Anda di halaman 1dari 119

77

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, data yang sudah dikumpulkan akan dianalisis dengan teknik
deskriptif kualitatif. Analisis akan dilakukan perdimensi untuk tiap-tiap indikator
dan akan dimulai dari indikator pertama dari dimensi pertama.

5.1 Tingkat Kepatuhan Desa Anyar


5.1.1 Perencanaan Kegiatan
Perencanaan, dalam buku Andri Feriyanto, S.E. (2019:13) adalah proses
membandingkan, menilai, dan memilih alternatif yang baik dari kegiatan yang
dilakukan dalam rangka mencapai tujuan bersama. Perencanaan dalam hal ini
menekankan kepada usaha datang disesuaikan dengan apa yang dicita-citakan,
menghilangkan jarak antara keadaan sekarang dengan keadaan mendatang yang
diinginkan.
Dalam banyak hal, untuk mendapatkan suatu perencanaan pembangunan
maka diperlukan pemenuhan proses tahapan kegiatan yang berlaku. Menurut
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 114 Tentang
Pedoman Pembangunan Desa. Petunjuk Teknis Penyusunan, Penetapan, dan
Penerapan Perencanaan Pembangunan Desa, persyaratannya adalah berupa
dokumen atau hal lain yang harus dipenuhi dalam pengurusan suatu jenis tahapan,
baik persyaratan teknis maupun administratif.
Adapun Perencanaan Pembangunan Desa meliputi RPJMDesa dan
RKPDesa yang disusun secara berjangka dan ditetapkan dengan Peraturan Desa.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa yang kemudian disingkat
(RPJMDesa) dibuat untuk jangka waktu 6 (enam) tahun sedangkan Rencana
Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa
(RKPDesa) dibuat untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. RKPDesa merupakan
penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
Dalam penyusunan RPJMDes, Pemerintah Desa bersama BPD terlebih
dahulu melaksanakan Musyawarah Desa yang merupakan kegiatan pengambilan
keputusan yang menghadirkan semua lapisan, unsur dan kelompok masyarakat
dalam proses penyusunan RPJM Desa guna mengklarifikasi, memberikan

Universitas Sriwijaya
78

masukan, menyepakati prioritas masalah, tindakan, program/kegiatan dan alokasi


anggaran secara bersama-sama, sehingga apapun yang menjadi keputusannya
selagi tidak menyalahi aturan dalam implementasi Undang-Undang Desa, maka
aturan itulah yang akan dilaksanakan dan menjadi pedoman.
Musyawarah desa dilakukan setelah ada hasil dari musyawah tingkat dusun.
Setiap usulan yang ada dimusyawarahkan bersama Pemerintah Desa, BPD, dan
unsur kelembagaan desa serta unsur masyarakat, membahas dan mengkaji ulang,
setiap usulan dan menentukan skala prioritasnya. Berikut adalah tahapan
perencanaan yang dilakukan oleh pemerintah desa dan masyarakat Anyar:
Tabel 5.1
Perencanaan Kegiatan (APBDes) Desa Anyar

No Proses Tahapan Kegiatan Keterangan


1. Sumber Anggaran a. Pendapatan Asli Desa
b. Pendapatan Transfer,
diantaranya APBN (Dana
Desa) dan APBD (Alokasi
Dana Desa)
c. Lelang Lebak Lebung (L3)
d. Bantuan Provinsi
2. PAGU Anggaran a. Rp 1.239.177.000,-
3. Belanja Desa a. Bidang Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa
b. Bidang Pembangunan
c. Bidang Pembinaan
Kemasyarakatan
d. Bidang Pemberdayaan
Masyarakat
4. Mekanisme Penetapan Musyawarah Perencanaan
APBDes Desa Anyar Pembangunan Desa
(Musrenbangdes)
5. Prosedur Pengucuran a. APBDes yang di Sah kan
Anggaran b. LPJ Semester II Tahun
(2016)
Sumber: Penulis berdasarkan APBDes Anyar, 2018.

