Gio berjalan menghampiri meja makan menatap lesu lalu mengalihkan pandangan sembari
duduk.
Scene 1
Setting: Sesampainya di sekolah.
On frame: Tiara, cika, saskia, sania, Devin.
Sania menarik tas Tiara hingga tas nya terjatuh di tanah, buku didalamnya berceceran.
Devin: (berjalan menghampiri, mengambil salah satu buku) weitss apa nih, matematika..
bused ini buku apa kamus.
Tiara: balikin dong!
Sania: Vin lempar vin
Devin: (melempar)
Tiara berusaha meraih bukunya, buku itu malah terjatuh dan terinjak oleh sania.
Scene 2
Setting: Jam makan siang, Kantor Gio.
On Frame: Zahra, Gio.
Zahra adalah teman kantor Gio, Gio memiliki persona yang memang cukup untuk menarik
perhatian orang lain, tak terkecuali Zahra.
Gio jatuh dalam kebingungan, ia merasa apa yang zahra katakan ada benarnya. Dalam fase
penuh ketidakpastian, Zahra mengambil kesempatan.
Zahra: Udah deh ngapain bingung, kalo ga sama sari kan masih bisa sama aku? Lagian kalo
masalahnya selama ini sama sari tuh karena kamu ga bisa ngeluh, cerita apa apa, toh aku juga
yang ngedengerin kamu cerita setiap saat.
Gio: Bener, ra. Tapi anakku nanti gimana?
Zahra: Si sari itu kerja, gi.. ga mungkin dia gabisa ngehidupin tiara doang.
Gio: Aku bingung, ra. Ini gaakan ada habisnya kalo aku pikirin.
Zahra: Aduh padahal gaperlu dipikirin lagi deh kayanya, udah jelas aku lebih unggul
Gio: hm, iya iya.
Percakapan itu berhenti dengan waktu makan siang yang telah selesai.
Scene 3
Setting: Waktu makan malam di meja makan.
On Frame: Rafy, Tiara, Gio, Sari.
Malam ini meja makan jauh lebih sepi dari biasanya. Hanya ada makanan bungkusan yang
Tiara beli saat pulang sekolah tadi, yah itu titipan ibunya. Ibunya kemana? Ya seperti perawat
pada umumnya, tak jarang bekerja lembur. Gio menghampiri meja makan seraya menyapa
Tiara.
Tiara menunduk melanjutkan menulis sambil menggigit sepotong roti bakar yang ia beli saat
pulang sekolah tadi.
Sari datang tepat setelah percakapan itu usai, ia tampak lebih letih dari biasanya. Cara jalan
yang lunglai sambil menaruh tasnya di salah satu kursi meja makan.
Tiara kalap tak sanggup menahan tangis. Buku yang ditulisi sudah tak bisa dibaca lagi
tulisannya. Tiara hanya bisa mendengar menghadap bawah. Tubuhnya lemas tak sanggup
menopang tubuhnya untuk berdiri. Jika ia bisa berlari, maka lebih baik begitu.
Sari: Heh jangan bacot ya, anak kamu kamu buat nangis. Kamu ga kasian?!
Gio: Loh emang kalian ga kasian sama aku yang harus ngehadepin kalian setiap hari?
Sari: Ya terus mau kamu apa?!
Gio: Simple, kita cerai kamu bawa Tiara.
Rafy yang tak sengaja sedang lewat di depan rumah Tiara menelpon ibunya (Syifa, adik
Sari).
Sari: Oke, kamu juga udah nunggu ini dari lama kan? Oke.
Sari merangkul tiara dan mengambil tasnya lalu berjalan keluar. Di luar, ia bertemu dengan
rafy yang sudah mendengar sedari tadi.
Scene 4
Setting: Sekolah, jam pelajaran
On frame: Desi, allifia, cika, sania, saskia, devin, tiara, rafy.
Saskia: Adaa hotnewsss cuyy! Katanya nyokapnya si tiara tuh pisah sama bokapnya.
Cika: Loh jadi anak broken homee sekarang? HAHAHAHA.
Devin: Kasian bangett, yahh jangan nangis ya.
Yang lain menertawakan tapi rafy merasa tidak nyaman sepupunya dipermalukan dan
dipermainkan.
Tiara yang sedih dan marah sontak mendorong cika keras hingga terjatuh.
Sania berniat untuk berbalik mendorong Tiara, akan tetapi satu teriakan dari pak ridho
menghentikan peristiwa itu.
Pak Ridho: Hei, sudah sudah. Apa apaan ini kalian lagi jam belajar malah main dorong
dorongan, duduk!
Tiara: Maaf pak, tapi saya hanya membela diri..
Pak Ridho: Bapak ga mau tau, duduk!
Rafy: Iya pak, (membantu Tiara untuk duduk)
Scene 5
Setting: Sepulang sekolah, di kelas.
