Anda di halaman 1dari 7

SIAT DAN TAMADDUN MELAYU

Resume Sejarah dan Perkembangan Islam di Malaysia

Oleh :

SITI QOMARIAH

11751202255

TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

2020
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ISLAM DI MALAYSIA

A. Masuknya Islam ke Semenanjung Malaysia


Tidak adanya dokumen yang lengkap mengenai kedatangan Islam ke Malaysia
menyebabkan munculnya berbagai teori tentang kapan dan dari mana Islam pertama
kali menyebar di negara ini. Azmi misalnya, berpendapat bahwa Islam datang pertama
kali ke Malaysia sejak abad ke7 M. Pendapatnya ini berdasarkan pada sebuah argumen
bahwa pada pertengahan abad tersebut, pedagang Arab Islam sudah sampai ke gugusan
pulau-pulau Melayu, di mana Malaysia secara geografis tidak dapat dipisahkan darinya.
Para pedagang Arab Muslim yang singgah di pelabuhan dagang Indonesia pada paruh
ketiga abad tersebut, menurut Azmi, tentu juga singgah di pelabuhan-pelabuhan dagang
di Malaysia. Sejalan dengan pendapat Azmi, Abdullah dkk. menegaskan:
“Para pedagang ini singgah di pelabuhan-pelabuhan Sumatera untuk
mendapatkan barang-barang keperluan dan sementara menanti
perubahan angin Mosun, ada di antara mereka yang singgah di
pelabuhan-pelabuhan Tanah Melayu seperti Kedah, Trengganu dan
Malaka. Oleh yang demikian bolehlah dikatakan bahwa Islam telah tiba
di Tanah Melayu pada abad ke- 7M”
Hipotesis lain dikemukakan oleh Fatimi, bahwa Islam datang pertama kali di
sekitar abad ke-8 H (14 M). Ia berpegang pada penemuan Batu Bersurat di Trengganu
yang bertanggal 702H (1303M). Batu Bersurat itu ditulis dengan aksara Arab. Pada
sebuah sisinya, memuat pernyataan yang memerintahkan para penguasa dan pemerintah
untuk berpegang teguh pada keyakinan Islam dan ajaran Rasulullah. Sisi lainnya
memuat daftar singkat mengenai 10 aturan dan mereka yang melanggarnya akan
mendapat hukuman.
Selain itu, Majul mengatakan bahwa Islam pertama tiba di Malaysia sekitar abad
ke-15 dan ke-16 M. Kedua pendapat ini, baik Fatimi maupun Majul, juga tidak dapat
diterima karena ada bukti yang lebih kuat yang menunjukkan bahwa Islam telah tiba
jauh sebelum itu yaitu pada abad ke-3 H (10 M). Pendapat terakhir ini didasarkan pada
penemuan batu nisan di Tanjung Inggris, Kedah pada tahun 1965. Pada batu nisan itu
tertulis nama Syeikh Abd alQadir ibn Husayn Syah yang meninggal pada tahun 291 H
(940 M). Menurut sejarawan, Syeik Abd al-Qadir adalah seorang da’i keturunan Persia.
Penemuan ini merupakan suatu bukti bahwa Islam telah datang ke Malaysia pada sekitar
abad ke-3 H (10M).174 Baik Fatimi maupun Majul agaknya tidak mengetahui tentang
penemuan batu nisan di Tanjung Kedah ini dan tulisan tentangnya di majalah Mastika,
karena tulisan tersebut baru diterbitkan tahun 1965, sedangkan penelitian mereka
masing-masing dihasilkan tahun 1963 dan 1964.
Sumber-sumber spekulasi lainnya adalah menyangkut cara dan situasi di mana
islamisasi di Semenanjung Melayu ini terjadi. Mengenai asal-usul penyebaran,
perdebatan akademis berpusat di Arabia dan India. Sebagaimana diketahui secara
umum, sebelum Islam datang ke Tanah Melayu, orang-orang Melayu adalah penganut
animisme, hinduisme dan budhisme. Namun demikian, sejak kedatangannya, Islam
secara berangsurangsur mulai diyakini dan diterima sebagai agama baru oleh
masyarakat Melayu Nusantara.
Sejarah masuknya Islam di Malaysia tidak terlepas dari peran kerajaan-kerajaan
