pasti akan berhadapan dengan masyarakat dari

berbagai kelompok yang beragam. Selanjutnya banyak ayat yang

memerintahkan supaya kita menegakkan keadilan. Sikap adil dalam

masyarakat dapat diwujudkan dengan bertanggung jawab dan jujur terhadap

tugas masing-masing. Jika keadilan dilanggar akan terjadi ketidakseimbang-

an dalam pergaulan hidup. Salah satu pihak diuntungkan, sementara ada

pihak lain yang menanggung kesengsaraan. Qur’an Surat An-Nisa ayat 58

yang berbunyi :

َ ‫َو ِإ ذَ ا َح َك ْم تُ ْم َب نْي‬ ‫َأه لِ َه ا‬ ِ


ْ ٰ ‫َأن ُت َؤ ُّد وا اَأْل َم انَ ات ِإ ىَل‬ ْ ‫ِإ َّن اللَّ هَ يَ ْأ ُم ُر ُك ْم‬
َ ‫بِ ِه ۗ? ِإ َّن اللَّ هَ َك‬
‫ان‬ ‫َأن حَتْ ُك ُم وا بِ الْ َع ْد ِلۚ? ِإ َّن اللَّ هَ نِعِ َّم ا يَعِ ظُ ُك ْم‬
ْ ‫اس‬ ِ َّ‫الن‬
‫ص ًري ا‬ِ ‫مَسِ يع ا ب‬
َ ً
Artinya :“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan
adil. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.

b) Firman Allah Surat Al-Maidah ayat 1

28
Nama lain dari surat Al-Maidah adalah Al-Uqud (perjanjian), nama

tersebut diambil dari kata yang terdapat di ayat pertama dari surat Al-Maidah,

Allah SWT memerintahkan kepada seluruh umat manusia untuk menepati janji

yang telah diucapkannya baik janji kepada Allah SWT dengan mengakui Ia dengan

Tuhan satu-satunya atau janji kepada sesamanya. Qur’an Surat Al-Maidah ayat 1

yang berbunyi:

ِ ‫يا َأيُّها الَّ ِذين آمنُوا َأوفُوا بِالْع ُق‬


‫ود‬ ُ ْ َ َ َ َ

Artinya :“wahai orang-orang beriman, penuhilah akad kalian…”

c) Hadist riwayat Abu Dawud dan Al-Tirmidzi

Dalam hadist riwayat ini disampaikan bahwa Allah SWT

memerintahkan untuk menunaikan amanah kepada yang berhak menerima-

nya. Dan amanah tersebut mencakup seluruh amanah yang wajib ditunaikan

oleh setiap orang, baik berkaitan dengan hak - hak Allah SWT yang wajib

ditunaikan oleh hamba-hamba-Nya, seperti sholat, zakat, puasa, macam-

macam kafarah, nadzar dan yang lainnya dari amanah-amanah yang dia

diamanati dengannya meskipun para hamba tersebut tidak menyadarinya.

Maupun yang berkaitan dengan hak-hak seorang hamba terhadap

sesamanya, seperti, titipan dan yang lainnya dari hal-hal yang dia amanahi

dengannya, meskipun dia tidak sadar akan hal tersebut. Allah SWT

memerintahkan untuk menunaikan amanah tersebut. Barangsiapa yang tidak

melakukannya di dunia, maka amanah tersebut akan dituntut darinya pada

hari kiamat. Hadist riwayat Abu Dawud dan Al-Tirmidzi yang berbunyi:

‫ك‬ َ َ‫اَأْلمانَةَ ِإىَل َم ِن اْئ تَ َمن‬


َ َ‫ك َوالَخَت ُ ْن َم ْن َخان‬ َ ‫َِّأد‬

29
Artinya :“Tunaikanlah amanat itu kepada orang yang memberi amanat
kepadamu dan janganlah kamu mengkhianati orang yang
mengkhianatimu.”

d) Ijma’

Ulama bersepakatan mengenai diperbolehkannya akad wadiah,

karena umumnya masyarakat sangat membutuhkan akad wadiah. Adanya

wadiah sangat membantu manusia untuk saling membantu dalam menjaga

harta yang juga menjadi tujuan agama.