On frame: Cika, Caca, Devin, Saskia, Sania, Desi, Tiara.
Para rebells berkumpul, cika masih menyimpan rasa dendam kepada tiara.
Cika: guys aku masih ga terima deh di dorong kaya kemarin, gasuka banget.
Sania: tau tuh anak ngelunjak banget.
Desi: Abisnya kamu mancing mancing
Devin: Iket aja cik dia, terus kita biarin disini aja abis tu tinggalin pulang.
Saskia: Loh seriusan? Apa ngga kita yang kena masalah ntar.
Devin: ck, gitu aja dipikirin, kaya dia berani ngadu aja
Sania: gila lo, kalo beneran ngadu gimana?
Caca: yaudah ancem aja si, aku juga greget ngeliatnya.
Desi: Duh udah deh, kalo gini aku ga ikutan.
Devin: yee lo ga diajak, pulang aja duluan entar.
Desi: dih yaudah
Cika: Mau dikerjainnya kapan?
Caca: Pulsek aja, lo pura pura minta maaf abis tu si taira di iket depin dari belakang.
Devin, sania, saskia: okeh
Mereka merencanakan dengan matang pembullyan ini. Aksi akan dilakukan tepat setelah
pulang sekolah.
Cika: Tir, gue minta maaf ya yang kemarin, kayanya berlebihan deh
Tiara: oh ngga apa apa kok, yang penting ga diulang aja yaa
Cika: Iya tir, aman kok.
Tiara: Aku balik dul-
Sania menbekap mulut tiara dengan sapu tangan kemudian devin mengikat tangan dan
kakinya.
Mereka berlima meninggalkan Tiara di tempat dengan tertawa seolah tak ada masalah.
Tiara telah berada disitu selama kurang lebih 30 menit. Rafy yang meninggalkan bukunya di
sekolah kembali bersama ibunya. Rafy masuk ke kelas dan betapa terkejutnya ia melihat
sepupunya dalam kondisi itu.
Mereka berempat pulang ke rumah Syifa dengan tiara yang masih gemetar.
Scene 6
Setting: hari berikutnya ruang bk
On frame: Rafy, Tiara, Sari, Devin, Saskia, Sania, Caca, Cika.
Allifia on frame
Allifia: emang mereka kok pak, saya lihat sendiri (karena dialog ini, scene 5 adegan bekap
alifia harus jalan melewati stage)
Sari: kalau udah ada saksi gini mau apa? Masih mau bela diri? Kalian jangan hadap bawah!
Kalian ngerasa sok jagoan rupanya. Sebutin! Anak saya udah salah apa ke kalian? Saya liat
dia nulis ulang di buku lain dari buku yang robek itu kerjaan kalian juga kan?!
Pak ridho: Bu, tenang dulu bu.
Sari: Gimana mau tenang?! Ini anak saya diginiin tuh bukan sepele namanya! Kalian kenapa
gaada yang ngomong?
Pak ridho: sudah ya, putusan hukuman kalian juga sudah ditentukan, semuanya pelaku dari
peristiwa ini akan diberhentikan sebagai siswa.
Tiara: Pak, gabisa diringanin aja pak?
Pak Ridho: Kok gitu?
Tiara: Saya juga salah kok udah dorong cika. Dipertimbangkan lagi ya pak.
Pak Ridho: aduh..yasudah karena kamu yang minta begitu. Kalian saya skors saja seminggu,
tapi tidak ada lagi toleransi buat kejadian serupa di kemudian hari.
Cika: Tiara maaf ya, makasih juga. Aku gatau harus bilang apa lagi.
Devin: Iya, aku juga, ngewakilin kami berlima, janji kok, gabakal diulangin.
Sari: emang gabakal diulangin kok, soalnya mulai besok tiara udah pindah.
Tiara: iyap, semoga kalian ga ulang ke yang lain deh.
Saskia: aa gitu ya, sekali lagi maaf ya..
Moral:
Bully berpotensi untuk terjadi jika kita menunjukkan ketidakberdayaan. Keberdayaan yang
diiringi dengan ketidakyakinan terhadap diri sendiri juga akan mengarah pada hal buruk. Apa
penyebabnya? Salah satunya adalah rumah. Rumah dan keluarga adalah lingkungan tempat
kita memulai segalanya, apa yang terjadi dirumah akan berpengaruh pada apa yang akan
terjadi di lingkungan lain. Maka dari itu, sebisa mungkin untuk menjaga kondusifitas
dirumah, dan ini adalah tanggung jawab semua anggota keluarga tak terkecuali. Jika ada satu
yang menyimpang dari asas dan tanggung jawab ini, maka keseimbangan kondusifitas akan
runtuh dan berakhir pada mental. Oleh karena itulah, Family Start EnvironMental Health.