Anda di halaman 1dari 10

PANDUAN

MANAJEMEN RESIKO FASILITAS

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MALINAU
( PPK – BLUD )
Jl. Respen Tubu Kec. Malinau Utara.
TAHUN 2023

1
PANDUAN MANEJEMEN RESIKO FASILITAS

I. DEFINISI
A. Bahaya adalah sumber, sesuatu, atau tindakan yang berpotensi menyebabkan cidera pada
manusia atau gangguan kesehatan, atau kombinasi keduanya.
B. Resiko adalah Kombinasi dari kemungkinan yang terjadi dari suatu kejadian peristiwa yang
berbahaya atan paparanya dan keparahan dari cidera atau sakit yang dapat disebabkan oleh
kejadian atan paparan tersebut.
C. Resiko yang dapat diterima (acceptale risk) adalah resiko yang tingkat bahayanya dapat di
reduksi atau dikurangi hingga level tertentu yang dapat ditolelir oleh organisasi karena tidak
sesuai dengan aturan perundangan dan kebijakan K3 yang berlaku di Organisasi.
D. Resiko yang tidak dapat diterima (non-acceptable risk) adalah resiko yang tingkat bahayanya
ridak dapat di reduksi atau dikurangi hingga level tertentu yang tidak dapat ditolelir oleh
organisasi karena tidak sesuai dengan aturan perundangan dan K3 yang berlaku di
organisasi.
E. Penilaian resiko adalah proses mengevaluasi suatu resiko dengan menggunakan parameter
akibat dan peluang yang ditimbulkan dari suatu bahaya yang dijadikan perhitunagan
kecukupan dalam pengendalian, untuk memutuskan apakah suatu resiko dapat diterima atau
tidak.
F. Tahapan pengendalian resiko tersebut adalah :
1. Eliminasi (menghilangkan bahaya), merubah proses, metode atau bahan untuk
menghilangkan bahaya yang ada.
2. Substitusi (mengganti), material, zat atau proses dengan material, zat, proses lain yang
tidak atau kurang berbahaya
3. Rekayasa engineering, menyingkirkan bahaya dari karyawan dengan memberi
perlindungan, menyimpan disuatu ruang atau waktu terpisah, misalnya dengan
menambahkan guarding atau penutup.
4. Pengendalia secara administrasi misalnya pengawasan, pelatihan, rotasi
5. Memberi Alat PELINDUNG Diri, digunakan sebagai alternatif terakhir setelah kita telah
berusaha melakukan 4 (empat) tindakan perbaikan di atas.

G. Tim manajemen Resiko adalah tim penilai resiko yang tediri dari anggota masing – masing
instalasi atau ruangan atau bagian yang bertugas untuk melakukan penilaian manajemen
resiko keselamatan dan kesehatan kerja dalam bentk identifikasi bahaya, penilaian dana
pengendalian resiko.

II. RUANG LINGKUP


Panduan ini mencakup kegiatan identifikasi bahaya, penilaian resiko dan pengendalian resiko
(IBPR) yang ditimbulkan dari suatu kegiatan atau aktivitas yang ada di RSUD Malinau.

2
III. REFERENSI
A. Undang – Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
B. Peratutan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
C. Standar OHSAS (Occupational Healt Safety Assesment System) 18001:2007 Klausul 4.3.1
tentang Identifikasi Bahasa dan Penilaian Resiko.

