Anda di halaman 1dari 2

BAB 4

PENGARUH AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA


Pada akhir abad ke-13, pengaruh Islam dari Timur Tengah berkembang pesat di Nusantara. Kerajaan
kerajaan Islam pun mulai berdiri di Sumatra, serta menyebar ke Jawa dan Semenanjung Malaya lewat
penaklukan dan penyebaran sistematis oleh sekelompok ulama yang dikenal dengan sebutan wali sanga.
Pada saat yang sama, Majapahit mengalami kemunduran akibat perang saudara dan perebutan takhta. Di
tengah kemunduran tersebut, pengaruh Islam masuk dengan mudah dan cepat.

Sama halnya proses masuknya agama Hindu dan Buddha, Islam masuk ke Indonesia juga melalui
jalur perdagangan. Tampaknya posisi strategis Indonesia memudahkan masuknya pengaruh-pengaruh dari
luar. Penyebarannya yang cepat didukung pula oleh kenyataan Islam tidak menuntut syarat yang terlalu
ketat untuk memeluk Islam; selain itu, Islam menarik minat masyarakat kecil oleh karena dalam Islam tidak
dikenal kasta (kelas-kelas sosial) seperti halnya sebelumnya terjadi pada agama dan kebudayaan Hindu.

A. Proses masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia


1. Sekilas tentang Agama Islam

Agama Islam lahir di Mekkah, Arab Saudi. Agama ini diyakini sebagai agama yang diwahyukan oleh
Allah SWT kepada umat manusia melalui utusan-Nya, yaitu Nabi Muhammad SAW. Beliau lahir pada tahun
570 M. Sejak umur tujuh tahun, beliau telah menjadi yatim piatu dan diasuh oleh kakeknya, Abdul
Muthalib, dan selanjutnya oleh pamannya, Abu Thalib. Sejak usia 12 tahun, beliau sering mengikuti dan
membantu pamannya berdagang.

Sekitar tahun 613 M, Nabi Muhammad menyebarkan agama Islam secara lebih terbuka. Tantangan
terbesar datang dari suku Quraisy dan penduduk Mekkah sebab ajaran Nabi Muhammad dianggap
menghancurkan agama asli (Watsani) serta kekuasaan mereka atas Ka'bah. Setelah sekitar tiga belas tahun
menyebarkan Islam di Mekkah, Nabi Muhammad bersama pengikutnya memutuskan untuk hijrah ke
Yatsrib, yang kelak bernama Madinah. Peristiwa yang dikenal dengan nama Hijrah ini kemudian digunakan
sebagai awal penanggalan Islam.

Di Madinah, Islam berkembang pesat. Adapun di Mekkah, Nabi harus melalui berbagai rintangan
dan terpaksa terlibat serangkaian perang dengan suku Quraisy. Pada tahun 630, Nabi berhasil
membebaskan Kota Mekkah dari kekuasaan suku Quraisy. Pascaperang, orang-orang Quraisy dan
penduduk Mekkah mulai memeluk agama Islam, dan Ka'bah menjadi kiblat ibadah umat Islam. Hal ini
kemudian diikuti banyak suku lain yang berdiam di Jazirah Arab. Nabi Muhammad SAW wafat pada 6 Juni
632 M pada usia 63 tahun.

Proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Islam ke Nusantara pada umumnya
berjalan dengan damai. Oleh karena itu, Islam mendapat sambutan yang baik dari masyarakat, baik
kalangan raja, bangsawan, maupun rakyat biasa. Hal tersebut didukung faktor-faktor berikut.

1. syarat memeluk Islam sangat mudah, cukup dengan mengucapkan kalimat Syahadat.
2. tata cara peribadatan Islam sederhana, tidak perlu persiapan yang rumit.
3. Islam tidak mengenal pelapisan sosial seperti halnya agama Hindu dengan sistem kastanya. Tidak
heran, orang Nusantara apalagi yang berasal dari golongan bawah secara ekonomi dan sosial mudah
menerima agama ini.

2. Teori-teori tentang Masuknya Agama Islam ke Nusantara

a. Teori Gujarat

Menurut teori yang didukung oleh Snouck Hurgronje, W.F Suttherheim, dan B.H.M. Vlekke ini,
agama Islam masuk ke Nusantara sekitar abad XIII, dibawa oleh para pedagang Islam dari Gujarat, India.
Ada dua bukti yang mendukung teori ini. Pertama, batu nisan Sultan Malik Al-Saleh, sultan Samudra Pasai
(meninggal tahun 1297) yang bercorak Gujarat (India). Kedua, tulisan Marco Polo pedagang dari Venesia
yang menyatakan pernah singgah di Perlak (Peureula) pada tahun 1292 dan mendapati banyak
penduduknya beragama Islam serta peran pedagang India dalam penyebaran agama tersebut.

b. Teori Mekkah

Menurut teori yang didukung oleh Buya Hamka dan J.C. van Leur ini, pengaruh Islam telah masuk
ke Nusantara sekitar abad VII, dibawa langsung oleh para pedagang Arab. Buktinya adalah adanya
permukiman Islam tahun 674 di Baros, pantai sebelah barat Sumatra. Menyanggah Teori Gujarat, Teori
Mekkah meyakini Islam yang berkembang di Samudra Pasai menganut mazhab Syafi'i, mazhab besar di
Mesir dan Mekkah pada masa itu, sedangkan daerah Gujarat menganut mazhab Hanafi. Selain itu, sultan-
sultan Pasai menggunakan gelar al-malik, gelar yang lazim dipakai di Mesir saat itu.

Bukti lain terkait munculnya Islam sebelum abad XIII adalah makam seorang wanita di Gresik, Jawa
Timur, yang tertulis atas nama Fatimah binti Maimun (berangka tahun 1082) serta temuan sejumlah
makam Islam di Tralaya (wilayah Majapahit), Trowulan, Jawa Timur, yang menggunakan tahun Saka, bukan
tahun Hijriah dengan angka Jawa Kuno. Diperkirakan, pada masa kejayaan Majapahit, banyak warganya
beragama Islam. Meski demikian, tidak ada petunjuk siapa yang menyebarkan Islam di Majapahit atau di
Gresik itu.

c. Teori Persia

Menurut teori yang didukung oleh Hoesein Djajadiningrat ini, Islam di Indonesia dibawa masuk oleh
orang-orang Persia sekitar abad XIII. Bukti pendukung teori ini adalah adanya upacara Tabot-upacara
memperingati meninggalnya Husain bin Ali, cucu Nabi Muhammad-di Bengkulu dan Sumatra Barat
(Tabuik) setiap tanggal 10 Muharam atau 1 Asyura. Upacara ini juga merupakan ritual tahunan di Persia.
Selain itu, ada kesamaan antara ajaran sufi yang dianut Syekh Siti Jenar dan sufi Iran beraliran Al-Hallaj.

B. Jalur penyebaran Islam di Indonesia

Penyebaran Islam yang berlangsung damai itu dapat terlihat pada cara-cara penyebarannya, yaitu
melalui saluran perdagangan, perkawinan, pendidikan, ajaran tasawuf, dakwah, dan kesenian. Pedagang,
mubalig, wali, ahli tasawuf, guru agama, dan haji berperan penting dalam proses tersebut.

Anda mungkin juga menyukai