Anda di halaman 1dari 7

Mukaddimah Khutbah Jum’at

Teks Pengantar Khotbah

‫ َمنْ َي ْه ِد ِه هللاُ َفاَل‬،‫ت َأعْ َمالِ َنا‬ ِ ‫ُور َأ ْنفُسِ َنا َومِنْ َس ِّيَئ ا‬ ِ ‫شر‬ ُ ْ‫هلل مِن‬ ِ ‫ُوذ ِبا‬ ُ ‫ َو َنع‬،ُ‫الـحمْ دَ هّلِل ِ َنـحْ َم ُدهُ َو َنسْ َت ِع ْي ُن ُه َو َنسْ َت ْغفِ ُره‬
َ َّ‫إن‬
ً
ُ‫ُـحمَّدا َع ْب ُده‬ ‫َأ‬ ْ ‫َأ‬
َ ‫ْك ل ُه َو ش َه ُد نَّ م‬ َ َ ‫َش ِري‬ ‫اَل‬ َّ َ َّ ‫َأ‬ ْ
ُ‫ َو ش َه ُد ن ال ِإل َه ِإال هللا َوحْ دَ ه‬،ُ‫ِي له‬‫َأ‬ َ ‫اَل‬
َ ‫ َو َمنْ يُضْ لِ ْل َف َهاد‬،ُ‫مُضِ َّل له‬ َ
‫و َرسُولُه‬.َ
َ ‫ِين آ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َح َّق ُت َقا ِت ِه َواَل َتمُو ُتنَّ ِإاَّل َوَأ ْن ُت ْم مُسْ لِم‬
‫ُون‬ َ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذ‬
‫ث ِم ْن ُه َما ِر َجااًل َك ِثيرً ا َون َِسا ًء َوا َّتقُوا‬ َّ ‫س َواحِدَ ٍة َو َخلَ َق ِم ْن َها َز ْو َج َها َو َب‬ ٍ ‫َيا َأ ُّي َها ال َّناسُ ا َّتقُوا َر َّب ُك ُم الَّذِي َخلَ َق ُك ْم مِنْ َن ْف‬
‫ان َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبًا‬ َ ‫ون ِب ِه َواَأْلرْ َحا َم ِإنَّ هَّللا َ َك‬ َ ُ‫هَّللا َ الَّذِي َت َسا َءل‬
‫ِين آ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َوقُولُوا َق ْواًل َسدِي ًدا‬ َ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذ‬
‫َأ‬
‫ مَّا َبعْ ُد‬ ‫از َف ْو ًزا َعظِ يمًا‬ ‫هَّللا‬ ُ ‫َأ‬
َ ‫يُصْ لِحْ لَ ُك ْم عْ َمالَ ُك ْم َو َي ْغفِرْ لَ ُك ْم ذ ُنو َب ُك ْم َو َمنْ يُطِ ِع َ َو َرسُولَ ُه َف َق ْد َف‬

Status Riwayat

Pengantar khotbah di atas diriwayatkan dari enam sahabat. Mereka


adalah: Ibnu Mas’ud, Abu Musa Al-Asy’ari, Abdullah bin Abbas, Jabir bin
Abdillah, Nubaith bin Syarith, dan Aisyah radhiallahu ‘anhum.
Dalam hal ini, kami hanya menyebutkan riwayat Ibnu Mas’ud.

َ ‫صلَّى هللاُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم ُخ ْط َب َة ْال َح‬


ِ ‫اج ِة [ فِيْ ال ِّن َك‬
‫اح‬ ِ ‫ َعلَّ َم َنا َرسُو ُل‬: ‫عن أبي عبيدة بن عبد هللا عن أبيه قال‬
َ ‫هللا‬
‫الخ‬.…ِ ‫ إنَّ ْال َحمْ ُد هّلِل‬: ] ‫َو َغي ِْر ِه‬

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan, “Nabi


shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajari kami khutbatul hajah … –
sebagaimana lafal di atas– ….” (H.r. Abu Daud, An-Nasa’i, Al-Hakim, Daud
Ath-Thayalisi, Imam Ahmad, dan Abu Ya ‘la; dinilai sahih oleh Syekh Al-
Albani)
Keterangan Umum

Pengantar khotbah di atas disebut sebagai “khutbatul hajah“. Ada yang


mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “hajah” pada hadis ini adalah
‘akad nikah’, karena pada acara inilah, umumnya seseorang membaca
khutbatul hajah, yang umumnya tidak dibaca pada kesempatan yang lain.