3.2.3.4. Rukun dan syarat

a. Rukun Wadiah

Rukun merupakan hal yang sangat penting yang harus dilakukan,

jika rukun tersebut tidak ada salah satu, maka akad wadiah tidak sah

(Nasroen, 2000). Adapun rukun yang harus dipenuhi dalam transaksi

dengan prinsip wadiah terdiri atas:

1.) Barang yang ditipkan (wadiah).

2.) Orang yang menitipkan barang (muwaddi’).

3.) Orang yang menerima titipan (wadi’).

4.) Ijab Qabul (sighat).

b. Syarat-syarat akad wadiah :

Syarat-syarat akad wadiah berkaitan dengan rukun-rukun yang telah

disebutkan di atas, yaitu syarat benda yang dititipkan, syarat sighat, syarat

orang menitipkan dan syarat orang yang dititipi (Hendi, 2010).

1. Syarat-syarat untuk benda yang dititipkan sebagai berikut :

a. Benda yang dititipkan disyaratkan harus benda yang bisa untuk

30
disimpan. Apabila benda tersebut tidak bisa disimpan, seperti

burung di udara atau benda yang jatuh ke dalam air, maka wadiah

tidak sah sehingga apabila hilang, tidak wajib mengganti. Syarat

ini dikemukakan oleh ulama-ulama Hanafiyah.

b. Syafi’iyah dan Hanabilah mensyaratkan benda yang dititipkan

harus benda yang mempunyai nilai (qimah) dan dipandang sebagai

mal, walaupun najis. Seperti anjing yang bisa dimanfaatkan untuk

berburu, atau menjaga keamanan. Apabila benda tersebut tidak memiliki

nilai, seperti anjing yang tidak ada manfaatnya, maka wadiah tidak sah.

2. Syarat-syarat sighat

Sighat akad adalah ijab dan qabul. Syarat sighat adalah ijab

harus dinyatakan dengan ucapan atau perbuatan. Ucapan adakalanya

tegas (sharih) dan adakalanya dengan sindiran (kinayah). Malikiyah

menyatakan bahwa lafal dengan kinayah harus disertai dengan niat.

Contoh lafal yang tegas (sharih), “Saya titipkan barang ini kepada

Anda”. Sedangkan contoh lafal sindiran (kinayah). Seseorang

mengatakan, “Berikan kepadaku mobil ini”.Pemilik mobil menjawab,

“Saya berikan mobil ini kepada Anda”. Kata “berikan” mengandung

arti hibah dan wadiah (titipan) dalam konteks ini arti yang paling dekat

adalah “titipan”. Contoh ijab dengan perbuatan, seseorang menaruh

sepeda motor di hadapan seseorang tanpa mengucapkan kata-kata

apapun. Perbuatan tersebut menunjukkan penitipan (wadiah).

Demikian pula qabul kadang-kadang dengan lafal yang tegas (sharih),

seperti “Saya terima” dan adakalnya dengan dialah (penunjukkan),

31
misalnya sikap diam ketika barang ditaruh di hadapannya.

3. Syarat orang yang menitipkan (Al-Mudi’) :

a. Berakal. Dengan demikian, tidak sah wadiah dari orang gila dan

anak yang belum berakal.

b. Baligh, syarat ini dikemukakan oleh Syafi’iyah. Dengan demikian

menurut Syafi’iyah, wadiah tidak sah apabila dilakukan oleh anak

yang belum balighKarakteristik wadiah yad dhamanah.

c. Harta dan barang yang dititipkan boleh dimanfaatkan oleh pihak

yang menerima titipan.

d. Penerima titipan sebagai pemegang amanah. Meskipun harta yang

dititipkan boleh dimanfaatkan, namun penerima titipan harus

memanfaatkan harta titipan yang dapat menghasilkan keuntungan.

e. Bank mendapat manfaat atas harta yang dititipkan, oleh karena itu

penerima titipan boleh memberikan bonus. Bonus bersifat tidak

mengikat, sehingga dapat diberikan atau tidak. Besarnya bonus

tergantung pada pihak penerima titipan. Bonus tidak boleh

diperjanjikan pada saat kontrak, karena bukan merupakan

kewajiban bagi penerima titipan.

f. Dalam aplikasi bank syariah, produk yang sesuai dengan akad

wadiah yad dhamanah adalah simpanan giro dan tabungan.