Tabel 5.1, di atas menunjukkan bahwa Pemerintah Desa Anyar membuat


perencanaan cukup baik dalam urusan anggaran desa. Diketahui bahwa ada
beberapa proses tahapan kegiatan yang perlu dipenuhi untuk melaksanakan
perencanaan kegiatan di Desa Anyar Kecamatan Kota Kayuagung, Kabupaten
Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Secara umum proses tahapan

Universitas Sriwijaya
79

tersebut biasa saja dan mudah untuk dipenuhi. Perencanaan merupakan suatu
proses penentuan sesuatu yang menjadi tujuan yang akan dicapai pada waktu yang
akan datang serta menentukan tujuan dan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk
mencapainya. Dalam perencanaan keuangan desa, diperlukan rencana tahapan
yang strategis. Perencanaan pembangunan desa diselenggarakan dengan
melibatkan masyarakat desa melalui musyawarah perencanaan pembangunan
desa. Secara dokumentatif pencanaan dan pembangunan desa tertuang dalam
Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa) dan Rencana Pembangunan
Tahunan Desa atau yang disebut dengan Rencana Kerja Pembangunan Desa
(RKPDes) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa).
Perencanaan Pembangunan Desa yang meliputi RPJMDesa dan RKPDesa
yang disusun secara berjangka dan ditetapkan dengan Peraturan Desa. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa yang kemudian disingkat (RPJMDesa)
dibuat untuk jangka waktu 6 (enam) tahun sedangkan Rencana Pembangunan
Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDesa)
dibuat untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. RKPDesa merupakan penjabaran dari
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa.
Untuk mengetahui apakah Perangkat Desa beserta masyarakat Desa Anyar
telah mematuhi tahapan dalam hal kegiatan perencanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa (APBDesa) tersebut atau tidak, lihat Tabel 5.2:
Tabel 5.2
Hasil Wawancara
Tingkat Kepatuhan Perangkat Desa Anyar Terhadap
Perencanaan Kegiatan APBDesa 2017

No Proses Tahapan Kegiatan Deskripsi Anggaran


1. Sumber Anggaran a. Pendapatan Asli Desa 2017 Rp. 1.000.000
b. APBN (Dana Desa 2017) Rp. 813.640.000
c. APBD (Alokasi Dana Desa Rp. 394.107.000
2017)
d. Lelang Lebak Lebung (L3) Rp. 14.846.000
2017
e. Silpa Tahun Anggaran 2016 Rp. 15.584.000
2. PAGU Anggaran Anggaran Pendapatan dan Rp. 1.239.177.000
Belanja Desa Tahun Anggaran
2017
3. Belanja Desa a. Bidang Penyelenggaraan Rp. 419.537.000
Pemerintahan Desa, yaitu:

Universitas Sriwijaya
80

i. Penghasilan tetap
perangkat desa (belanja
pegawai) dan
ii. Operasional Perkantoran
(Belanja Modal, Barang
dan Jasa)
b. Bidang Pembangunan, Rp. 779.217.000
yaitu:
i. Pembangunan 1 unit
Gedung Olahraga,
Siring, dan 1 unit sumur
bor, 1 unit MCK.
c. Bidang Pembinaan Rp. 6.000.000
Kemasyarakatan:
i. Kegiatan Rapat Desa
ii. Kegiatan PKK
d. Bidang Pemberdayaan Rp. 34.423.000
Masyarakat
i. Pelatihan Seni Bela Diri
e. Bidang Tak Terduga
4. Mekanisme Penetapan Disepakati Bersama seluruh Perangkat Desa dan
APBDesa Masyarakat Desa Anyar yaitu melalui Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes)
yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa (RPJMDesa).
5. Prosedur Penyaluran Dana a. APBDes yang telah ditetapkan dan di Sah kan
APBDes bersama
b. Pelaporan LPJ Semester II Tahun sebelumnya
(2016)
Sumber: Hasil wawancara dan Studi Pustaka (APBDes), diolah penulis dengan bahasa baku, 2018.