Hanya saja, yang zahir, hadis ini bersifat umum untuk semua hajat dan
kepentingan, baik kepentingan akad nikah maupun lainnya. Karena itu,
selayaknya seseorang menggunakan pengantar khotbah ini untuk
menyampaikan kepentingannya dan semua rencana hidupnya. Demikian
keterangan dari Imam Muhammad As-Sindi dalam Hasyiyah (catatan kaki)
untuk Sunan Nasa’i, 3:105.
Setelah mengutip pendapat di atas, Syekh Al-Albani memberi komentar,
“Pemaknaan ini (‘hajah’ dimaknai dengan ‘nikah’) adalah pemaknaan yang
lemah, bahkan keliru, karena adanya riwayat yang sahih dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah menyampaikannya selain saat akad nikah.” (Khutbatul
Hajah, hlm. 31)
Kapan Khotbah ini Diucapkan?

Hadis di atas menunjukkan bahwa pengantar khotbah ini diucapkan ketika


ada hajat dan kebutuhan yang hendak disampaikan. Di antaranya adalah
ketika hendak melakukan akad nikah atau menyampaikan khotbah jumat.
Terdapat keterangan lain, sebagaimana disebutkan dalam riwayat berikut,

َ ‫ فِـي ُك ِّل َح‬:‫اح َأ ْو فِي َغي ِْر َها ؟ َقا َل‬


‫اج ٍة‬ َ ‫ت َأِل ِبـي ِإ‬
ِ ‫ َه ِذ ِه فِي ُخط َب ِة ال ِّن َك‬: ‫سحاق‬ ُ ‫ قُ ْل‬: ‫شعْ َبة‬
ُ ‫َقا َل‬

Syu’bah bertanya kepada gurunya, Abu Ishaq, “Apakah ini khusus untuk


khotbah nikah atau boleh dibaca pada kesempatatan lain?” Jawab Abu
Ishaq, “Diucapkan pada setiap acara yang penting.” (Sunan Al-Kubra,
karya Al-Baihaqi, no. 13604)
Syu’bah bin Hajjaj adalah salah satu perawi hadis yang menyebutkan
tentang khutbatul hajah.

Cara Baca

Untuk lafal “ِ ‫الـحمْ د هّلِل‬


َ ‫ ”إن‬ada beberapa cara baca:

1. Huruf nun pada kata “ ‫ ” إن‬ditasydid dan dal pada kata “ ‫الـحمْ د‬ َ ”
diberi harakat fathah, sehingga dibaca “ِ ‫الـحمْ دَ هّلِل‬
َ َّ‫”إن‬.
2. Huruf nun pada kata “ ‫ ” إن‬ditasydid dan dal pada kata “ ‫الـحمْ د‬ َ ”
diberi harakat dhammah, sehingga dibaca “ِ ‫الـحمْ ُد‬ ‫هّلِل‬ َ َّ‫”إن‬. Hal ini
sebagaimana keterangan Mula Ali Qari dalam kitab Mirqah Al-
Mashabih.
3. Huruf nun pada kata “ ‫ ” إن‬tidak ditasydid dan dal pada kata “
َ ” diberi harakat dhammah, sehingga dibaca “ِ ‫الـحمْ ُد هّلِل‬
‫الـحمْ د‬ َ ‫”ِإ ِن‬. Ini
sebagaimana keterangan Al-Jazari dalam Tashih Al-Mashabih.
Semua keterangan di atas disarikan dari ‘Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi
Daud, 6:108.
Makna “Amma Ba’du”

Kata “‫ ”َأمَّا َبعْ ُد‬sering kita dengarkan setiap kali seseorang menyampaikan
pengantar khotbah. Bisa juga diungkapkan dengan: “‫”و َبعْ ُد‬ َ . Keduanya
bermakna sama, yaitu: “adapun selanjutnya”.
Kalimat ini disebut “‫ب‬ َ ‫( ” َفصْ ُل الخ‬kalimat pemisah). Diriwayatkan dari Abu
ِ ‫ِطا‬
Musa Al-Asy’ari radhiallahu ‘anhu bahwa beliau mengatakan, “Orang yang
pertama kali mengucapkan ‘amma ba’du’ adalah Nabi Daud ‘alaihis salam,
dan itu adalah fashlal khitab.” (Al-Awail Ibni Abi Ashim, no. 188; Al-Awail
Ath-Thabrani, no. 40)
Allah berfirman,