3.2.3.5. Hukum menerima benda titipan

menerima benda-benda titipan ada empat macam, yaitu sunah, haram,

wajib, dan makruh, secara lengkap dijelaskan sebagai berikut:

a. Sunah, disunahkan menerima titipan bagi orang yang percaya kepada dirinya

32
bahwa dia sanggup menjaga benda-benda yang dititipkan kepadanya.

Wadi’ah adalah salah satu bentuk tolong-menolong yang diperintahkan oleh

Allah dalam al-Qur’an, tolong- menolong secaraumum hukumnya sunnah.

Hal ini dianggap sunnah menerima benda titipan ketika ada orang lain yang

pantas pula untuk menerima titipan.

b. Wajib, diwajibkan menerima benda-benda titipan bagi seseorang yang

percaya bahwa dirinya sanggup menerima dan menjaga benda-benda tersebut,

sementara orang lain tidak ada seorang pun yang dapat dipercaya untuk

memelihara benda-benda tersebut.

c. Haram, apabila seseorang tidak kuasa dan tidak sanggup memlihara benda-

benda titipan. Bagi orang seperti ini diharamkan menerima benda- benda

titipan sebab dengan menerima benda titipan, berarti memberikan kesempatan

(peluang) kepada kerusakan atau hilangnya benda-benda titipan sehingga

akan menyulitkan pihak yang menitipkan.

d. Makruh, bagi orang yang percaya kepada dirinya sendiri bahwa dia mampu

menjaga benda-benda titipan, tetapi dia kurang yakin (ragu) pada

kemampuannya, maka bagi orang seperti ini dimakruhkan menerima benda-

benda titipan sebab dikhawatirkan dia akan berkhianat terhadap apa yang

menitipkan dengan cara merusak benda-benda titipan atau

menghilangkannya.

3.2.3.6. Rusak dan Hilangnya Benda Titipan (Wadi'ah)

Jika orang yang menerima titipan mengaku bahwa benda-benda titipan

telah rusak tanpa adanya unsur kesengajaan darinya, maka ucapannya harus

disertai dengan sumpah supaya perkataanya itu kuat kedudukannya menurut

33
hokum.

Menurut ibnu taimiyah apabila seseorang yang memelihara benda- benda

titipan mengaku bahwa benda-benda titipan ada yang mencuri, sementara

hartanya yang ia kelola tidak ada yang mencuri, maka orang yang menerima

benda-benda titipan tersebut wajib menggantinya. Pendapat ibnu taimiyah ini

berdasarkan pada atsar bahwa Umar r.a. pernah meminta jaminan dari anas bin

malik r.a. ketika barang titipannya yang ada pada anas r.a. sendiri masih ada.

Orang yang meningal dunia dan terbukti padanya terdapat benda- benda

titipan milik orang lain, ternyata barang titipan tersebut tidak dapat ditemukan,

maka ia merupakan utang bagi yang menerima titipan dan wajib dibayar oleh para

ahli warisnya. Jika terdapat surat dengan tulisannya sendiri, yang berisi adanya

pengakuan benda-benda titipan, maka surat tersebut dijadikan pegangan karena

tulisan dianggap sama dengan perkataan apabila tulisan tersebut ditulis oleh

dirinya sendiri.

Bila seseorang menerima benda-benda titipan, sudah sangat lama

waktunya, sehingga ia tidak lagi mengetahui dimana atau siapa pemilik benda-

benda titipan tersebut dan sudah berusaha mencarinya dengan cara yang wajar,

namun itdak dapat diperoleh keterangan yang jelas, makabenda-benda titipan

tersebut dapat digunakan untuk kepentingan agama Islam, dengan mendahulukn

hal-hal yang paling penting di antara masalah-masalah yang penting.

