Fadillah, Adriani
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 8, Nomor 2, halaman 199 – 214, Juli 2023
DOI : https://doi.org/10.25105/pdk.v8i2.14312
ABSTRACT
199
Peran Kadar Hemoglobin pada Kebugaran Jasmani Remaja
Fadillah, Adriani
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 8, Nomor 2, halaman 199 – 214, Juli 2023
DOI : https://doi.org/10.25105/pdk.v8i2.14312
1. PENDAHULUAN
Aktivitas sehari-hari seseorang berkaitan erat dengan tingkat kebugaran jasmani, tetapi tingkat
kebugaran jasmani di Indonesia masih menjadi masalah karena masih termasuk kedalam kategori
kurang, begitu pun pada usia remaja atau siswanya. Hal ini dibuktikan dengan hasil survei yang dilakukan
oleh Pusat Kesegaran Jasmani Depdiknas pada tahun 2005, kebugaran jasmani pada siswa menunjukan
10,7% dalam keadaan kurang sekali, 45,9% kurang, 37,7% sedang, dan 5,7% dalam keadaan baik. (1)
Kebugaran jasmani adalah kemampuan jasmani seseorang dalam melakukan tugas kejasmanian
sehari-hari secara optimal, bahkan masih dapat melakukan kegiatan jasmani tambahan lainnya tanpa
menimbulkan kelelahan yang berarti.(2) Banyak faktor yang dapat memengaruhi kebugaran jasmani
seseorang dan faktor tersebut dibagi menjadi 2, yaitu faktor internal ifaktor. Faktor internal yaitu yang
sudah menetap dari dalam tubuh seperti genetik, usia, jenis kelamin, sedangkan faktor eksternal
diantaranya adalah aktivitas fisik, status gizi, status kesehatan, kecukupan istirahat, kebiasaan merokok
dan kadar hemoglobin.(3)
Hemogolobin merupakan kompleks protein yang terdiri dari heme dan globin, kaya akan zat besi
dan salah satu fungsinya yaitu untuk membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh atau seluruh
tubuh.(1,4) Ketika kadar hemoglobin di dalam darah seseorang lebih rendah dari kadar normal, berarti
orang tersebut mengalami anemia. Indikator yang sering dipakai untuk anemia adalah ketika kadar
hemoglobin yang kurang dari 12 g/dL untuk perempuan dan kurang dari 13 g/dL untuk laki-laki.(5,6)
Anemia masih menjadi permasalahan di masyarakat yang tersebar di seluruh dunia, terutama pada
negara berkembang seperti Indonesia. Prevalensi kejadian anemia di dunia menurut WHO (World
Health Organization) yaitu sebesar 24,8% dari seluruh penduduk dunia atau sekitar 2 milyar penduduk.(7)
Menurut Kemenkes RI tahun 2013, angka prevalensi anemia pada semua kelompok umur adalah
200
Peran Kadar Hemoglobin pada Kebugaran Jasmani Remaja
Fadillah, Adriani
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 8, Nomor 2, halaman 199 – 214, Juli 2023
DOI : https://doi.org/10.25105/pdk.v8i2.14312
21,70%, pada perempuan relatif lebih tinggi yaitu 22,80% dan pada laki-laki sebesar 18,40%.(8)
Seseorang yang memiliki kadar hemoglobin rendah cenderung memiliki gejala seperti lemah, mudah
lelah, produktivitas kerja yang buruk, dan juga akan sulit berkonsetrasi. Hal ini disebabkan oleh
berkurangnya kapasitas oksigen yang diedarkan ke jaringan tubuh akibat kurangnya kadar hemoglobin
di dalam darah.(6,9)
Sudah ada beberapa penelitian yang dilakukan untuk mencari hubungan kadar hemoglobin dengan
kebugaran jasmani pada seseorang, tetapi hal ini masih menjadi perdebatan. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Muthi’ah SF menunjukkan terdapat hubungan antara kadar hemoglobin dan kebugaran
jasmani.(10) Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Cendani C melaporkan bahwa tidak terdapat
hubungan antara kadar hemoglobin dan kebugaran jasmani seseorang.(5) Berdasarkan referensi diatas,
maka penulis tertarik untuk menulis kajian pustaka mengenai peran kadar hemoglobin pada kebugaran
jasmani remaja.
Pada kajian pustaka ini dibahas faktor-faktor yang memengaruhi kebugaran jasmani dan peran
kadar hemoglobin pada kebugaran jasmani sehingga diharapkan dapat meningkatkan serta
mempertahankan kebugaran jasmani yang baik terutama pada remaja.