َ ‫َو َشدَ ْد َنا م ُْل َك ُه َوآ َت ْي َناهُ ْالح ِْك َم َة َو َفصْ َل ْالخ‬
‫ِطاب‬

“Kami kuatkan kerajaannya serta Kami berikan ilmu dan fashlul


khitab.” (Q.s. Shad: 20)
Kalimat ini digunakan untuk memisahkan mukadimah dengan isi dan tema
khotbah. Ini merupakan bagian dari perhatian seseorang terhadap
ceramah yang disampaikan. Demikian keterangan Syekh Ibnu Utsaimin
dalam Asy-Syarhul Mumthi’, 1:7.
Anjuran Para Ulama

Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi mengatakan, dalam mukadimah kitab beliau,


Musykilul Atsar, “Saya mulai kitab ini dengan pembukaan ketika
menyampaikan hajat, sebagaimana perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam yang diriwayatkan dari berbagai jalur, yang akan kami sebutkan
–insya Allah– sebagai berikut. Innal hamda lillah ….” (Musykilul Atsar, 1:3)
Syekh Muhammad Hayat As-Sindi mengatakan, “Selayaknya, seseorang
menggunakan pengantar khotbah ini untuk menyampaikan kepentingannya
dan semua rencana hidupnya….” (Hasyiyah untuk Sunan Nasa’i, 3:105)
Imam Asy-Syafi’i mengatakan, “Khutbatul hajah termasuk hal yang
dianjurkan untuk disampaikan pada awal semua akad, seperti: jual beli,
akad nikah, atau yang lainnya.” (Hasyiyah As-Sindi untuk Sunan Nasa’i,
3:105)
Setelah mengutip perkataan Imam Syafi’i di atas, Syekh Al-Albani memberi
komentar, “Keterangan ulama yang menganjurkan pengucapan khotbah ini
dalam jual beli atau semacamnya adalah pendapat yang lemah, karena inti
akad jual beli dan semacamnya adalah ijab qabul …. Karena para sahabat
yang berjumpa dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hingga manusia
zaman sekarang ini pun, sering melakukan akad tanpa diiringi dengan
perkataan tertentu, namun menggunakan gerakan yang menunjukkan
keinginan adanya akad …. (Khutbatul Hajah, hlm. 32)
Syekh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah, seseorang yang
bergelar muhadditsul ‘ashr (ahli hadis abad ini), menulis buku khusus
tentang khutbatul hajah. Beliau berharap, buku ini bisa menjadi motivasi
bagi banyak orang untuk menghidupkan kembali sunah pembukaan
khotbah yang hampir hilang. Di akhir buku Khutbatul Hajah, Syaikh
Muhammad Nashiruddin Al-Albani mengatakan, “Sesungguhnya, tujuan
menulis risalah (buku kecil) ini adalah menyebarkan sunah yang hampir
sudah biasa ditinggalkan banyak orang. Karenanya, aku tujukan kepada
seluruh khatib, da’i, mudarris (pengajar), dan yang lainnya agar betul-betul
menghafalnya, menggunakannya untuk membuka khotbah-khotbah dan
ceramah mereka. Semoga Allah mewujudkan keinginan mereka dengan
sebab khutbatul hajah.” (Khutbatul Hajah, hlm. 33)
Mukadimah Lainnya untuk Khotbah

Selain khutbatul hajah di atas, masih banyak bentuk mukadimah khotbah


lainnya. Hanya saja, mukadimah tersebut tidak berlandaskan dalil, dan
hanya merupakan kreasi dari para da’i serta penceramah ketika hendak
menyampaikan khotbahnya.

