Anda di halaman 1dari 85

KERANGKA PEDOMAN PEMERIKSAAN

UUD 1945

Peraturan Per-UU-an Pemeriksaan Keuangan Negara

Pedoman Umum SPKN PMP Kode Etik

Juklak 300
100 200
Pemeriksaan Dengan Tujuan
Pemeriksaan Keuangan Pemeriksaan K inerja
Tertentu
400
Sistem Keyakinan Mutu

500
Penatalaksanaan Kertas Kerja Pemeriksaan
600
Pemeriksaan Berperspektif Lingkungan Hidup

Juknis
100.001 200.001 301.000
Pemahaman dan Penilaian SPI Penentuan Area Kunci Pemeriksaan Investigatif
Pemeriksaan Keuangan

302.001
100.002 200.002
Pemahaman dan Penilaian Pemeriksaan Pengelolaan
Penentuan Kriteria Limbah RSUP/RSUD
Risiko Pemeriksaan

100.003 302.002
201.000
Penetapan Batas Materialitas Pemeriksaan Pengendalian
Pemeriksaan Atas Rehabilitasi
Pemeriksaan Keuangan Pencemaran Udara Dari
Hutan dan Lahan
Sumber Bergerak

100.004 303.000
Penentuan Metode Uji Petik Pemeriksaan Pengadaan
Pemeriksaan Keuangan
Barang dan Jasa Pemerintah

101.000
Pemeriksaan LKPP dan LKKL

102.000
Pemeriksaan LKPD

103.000
Pemeriksaan atas Laporan
Keuangan Bank Indonesia

400 .001
Reviu Pemeriksaan
Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Daftar Singkatan dan Akronim

DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM

AMDAL : Analisa Mengenai Dampak Lingkungan


ASEAN : Association of South East Asian Nations
Bapedalda : Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah
BBM : Bahan Bakar Minyak
BPLHD : Balai Pengelola Lingkungan Hidup Daerah
CFCs : Chlorofluorocarbons
CO : Carbon Monoxide
COSO : Committee of Sponsoring Organization of the Treadway Commission
CO2 : Carbon Dioxide
DDT : Dichloro-Diphenyl-Trichloroethane (Synthetic pesticides)
HCFCs : Hydrochlorofluorocarbons
IQ : Intelligence Quotient
NOx : Nitrogen Oxide
NO2 : Nitrogen Dioxide
ODSs : Ozone Depleting Substances
O3 : Ozone
O2 : Oxygen
PAH : Polyclinic Aromatic Hydrocarbons
PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa
PCBs : Polychlorinated
POPs : Persistent Organic Pollutants
RKL/RPL : Rencana Pengelolaan Lingkungan – Rencana Pemantauan Lingkungan
SO2 : Sulphur Dioxide
SOx : Sulphur Oxide
SPM : Suspended Particulate Matter
UKL-UPL : Upaya Pengelolaan Lingkungan – Upaya Pemantauan Lingkungan
UV : Ultra Violet
VOCs : Volatile Organic Compounds
WHO : World Health Organization

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan i


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Daftar Isi

DAFTAR ISI

Halaman
KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 07/K/I-XIII.2/6/2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMERIKSAAN
ATAS PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DARI SUMBER
BERGERAK
DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR LAMPIRAN iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………….. 1


A. Latar Belakang …………………………………………………........... 1
B. Maksud dan Tujuan ........... ………………………………………...... 2
C. Lingkup Pembahasan...…………………………………………......... 2
D. Dasar Hukum................................................................................... 2
E. Sistematika Penulisan……………………………………………........ 3

BAB II GAMBARAN UMUM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA


DARI SUMBER BERGERAK ...............................................................
4
A. Pencemaran Udara........... ..........................…..……………............ 4
B. Dampak Pencemaran Udara..............................………………….... 5
C. Penyebab dan Sumber Pencemaran Udara ……………………...... 7
D. Pengendalian Pencemaran Udara............………………………….. 8
E. Kerangka Hukum Pengendalian Pencemaran Udara...................... 8
F. Pihak yang Berperan Dalam Pengendalian Pencemaran Udara .... 9

BAB III PETUNJUK PEMERIKSAAAN .……………..…………………….......... 12


A. Petunjuk Umum................................. ……………………………….. 12
B. Petunjuk Perencanaan Pemeriksaaan............................................. 15
C. Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaaan............................................. 21
D. Petunjuk Pelaporan Hasil Pemeriksaaan........................................ 22

BAB IV PENGENDALIAN DAN PENJAMINAN MUTU .................................... 24


A. Dasar Pengendalian dan Penjaminan Mutu .................................... 24
B. Pengertian Pengendalian dan Penjaminan Mutu ............................ 24
C. Proses Penjaminan Mutu ................................................................ 25
D. Pendokumentasian Proses Penjaminan Mutu ................................ 28

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan ii


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Daftar Isi

BAB V PEMANTAUAN TINDAK LANJUT LAPORAN HASIL


PEMERIKSAAN ...................................................................................
29
A. Tindak Lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan....................................... 29
B. Pemberitahuan Tertulis tentang Kewajiban Tindak Lanjut................ 29
1. Reviu atas Jawaban/Keterangan Pemerintah Pusat dan Daerah... 30
2. Pelaporan atas Pemantauan Tindak Lanjut..................................... 30
3. Pemantauan Tindak Lanjut Pada Saat Pemeriksaaan.................... 31

BAB VI PENUTUP ............................................................................................ 32


A. Pemberlakuan Petunjuk Teknis Pemeriksaaan atas Pengendalian
Pencemaran Udara dari Sumber Bergerak..................................... 32
B. Pemutakhiran Petunjuk Teknis Pemeriksaaan atas atas
Pengendalian Pencemaran Udara dari Sumber Bergerak..............
32
C. Pemantauan Petunjuk Teknis Pemeriksaaan atas atas
Pengendalian Pencemaran Udara dari Sumber Bergerak..............
32

REFERENSI
DAFTAR ISTILAH (GLOSARIUM)
LAMPIRAN
TIM PENYUSUN

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan iii


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Daftar Lampiran

DAFTAR LAMPIRAN

II.1 Pencemar Udara dan Sumbernya


II.2 Jenis-Jenis Pencemaran Udara
III.1 Pemahaman Tujuan dan Harapan Penugasan
III.2 Pemahaman Entitas
III.3 Pemantauan Tindak Lanjut LHP Pengendalian Pencemaran Udara Tahun Sebelumnya
III.4 Pemahaman SPI dalam Pengendalian Pencemaran Udara (Pendekatan COSO)
III.5 Kertas Kerja Penentuan Uji Petik
III.6 Pengujian Terinci
IV.1 Review Sheet
IV.2 Laporan Perkembangan Pelaksanaan Pemeriksaan
IV.3 Lembar Kendali Penyelesaian Laporan
IV.4 Checklist Penjaminan Mutu Pemeriksaan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan iv


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Daftar Tabel

DAFTAR TABEL

Tabel Keterangan Halaman


2.1 Jenis Pencemaran Udara 4
2.2 Dampak Pencemaran Udara 5
2.3 Pencemaran Udara dan Dampak Kesehatan 6
2.4 Kerangka Hukum Pengendalian Pencemaran Udara 9
3.1 Struktur Organisasi Pemeriksaan 14
3.2 Contoh Resiko 17

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan v


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Daftar Gambar

DAFTAR GAMBAR

Gambar Keterangan Halaman


3.1 Tahapan Pemeriksaan 13

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan vi


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Bab I

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
01 Berdasarkan UUD 1945 pasal 23, BPK merupakan pemeriksa Mandat BPK
eksternal pemerintah. Mandat ini diperkuat dengan diterbitkannya
UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara pasal 2 ayat (2) yang
menyatakan BPK melaksanakan pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara. Sementara itu, sesuai dengan
UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,
pemerintah menguasai sumber daya alam untuk dikelola dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.
Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah wajib mengelola
lingkungan hidup tersebut secara terpadu dengan penataan ruang,
perlindungan sumber daya alam nonhayati, perlindungan sumber
daya buatan, konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya, cagar budaya, keanekaragaman hayati dan
perubahan iklim. Selain perlu dikelola dengan dengan baik,
pemerintah perlu pula mengupayakan pelestarian lingkungan
hidup sehingga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup dapat
dipertahankan. Pentingnya pelestarian lingkungan hidup diperkuat
juga dengan ditetapkannya amandemen UUD 1945 pasal 33 ayat
(4) yang berbunyi:
‘Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi,
berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian,
serta menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi’.
02 Dengan demikian jelas terlihat adanya kaitan antara mandat BPK Peran BPK
untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan keuangan negara
dengan pemerintah sebagai pengelola kegiatan pembangunan
ekonomi nasional dengan lingkungan hidup. BPK sebagai
lembaga pemeriksa eksternal pemerintah mempunyai peran yang
sangat penting dalam mengawasi jalannya pembangunan
ekonomi yang berwawasan lingkungan serta upaya mewujudkan
tata kelola lingkungan yang baik (Good Environment Governance).
Dalam hal ini lembaga/badan pemeriksa dibutuhkan untuk menilai
efektivitas program dan menguji kepatuhan terhadap akta
perjanjian, peraturan maupun perundang-undangan tentang
lingkungan hidup.
03 Untuk menjalankan peran penting terkait lingkungan hidup Rencana strategik audit
lingkungan oleh BPK
tersebut, BPK telah menetapkan dalam rencana strategik untuk
melakukan audit lingkungan yang mencakup kegiatan
pemeriksaan yang dapat memberikan penilaian terhadap program
atau kegiatan yang berprespektif lingkungan dengan terus
mengembangkan metodologi dan kerja sama dengan pihak terkait.
Rencana strategik ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam
tematik pemeriksaan lingkungan setiap tahun.
04 Berkaitan dengan tematik pemeriksaan lingkungan, maka petunjuk
teknis pemeriksaan atas pengendalian pencemaran udara dari
sumber bergerak perlu disusun untuk mengakomodasi peran BPK
terkait pemeriksaan atas pengelolaan lingkungan hidup.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 1


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Bab I

B. Maksud dan Tujuan


05 Maksud penyusunan petunjuk teknis pemeriksaan atas Maksud
pengendalian pencemaran udara dari sumber bergerak ini adalah
untuk memberikan pedoman yang mutakhir bagi pemeriksa dalam
menyusun program pemeriksaan dan pelaksanaan pemeriksaan di
lapangan sehingga terdapat kesamaan tindakan.
06 Tujuan penyusunan petunjuk teknis tersebut adalah untuk: Tujuan

1. menyamakan pemahaman atas pemeriksaan atas


pengendalian pencemaran udara dari sumber bergerak;
2. memberikan pedoman kepada pemeriksa sehingga
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan
dapat selaras dan mudah dikompilasi;
3. mengefektifkan pelaksanaan pemeriksaan agar mencapai
hasil pemeriksaan yang optimal sesuai dengan standar
pemeriksaan.

C. Lingkup Pembahasan
07 Petunjuk teknis pemeriksaan atas pengendalian pencemaran Lingkup pembahasan
udara dari sumber bergerak ini digunakan untuk pemeriksaan atas
seluruh kebijakan dan program/kegiatan yang ditetapkan dan
dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
dalam rangka mengendalikan pencemaran udara khususnya yang
bersumber dari kendaraan bermotor.

D. Dasar Hukum
08 Dasar hukum penyusunan petunjuk teknis pemeriksaan atas Dasar Hukum
pengendalian pencemaran udara ini antara lain adalah:
1. UU No. 15 tahun 2004, tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,
2. UU No. 15 tahun 2006, tentang Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia,
3. Peraturan BPK RI No. 1 tahun 2007, tentang Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara,
4. Keputusan Ketua BPK RI No.34/K/I-VIII.3/6/2007, tentang
Struktur Organisasi BPK RI,
5. Keputusan BPK RI No.39/K/I-VIII.3/7/2007, tentang
Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana BPK RI.
6. Keputusan BPK RI No. 1/K/I-XIII.2/2/2008, tentang Panduan
Manajemen Pemeriksaan

E. Sistematika Penulisan
09 Petunjuk teknis pemeriksaan atas pengendalian pencemaran Juknis atas pengendalian
pencemaran udara dari
udara dari sumber bergerak terdiri atas 6 (enam) bab sebagai sumber bergerak terdiri
berikut: atas 6 bab.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 2


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Bab I

Bab I : Pendahuluan
Bab II : Gambaran Umum Pengendalian Pencemaran
Udara dari Sumber Bergerak
Bab III : Petunjuk Pemeriksaan
Bab IV : Penjaminan Mutu Pemeriksaan
Bab V : Pemantauan Tindak Lanjut Laporan Hasil
Pemeriksaan
Bab VI : Penutup

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 3


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Bab II

BAB II
GAMBARAN UMUM
PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA
DARI SUMBER BERGERAK

A. Pencemaran Udara
01 Pencemaran udara merupakan hasil dari pembangunan di banyak Pencemaran udara
merupakan dampak dari
negara yang mengalami proses industrialisasi. Hal ini ditunjukkan proses industrialisasi di
dengan kota yang terus berkembang, urbanisasi, peningkatan banyak negara
transportasi, pertumbuhan ekonomi yang tinggi akibat
industrialisasi dan peningkatan konsumsi energi. Pertumbuhan
penduduk dan laju urbanisasi mendorong peningkatan sektor
transportasi dan konsumsi energi yang pada akhirnya
menimbulkan masalah peningkatan polusi udara.
02 Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, Pencemaran udara
adalah masuknya
energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh zat/komponen ke dalam
kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke udara ambien oleh
tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat kegiatan manusia
sehingga mutu udara
memenuhi fungsinya. Komponen pencemar udara antara lain CO2 ambien turun
(Karbon Dioksida), CO (Karbon Monoksida), HC (Hidro Karbon),
NOx (Nitrogen Oksida), SO2 (Sulfur Dioksida) dan Particle Matter
(PM). Sumber pencemar udara tersebut dapat dilihat pada
lampiran II.1.
03 Pencemaran udara dapat dibedakan berdasarkan tingkat Jenis pencemaran udara
dibedakan berdasarkan
keberadaan mulai dari tingkat lokal sampai dengan global yaitu: tingkat luasan
pencemaran dan
Tabel 2.1 lamanya waktu
pencemaran
Jenis Pencemaran Udara
Tingkat Jenis Pencemaran Udara
GLOBAL PERUBAHAN
IKLIM

OZON
STRAT

REGIONAL
POPS HM

HUJAN
ASAM

SMOG
LOKAL

Waktu
04 Pada tingkat lokal seperti di daerah perkotaan, pencemaran udara
masih berupa smog (campuran antara asap dan kabut). Seiring
dengan meluasnya tingkat sebaran pencemaran udara dan
pertambahan waktu, maka smog ini dapat menjadi hujan asam
dan pada akhirnya dapat mengakibatkan perubahan iklim global.
Penjelasan untuk masing-masing jenis pencemaran udara dapat

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 4


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Bab II

dilihat pada lampiran II.2.

B. Dampak Pencemaran Udara


05 Pencemaran udara dapat menyebabkan kerusakan tehadap Pencemaran udara dapat
menyebabkan kerusakan
manusia dan lingkungan, misalnya peningkatan mortalitas, terhadap manusia dan
penurunan produktivitas pertanian, penurunan kualitas ekosistem, lingkungan
mengganggu estetika, dan sebagainya.
Tabel 2.2
Dampak Pencemaran Udara
Dampak
Karakteristik
Terhadap
Kesehatan dan Defisiensi oksigen dalam darah, iritasi mata,
Kesejahteraan iritasi dan gangguan sistem pernafasan,
Manusia kanker, gangguan sistem syaraf, gangguan
reproduksi dan genetika
Tanaman dan Kerusakan daun, berkurangnya
Hewan produktivitas, menurunnya laju fotosintesa,
dan gangguan sistem pernafasan dan syaraf
pusat hewan
Bahan-bahan Korosi pada logam, percepatan pelapukan
dan Bangunan pada bangunan dan monumen, pengotoran
pakaian, bangunan, dan monumen
Gangguan Timbulnya bau, jarak pandang rendah,
Estetika warna bangunan cepat pudar
Ekosistem Deposisi asam, perubahan iklim (lokal,
(udara, air, regional, global), penipisan lapisan ozon
tanah) stratosfer
Sumber: Shechter, M., Kim,M., Golan, L., Valuing a Public Good: Direct and
Indirect Valuation Approaches to the Measurement of the Benefits from
Pollution Abatement, 1986

06 Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan manusia berkisar Dampak pencemaran


udara bagi kesehatan
dari yang relatif ringan hingga mengakibatkan kematian. Laporan manusia berkisar dari
World Health Organization (WHO) negara-negara Eropa tahun yang relatif ringan sampai
2004 antara lain menyebutkan adanya hubungan antara partikel dengan kematian

debu di udara dengan berbagai macam penyakit saluran


pernapasan. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel sebagai
berikut:
Tabel 2.3
Pencemaran Udara dan Dampak Kesehatan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 5


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Bab II

Pencemar Dampak
Partikulat (timbel, Meningkatkan risiko gangguan dan
nikel, arsen, karbon) penyakit sistem pernapasan dan
terutama yang kardiovaskular
berukuran 10
mikrometer ke bawah
CO Mengganggu konsentrasi dan refleksi
tubuh, menyebabkan kantuk, dan dapat
memperparah penyakit kardiovaskular
akibat defisiensi oksigen. CO mengikat
hemoglobin sehingga jumlah oksigen
dalam darah berkurang
SO2 Meningkatkan risiko penyakit paru-paru
dan menimbulkan batuk pada
pemajanan singkat dengan konsentrasi
tinggi
NOx Meningkatkan total mortalitas, penyakit
kardiovaskular, mortalitas pada bayi,
serangan asma dan penyakit paru-paru
kronis
Ozon Menimbulkan iritasi mata,
meningkatkan gangguan pernapasan
dan serangan asma, dan menurunkan
daya tahan tubuh terhadap flu dan
pneumonia
Senyawa organik Menyebabkan iritasi mata, hidung dan
yang mudah tenggorokan; pada beberapa kasus
menguap menimbulkan pusing, mual dan
kehilangan koordinasi; bersifat
karsinogen terutama zat Polyclinic
Aromatic Hydrocarbons (PAH),
benzena dan 1,3-butadiena
Timbel Menyebabkan gangguan sistem syaraf,
pencernaan, hipertensi dan
menurunkan IQ pada anak-anak.
Peningkatan kadar timbel darah
sebesar 10-20 µg/dl dapat menurunkan
IQ hingga 2 poin
Sumber: Colville, R.N., Hutchinson, E.J., Mindell, J.S., Warren, R.F. The
transport sector as a source of air pollution. 2001

C. Penyebab dan Sumber Pencemaran Udara


07 Pencemaran udara yang telah menjadi permasalahan yang serius Faktor-faktor penyebab
pencemaran udara
di kota-kota besar Indonesia disebabkan oleh faktor-faktor berikut:
1. Pertumbuhan penduduk dan laju urbanisasi mendorong
peningkatan mobilitas dan kebutuhan transportasi. Di sisi lain,
pertambahan panjang dan lebar jalan tidak sebanding dengan
laju pertumbuhan kendaraan bermotor sehingga
mengakibatkan terjadinya kemacetan yang mendorong
peningkatan konsumsi bahan bakar yang akan berpengaruh
pada penurunan kualitas udara kota.
Hasil kajian Masyarakat Transportasi Indonesia menunjukkan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 6


