Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Konsep Dasar, Prinsip, Produk dan Akad Operasional Bank Syariah

Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajmen Pemasaran Bank
Syariah Dosen Pengampu: Ibu Erna Damayanti, S.P., M.H

Disusun Oleh:
Dhafin Salman Abdillah ( 224110202010)
Fani Romdon ( 224110202015)
Ilham Nurahman (224110202018)
Najwa Fadilatul Hanifah (224110202030)

4 PERBANKAN SYARIAH A
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN PROF. K.H SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat, karunia,
dan hidayah-Nya kami dapa menyelesaikan makalah Manajemen Pemasana Bank
Syariah dengan pokok pembahasan “Konsep Dasar Operasional Bank Syariah” ini
dengan baik. Dan kami juga berterimakasih kepada Ibu selaku dosen pengampu mata
kuliah Manajemen Pemasaran Bank Syariah UIN Prof. K.H Saifuddin Zuhri
Purwokerto yang telah memberikan tugas ini kepada kami dan membimbing kami
sampai saat ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya dalam
rangka menambah wawasan dan pengetahuan kita. Kami menyadari bahwa dalam
penyususnan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan serta jauh dari
kata sempurna.Oleh sebab itu kami berharap adanya kritik, saran, dan masukan demi
perbaikan makalah yang kami buat dimasa yang akan datang. Semoga makalah yang
sederhan ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi pembaca.

Purwokerto, 11 Mei 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 2
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3


A. Konsep Dasar Operasional Bank Syariah ............................................................3
B. Prinsip Dasar Operasional Bank Syariah ............................................................ 4
C. Produk Operasional Bank Syariah .......................................................................6
D. Akad Operasional Bank Syariah .......................................................................... 8

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 11


A. Kesimpulan ........................................................................................................... 11
B. Saran ...................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbankan Syariah mulai muncul seiring dengan perkembangan zaman
manusia di bumi. Kebutuhan manusia tidak terbatas namun, keinginan manusia
untuk menabung yang tak terbatas. Pada dasarnya perbankan syariah adalahsuatu
pengaplikasian ilmu ekonomi yang lebih luas terlebih dalam urusan keuangan. Inti
dari masalah perbankan syariah ini adalah adanya ketidakseimbangan antara
pengeluaran dan pendapatn yang masuk untuk disimpan,sedangakan biaya yang
keluar jauh lebih besar daripada tabungan yang masuk.
Meningkatnya kebutuhan manusia sesuai peradaban masa kini
mengakibatkan sumber pemasukan menjadi tidak menentu. Kebutuhan manusia
yang tak terbatas mengakibatkan pengeluaran biaya juga tak terbatas pula. Karena
itu untuk memberikan kemudahan dalam mengelola keuangan maka suatu bank
syariah memberikan beberapa fasiliatas yang akan memberikan kemudahan dan
kemudahan bagi para nasabah agar pembiayaan yang dikeluarkan itu bisa
teralokasikan dengan baik,dan bahkan menguntungkan kedua belah pihak, sehingga
kehidupan ekonomi akan berjalan sesuai porosnya tanpa adanya masalah keuangan.
Perbankan yang dikenal sebagai lembaga keuangan perantara antara pihak
kelebihan dana dengan pihak kekurangan dana. Oleh karena itu bank berkewajiban
untuk selalu menyalurkan dana yang dihimpun untuk diinvestasikan dalam bentuk
pembiayaan. Pada bank sulselbar konter layanan Syariah cabang pinrang produk
pembiayaan menggunakan beberapa akad, namun penulis hanya berfokus pada
produk pembiayaan yang menggunakan akad murabahah. Murabahah adalah jual
beli barang dengan harga asal ditambah dengan keuntungan yang disepakati.
Dalam hal ini penjual harus memberitahukan harga pokok produk yang ia jual dan
menentukan suatu tingkat sebagai tambahannya. Akad murabahah adalah

1
perjanjian juai-beli antara bank dengan nasabah. Bank syariah membeli barang
yang diperlukan nasabah kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan
sebesar harga perolehan ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati
antara bank syariah dan nasabah.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalan ini adalah sebagai berikut:
1.Apa itu konsep dasar operasional bank syariah?
2.Prinsip-prinsip apa saja yang terdapat pada bank syariah?
3.Apa produk-produk operasional bank syariah?
4.Akad apa saja yang digunakan pada bank syariah?
C. Tujuan Makalah
Makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1.Untuk mengetahui konsep dasar operasional bank syariah
2.Untuk memahami prinsip yang ada di bank syariah
3.Untuk mengetahui produk bank syariah
4.Untuk memahami akad di bank syariah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Operasional Bank Syariah