IV. TATA LAKSANA


A. Persiapan Tim Manajemen Resiko
1. Direktur RSUD Malinau akan memilih orang yang akan menjadi risk manajer.
2. Risk Manajer akan mempersiapkan segala sesuatunya agar kegiatan dapat berjalan
dengan lancar.
3. Risk Manajer yang ada harus sudah mendapatkan pelatihan mengenai Manajemen
Resiko berupa Identifikasi Bahaya, Penilaian resiko dan Pengendalian Bahaya.
B. Identifikasi Bahaya
1. Pada tahap awal kegiatan adalah melakukan identifikasi bahaya yang ada pada suatu
obyek/aktivitas yang akan dinilai resikonya. Bahaya ini dapat ditentukan dengan melihat
hal apa saja yang dapat mengakibatkan celaka personil atau menimbulkan kecelakaan
kerja.
2. Identifikasi bahaya juga dilakukan engan cara observasi suati aktifitas atau melakukan
wawancara dengan personil yang terkait dengan aktivitas tersebut.
3. Dalam menentukan identifikasi bahaya, kondisi – kondisi berikut harus diperhitungkan
(Berdasarkan Standard OHSAS 18001:2007) yaitu :
a. Aktivitas rutin dan non-rutin
b. Aktivitas semua orang yang memliki akses ke tempat kerja (termasuk kontraktor dan
pengunjung)
c. Bahaya teridentifikasi yang berasal dari luar tempat kerja yang dapat mempengaruhi
keselamatan dan kesehatan personil yang berada dibawah pengendalian organisasi
di dalam tempat kerja
d. Bahaya yang timbul di sekitar tempat kerja karena aktivitas kerja yang berada
dibawah pengendalian organisasi
e. Infrastruktur, peralatan dan material di tempat kerja, baik yang disediakan oleh
organisasi atau lainya
f. Perubahan atau usukan perubahan dalam organisasi, aktivitas, atau material
g. Modifikasi terhadap SMK3, termasuk perubahan sementara dan pengaruhnya
terhadap operasional, proses dan aktivitas
h. Setiap peraturan perundangan terkait dengan penilaian resiko dan penerapan
pengendalian yang diperlukan

3
i. Desain tempat kerja, proses, instalasi, mesin/peralatan, prosedur operasi, organisasi
kerja, termasuk kesesuaiannya dengan kemampuan manusia
j. Sesuai dengan lingkup, sifat dan waktu untuk menjamin proaktif daripada reaktif
k. Menyediakan identifikasi, prioritas dan dokumentasi resiko, dan penerapan
pengendalian yang sesuai

C. Penilaian Resiko
1. Setelah semua bahaya diidentifikasi, selanjutnya dari tiao bahaya itu ditentukan tingkat
resikonya apakah dapat menimbulkan suatu kecelakaan kerja atau kerugian material
atau gangguan kesehatan
2. Penilaian resiko mempertimbangkan dua faktor yaitu peluang dan akibat. Kriteria dari
masing – masing faktir ini dapat menggunakan petunjuk yang ada pada formulir Tabel
Identifikasi Bahaya dan Penilaian Reiko dan Pengendalian Resiko (IBPR) K3.

Tabel 1. Akibat

4
Tabel 2. Peluang/Kemungkinan

Tabel 3. Matrik Penilaian Resiko

5
Keterangan :

E : Ekstreme Risk, Membutuhkan tindakan segera, langkah penanganan Jajaran Direksi

H : High Risk, Memerlukan perhatian Jajaran Direksi

M : Moderate Risk, Memerlukan perhatian Kasubid dan kepala Bidang

L : Low Risk, Dikendalikan dengan prosedur rutin

Catatan : Untuk penilaian skala Ekstrim (E) selain dilakukan tindakan penanganan segera, jika
memungkinkan kegiatan tersebut dihentikan sementara, hingga dilakukan tindakan perbaikan
atau penanganan

3. Penentuan resiko ini dilakukan tim dalam suatu rapat yang membahas hasil temuan di
lapangan.
4. Nilai resiko yang ditentukan harus mempertimbangkan tindakan pengenalian yang sudah
ada sebelumnya.
Tahapan Pengendalian Resiko tersebut adalah :
a. Eliminasi (menghilangkan bahaya), merubah proses, metode atau bahan untuk
menghilangkan bahaya yang ada
b. Substitusi (mengganti), material, zat atau proses dengan material, zat, proses lain
yang tidak atau kurang bahaya
c. Rekayasa engineering, menyingkirkan bahaya dari karyawan dengan memberi
perlindungan, menyimpan di suatu ruang atau waktu terpisah, misalnya dengan
menambahkan guarding atau penutp
d. Pengendalian secara administrasi misalnya pengawasan, pelatihan, rotasi