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Bab II
2
bahwa sektor transportasi menyumbang emisi CO yang cukup
besar di kota-kota besar Indonesia yaitu antara 4% - 80%. Hal
ini menunjukkan bahwa pencemaran udara di kota-kota besar
di Indonesia sebagian besar bersumber dari emisi kendaraan
bermotor.
2. Pertumbuhan ekonomi yang berpengaruh terhadap perilaku
dan gaya hidup masyarakat. Peningkatan pendapatan dan
kemudahan pembiayaan yang diberikan lembaga keuangan
telah membuat masyarakat kota berupaya untuk tidak hanya
memenuhi kebutuhan primernya namun juga berupaya
meningkatkan status sosialnya misalnya dengan memiliki
kendaraan bermotor dan barang lainnya yang pada akhirnya
akan menambah konsumsi energi dan mempengaruhi kualitas
udara.
3. Ketergantungan pada minyak bumi sebagai sumber energi.
Indonesia masih sangat tergantung pada sumber energi yang
berasal dari minyak bumi. Di sisi lain, rendahnya harga bahan
bakar minyak bersubsidi mengakibatkan terhambatnya
pengembangan bahan bakar bersih yang ramah lingkungan
karena harga bahan bakar tersebut menjadi lebih mahal dari
harga bahan bakar yang bersubsidi. Tinggi konsumsi minyak
bumi pada sektor transportasi merefleksikan tingginya potensi
pencemaran udara dari sektor transportasi.
4. Keseimbangan dalam penataan ruang. Perkembangan kota
yang pesat mendorong terjadinya alih fungsi lahan perkotaan
dan percampuran dalam pemanfaatan ruang kota. Lahan
terbuka hijau terus menurun luasannya menjadi lahan
terbangun. Selain itu kurangnya perencanaan tata ruang yang
terintegrasi, adanya inkonsistensi dalam implementasi rencana
tata ruang dan kurangnya pengawasan yang melibatkan
semua pemangku kepentingan telah mengganggu
kesimbangan komponen-komponen ruang kota (penduduk,
perumahan, transportasi, ekonomi, sumber daya dan
lingkungan hidup).
5. Perhatian masyarakat terhadap kualitas udara. Masyarakat
belum berpartisipasi secara aktif dalam melakukan tindakan
nyata penurunan pencemaran udara. Hal ini disebabkan belum
adanya kepedulian masyarakat terhadap pentingnya kualitas
udara ambien bagi kesehatan dan kehidupan manusia akibat
masih rendahnya pengetahuan tentang kualitas udara dan
pencemaran udara.
08 Sumber pencemaran udara yaitu:
1. Sumber bergerak adalah sumber pencemar yang bergerak
atau tidak tetap pada suatu tempat yang berasal dari
kendaraan bermotor;
2. Sumber bergerak spesifik adalah sumber pencemar yang
bergerak atau tidak tetap pada suatu tempat yang berasal dari
kereta api, pesawat terbang, kapal laut, dan kendaraan berat
lainnya;
3. Sumber tidak bergerak adalah sumber pencemar yang tetap
pada suatu tempat;
4. Sumber tidak bergerak spesifik adalah sumber pencemar yang
tetap pada suatu tempat yang berasal dari kebakaran hutan
dan pembakaran sampah.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 7


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Bab II

D. Pengendalian Pencemaran Udara


09 Pengendalian pencemaran udara adalah upaya pencegahan dan Unsur-unsur
pengendalian
penanggulangan pencemaran, serta pemulihan mutu udara pencemaran udara
dengan melakukan kegiatan-kegiatan:
1. Inventarisasi kualitas udara daerah dengan
mempertimbangkan berbagai kriteria yang ada dalam
pengendalian pencemaran udara
2. Penetapan baku mutu udara ambien dan baku mutu emisi
yang digunakan sebagai tolak ukur pengendalian pencemaran
udara
3. Penetapan mutu kualitas udara di suatu daerah termasuk
perencanaan pengalokasian kegiatan yang berdampak
mencemari udara
4. Pemantauan kualitas udara baik ambien dan emisi yang diikuti
dengan evaluasi dan analisis
5. Pengawasan terhadap penaatan peraturan pengendalian
pencemaran udara
6. Peran masyarakat dalam kepedulian terhadap pengendalian
pencemaran udara
7. Kebijakan bahan bakar yang diikuti dengan serangkaian
kegiatan terpadu dengan mengacu kepada bahan bakar bersih
dan ramah lingkungan
8. Penetapan kebijakan dasar baik teknis maupun non-teknis
dalam pengendalian pencemaran udara secara nasional.

E. Kerangka Hukum Pengendalian Pencemaran Udara


10 Pencemaran udara bukan saja merupakan masalah lokal pada Konvensi/protokol/
perjanjian internasional
suatu wilayah namun merupakan masalah di banyak negara
karena sifat udara yang tidak mengenal batas negara dan benua.
Lembaga Internasional seperti PBB telah banyak memfasilitasi
penetapan banyak konvensi/protokol/perjanjian internasional yang
kemudian ditandatangani dan diratifikasi oleh negara penanda
tangan.
11 Indonesia merupakan salah satu penanda tangan Indonesia sebagai salah
satu negara
konvensi/protokol/perjanjian yang bersifat internasional maupun penandatangan konvensi
regional seperti Protokol Kyoto dan Perjanjian ASEAN tentang internasional atau
regional
asap akibat kebakaran hutan. Selain itu, kebijakan pemerintah
telah secara spesifik menyebutkan tentang pengendalian
pencemaran udara.
Tabel 2.4
Kerangka Hukum Pengendalian Pencemaran Udara

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 8


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Bab II

Tingkat Peraturan Perundang-Undangan


Internasional  Protokol Kyoto,1997
 Konvensi Vienna tentang Perlindungan Lapisan Ozone, 1985
 Protokol Montreal tentang Substansi yang Menipiskan Lapisan Ozone, 1987
 Konvensi Stockholm tentang Pesistent Organic Pollutants (POPs), 2001
 Konvensi Geneva tentang Pencemaran Udara Lintas Batas Negara , 1983
Regional  Deklarasi Mali tentang Pengendalian dan Pencegahan Pencemaran Udara
Lintas Batas Negara, 1998
 Perjanjian ASEAN tentang Asap Kebakaran Hutan Lintas Batas Negara
Nasional  Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
 Undang-undang No.14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota
 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara;
 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993, tentang Angkutan Jalan;
 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan
di Jalan;
 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993, tentang Kendaraan dan
Pengemudi;
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2006 tentang Ambang
Batas Emisi Gas Buang;
 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 15 Tahun 1996 tentang Program
Langit Biru;
 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 45/MENLH/10/1997 tentang
Indeks Standar Pencemaran Udara;
 Keputusan Menteri Perhubungan No KM.64 tahun 1993 tentang Persyaratan
Teknis Pemakaian Bahan Bakar Gas pada Kendaraan Bermotor;
Lokal  Peraturan Daerah terkait Ambang Batas Emisi Gas Buang
 Peraturan Daerah terkait Pengujian Kendaraan Bermotor
 Peraturan Daerah terkait Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

F. Pihak yang Berperan dalam Pengendalian Pencemaran Udara


12 Pengendalian pencemaran udara merupakan tanggung jawab
bersama dari tingkat Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
pelaku usaha, dan masyarakat.
13 Pemerintah Pusat bertanggung jawab untuk: Tanggung Jawab
Pemerintah Pusat
a. mengelola kualitas udara nasional dan lintas batas negara
b. menetapkan baku mutu udara ambien nasional, kebisingan
dan getaran lingkungan
c. menetapkan baku mutu emisi udara sumber tidak bergerak,
ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor tipe baru
dan kendaraan bermotor lama.
d. menetapkan baku tingkat kebisingan dan getaran sumber tidak
bergerak dan baku tingkat kebisingan kendaraan bermotor tipe
baru dan kendaraan bermotor lama skala nasional.
e. menetapkan Indeks Standar Pencemar Udara
f. mengkoordinasi dan melaksanakan pemantauan kualitas

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 9


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Bab II

udara lintas provinsi atau lintas batas negara atau skala global
(asap kebakaran hutan, hujan asam dan gas rumah kaca)
skala nasional.
g. Mengatur pengelolaan kualitas udara dan pengendalian
pencemaran udara skala nasional.
h. Pengawasan penaatan penanggung jawab usaha dan atau
kegiatan yang menyebabkan terjadinya pencemaran udara
14 Kementerian Negara Lingkungan Hidup merupakan leading sector Kementerian Negara
Lingkungan Hidup
kegiatan pengendalian pencemaran udara di tingkat pusat. sebagai leading sector
Kegiatan ini juga melibatkan instansi terkait lainnya seperti antara tingkat pusat
lain Departemen Perhubungan (standar pengujian laik jalan dan
emisi kendaraan umum), Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral (kebijakan bahan bakar bebas timbal dan ramah
lingkungan), dan Pertamina (penyediaan bahan bakar).
15 Pemerintah Daerah Tanggung Jawab
Pemerintah Provinsi
a. Pemerintah Provinsi bertanggung jawab melaksanakan:
1). Penetapan baku mutu udara ambien daerah lebih ketat
atau sama dengan baku mutu udara ambien nasional.
Menetapkan baku mutu emisi sumber bergerak dan tidak
bergerak skala provinsi
2). Penetapan status mutu udara ambien daerah.koordinasi
pelaksanaan operasional pengendalian pencemaran udara
skala provinsi
3). Penetapan baku mutu emisi udara sumber tidak bergerak,
ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor lama
dan penetapan baku tingkat kebisingan dan getaran
sumber tidak bergerak dan baku tingkat kebisingan
kendaraan bermotor lama skala provinsi.
4). Pelaksanaan koordinasi operasional pengendalian
pencemaran udara skala provinsi.
5). Koordinasi dan pelaksanaan pemantauan kualitas udara
skala provinsi.
6). Pembinaan dan pengawasan baku mutu emisi udara
sumber tidak bergerak, ambang batas emisi gas buang
kendaraan bermotor lama dan penetapan baku tingkat
kebisingan dan getaran sumber tidak bergerak dan baku
tingkat kebisingan kendaraan bermotor lama skala
provinsi.
7). Pengawasan terhadap penaatan penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan yang dapat menyebabkan terjadinya
pencemaran udara skala provinsi.
16 Gubernur bertanggung jawab menentukan kebijakan Tanggung jawab
Gubernur
pengendalian pencemaran udara di tingkat provinsi.
Pelaksanaan dari kebijakan tersebut dilakukan oleh instansi
terkait di pemerintahan provinsi seperti Bapedalda/BPLHD
(pemantauan kualitas udara)
17 b. Pemerintah Kabupaten/Kota bertanggung jawab Tanggung Jawab
Pemerintah
melaksanakan: Kabupaten/Kota

1). Pemantauan kualitas udara ambien, emisi sumber


bergerak dan tidak bergerak skala kabupaten/kota.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 10


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Bab II

2). Pengujian emisi gas buang dan kebisingan kendaraan


bermotor lama secara berkala.
3). Koordinasi dan pelaksanaan pemantauan kualitas udara
skala kabupaten/kota
4). Pengawasan terhadap penaatan penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan yang dapat menyebabkan terjadinya
skala kabupaten/kota
5). Pemantauan kualitas udara ambien dan dalam ruangan.
18 Walikota/Bupati dengan dibantu oleh dinas terkait Tanggung jawab
Walikota/Bupati
melaksanakan kegiatan pengendalian pencemaran udara di
wilayah kabupaten/kota. Dinas-dinas tersebut antara lain
Dinas Perhubungan (pengujian laik jalan dan emisi kendaraan
umum), Bapedalda/BPLHD (pemantauan kualitas udara),
Dinas Pertamanan (pengelolaan ruang terbuka hijau dan
taman kota).
19 Pelaku Usaha bertanggung jawab menaati peraturan terkait Tanggung Jawab Pelaku
Usaha
pencemaran udara seperti menaati baku mutu udara ambien,
baku mutu emisi, dan baku tingkat gangguan yang ditetapkan,
melakukan pencegahan dan/atau penanggulangan
pencemaran udara yang diakibatkan oleh usaha dan/atau
kegiatan yang dilakukannya dan memberikan informasi yang
benar dan akurat kepada masyarakat dalam rangka upaya
pengendalian pencemaran udara dalam lingkup usaha
dan/atau kegiatannya. Pelaku usaha tersebut misalnya pemilik
industri transportasi.
20 Masyarakat bertanggung jawab menaati peraturan terkait Tanggung Jawab
Masyarakat
pencemaran udara seperti melakukan uji emisi atas kendaraan
bermotor yang dimilikinya.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 11


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Bab III

BAB III
PETUNJUK PEMERIKSAAN

A. Petunjuk Umum
01 Pemeriksaan atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Dasar Hukum
Pemeriksaan
Bergerak merupakan pemeriksaan dengan tujuan tertentu dengan
prosedur eksaminasi yang mengacu kepada:
1. Undang Undang Dasar 1945 Pasal 23 E;
2. Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara;
3. Undang-undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
4. Undang-undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
Keuangan;
5. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007
tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
02 Standar pemeriksaan atas Pengendalian Pencemaran Udara dari Standar Pemeriksaan
Sumber Bergerak adalah Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN) yang ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan yang
mengatur Standar Umum, Standar Pelaksanaan dan Standar
Pelaporan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu.
03 Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP) atas Pengendalian Panduan Manajemen
Pemeriksaan
Pencemaran Udara dari Sumber Bergerak adalah PMP yang
ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan yang mengatur
Perencanaan Pemeriksaan, Pelaksanaan Pemeriksaan,
Pelaporan Pemeriksaan, Pemantauan Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksaan dan Evaluasi Pemeriksaan.
04 Petunjuk pelaksanaan pemeriksaan terkait dengan petunjuk teknis Juklak terkait
pemeriksaan atas Pengendalian Pencemaran Udara dari Sumber
Bergerak meliputi petunjuk pelaksanaan pemeriksaan dengan
tujuan tertentu, petunjuk pelaksanaan sistem penjaminan mutu,
petunjuk pelaksanaan teknik dan prosedur penyajian Laporan
Pemeriksaan, petunjuk pelaksanaan penyusunan kertas kerja
pemeriksaan dan manual pemeriksaan berperspektif lingkungan
hidup.
05 Lingkup pemeriksaan atas Pengendalian Pencemaran Udara dari Lingkup pemeriksaan
Sumber Bergerak meliputi (1) seluruh kebijakan dan
program/kegiatan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam rangka
mengendalikan pencemaran udara khususnya yang bersumber
dari kendaraan bermotor, (2) pengendalian intern atas
pengendalian pencemaran udara dari kendaraan bermotor.
06 Tahapan dalam pemeriksaan Pengendalian Pencemaran Udara Tahap Pemeriksaan
meliputi 11 langkah dari
dari Sumber Bergerak secara ringkas meliputi perencanaan, perencanaan,
pelaksanaan dan pelaporan hasil pemeriksaan yang meliputi 11 pelaksanaan, dan
pelaporan hasil
langkah/kegiatan. Di dalam proses pemeriksaan, ukuran kinerja pemeriksaan.
pemeriksaan yang digunakan adalah standar pemeriksaan, PMP
serta tujuan dan harapan penugasan. Di dalam proses tersebut,
supervisi serta pengendalian dan penjaminan mutu pemeriksaan
dilakukan sepanjang proses selain juga proses pendokumentasian

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 12


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Bab III

dan komunikasi. Secara ringkas, tahapan pemeriksaan sebagai


berikut.
Ukuran Kinerja Pemeriksaan
- Standar Pemeriksaan
- Panduan Manajemen Pemeriksaan
- Tujuan dan Harapan Penugasan

PERENCANAAN PELAKSANAAN PELAPORAN

1. Pemahaman
Tujuan dan 6. Pengumpulan
Harapan 9. Penyusunan
dan Analisis bukti Konsep LHP
Penugasan

2. Pemahaman
Entitas
10. Perolehan
7. Penyusunan Tanggapan dan
3. Penilaian Risiko Temuan Tindakan
dan SPI Pemeriksaan perbaikan yang
direncanakan
4. Penetapan
Kriteria
Pemeriksaan
8. Penyampaian 11. Penyusunan
Temuan dan Penyampaian
5. Penyusunan P2 Pemeriksaan LHP
dan PKP kepada Entitas

DOKUMENTASI
KOMUNIKASI
SUPERVISI-KENDALI DAN KEYAKINAN MUTU

Gambar 3.1 Tahapan Pemeriksaan


07 Langkah-langkah tersebut dijelaskan dalam petunjuk
perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan dalam bab ini, serta
untuk supervisi dijelaskan dalam bab berikutnya.
08 Pemeriksaan Pengendalian Pencemaran Udara dari Sumber Metodologi Pemeriksaan
Bergerak dalam proses di atas dilaksanakan dengan 1. Evaluasi dan analisa
menggunakan metodologi pemeriksaan sebagai berikut : data
2. Pengamatan fisik di
1. Evaluasi dan analisa data dan dokumen yang diberikan oleh lapangan
Unit Kerja yang Diperiksa (Unit Kerja). 3. Wawancara
Pemeriksaan Pengendalian Pencemaran Udara dari Sumber 4. Uji petik (sampling)
Bergerak yang dilakukan adalah pemeriksaan atas kegiatan
yang telah selesai dilaksanakan oleh unit kerja yang diperiksa
(Post Audit). Pemeriksa mendasarkan pemahaman dan
pembuktian atas kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
berdasarkan data dan dokumentasi yang diberikan oleh Unit
Kerja.
2. Pengamatan Fisik di lapangan (observasi)
Sebagai upaya untuk meyakinkan pengendalian pencemaran
udara, Pemeriksa juga melakukan pengamatan di lapangan
melalui uji petik secara terbatas.
3. Wawancara
Pemeriksa juga melakukan pengumpulan informasi terkait

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 13


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Bab III

pengendalian pencemaran udara dari sumber bergerak


dengan melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang
terkait.
4. Uji Petik (sampling)
Pemeriksaan menggunakan mekanisme sampling dengan
memperhatikan faktor-faktor seperti jumlah personil auditor,
waktu, dan risiko terjadinya ketidakpatuhan. Pendekatan uji
petik ini dilakukan dalam menentukan daerah yang akan diuji
petik, dokumen-dokumen yang akan dibahas dan kegiatan-
kegiatan yang akan diuji.
Pemeriksaan atas Pengendalian Pencemaran Udara dari Sumber Organisasi pemeriksaan
09 meliputi organisasi
Bergerak merupakan pemeriksaan pada seluruh instansi terkait pemeriksaan di tingkat
pengendalian pencemaran udara baik di tingkat pemerintah pusat pusat dan tingkat daerah
maupun pemerintah daerah. Oleh karena itu, pemeriksaan atas
Pengendalian Pencemaran Udara dari Sumber Bergerak
seharusnya merupakan pemeriksaan yang dilakukan oleh
pemeriksa Kantor Pusat dan Kantor Perwakilan BPK-RI.
Tabel 3. 1. Struktur Organisasi Pemeriksaan

Penanggung Jawab Pusat


(Tortama KN IV) Tenaga Ahli Bid LH
Staf Ahli Bid LH

Penanggung Jawab Penanggung Jawab


Daerah Daerah
(Kepala Perwakilan) (Kepala Perwakilan)

Pengendali Pengendali Pengendali


Teknis Teknis Teknis

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

10 a. Organisasi pemeriksaan di tingkat daerah


Pelaksanaan audit di tingkat daerah dilakukan oleh tim
pemeriksa yang dibentuk pada masing-masing Perwakilan
BPK-RI yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan atas
masing-masing entitas di pemerintah daerah yang terkait
dengan pengendalian pencemaran udara yang menjadi area
pemeriksaannya. Organisasi pemeriksaan tersebut terdiri atas
Penanggung Jawab, Pengendali Teknis, Ketua Tim, dan
Anggota Tim yang merupakan pemeriksa di lingkungan
masing-masing Perwakilan BPK-RI yang telah memenuhi
persyaratan sebagaimana diatur dalam pemenuhan kebutuhan
pemeriksa.
11 Penanggung Jawab, Pengendali Teknis, Ketua Tim dan
Anggota Tim melaksanakan tugas sebagaimana diatur dalam
PMP.
12 b. Organisasi pemeriksaan di tingkat pusat
Organisasi pemeriksaan di tingkat pusat tersebut terdiri atas
Penanggung Jawab, Pengendali Teknis, Ketua Tim untuk
melaksanakan tugas seperti dalam PMP. Penanggung jawab
juga bertanggung jawab mengkoordinasikan pemeriksaan
yang dilaksanakan di tingkat daerah dan menyusun laporan
gabungan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 14


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Bab III

13 Penanggung jawab, Pengendali Teknis dan Ketua Tim


merupakan pemeriksa di lingkungan Auditama KN IV yang
telah memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam
pemenuhan kebutuhan pemeriksa.
14 Tenaga Ahli Bidang Lingkungan Hidup dan Staf Ahli Bidang
Lingkungan Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan
bertanggung jawab untuk memberikan masukan secara aktif
sebagai informasi yang dapat menambah nilai laporan kepada
Penanggung Jawab selama pelaksanaan pemeriksaan.