Konsep dasar operasional bank syariah mencakup prinsip-prinsip utama
dalam menjalankan aktivitasnya sesuai dengan syariah Islam. Beberapa konsep
tersebut meliputi:
1. Prinsip Syariah
Semua aktivitas dan produk yang ditawarkan harus sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah, seperti larangan riba (bunga), riba jahiliyah (keuntungan dari
pinjaman uang), serta larangan investasi dalam bisnis yang dianggap haram menurut
Islam, seperti alkohol atau judi.
2. Mudharabah dan Musyarakah
Dua prinsip bagi hasil yang menjadi landasan bagi transaksi investasi dan
pembiayaan bank syariah. Mudharabah adalah kemitraan antara bank dan nasabah
dengan pembagian keuntungan sesuai kesepakatan, sedangkan musyarakah adalah
kemitraan antara dua pihak atau
3. Murabahah
Transaksi jual beli dengan keuntungan yang ditentukan di awal, tanpa adanya
bunga. Bank membeli barang yang diminta oleh nasabah dan menjualnya kembali
dengan keuntungan yang sudah ditetapkan.
4. Ijarah
Konsep sewa-menyewa yang digunakan dalam pembiayaan barang modal
atau aset produktif. Bank membeli barang yang diminta oleh nasabah dan
menyewakannya kembali dengan harga tertentu dan masa sewa yang ditentukan.
5. Wakalah dan Kafalah

3
Prinsip-prinsip yang berkaitan dengan wakil atau agen (wakalah) serta
jaminan (kafalah), yang digunakan dalam berbagai transaksi dan produk bank syariah.

B. Prinsip Dasar Operasional Bank Syariah


Sebagaimana diuraikan diatas prinsip-prinsip dasar sistem ekonomi Islam
akan menjadi dasar beroperasinya bank Islam yaitu yang paling menonjol adalah
tidak mengenal konsep bunga uang dan yang tidak kalah pentingnya adalah untuk
tujuan komersial, Islam tidak mengenal peminjaman uang tetapi adalah
kemitraan/kerjasama (mudharabah dan musyarakah) dengan prinsip bagi hasil,
sedang peminjaman uang hanya dimungkinkan untuk tujuan sosial tanpa adanya
imbalan apapun.
1. Prinsip mudharabah
Yaitu perjanjian antara dua pihak dimana pihak pertama sebagai pemilik
dana/sahibul mal dan pihak kedua sebagai pengelola dana / mudharib untuk
mengelola suatu kegiatan ekonomi dengan menyepakati nisbah bagi hasil atas
keuntungan yang akan diperoleh, sedangkan kerugian yang timbul adalah resiko
pemilik dana sepanjang tidak terdapat bukti bahwa mudharib melakukan kecurangan
atau tindakan yang tidak amanah (misconduct). Berdasarkan kewenangan yang
diberikan kepada mudharib maka mudharabah dibedakan menjadi mudharabah
mutlaqah dimana mudharib diberikan kewenangan sepenuhnya untuk menentukan
pilihan investasi yang dikehendaki, sedangkan jenis yang lain adalah mudharabah
muqayyaddah dimana arahan investasi ditentukan oleh pemilik dana sedangkan
mudharib bertindak sebagai pelaksana/pengelola.
2. Prinsip Musyarakah,
Yaitu perjanjian antara pihak-pihak untuk menyertakan modal dalam suatu
kegiatan ekonomi dengan pembagian keuntungan atau kerugian sesuai nisbah yang
disepakati Musyarakah dapat bersifat tetap atau bersifat temporer dengan penurunan
secara periodik atau sekaligus diakhir masa proyek.
3. Prinsip Wadiah