Data dari tabel 5.2, menunjukan bahwa kelima sub indikator dari Tingkat
Kepatuhan Perencanaan Kegiatan, pada sub indikator Sumber Anggaran terdiri
dari (a) Pendapatan Asli Desa, Pendapatan Asli Desa di Desa Anyar diantaranya
yaitu Sewa Kursi, alat catering, dan tenda (b) Pendapatan Transfer, diantaranya
APBN (Dana Desa), APBD (Alokasi Dana Desa), dan Lelang Lebak Lebung (L3),
yang dimaksud dengan APBN (Dana Desa) adalah Dana yang bersumber dari
belanja Negara di dalam APBN wajib dilaksanakan setiap Tahun Anggaran
sebagaimana di amanatkan pasal 22 ayat (1) huruf B dan ayat 2 Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Universitas Sriwijaya
81

Sedangkan APBD (Alokasi Dana Desa) adalah kewajiban Pemerintah


Kabupaten/Kota untuk mengalokasikan Anggaran untuk Desa yang diambil dari
Dana Bagi Hasil (DBH), dan Dana Alokasi Umum (DAU) yang merupakan
bagian dana perimbangan. (c) Lelang Lebak Lebung adalah sistem lelang yang
mempergunakan sumber daya alam Desa Anyar sesuai dengan kebutuhan, Desa
Anyar memiliki lahan yang akan dilakukan lelang setiap 1 tahun sekali dan diikuti
oleh Masyarakat Umum. Pada sub indikator PAGU Anggaran dalam indikator
Tingkat Kepatuhan Perencanaan yang dimaksud yaitu, Alokasi Anggaran yang
ditetapkan untuk mendanai belanja Pemerintah Desa Anyar Tahun Anggaran 2017
yang berjumlah Rp. 1.239.177.000,- jumlah anggaran tersebut selalu berubah
setiap tahunnya sesuai dengan kemandirian Desa Anyar, jumlah anggaran ini
terdiri dari Pendapatan Asli Desa, APBN (Dana Desa), dan APBD (Alokasi Dana
Desa), dan Lelang Lebak Lebung (L3) dan lainnya.
Pada tahap Mekanisme Penetapan APBDes Desa Anyar didahului dengan
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes) dengan
melibatkan BPD, LPMD, dan tokoh masyarakat lainnya, perencanaan Dana Desa
dilakukan dengan menjaring aspirasi dan kebutuhan masyarakat melalui
musyawarah desa. Dana Desa adalah salah satu pendapatan desa yang
penggunannya terintregasi dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDes). Oleh karena itu, program perencanaan dan kegiatannya disusun
melalui forum Musrenbangdes yang disepakati bersama seluruh Perangkat Desa
dan Masyarakat Desa Anyar. Musrenbangdes adalah forum musyawarah yang
membahas usulan-usulan rencana kegiatan pembangunan desa yang berpedoman
pada prinsip-prinsip perencanaan pembangunan partisipasi masyarakat desa serta
transparansi pemerintah kepada masyarakat. Tujuan diberikannya Dana Desa
adalah untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintah desa dalam
melaksanakan pelayanan, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.
Selanjutnya, Prosedur Penyaluran Dana APBDes terdapat kendala di tingkat
Kepatuhan. Hal tersebut terlihat pada proses tahapan penetapan Peraturan Desa
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) yang seharusnya
Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDesa) disepakati bersama paling lambat bulan Oktober tahun berjalan

Universitas Sriwijaya
82

(Pasal 20 ayat 4). Pada keyataannya, Desa Anyar dalam penyusunan Rancangan
Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa)
disepakati bersama di bulan Maret ditahun berikutnya, sehingga adanya
keterlambatan dalam menyepakati PerDes dan RKPDes tentang APBDes tahun
2017.
Seharusnya Pemerintah Desa terkhususnya pelaksana (BUMDes)
melakukan inovasi, konsisten, dan berintegrasi dengan Masyarakat Desa Anyar,
yang memanfaatkan Sumber Daya Alam, Sumber Daya Manusia dengan cara
melakukan sosialisasi pendidikan pelatihan terhadap Masyarakat Desa dan
menjadikan usaha yang lebih berpotensi meningkatkan Pendapatan Asli Desa,
sehingga dapat memaksimalkan anggaran pemerintah desa dan belanja desa.
Walaupun dengan adanya alokasi dana dari Pemerintah Pusat (APBN) dan Daerah
(APBD), pemerintah desa dituntut untuk lebih aktif dan mandiri untuk mengelola
jalannya pemerintahan dengan optimal dengan menghasilkan pendapatan Asli
Desa.
Menurut Garth N. Jone, Perencanaan adalah suatu proses pemilihan dan
pengembanngan dari pada tindakan yang paling baik untuk pencapaian tugas. M.
Farland, Perencanan adalah suatu fungsi dimana pimpinan kemungkinan
mengunakan sebagian pengaruhnya untuk mengubah daripada wewenangnya.
Abdul rachman (1973), Perencanaan adalah pemikiran rasional berdasarkan fakta-
fakta dan atau perkiraan yang mendekat (estimate) sebagai persiapan untuk
melaksanakan tindakan-tindakan kemudian.
Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat kepatuhan terhadap
Perencanaan Kegiatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) yang
meliputi: (a) Sumber Anggaran, (b) PAGU Anggaran, (c) Belanja Desa, (d)
Mekanisme Penetapan APBDesa, dan (e) Prosedur Penyaluran Dana APBDes,
sudah berjalan/berkinerja, tetapi terdapat kendala pada tahapan penetapan
Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa)
sehingga belum Optimal. Selanjutnya akan dianalisis indikator kedua dari dimensi
pertama yaitu Pelaksanaan Kegiatan.