15 Waktu pelaksanaan pemeriksaan atas Pengendalian Pencemaran Waktu pemeriksaan


disesuaikan dengan RKP
Udara dari Sumber Bergerak disesuaikan dengan RKP dengan
mempertimbangkan tujuan, lingkup, dan sasaran pemeriksaan.

B. Petunjuk Perencanaan Pemeriksaan


16 Perencanaan Pemeriksaan atas Pengendalian Pencemaran Udara PERENCANAAN
dari Sumber Bergerak meliputi 5 (lima) kegiatan sebagai berikut:
1. Pemahaman
(1) Pemahaman Tujuan dan Harapan Penugasan, (2) Tujuan dan
Pemahaman Entitas, (3) Penilaian Risiko dan SPI, (4) Penetapan Harapan
Kriteria Pemeriksaan, dan (5) Penyusunan Program Pemeriksaan Penugasan
dan Program Kerja Perorangan.
2. Pemahaman
1. Pemahaman Tujuan dan Harapan Penugasan Entitas

17 Tujuan Pemeriksaan atas Pengendalian Pencemaran Udara 3. Penilaian Risiko


dari Sumber Bergerak adalah menilai (1) apakah pengendalian dan SPI
intern atas pengendalian pencemaran udara dari kendaraan
bermotor telah didesain dan diselenggarakan secara memadai, 4. Penetapan
Kriteria
(2) apakah kegiatan pengendalian pencemaran udara dari Pemeriksaan
kendaraan bermotor oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah telah sesuai dengan ketentuan. 5. Penyusunan P2
dan PKP

18 Dalam rangka pencapaian tujuan tersebut, penugasan atas Harapan Penugasan


pemeriksaan pengendalian pencemaran udara dari sumber
bergerak memiliki harapan-harapan (expectation) dari pemberi
tugas. Pemeriksa harus memperoleh harapan-harapan
penugasan secara tertulis dari pemberi tugas melalui suatu
komunikasi yang intensif. Hal ini untuk menghindari harapan-
harapan yang tidak dapat dipenuhi oleh pemeriksa. Harapan
dari pemberi tugas tersebut harus didokumentasikan.
Dokumentasi atas harapan penugasan menjadi salah satu
dasar dalam penyusunan program pemeriksaan dan
penentuan kebutuhan pemeriksa. Contoh dokumentasi
pemahaman tujuan dan harapan penugasan dapat dilihat pada
Lampiran III.1.
2. Pemahaman Entitas
Sumber pemahaman
Pemahaman entitas dapat diperoleh dari survai pendahuluan entitas
19
atau informasi dalam laporan hasil pemeriksaan sebelumnya,
Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) tahun sebelumnya, hasil
komunikasi dengan pemeriksa tahun sebelumnya dan
database yang ada pada unit kerja pemeriksaan.
20 Pemahaman entitas tersebut meliputi pemahaman atas
struktur organisasi, kegiatan/program utama entitas,
lingkungan yang mempengaruhi, pejabat terkait sampai
dengan satuan kerja, serta pemantauan tindak lanjut

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 15


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Bab III

pemeriksaan tahun sebelumnya.


21 Pemahaman pemeriksa entitas harus didokumentasikan dalam
KKP. Contoh dokumentasi pemahaman pemeriksa atas entitas
dapat dilihat pada Lampiran III.2 dan Lampiran III.3.
22 Hasil pemahaman atas entitas bermanfaat untuk langkah
Penilaian Risiko dan SPI.

1. Penilaian Risiko dan SPI


Tujuan penilaian risiko
Tujuan penilaian risiko dan SPI dalam perencanaan dan SPI
23
pemeriksaan adalah untuk menentukan area-area yang
berisiko tinggi yang akan dijadikan fokus pemeriksaan.
a. Penilaian Risiko
Penilaian risiko
Dalam penilaian risiko, pemeriksa mempertimbangkan risiko-
24
risiko dampak dan frekuensi terjadinya ketidakpatuhan.
Penetapan risiko dilakukan dengan mempertimbangkan sistem
pengendalian intern. Penetapan risiko dilakukan dengan
ukuran kualitatif.
Tabel 3.2.
Contoh Risiko
Proses yang
No. Risiko
dilaksanakan
1. Kebijakan Kebijakan yang dibuat Pemda
Pengendalian tidak sesuai dengan kebijakan
Pencemaran Udara nasional
2. Pembentukan Unit/ Unit/organisasi tidak
Organisasi mendukung program
Pengendali pengendalian pencemaran
Pencemaran Udara udara yang berasal dari
kendaraan bermotor
3. Program/Kegiatan Program/kegiatan tidak
Pengendalian mendukung kebijakan dan
Pencemaran Udara tidak dilaksanakan secara
optimal
4. Pemberian ijin Implementasi kebijakan tidak
operasi kendaraan dilaksanakan secara memadai
bermotor
5. Penegakan Hukum Tidak adanya reward dan
punishment terhadap
pelaksanaan regulasi tersebut
6. Pemulihan RTH tidak memadai
Pencemaran Udara

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 16


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Bab III

b. Penilaian SPI
Tujuan penilaian SPI
Penilaian risiko membantu pemeriksa untuk (1)
25
Mengidentifikasi unsur-unsur pengendalian (pencegahan,
penanggulangan, dan pemulihan), (2) Mengidentifikasi dampak
penting, (3) Mempertimbangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi risiko terjadinya dampak penting, (4)
Mendesain pengujian sistem pengendalian intern, dan (5)
Mendesain prosedur pengujian terinci.
Penilaian SPI dilakukan dengan: 1) pemahaman SPI, 2)
pengujian SPI, dan 3) penentuan pengambilan sampel.
1) Pemahaman SPI
Pemeriksa harus memahami sistem pengendalian intern
26 Pemahaman SPI: desain
yang didesain dan diselenggarakan dalam pengendalian dan implementasinya.
pencemaran udara. Pemahaman atas desain sistem
pengendalian intern melalui identifikasi kebijakan atau
prosedur pengendalian yang ada, meliputi reviu peraturan
perundang-undangan dan kebijakan tertulis/formal
menteri/pimpinan lembaga terkait, identifikasi
best/common practices pengukuran kualitas lingkungan
dan baku mutu lingkungan, identifikasi organisasi
pengendalian termasuk peran masing-masing stakeholders
(Pemerintah/Swasta/Masyarakat). Selain itu, pemeriksa
perlu mengidentifikasi kelemahan-kelemahan signifikan
atau area-area kritis yang memerlukan perhatian
mendalam.
2) Pengujian SPI
27 Dalam pengujian desain sistem pengendalian intern,
pemeriksa mengevaluasi apakah sistem pengendalian Pengujian SPI: desain
dan implementasinya
intern telah didesain secara memadai sehingga dapat
meminimalisasi secara relatif terjadinya dampak penting.
Sementara, pengujian implementasi sistem pengendalian
intern dilakukan dengan melihat pelaksanaan pengendalian
pada kegiatan terpilih.
28 Pengujian Sistem Pengendalian Intern merupakan dasar
pengujian terinci selanjutnya. Pengujian Sistem
Pengendalian Intern dilakukan berdasarkan pemahaman
atas Sistem Pengendalian Intern pada tahap
perencanaan/persiapan pemeriksaan.
29 Metodologi pemahaman dan pengujian atas Sistem Pengujian SPI dengan
pendekatan COSO
Pengendalian Intern dapat menggunakan pendekatan
COSO yang terdiri dari unsur (1) lingkungan pengendalian;
(2) penilaian risiko; (3) kegiatan pengendalian; (4) informasi
dan komunikasi; dan (5) pemantauan..
30 Pengujian Sistem Pengendalian Intern dengan pendekatan
COSO meliputi pengujian terhadap unsur-unsur sistem
pengendalian untuk memastikan efektivitasnya dalam
mencegah terjadinya penyimpangan terhadap kebijakan
dan peraturan perundangan yang berlaku dan
meminimalisasi terjadinya pencemaran lingkungan.
31 Pemahaman Sistem Pengendalian Intern dilakukan
terhadap pengelolaan lingkungan hidup yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan, dokumen AMDAL/UKL-
UPL, RKL/RPL, Master Plan dan ketentuan lainnya. Hasil

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 17


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Bab III

pemahaman SPI menjadi dasar dalam penilaian risiko


pengendalian. Selain itu dapat dimanfaatkan untuk
mengidentifikasi kelemahan yang ada. Pemahaman dan
pengujian Sistem Pengendalian Intern baik desain dan
penyelenggaraannya didokumentasikan dalam KKP seperti
dalam Lampiran III.4.
32 Pengujian atas Sistem Pengendalian Intern dilakukan pada
setiap tahapan pengendalian pencemaran udara yang
berupa pencegahan pencemaran udara, penanggulangan
pencemaran udara, dan pemulihan pencemaran udara.
Hasil pengujian mencakup penilaian atas unsur-unsur
dalam pemahaman Sistem Pengendalian Intern.
3) Penentuan Pengambilan Sampel
Penentuan pengambilan
33 Penentuan pengambilan sampel merupakan elemen uji sampel berdasarkan
yang diambil oleh pemeriksa untuk memberikan keyakinan pertimbangan profesional
tentang kualitas informasi yang disajikan dan diungkapkan
dalam laporan pengelolaan/pemantauan. Pemeriksa
menentukan pengambilan sampel berdasarkan
pertimbangan profesionalnya. Pengambilan sampel yang
dilakukan dapat menggunakan metode statistik atau non-
statistik.
34 Penentuan pengambilan sampel dengan metode non Pengambilan sampel
metode non statistik
statistik ditentukan oleh pertimbangan profesional
pemeriksa dengan memperhatikan antara lain cakupan dan
lingkup pemeriksaan, risiko dan signifikansi dampak, serta
asas manfaat (cost and benefit).
35 Penentuan pengambilan sampel dengan metode statistik Pengambilan sampel
metode statistik
dapat dilakukan dengan attribute sampling, monetary-unit
sampling, dan classical variables sampling.
36 Penggunaan metode pengambilan sampel baik metode
statistik maupun non statistik harus didokumentasikan di
dalam KKP. Dokumentasi tersebut antara lain
mengungkapkan alasan penggunaan dan gambaran umum
pengambilan sampel tersebut. Contoh penentuan
pengambilan sampel dapat dilihat pada Lampiran III.5.
2. Penetapan Kriteria Pemeriksaan
Tujuan penetapan kriteria
Pemeriksa perlu menetapkan kriteria untuk:
37
a. alat komunikasi dalam tim pemeriksaan mengenai sifat
pemeriksaan
b. alat komunikasi dengan entitas yang diperiksa
c. penghubung tujuan pemeriksaan dengan program
pemeriksaan
d. dasar dalam menyusun prosedur pemeriksaan dan
pengumpulan data
e. dasar dalam menyusun temuan pemeriksaan
38 Langkah-langkah dalam penetapan kriteria: Langkah-langkah dalam
penetapan kriteria
a. Mencari sumber-sumber kriteria yang masih berlaku
b. Mengkaji ketepatan kriteria dengan hal yang akan diperiksa
c. Menentukan kriteria yang akan digunakan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 18


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Bab III

d. Memastikan kriteria yang digunakan dapat diterima


39 Kriteria dapat diperoleh dari sumber-sumber berikut: Sumber-sumber kriteria

a. Peraturan Perundang-undangan terkait dengan pengendalian


atas pencemaran udara
b. Output Tenaga Ahli
c. Laporan pemeriksaan periode sebelumnya
d. Laporan kinerja entitas periode sebelumnya
e. Dokumen anggaran, misalnya RKAP
f. Kinerja terbaik dari entitas lain yang sejenis (benchmark)
g. Prosedur atau praktek terbaik (best practice) dari negara lain
yang relevan dan dapat diperbandingkan (comparability)
h. Laporan hasil studi kelayakan dan rencana yang telah disetujui
i. Jurnal dan kajian ilmiah, sumber internet yang kredibel, buku
teks
j. Hasil kuesioner, wawancara, observasi, dokumentasi dan
metodologi pengumpulan data lainnya
Contoh kertas kerja penetapan kriteria dapat dilihat pada Lampiran
III.6.
3. Penyusunan Program Pemeriksaan dan Program Kerja
Perorangan
Berdasarkan persiapan pemeriksaan di atas, pemeriksa Program pemeriksaan
atas pengendalian
40 menyusun program pemeriksaan atas pengendalian pencemaran pencemaran udara dari
udara dari sumber bergerak. Program pemeriksaan sumber bergerak dan
mengungkapkan antara lain (1) Dasar pemeriksaan, (2) Standar Program Kerja
Perorangan disusun
dan pedoman pemeriksaan, (3) Tujuan pemeriksaan, (4) berdasarkan persiapan
Metodologi pemeriksaan, (5) Sasaran yang diperiksa, (6) Entitas pemeriksaan.
yang diperiksa, (7) Periode yang diperiksa, (8) Identitas dan data
umum entitas yang diperiksa, (9) Jangka waktu pemeriksaan, (10)
Pengarahan pemeriksaan, (11) Susunan tim pemeriksaan, (12)
Instansi penerima hasil pemeriksaan, dan (13) Kerangka isi
laporan.
41 Berdasarkan program pemeriksaan yang ditetapkan oleh Pembagian tugas dan
program kerja
Penanggung Jawab, Ketua Tim pemeriksa membuat pembagian perorangan
tugas dan anggota tim menyusun program kerja perorangan dan
disampaikan kepada Ketua Tim untuk mendapatkan persetujuan.

42 Untuk dapat menjalankan Program Pemeriksaan tersebut dan Persyaratan


kemampuan/keahlian
sesuai dengan standar pemeriksaan maka susunan tim perlu pemeriksa
memperhatikan persyaratan kemampuan/keahlian sebagai berikut:
1) Tim pemeriksa secara kolektif harus memiliki pemahaman
yang cukup atas isu-isu lingkungan terutama tentang
pengendalian pencemaran udara serta telah mengikuti
pendidikan dan pelatihan dan/atau melaksanakan kegiatan
terkait pemeriksaan berperspektif lingkungan;
2) Ketua Tim harus memiliki pengalaman yang memadai
paling tidak 1 (satu) kali melakukan pemeriksaan
berperspektif lingkungan;
3) Apabila di dalam tim pemeriksa dibutuhkan Pengendali
Teknis, maka Pengendali Teknis tersebut harus memiliki

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 19


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Bab III

pengetahuan dan pengalaman pemeriksaan terkait dengan


pengendalian dan pengelolaan lingkungan hidup dan/atau
pernah menjadi Ketua Tim pemeriksaan terkait paling tidak
1 (satu) kali
4) Apabila dibutuhkan koordinasi perencanaan, pelaksanaan,
dan pelaporan kegiatan maka diperlukan koordinator dari
setiap tingkat Ketua Tim, Pengendali Teknis, dan
Penanggung Jawab
5) Apabila dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan
diperlukan keahlian lingkungan yang sifatnya sangat
spesifik, maka tim dapat memberdayakan Tenaga Ahli dari
luar BPK
43 Bentuk Program Pemeriksaan dan Program Kerja Perorangan
mengacu pada Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP).

C. Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan


44 Pelaksanaan pemeriksaan atas Pengendalian Pencemaran Udara PELAKSANAAN
meliputi 3 (tiga) kegiatan, yaitu: (1) Pengumpulan dan Analisis
Bukti, (2) Penyusunan Temuan Pemeriksaan, dan (3) 1. Pengumpulan
Penyampaian Temuan Pemeriksaan kepada Entitas. dan Analisis Bukti

1. Pengumpulan dan Analisis Bukti


2. Penyusunan
45 Pengumpulan dan analisis bukti meliputi pengumpulan dan Temuan
Pemeriksaan
analisis bukti atas pengendalian pencemaran udara yang meliputi
kegiatan pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan
3. Penyampaian
pencemaran udara. Analisis bukti dilakukan dengan Temuan
memperhatikan tujuan pemeriksaan pada setiap tahapan Pemeriksaan
kepada Entitas
pengendalian pencemaran udara.
46 Pedoman yang digunakan dalam pengumpulan dan analisis bukti
adalah Program Pemeriksaan dan Kriteria Pemeriksaan.
47 Rincian pengumpulan dan analisis bukti atas kegiatan
pengendalian pencemaran udara dapat dilihat pada Lampiran III.7.
2. Penyusunan Temuan Pemeriksaan Temuan Pemeriksaan
meliputi ketidakpatuhan
48 Temuan Pemeriksaan atas Pengendalian Pencemaran Udara terhadap peraturan
perundang-undangan
merupakan permasalahan yang ditemukan oleh pemeriksa yang dan ketidakefektifan
perlu dikomunikasikan kepada entitas. Permasalahan tersebut Sistem Pengendalian
intern
meliputi ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan ketidakefektifan Sistem Pengendalian Intern.
49 Temuan Pemeriksaan tersebut disampaikan Ketua Tim pemeriksa
kepada pejabat yang bertanggungjawab untuk mendapatkan
tanggapan tertulis dan resmi.
3. Penyampaian Temuan Pemeriksaan Temuan pemeriksaan
atas pengendalian
50 Pemeriksa dalam hal ini Ketua Tim menyampaikan Temuan pencemaran udara
diserahkan oleh ketua tim
Pemeriksaan kepada pejabat entitas yang berwenang. kepada pejabat entitas
yang berwenang

51 Penyampaian Temuan Pemeriksaan atas Pengendalian


Pencemaran Udara tersebut merupakan akhir dari pekerjaan
lapangan pemeriksaan. Hal ini merupakan batas tanggung jawab
pemeriksa terhadap program/kegiatan yang diperiksa. Pemeriksa
tidak dibebani tanggung jawab atas suatu kondisi yang terjadi
setelah tanggal pekerjaan lapangan tersebut.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 20


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Bab III

D. Petunjuk Pelaporan Hasil Pemeriksaan


52 Pelaporan hasil pemeriksaan atas Pengendalian Pencemaran PELAPORAN
Udara meliputi 3 (tiga) kegiatan, yaitu: (1) Penyusunan konsep
LHP, (2) Perolehan Tanggapan dan Tindakan Perbaikan yang 09. Penyusunan
Direncanakan, dan (3) Penyusunan dan Penyampaian LHP. Konsep LHP

1. Penyusunan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan


53 Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan disusun oleh Ketua Tim
10. Perolehan
pemeriksa dan disupervisi oleh Pengendali Teknis. Pembahasan Tanggapan dan
Konsep Hasil Pemeriksaan dilaksanakan secara berjenjang Tindakan Perbaikan
yang Direncanakan
sampai dengan Penanggung Jawab. Konsep Hasil Pemeriksaan
atas Pengendalian Pencemaran Udara terdiri atas satu laporan
yang memuat hasil pemeriksaan atas kepatuhan terhadap
11. Penyusunan
peraturan perundang-undangan dengan memberikan simpulan. Konsep Akhir dan
Penyampaian LHP