4
Adalah titipan dimana pihak pertama menitipkan dana atau benda kepada
pihak kedua selaku penerima titipan dengan konsekuensi titipan tersebut sewaktu-
waktu dapat diambil kembali, dimana penitip dapat dikenakan biaya penitipan.
4. Prinsip Jual Beli (Al Buyu’)
a. Murabahah yaitu akad jual beli antara dua belah pihak dimana pembeli dan
penjual menyepakati harga jual yang terdiri dari harga beli ditambah ongkos
pembelian dan keuntungan bagi penjual. Murabahah dapat dilakukan selain
secara tunai bisa juga secara bayar tangguh atau bayar dengan angsuran.
b. Salam yaitu pembelian barang dengan pembayaran dimuka dan barang
diserahkan kemudian.
c. Ishtisna’ yaitu pembelian barang melalui pesanan dan diperlukan proses untuk
pembuatannya sesuai dengan pesanan pembeli dan pembayaran dilakukan
dimuka sekaligus atau secara bertahap.
d. Jasa-Jasa
i. Ijarah yaitu kegiatan penyewaan suatu barang dengan imbalan pendapatan sewa,
bila terdapat kesepakatan pengalihan pemilikan pada akhir masa sewa
disebutIjarah mumtahiya bi tamlik(sama dengan operating lease)
ii. Wakalah yaitu pihak pertama memberikan kuasa kepada pihak kedua (sebagai
wakil) untuk urusan tertentu dimana pihak kedua mendapat imbalan berupa fee
atau komisi.
iii. Kafalah yaitu pihak pertama bersedia menjadi penanggung atas kegiatan yang
dilakukan oleh pihak kedua sepanjang sesuai dengan yang diperjanjikan, dimana
pihak pertama menerima imbalan berupa fee atau komisi (garansi).
iv. Sharf yaitu pertukaran /jual beli mata uang yang berbeda dengan penyerahan
segera /spot berdasarkan kesepakatan harga sesuai dengan harga pasar pada saat
pertukaran
5. Prinsip Kebajikan
yaitu penerimaan dan penyaluran dana kebajikan dalam bentuk zakat infaq
shodaqah dan lainnya serta penyaluran al-qardhul hassan yaitu penyaluran dan dalam

5
bentuk pinjaman dengan tujuan untuk menolong golongan miskin dengan
penggunaan produktif tanpa diminta imbalan kecuali pengembalian pokok hutang.

C. Produk Operasional Bank Syariah


1. Mudarabah (Kredit Modal Usaha)
Konsep mudarabah dapat dibagi menjadi mudarabah pada penarikan dana
(funding) dan mudarabah pada penyaluran dana (financing). Selain pembagian di atas,
mudarabah juga dibedakan menjadi mudharabah mutlaqah (tak terbatas) dan
mudharabah muqayyadah (terbatas).
Dalam mudharabah mutlaqah terdapat beberapa hal yang sangat berbeda
secara fundamental dalam hal nature of relationship between bank and customers
pada bank konvensional, yaitu 1). Penabung atau deposan di bank syariah adalah
investor dengan sepenuhnya. Dia bukanlah lender atau creditor bagi bank seperti
halnya di bank umum. Dengan demikian deposan entitled untuk risk atau return dari
usaha bank. 2). Bank memiliki dua fungsi, yaitu terhadap deposan atau penabung ia
bertindak sebagai pengelola (mudharib), sedangkan dalam dunia usaha ia berfungsi
sebagai pemilik dana (shahib almal). Dengan demikian baik “ke kiri maupun ke
kanan” bank harus sharing risk dan return. 3). Dunia usaha berfungsi sebagai
pengguna dan pengelola dana yang harus berbagi hasil dengan pemilik dana, yaitu
bank. Dalam pengembangannya nasabah pengguna dana dapat juga menjalin
hubungan dengan bank dalam bentuk jual beli, sewa, fee based services
2. Murabahah
Murabahah berarti pembelian barang dengan pembayaran ditangguhkan.
Pembayaran murabahah adalah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah dalam
rangka pemenuhan kebutuhan produksi (inventory). Pembiayaan ini mirip dengan
“kredit modal kerja” yang biasa diberikan oleh bank konvensional.
Dalam konteks ini perbankan Islam, mengajukan beberapa argumen untuk
mendukung keabsahan suatu harga yang lebih tinggi dalam penjualan dengan
pembayaran di tunda : 1). Bahwa teks syariah tidak melarangnya. 2). Bahwa berbeda