Bagi Anda yang hendak menggunakan pengantar khotbah yang tidak ada
dalilnya, hendaknya tidak menggunakan pengantar khotbah yang
berlebihan, dipaksa-paksakan agar bersajak, dan mengandung pujian yang
berlebihan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena itu, untuk
lebih aman, sebaiknya kita gunakan pengantar khotbah yang pernah
disampaikan oleh para ulama dalam buku-buku mereka. Berikut ini
beberapa pengantar khotbah yang sering digunakan oleh da’i.
Mukadimah Singkat

Mukadimah 1:

‫ت ُر ُس ُل َر ِّب َنا ِب ْال َح ِّق َو ُنو ُدوا َأنْ ت ِْل ُك ُم ْال َج َّن ُة‬
ْ ‫ِي لَ ْواَل َأنْ َهدَ ا َنا هَّللا ُ لَ َق ْد َجا َء‬
َ ‫ْال َحمْ ُد هَّلِل ِ الَّذِي َهدَ ا َنا لِ َه َذا َو َما ُك َّنا لِ َن ْه َتد‬
َ ُ‫ور ْث ُتمُو َها ِب َما ُك ْن ُت ْم َتعْ َمل‬
‫ون‬ ‫ُأ‬
ِ

Artinya:
Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini; dan
kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk jikalau Allah tidak memberi
petunjuk kepada kami. Sesungguhnya, telah datang rasul-rasul Tuhan
kami, membawa kebenaran. Diserukan kepada mereka, “ltulah surga yang
diwariskan kepadamu, disebabkan amalan yang dahulu kamu kerjakan.”

Keterangan:
Mukaddimah ini merupakan surat al-A’raf, ayat 43. Pujian disampaikan
oleh penghuni surga, ketika mereka telah melihat kenikmatan yang Allah
berikan kepada mereka.

Mukadimah 2:

ِ ْ‫ت َو َما فِي اَأْلر‬


‫ض َولَ ُه ْال َحمْ ُد فِي اآْل خ َِر ِة َوه َُو ْال َحكِي ُم ْال َخ ِبي ُر‬ ِ ‫ْال َحمْ ُد هَّلِل ِ الَّذِي لَ ُه َما فِي ال َّس َم َاوا‬
Artinya:
Segala puji bagi Allah yang memiliki segala perbendaharaan langit dan
bumi, serta bagi-Nya (pula) segala puji di akhirat. Dan Dialah yang
Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui.

Keterangan:
Mukadimah ini ada di surat Saba, ayat pertama.

Mukadimah 3:

َ ‫ْال َحمْ ُد هَّلِل ِ الَّذِي َأ ْذ َه‬


‫ب َع َّنا ْال َح َز َن ِإنَّ َر َّب َنا لَ َغفُو ٌر َش ُكو ٌر‬

Artinya:
Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami.
Sesungguhnya, Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha
Mensyukuri.

Keterangan:
Mukadimah ini merupakan surat Fathir, ayat 34.

Mukadimah 4:

َ ‫ْال َحمْ ُد هَّلِل ِ الَّذِي َأ ْن َز َل َعلَى َع ْب ِد ِه ْال ِك َت‬


‫اب َولَ ْم َيجْ َع ْل َل ُه عِ َوجً ا‬

Artinya:
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Al-Kitab (Alquran) kepada
hamba-Nya, dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya.

Keterangan:
Mukadimah ini ada di surat Al-Kahfi, ayat pertama.

Mukadimah 5:

َ ‫ور ُث َّم الَّذ‬


َ ُ‫ِين َك َفرُوا ِب َرب ِِّه ْم َيعْ ِدل‬
‫ون‬ ِ ‫الظلُ َما‬
َ ‫ت َوال ُّن‬ َ ْ‫ت َواَأْلر‬
ُّ ‫ض َو َج َع َل‬ ِ ‫ْال َحمْ ُد هَّلِل ِ الَّذِي َخلَ َق ال َّس َم َاوا‬

Artinya:
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi serta
mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir
mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka.

Keterangan:
Mukadimah ini ada di ayat pertama, surat Al-An’am.
Mukadimah 6:

َ ‫لى َأ ْش َرفِ الـمُرْ َسل‬ ‫ُأ‬ َ ‫ْال َحمْ ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَم‬
‫لى‬
َ ‫ِين َو َع‬ َ ‫صالَةُ َوال َّسالَ ُم َع‬ ِ ‫ُور ال ُّد ْن َيا َوال ِّد‬
َّ ‫ َوال‬،‫ين‬ ِ ‫ َو ِب ِه َنسْ َت ِعيْنُ َعلَى م‬،‫ِين‬
‫َأ‬ َ ‫صحْ ِب ِه َأجْ ـ َمـع‬
‫ مَّا َبعْ ُد‬،‫ِين‬ َ ‫آلِ ِه َو‬

Artinya:
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dengan-Nya kita meminta
pertolongan dalam segala urusan dunia dan akhirat. Salawat dan salam
tercurah untuk seorang utusan yang paling mulia, keluarganya, dan semua
sahabatnya …. Amma ba’du ….