Melayu jauh sebelum datangnya Inggris di kawasan tersebut. Sebab, kerajaan-kerajaan
di Malaysia dalam sejarahnya dikenal sebagai Kerajaan Islam, dan oleh pedagang
Gujarat, keberadaan kerajaan tersebut dimanfaatkan untuk mendakwahkan Islam ke
Malaysia pada sekitar abad kesembilan. Dari sini dapat dipahami bahwa Islam sampai
ke Malaysia lebih belakangan ketimbang sampainya Islam di Indonesia yang sudah
terlebih dahulu pada abad ketujuh. Berdasarkan keterangan ini pula, maka asal usul
masuknya Islam ke Malaysia, sebagaimana dikemukakan Azyumardi Azra, datang dari
India, yakni Gujarat dan Malabar. Sejak sebelum Islam datang ke wilayah Asia
Tenggara, Malaysia berada di jalur perdagangan dunia yang menghubungkan kawasan-
kawasan Arab dan India dengan wilayah China, dan dijadikan tempat persinggahan
sekaligus pusat perdagangan yang amat penting. Maka tidak heran jika wilayah ini juga
menjadi pusat bertemunya berbagai keyakinan dan agama (a cross-roads of religion)
yang berinteraksi secara kompleks.
Terkait dengan perkembangan Islam di Malaysia Richard Winstead (Osman 1989),
menyatakan bahwa peralihan ke agama Islam dipermudah adanya fakta bahwa para
mubaligh yang datang dari India dahulu mampu menyatukan ajaran Islam dengan
kepercayaan kepercayaan yang ada. Hal ini sebagaimana terjadi dalam perkembangan
Islam di tanah Jawi, yang melibatkan para wali.
Oleh karena itu menurut (Miller 2004) dalam jurnal An Nakhlah bahwapembawa
Islam ke wilayah Malaysia adalah para saudagar Muslim India, penganut ajaran Islam
Sunni yang sangat dipengaruhi oleh mistisisme Sufi. Selanjutnya, perpaduan antara
praktik Sunni dan Sufi dikombinasikan dengan kepercayaan dan kebiasaan tradisional
Melayu - seperti animisme - yang memungkinkan evolusi bentuk unik Islam masih
dipraktekkan di Malaysia saat ini.
A.H. Johns dengan menyitir pendapat A.H. Hourani, (1992: 38) menerangkan
bahwa setidak tidaknya ada 5 (lima) ciri suatu wilayah telah menerima Islam sebagai
bingkai kehidupannya, yaitu :
a. Adanya benteng kota atau bangunan pertahanan;
b. Adanya kawasan tertentu yang terdiri dari tempat tinggal raja, kantor pemerintahan
dan akomodasi bagi pasukan raja;
c. Adanya komplek urban yang terdiri dari bangunan masjid, sekolah keagamaan
(madrasah), pasar, dan tempat tinggal para saudagar;
d. Adanya pusat tempat tinggal yang terbagi menjadi kelompok etnis, seperti kampung
China, kampung Arab maupun kampung India.
e. Adanya kawasan luar berupa daerah daerah pinggiran kota,di mana bermukim para
imigran baru dan para pengunjung sementara ke kota tersebut.
Bukti lain yang memperkuat adanya kaum Muslimin telah berada di Malaysia
adalah adanya sebuah karya, yang bernama Tajul Muluk.Karya ini mempunyai system
geomansi Melayu dan terdiri dari prinsip-prinsip metafisika dalam menentukan tempat
atau merancang bangunan untuk memperbaiki dan mempertahankan keberadaannya.
Sistem ini sering dipraktikkan oleh dukun dan atau arsitek Malaysia. Topik lain yang
diulas adalah pengobatan herbal, astrologi, penafsiran mimpi). Dengan demikian
menjadi suatu kewajaran jika masyarakat Muslim Malaysia banyak yang melakukan
pemujaan terhadap orang suci, atau mendatangi tempat tempat kuburan orang suci, yang
merupakan bagian contoh dari Mistikisme Islam (Milner 1989).
Oleh sebab itu dapat dilihat pada kehidupan masyarakat Islam Malaysia, bahwa
sampai saat ini sebagian masih mempercayai dan mengaplikasikan nilai nilai tradisi
kepercayaan mistik. Bahkan dalam arasy budaya yang disandarkan pada legal formal,
