Adapun saling meminta maaf dan memaafkan serta menahan marah adalah
perbuatan
yang harus dilakukan di saat kita mengalaminya, tidak perlu menunggu
Ramadhan
maupun Syawal. Dari Ubay bin Ka'ab, Rasulullah SAW bersabda, " Barangsiapa
yang ingin memiliki kepribadian mulia dan derajat yang tinggi, maka hendaklah
dia memaafkan orang yang mendzaliminya, memberi kepada orang yang tidak
suka memberi kepadanya, dan menghubungkan tali silaturahmi kepada orang
yang memutuskan hubungan dengannya. " (HR. Al-Hakim).
Rasulullah SAW yang juga pernah bersabda, " Orang yang kuat bukanlah yang
dapat
mengalahkan musuh dalam gulat, namun orang yang dapat mengendalikan
nafsunya
ketika dia marah. Barangsiapa yang menahan marah sedang ia kuasa untuk
menumpahkannya, maka Allah akan memenuhi dirinya dengan keselamatan dan
keimanan. " (HR. Ahmad).
Idul Fitri selalu kita rayakan setiap tahun, tetapi hampir tidak ada perubahan
yang terjadi baik secara pribadi, keluarga, masyarakat, maupun dalam
kehidupan
berbangsa dan bernegara. Mungkin kesalahan berpuasa kita dan paradigma
keliru
yang secara sadar atau tidak, yang ditanamkan hanya menawarkan Fadhilah
Ramadhan, tetapi kurang tegas menjelaskan kewajiban Shaimun menjadi salah
satu faktor penyebabnya.
1. Salimul 'aqidah, akidahnya bersih. Yaitu, " Setiap hamba yang selalu kembali
kepada Allah dan memelihara semua peraturan-Nya. Dia takut kepada Tuhan
Yang
Maha Pemurah walaupun tidak melihat-Nya dan dia datang (di hari kiamat)
dengan
hati yang bertobat (QS. Qaf, ayat 31-32). Rasa takutnya kepada Allah
menghalanginya untuk berbuat kesyirikan walaupun sebesar biji sawi.
Pemahaman
yang benar akan ketauhidan Allah membuatnya ringan untuk meninggalkan adat
dan
tradisi yang tidak sesuai dengan syari'at, tanpa takut celaan dan cemoohan
orang-orang jahil.
2. Shahihul Ibadah, ibadahnya benar. Ia benar-benar memahami wasiat
Rasulullah
SAW, "Sesungguhnya sebaik-baik keterangan adalah Kitabullah dan sebaik-baik
petunjuk ialah petunjuk Muhammad SAW. Seburuk-buruk perkara adalah hal
baru
(dalam agama) yang tidak ada dasarnya. Dan setiap bid'ah itu sesat. " (HR.
Muslim).
10. Nafi'un li ghairihi, bermanfaat bagi orang lain. Ia adalah pribadi yang
berkarakter laksana air yang suci dan mensucikan. "Sebaik-baik manusia adalah
yang paling bermanfaat bagi orang lain. " (Muttafaqun 'alaih).
Sumber: DT