6
antara cash yang ada di waktu sekarang dengan cash yang ada pada masa mendatang
karena menurut Ali al-Khafif, seorang ahli hukum kontemporer, “menurut kebiasaan
(urf) cash yang diberikan segera (sekarang) lebih besar nilainya dibandingkan cash
yang diberikan pada waktu yang akan datang”. 3). Bahwa penambahan (peningkatan)
ini bukan untuk masa perpanjangan pembayaran, dan karena itu, tidak sama dengan
riba pada masa sebelum Islam yang dilarang dalam al-Qur’an. 4). Bahwa peningkatan
ini diminta pada waktu penjual, bukan setelah penjualan terjadi. 5). Bahwa
peningkatan ini karena faktor-faktor yang mempengaruhi pasar seperti faktor demand
dan supply, dan kenaikan atau penurunan dalam pembelian nilai mata uang sebagai
akibat inflasi atau deflasi. 6). Bahwa penjual terlibat dalam kegiatan perdagangan
yang diakui dan produktif. Rofiq al-Misri, seorang teoritis perbankan Islam
kontemporer dan pendukung pandangan ini, sementara mengakui bahwa penambahan
itu tergolong “bunga pinjaman”, mengatakan:“dalam sistem penjualan dengan
pembayaran ditunda, penjual tidak bisa disamakan dengan rentenir, meski sistem itu
dalam kenyataannya terdiri dari penjualan cash dan pinjaman berbunga, bagaimana
penjual sendiri menggabungkan dua hal tersebut dalam satu aktivitas, yaitu
penjualan”.
3. Bai’ bi as-Saman Ajil
Kalau murabahah mirip dengan “kredit modal kerja”, bai’ bi as-saman ajil ini
mirip dengan “kredit investasi” pada bank konvensional. Pembiayaan ini berjangka di
atas satu tahun (long run financing), sedangkan murabahah ini di bawah satu tahun
(short run financing).
Dengan demikian, bai’ bi as-saman ajil merupakan suatu bentuk pembiayaan
yang berakad jual beli, dimana pihak bank membelikan atau menunjuk nasabah
sebagai agen bank untuk membeli barang yang diperlukan atas nama bank dan
menyelesaikan pembayaran harga barang dari biaya bank dan bank seketika itu juga
menjual barang tersebut kepada nasabah pada tingkat harga (pokok ditambah margin
keuntungan) yang disetujui bersama (yang terdiri dari harga pembelian atau harga
pokok ditambah margin keuntungan) untuk dibayarkan dalam jangka waktu yang

7
ditetapkan bersama, baik itu secara tunai (dengan murabahah) atau secara diangsur
(bai’ bi as-saman ajil).

4. Fiduciary sebagai Jaminan Produk


Dari beberapa produk perbankan syariah di atas, sesungguhnya seluruh variasi
yang terdapat ada satu tujuan yang jelas, bahwa perbankan syariah tidak
menginginkan produk-produknya dihitung dengan skala profit yang didasarkan pada
kalkulasi bunga (rate interest). Hal ini disebabkan, bunga sangat dilarang dalam
ajaran Islam. Namun demikian, bank syariah sangat fleksibel mengeluarkan produk
yang dapat dipasarkan dan sangat kompetitif dengan perbankan konvensional.
Demikian juga dalam loan, perbankan syariah juga mengadakannya dengan produk
mudarabah, jual beli tangguh (kredit) dengan bay saman ajil, dan murabahah.

D. Akad Operasional Bank Syariah


Akad yang umumnya digunakan oleh bank syariah dalam operasinya
terutama diturunkan dari kegiatan mencari keuntungan (tijarah) dan sebagian
dari kegiatan tolong-menolong (tabarru), sesuai dengan Ilmu fiqh muamalah
yang membagi akad menjadi dua bagian apabila dilihat dari ada atau tidaknya
kompensasi yaitu akad tabarru dan juga akad tijarah. Penjelasan kedua akad ini
sebagai berikut dibawah ini:
1. Akad Tabarru’
Akad tabarru’ yaitu akad yang dimaksudkan untuk menolong sesama dan
murni semata-mata mengharap ridha dan pahala dari Allah SWT, sama sekali tidak
ada unsur mencari return, ataupun suatu motif. Yang termasuk katagori akad jenis
ini diantaranya adalah Hibah, Ibra, Wakalah, Kafalah, Hawalah, Rahn dan
Qirad. Selain itu menurut penyusun Eksiklopedi Islam termasuk juga dalam
kategori akad Tabarru seperti Wadi’ah, Hadiah, hal ini karena tiga hal tersebut
merupakan bentuk amal perbuatan baik dalam membantu sesama, oleh karena itu
dikatakan bahwa akad tabarru’ adalah suatu transaksi yang tidak berorientasi