3.3. Kerangka Konseptual

Kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang bagaimana

teori hubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah

yang penting. Berdasarkan landasan teori diatas tersebut dapat disusun kerangka

34
pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2.3.1.
Kerangka Konseptual

PT. Bank Syariah Indonesia KCP Malang Bululawang

Evaluasi Atas Implementasi Akad Wadi'ah Yad


Dhamanah BSI TabunganKu

Fokus Penelitian
1. Bagaimana implementasi akad Wadi'ah Landasan Teori
Yad Dhamanah yang digunakan pada Penelitian Terdahulu
BSI TabunganKu di PT. Bank Syariah
Indonesia KCP Malang Bululawang?
2. Apa faktor-faktor pendukung dan
penghambat implementasi akad Wadi'ah
Yad Dhamanah yang digunakan pada
BSI TabunganKu di PT. Bank Syariah
Indonesia KCP Malang Bululawang?

Metode Penelitian
Penelitian Kualitatif dengan
Pendekatan Deskriptif

Analisis Data

Hasil, Kesimpulan dan Saran

35
BAB III

METODE PENELITIAN

1.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1.1.1. Pendekatan Penelitian

Creswell mengatakan sebuah metode untuk mengeksplorasi serta

memahami makna dari sekelompok maupun jumlah individu yang

dianggap masalah sosial merupakan arti penelitian kualitatif. Menurut

John Creswell metode pendekatan kualitatif adalah proses investigasi yang

mana instrumen utama data-data yang dikumpulkan dalam sebuah

penelitian17.

Menurut buku dari Sugiyono, penelitian yang digunakan oleh

peneliti ini lebih mengacu pada penelitian deskriptif. Pokok kajian

penelitian deskriptif dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri,

baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan, atau

menghubungkan dengan variabel lain. Sedangkan pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif18.

Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif,

pendekatan kualitatif. Deskriptif kualitatif merupakan metode yang

digunakan untuk membedah suatu fenomena dilapangan. Metode

deskriptif kualitatif adalah metode yang menjabarkan dan menggambarkan


17
Creswell, J. W. Research design: pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed.
(Yogjakarta: PT Pustaka Pelajar. 2013) Hlm. 61
18
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. (Bandung : Alfabeta.
2012). Hlm. 32.

36
temuan dilapangan. Metode deskriptif kualitatif hanyalah memaparkan

situasi atau peristiwa. Deskriptif kualitatif yaitu penilitian yang

memusatkan perhatian kepada masalah-masalah sebagaimana adanya saat

penelitian dilaksanakan. Dikatakan deskriptif karena bertujuan

memperoleh pemaparan dan penjelasan serta objektif khususnya mengenai

akad wadi’ah produk bagi PT. Bank Syariah Indonesia KCP Malang

Bululawang.

1.1.2. Lokasi Penelitian

Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini telah dilakukan PT. Bank

Syariah Indonesia KCP Malang Bululawang. Pada bulan Februari sampai

dengan Agustus. Peneliti memilih lokasi tersebut karena ingin mengetahui

penerapan tabungan wadiah.

1.1.3. Informan Penelitian

Adapun informan dalam penelitian ini adalah pihak-pihak PT. Bank

Syariah Indonesia KCP Malang Bululawang yaitu Direktur Risk

Management PT. BSI KCP Malang Bululawang Ibu Tiwul Widyastuti dan

Direktur Finance & Strategy Bapak Ade Cahyo Nugroho BSI KCP

Malang Bululawang dengan tujuan penelitian untuk mendapatkan data

yang akurat.

1.1.4. Instrumen Penelitian

Kualitas hasil penelitian salah satunya dipengaruhi oleh kualitas

instrumen penelitian. Dalam penelitian kualitatif, peneliti menjadi

instrumen atau alat penelitian. Dengan kata lain, dalam penelitian ini

peneliti menjadi instrumen penelitian. Menurut pendapat Sugiyono, dalam

37
penelitian kualitatif peneliti menjadi instrumen atau alat peneliti. Peneliti

harus divalidasi untuk melihat kesiapan peneliti19. Peneliti sebagai

instrumen harus divalidasi, caranya dengan memahami metode penelitian

kualitatif, menguasai bidang yang diteliti dan siap memasuki lapangan.