54 Pelaksanaan pemeriksaan di tingkat daerah menghasilkan Konsep Konsep Laporan Hasil


Pemeriksaan berupa
Hasil Pemeriksaan Parsial yang kemudian akan digabungkan ke KHP Parsial dan KHP
dalam Hasil Pemeriksaan Gabungan di tingkat pusat. Hasil Gabungan
Pemeriksaan Gabungan merupakan output dari pelaksanaan audit
di tingkat pusat yang telah memasukkan/menggabungkan hasil
pemeriksaan parsial.
55 Format Konsep Hasil Pemeriksaan mengacu kepada petunjuk
pelaksanaan teknik dan prosedur penyajian Laporan Hasil
Pemeriksaan.
2. Perolehan Tanggapan dan Tindakan Perbaikan yang
direncanakan
Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang telah disetujui
56
Penanggung Jawab selanjutnya dibahas bersama dengan
manajemen entitas yang diperiksa untuk memperoleh tanggapan
dan rencana perbaikan yang akan dilakukan.
57 Konsep LHP dibahas oleh Penanggung Jawab atau yang
ditugaskan/memperoleh mandat dari Penanggung Jawab dengan
pejabat entitas dengan tujuan untuk (a) membicarakan simpulan
hasil pemeriksaan secara keseluruhan dan (b) kemungkinan
tindakan perbaikan yang direncanakan oleh manajemen entitas.
58 Hasil pembahasan Konsep LHP harus dituangkan dalam Risalah
Pembahasan Konsep LHP yang ditandatangani oleh kedua belah
pihak. Risalah pembahasan tersebut harus didokumentasikan
sesuai petunjuk pelaksanaan teknik dan prosedur penyajian
Laporan Hasil Pemeriksaan
59 Pembahasan konsep LHP dilakukan di kantor Badan Pemeriksa
Keuangan dan atau di kantor entitas.
3. Penyusunan dan Penyampaian Laporan Hasil
Pemeriksaan
60
Berdasarkan hasil pembahasan atas konsep LHP tersebut, Ketua
Tim Pemeriksa menyusun konsep akhir LHP. Konsep akhir LHP
tersebut disupervisi oleh Pengendali Teknis dan dibahas bersama
Penanggung Jawab untuk mendapatkan arahan dan persetujuan.
Setelah mendapatkan persetujuan, LHP tersebut ditandatangani
oleh Penanggung Jawab.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 21


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Bab III

61 LHP Gabungan yang telah ditandatangani disampaikan kepada LHP Gabungan yang
telah ditandatangani
DPR-RI dan DPD-RI serta Menteri Negara Lingkungan Hidup. disampaikan kepada
LHP Parsial yang telah ditandatangani disampaikan kepada DPRD DPR-RI dan DPD-RI
serta Menteri Negara
dan Kepala Daerah. Laporan tersebut disampaikan pula kepada Lingkungan Hidup. LHP
(1) Anggota/Pembina Keuangan Negara terkait, (2) Auditor Utama Parsial yang telah
Keuangan Negara terkait, (3) Inspektur Utama, (4) Kepala ditandatangani
disampaikan kepada
Direktorat Utama Perencanaan, Evaluasi, Pengembangan, DPRD dan Kepala
Pendidikan, dan Pelatihan Pemeriksaan Keuangan Negara Daerah.
(Kaditama Revbang), dan (4) Kepala Biro Pengolahan Data
Elektronik (soft copy) untuk dimuat dalam website Badan
Pemeriksa Keuangan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 22


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Bab IV

BAB IV
PENGENDALIAN DAN PENJAMINAN MUTU

A. Dasar Pengendalian dan Penjaminan Mutu


Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) dalam Standar umum keempat
01 SPKN: sistem
pernyataan standar umum keempat mensyaratkan bagi setiap
pengendalian mutu
organisasi pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan harus
memiliki sistem pengendalian mutu yang memadai, dan sistem
pengendalian mutu tersebut harus direviu oleh pihak lain yang
berkompeten.
02 Terkait dengan hal tersebut maka dalam rangka pemeriksaan atas
Pengendalian Pencemaran Udara dibutuhkan adanya
pengendalian mutu dan penjaminan mutu.

B. Pengertian Pengendalian dan Penjaminan Mutu


03 Pengendalian mutu adalah kebijakan-kebijakan dan prosedur- Pengendalian mutu
prosedur yang ditetapkan oleh BPK untuk memperoleh keyakinan adalah kebijakan-
kebijakan dan prosedur-
yang memadai bahwa pekerjaan pemeriksaan secara konsisten prosedur yang ditetapkan
dilakukan dengan mutu yang tinggi sehingga tidak akan merusak oleh BPK untuk
memperoleh keyakinan
kredibilitas BPK. Kerangka pengendalian mutu mengikuti yang memadai
pedoman yang telah ditetapkan oleh BPK.
04 Penjaminan mutu adalah kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk Penjaminan mutu adalah
memberi keyakinan bahwa seluruh karakteristik kualitas telah kegiatan-kegiatan yang
bertujuan untuk memberi
terpenuhi. Kualitas hasil pemeriksaan dianggap telah mencapai keyakinan bahwa seluruh
tingkat memuaskan jika mematuhi SPKN, Panduan Manajemen karakteristik kualitas telah
terpenuhi
Pemeriksaan (PMP), Kode Etik, pedoman pemeriksaan dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait.

C. Proses Penjaminan Mutu


05 Penjaminan mutu dilaksanakan melalui dua bentuk aktivitas, yaitu: Pengendalian mutu
(1) penjaminan mutu oleh tim secara berjenjang dan (2) dilaksanakan oleh Tim secara
berjenjang dan oleh
penjaminan mutu oleh Penanggung Jawab penugasan. penanggung jawab penugasan

06 Penjaminan mutu oleh Tim merupakan proses supervisi yang Pengendalian mutu
dilakukan secara berjenjang oleh Kasub Tim/Ketua Tim, dilaksanakan oleh Tim secara
berjenjang dan oleh
Pengendali Teknis dan Penanggung Jawab Tim. penanggung jawab penugasan

Proses supervisi meliputi:


1. Ketua Tim melakukan supervisi atas anggota tim pada saat
pelaksanaan pekerjaan lapangan dengan mendasarkan pada
Program Kerja Perorangan (PKP).
2. Pengendali Teknis melakukan supervisi atas Ketua Tim.
3. Penanggung Jawab melakukan supervisi atas Pengendali
Teknis.
07 Pelaksanaan kegiatan supervisi didokumentasikan dalam review Supervisi dengan memberikan
sheet. Apabila memungkinkan, supervisi pada masing-masing saran dan memantau
pelaksanaan metodologi
jenjang diungkapkan dalam tulisan atau catatan dengan warna pemeriksaan.
yang berbeda. Contoh review sheet dapat dilihat di lampiran IV.1.

08 Supervisi oleh Ketua Tim, Pengendali Teknis, dan Penanggung Subyek supervisi meliputi
Jawab meliputi pemberian saran bagi tim pemeriksa apabila pemenuhan tujuan dan harapan
penugasan, pelaksanaan
menemukan kendala dalam pemeriksaan dan pemantauan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 23


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Bab IV

implementasi metodologi pemeriksaan. Sebagai contoh adalah program pemeriksaan, serta


pemberian pendapat mengenai kriteria pemeriksaan yang dapat penyusunan dan substansi
laporan hasil pemeriksaan
dipakai untuk suatu indikasi temuan pemeriksaan tertentu,
penambahan langkah-langkah prosedur pemeriksaan, pemberian
saran terkait dengan temuan pemeriksaan berdasarkan
pengalaman profesionalismenya, dan sebagainya.
09 Dengan demikian, dalam supervisi perlu ditekankan: (1)
pemenuhan tujuan dan harapan penugasan, (2) pelaksanaan
program pemeriksaan, serta (3) penyusunan dan substansi
laporan hasil pemeriksaan.
10 Pelaksanaan supervisi secara berjenjang tersebut dilakukan
dengan mengisi laporan perkembangan pelaksanaan
pemeriksaan. Laporan perkembangan tersebut antara lain
mengungkapkan kesesuaian atau pencapaian pelaksanaan
pemeriksaan dengan tujuan dan harapan penugasan serta
program pemeriksaan. Contoh laporan perkembangan
pelaksanaan pemeriksaan dapat dilihat di Lampiran IV.2.
11 Untuk menjamin kesimpulan yang sama terhadap permasalahan
yang sama, orang yang melakukan supervisi tersebut mengikuti
konsolidasi pelaksanaan dan pelaporan hasil pemeriksaan.

1. Supervisi pemenuhan tujuan dan harapan penugasan


12
Supervisi pemenuhan tujuan dan harapan penugasan Supervisi untuk memastikan
dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan pemeriksaan pencapaian tujuan pemeriksaan

dan hasil pemeriksaan dapat atau telah memenuhi tujuan dan


harapan penugasan. Hal tersebut meliputi pemenuhan tujuan
pemeriksaan untuk menilai apakah pengendalian pencemaran
udara telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, dan
pemenuhan harapan penugasan seperti tertuang dalam
formulir pemenuhan harapan penugasan.
13 Ketua Tim bertanggung jawab melakukan supervisi atas
pekerjaan pemeriksa melalui reviu pelaksanaan pemenuhan
tujuan dan harapan penugasan. Supervisi dilakukan atas
kegiatan anggota tim, antara lain melalui reviu Kertas Kerja
Pemeriksaan dan kesimpulan hasil pemeriksaan.

14 Pengendali Teknis melakukan supervisi atas pemenuhan


tujuan dan harapan penugasan atas kegiatan supervisi Ketua
Tim. Hal ini dilakukan dengan mereviu hasil pekerjaan Ketua
Tim dalam mereviu kertas kerja anggota tim pemeriksaan, dan
secara uji petik melakukan reviu kegiatan anggota tim
tersebut.
15 Pengendali Teknis dan atau Penanggung Jawab
menggunakan Program Pemeriksaan dan formulir harapan
penugasan sebagai kriteria penilaian. Apabila terjadi
penyimpangan dari tujuan dan harapan penugasan,
Pengendali Teknis dan atau Penanggung Jawab dapat
menanyakan latar belakang, alasan, dan sebabnya, serta
mengambil kesimpulan apakah menerima penyimpangan
tersebut atau tidak.
16 Untuk menjamin agar penilaian masing-masing orang yang
melakukan supervisi bisa seragam terhadap kriteria supervisi,
orang yang melakukan supervisi tersebut harus menggunakan
harapan penugasan sebagai acuan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 24


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Bab IV

17 Hasil supervisi dituangkan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan


yang sesuai dengan pengungkapan persetujuan atau catatan
disertai paraf dan tanggal.

2. Supervisi pelaksanaan program pemeriksaan


18 Supervisi pelaksanaan program pemeriksaan dilakukan oleh Supervisi pelaksanaan program
Ketua Tim dengan membubuhkan tickmark atau catatan pemeriksaan dilakukan secara
berjenjang oleh Ketua Tim,
dengan paraf dan tanggal pada program pemeriksaan yang Pengendali Teknis, dan
dijadikan kertas kerja pemeriksaan. Supervisi juga dilakukan Penanggung Jawab
terhadap substansi yang dihasilkan dalam pelaksanaan
pemeriksaan.
19
Pengendali Teknis menguji hasil supervisi yang dilakukan oleh
Ketua Tim terhadap pelaksanaan Program Pemeriksaan serta
mereviu secara uji petik atas langkah pemeriksaan dalam
Program Pemeriksaan tersebut dan melihat hasil pemeriksaan
apakah telah sesuai dengan Program Pemeriksaan. Hasil
supervisi Pengendali Teknis diungkapkan dalam Program
Pemeriksaan yang akan dijadikan Kertas Kerja Pemeriksaan
(yang telah disupervisi Ketua Tim pemeriksaan) dengan
membubuhkan catatan dan paraf serta tanggal supervisi
dilakukan.
20
Penanggung Jawab mereviu pekerjaan Pengendali Teknis
atas supervisi Program Pemeriksaan dan melakukan reviu
secara uji petik hasil supervisi tersebut. Hasil supervisi
diungkapkan dengan membuat catatan, paraf, dan tanggal
pelaksanaan supervisi dalam program pemeriksaan yang telah
diberikan catatan oleh pengendali teknis dan ketua tim.
Apabila catatan-catatan tersebut tidak dapat atau tidak
mungkin dilaksanakan, maka akan didiskusikan dengan
pemberi catatan untuk memperoleh keputusan selanjutnya
yang diparaf oleh pemberi catatan.

3. Supervisi penyusunan dan substansi laporan hasil


pemeriksaan
21 Ketua Tim melakukan supervisi atas proses penyusunan Supervisi secara berjenjang
laporan dan bertanggung jawab atas susbstansi konsep atas proses penyusunan dan
substansi konsep Laporan Hasil
laporan hasil pemeriksaan atas pengendalian pencemaran Pemeriksaan
udara. Supervisi tersebut meliputi (1) kesesuaian dengan
standar, pedoman, petunjuk pelaksanaan, dan petunjuk teknis
yang terkait; (2) materi laporan; (3) tata bahasa; dan (4) waktu
pelaporan.
22
Hasil supervisi berupa persetujuan atau catatan di dalam
konsep laporan hasil pemeriksaan yang disertai dengan paraf
dan tanggal.
23
Pengendali Teknis dan atau Penanggung Jawab melakukan
supervisi penyusunan dan substansi Laporan Hasil
Pemeriksaan atas pengendalian pencemaran udara baik
melalui catatan dalam konsep laporan tersebut atau dalam
pemberian pendapat atau arahan dalam pemantauan laporan
tersebut. Catatan atas konsep laporan harus diparaf dan diberi
tanggal. Untuk pendapat atau arahan, maka Ketua Tim
pemeriksa bertanggung jawab menyusun risalah pemantauan
yang diparaf oleh Pengendali Teknis dan Penanggung Jawab.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 25


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Bab IV

24
Untuk mengendalikan mutu pelaporan digunakan Lembar
Kendali Penyelesaian Laporan (LKPL) yang digunakan untuk
memonitor ketepatan waktu penyelesaian laporan
pemeriksaan. Bentuk LKPL dimuat dalam Lampiran IV.3.
LKPL ditempatkan pada map yang menjadi sampul pengantar
berkas KHP beserta konsep surat keluar.
25 Selain oleh Penanggung Jawab pemeriksaan, penjaminan mutu Penjaminan mutu dilaksanakan
dapat dilaksanakan pula oleh unit kerja pengawasan internal BPK- oleh penanggung jawab
penugasan, unit kerja
RI dan pihak lain yang kompeten. pengawasan internal BPK-RI
dan pihak lain yang kompeten

26 Penanggung Jawab memastikan bahwa seluruh proses


pengendalian mutu oleh tim telah dilaksanakan.
27 Unit kerja pengawasan internal BPK-RI dapat melakukan
pengawasan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh tim untuk
memastikan bahwa pemeriksaan telah dilaksanakan sesuai
dengan perencanaan dan telah memenuhi persyaratan yang
dimuat dalam SPKN.
28 Pihak lain yang berkompeten dapat melakukan reviu atas desain
pengendalian mutu dan pelaksanaan pengendalian mutu yang
dikembangkan oleh BPK-RI. Pelaksanaan reviu pengendalian
mutu oleh organisasi pemeriksa ekstern yang berkompeten
tersebut harus memenuhi persyaratan yang dimuat dalam SPKN.

D. Pendokumentasian Proses Penjaminan Mutu


29 Proses penjaminan mutu harus didokumentasikan untuk Proses penjaminan mutu harus
memudahkan dalam proses reviu oleh pihak lain yang didokumentasikan untuk
memudahkan dalam proses
berkompeten. Contoh check list penjaminan mutu dapat dilihat reviu oleh pihak lain yang
pada Lampiran IV.4. berkompeten.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 26


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Bab V

BAB V
PEMANTAUAN TINDAK LANJUT
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

A.Tindak Lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan


Tindak lanjut hasil pemeriksaan dilakukan oleh manajemen entitas Tindak lanjut Laporan
01 Hasil Pemeriksaan
yang diperiksa. Entitas menindaklanjuti laporan hasil pemeriksaan
dilakukan oleh
BPK atas pengendalian pencemaran udara dari sumber bergerak manajemen entitas yang
dan memberikan jawaban/keterangan mengenai tindak lanjut diperiksa
tersebut paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak Laporan Hasil
Pemeriksaan tersebut diterima.
Pemeriksa memantau tindak lanjut hasil pemeriksaan.
02
Pemantauan tersebut dilakukan setelah menerima jawaban/
keterangan dimaksud atau pada saat pemeriksaan yang akan
datang seperti diungkapkan dalam petunjuk perencanaan
pemeriksaan. Tidak ada batasan tahun LHP yang ditindaklanjuti,
selama temuan belum ditindaklanjuti maka pemeriksa perlu terus
memantau tindak lanjut. Hasil pemantauan setelah menerima
jawaban/ keterangan tersebut disampaikan kepada DPR dan
DPRD. Hasil pemantauan dalam pemeriksaan digunakan untuk
pengembangan prosedur pemeriksaan selanjutnya.
Pemantauan tindak lanjut tersebut dapat dilakukan dengan
03
kegiatan, antara lain (1) memberitahukan secara tertulis kewajiban
tindak lanjut tersebut kepada manajemen entitas yang diperiksa,
(2) mereviu jawaban/keterangan dari manajemen entitas yang
diperiksa, (3) melaporkan pemantauan tindak lanjut, dan (4)
melakukan pemantauan tindak lanjut pada saat pemeriksaan.

B.Pemberitahuan Tertulis Tentang Kewajiban Tindak Lanjut


04 Pemberitahuan tertulis tentang kewajiban tindak lanjut merupakan Pemberitahuan tertulis
informasi kepada pejabat berwenang untuk melakukan penjelasan tentang kewajiban tindak
lanjut merupakan
tindak lanjut hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan informasi kepada pejabat
sesuai dengan Pasal 20 UU No. 15 Tahun 2004 tentang berwenang untuk
melakukan penjelasan
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan tindak lanjut hasil
Negara. Pemberitahuan tersebut dilakukan dengan pemeriksaan
menyampaikan surat dari Auditor Utama Keuangan Negara IV
kepada pemerintah pusat dan Kepala Perwakilan BPK-RI kepada
pemerintah daerah mengenai kewajiban memberikan
penjelasan/keterangan tindak lanjut hasil pemeriksaan.
05 Pemberitahuan tertulis tersebut dapat dilakukan melalui surat
pengantar penyampaian laporan hasil pemeriksaan atas
pengendalian pencemaran udara dari sumber bergerak dalam
satu paragraf akhir surat atau melalui surat terpisah setelah
penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan dimaksud.
06 Reviu atas jawaban/keterangan pemerintah pusat dan daerah
dilakukan tim pemeriksa untuk melihat kesesuaian pelaksanaan
tindak lanjut dengan rekomendasi BPK dalam laporan hasil
pemeriksaan atas pengendalian pencemaran udara. Kesimpulan
reviu tersebut antara lain (1) telah sesuai dengan rekomendasi
dan/atau rencana tindakan perbaikan, (2) belum sesuai dengan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 27


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Bab V

rekomendasi dan/atau rencana tindakan perbaikan, dan (3) belum


ditindaklanjuti. Hasil reviu tersebut disampaikan ketua tim kepada
pengendali teknis dan atau penanggung jawab untuk direviu dan
disetujui.
07 Hasil pemantauan tindak lanjut tersebut dituangkan dalam laporan Hasil pemantauan tindak
hasil pemantauan tindak lanjut dengan kesimpulan: (1) selesai lanjut tersebut dituangkan
dalam laporan hasil
sesuai dengan rekomendasi dan/atau rencana tindakan pemantauan tindak lanjut
perbaikan, (2) belum selesai sesuai rekomendasi dan/atau
rencana tindakan perbaikan, atau (3) belum ditindaklanjuti.
Laporan Pemantauan Tindak Lanjut untuk tingkat pusat
ditandatangani oleh Tortama KN IV untuk disampaikan kepada
DPR dan DPD. Sedangkan untuk tingkat daerah, Kepala
Perwakilan menyampaikan laporan pemantauan tersebut yang
telah ditandatanganinya kepada DPRD.
08 Bentuk laporan tindak lanjut sesuai dengan juknis pelaporan hasil
pemeriksaan.
09 Pemeriksa wajib melakukan pemantauan atas tindak lanjut yang Pemeriksa wajib
dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap laporan melakukan pemantauan
atas tindak lanjut yang
hasil pemeriksaan atas pengendalian pencemaran udara dari dilakukan pemerintah
sumber bergerak yang telah dilakukan sebelumnya. Hal ini sesuai pusat dan daerah
Pelaporan atas
dengan metodologi pemeriksaan seperti dijelaskan dalam Bab 3. Pemantauan Tindak

10 Hasil pemantauan tindak lanjut pada saat pemeriksaan


mengembangkan prosedur pemeriksaan selanjutnya. Hal tersebut
meliputi antara lain atas kemungkinan terjadinya temuan yang
berulang.