2. PEMBAHASAN
Kebugaran jasmani menurut medis dapat didefinisikan sebagai kemampuan kapasitas fungsional
seseorang untuk melakukan tugas spesifik. Sedangkan menurut fisiologis, kebugaran jasmani adalah
kondisi fisik individu untuk melakukan tugas spesifik dimana kecepatan dan daya tahan sebagai kriteria
utama.(1) Kebugaran jasmani juga dapat diartikan sebagai komponen tubuh untuk melakukan aktivitas
atau kegiatan fisik maupun psikologis tanpa menderita kelelahan yang luar biasa dan masih memiliki
tenaga untuk melakukan kegiatan fisik lainnya dalam mengisi waktu yang luang.(11)
Hasil penelitian tentang pengukuran indeks keberhasilan olahraga nasional, kebugaran jasmani di
Indonesia dalam kategori sangat baik sebesar 1,08%, 4,07% dalam kategori baik, 13,55% dalam kategori
sedang, 43,90% kategori kurang dan 37,40% dalam kategori kurang sekali. Berdasarkan hasil survei
Pusat Kesegaran Jasmani Depdiknas tahun 2005 tentang tingkat kebugaran pada siswa di Indonesia, 0%
dalam keadaan sangat baik, 5,7% dalam keadaan baik, 37,7% dalam keadaan sedang, 45,9% dalam
keadaan kurang dan 10,7% dalam keadaan kurang sekali.(1)
Suatu penelitian yang dilakukan pada siswa SMPN di Yogyakarta, menunjukan prevalensi tingkat
kebugaran jasmani yang tidak baik sebesar 63,17% yang mana terjadi lebih besar pada siswa perempuan
201
Peran Kadar Hemoglobin pada Kebugaran Jasmani Remaja
Fadillah, Adriani
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 8, Nomor 2, halaman 199 – 214, Juli 2023
DOI : https://doi.org/10.25105/pdk.v8i2.14312
202
Peran Kadar Hemoglobin pada Kebugaran Jasmani Remaja
Fadillah, Adriani
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 8, Nomor 2, halaman 199 – 214, Juli 2023
DOI : https://doi.org/10.25105/pdk.v8i2.14312
efek dari hormon testosteron yang meningkatkan sintesis dan penyusunan dari aktin dan myosin
sehingga secara alamiah masa otot laki-laki lebih besar. Pada perempuan, yang lebih banyak adalah
jaringan lemak, adanya perbedaan hormon serta kadar hemoglobin yang rendah membuat perempuan
lebih rendah kebugaran jasmaninya dibandingkan dengan laki-laki.(13)
Aktivitas fisik : Aktivitas fisik merupakan perubahan atau pe rgerakan pada tubuh seseorang yang
membutuhkan energi sebagai peningkatan kebugaran jasmani dan kesehatan. Aktivitas fisik dibagi
meanjadi dua kategori, yaitu aktivitas fisik terstruktur seperti olahraga dan aktivitas fisik tidak terstruktur
misalnya berjalan, bersepeda, dan kegiatan sehari-hari lainnya. Jika aktivitas fisik dilakukan secara rutin
tentu akan memberikan banyak manfaat, salah satunya adalah kerja sistem kardiorespirasi yang efisien
sehingga akan meningkatkan kemampuan pemakaian oksigen dan curah jantung.(13)
Asupan yang dimaksud adalah makanan serta minuman. Makanan yang dikonsumsi harus cukup
secara kuantitas agar dapat memperoleh energi, cukup nilai gizi dan kestabilan metabolism sehingga
fungsi-fungsinya dapat terpenuhi.(13) Diet seimbang yang mengandung makronutrien (protein,
karbohidrat dan lemak) dan mikronutrien (vitamin dan mineral) sangat penting untuk menyediakan
energi yang cukup untuk pertumbuhan dan aktivitas.(16) Karbohidrat, lemak, dan protein dapat dipakai
oleh sel untuk membentuk energi dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP). Pembakaran karbohidrat
terutama glukosa belangsung dalam sitoplasma sel melalui proses anaerobik glikolisis dan di dalam
mitokondria melalui siklus asam sitrat aerobik (sikus krebs).(17)
Tahap awal siklus asam sitrat (siklus krebs) yaitu ketika asetil-KoA bergabung dengan asam
oksaloasetat untuk membentuk asam sitrat. Gugus koenzim A dari asetil-KoA akan dilepaskan dan dapat
digunakan berulang kali untuk membentuk asetil KoA dari asam piruvat lebih banyak. Saat siklus ini
berlangsung, molekul air (H20) akan ditambahkan serta atom hidrogen (2H) dilepaskan yang nantinya
menambah jumlah atom hydrogen yang dioksidasi dan akan melepaskan energi untuk membentuk ATP
tetapi tidak dalam jumlah yang besar. 2 molekul asetil KoA yang merupakan hasil metabolism glukosa
akan membentuk masing-masing satu molekul ATP, atau total yang terbentuk adalah 2 molekul ATP.(17)
Status gizi merupakan kondisi tubuh seseorang akibat dari makanan yang di konsumsinya. Jika zat
gizi yang diterima oleh tubuh cukup makan status gizi seseorang akan menjadi baik atau optimal.
Indikator status gizi yang biasanya dilihat dari Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan pengukuran
antropometri berat badan (BB) dan tinggi badan (TB).(13) Anak-anak dan remaja yang termasuk kedalam
kategori kurus ataupun obesitas memiliki kebugaran jasmani yang kurang dibandingkan dengan
seseorang dengan status gizi normal.(18)
Kebiasaan sehat ini merupakan kebiasaan kita sehari meliputi makan, mandi teratur, cuci tangan
sebelum atau sesudah makan, menghindari kebiasaan merokok atau konsumsi minuman beralkohol,
203
Peran Kadar Hemoglobin pada Kebugaran Jasmani Remaja
Fadillah, Adriani