Mukadimah 7:

‫ َأمَّا َبعْ ُد‬،ُ‫صحْ ِب ِه َو َمنْ َواالَه‬ َ ‫صالَةُ َوال َّسالَ ُم َع‬


َ ‫لى َرس ُْو ِل هلل َو َع‬
َ ‫لى آلِ ِه َو‬ ِ ‫ْال َحمْ ُد‬
َّ ‫هلل َوال‬

Artinya:
Segala puji bagi Allah. Salawat dan salam tercurah untuk Rasulullah, para
keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang yang tunduk lagi taat kepada
beliau. Amma ba’du ….

Mukadimah 8:

‫ َأمَّا َبعْ ُد‬،‫ِين‬


َ ‫صحْ ِب ِه َأجْ ـ َمـع‬
َ ‫لى آلِ ِه َو‬ َ ‫لى َأ ْش َرفِ الـمُرْ َسل‬
َ ‫ِين َو َع‬ َّ ‫هلل َربِّ ْال َعالَ ِمي َْن َوال‬
َ ‫صالَةُ َوال َّسالَ ُم َع‬ ِ ‫ْال َحمْ ُد‬

Artinya:
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Salawat dan salam tercurah
untuk seorang utusan yang paling mulia, keluarganya, dan semua
sahabatnya …. Amma ba’du ….

Mukadimah 9:

ِ ‫ان ِالَى َي‬


‫وم‬ َ ‫لى آلِ ِه َوَأ‬
ٍ ‫ص َح ِاب ِه َو َمنْ َت ِب َع ُه ْم بِِإحْ َس‬ َ ‫لى َأ ْش َرفِ اَأل ْن ِب َيا ِء َوالـمُرْ َسل‬
َ ‫ِين َو َع‬ َ ‫صالَةُ َوال َّسالَ ُم َع‬
َّ ‫هلل َوال‬ ِ ‫ْال َحمْ ُد‬
‫ َأمَّا َبعْ ُد‬،‫ين‬
ِ ‫ال ِّد‬

Artinya:
Segala puji bagi Allah. Salawat dan salam semoga tercurah untuk seorang
nabi dan rasul yang paling mulia, keluarganya, sahabatnya, dan orang-
orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat. Amma
ba’du ….

Mukadimah 10:
‫ َأمَّا َبعْ ُد‬،‫صحْ ِب ِه َو َم ِن اهْ َتدَ ى‬ َ ‫ َو َع‬،‫لى َرسُولِ ِه ْالـمُصْ َط َفى‬
َ ‫لى آلِ ِه َو‬ َ ‫صالَةُ َوال َّسالَ ُم َع‬ ِ ‫ْال َحمْ ُد‬
َّ ‫ـ َوال‬،‫هلل َو َك َفى‬

Artinya:
Segala puji hanya bagi Allah, dan cukup Dia. Salawat dan salam tercurah
untuk seorang utusan-Nya yang terpilih, keluarganya, sahabatnya, dan
setiap orang yang menempuh jalan hidayah. Amma ba’du ….

Mukadimah 11:

َ ‫ض َّل ِإلَى ْالهُدَ ى َو َيصْ ِبر‬


‫ُون‬ َ ْ‫ُون َمن‬ َ ‫ان َف ْت َر ًة م َِن الرُّ س ُِل َب َقا َيا مِنْ َأهْ ِل ْالع ِْل ِم َي ْدع‬ ٍ ‫هلل الَّذِي َج َع َل فِي ُك ِّل َز َم‬ ِ ‫ْال َحمْ ُد‬
ُ‫ْس َق ْد َأحْ َي ْوه‬ َ ‫ َف َك ْم مِنْ َق ِتي ٍْل ِإِل ْبلِي‬،‫هللا َأهْ َل ْال َع َمى‬ِ ‫ور‬ ِ ‫ُون ِب ُن‬ َ ‫صر‬ ِّ ‫هللا الـ َم ْو َتى َو ُي َب‬
ِ ‫ب‬ َ ‫ يُـحْ َي‬،‫ِم ْن ُه ْم َعلَى اَأْل َذى‬
ِ ‫ون ِب ِك َتا‬
‫هللا‬
ِ ‫ب‬ ِ ‫ ُي ْن َف ْو َن َعنْ ِك َتا‬.‫اس َعلَي ِْه ْم‬ ِ ‫اس َوَأ ْق َب َح َأ َث ِر ال َّن‬ِ ‫ضا ٍّل َتاِئ ٍه َق ْد َهدَ ْوهُ َف َما َأحْ َس َن َأ َث ِرهُم َعلَى ال َّن‬ َ ْ‫َو َك ْم مِن‬
َ َ ْ َ ُ َ ْ ‫َأ‬
‫الب ْد َع ِة َو طلقوا عِ قا َل الفِتن ِة ف ُه ْم‬ َ ُ ‫ُأ‬ َ َّ ‫ْأ‬ َ ْ ِّ َ ‫َتـحْ ِر‬
ِ ‫ِين ال ِذي َْن َعق ُدوا ل ِو َّية‬ َ ‫الجا ِهل‬ َ ‫ِين َوت ِو ْي َل‬ َ ‫ين َوانت َِحا َل الـ ُمبْطِ ل‬ َ ‫الغال‬َ ‫يف‬
‫هللا‬
ِ ‫ب‬ ِ ‫هللا َوفِي ِك َتا‬ ِ ‫هللا َوفِي‬ ِ ‫ون َعلَى‬ َ ُ‫ب َيقُول‬ ِ ‫ار َق ِة ال ِك َتا‬َ ‫ُون َعلَى ُم َف‬ َ ‫ب مُجْ ِمع‬ ِ ‫ون ل ِْل ِك َتا‬
َ ُ‫ب م َُخالِف‬ ِ ‫ون فِي ال ِك َتا‬ َ ُ‫َم ْخ َتلِف‬
‫هلل مِنْ فِ َت ِن‬ِ ‫ُوذ ِبا‬ ُ ‫ُون َعلَي ِْه ْم َف َنع‬
َ ‫اس ِب َما ُي ْش ِبه‬ ِ ‫ُون ُجهَّا َل ال َّن‬ َ ‫ُـخ ِدع‬ ْ ‫ُون ِبالـ ُم َت َش ِاب ِه م َِن ال َكاَل ِم َوي‬َ ‫ِب َغي ِْر عِ ْل ٍم َي َت َكلَّم‬
‫ َأمَّا َبعْ ُد‬،‫ين‬ َ ِّ‫ْالمُضِ ل‬

Artinya:
Segala puji itu hanya menjadi hak Allah. Dialah Dzat yang memunculkan
para ulama yang masih saja tersisa di setiap zaman yang mengalami
kekosongan rasul. Para ulama tersebut mendakwahi orang yang tersesat
kepada hidayah, dan mereka bersabar atas berbagai gangguan. Dengan
kitab Allah, mereka hidupkan orang-orang yang hatinya sudah mati.
Mereka perlihatkan cahaya Allah kepada orang yang buta mata hatinya.
Betapa banyak korban iblis yang berhasil mereka selamatkan. Betapa
banyak orang yang tersesat dan bingung berhasil mereka tunjuki jalan
yang benar. Betapa bagus pengaruh mereka di tengah-tengah manusia
dan betapa jelek balasan manusia terhadap mereka. Para ulamalah yang
mengingkari penyelewengan makna Alquran yang dilakukan oleh orang-
orang yang berlebih-lebihan serta pemalsuan yang dibuat oleh para
pembela kebatilan. Yaitu, orang-orang yang memasang tali bid’ah dan
mengencangkan ikatan fitnah. Mereka memperdebatkan kitabullah,
menyelisihi Alquran, dan sepakat untuk keluar dari aturan Alquran. Mereka
berbicara atas nama Allah, tentang Allah, dan tentang kitabullah, tanpa
dalil. Mereka membicarakan tentang hal yang rancu dan menipu manusia-
manusia bodoh dengan kerancuan berpikir yang mereka sebarkan. Kami
berlindung kepada Allah dari ujian karena orang-orang yang sesat. Amma
ba’du ….

Anda mungkin juga menyukai