Dalam penelitian ini peneliti terjun langsung dilokasi untuk berinteraksi

kepada anggota BSI KCP Malang Bululawang dan nasabah BSI KCP

Malang Bululawang.

1.1.5. Jenis dan Sumber Data

Pengertian yang di maksud dengan sumber data dalam penelitian

adalah sumber dari mana data diperoleh. Dalam penelitian ini, peneliti

membagi sumber data kedalam dua bagian :

1) Data Primer

Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata

yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang

dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya, dalam hal ini adalah

subjek penelitian (informan) yang berkenaan dengan variabel yang

diteliti. Data ini diperoleh dari hasil wawancara dengan informan yang

dalam hal ini adalah Manager BSI KCP Malang Bululawang yang

dalam hal ini sebagai subyek dalam mengetahui seluruh isi akad

wadi'ah.

2) Data Sekunder

Sedangkan menurut Moelong data sekunder adalah data

pelengkap yang dapat dikorelasikan dengan data primer. Data tersebut

19
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. (Bandung : Alfabeta.
2012). Hlm. 222.

38
adalah data tambahan yang berasal dari sumber tertulis yang dapat

dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiyah, sumber dari arsip,

dokumen pribadi skripsi, jurnal dan dokumen resmi20. Data sekunder

yang terutama adalah buku-buku, skripsi, tesis, dan disertasi dan

jurnal. Sedangkan yang dimaksud jenis data dalam penelitian

kualitatif adalah dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data

tertulis, foto dan statistik.

a) Kata-kata dan Tindakan

Kata-kata dan tindakan orang-orang yan diamati atau

diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama

dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman

video/audio tapes, pengambilan foto, atau film.

b) Sumber Data Tertulis

Walaupun dikatakan bahwa sumber di luar kata dan

tindakan merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa

diabaikan. Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang

berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan

majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan

dokumen resmi.

Sumber berupa buku dan majalah ilmiah juga termasuk

kategori ini. Buku, disertasi, atau tesis, biasanya tersimpan di

perpustakaan. Di perpustakaan terdapat buku riwayat hidup, buku

terbitan pemerintah, majalah-majalah seperti jurnal tempat

20
Moleong, Lexy. J. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2016). Hlm. 157

39
menerbitkan penemuan- penemuan hasil penelitian. Buku,

disertasi dan karya ilmiah lainnya, dan majalah ilmiah sangat

berharga bagi peneliti guna menjajaki keadaan perseorangan atau

masyarakat di tempat penelitian dilakukan. Selain itu, buku

penerbitan resmi pemerintahanpun dapat merupakan sumber yang

sangat berharga.

c) Foto

Sekarang ini sudah lebih banyak dipakai sebagai alat

untuk keperluan penelitian kualitatif karena dapat dipakai dalam

berbagai keperluan. Foto menghasilkan data deskriptif yang

cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi

subjektif dan hasilnya sering dianalisis secara dalam penelitian

kualitatif, yaitu foto yang dihasilkan orang dan foto yang

dihasilkan oleh peneliti sendiri.

d) Statistik

Peneliti kualitatif sering juga menggunakan data statistik

yang telah tersedia sebagai sumber data tambahan bagi keperluan-

nya. Statistik misalnya dapat membantu memberi gambaran

tentang kecenderungan subjek pada latar penelitian. Misalnya

statistik akan memberikan gambaran tentang kecenderungan

bertambah atau berkurangnya bayi yang lahir di suatu desa

dikaitkan dengan intensifikasi program keluarga berencana,

tentang kecenderungan kematian orang tua, penerimaan siswa di

sekolah setiap tahun naik atau turun. Demikian pula statistik

40
dapat membantu peneliti mempelajari komposisi distribusi

penduduk dilihat dari segi usia, jenis kelamin, agama dan

kepercayaan, mata pencaharian, tingkat kehidupan sosial

ekonomi, pendidikan, dan lain semacamnya.