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 8, Nomor 2, halaman 199 – 214, Juli 2023
DOI : https://doi.org/10.25105/pdk.v8i2.14312
olah raga, istirahat dan kebiasaan hidup sehat lainnya. Istirahat yang dimaksud adalah kegiatan yang
tidak mengeluarkan banyak tenaga, dapat meliputi duduk, berbaring, dan tidur. Istirahat yang cukup
sangat diperlukan tubuh seseorang untuk memulihkan tenaga.(13) Kebiasaan olahraga atau latihan
jasmani dapat meningkatkan kebugaran jasmani bila dilakukan secara teratur dan kontinu. Bentuk
olahraga yang dapat dilakukan misalnya aerobik, karena pada saat latihannya akan melibatkan jantung
dan paru untuk bekerja lebih keras serta dapat meningkatkan metabolisme di dalam tubuh. Kebiasaan
sehat ini perlu dilakukan secara kontinu agar dapat mempengaruhi kebugaran jasmani yang baik. (13,19)
Jika kadar hemoglobin dalam darah seseorang dibawah normal atau yang disebut dengan anemia,
proses transpor oksigen ke seluruh jaringan tubuh menjadi tidak optimal sehingga kebutuhanya dalam
pembentukan energi tidak terpenuhi secara maksimal.(6)
Kebugaran jasmani seseorang dapat dinilai melalui pengukuran volume oksigen maksimal
(VO2maks) yang merupakan jumlah dari oksigen maksimal di dalam tubuh seseorang yang nantinya
berguna untuk aktivitas sehari-hari. Nilai VO2maks setiap orang berbeda yang dipengaruhi oleh tiga hal
yaitu: 1) fungsi sistem pernafasan, untuk menentukan banyaknya oksigen yang ditransportkan melalui
darah kemudian akan berdifusi ke paru 2) fungsi sistem kardiovaskular, berperan untuk memompa dan
mendistribukan keseluruh tubuh 3) sistem muskuloskeletal, berperan untuk menghasilkan ATP
(Adenosin Triphosphate) sebagai energi dari perubahan karbohidrat dan lemak sehingga dapat
memproduksi panas dan melakukan kontraksi otot.(19)
Dalam pengukurannya, kebugaran jasmani dapat dibagi menjadi dua kategori atau dua jenis, yaitu :
1) Tes kebugaran langsung : Pengukuran VO2maks secara langsung menggunakan alat Doughlass Bag
yang berupa dua kantong udara yang disambungkan dengan selang pada mulut dan hidung dengan cara
dibawa, atau menggunakan spriometri yang dinilai paling objektif.(19) 2) Tes kebugaran tidak langsung :
Metode pengukuran kebugaran jasmani tidak langsung melalui penilaian frekuensi detak jantung. Pada
keadaan bugar, frekuensi jantung atau denyut nadi lebih rendah dibandingkan keadaan tidak bugar
karena pompa jantung lebih efektif memenuhi kebutuhan oksigen.(19)
Pada pengukuran VO2maks secara tidak langsung terbagi menjadi 2 jenis, yaitu: 1)Tes naik turun
tangga: Pada tes naik turun tangga saat ini telah berkembang, diantaranya: 1) Queen’s college step test,
yaitu dilakukan dengan cara naik turun kursi 24 kali (laki-laki) dan 22 kali (perempuan) dalam 1 menit
yang dilakukan selama 3 menit, 2) Canadian home fitness test, dengan cara naik tangga setinggi 20,3
cm, 3) Chester step test, tes yang menggunakan kursi bervariasi antara 15-30 cm tetapi disesuaikan
dengan usia dan tingkat aktivitas responden, 4) YMCA 3 minutes step test, tes dengan menggunakan
kursi setinggi 13 cm dengan pengaturan metronome 96 bpm. 2) Tes lapangan : Ada beberapa macam
tes lapangan yaitu : 1) Cooper Test, tes ini diukur dengan berlari atau berjalan selama 12 menit. 2) Balke
204
Peran Kadar Hemoglobin pada Kebugaran Jasmani Remaja
Fadillah, Adriani
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 8, Nomor 2, halaman 199 – 214, Juli 2023
DOI : https://doi.org/10.25105/pdk.v8i2.14312
Test, diukur dengan berjalan dengan cepat atau bisa juga dilakukan dengan berlari selama 15 menit
sejauh 1 atau 1,5 mil. 3) Shuttle Run Test 20 m, diukur dengan berlari sejauh 20m bolak baik dan
mengikuti titik (tanda beep), dimana tanda tersebut menandakan bahwa subjek harus meningkatkan
kecepatanya. 4) Six Minute Walk Test, Pengukuran dengan uji jalan 6 menit ini sangat banyak dilakukan
karena mudah dilakukan, hanya memerlukan alat yamg sederhana, menyerupai aktivitas sehari-hari,
dan hasilnya dapat memberikan evalusi secara objektif mengenai kapasitas fungsional seseorang.
Pengukuran nya dengan berjalan selama 6 menit sambil dihitung jarak yang ditempuhnya, tidak boleh
berlari tetapi boleh beristirahat selama test berlangsung jika memerlukan.(19,20)
2.2 Hemoglobin
Hemoglobin merupakan salah satu kompleks senyawa protein yang ada pada sel darah merah,
terdiri dari heme yang mengandung banyak besi dan globin, fungsi utamanya yaitu untuk mengangkut
oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Fungsi lain dari hemoglobin adalah untuk mengatur pertukaran
dari oksigen dengan karbon dioksida didalam jaringan tubuh, membawa karbon dioksida dari tubuh ke
paru-paru sebagai hasil metabolisme yang selanjutnya akan dibuang.(21)
Biosintesis heme merupakan proses pembentukan heme yang dapat terjadi pada sebagian besar
sel-sel mamalia kecuali eritrosit dewasa yang tidak mempunyai mitokondria. Sekitar 85% sintesis heme
terjadi pada sel-sel prekursor eritroid di sumsung tulang dan sisanya sebagian besar di sel hepar.(22)