6
e. Memberi Ala Perlindungan Diri (APD), digunakan sebagai alternatif terakhir setelah
kita telah berusaha melakukan 4 (empat) tindakan perbaikan diatas
5. Dari hasil penilaian resiko, akan didapatkan nilai :
L (Low), M (Medium), H (High) dan e (Extreme) yang selanjutnya dipertimbangkan faktor
– faktor adanya peratran perudangan dan peraturan lain terkait, gangguan kesehatan,
resiko K3, pilihan teknologi yang tersedia, faktor keuangan, persyaratan bisnis dan
operasi serta pandangan pihak terkait agar bisa dimasukan dalam program manajemen
K3

D. Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko menggunakan Formulir Tabel


Identifikasi Bahaya Penilaian dan Pengendalian Resiko K3

E. Tindakan Pengendalian Resiko


1. Jika setelah dipertimbangkan hasil peniliaian tersebut tidak perlu dimasukan dalam
program SMK3, maka untuk nilai L (Low) dan M (Medium) : dilakukan pengendalian
dengan prosedur rutin (SPO) dan menjadi perhatian serta tanggung jawabbagi Instalasi,
ruangan atau bagian terkait
2. Apabila hasil penilaian tersebut memiliki nilai H (High) dan E (Extreme) serta
memerlukan tindakan pengendalian lebih lanjut atau terkait dengan adanya peraturan
perundangan dan peraturan lain, gangguan kesehatan, resiko K3, pilihan teknologi yang
tersedia, faktor keuangan, persyaratan bisnis dan operasi serta pandangan pihak terkait,
maka hasil penilaian tersebut masuk dalam penetapan program K3
3. Hasil dari penilaian resiko tersebut berdasarkan potensi bahayanya ditentukan tindakan
pengendalian resiko berdasarkan hirarki pengendalian resiko (eleminasi, Substitusi,
rekaysa Engineering, administrasi dan APD) yang nantinya akan ditetapkan tindakan
perbaikan dengan referensi peraturan terkait
4. Hasil dari penetapan program tersebut kemudian ala di review tiap bulanya oleh instalasi,
Ruangan atau bagian terkait
5. Untuk hasil penilaian Manajemen Resiko (IBPR) yaitu E (Extreme) atau pekerjaan non-
rutin perlu dilakukan pengendalian berupa pembuatan JSA (Job safety Analysis) dan
dimasukan juga ke dalam Program SMK3
6. Masing – masing Ruangan, Instalasi atau Bagian kemudian menyampaikan laporan
kepada Komite K3RS untuk mendapatkan persetujuan dalam pengendalian resiko. Bila
disetujui, maka akan ditentukan waktu dan penanggung jawab tindakan pengendalian
tersebut. Bila karena suatu hal tindakan tersebut tidak dapat dilaksanakan, maka akan
mencari penyelesaian alternatif lainnya

F. Pemantuan Tindakan Pengendalian Resiko

7
1. Komita K3RS bertanggung jawab dalam memantau tindakan perbaikan agar
dilaksanakan sesuai jadwal yang ada
2. Apabila sampai batas waktu yang ditentukan tindakan belum dilakukan atau selesai,
maka akan ditentukan waktu penyelasian yang baru
3. Setelah suatu tindakan perbaikan selesai dilakukan maka anggota Komita K3RS tetap
melakukan monitoring atau menilai apakah tidakan pengendalian yang ada sudah efektif.
Jia ternyata belum maka perlu ditentukan bentuk tidakan pengendalian baru.

Diagram Alir Pelaksanaan Manajemen Resiko K3

8
V. DOKUMENTASI
A. Tabel Manajemen Resiko K3
Sumber : AS/NZS 4360 : 1999

9
10

Anda mungkin juga menyukai