8
komersial atau non profit oriented. Akad tabarru’(gratuitous contract) adalah
segala macam perjanjian yang menyangkut not-for profit transaction (transaksi
nirlaba). Transaksi ini pada hakekatnya bukan transaksi bisnis untuk mencari
keuntungan komersil. Akadtabarru’ dilakukan dengan tujuan tolong-menolong
dalam rangka berbuat kebaikan. Dalam akad tabarru’, pihak yang berbuat
kebaikan.
a. Qardh
Al-Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang ditagih atau
diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan
imbalan. Dalam literatur fiqh klasik, qardh dikategorikan dalam aqad tathawwu’
atau akad saling membantu dan bukan transaksi komers
b. Rahn
Ar-Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai
jaminan atas pinjaman yang diterimanya, barang yang ditahan tersebut
memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan
memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau
sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah
jaminan utang atau gadai.
c. Hiwalah
Hiwalah adalah akad pemindahan hutang/piutang suatu pihak kepada
pihak lain. Akad ini bertujuan untuk mengambil alih piutang dari pihak lain.
Dengan demikian hiwalah adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang
kepada orang lain yang bersedia menanggungnya dengan nilai yang sama dengan
nilai nominal hutangnya.
d. Wakalah
Wakalah atau wikalah berarti penyerahan, pendelegasian, atau
pemberian mandat. Dalam bahasa Arab, hal ini dapat dipahami sebagai at-tafwidh.
Contoh kalimat “aku serahkan urusanku kepada Allah” kalimat menyerahkan
urusan berarti mewakili dalam pengertian istilah tersebut.

9
2. Akad Tijari
Pembagian Akad Tijarah Berbeda dengan akad tabarru’, maka akad
tijarah/mu’awadah(compensation contract ) adalah segala macam perjanjian yang
menyangkut for profit transaction. Akad-akad ini dilakukan dengan tujuan
mencari keuntungan, karena itu bersifat komersil. Didalam perbankan terdapat
Akad/kontrak dalam transaksi tijarah, dibagi menjadi dua yaitu Natural Certainty
Contract (NCC) dan Natural Uncertainty Contract (NUC). Natural Certainty
Contract (NCC) adalah kontrak yang dilakukan dengan menentukan secara
pasti nilai nominal dari keuntungan di awal kontrak perjanjian. Natural Uncertainty
Contracts (NUC) adalah kontrak yang dilakukan tidak dengan menyepakati
nominal keuntungan yang akan diterima melainkan menyepakati nisbah bagi
hasil yang akan diterima sehingga tidak ada kepastian nilai nominal yang akan
diterima karena tergantung pada keuntungan usaha. ketidakpastian dapat terjadi
pada empat hal, yaitu dalam pertukaran, dalam hasil permainan, dalam bisnis atau
investasi, dan dalam risiko murni.
1. Akad Sewa-Menyewa
a) Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas suatu barang atau jasa dalam
waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT)
adalah Ijarah yang membuka kemungkinan perpindahan kepemilikan atas
objek ijarahnya pada akhir periode.
b) Ju’alah adalah akad ijarah yang pembayarannya didasarkan kepada kinerja
objek yang disewa /diupah.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bank konvensional yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan
dana maupun dalam rangka penyaluran dananya, memberikan dan mengenakan
imbalan berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam persentase tertentu dari dana
untuk suatu priode tertentu. Persentase tertentu ini biasanya ditetapkan pertahun.
Sedangkan Bank Syariah, yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan
dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan
imbalan atasa dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil. Perbedaan Bank
Konvensional dengan Bank Syariah dapat dilihat dari perbedaan falsafah, konsep
pengelolaan dana nasabah, kewajiban mengelola zakat, dan struktur organisasinya.
Dimana Bank Konvensional berinvenstasi pada usaha yang halal dan haram
sedangkan Bank Syariah berinvestasi pada usaha yang halal dan sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah yang bersumber dari Al-Qur‟an dan AL Hadits.
B. Saran
Kami sadar makalah ini masih banyak kekurangan yang perlu untuk kami
diperbaiki, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca untuk memperbaiki makalah ini dan makalah-makalah
kami selanjutnya.

11
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Baraba, Prinsip Dasar Operasional Perbankan Syariah Vol. 2, No. 3 [1999],
Art. 9
Jaka Susila, Fiduciary Dalam Produk-Produk Perbankan Syariah, Jurnal Ilmu
Syari'Ah Dan Hukum Vol. 1, Nomor 2, 2016.
Nurul Ichsan, Akad Bank Syariah, Asy-Syir’Ah Jurnal Ilmu Syari’Ah Dan Hukum
Vol. 50, No. 2, Desember 2016
Bambang Murbadi, Akad Wadiah Dan Produk Bank Syariah, Vol.2, No 1, 2016.

12

Anda mungkin juga menyukai