Biosintesis heme membutuhkan serangkaian reaksi enzimatik di sitosol dan mitokondria. (23)
205
Peran Kadar Hemoglobin pada Kebugaran Jasmani Remaja
Fadillah, Adriani
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 8, Nomor 2, halaman 199 – 214, Juli 2023
DOI : https://doi.org/10.25105/pdk.v8i2.14312
Sintesis heme diawali dengan kondensasi dari suksinil K-oA dan glisin untuk membentuk δ-
Aminolevulinic acid (ALA) yang dikatalisis oleh ALA synthase (ALAS) yang kemudian akan diangkut
melalui dua membran mitokondria di sitosol dan dikonversikan menjadi coproporphyrinogen III
(CPgenIII) melalui reaksi enzimatis. Secara singkat, enzim aminolevulinate dehydratase (ALAD)
mengkatalisis kondensasi dari dua molekul ALA untuk membentuk satu molekul dari monopyrrole
porphobilinogen. Kemudian hydroxymethylbilane synthase (HMBS) mengkatalisis sintesis dari empat
molekul porphobilinogen untuk membentuk linear tetrapyrrole hydroxymethylbilane yang dikonversi
menjadi uroporphyrinogen III oleh uroporphyrinogen synthase (UROS). Langkah sitoplasmik terakhir
yaitu sintesis CPgenIII yang dikatalisis oleh uroporphyrinogen decarboxylase (UROD). CPgenIII
dikonversikan menjadi protopophyrinogen IX oleh coproporphyrinogen oxidase (CPOX) yang kemudian
dioksidasi menjadi protoporphyrin IX (PPIX) oleh protoporphyrinogen oxidase (PPOX) yang berlokasi di
permukaan luar dari mitokondria. Akhirnya, besi bergabung dengan PPIX untuk membentuk heme yang
dikatalisa oleh ferrochelatase (FECH) didalam matriks mitokondria.(24)
Kadar hemoglobin di dalam tubuh seseorang akan berbeda-beda, tergantung dengan usia, jenis
kelamin, dan faktor lainnya. Diperlukan juga gizi baik makro misalnya protein maupun gizi mikro
misalnya zat besi untuk pembentukan kadar hemoglobin di dalam tubuh. Asupan yang baik dan cukup
ini yang dapat mempertahankan kadar hemoglobin agar tetap dalam batas normal sehingga
mendapatkan kesehatan yang optimal.(25) Kadar hemoglobin di dalam darah sangat penting dalam
menentukan kemampuan tubuh seseorang untuk memproduksi energi yang akan digunakan untuk
aktivitas fisik atau kegiatan sehari-hari. Jika kadar hemoglobin di dalam darah baik, oksigen yang di
206
Peran Kadar Hemoglobin pada Kebugaran Jasmani Remaja
Fadillah, Adriani
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 8, Nomor 2, halaman 199 – 214, Juli 2023
DOI : https://doi.org/10.25105/pdk.v8i2.14312
transporkan akan semakin banyak, sedangkan jika kadar hemoglobin yang rendah, oksigen yang
dibutuhkan tidak terpenuhi sehinggga energi yang dihasilkan juga tidak optimal. (26) Kadar hemoglobin
yang kurang dari batas normal maka disebut dengan anemia, nilai anemia untuk umur 5-11 tahun < 11,5
g/dL, 11-14 tahun < 1 2,0 g/dL, remaja diatas 15 tahun untuk perempuan < 12,0 g/dL dan anak laki-laki
< 13,0 g/dL.(27,28)
Untuk pengukuran kadar hemoglobin dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya
metode tallquist, sahli, kupersulfat, dan cyanmethemoglobine. Metode dengan cyanmethemoglobine
merupakan gold standard untuk pengukuran kadar hemoglobin seseorang. Selain metode berikut, saat
ini terdapat Hb meter untuk mengukur kadar hemoglobin seseorang, metode ini bayak dipilih karena
penggunaannya yang praktis, hasil yang didapatkan cepat, dan mudah dilakukan tanpa harus tenaga
terlatih.(29)
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kadar hemoglobin seseorang diantaranya ialah 1)
Tablet tambah darah : Seseorang yang mengkonsumsi tablet tambah darah (TTD) yang mengandung 60
mg Fe elemental dan 0,4 mg asam folat dan akan mempengaruhi kadar hemoglobin di dalam darah.(27,30)
2) Jenis kelamin : Kadar hemoglobin pada wanita lebih rendah dibandingkan pria, karena wanita
mengalami berbagai kondisi yang salah satunya adalah menstruasi sehingga akan banyak darah yang
keluar. Hormon androgen pada pria yang menstimulasi produksi eritropoietin dari ginjal menyebabkan
proses pembentukan sel darah merah atau eritropoiesis lebih tinggi, sebaliknya hormon estrogen pada
wanita yang memiliki efek inhibisi pembentukan sel darah merah menyebabkan kadar hemoglobin pada
wanita akan lebih rendah dibandingkan pria.(31,32) 3) Trauma : Trauma yang mengakibatkan perdarahan
akan menyebabkan turunnya kadar hemoglobin di dalam darah karena terjadinya pemindahan cairan
tubuh kedalam pembuluh darah sehingga mengakibatkan pengenceran darah.(31) 4) Umur: Kadar
hemoglobin di dalam darah akan berbeda pada neonatus, anak-anak, dan orang dewasa, hal ini
disebabkan karena umur berpengaruh pada kadar dan aktivitas zat yang terdapat pada darah. (28,31) 5)
Kehamilan : Selama kehamilan terjadi beberapa hal misalnya induksi kehamilan, hemodelusi, volume
tubuh yang meningkat, dll yang akan menyebabkan perubahan kadar besi dan ferritin di dalam tubuh.(31)
Anemia merupakan keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah lebih rendah dari nilai
normalnya. Selain itu, anemia juga dapat ditandai dengan nilai ambang batas hematokrit yang rendah.