Keseluruhan data dan jenis data yang diuraikan di atas

pada dasarnya banyak bergantung pada peneliti untuk

menjaringnya sehingga yang diharapkan itu saja yang dapat atau

instrument penelitian besar sekali dalam penelitian kualitatif.

1.1.6. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti dalam mengumpulkan data melalui

observasi, wawancara dan dokumentasi. Untuk mempermudah penelitian

ini peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data, di

antaranya adalah:

a) Observasi

Observasi merupakan upaya untuk pengumpulan data yang

dilakukan ketika peneliti langsung turun ke lapangan untuk

mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi

penelitian21.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik observasi

sistematik, dimana peneliti mempunyai panduan dan batas-batas yang

akan diobservasi dan peneliti juga ikut serta dalam kegiatan sehari-

hari BSI KCP Malang Bululawang.

b) Wawancara
21
Creswell, J. W. Research design: pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed.
(Yogjakarta: PT Pustaka Pelajar. 2010) Hlm. 69

41
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data

dengan cara peneliti dapat melakukan face-to-face interview

(wawancara berhadap-hadapan) dengan partisipan22. Wawancara

dilakukan secara semi terstruktur, dimana peneliti menggunakan

kerangka pertanyaan-pertanyaan untuk ditanyakan dan pertanyaan-

pertanyaan tersebut dapat berkembang agar peneliti dapat

mendapatkan informasi yang sebanyak-banyaknya Implementasi

Akad pada TabunganKu Wadi'ah.

Wawancara dilakukan terhadap Direktur Risk Management

dan Direktur Finance & Strategy PT. BSI KCP Malang Bululawang

yang bisa memberikan informasi sehubungan dengan penelitian ini.

Dengan teknik ini diharapkan terjadi komunikasi langsung dan

fleksibel serta terbuka, sehingga informasi yang didapat lebih banyak

dan luas.

c) Dokumentasi

Creswell mengumpulkan dokumen publik maupun non publik

merupakan salah satu cara untuk melakukan dokumentasi23. Terlepas

dari wawancara dan observasi dalam teknik penelitian ini juga

diperlukan adanya dokumentasi sebagai informasi yang dapat

diperoleh dari beberapa fakta dalam kegiatan, jurnal, surat, catatan

harian, arsip foto yang mana data yang berupa dokumen dapat

dijadikan media untuk menggali informasi tentang apa yang diteliti.

22
Creswell, J. W. Research design: pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed.
(Yogjakarta: PT Pustaka Pelajar. 2013) Hlm. 75
23
Creswell, J. W. Research design: pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed.
(Yogjakarta: PT Pustaka Pelajar. 2013) Hlm. 331

42
1.1.7. Analisis Data

Creswell analisis data kualitatif merupakan proses langkah-

langkah dari yang umum hingga spesifik dengan tingkat analisis yang

berbeda. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan

mengelompokkan atau menggabungkan data yang diperoleh dari informasi

serta sumber yang terkait tentang implementasi akad pada produk

TabunganKu Wadi'ah di PT. BSI KCP Malang Bululawang, menurut

Creswell analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu24:

a) Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis.

Langkah ini memilih hal-hal pokok, merangkum, dengan

memfokuskan pada hal-hal yang penting. Dengan merangkum serta

mengelompokkan pernyataan yang diperoleh pencarian data dari

wawancara tentang implementasi akad pada produk tabungan

wadiah.

b) Membaca Keseluruhan Data.

Informasi yang terkait dengan tentang implementasi akad pada produk

tabungan wadiah, dibangun melalui general sense untuk

merefleksikan makna secara kesluruhan.

c) Menganalisis lebih detail dengan meng-coding data.

Sebelum memaknai tulisan dalam prosesnya dilakukan dengan

mengolah materi atau informasi menjadi segmen. Dalam proses

coding ini mengkombinasikan kode yang telah ditentukan sebelumnya

dan membuat kode yang ada berdasarkan informasi yang muncul,


24
Creswell, J. W. Research design: pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed.
(Yogjakarta: PT Pustaka Pelajar. 2013) Hlm. 276-284

43
sehingga dalam penelitian ini akan men-fit-kan kode yang muncul

selama proses analisis data penelitian.