Universitas Sriwijaya
83

5.1.2 Pelaksanaan Kegiatan


Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana
yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Dalam pelaksanaannya kegiatan
harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut yaitu, mengikuti prosedur
pengelolaan pelaksanaan kegiatan, menentukan jenis, kualitas dan kuantitas
pelaksanaan kegiatan yang di perlukan, hal ini dilakukan setelah pelaksanaan
kegiatan sudah dianggap siap.
Keberhasilan pelaksanaan pengelolaan keuangan desa, Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) memberikan petunjuk pelaksana (Juklak)
pengelolaan Dana Desa bahwa setiap pelaksanaan kegiatan (TPK) yang
merupakan perpanjangan tangan Kepala Desa dan bertanggungjawab langsung
kepada Kepala Desa. Untuk pelaksanaan kegiatan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa (APBDes) yang telah dirimuskan di Desa Anyar dapat dilihat dalam
tabel 5.3:

Tabel 5.3
Pelaksanaan Kegiatan (APBDes) tahun Anggaran 2017 di Desa Anyar

Nama Pelaksana/ Waktu


No Uraian Kegiatan Anggaran
Desa TPK Pelaksanaan
1. Anyar 1. Kepala a) Bidang Pelaksanaan Pemerintahan Desa Rp. 419.537.000
Desa
Januari s/d
2. Sekretaris b) Bidang Pelaksanaan Pembangunan Rp. 779.217.000 Desember
Desa (1 Tahun)
3. Bendahara c) Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Rp. 6.000.000
4. Tim TPK d) Bidang Pemberdayaan Masyarakat Rp. 34.423.000
Total Rp. 1.239.177.000,-
Sumber: Data Primer Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBdes) Tahun Anggaran 2017
Desa Anyar, 2018.

Berdasarkan Tabel 5.3, menunjukan bahwa pemerintah Desa Anyar


melakukan pelaksanaan kegiatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBdes) yang terdapat di masing-masing uraian kegiatan desa menunjukan di
segala bidang kegiatan yang mempunyai anggaran dan waktu pelaksanaannya 1
(satu) tahun berjalan dalam 2 (dua) kali penyaluran dana. Kepada Desa dan
Sekretaris Desa melakukan uraian kegiatan yang sama yaitu meliputi kegiatan
Bidang pelaksanaan Pemerintahan Desa dengan anggaran untuk Kepala Desa Rp.
419.537.000 dan Rp. 779.217.000, untuk kegiatan pelaksanaan sekertaris. Untuk