Kejadian anemia dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah: 1) kekurangan atau produksi
dari sel darah merah yang abnormal, 2) pemecahan sel darah merah berlebih, 3) Kurangnya gizi yang
dapat berkaitan dengan asupan makanan, kualitas makanan, sanitasi, dan perilaku kesehatan, 4) akses
kepada pelayanan kesehatan, dan 5) kemiskinan.(23) iAnemia dapat menimbulkan gejala awal berupa
badan lemah, lelah, nafsu makan kurang, kurang energi, daya konsentrasi menurun, sakit kepala, mudah
207
Peran Kadar Hemoglobin pada Kebugaran Jasmani Remaja
Fadillah, Adriani
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 8, Nomor 2, halaman 199 – 214, Juli 2023
DOI : https://doi.org/10.25105/pdk.v8i2.14312
terinfeksi penyakit, dan stamina tubuh menurun. Selain itu, wajah, selaput lendir kelopak mata, bibir,
dan kuku penderita akan terlihat pucat.(33)
Kejadian anemia masih menjadi permasalahan dunia terutama di negara-negara berkembang,
termasuk Indonesia. Menurut WHO tahun 2008, prevalensi anemia didunia yaitu sebesar 24,8% atau
sekitar 1,62 milyar dan pada tahun 2015 prevalensinya meningkat menjadi 40-88%. Kebanyakan diderita
oleh wanita hamil dengan prevalensi sebesar 55,9% dan remaja dengan prevalensi 30-50%. Berdasarkan
data dari WHO (World Health Organization) tahun 2015, prevalensi anemia pada remaja putri sebesar
29%, untuk di Indonesia prevalensi anemia pada remaja putri yang lebih tinggi dari prevalensi di dunia
dan dibandingkan dengan remaja pria yaitu sebesar 37%.(34,35)
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2017, prevalensi anemia untuk pria
usia 13-18 tahun adalah 12% dan pada pria diatas 15 tahun adalah 17%. (36) Remaja putri lebih rentan
menderita anemia karena adanya siklus menstruasi setiap bulan nya dan seringkali menjaga penampilan
ingin kurus sehingga melakukan diet dan mengurangi makan.(37,38)
Jenis-jenis anemia dapat digolongkan berdasarkan morfologi dan etiologinya. Berdasarkan
morfologinya, anemia dapat digolongkan dalam anemia makrositik, anemia normositik normokrom, dan
mikrositik hipokrom. Sedangkan berdasarkan etiologinya, dapat digolongkan dalam anemia mikrositik
hipokrom yang disebabkan oleh defisiensi zat besi, hemoglobinopati, anemia karena penyakit kronis dan
anemia sideroblastik.(39)
Tabel 2. Hubungan usia, jenis kelamin dan Indeks Massa Tubuh dengan kadar HbA1c pada penderita diabetes
melitus tipe-2
Anemia defisiensi zat besi merupakan yang paling banyak terjadi, terutama di negara berkembang.
208
Peran Kadar Hemoglobin pada Kebugaran Jasmani Remaja
Fadillah, Adriani
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 8, Nomor 2, halaman 199 – 214, Juli 2023
DOI : https://doi.org/10.25105/pdk.v8i2.14312
Kekurangan zat besi ini dapat disebabkan oleh perdarahan kronik atau konsumsi zat besi yang tidak
adekuat sehingga sintesis hemoglobin tidak sempurna. Penyebab utama anemia defisiensi besi di
negara berkembang merupakan konsumsi makanan yang rendah dan kurangnya ketersediaan bahan
makanan karena terbiasa makan dari bahan nabati.(40) Mula-mula, zat besi akan berkurang didalam
tubuh. Dengan menurunnya zat besi, produksi hemoglobin dan sel darah merah akan berkurang. (41)
Anemia gizi besi dapat menyebabkan beberapa hal seperti menurunnya kesehatan reproduksi remaja,
menghambat perkembangan motorik, mental dan kecerdasan, prestasi belajr dan tingkat kebugaran
dapat menurun.(42)
Hemoglobin merupakan suatu protein yang mengandung besi dan terdapat didalam sel darah
merah yang dapat berikatan dengan oksigen. Salah satu peranan penting dari sel darah merah
merupakan alat transportasi oksigen. Di dalam paru, oksigen berdifusi melewati barrier alveolus, dimana
mayoritas oksigen akan terikat oleh hemoglobin untuk membentuk ikatan oksigen-hemoglobin (oxy-hb)
yang disebut dengan proses oksigenasi. Setelah berikatan, oxy-hb diedarkan melalui sel darah merah
oleh sistem kardiovaskular untuk mengantarkan ke jaringan dan oksigen akan dilepaskan dari ikatan
hemoglobinnya yang disebut dengan proses deoksigenasi.(43,44)
Selain sebagai membawa oksigen, sel darah merah juga membawa CO2 sebagai hasil produksi
metabolisme ke paru-paru untuk ekspirasi. Hemoglobin juga berperan pada kapasitas buffering darah,
pembuatan ATP, dan pelepasan Nitric Oxide (NO) dari sel darah merah yang berkontribusi untuk
vasodilatasi dan peningkatan aliran darah ke otot rangka untuk beraktivitas. Oleh karena itu,
hemoglobin sangat berperan penting dalam jumlah total oksigen yang dapat diangkut oleh sel darah
dari paru-paru ke jaringan tubuh.(43,44)
Ketika kadar hemoglobin dalam darah menurun, oksigenasi dari otot rangka akan ikut berkurang,
kebutuhan tubuh secara fisiologis tidak tercukupi, metabolisme di dalam tubuh akan terganggu dan
tubuh akan merasa cepat lelah sehingga akan berdampak pada aktivitas fisik dan kebugaran
jasmaninya.(6,9)
Penelitian korelasional yang dilakukan oleh Mustaqim EY di Surabaya pada 25 siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler sepak bola di SMA Negeri 1 menunjukkan hubungan yang signifikan antara kadar
hemoglobin dengan kebugaran jasmani. Kekuatan korelasi sebesar 0,710 menyatakan tingkat hubungan
yang kuat. Instrumen dalam penelitian ini yaitu multistage fitness test (MFT) untuk mengukur kebugaran
jasmani dan metode sahli untuk penilaian kadar hemoglobin. Siswa dapat mencapai kebugaran jasmani
yang baik apabila ditunjang dengan kadar hemoglobin, karena hemoglobin akan berikatan dengan
209