di mana Malaysia secara resmi menjadikan Islam sebagai agama negara, kiblat
pemahaman syar’inya adalah kepada Imam Syafi’i.Dalam tataran ini berarti Islam telah
mentransformasikan kebudayaan orang orang Melayu menjadi etos bagi landasan
kehidupan, baik dalam bidang muamalah/sosial maupun kehidupan dalam bidang
politik
B. Perkembangan Islam di Malaysia
Azyumardi Azra menyatakan bahwa tempat asal datangnya Islam ke Asia
Tenggara termasuk di Malaysia, sedikitnya ada tiga teori, yaitu sebagai berikut :
1. Teori yang menyatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab (Hadramaut).
2. Islam datang dari India, yakni Gujarat dan Malabar.
3. Islam datang dari Benggali (kini Banglades).
Sedangkan mengenai pola penerimaan Islam di Nusantara termasuk di
Malaysia, kita dapat merujuk pada pernyataaan Ahmad M. Sewang, bahwa penerimaan
Islam pada beberapa tempat di Nusantara memperlihatkan dua pola yang berbeda.
1. Islam diterima terlebih dahulu oleh masyarakat lapisan bawah, kemudian
berkembang dan diterima oleh masyarakat lapisan atas atau elite penguasa
kerajaan.
2. Islam diterima langsung oleh elite penguasa kerajaan, kemudian disosialisasikan
dan berkembang ke masyarakat bawah.
Pola pertama biasa disebut bottom-up, dan pola kedua biasa disebut top-down.
Pola ini menyebabkan Islam berkembang pesat sampai pada saat sekarang di Malaysia.
Pola pertama melalui jalur perdagangan dan ekonomi yang melibatkan orang dari
berbagai etnik dan ras yang berbeda-beda bertemu dan berinteraksi, serta bertukar
pikiran tentang masalah perdagangan, politik, sosial dan keagamaan. Di tengah
komunitas yang majemuk ini tentu saja terdapat tempat mereka berkumpul dan
menghadiri kegiatan perdagangan termasuk merancang strategi penyebaran agama
Islam mengikutijaringan-jaringan emporium yang telah mereka bina sejak lama.
Seiring itu pula, pola kedua mulai menyebar melalui pihak penguasa di mana
istana sebagai pusat kekuasaan berperan di bidang politik dan penataan kehidupan
sosial. Dengan dukungan ulama yang terlibat langsung dalam birokrasi pemerintahan,
hukum Islam dirumuskan dan diterapkan, kitab sejarah ditulis sebagai landasan
legitimasi bagi penguasa Muslim. Memasuki awal abad ke-20, bertepatan dengan masa
pemerintahan Inggris, urusanurusan agama dan adat Melayu lokal di Malaysia di bawah
koordinasi sultan-sultan, dan hal itu diatur melalui sebuah departemen, sebuah dewan
atau pun kantor sultan.
Setelah tahun 1948, setiap negara bagian dalam Federasi Malaysia telah
membentuk sebuah departemen urusan agama. Orang-orang muslim di Malaysia juga
tunduk pada hukum Islam yang diterapkan sebagai hukum status pribadi, dan tunduk
pada yurisdiksi pengadilan agama (mahkamah syariah) yang diketua hakim agama.
Bersamaan dengan itu, juga ilmu pengetahuan semakin mengalami perkembangan
dengan didirikannya perguruan tinggi Islam dan dibentuk fakultas dan jurusan agama.
Perguruan tinggi kebanggaan Malaysia adalah Universitas Malaya yang kini kita kenal
Universitas Kebangsaan Malaysia. Memasuki masa pasca kemerdekaan, semakin jelas
sekali pola perkembangan Islam tetap dipengaruhi oleh pihak penguasa (top-down).
Sebab, penguasa atau pemerintah Malaysia menjadikan Islam sebagai agama resmi
negara. Warisan undang-undang Malaka yang berisi tentang hukum Islam berdasarkan
konsep Qur’ani berlaku di Malaysia. Di samping itu, ada juga undang-undang warisan