1.1.8. Keabsahan Data

Menurut Creswell terdapat strategi-strategi untuk menguji dan

memastikan validitas internal antaralain: triangulasi data, member

checking, waktu yang lama dan observasi berulang, pemeriksaan oleh

sesama peneliti, pola partisipatoris, dan klarifikasi bias peneliti25. Validitas

didasarkan pada kepastian apakah hasil penelitian sudah akurat dari sudut

pandang peneliti, partisipan, atau pembaca secara umum. Berikut strategi

validitas.

a) Triangulasi data

Melakukan pengumpulan data melalui beragam sumber supaya hasil

wawancara, observasi, dan dokumentasi dapat dianalisis sepenuhnya.

b) Member checking

Member checking dilakukan peneliti dengan menanyakan kembali

apakah hasil intrepretasi peneliti tentang realitas dan makna yang

disampaikan sudah akurat.

c) Memperpanjang waktu observasi di lapangan

Dengan memanfaatkan waktu yang lama di lapangan diharapkan

peneliti dapat lebih memahami secara mendalam fenomena gugat

cerai sehingga hasil penelitian akan semakin akurat atau valid.

d) Pemeriksaan oleh sesama peneliti (peer examination)

Melakukan diskusi dengan rekan peneliti terkait hasil penelitian.Hal

25
Creswell, J. W. Research design: pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed.
(Yogjakarta: PT Pustaka Pelajar. 2013) Hlm. 299.

44
ini dilakukan untuk mendapatkan interpretasi lain selain interpetasi

peneliti. Diskusi juga dilakukan dengan yang orang yang lebih

berkompeten, seperti dosen pembimbing.

e) Pola Partisipatoris

Dalam penelitian ini peneliti melibatkan informan dalam tahap

penelitian, mulai dari perancangan hingga pemeriksaan interpretasi

dan kesimpulan26

26
Creswell, J. W. Research design: pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed. (Yogjakarta: PT
Pustaka Pelajar. 2013) Hlm. 301.

45
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah., Abdullah., & Muhammad. (2014). Buku Ensiklopedi Fiqih Muamalah


Dalam Pandangan 4 Madzhab. Edisi Revisi. Bekasi : Maktabah Al-Hanif
Ascarya, Akad dan Produk Bank syariah, Edisi Revisi (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2017).
Adiwarman,A.Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Depok: PT Raja
Grafindo Persada, 2017).
Ahmad Dahlan, Bank Syariah: Teoritik,Praktik,kritik,(Yogyakarta: Teras,2012).
Creswell, J. W. Research design: pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed.
Edisi revisi. (Yogjakarta: PT Pustaka Pelajar. 2013)
Muammar Arafat Yusmad,Aspek Hukum Perbankan Syariah Dari Teori Ke
Praktik, (Yogyakarta: Grup Penerbit CV Budi Utama,2018).
Umam, Khaerul. Manajemen Perbankan Syariah.( Bandung: Pustaka Setia 2013).
Frianto Pandia dkk, Lembaga Keuangan (Jakarta: Rineka Cipta.2015)
Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. (Yogyakarta: UPP
YKPN.2016).
Kasmir. Pemasaran Bank. (Jakarta: Kencana. 2018)
Nasution, Anriza Witi dan Marlya Fatira AK. Pengantar Perbankan Syariah
Untuk Profesional Muda. (Yogyakarta: Andi Offset.2013).
Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
2014
Ikit. Akuntansi Penghimpun Dana Bank Syariah (Yogyakarta: Deepubish,2015).
Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait
(BAMUI, Takaful dan Pasar Modal Syariah) di Indonesia (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2014).
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. (Bandung :
Alfabeta. 2012).
Sjahdeini, Sutan Remy. Perbankan Syariah: Produk-produk dan Aspek-aspek
Hukumnya. Jakarta: Prenadamedia Group. 2014.
Moleong, Lexy. J. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2016).

46

Anda mungkin juga menyukai