Peran Kadar Hemoglobin pada Kebugaran Jasmani Remaja
Fadillah, Adriani
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 8, Nomor 2, halaman 199 – 214, Juli 2023
DOI : https://doi.org/10.25105/pdk.v8i2.14312
oksigen untuk diedarkan keseluruh jaringan atau organ tubuh untuk menjalankan fungsinya masing-
masing. Oksigen berperan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi melalui proses metabolism
aerobik. Metabolisme jaringan yang tercukupi akan menunjang kemampuan siswa untuk beraktivitas
fisik dengan baik.(2,5)
Penelitian explanatory research dengan pendekatan cross sectional oleh Mahastuti di Semarang,
mencari hubungan korelasi antara tingkat kecukupan nutrisi, aktivitas fisik dan kadar hemoglobin
dengan kebugaran fisik pada 30 atlet bola basket. Berdasarkan uji statistik korelasi Pearson terdapat
hubungan yang bermakna antara kadar hemoglobin dengan tingkat kebugaran jasmani dengan nilai
p=0,693 p=0,001 dengan arah hubungan positif yang artinya jika semakin baik kadar hemoglobin maka
semakin baik juga tingkat kebugaran jasmani seseorang. Banyak faktor lain yang mempengaruhi seperti
genetik, usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, status gizi, status kesehatan, dan kebiasaan merokok. (3)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suma F dkk di Semarang pada pada 25 siswa SMA Negeri
3 Sinjai, menunjukkan hasil terdapat pengaruh antara status gizi dan kadar hemoglobin darah terhadap
tingkat kebugaran jasmani (p=0,05). Pada penelitian ini, alat test Easytouch GcHb digunakan untuk
mengukur kadar hemoglobin dan Tes Kebugaran Jamani Indonesia (TKJI) untuk menilai kebugaran
jasmani.Tingkat kebugaran jasmani dipengaruhi oleh beberapa faktor, selain latihan fisik dibutuhkan
pula status gizi dan kadar hemoglobin yang normal. Namun, kesadaran akan pentingnya pemenuhan zat
gizi masih kurang terutama pada usia remaja.(4) Zat besi merupakan salah satu mikronutrien yang
berperan dalam metabolisme dan proses pertumbuhan. Keterlibatan besi berada di dalam proses
sintesis hemoglobin, yaitu pada tahap akhir proses pembentukan heme di mitokondria. Pada tahap ini
terjadi penggabungan besi ferro ke dalam protoporphyrin yang dikatalisis oleh enzim ferro katalase.
Adanya Fe menyebabkan heme mempunyai kemampuan mengikat oksigen. Apabila oksigen yang
diterima jaringan tubuh tidak tecukupi, maka metabolisme akan terganggu, akibatnya tubuh akan cepat
lelah dan kebugaran jasmani menurun.(4,23)
Hasil penelitian korelasional dengan pendekatan deskriptif kuantitatif yang dilakukan oleh Arif S di
Surabaya pada 65 pemain sepakbola putra usia 18 tahun menunjukkan terdapat hubungan yang
signifikan antara kadar hemoglobin dengan kebugaran jasmani pada, dengan tingkat signifikansi 0,744.
Untuk mengetahui kuat-lemahnya hubungan, dicari nilai koefisien korelasi dan didapatkan hasil 0,744
(berada pada rentang 0,60-0,799) yang menyatakan tingkat hubungan yang kuat. Sumbangan kadar
hemoglobin untuk kebugaran jasmani seseorang yaitu 55,35% sehingga masih didapatkan variabel atau
faktor lain yang memengaruhi kebugaran jasmani diantaranya aktivitas fisik, jenis kelamin, status gizi,
status kesehatan, kecukupan istirahat, dan kebiasaan merokok. Instrumen penelitian yang digunakan
adalah Easytouch GcHb untuk mengukur kadar hemoglobin dan Multistage Fitnes Test (MFT) untuk
210
Peran Kadar Hemoglobin pada Kebugaran Jasmani Remaja
Fadillah, Adriani
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 8, Nomor 2, halaman 199 – 214, Juli 2023
DOI : https://doi.org/10.25105/pdk.v8i2.14312
KESIMPULAN
Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk beraktivitas tanpa menimbulkan kelelahan
211
Peran Kadar Hemoglobin pada Kebugaran Jasmani Remaja
Fadillah, Adriani
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 8, Nomor 2, halaman 199 – 214, Juli 2023
DOI : https://doi.org/10.25105/pdk.v8i2.14312
yang berarti serta masih mampu melakukan aktifitas fisik lainnya. Berdasarkan hasil terhadap kajian
pustaka dari beberapa penelitian sebelumnya, terdapat dua faktor yang dapat memengaruhi kebugaran
jasmani seseorang, yaitu faktor internal (genetik, usia, jenis kelamin) dan juga faktor eksternal (aktivitas
fisik, status gizi, status kesehatan, kecukupan istirahat, kebiasaan merokok, kadar hemoglobin).
Kadar hemoglobin yang rendah akan memengaruhi proses oksigenasi otot rangka, kebutuhan tubuh
secara fisiologis tidak tercukupi, metabolisme di dalam tubuh akan terganggu dan tubuh akan merasa
cepat lelah sehingga akan berdampak pada aktivitas fisik dan kebugaran jasmani seseorang.
Agar remaja dapat meningkatkan kebugaran jasmani, maka diperlukan kadar hemoglobin yang
normal melalui asupan gizi yang baik dan tablet tambah darah jika diperlukan.
Berdasarkan kajian pustaka yang telah ditulis dan adanya hasil yang berbeda mengenai peran
hemoglobin pada kebugaran jasmani remaja, maka penulis menyarankan agar selanjutnya dapat
dilakukan penelitian yang melibatkan faktor internal dan eksternal lain yang memiliki pengaruh dengan
kebugaran jasmani seseorang, seperti usia, jenis kelamin, status gizi, kebiasaan merokok, status
kesehatan, kecukupan istirahat.
4. DAFTAR PUSTAKA
Elzandri R, Dewi K. Profil kebugaran jasmani pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara angkatan 2012. Tarumanagara Med J. 2018;1(1):151–6.
Mustaqim EY, Wahyuni ES. Hubungan kadar hemoglobin (Hb) dengan kebugaran jasmani pada siswa
ekstrakurikuler sepakbola SMA Negeri 1 Bangsal. J Pendidik Olahraga dan Kesehat.