C.Reviu atas Jawaban/Keterangan Pemerintah Pusat dan Daerah


11 Reviu atas jawaban/keterangan pemerintah pusat dan daerah Reviu atas
dilakukan tim pemeriksa untuk melihat kesesuaian pelaksanaan jawaban/keterangan
pemerintah pusat dan
tindak lanjut dengan rekomendasi dan/atau rencana tindakan daerah dilakukan tim
perbaikan BPK dalam Laporan Hasil Pemeriksaan atas pemeriksa untuk melihat
kesesuaian pelaksanaan
pengendalian pencemaran udara. Kesimpulan reviu tersebut tindak lanjut dengan
antara lain (1) telah sesuai dengan rekomendasi dan/atau rekomendasi BPK
rencana tindakan perbaikan, (2) belum sesuai dengan
rekomendasi dan/atau rencana tindakan perbaikan, dan (3) belum
ditindaklanjuti.
12 Hasil reviu tersebut disampaikan ketua tim kepada Pengendali
Teknis dan atau Penanggung Jawab untuk direviu dan disetujui.

D.Pelaporan atas Pemantauan Tindak Lanjut


13 Hasil pemantauan tindak lanjut tersebut dituangkan dalam laporan Hasil pemantauan tindak
hasil pemantauan tindak lanjut dengan kesimpulan: (1) selesai lanjut tersebut dituangkan
dalam laporan hasil
sesuai dengan rekomendasi dan/atau rencana tindakan pemantauan tindak lanjut
perbaikan, (2) belum selesai sesuai rekomendasi dan/atau
rencana tindakan perbaikan, atau (3) belum ditindaklanjuti.
Laporan Pemantauan Tindak Lanjut untuk tingkat pusat
ditandatangani oleh Tortama KN IV untuk disampaikan kepada
DPR dan DPD. Sedangkan untuk tingkat daerah, Kepala
Perwakilan menyampaikan laporan pemantauan tersebut yang
telah ditandatanganinya kepada DPRD.
14 Bentuk laporan tindak lanjut sesuai dengan juknis pelaporan hasil
pemeriksaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 28


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Bab V

E.Pemantauan Tindak Lanjut Pada Saat Pemeriksaan


15 Pemeriksa wajib melakukan pemantauan atas tindak lanjut yang Pemeriksa wajib
dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah terhadap Laporan melakukan pemantauan
atas tindak lanjut yang
Hasil Pemeriksaan atas pengendalian pencemaran udara dari dilakukan pemerintah
sumber bergerak yang telah dilakukan sebelumnya. Kegiatan ini pusat dan daerah
merupakan bagian dari pemahaman atas entitas seperti dijelaskan
dalam Bab 3.
16 Hasil pemantauan tindak lanjut pada saat pemeriksaan
mengembangkan prosedur pemeriksaan selanjutnya. Hal tersebut
meliputi antara lain atas kemungkinan terjadinya temuan yang
berulang.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 29


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran UdaraDari Sumber Bergerak Bab VI

BAB VI
PENUTUP

A.Pemberlakuan Petunjuk Teknis Pemeriksaan atas Pengendalian


Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak
01 Petunjuk teknis pemeriksaan atas pengendalian pencemaran Juknis pemeriksaan ini mulai
udara dari sumber bergerak berlaku sejak tahun 2008 sesuai berlaku sejak tahun 2008
dengan Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia No. 07/K/I-Xiii.2/6/2008.

B.Pemutakhiran Petunjuk Teknis Pemeriksaan atas Pengendalian


Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak
02 Pemutakhiran petunjuk teknis pemeriksaan atas pengendalian Pemutakhiran juknis
pencemaran udara dari sumber bergerak dapat berupa perubahan pemeriksaan atas pengendalian
pencemaran udara dapat
petunjuk teknis dimaksud atau penjelasan atas substansi petunjuk berupa perubahan juknis atau
teknis tersebut. penjelasan substansi

03 Perubahan atas petunjuk teknis ini akan disampaikan secara


resmi melalui Surat Keputusan tentang perubahan petunjuk teknis
dimaksud.
04 Penjelasan atas substansi petunjuk teknis atas pengendalian
pencemaran udara dari sumber bergerak disampaikan secara
tertulis oleh Direktorat Utama Perencanaan, Evaluasi,
Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan Pemeriksaan
Keuangan Negara Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia.

C.Pemantauan Petunjuk Teknis Pemeriksaan atas Pengendalian


Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak
05 Petunjuk teknis ini merupakan dokumen yang dapat berubah Pemantuan juknis pemeriksaan
sesuai dengan perubahan peraturan perundang-undangan, atas pengendalian pencemaran
udara dilakukan oleh Bidang
standar pemeriksaan, dan kondisi lain. Oleh karena itu, Litbang Pemeriksaan Dengan
pemantauan atas juknis ini akan dilakukan oleh tim pemantauan Tujuan Tertentu
juknis pemeriksaan. Selain itu, masukan atau pertanyaan terkait
dengan petunjuk teknis ini dapat disampaikan kepada:

Direktorat Penelitian dan Pengembangan


Direktorat Utama Perencanaan, Evaluasi, Pengembangan,
Pendidikan dan Pelatihan Pemeriksaan Keuangan Negara
Lantai II Gedung Arsip, BPK-RI
Jl. Gatot Subroto No.31 Jakarta 10210
Telp. (021)-5704395 pesawat 327
Email: litbang@bpk.go.id

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 30


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran UdaraDari Sumber Bergerak Bab VI

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan 31


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Referensi

REFERENSI

Colville, R.N., Hutchinson, E.J., Mindell, J.S., Warren, R.F. 2001, The transport sector as a
source of air pollution.

G. Tyler Miller, Jr. 1985, Living in the Environment. An introduction to environment science
Wadsworth Publishing Company Belmont, California A Division of Wadsworth, Inc.

INTOSAI-WGEA, 2004, Towards Auditing Waste Management , WGEA Publications

Moersidik, Setyo. S, 2004, Evaluasi Teknologi, Metode Pengeolahan dan Pengendalian


Limbah, Pelatihan Audit Lingkungan untuk Auditor Madya, BPK-RI dan PPSML-UI, Jakarta

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun

Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007 Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara

Shechter, M., Kim,M., Golan, L., 1986, Valuing a Public Good: Direct and Indirect Valuation
Approaches to the Measurement of the Benefits from Pollution Abatement,

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Glosarium

DAFTAR ISTILAH (GLOSARIUM)

Attribute sampling : Metode pengambilan sampel berdasarkan atribut


Baku mutu : Persyaratan spesifikasi dari jumlah bahan pencemar
yang boleh dibuang atau jumlah kandungan yang boleh
berada dalam media ambien
Benchmark : Kinerja terbaik dari entitas lain yang sejenis
Best/common practices : Prosedur/praktik yang terbaik/seharusnya
Classical variables sampling : Metode pengambilan sampel berdasarkan variabel
COSO : Organisasi swasta sukarela yang didirikan pada tahun
1985 yang ditujukan untuk pengembangan kualitas
laporan keuangan melalui etika bisnis, pengendalian
intern yang efektif serta penguasaan perusahaan
Cost and benefit : Pertimbangan biaya dan manfaat
Gas rumah kaca : Gas-gas yang terperangkap ketika bumi menerima
panas matahari sehingga secara alami panas tersebut
terperangkap dalam atmosfer.
Good Environment : Tata kelola lingkungan yang baik
Governance
Hujan asam : Hujan atau salju atau kabut yang terpolusi oleh asam di
atmosfir dan merusak lingkungan
Kendaraan bermotor : Kendaraan yang dioperasikan menggunakan mesin
Kualitas udara ambien : Kualitas udara bebas di permukaan bumi pada lapisan
troposfir yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan
manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup
lainnya.
Master plan : Rencana dasar/strategis
Monetary-unit sampling : Metode pengambilan sampel berdasarkan unit nilai
Ozone (O3) : Gas tidak berwarna yang secara kimiawi dekat dengan
Oxygen (O2)
Pencemaran udara : Masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau
komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan
manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak
dapat memenuhi fungsinya
Persistent Organic Pollutants : Substansi beracun yang dilepaskan ke lingkungan
(POPs) karena aktivitas manusia seperti zat kimia dari industri,
pestisida (DDT)
Perubahan iklim : Perubahan pola iklim global dikarenakan kenaikan suhu
udara bumi
Protokol Kyoto : Persetujuan Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim
(UNFCCC) yang diselenggarakan di Kyoto, Jepang pada
Desember 1997 antar negara-negara industri untuk
mengurangi emisi gas rumah kaca yang menyebabkan
pemanasan global.
Smog : Kombinasi antara asap dan kabut yang biasanya berupa
asap tebal berwarna abu-abu di daerah perkotaan di
siang hari

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Glosarium

Stakeholders : Pihak-pihak yang terkait


Sumber bergerak : Sumber pencemar yang bergerak atau tidak tetap pada
suatu tempat yang berasal dari kendaraan bermotor
Sumber bergerak spesifik : Sumber pencemar yang bergerak atau tidak tetap pada
suatu tempat yang berasal dari kereta api, pesawat
terbang, kapal laut, dan kendaraan berat lainnya

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Lampiran II.1

Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu No. Indeks


Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dibuat oleh :
Dari Sumber Bergerak Direviu oleh :
Tahun……..
Disetujui oleh :
BPK RI

Pencemar Udara dan Sumbernya

Polutan Sumber Utama


Karbon Monoksida (CO) Kebakaran hutan, pembakaran bahan bakar
fosil yang tidak sempurna, asap rokok
Karbon Dioksida (CO2) Hasil pernafasan mahluk hidup, pembakaran
BBM (terutama dari kendaraan bermotor)
Sulfur Oksida (SOx) Pembakaran batu bara dan BBM yang
mengandung sulfur oleh perumahan, industri,
dan pembangkit listrik, sulfur dari gunung
berapi
Nitrogen Oksida (NO and NO2) Pembakaran BBM bertemperatur tinggi pada
kendaraan bermotor, pesawat udara, industri,
pembangkit listrik
Suspended Particulate Matter (SPM) Kebakaran hutan, letusan gunung berapi,
pembakaran batu bara, pertanian,
pertambangan, konstruksi, kegiatan
pembersihan lahan, system pembakaran
BBM kendaraan bermotor yang tidak
sempurna
CFCs, HCFCs, Halons, Methyl Bromide Kulkas, AC, semprotan aerosol, pestisida dan
fumigasi, pemadam kebakaran
Volatile Organic Compounds (VOCs) BBM dan pengolahan minyak bumi
DDT, PCBs, Furans, Chlordane, Pestisida, emisi dari incinerator dan
Hexachlorobenzene, Dieldrin, Dioxins, dsb kendaraan bermotor, furans), weedicides
(HCB), transformer listrik (PCBs)

Sumber: G. Tyler Miller, Jr. Living in the Environment. An Introduction to Environment Science.
Wadsworth Publishing Company Belmont, California A Division of Wadsworth, Inc.1985

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Lampiran II.2

BADAN PEMERIKSAAN KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
Jl. Gatot Subroto No. 31, Jakarta Pusat, 10210 Tel: (62-21) 5704395 Ext. 327 Fax: (62-21) 5705372

Jenis-jenis Pencemaran Udara

No Jenis Penyebab Dampak Solusi Permasalahan


1 SMOG Smog disebabkan oleh aktivitas Dampak bagi kesehatan manusia yaitu antara  Meningkatkan efisiensi
Kombinasi antara asap dan kabut manusia. Sekitar 95 % nitrogen lain serangan asma dan sakit paru-paru, iritasi pemakaian enegi dengan
yang biasanya berupa asap tebal oxides yang berasal dari aktivitas mata, radang tenggorokan, batuk, penyakit peningkatan teknologi dan
berwarna abu-abu di daerah manusia berasal dari pembakaran yang terkait dengan saluran pernafasan konservasi
perkotaan di siang hari. Semakin batu bara, gas dan minyak bumi dari Dampak bagi pertanian yaitu gagal panen,  Menetapkan baku mutu
panas udara, semakin tebal kendaraan bermotor, perumahan, penurunan produktivitas tanaman. Tanaman emisi yang ketat untuk
smog. Kondisi topologi juga industri, dan pembangkit listrik. yang beresiko terkena dampak antara lain kendaraan bermotor
mempengaruhi konsentrasi jagung, gandum, padi, kedelai, tomat, dsb.  Melaksanakan program
smog, seperti kota Bandung yang Volatile Organic Compounds (VOC) Dampak bagi hutan yaitu mengurangi perawatan dan inspeksi
dikelilingi gunung mengakibatkan terutama berasal pembakaran dan kemampuan tumbuh tanaman hutan, yang berkontribusi bagi
polutan terperangkap dan pengauapan bahan bakar minyak menurunnya jumlah kayu hasil hutan, perbaikan kualitas udara
konsentrasi smog tinggi. mengurangi keanekaragaman hayati hutan.  Menetapkan kerangka
Komponen utama smog adalah Dampak bagi kehidupan liar yaitu peraturan regional yang
Sulphur Dioxide (SO2), Nitrogen mengakibatkan radang dan kerusakan paru- membatasi emisi
Oxides (NO and N02) Carbon paru hewan sehingga mengurangi kekebalan  Memperbaiki sistem
Monoxide (CO); Ozone (O3), hewan tersebut terhadap penyakit. transportasi publik
Suspended Particulate Matter Dampak bagi gedung dan material yaitu
(SPM) dan Timbal merusak fisik gedung dan material,
mengurangi keindahan, korosi permukaan
logam, retaknya material elastis seperti karet,
pemudaran warna material sintetis seperti
tekstil

2 HUJAN ASAM Hujan asam terutama disebabkan Hujan asam dapat berdampak bagi apapun Meningkatkan efieiensi
Hujan asam adalah hujan atau oleh dua polutan udara yaitu Sulphur yang terkena hujan asam, termasuk tanah, pemakaian energi
salju atau kabut yang terpolusi Dioxide (SO2) dan Nitrogen Oxides tanaman, dan gedung.  mengurangi kandungan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Lampiran II.2

No Jenis Penyebab Dampak Solusi Permasalahan


oleh asam di atmosfir dan (NOx) yang dihasilkan dari sulfur dalam BBM
merusak lingkungan. Hujan pembakaran bahan bakar fosil.  memasang pengendali
Dampak pada danau. Semakin asam suatu
sebenarnya sedikit bersifat asam Emisi SO2 paling banyak berasal emisi pada fasilitas
danau, semakin sedikit daya dukung pada
karena mengandung asam yang dari pembangkit listrik dan pembangkit energi
spesies penghuni danau, semakin berkurang
terbentuk saat karbon dioksida peleburan, dan emisi NOx berasal
spesies yang ada di danau. Katak adalah
dan gas khlorida bereaksi dari kendaraan bermotor. Ketika Membuat strategi regional
indikator yang baik untuk mengetahui efek air
dengan kelembaban di atmosfir. kedua substansi ini terlepas ke bersama negara-negara
yang bersifat asam karena mereka sangat
Namun jika pH nya di bawah 5, atmosfir, substansi ini akan bergerak tetangga:
sensitif terhadap keasaman air.
hujan tersebut dikategorikan terbawa angin cukup lama sebelum  Menetapkan dana bersama
sebagai hujan asam. turun ke bumi sebagai Dampak pada hutan. Hujan asam akan untuk membeli teknologi
hujan/salju/kabut yang bersifat menguraikan dan menghanyutkan nutrisi tanah pengurang emisi
asam. Jika lingkungan tidak dapat sebelum tanaman dapat mengkonsumsinya.  Membuat jaringan
menetralisir asam yang terdeposit, Tanaman tersebut menjadi kerdil dan rentan monitoring regional untuk
maka kerusakan akan timbul. terhadap hama dan perubahan cuaca. mempelajari trend hujan
Ketahanan hutan terhadap hujan asam asam
tergantung pada kemampuan tanah untuk  Membuat kerangka
menetralisir hujan asam tersebut. peraturan yang membatasi
emsi di wilayah tersebut
Dampak pada kesehatan manusia. SO2 akan
bereaksi dengan zat kimia lain di udara Inisiatif
sehingga membentuk partikel sulfat yang akan  Memanfaatkan teknologi
menempel di paru-paru dan mengakibatkan baru
masalah pernafasan dan jantung terutamanya  Memberikan insentif bila
pada orang tua. Studi terakhir juga kinerja lingkungan suatu
menunjukkan bahwa partikel sulfat juga entitas baik
meningkatkan simptom asma dan kematian  Memberikan insentif bagi
akibat serangan asma. teknologi baru dan solusi
Korosi. Hujan asam juga mempercepat proses inovatif bagi pengurangan
korosi pada logam, batu-batuan, beton. Hujan pencemaran udara
asam menguraikan kalsium karbon dan
meninggalkan kristalnya ketika terjadi
penguapan. Kristal ini akan membesar dan
menghancurkan batu/beton tersebut.

3 POPs (Persistent Organic POPs disebabkan oleh aktivitas POPs memiliki dampak buruk bagi manusia,  Melarang menggunaan
Pollutants) manusia yang menggunakan bahan kehidupan liar, dan ekosistem. semua zat-zat kimia seperti
POPs adalah substansi beracun kimia dan semprot seperti pestisida Dampak bagi manusia antara lain: aldrin, endrin, chlordane di

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Lampiran II.2

No Jenis Penyebab Dampak Solusi Permasalahan


yang dilepaskan ke lingkungan (DDT), Dioxin, Chlordane dan  Kanker dan tumor kulkas and semprotan halon
karena aktivitas manusia seperti Furans. POPs juga dapat  Gangguan estrogen (bersifat trans-  Mengurangi penggunaan
zat kimia dari industri, pestisida disebabkan oleh BBM/gas bertimbal. generasi) yang berarti racun dapat DDT kecuali untuk
(DDT). POPs bersifat sangat diturunkan dari satu generasi ke generasi pembasmi nyamuk malaria
stabil dan tidak dapat hancur selanjutnya melalui plasenta dan air susu di negara berkembang
sampai berpuluh-puluh tahun. ibu
POPs bersifat bio-akumulatif  Kerusakan syaraf
yang berarti dapat berpindah dan  Perubahan sistem kekebalan tubuh
berakumulasi dari satu mahluk  Kerusakan liver
hidup ke makhluk hidup lainnya  Cacat lahir
melalui rantai makanan. POPs
masuk ke tubuh manusia melalui
makanan dan dapat ditransfer
dari ibu ke anak melalui plasenta
dan air susu ibu. POPs dapat
berpindah-pindah mengelilingi
dunia melalui atmosfir dampai
akhirnya terkumpul di daerah
beriklim dingin.

