Anda di halaman 1dari 3

1.

Dalil (referensi ayat atau hadis) tentang keharaman dan atau kebolehan
mengkonsumsi makanan haram

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan makanan yang haram yang
belum disembelih dengan sempurna, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Maidah: 93)

“Setiap binatang yang mematikan dan mengandung darahnya adalah haram


untuk dimakan.” (HR. Muslim)

Mengonsumsi makanan haram adalah dilarang dalam Islam, kecuali dalam keadaan
darurat seperti kelaparan. Namun, Islam memberikan aturan-aturan yang jelas
tentang pemeliharaan hewan dan proses penyembelihan yang benar sehingga
diperoleh daging halal.

2. Dalil (referensi ayat atau hadis) tentang keharaman dan atau kebolehan memutus
nyawa seseorang

"Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, dan janganlah kamu
1alam Islam dan akan mendapat hukuman yang berat. Namun, Islam
memperbolehkan seseorang mempertahankan diri atau melakukan perang dalam
keadaan tertentu seperti untuk membela agama, diri sendiri, atau negara dari
serangan musuh yang mengancam keamanan dan keselamatan.

3. Dalil (refrensi ayat atau hadis) tentang keharaman dan atau kebolehan berpura-pura
murtad atau menggadaikan kepercayaan demi keselamatan diri

- Ayat Al-Qur'an tentang kebolehan memelihara keselamatan diri:

"Barangsiapa yang terpaksa karena kelaparan (memakan makanan yang


diharamkan) tanpa kesengajaan melakukan dosa, maka sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Ma'idah: 3)

- Hadis tentang kebolehan memelihara keselamatan diri:

"Dalam keadaan darurat, segala sesuatu menjadi halal." (HR. Bukhari)


Berpura-pura murtad atau menggadaikan kepercayaan demi keselamatan diri tidak
diperbolehkan dalam Islam. Namun, jika seseorang terpaksa dalam keadaan darurat
seperti kelaparan atau terancam nyawa, maka memakan makanan yang diharamkan
atau melakukan tindakan yang seharusnya dihindari dapat dibenarkan. Namun,
tindakan tersebut harus segera dihentikan setelah kondisi darurat berakhir dan
diharapkan dilakukan dengan kehati-hatian dan pertimbangan yang matang.
4. Dalil (referensi ayat atau hadis) tentang keharaman dan atau kebolehan
menggunakan jasa pawang hujan

Tidak ada dalil yang secara khusus membahas tentang keharaman atau kebolehan
menggunakan jasa pawang hujan dalam Islam. Namun, dalam Islam, orang dilarang
untuk mempercayai kekuatan selain Allah SWT, dan tidak diperbolehkan untuk
melakukan perbuatan syirik atau menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu atau
seseorang.

Dalam hal ini, perlu diingat bahwa dalam Islam, doa kepada Allah SWT adalah
bentuk ibadah yang sangat ditekankan. Oleh karena itu, sebaiknya kita lebih fokus
memohon kepada Allah SWT langsung untuk dikirimkan hujan dan memohon
kepada-Nya untuk mengatasi masalah kekeringan atau kemarau yang terjadi.

- Ayat Al-Qur'an tentang larangan syirik:

"Dan janganlah kamu mempersekutukan Allah dengan yang lain. Sesungguhnya


barangsiapa mempersekutukan Allah, maka pasti Allah akan mengharamkan
kepadanya surga dan tempat tinggalnya ialah neraka. Dan tidak ada bagi
orang-orang zalim seorang penolongpun." (QS. Al-Ma'idah: 72)

- Hadis tentang larangan syirik:

"Barangsiapa yang mati dalam keadaan menyekutukan Allah, maka ia pasti


masuk ke dalam neraka." (HR. Bukhari dan Muslim)

5. Dalil (referensi ayat atau hadis) tentang keharaman dan atau kebolehan membagi
harta waris berdasarkan hukum adat yang berlaku, tanpa menggunakan hukum Islam

- Ayat Al-Qur'an tentang pembagian harta waris:

"Allah memerintahkan kamu membagi-bagikan harta warisan dengan adil kepada orang tua,
kerabat, anak-anak yatim, orang miskin, dan musafir yang memerlukan. Dan hendaklah
kamu melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itu adalah suatu
ketetapan yang ditetapkan oleh Allah." (QS. An-Nisa: 8)

- Hadis tentang keharaman membagi harta waris berdasarkan hukum adat:

"Tidak sah suatu perjanjian yang merugikan hak orang yang mempunyai hak." (HR.
Bukhari dan Muslim)

Membagi harta waris berdasarkan hukum adat yang bertentangan dengan ajaran
Islam adalah haram. Pembagian harta waris harus mengikuti ketentuan yang telah
diatur dalam Al-Qur'an dan hadis, yaitu membagi harta waris dengan adil kepada
orang-orang yang berhak menerima warisan. Oleh karena itu, sebaiknya kita
mempelajari aturan pembagian harta waris dalam Islam dan mengikuti ketentuan
tersebut dengan penuh kesadaran dan keikhlasan.

Anda mungkin juga menyukai