2013;1(3):637–40. ISSN: 2338-7981
Mahastuti F, Rahfiludin Z, Suroto. Hubungan tingkat kecukupan gizi, aktivitas fisik dan kadar hemoglobin
dengan kebugaran jasmani (Studi pada Atlet Basket di Universitas Negeri Semarang). J Kesehat
Masy. 2018;6(1):458–66. ISSN : 2356-3346
Suma F, Suwardi S. Pengaruh status gizi dan kadar hemoglobin darah terhadap tingkat kebugaran
jasmani siswa SMA Negeri 3 Sinjai. Prodi Pendidikan Jasmani dan Olahraga PPs UNM. 2018;1–13.
Cendani sC, sMurbawani sEA. sAsupan smikronutrien, skadar shemoglobin sdan skesegaran sjasmani
sremaja sputri. sM sMed sIndones. s2011;45(1):26-33
Kaimudin sNI, sLestari sH, sAfa sJR. sSkrining sdan sdeterminan skejadian sanemia spada sremaja sputri
sSMA snegeri s3 sKendari stahun s2017. sJimkesmas sJ silm smhs skesehat smasy. sMei
s2017;2(6):1–10. sISSN s: s2502-731x
Wibowo sCD, sNotoatmojo sH, sRohmani sA. sHubungan santara sstatus sgizi sdengan sanemia spada
sremaja sputri sdi ssekolah smenengah spertama smuhammadiyah s3 sSemarang. sJ sKedokteran
sMuhammadiyah. s2013;1(2):3–7.
Priyanto sLD. sThe srelationship sof sage, seducational sbackground, sand sphysical sactivity son sfemale
sstudents swith sanemia. sJ sBerk sEpidemiol. s2018;6(2):139. sDOI:
s10.20473/jbe.v6i22018.139-146
Tsai sKZ, sLai sSW, sHsieh sCJ, set sal. sAssociation sbetween smild sanemia sand sphysical sfitness sin
sa smilitary smale scohort: sThe sCHIEF sstudy. sSci sRep. s2019;9(1):11165. sDOI:
s10.1038/s41598-019-47625-3 s
212
Peran Kadar Hemoglobin pada Kebugaran Jasmani Remaja
Fadillah, Adriani
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 8, Nomor 2, halaman 199 – 214, Juli 2023
DOI : https://doi.org/10.25105/pdk.v8i2.14312
Muthi’ah sSF, sCandra sD, sSuprayitno sE. sHubungan skadar shemoglobin sdengan skebugaran sfisik
spada ssantriwati spondok spesantren sAl-Munawwir sKrapyak sYogyakarta. sJ sKesehat sMasy
sUniversitas sAisyiyah sYogyakarta. s2017. s
Surya sRM, sAdnan sA. sTinjauan stingkat skebugaran sjasmani sremaja syang sgemar smelakukan
sgame sonline sdi sKecamatan sPariaman sTengah sKota sPariaman. sJ sPendidik sdan sOlahraga.
2018;1(1):29–33. ISSN 2654-8887
Ulvie YNS. Tingkat kesegaran jasmani, status gizi dan asupan zat gizi makan pagi pada siswa SMP Negeri
di Kota Yogyakarta. J Media Ilmu Keolahragaan Indones. 2011;1(1). ISSN: 2088-6808
Al-Jamil AH, Sugiyanto, Sugihartono T. Analisis tingkat kebugaran jasmani siswa pendidikan pondok
pesantren di Kota Bengkulu. J Ilmiah Pendidik Jasmani. 2018;2(1):118–25. ISSN 2477-331X
Rismayanthi C. Hubungan status gizi dan tingkat kebugaran jasmani terhadap prestasi hasil belajar
mahasiswa. J Kependidik. 2012;42(1).
Zahra S, Muhlisin M. Nutrisi bagi atlet remaja. J Terap Ilmu Keolahragaan. 2020;5(1):81–9. DOI :
10.17509/jtikor.v5i1.25097
Taufik R. Hubungan jalan kaki terhadap VO2maks pada siswi SMA negeri 1 Ngemplak Boyolali. 2015.
Hall JE. Guyton and hall textbook of medical physiology. 13th ed. Philadelphia (PA): Elsevier, Inc.; 2016.
Xu sY, sMei sM, sWang sH, set sal. sAssociation sbetween sweight sstatus sand sphysical sfitness sin
schinese smainland schildren sand sadolescents: sA scross-sectional sstudy. sInt sJ sEnviron sRes
sPublic sHealth. s2020;17(7). sDOI s: s10.3390/ijerph17072468
Ghomim sS. sHubungan skebugaran s(Six sMinute sWaliking sTest) sdengan saktivitas sfisik, sstatus sgizi,
sasupan snutrisi, sstatus skesehatan sdan sperilaku smerokok spada scalon sjamaah shaji sdi
sdesa sMojosari. s2013;1–158. s
Ghofraniha sL, sDalir sSani sZ, sVakilian sF, set sal. sThe ssix-minute swalk stest s(6MWT) sfor sthe
sevaluation sof spulmonary sdiseases. sJ sCardiothorac sMed. s2015; s3(2): s284-7. s
Arif sS, sPudjijuniarto. sHubungan skadar shemoglobin s(Hb) sdengan skebugaran sjasmani spada stim
ssepakbola sputra susia s18 stahun sElfaza sFc sSurabaya. sJ sKesehat sOlahraga. s2016;5(3).
sISSN: s2338-8005
Murray, sR. sK., sGranner, sD. sK., s& sRodwell, sV. sW. sBiokimia sharper s(27 sed.). sJakarta: sBuku
sKedokteran sEGC; s2009.