4 OZON STRATOSFIR Riset menunjukkan bahwa penipisan Dampak bagi manusia meliputi kanker kulit,  Menghindari pembelian
(PENIPISAN OZON) ozone disebabkan oleh pelepasan katarak, kerusakan mata, melemahkan sistem produk yang mengandung
Ozone (O3) adalah gas tidak zat kimia industri ke atmosfir. Zat kekebalan tubuh. zat penipis ozon (Ozone
berwarna yang secara kimiawi tersebut terutama CFCs Depleting Substances=
dekat dengan Oxygen (O2). (Chlorofluorocarbons) dan halons Dampak bagi pertanian meliputi kekrdilan pada ODSs) yang mencakup
Ozone sebagian besar ditemui yang umumnya digunakan untuk tanaman pangan seperti barleys dan oats foam, pemadam kebakaran,
15-35 km dari permukaan laut kulkas/pendingin. Manun demikian, sebagai dampak terlalu banyak terekspose AC, kulkas.
yang dikenal sebagai stratosfir. gejala alam seperti gunung berapi oleh radiasi  Membeli produk alternatif
Lapisan ozon bermanfaat untuk dapat mempengaruhi lapisan ozon. jika memungkinkan
menyerap radiasi Ultra Violet Dampak bagi bangunan meliputi mengurangi  Perawatan atas produk
(UV) dari matahari yang masa pakai bangunan terutama struktur dari yang mengandung ODSs
berbahaya. plastik untuk meyakinkan bahwa
ODSs tidak terlepas ke
Sebagian besar radiasi UV Dampak bagi ekosistem kelautan yaitu stratospfir
diserap oleh ozone sebelum merusak phytoplankton salah satu komponen
menyentuh permukaan bumi. penting dalam rantai makanan. Berkurangnya
Sedangkan ozone pada lapisan phythoplankton pada akhirnya akan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Lampiran II.2

No Jenis Penyebab Dampak Solusi Permasalahan


atmosfir bawah berbahaya bagi mengurangi populasi ikan.
makhluk hidup meskipun
menyerap radiasi UV.
Perubahan lapizan ozon hanya
dapat diketahui oleh ilmuwan
karena ozone bersifat kasat
mata. Ilmuwan memprediksikan
penipisan ozon pertama kali pada
tahun 1970an dan mendeteksi
penipisan tersebut pada tahun
1980an. Saat ini ilmuwan terus
mamntau penipisan ozon dan
penambahan zat-zat kimia
penyebab penipisan ozon.

5 PERUBAHAN IKLIM Aktivitas manusia mengintensifkan Sumber dan manajemen air tawar: • Investasi teknologi yang
Istilah perubahan iklim (climate efek rumah kaca. Kegiatan tersebut  Pada pertengahan abad ini, rata-rata aliran ramah lingkungan dan lebih
change) sering digunakan secara antara lain peningkatan pembakaran air sungai dan ketersediaan air di daerah efisien dalam menggunakan
bergantian dengan pemanasan energi fosil seperti BBM, batu bara, subpolar serta daerah tropis basah energi
global (global warming). Namun gas alam; perubahan lahan karena diperkirakan akan meningkat sebanyak 10- • Menggunakan BBM yang
demikian, pemanasan global penebangan hutan; praktek 40%. lebih ramah
hanya salah satu aspek dalam pertanian yang jelek, dan ledakan  Sementara di daerah subtropis dan daerah lingkungan/bersih
perubahan iklim. penduduk. . tropis yang kering, air akan berkurang
Ketika bumi menerima panas sebanyak 10-30% sehingga daerah-daerah • Menggunakan energi yang
matahari, secara alami panas yang sekarang sering mengalami dapat diperbarui seperti
tersebut terperangkap dalam kekeringan akan semakin parah sinar matahari, tenaga air,
atmosfer karena adanya kondisinya. tenaga angin, nuklir, dsb
beberapa gas. Gas-gas yang Ekosistem:
terperangkap tersebut dikenal  Kemungkinan punahnya 20-30% spesies
sebagai Gas Rumah Kaca tanaman dan hewan bila terjadi kenaikan
(GRK). Terperangkapnya panas suhu rata-rata global sebesar 1,5-2,5oC.
oleh gas-gas dalam atmosfer  Meningkatnya tingkat keasaman laut
dikenal sebagai Efek Rumah karena bertambahnya Karbondioksida di
Kaca. Sebenarnya efek rumah atmosfer diperkirakan akan membawa
kaca diperlukan agar bumi tetap dampak negatif pada organisme-
hangat untuk didiami, namun organisme laut seperti terumbu karang
demikian, aktivitas manusia serta spesies-spesies yang hidupnya

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Lampiran II.2

No Jenis Penyebab Dampak Solusi Permasalahan


membuat konsentrasi GRK bergantung pada organisme tersebut.
semakin tinggi dan menyebabkan Pangan dan hasil hutan:
suhu permukaan bumi semakin  Diperkirakan produktivitas pertanian di
tinggi dan mengakibatkan daerah tropis akan mengalami penurunan
perubahan iklim. Peningkatan bila terjadi kenaikan suhu rata-rata global
konsentrasi GRK yang berasal antara 1-2 derajat Celcius sehingga
dari aktivitas manusia dapat meningkatkan risiko bencana kelaparan.
bersumber dari kerusakan hutan  Meningkatnya frekuensi kekeringan dan
termasuk perubahan tataguna banjir diperkirakan akan memberikan
lahan, pemanfaatan energi fosil, dampak negatif pada produksi lokal,
pemakaian pupuk oleh sektor terutama pada sektor penyediaan pangan
pertanian, dan sampah. di daerah subtropis dan tropis.
 Adaptasi bisa dilakukan dengan
menciptakan bibit unggul atau mengubah
waktu tanam
 Peningkatan suhu regional juga akan
memberikan dampak negatif kepada
penyebaran dan reproduksi ikan.
Pesisir dan dataran rendah:
 Daerah pantai akan semakin rentan
terhadap erosi pantai karena perubahan
iklim dan naiknya permukaan air laut.
Kerusakan pesisir akan diperparah oleh
tekanan dari manusia di daerah pesisir.
 Diperkirakan pada tahun 2080, jutaan
orang akan terkena banjir setiap tahun
karena naiknya permukaan air laut. Risiko
terbesar adalah dataran rendah yang
padat penduduk dengan kapasitas
beradaptasi yang rendah. Penduduk yang
paling banyak terancam berada di delta-
delta besar di Asia dan Afrika, namun yang
paling rentan adalah penduduk di pulau-
pulau kecil.
 Adaptasi untuk daerah pesisir lebih sulit
dilakukan di negara berkembang karena
terbatasnya kapasitas beradaptasi mereka.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Lampiran II.2

No Jenis Penyebab Dampak Solusi Permasalahan


Industri, permukiman dan masyarakat:
 Industri, permukiman, dan masyarakat
yang paling rentan umumnya berada di
daerah pesisir dan bantaran sungai, serta
mereka yang ekonominya terkait erat
dengan sumberdaya yang sensitif terhadap
iklim, serta mereka yang tinggal di daerah-
daerah
 yang sering dilanda bencana cuaca
ekstrem, terutama dimana urbanisasi
berlangsung dengan cepat.
 Komunitas miskin sangat rentan karena
kapasitas beradaptasi yang terbatas, serta
kehidupan mereka sangat tergantung
kepada sumberdaya yang mudah
terpengaruh oleh iklim seperti persediaan
air dan makanan.
Kesehatan:
 Penduduk dengan kapasitas beradaptasi
rendah akan semakin rentan terhadap
diare, gizi buruk, serta berubahnya pola
distribusi penyakit-penyakit yang ditularkan
melalui berbagai serangga dan hewan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Lampiran III.1

Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu No. Indeks


Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dibuat oleh :
Dari Sumber Bergerak Direviu oleh :
Tahun……..
Disetujui oleh :
BPK RI

PEMAHAMAN TUJUAN DAN HARAPAN PENUGASAN


(Contoh)

Tujuan Penugasan
Tujuan Pemeriksaan atas Pengendalian Pencemaran Udara adalah menilai apakah
kegiatan pengendalian pencemaran udara dari kendaraan bermotor oleh Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah telah sesuai dengan ketentuan.
Harapan Penugasan
1. Standar Pemeriksaan
Dalam rangka pencapaian tujuan pemeriksaan di atas, pemeriksa pengendalian
pencemaran udara melakukan pemeriksaan SPKN, dengan memberlakukan SPAP
untuk standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan kecuali diatur lain dalam
SPKN.
2. Jadwal Waktu Pemeriksaan
Pemeriksaan pengendalian pencemaran udara harus diselesaikan sesuai dengan
Program Pemeriksaan dengan mempertimbangkan tujuan, lingkup, dan sasaran
pemeriksaan. Penyelesaian pemeriksaan tersebut diwujudkan dengan penyampaian
laporan hasil pemeriksaan kepada DPR-RI dan DPD-RI serta Menteri Negara
Lingkungan Hidup untuk HP Gabungan dan kepada DPRD dan Kepala Daerah untuk
LHP Parsial.
3. Fokus dan Sasaran Pemeriksaan
Berdasarkan hasil pemeriksaan sebelumnya dan pemahaman sistem pengendalian
intern, pemeriksa menentukan sasaran dan fokus pemeriksaan.
Rencana Pencapaian Hasil Pemeriksaan yang Diharapkan

Apabila pemeriksaan sebelumnya pernah dilakukan, pemeriksaan dapat didahului dengan


pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan sebelumnya kemudian diikuti dengan
pemahaman pengendalian intern dan pengujian kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan.
Pemeriksaan diarahkan pada area-area yang berisiko berdasarkan informasi dari hasil
pemeriksaan sebelumnya atau informasi lain yang diperoleh misalnya berkaitan dengan
penerbitan ijin yang didasarkan atas hasil pengujian emisi emisi gas buang. Penentuan area
dan uji petik yang dilakukan didokumentasikan dalam kertas kerja pemeriksaan disertai
dengan pertimbangan atau alasan yang ada.
Jakarta, ...................
Ketua Tim, Pengendali Teknis, Penanggung Jawab,

................................. ............................... .................................

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Lampiran III.2

Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu No. Indeks


Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dibuat oleh :
Dari Sumber Bergerak Direviu oleh :
Tahun……..
Disetujui oleh :
BPK RI

PEMAHAMAN ENTITAS

Gambaran Jelas Struktur Organisasi Entitas

Tugas pokok dan fungsi entitas


dsb

Kegiatan/Program Utama Entitas

1. Program Kerja: ........


Anggaran:.....
Hasil :.....
2. dsb

Lingkungan yang Mempengaruhi

1. Hubungan kerja satu unit kerja dengan unit kerja lain dalam entitas tersebut
2. Stakeholder atas pelaksanaan program kerja
3. SOP di unit kerja atau perda-perda terkait di daerah tersebut yang mengatur mengenai
pengendalian pencemaran udara.
4. dsb

Pejabat

Nama Jabatan
Mr. X Kepala ….
Mr. Y Sekretaris …

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Lampiran III.3

Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu No. Indeks


Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dibuat oleh :
Dari Sumber Bergerak Direviu oleh :
Tahun……..
Disetujui oleh :
BPK RI

PEMANTAUAN TINDAK LANJUT


LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA
TAHUN ….(SEBELUMNYA)

1. PEMERIKSAAN ATAS ... (Nama Penugasan)

Pemantauan Tindak Lanjut


Sudah
Sudah
Ditindaklanjuti, Pengaruh Tindak
Rekomendasi BPK-RI/ Ditindaklanjuti
tetapi Belum
Sudah Belum
Sesuai Ditindaklanjuti, Ditindaklanjuti Lanjut terhadap
No. Rencana Tindakan Sesuai
Rekomendasi/ tetapi Belum Sesuai Tujuan
Perbaikan Rencana
Rekomendasi/
Selesai Rekomendasi &
Rencana Pemeriksaan
Tindakan (Dipantau) Alasannya
Tindakan
Perbaikan
Perbaikan

2. PEMERIKSAAN ATAS ... (Nama Penugasan)

Pemantauan Tindak Lanjut


Sudah
Sudah
Ditindaklanjuti
Ditindaklanjuti,
Sudah Belum
Pengaruh Tindak
tetapi Belum Lanjut terhadap
No. Rekomendasi BPK-RI Sesuai Ditindaklanjuti, Ditindaklanjuti
Sesuai
Rekomendasi/
Rekomendasi/
tetapi Belum Sesuai Tujuan
Rencana Selesai Rekomendasi & Pemeriksaan
Rencana
Tindakan (Dipantau) Alasannya
Tindakan
Perbaikan
Perbaikan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Lampiran III.4

No. Indeks
Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
Atas Pengendalian Pencemaran Dibuat oleh :
Udara Dari Sumber Bergerak Direviu oleh :
Tahun……..
Disetujui oleh :
BPK RI

Contoh Pemahaman SPI dalam Pengendalian Pencemaran Udara


(dengan pendekatan COSO*)

No. Pemahaman SPI Ya Tidak Catatan


1. Lingkungan Pengendalian
a. Integritas dan Nilai Etika (Birokrat dan
masyarakat)
(1) Apakah pimpinan entitas telah menyusun dan
menerapkan aturan prilaku dalam pengendalian
pencemaran udara
(2) Apakah pimpinan entitas telah memberikan
keteladanan atas pelaksanaan aturan prilaku
tersebut di atas kepada setiap tingkat pimpinan
instansi pemerintah
(3) Apakah pimpinan entitas telah menegakkan
tindakan disiplin yang tepat, atas penyimpangan
terhadap kebijakan/prosedur, atau pelanggaran
terhadap aturan perilaku yang mengganggu
efektivitas pengendalian pencemaran udara.
(4) Apakah pimpinan entitas telah menjelaskan dan
mempertanggungjawabkan atas adanya
intervensi atau pengabaian pengendalian intern
yang mengganggu efektivitas pengendalian
pencemaran udara.
(5) Apakah pimpinan instansi telah menghilangkan
peluang/godaan untuk berperilaku tidak etis
b. Komitmen terhadap Kompetensi
(1) Apakah pimpinan instansi telah mengidentifikasi
dan mendefinisikan kegiatan yang dibutuhkan
untuk melaksanakan tugas dan fungsi
pengendalian pencemaran udara.
(2) Apakah pimpinan instansi telah menyusun
standar kompetensi untuk setiap tugas dan
fungsi pengendalian pencemaran udara.
(3) Apakah pimpinan instansi telah
menyelenggarakan pelatihan dan bimbingan
terhadap pemeliharaan atau peningkatan
kompetensi pegawainya dalam pengendalian
pencemaran udara.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Lampiran III.4

No. Pemahaman SPI Ya Tidak Catatan


(4) Apakah pimpinan instansi telah memilih jajaran
pimpinan unit yang memiliki kemampuan
manajerial dan pengalaman teknis yang luas
dalam pengendalian pencemaran udara.
c. Kepemimpinan yang kondusif
(1) Apakah sikap (attitude) pimpinan entitas telah
mempertimbangkan risiko dalam pengambilan
keputusan pengendalian pencemaran udara.
(2) Apakah pimpinan entitas telah menerapkan
manajemen berbasis kinerja dalam
pengendalian pencemaran udara.
(3) Apakah sikap pimpinan entitas telah bersikap
positif dan mendukung fungsi pengendalian
pencemaran udara.
(4) Apakah pimpinan entitas telah memperhatikan
perlindungan atas aset dan informasi.
(5) Apakah pimpinan entitas telah menerapkan
interaksi yang intensif dengan pejabat di tingkat
yang lebih rendah.
(6) Apakah pimpinan entitas telah bersikap positif
dan responsif terhadap pelaporan yang
berkaitan dengan pengendalian pencemaran
udara.
d. Pembentukan Struktur Organisasi
(1) Apakah pimpinan entitas telah menyesuaikan
organisasinya dengan ukuran dan sifat kegiatan
pengendalian pencemaran udara.
(2) Apakah pimpinan entitas telah menetapkan
secara jelas wewenang dan tanggung jawab
dalam kegiatan pengendalian pencemaran
udara.
(3) Apakah pimpinan entitas telah menetapakan
secara jelas hubungan dan jenjang pelaporan
intern atas kegiatan pengendalian pencemaran
udara.
(4) Apakah pimpinan entitas telah melaksanakan
evaluasi dan penyesuaian secara periodik
terhadap struktur organisasi sehubungan
dengan perubahan lingkungan stratejik.
(5) Apakah pimpinan entitas telah menetapkan
jumlah pegawai yang sesuai dengan kebutuhan.
e. Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab
(1) Apakah pimpinan entitas telah mendelegasikan
wewenang kepada pejabat/pegawai dengan
tepat, sesuai dengan tanggung jawabnya.
(2) Apakah pejabat/pegawai yang ditunjuk,
memahami bahwa wewenang dan tanggung
jawab yang diberikan terkait dengan pihak lain.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Lampiran III.4

No. Pemahaman SPI Ya Tidak Catatan


(3) Apakah pejabat/pegawai yang ditunjuk,
memahami bahwa pelaksanaan tanggung jawab
dan wewenang terkait dengan penerapan sistem
pengendalian intern.
f. Penyusunan dan Penerapan Kebijakan
Pembinaan Sumber Daya Manusia
(1) Apakah pimpinan entitas telah menetapkan
kebijakan dan prosedur sejak rekrutmen sampai
dengan pemberhentian dan pensiunan pegawai.
(2) Apakah pimpinan entitas telah melakukan
penelusuran latar belakang calon pegawai
dalam proses rekrutmen
(3) Apakah pimpinan entitas telah melakukan
supervisi secara periodik yang memadai
terhadap pegawai.
g. Pengawasan Intern Pemerintah
(1) Apakah pengawasan telah dapat memberikan
keyakinan atas ketaatan dan efektivitas
pencapaian tujuan pengendalian pencemaran
udara.
(2) Apakah pengawasan telah memberikan
peringatan dini dan meningkatkan efektivitas
manajemen risiko.
(3) Apakah pengawasan telah dapat memelihara
dan meningkatkan kualitas manajemen
pengendalian pencemaran udara.
2. Penilaian Risiko
a. Penetapan Tujuan Umum Pengendalian
Pencemaran Udara
(1) Apakah pimpinan entitas telah menetapkan
tujuan pengendalian pencemaran udara yang
memuat pernyataan dan arahan yang spesifik,
terukur, dapat dicapai, realistis, dan tepat waktu.
(2) Apakah tujuan tersebut dikomunikasikan kepada
pegawai.
(3) Apakah pimpinan entitas telah menetapkan
strategi operasional yang konsisten untuk
mencapai tujuan tersebut.
(4) Apakah pimpinan entitas telah menetapkan
strategi manajemen yang terintegrasi dan
rencana penilaia risiko.
(5) Apakah penentuan tujuan tersebut telah
berpedoman pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
b. Penetapan Tujuan pada Tingkat Kegiatan
Apakah penetapan tujuan kegiatan yang
berhubungan dengan pengendalian pencemaran