Kerajaan Pahang diberlakukan di Malaysia yang di dalamnya terdapat sekitar 42 pasal
di luar keseluruhan pasal yang berjumlah 68, hampir identik dengan hukum Islam
madzhab Syafi’i. Pelaksanaan undang-undang yang berdasarkan al-Qur’an dan
realisasi hukum Islam yang sejalan dengan paham madzhab Syafi’i di Malaysia,
sekaligus mengindikasikan bahwa Islam di negara tersebut sudah mengalami
perkembangan yang signifikan.
Dengan adanya proses Islamisasi di Malaysia, peranan penting dalam
pengembangan ajaran Islam semakin intens dilakukan para ulama atau pedagang dari
jazirah Arab. Pada tahun 1980-an Islam di Malaysia mengalami perkembangan dan
kebangkitan yang ditandai dengan semaraknya kegiatan dakwah dan kajian Islam oleh
kaum intelektual, dan menyelenggarakan kegiatan keagamaan intenasional berupa
Musabaqah Tilawatil Qur’an yang selalu diikuti oleh qari dan qari’ah Indonesia. Selain
itu, perkembangan Islam di Malaysia semakin terlihat dengan banyaknya masjid yang
dibangun, juga terlihat dalam penyelenggaraan jamaah haji yang begitu baik. Sehingga
dapat dikatakan bahwa perkembangan Islam di Malaysia tidak banyak mengalami
hambatan. Bahkanditegaskan dalam konstitusi negaranya bahwa Islam merupakan
agama resmi negara. Di Kelantan, hukum hudud (pidana Islam) telah diberlakukan
sejak 1992.
Ada banyak indikator yang dapat dikemukakan antara lain sebagai berikut :
1. Ketegangan antara golongan muslim dan nasionalis sekuler menjadi cair,
sehingga mereka bergandengan tangan dan berintegrasi membangun Malaysia
Bersama.
2. Populasi muslim yang 53% dari penduduk 14 juta jiwa pada tahun 1986 menjadi
58-60% dari penduduk lebih 17.755.900 jiwa pada tahun 1990-2011.
3. Pendidikan islam diupayakan peningkatannya secara intensif sejak Perdana
Mentri II, Tun Abd. Razak hingga sekarang pemerintahan Abdullah Badawai.
Oleh karena itu, hasilnya terbangunlah sejumlah Lembaga Pendidikan mulai dari
Madrasah, Islamic Centre dan masjid-masjid. Reformasi Pendidikan nasional
dengan memasukkan nilai-nilai islam di dalamnya termasuk pengadaan Institut
Internasional Pemikiran Peradaban Islam pada tahun 1987 ditambah dengan
pengadaan Universitas Islam Internasional Malaysia di Kuala Lumpur.
4. Aspek Hukum, terjadi perubahan dan perkembangan administrasi pengadian
syariat islam, penghapusan praktek-praktek yang tidak islami pada upacara-
upacara resmi departemen pemerintahan.
5. Aspek Ekonomi, secara umum ekonomi Malaysia membaik, walaupun roda
ekonomi tetap dikendalikan oleh orang-orang Cina dan India serta sebagian kecil
orang-orang Melayu. Tetapi banyak hal yang menggembirakan antara lain bahwa
sejak 1969, Revolusi Islam di Iran berhasil, maka Perdana Mentri Tun Husain
Onn menetapkan study kelayakan pengadaan Bank Islam di Malaysia. Hasilnya
lahirlah Bank Islam tahun 1983 pada masa pemerintahan Dr. Mahathir
Muhammad juga mendirikan asuransi yang Islami, Institute of Islamic
Understanding tahun 1992 menjadi kenyataan. Demikian pula fasilitas perbankan
bebas biaya di bank-bank komersial.

Pada akhirnya, hamper semua kalangan sekarang ini menyadari bahwa tantangan
industrialisasi Malaysia ke depan menjadi tantangan yang lebih berat dan rumit
menghadapinya. Oleh karena itu, persatuan dan kesatuan serta kerja sama dan saling
ketergantungan antar semua kelompok dalam komunitas muslim harus
dikedepankan. Terlebih lagi karena Malaysia sudah mulai bergerak dengan sasaran
sebagai industry menjelang tahun 2020.

Anda mungkin juga menyukai