Chung sJ, sChen sC, sPaw sBH. sHeme smetabolism sand serythropoiesis. sCurrent sOpinion
sHematology. s2012;19(3):156–62. s s DOI s: s10.1097/MOH.0b013e328351c48b
Chiabrando sD, sMercurio sS, sTolosano sE. sHeme sand serythropoieis: sMore sthan sa sstructural
srole. sHaematologica. s2014;99(6):973–83. sDOI: s10.3324/haematol.2013.091991 s
Astuti sR, sRosidi sA. sKadar shemoglobin spada ssiswi spondok spesantren sputri skecamatan
sMranggen sKabupaten sDemak sJawa sTengah. s2014
Huldani, Achmad H, Arsyad A, et al. Differences in VO2 max based on age, gender, hemoglobin levels,
and leukocyte counts in Hajj prospective pilgrims in Hulu Sungai Tengah Regency, South
Kalimantan. Syst Rev Pharm. 2020;11(4):9–14. DOI: 10.31838/srp.2020.4.03
Aisyah. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan kadar hemoglobin pada Siswa SMP. The Southeast
Asian J Midwifery. 2018;4(2):76–81.
WHO. sHaemoglobin sconcentrations sfor sthe sdiagnosis sof sanaemia sand sassessment sof sseverity.
sVitamin sand sMineral sNutrition sInformation sSystem. sGeneva, sWorld sHealth sOrganization,
s2011. s
Hidayat sN, sSunarti. sValidasi spemeriksaan skadar shemoglobin smenggunakan smetode sHb smeter
spada sremaja sputri sdi sMAN sWonosari. sKesmas. s2015;9(1):11–8. sISSN: s1978 s– s0575
Amir N, Djokosujono K. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan konsumsi tablet tambah darah (TTD)
pada remaja putri di Indonesia: Literatur Review. J Kedokt dan Kesehat. 2019;15(2):119. DOI :
10.24853/jkk.15.2.119-129
213
Peran Kadar Hemoglobin pada Kebugaran Jasmani Remaja
Fadillah, Adriani
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 8, Nomor 2, halaman 199 – 214, Juli 2023
DOI : https://doi.org/10.25105/pdk.v8i2.14312
Widyastuti sAP. sHubungan skadar shemoglobin ssiswa sdengan sprestasi sbelajar sdi ssekolah sdasar
snegeri s1 sbentangan sWonosari skabupaten sKlaten. s2014.
Murphy sWG. sThe ssex sdifference sin shaemoglobin slevels sin sadults s- sMechanisms, scauses, sand
sconsequences. sBlood sRev. s2014;28(2):41–7. sDOI s: s10.1016/j.blre.2013.12.003
Rizkiawati sA. sFaktor-faktor syang sberhubungan sdengan skadar shemoblobin s(Hb) sdalam sdarah
spada stukang sbecak sdi sPasar sMranggen sDemak. sJ sKesehat sMasy sUniv. sDiponegoro.
s2012;1(2):18780.
Nuraeni R, Sari P, Martini N, et al. Peningkatan kadar hemoglobin melalui pemeriksaan dan pemberian
tablet Fe terhadap remaja yang mengalami anemia melalui “Gerakan Jumat Pintar.” J Pengabdian
Kepada Masy. 2019;5(2):200. DOI: 10.22146/jpkm.40570
Apriyanti sF. sHubungan sstatus sgizi sdengan skejadian sanemia spada sremaja sputri sSMAN s1
sPangkalan sKerinci sKabupaten sPelalawan stahun s2019. sJ sDoppler sUniversitas sPahlawan
sTuanku sTambusai. s2019;3(2):18–21. sISSN: s2580-312
BKKBN. sSurvei sdemografi sdan skesehatan : skesehatan sreproduksi sremaja s2017. sBadan
sKependudukan sdan sKeluarga sBerencana sNasional. s2017;1–606. s
Fajriyah sNN, sFitriyanto sLH. sGambaran stingkat spengetahuan stentang sanemia spada sremaja
sputri. sJ silmu sKesehat. s2016;IX(1):1–6. sISSN s: s1978-3167
Yunarsih, sAntono sSD. sHubungan spola smenstruasi sdengan skejadian sanemia spada sremaja sputri
skelas sVII sSMPN s6 sKediri. sJ sIlmu sKesehat. s2014. sISSN s: s2303-1433
Henrika F, T S, Wirawan R. Anemia dan defisiensi besi pada siswa SLTP Negeri 1 Curug Tangerang.
Indones J Clinial Pathol Med Labratory. 2006;12(2):1–4.
Robbins, Stanley LA, Vinay K. Buku Ajar Patologi Robbins Edisi 7 Vol. 2. Jakarta: EGC, 2012: 544-551.
Fajriyah NN, Fitriyanto MLH. Gambaran tingkat pengetahuan tentang anemia pada remaja putri. J Ilmu
Kesehat. 2016;IX(1). ISSN : 1978-3167
Kalsum sU, sHalim sR. sKebiasaan ssarapan spagi sberhubungan sdengan skejadian sanemia spada
sremaja sdi sSMA sNegeri s8 sMuarjo sJambi. sJ sPenelitian sUniversitas sJambi sSeri sSains.
s2016;18. sISSN s: s0852-8349
Issues sS, sTest sMW, sEquipment sR. sAmerican sThoracic sSociety sATS sStatement : sGuidelines sfor
sthe sSix-Minute sWalk sTest. s2002;166:111–7. sDOI: s10.1164/rccm.166/1/111
Mairbäurl sH. sRed sblood scells sin ssports: sEffects sof sexercise sand straining son soxygen ssupply
sby sred sblood scells. sFrontiers sin sPhysiology. s2013;4:1–13. sDOI:
s10.3389/fphys.2013.00332 s
Nurfadli sRR, sJayanti sS. sOlahraga sterhadap skebugaran sjasmani spekerja skonstruksi sdi sPT. sPP(
sPersero s) sTbk sTbk sproyek sapartemen sPinnacle sSemarang sPinnacle. sJ sKesehat sMasy.
s2015;3. sISSN s: s2356-3346 s
Ortega sFB, sArtero sEG, sRuiz sJR, set sal. sPhysical sfitness slevels samong sEuropean sadolescents:
sThe sHELENA sstudy. sBr sJ sSports sMed. s2011;45(1):20–9. s DOI s:10.1136/bjsm.2009.062679.
214