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Lampiran III.4

No. Pemahaman SPI Ya Tidak Catatan


udara telah :
(1) berasal dan/atau berhubungan dengan tujuan
dan rencana strategis enitas.
(2) Saling melengkapi, saling menunjang, dan tidak
bertentangan satu dengan lainnya.
(3) Relevan dengan seluruh kegiatan utama
pengendalian pencemaran udara.
(4) Mengandung unsur kriteria pengukuran.
(5) Didukung sumber daya instansi yang cukup.
(6) Melibatkan seluruh tingkat pejabat dalam proses
penetapannya.
c. Identifikasi Risiko
Apakah identifikasi risiko telah dilaksanakan dengan
(1) Menggunakan berbagai metodologi yang sesuai
dengan tujuan umum pengendalian pencemaran
udara, dan tujuan pada tingkat kegiatan secara
komprehensif.
(2) Menggunakan mekanisme yang memadai untuk
mengendalikan risiko dari faktor eksternal dan
internal.
(3) Menilai faktor-faktor lain yang dapat
meningkatkan risiko yang dihadapi oleh entitas.
d. Analisa Risiko
(1) Apakah pimpinan entitas telah melakukan
analisa risiko yang berdampak pada pencapaian
tujuan pengendalian pencemaran udara.
(2) Apakah pimpinan entitas telah menetapkan
prinsip kehati-hatian dalam menentukan tingkat
risiko yang dapat diterima.
3. Kegiatan Pengendalian
a. Apakah jajaran pimpinan entitas telah melakukan
reviu atas kinerja pengendalian pencemaran udara.
b. Apakah pembinaan sumber daya manusia telah
diarahkan secara efektif untuk mencapai tujuan
instansi dalam kegiatan pengendalian pencemaran
udara.
c. Apakah pimpinan entitas telah melakukan
pengendalian terhadap pengelolaan sistem
informasi pengendalian pencemaran udara, agar
dapat memastikan akurasi dan kelengkapan
informasi.
d. Apakah pimpinan entitas telah menetapkan dan
mereviu indikator dan ukuran kinerja kegiatan
pengendalian pencemaran udara.
e. Apakah pimpinan entitas telah menerapkan
pemisahan tugas atau fungsi dalam pengendalian

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Lampiran III.4

No. Pemahaman SPI Ya Tidak Catatan


pencemaran udara.
f. Apakah pelaksanaan transaksi dan kejadian telah
diotorisasi oleh pejabat/staf yang sesuai.
g. Apakah pencatatan telah dilakukan secara akurat
dan tepat waktu.
h. Apakah pimpinan entitas telah menyelenggarakan
dokumentasi pengendalian pencemaran udara
secara tertib.
i. Apakah pimpinan entitas telah dilaksanakan
pengawasan intern atas kegiatan pengendalian
pencemaran udara.
4. Informasi dan Komunikasi
a. Apakah pimpinan entitas telah melakukan
identifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan
informasi yang berkaitan dengan pengendalian
pencemaran udara, dalam bentuk dan waktu yang
tepat.
b. Apakah komunikasi atas informasi tersebut telah
diselenggarakan secara efektif, baik komunikasi
intern maupun dengan pihak luar.
c. Apakah pimpinan entitas telah mengelola,
mengembangkan, dan memperbaharui sistem
informasi agar kegunaan dan keandalan informasi
meningkat.
5. Pemantauan
a. Apakah pimpinan instansi telah melakukan
pemantauan terhadap pengendalian intern
b. Apakah pelaksanaan pemantauan tersebut di atas
telah dilaksanakan secara berkelanjutan, dan/atau
melalui evaluasi terpisah, dan/atau melalui
penyelesaian tindak lanjut.
KESIMPULAN:

*) COSO (Committee of Sponsoring Organization of the Treadway Commission), merupakan organisasi swasta sukarela
yang didirikan pada tahun 1985 yang ditujukan untuk pengembangan kualitas laporan keuangan melalui etika bisnis,
pengendalian intern yang efektif serta penguasaan perusahaan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Lampiran III.5

No. Indeks
Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dibuat oleh :
Dari Sumber Bergerak Direviu oleh :
Tahun……..
Disetujui oleh :
BPK RI

CONTOH KERTAS KERJA PENENTUAN SAMPEL


Kegiatan Pengendalian : Penanggulangan Pencemaran Udara
Pencemaran Udara
Proses Penanggulangan :  Pengujian emisi gas buang kendaraan bermotor
Yang Signifikan pada pemberian laik jalan oleh Dinas
Perhubungan
Tujuan Pengujian :  Meyakinkah apakah penerbitan ijin laik jalan
kendaraan umum telah didasarkan hasil
pengujian yang valid (khususnya pengujian emisi)

Langkah :
a. Penentuan atribut  Laporan bulanan dan tahunan hasil pengujian di
Balai Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas
Perhubungan
 Surat Perintah Uji
 Surat Peringatan
Uraian Catatan
b. Penentuan populasi Jumlah kendaraan yang Klasifikasikan
lulus uji pada Tahun 2007 berdasarkan jenis
kendaraan yaitu truk,
taksi.
c. Penentuan luas sampling Jumlah pengujian Jumlah pengujian
(besarnya sampel) kendaraan besar dan atau kendaraan besar atau
tidak biasa tidak biasa pada bulan
menjelang Hari Raya
Idul Fitri dan menjelang
Hari Natal dan tahun
baru.
d. Penentuan risiko Entitas sudah memiliki Pencatatan hasil
pengendalian yang dapat pengendalian pengujian pengujian emisi pada
diterima yang memadai Surat Perintah Uji telah
memadai (dicetak
langsung dari peralatan
atau hasil pengamatan
penguji)
e. Penentuan ukuran sampel Besarnya sampel :
Surat Perintah Uji pada bulan September, November
dan Desember dengan persentase 20% untuk
masing-masing jenis kendaraan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Lampiran III.6

Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu No. Indeks


Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dibuat oleh :
Dari Sumber Bergerak Direviu oleh :
Tahun……..
Disetujui oleh :
BPK RI

KERTAS KERJA PENETAPAN KRITERIA PEMERIKSAAN

Tujuan kegiatan pada tahap ”Penetapan Kriteria Pemeriksaan” adalah mendapatkan kriteria
sebagai dasar pembanding apakah praktek-praktek yang dilaksanakan di lapangan (kondisi)
telah mencapai standar yang seharusnya. Butir-butir yang ada dalam template KKP ini dapat
dikembangkan lagi sesuai kebutuhan pemeriksa di lapangan.

1. Jenis dan sumber penetapan kriteria pemeriksaan :


…………………………………………………..…………………………………………………….……
……………………………………………..…………………………………………………….…………
………………………………………..…………………………………………………….………………
…………………………………..……………………………………………

2. Teknik yang digunakan dalam pengembangan kriteria:


…………………………………………………..……………………………………………………...……
………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………..…………………………………………………….…………………
………………………………..……………………………………………

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Lampiran III.7

No. Indeks
Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Dibuat oleh :
Atas Pengendalian Pencemaran Udara
Dari Sumber Bergerak Direviu oleh :
Tahun…….. Disetujui :
oleh
BPK RI

PENGUJIAN TERINCI

Kegiatan Pencegahan Pencemaran Udara


Kegiatan pencegahan pencemaran udara meliputi upaya-upaya yang bertujuan mencegah terjadinya
pencemaran udara dengan cara:
a. Penetapan kebijakan pengendalian udara meliputi kebijakan teknis dan operasional, serta
program kerja.
b. Penetapan baku mutu udara ambien, baku mutu emisi sumber tidak bergerak, baku tingkat
gangguan, ambang batas emisi gas buang dan kebisingan kendaraan bermotor.
Apakah entitas
a. Identifikasi unit yang bertanggung jawab atas pengendalian
telah memiliki unit
pencemaran udara.
yang bertanggung
jawab atas b. Lakukan analisa atas fungsi unit kerja tersebut, dan apakah terdapat
pencegahan pemisahan tugas di antara unit kerja dalam melakukan
pencemaran udara pengendalian pencemaran udara.
c. Jika tidak terdapat unit kerja yang bertanggung jawab, apakah
terdapat terdapat unit lain misalnya tim khusus yang
bertanggungjawab mengenai pengendalian pencemaran udara. Jika
ya, dapatkan SK pembentukannya dan lakukan analisa terhadap job
descriptionnya.
d. Apakah terdapat pula unit kerja lain dalam entitas tersebut atau
pihak swasta yang melakukan pemantauan/pengawasan terhadap
pelaksanaan pengendalian pencemaran udara.
Apakah unit yang
a. Peroleh SOP pencegahan pencemaran udara yang dimiliki unit
bertanggungjawab
tersebut.
tersebut memiliki
SOP yang b. Lakukan analisa apakah SOP tersebut telah mencakup aspek-aspek
memadai pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan.
c. Lakukan analisa apakah SOP tersebut telah memadai dan mengacu
pada standar yang berlaku (misalnya SNI).
Apakah terdapat
a. Peroleh kebijakan nasional dan daerah terkait pengendalian
kebijakan
pencemaran udara
pengendalian
pencemaran udara b. Lakukan wawancara dan review dokumen untuk mengetahui proses
tingkat nasional penyusunan kebijakan tersebut.
dan daerah yang
c. Lakukan analisa apakah kebijakan tersebut telah mencakup aspek-
memadai
aspek pengelolaan lingkungan hidup
d. Lakukan analisa apakah kebijakan tersebut telah mengakomodasi
kebijakan nasional/daerah lainnya yang relevan dengan kegiatan
pencegahan pencemaran udara.
Apakah entitas
a. Dapatkan dokumen anggaran terkait dengan kegiatan pengendalian
telah
pencemaran udara dan lakukan analisa proporsi anggaran kegiatan
mengalokasikan
pengendalian pencemaran udara terhadap jumlah anggaran secara
anggaran dan
keseluruhan.
program kerja
yang memadai b. Dapatkan dokumen dari unit terkait yang berkaitan dengan program
untuk kerja pengendalian pencemaran udara yang akan dilaksanakan dan
pengendalian yang telah dilaksanakan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Lampiran III.7

pencemaran
c. Lakukan analisa terhadap mekanisme pelaporan hasil pelaksanaan
udara
kegiatan, apakah telah sesuai dengan ketentuan.
d. Bandingkan program kerja tersebut dengan master plan yang telah
disusun.
e. Lakukan analisa terhadap dokumen pelaksanaan program kerja
tersebut, apakah telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
mencakup aspek-aspek pengelolaan lingkungan yang memadai.
f. Lakukan wawancara dengan penanggung jawab program kerja
apakah kegiatan tersebut telah direalisasikan dan apa hasil yang
dicapai dari program kerja tersebut.
Apakah entitas
a. Peroleh data fasilitas pemantauan, serta peralatan dan personil
telah memiliki
yang dimiliki.
personil, sarana
dan peralatan b. Lakukan analisa cakupan fungsi, apakah jumlah stasiun pemantau
yang memadai dan pusat data serta penentuan lokasi peralatan telah memadai.
c. Lakukan observasi atas kualifikasi dan kemampuan personil yang
melakukan pemantauan mutu udara ambien dan ISPU.
Apakah terdapat
a. Peroleh baku mutu lingkungan dan ambang batas pencemaran
standar mutu
udara, untuk jenjang nasional dan daerah.
lingkungan yang
memadai b. Lakukan perbandingan kebijakan baku mutu tersebut dengan baku
mutu dari daerah atau negara lain, atau WHO.
c. Jika daerah menetapkan sendiri baku mutunya, lakukan analisa
apakah batu mutu yang ditetapkan oleh daerah tersebut lebih ketat
atau sama dengan baku mutu nasional.
d. Telusuri dokumen peninjauan kembali mengenai baku mutu yang
telah ditetapkan. Lakukan analisa apakah peninjauan kembali baku
mutu tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan.
e. Telusuri dokumentasi status mutu ambien daerah dan hasil
inventarisasi mutu udara ambien daerah. Lakukan analisa tren untuk
memperoleh simpulan atas kualitas lingkungan secara umum.
f. Lakukan analisa apakah inventarisasi tersebut telah
mempertimbangkan faktor-faktor yang sesuai dengan ketentuan.
g. Bandingkan hasil inventarisasi tersebut dengan dokumentasi
penetapan status mutu udara ambien daerah. Jika terjadi
penyimpangan dalam hal penetapan dan pernyataan status mutu
udara ambien daerah lakukan analisa penyebabnya.
h. Lakukan analisa apakah penetapan ISPU tersebut telah ditetapkan
dengan mempertimbangkan tingkat mutu udara terhadap kesehatan
manusia, hewan, tumbuhan, bangunan, dan nilai estetika.
i. Bandingkan hasil wawancara penetapan status udara ambien dan
ISPU dengan pedoman teknisnya.
j. Dapatkan informasi apakah terdapat mekanisme pelaporan rutin
atas mutu udara ambien dan ISPU.

Kegiatan Penanggulangan Pencemaran Udara


Kegiatan penanggulangan pencemaran udara meliputi pemantauan emisi gas buang sumber,
pengawasan terhadap penaatan baku mutu emisi yang telah ditetapkan, pemantauan mutu udara
ambien di sekitar lokasi kegiatan, pemeriksaan penaatan terhadap ketentuan persyaratan teknis
pengendalian pencemaran udara, dan pengadaan bahan bakar bebas timah hitam serta solar berkadar
belerang rendah sesuai standar internasional.
Apakah unit
a. Peroleh prosedur dan tata cara pelaksanaan pengujian, serta
memantau dan
laporan pelaksanaan pengujian.
mengawasi emisi
gas buang sumber b. Lakukan observasi ketaatan personil dalam melakukan pengujian
pencemar (dengan membandingkan hasil dalam laporan dengan prosedur

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Lampiran III.7

pengujiaannya dan baku mutu yang digunakan). Ketaatan ini dapat


berupa personil telah melakukan pengujian terhadap kandungan CO
dan HC pada kendaraan bermotor lama dan baru secara berkala,
dan prosedur pengujian sesuai dengan SNI.
c. Berdasarkan data sumber pencemar udara yang wajib melakukan
pengujian emisi gas buang, bandingkan jumlah sumber pencemar
yang telah dilakukan pengujian. Lakukan analisa penyebab sumber
pencemar yang tidak melakukan pengujian emisi gas buang.
Lakukan uji petik untuk mengkonfirmasi kondisi tersebut.
d. Jika pengujian digunakan sebagai dasar penentuan pemberian ijin
maka lakukan analisa apakah pemberian ijin telah didasarkan pada
hasil pengujian yang valid (baik baku mutu maupun prosedur).
Apakah ada pemberian ijin terhadap sumber pencemar dengan hasil
uji melebihi baku mutu.
e. Atas sumber pencemar yang dilakukan pengujian dan memperoleh
ijin, lakukan pengklasifikasian berdasarkan kriteria tertentu. Atas
klasifikasi tersebut ambil sampel secara random dan lakukan
pengujian kembali atas masing-masing sampel dengan hasil
pengujian yang dijadikan dasar pemberian ijin. Jika terjadi
penyimpangan, lakukan analisa dan dapatkan informasi tindakan
apa yang telah dilakukan oleh atasan personil yang melakukan
pengujian.
Apakah unit
a. Telusuri apakah terdapat pemantauan mutu udara ambien secara
terkait telah
rutin dan lakukan analisa atas mekanisme pemantauan mutu udara
memantau mutu
ambien.
udara ambien
secara memadai b. Telusuri pihak-pihak yang menerima laporan pemantauan mutu
udara ambien. Identifikasi bentuk pelaporan, pihak penerima laporan
dan mekanisme penyampaiannya. Konfirmasikan hal-hal tersebut
pada pihak penerima.
c. Berdasarkan laporan tersebut, bandingkan dengan langkah-langkah
yang seharusnya dilakukan untuk memantau mutu udara ambien.
Identifikasi langkah yang belum dilakukan, dan analisa
penyebabnya.
d. Peroleh informasi mengenai kondisi peralatan pemantau dan
lakukan pengecekan uji petik secara fisik untuk mengkonfirmasi hal
tersebut dan sebabnya.
e. Dapatkan informasi dan lakukan pemeriksaan metode penghitungan
pada pusat pelaporan data mutu udara ambien dan ISPU, apakah
pusat data telah benar-benar menerima semua data dari stasiun
pemantau kualitas udara, kemudian lakukan analisa.
f. Atas pelaporan mutu udara ambien dan ISPU, lakukan analisa
apakah pelaporan pada masing-masing monitor pelaporan tersebut
merepresentasikan mutu udara daerah rata-rata atau hanya
menunjukkan kondisi tempat keberadaan stasiun pemantau udara
tersebut.
g. Berdasarkan laporan hasil pemantauan kualitas udara ambien
dengan bantuan tenaga ahli lakukan analisis berapa jumlah
pencemaran udara dengan mengklasifikasikan berdasarkan sumber
pencemarnya dan lakukan perhitungan kerugian akibat pencemaran
udara tersebut (jika memungkinkan).
Apakah unit telah
a. Telusuri dokumen hasil pemeriksaan pentaatan ketentuan
melakukan
persyaratan teknis terkait pengujian emisi kendaraan bermotor lama.
pemeriksaan atas
ketaatan terhadap b. Ambil sampel atas beberapa hasil pemeriksaan dan uji kembali
ketentuan sumber pencemaran bergerak tersebut.
persyaratan
c. Jika terjadi penyimpangan lakukan analisa penyebabnya.
teknis
pengendalian d. Jika pemeriksaan pentaatan belum dilakukan, lakukan analisa

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Lampiran III.7

pencemaran
penyebabnya.
udara
Apakah entitas
telah melakukan a. Melalui wawancara dan review dokumen, peroleh informasi terkait
pengadaan bahan kebijakan pengadaan oleh entitas yang mencerminkan kesadaran
bakar yang ramah akan pengelolaan lingkungan (green procurement), misalnya
lingkungan kendaraan berbahan bakar gas atau biofuel.
b. Apabila kebijakan tersebut belum diimplementasikan lakukan
analisa penyebabnya berdasarkan ketersediaan bahan bakar dan
kemampuan teknologi otomotif yang ramah lingkungan.

Kegiatan Pemulihan Pencemaran Udara


Pemulihan mutu udara merupakan bagian dari kegiatan pengendalian pencemaran udara. Pemulihan
mutu udara dapat terjadi secara alami dalam proses fotosintesa tumbuh-tumbuhan. Dalam proses
fotosintesa, tumbuh-tumbuhan menyerap karbon dioksida (CO2) dan menghasilkan oksigen (O2),
sehingga udara menjadi bersih. Demikian proses tersebut berulang dalam suatu siklus. Oleh karena
itu, pepohonan dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk mengurangi pencemaran udara. Aspek
pengelolaan wilayah yang terkait dengan hal tersebut adalah Ruang Terbuka Hijau (RTH).
Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan
perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, ekonomi,
dan estetika. RTHKP berfungsi mengendalikan pencemaran udara serta bermanfaat dalam
meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan.
RTHKP meliputi taman kota, taman wisata alam, taman rekreasi, taman lingkungan
perumahan/permukiman, taman lingkungan perkantoran/gedung komersil, taman hutan raya, hutan
kota, hutan lindung, bentang alam (seperti gunung, bukit, lereng, dan lembah), cagar alam, kebun raya,
kebun binatang, pemakaman umum, lapangan olah raga, lapangan upacara, parkir terbuka, lahan
pertanian perkotaan, jalur di bawah tegangan tinggi, sempadan sungai/pantai/bangunan/situ/rawa, jalur
pengaman jalan, median jalan, jalur rel kereta api, pipa gas, pedestrian, kawasan jalur hijau, daerah
penyangga lapangan udara, dan taman atap.
UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 29 ayat (1), (2) dan (3) menyebutkan
bahwa (1) Ruang Terbuka Hijau terdiri dari ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat.
(2) Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari wilayah
kota. (3) Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 (dua puluh) persen
dari luas wilayah kota. Selain itu juga Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 dari
tentang RTHKP, Pasal 9 ayat (1) mengatur bahwa luas ideal RTHKP minimal 20% dari luas kawasan
perkotaan.
Apakah ada unit
a. Dapatkan informasi apakah terdapat unit kerja yang secara
kerja yang secara
khusus/fungsional mengelola RTH.
khusus atau
fungsional b. Dapatkan SOTK entitas, telaah dan tentukan unit kerja mana yang
bertanggung mempunyai fungsi mengelola :
jawab terhadap
- Hutan Kota/Lindung
pengelolaan RTH
- Taman Kota/Wisata
- Pemakaman
- Cagar alam
- Lapangan
- Lahan pertanian
- Jalur Sempadan Jalan dan Jalan Tol
- Jalur Sempadan Sungai
- Jalur Sempada Rel Kereta
- Jalur SUTET
- RTH dari Fasum Perumahan
- RTH di Persil Swasta
c. Dapatkan data luas RTH menurut jenis RTH di atas dan
perinciannya per lokasi (minimal 2 tahun).
d. Lakukan analisa perubahannya (meningkat, tetap, turun)

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Lampiran III.7

e. Dapatkan data kegiatan yang dilakukan dalam mengelola RTH,


kelompokkan menurut sumber dananya (pemerintah atau swasta),
dan menurut dampaknya (menambah RTH, merawat saja, atau
mengurangi RTH).
f. Bandingkan hasil di atas, antara (1d) dengan (1e).
g. Tentukan tugas dan fungsi unit kerja yang bertanggungjawab
mengelola RTH, dan buat kesimpulan, apakah unit kerja tersebut
telah melaksanakan tugas dan fungsinya.
Apakah kebijakan
a. Dapatkan produk hukum (PP/Permen/Perda/ Pergub/Perwal) yang
penataan ruang
menetapkan :
telah sesuai
dengan ketentuan − Hutan lindung
− Kawasan lindung
− Kawasan perlindungan setempat
b. Dapatkan RTRW Propinsi, RTRW Kabupaten/Kota, dan Peraturan
Walikota mengenai Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
Kota/Kabupaten, dan telaah, apakah kebijakan dalam peraturan-
peraturan tersebut telah sinkron dan tidak bertentangan dengan
peraturan yang lebih tinggi.
Apakah kondisi
a. Berdasarkan pelaksanaan prosedur di atas (3a, 3b), buat daftar
wilayah telah
inventarisir wilayah yang harus dipertahankan sebagai RTH, dan
sesuai dengan
tentukan lokasi yang akan disampling.
kebijakan
penataan ruang b. Lakukan pengamatan dan pemeriksaan fisik, apakah kondisi
wilayahnya telah sesuai dengan kebijakannya.
c. Jika tidak sesuai, buat dokumentasi (Berita acara pemeriksaan
fisik, Foto, Video), buat kesimpulan.
Apakah data RTH
a. Ambil data RTH (1c), tentukan sampling lokasi RTH, dan lakukan
akurat dan
pemeriksaan fisik, apakah kondisi dan luasnya sesuai dengan
kuantitasnya telah
catatannya, serta buat berita acara pemeriksaan fisik.
memenuhi
ketentuan b. Buat kesimpulan keakuratan data RTH.
c. Hitung jumlah RTH yang catatan dan fisiknya relatif akurat, dan
tentukan apakah jumlahnya telah memenuhi ketentuan jumlah RTH
minimal/ideal.
Apakah ada
a. Buat daftar kegiatan yang menambah RTH yang sumber dananya
kegiatan
dari pemerintah, kelompokkan menurut asal dana (Pusat, propinsi
peningkatan RTH
atau kabupaten/kota).
(penanaman
pohon) b. Minta laporan pelaksanaan kegiatan (fisik dan keuangannya)
c. Minta bukti pertanggungjawaban keuangannya, dan lakukan
pemeriksaan, apakah pengelolaan keuangannya telah sesuai
dengan ketentuan pengelolaan keuangan negara/daerah.
d. Lakukan pemeriksaan fisik, apakah kuantitas dan kualitasnya
sesuai dengan laporan pertanggungjawabannya.
e. Buat dokumentasinya (BAP, foto, Video) dan buat kesimpulan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Lampiran IV.1

BADAN PEMERIKSAAN KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
Jl. Gatot Subroto No. 31, Jakarta Pusat, 10210 Tel: (62-21) 5704395 Ext. 327 Fax: (62-21) 5705372

Review Sheet Ketua Tim

No Indeks KKP Risalah Hasil Pembahasan Tindak Lanjut/Tanggal

……………,…………..,20……
Ketua Tim

…………………………………
NIP……………………………..

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Lampiran IV.1

Badan Pemeriksa Keuangan


Republik Indonesia

Review Sheet Pengendali Teknis

No Indeks KKP Risalah Hasil Pembahasan Tindak Lanjut/Tanggal

……………,…………..,20……
Pengendali Teknis

…………………………………
NIP……………………………..

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Lampiran IV.1

Badan Pemeriksa Keuangan


Republik Indonesia

Review Sheet Penanggung Jawab

No Indeks KKP Risalah Hasil Pembahasan Tindak Lanjut/Tanggal

……………,…………..,20……
Penanggung Jawab

…………………………………
NIP……………………………..

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Lampiran IV.2

BADAN PEMERIKSAAN KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
Jl. Gatot Subroto No. 31, Jakarta Pusat, 10210 Tel: (62-21) 5704395 Ext. 327 Fax: (62-21) 5705372

LAPORAN PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PEMERIKSAAN


Kesesuaian dengan tujuan dan
Kriteria Penilaian Laporan Perkembangan Pelaksanaan harapan penugasan serta
No program pemeriksaan
Pemeriksaan
Sudah Sesuai Belum Sesuai
PERENCANAAN PEMERIKSAAN
1 Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan
2 Pemahaman atas Entitas
3 Pemahaman Resiko
4 Pemahaman dan Pengujian Sistem Pengendalian Intern
5 Pemenuhan Kebutuhan Pemeriksa
6 Penentuan Pengambilan Sampel yang akan Diuji
Laboratorium
7 Penyusunan Program Pemeriksaan dan Program Kerja
Perorangan
PELAKSANAAN PEMERIKSAAN
8 Pengujian Terinci
9 Penyusunan Konsep Temuan Pemeriksaan
10 Pembahasan Dengan Pejabat Entitas yang Berwenang
11 Perolehan Tanggapan Resmi dan Tertulis
12 Penyampaian Temuan Pemeriksaan
PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
13 Penyusunan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan
14 Pembahasan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan dengan
Penanggung Jawab Pemeriksaan
15 Penyampaian dan Pembahasan Konsep Laporan Hasil
Pemeriksaan dengan Pejabat Entitas yang Berwenang
16 Penyusunan Konsep Akhir dan Penyampaian Laporan Hasil
Pemeriksaan

Keterangan:
Kolom kesesuaian dengan tujuan dan harapan penugasan serta program pemeriksaan diisi dengan
membubuhkan tick mark (√) pada kolom yang tepat.
…………….,………….,20..
Penanggung Jawab………
di…………………………

…………………………
NIP……………………..

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Lampiran IV.3

BADAN PEMERIKSAAN KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
Jl. Gatot Subroto No. 31, Jakarta Pusat, 10210 Tel: (62-21) 5704395 Ext. 327 Fax: (62-21) 5705372

E.
F. LEMBAR KENDALI PENYELESAIAN LAPORAN
Tanggal pemeriksaan dimulai :
Nama Entitas : Tanggal pemeriksaan selesai :
Semester : Tanggal TP ditandatangani :
Tahun Anggaran : Tanggal pembahasan TP selesai :

Rekapitulasi
Penyelesaian
No Proses Penyelesaian KHP Jumlah Hari
Laporan oleh
Penyelesaian KHP
1. Tim
2. Pengendali Teknis
3. Penanggung Jawab

Penanggungjawab :
Pengendali Teknis :
Ketua Tim :
Pengendali Teknis Penanggung Jawab : …………..

…………….., …………………, 20….


Penanggung Jawab ……………
di ……

……………………
NIP………………
Keterangan : - Kolom pada Proses Penyelesaian KHP diisi dengan tanggal saat terakhir
penyelesaian pada setiap penanggung jawab yang bersangkutan
- Satu kolom berisi satu tanggal

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Lampiran IV.4

BADAN PEMERIKSAAN KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
Jl. Gatot Subroto No. 31, Jakarta Pusat, 10210 Tel: (62-21) 5704395 Ext. 327 Fax: (62-21) 5705372

CHECKLIST
PENJAMINAN MUTU PEMERIKSAAN

Penanggung Jawab

Pengendali Teknis

Ketua Tim Pemeriksaan

Entitas yang diperiksa

Tahap penyelesaian

Tanggal mulai reviu

Tanggal akhir reviu

Pembahasan temuan

Nama Pereviu*

* Jika dilakukan oleh pihak di luar Tim

Kami, yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan bahwa temuan di dalam reviu ini telah:
• Dibahas dengan manajemen (Penanggung Jawab, Pengendali Teknis dan Ketua Tim).
• Dikomunikasikan dengan seluruh anggota tim pemeriksaan.

Penanggung Jawab

Pengendali Teknis

Ketua Tim

Ketua Sub Tim (jika ada)

Pereviu*

Tanggal

* Jika dilakukan oleh pihak di luar Tim

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Lampiran IV.4

Pendahuluan:

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) mensyaratkan bagi setiap organisasi pemeriksa yang
melaksanakan pemeriksaan berdasarkan SPKN untuk memiliki sistem pengendalian mutu yang
memadai, dan sistem pengendalian mutu tersebut harus direviu oleh pihak lain yang berkompeten.

Untuk itu, dikembangkan suatu Reviu Pengendalian dan Penjaminan Mutu.


Pereviu tidak dibatasi pada unsur-unsur yang dimasukkan di dalam checklist ini dan segala hal yang
mungkin mempunyai dampak terhadap kualitas pemeriksaan harus dipertimbangkan.

Apabila temuan dari pertanyaan tertentu positif, berikan tanda tick () pada kolom ‘Ya’.

Apabila temuannya negatif, berikan tanda tick () pada kolom ‘tidak’, disertai dengan
alasan/penjelasan yang memadai dalam kolom yang disediakan. Selain itu perlu dibuat suatu rujukan
baik pada risalah pembahasan temuan dengan manajemen atau pada laporan final QAR (Quality
Assurance Reviu).

Apabila pertanyaannya tidak dapat diterapkan, berikan tanda tick () pada kolom ‘Tidak ada’, disertai
dengan penjelasan yang memadai.

Seluruh pertanyaan sedapat mungkin harus diberikan rujukan pada KKP yang berkaitan dalam file
pemeriksaan tersebut.

Checklist Perencanaan Pemeriksaan


Bagi Pengendali Teknis, Pereviu silang, Penanggung Jawab pemeriksa dan wakilnya yang bertanggung
jawab atas reviu perencanaan pemeriksaan harus melaksanakan reviu untuk menentukan masalah
berikut ini:

Tida R
Tida
Uraian/Langkah Kerja Ya k ef. Keterangan
k
Ada KK
 Apakah perencanaan pemeriksaan dilakukan
sesuai dengan kebijakan pemeriksaan, SPKN,
panduan pemeriksaan dan praktek yang berlaku di
BPK;
 Apakah ada informasi relevan terkait
ketentuan/peraturan perundang-undangan yang
berdampak secara signifikan pada tujuan
pemeriksaan;
 Apakah dilaksanakan pemahaman entitas yang
diperiksa untuk membantu perencanaan
pemeriksaan;
 Apakah tujuan dan lingkup pekerjaan pemeriksaan
telah ditentukan;
 Apakah ada sumber informasi seperti media,
temuan aparat pemeriksaan internal, inspeksi dan
badan pengatur lain, saran DPR/DPRD, DPD,
permintaan pemerintah dan pihak lain sebagai
latar belakang pemeriksaan;
 Apakah prosedur pemeriksaan telah dibuat secara
memadai;
 Apakah masalah penting yang diketahui pada saat
perencanaan pemeriksaan telah diungkapkan;
 Apakah seluruh anggota tim pemeriksa memiliki
pemahaman yang jelas dan konsisten mengenai
program pemeriksaan;
 Apakah program pemeriksaan telah meliputi
tindak lanjut hasil pemeriksaan sebelumnya ;
 Apakah telah dilakukan evaluasi terhadap SPI

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Lampiran IV.4

Tida R
Tida
Uraian/Langkah Kerja Ya k ef. Keterangan
k
Ada KK
entitas yang diperiksa;
 Apakah elemen-elemen kunci sistem
pengendalian dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang wajib dipatuhi oleh
entitas yang diperiksa telah teridentifikasi;
 Apakah risiko audit telah ditetapkan;
 Apakah metode uji petik telah ditentukan;
 Apakah prosedur analisis telah diterapkan secara
tepat;
 Apakah konsultan atau tenaga ahli diperlukan;
 Apakah konsultan atau tenaga ahli dipilih dengan
tepat;
 Apakah anggaran dan penjadwalan waktu untuk
pemeriksaan telah ditentukan;
 Apakah sumber daya manusia yang diperlukan
bagi pelaksanaan pemeriksaan memenuhi kriteria
kompeten , independen, dan memiliki integritas ;
 Apakah terdapat prosedur lain dan praktek yang
dipergunakan dalam tahap perencanaan
pemeriksaan;

Checklist Pelaksanaan Pemeriksaan


Bagi Pengendali Teknis, Pereviu silang, Penanggung Jawab pemeriksa dan wakilnya yang bertanggung
jawab atas reviu pelaksanaan pemeriksaan harus melaksanakan reviu untuk menentukan masalah
berikut ini:

R
Tidak
Uraian/Langkah Kerja Ya Tidak efK Keterangan
Ada
K
 Apakah semua tahap pemeriksaan sudah
dilaksanakan sebagaimana direncanakan dan
disetujui;
 Apakah terdapat penjelasan yang memadai
untuk langkah-langlah dalam P2S yang tidak
dilaksanakan;
 Apakah terdapat persetujuan yang sepatutnya
untuk deviasi signifikan dari pelaksanaan P2S;
 Apakah sumber daya (waktu, kemampuan
personil, dan biaya) untuk pemeriksaan
sebagian besar sesuai dengan yang telah
direncanakan;
 Apakah teknik dan prosedur pemeriksaan
yang yang dipergunakan telah tepat untuk
mencapai tujuan pemeriksaan
 Apakah pengujian-pengujian yang
dipergunakan telah tepat untuk mengevaluasi
keandalan pengendalian intern dan kepatuhan
pada ketentuan peraturan perundang-
undangan;
 Apakah prosedur analitikal yang digunakan
telah tepat;
 Apakah prosedur analitikal yang digunakan
dapt menjamin keandalan, obyektivitas dan

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Lampiran IV.4

R
Tidak
Uraian/Langkah Kerja Ya Tidak efK Keterangan
Ada
K
mutu data pendukung yang relevan;
 Apakah metode sampling yang digunakan
sesuai dengan SPKN dan panduan
manajemen pemeriksaan BPK;
 Apakah P2S yang dibuat telah memadai untuk
perolehan bukti yang memadai;
 Apakah semua pertanyaan yang timbul selama
pemeriksaan telah diselesaikan sepatutnya;
 Apakah kertas kerja yang memadai telah
diperoleh mengenai:
 evaluasi sistem pengendalian intern;
 pemeriksaan prosedur yang rutin;
 pengujian pengendalian, evaluasi risiko,
penentuan materialitas;
 reviu analitikal dan pengujian kepatuhan;
 pengujian terinci
 Apakah KKP telah memuat referensi silang;
 Apakah checklist penyelesaian pemeriksaan
terinci telah diselesaikan dengan lengkap,
disetujui dan didukung bukti yang memadai;
 Apakah pemeriksaan telah memuat bukti
kompeten tentang ketentuan peraturan
perundangan-undangan yang dilanggar,
dampak pelanggaran terhadap keuangan
negara, estimasi (potensi) kerugian keuangan,
simpulan dan rekomendasi;
 Apakah pekerjaan konsultan dan tenaga ahli
lain telah dipantau sepatutnya dan hasil
pekerjaannya mendukung simpulan
pemeriksaan;
 Apakah prosedur lain dan praktik yang
dipergunakan dalam pelaksanaan
pemeriksaan memadai;

Checklist Pelaporan Pemeriksaan


Bagi Pengendali Teknis, Pereviu silang, Penanggung Jawab pemeriksa dan wakilnya yang bertanggung
jawab atas reviu pelaksanaan pemeriksaan harus melaksanakan reviu untuk menentukan masalah
berikut ini:

Tidak Ref.
Uraian/Langkah Kerja Ya Tidak Keterangan
Ada KK

 Apakah pelaporan sesuai dengan SPKN dan


PMP;
 Apakah bentuk dan isi laporan sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan yaitu mengenai judul,
tandatangan, tanggal, tujuan, lingkup
pekerjaan, alamat yang dituju, dasar hukum,
ketepatan waktu penyampaian laporan dan lain
sebagainya;

 Apakah terminologi dalam laporan dapat

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Lampiran IV.4

Tidak Ref.
Uraian/Langkah Kerja Ya Tidak Keterangan
Ada KK

dengan mudah dimengerti oleh stakeholder dan


istilah-istilah teknis telah semuanya dijelaskan
dalam laporan;
 Apakah semua temuan pemeriksaan telah
dievaluasi dari segi materialitas, kekeliruan,
ketidakakuratan dan ketidakberesan lainnya;
 Apakah semua kekeliruan, kekurangan/
defisiensi, dan masalah yang tidak biasa telah
diidentifikasi sepatutnya, didokumentasi dan
telah diselesaikan dengan memuaskan;
 Apakah laporan pemeriksaan final telah
memuat semua hal yang mencerminkan tujuan
pemeriksaan;
 Apakah observasi dan simpulan dalam laporan
telah didukung dan didokumentasikan dengan
baik untuk meyakinkan kelengkapan, akurasi
dan validitas kertas kerja;
 Apakah evaluasi dan simpulan telah didasarkan
pada pertimbangan profesional yang sehat dan
didukung oleh bukti pemeriksaan yang
kompeten, cukup, relevan dan beralasan
(reasonable);
 Apakah hanya temuan pemeriksaan yang
cukup material dimasukkan dalam laporan
pemeriksaan;
 Apakah laporan telah disampaikan tepat waktu,
komprehensif, dilaksanakan oleh pemeriksa
kompeten yang independen, didokumentasikan
sepatutnya dan dicerminkan memadai dalam
simpulan laporan;
 Apakah laporan telah memuat atau
menyatakan kelemahan-kelemahan
pengendalian dan ketidakpatuhan dan
disampaikan kepada manajemen entitas yang
diperiksa tepat pada waktunya;
 Apakah tanggapan dari manajemen entitas
yang diperiksa atas hasil pemeriksaan telah
diterima oleh tim pemeriksa tepat pada
waktunya;
 Apakah tim pemeriksa telah mengevaluasi
secara cermat tanggapan tersebut;
 Apakah semua temuan, simpulan dan
rekomendasi yang diberikan tanggapan oleh
pimpinan entitas yang diperiksa telah dievaluasi
sepatutnya;
 Apakah tanggapan pimpinan entitas yang
diperiksa dimuat dalam laporan hasil
pemeriksaan;
 Apakah jika ada kecurangan signifikan atau
penyimpangan lain telah diberitahukan kepada
pejabat yang berwenang, baik internal maupun
ekternal;
 Apakah arsip permanen (permanent file) pada
KKP telah dimutakhirkan dan dipisahkan dari
kertas kerja berjalan (currrent file) serta
disimpan teratur;

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Lampiran IV.4

Tidak Ref.
Uraian/Langkah Kerja Ya Tidak Keterangan
Ada KK

 Apakah prosedur lain dan best practices telah


diterapkan dalam tahap pelaporan.

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan


Juknis Pemeriksaan Atas Pengendalian Pencemaran Udara Dari Sumber Bergerak Tim Penyusun

TIM PENYUSUN

Daeng M. Nazier
Hadi Priyanto
Syafri Adnan Baharuddin
Bambang Setiono
Saiful Anwar Nasution
Gudono
Dwi Sabardiana
Astilda Sinabutar
Dewi Sukmawati
Mustamin
Rendra Papang Eko Noor Sancoyo
Muhammad Hairil Anwar
Novie Irawati Herni Purnama
Sarmadi

Direktorat Litbang Badan Pemeriksa Keuangan

Anda mungkin juga menyukai