Universitas Sriwijaya
84

Pelaksanaan pada bendahara meliputi Bidang Pembinaan Kemasyarakatan yang


dilakukan secara tunggal dengan anggaran dana Rp. 6.000.000, terakhir pada
Pelaksanaan Uraian Kegiatan yang dilakukan oleh Tim TPK memerlukan
anggaran dana sekitar Rp. 34.432.000. Dengan demikian pelaksanaan kegiatan ini
telah dilaksanakan dengan ketentuan yang baik dan berjalan dengan semestinya.
Pelaksanaan suatu kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, visi dan misi organisasi dituangkan melalui perencanaan strategis suatu
organisasi. Pelaksanaan kegiatan dapat diketahui dan diukur jika individu atau
sekelompok perangkat kerja telah mempunyai kriteria atau standar keberhasilan
tolak ukur yang ditetapkan oleh organisasi oleh karena itu, jika tanpa tujuan dan
targer yang ditetapkan dalam pengukuran, maka pelaksanaan tidak akan mungkin
dapat diketahui keberhasilannya. Dalam tahap pelaksanaan kegiatan, pimpinan
bertanggungjawab untuk melakukan pengorganisasian, pengkoordinasian,
pengendalian, pendelegasian, dan pengerahan kepada sesama perangkat kerja.
Pengarahan dan pemberian umpan balik (feedback) atas kinerja perangkat desa
merupakan kunci keberhasilan pencapaian tujuan pelaksanaan kegiatan.
Setiap pelaksanaan kegiatan desa tersebut harus berpihak pada kepentingan
warga atau masyarakat yang disebutkan dalam peraturan Kepala Desa. Dalam hal
pelaksanaan program kegiatan penggunaan Dana Desa, pemerintah dan Desa
Anyar melaksanakan musyawarah bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
dengan tujuan untuk merancang pelaksanaan kegiatan secara seksama dan
musyawarah, waktu pelaksanaan dan membentuk Tim Pelaksana Kegiatan (TPK)
di sesuaikan dengan waktu yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, agar
pelaksanaan kegiatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) di Desa
Anyar dapat dilakukan dengan terbuka dan transparan di depan masyarakat. Untuk
mengetahui apakah perangkat desa terkhususnya tim pelaksana kegiatan (TPK)
Desa Anyar telah mematuhi Pelaksanaan Kegiatan tersebut atau tidak dapat di
lihat pada Tabel 5.4.

Universitas Sriwijaya
85

Tabel 5.4
Hasil Wawancara
Tingkat Kepatuhan Pelaksanaan Kegiatan Perangkat Desa Anyar terhadap
Prosedur Pelaksanaan Kegiatan Yang Berlaku Tahun 2017

Kegiatan
No Tingkat Kepatuhan
Pelaksanaan
1. Pelaksanaan a) Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan
Pembangunan sudah dilaksanakan melalui Rekening Desa
Fisik b) Prosedur Sistem Pelaksanaan Kegiatan telah dilakukan oleh Tim
Pelaksana Kegiatan (TPK), namun Sistem Verifikasi kegiatan
masih bersifat manual atau konvensional
c) Pelaksana kegiatan mengajukan pendanaan untuk melaksanakan
kegiatan sudah disertai dengan dokumen antara lain Rencana
Anggaran Biaya (RAB).
d) Dalam pengajuan pelaksanaan pembayaran sebagaimana dimaksud,
sekretaris (TPK) desa telah melakukan :
i. Meneliti kelengkapan permintaan pembayaran yang di ajukan
oleh pelaksana kegiatan
ii. Menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBDes
yang tercantum dalam permintaan pembayaran
iii. Menguji ketersedian dana untuk kegiatan yang dimaksud
iv. Menolak pengajuan permintaan pembayaran kegiatan apabila
tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
e) Batas durasi waktu pelaksanaan sesuai dengan peraturan dan
ketentuan yang berlaku dan seluruh elemen masyarakat terlibat
didalamnya.
2 Pelaksanaan a) Pelatihan Seni Beladiri Tradisional yang telah dimufakatkan
Kegiatan bersama masyarakat Desa Anyar sudah Tepat Sasaran. Terbukti
Pemberdayaan dengan adanya Kegiatan Pemberdayaan berupa pembinaan
Pelatihan Seni Beladiri Trasional (Pencak Silat) yang dilakukan di
balai Desa Anyar.
b) Prosedur pendaftaran masih dilakukan manual, hanya dilakukan
penulisan berdasarkan nama, sekolah (SD, SMP, SMA) dan tempat
tinggal.
c) Adanya pemberian Sertifikat bagi siswa/i yang memperoleh
prestasi, kegiatan ini dilakukan agar dapat membangun semangat
tinggi bagi para siswa/i lainnya.
d) Kegiatan ini terus berlangsung dengan adanya dukungan dari pihak
sekolah yang mengizinkan siswa/i untuk mengikuti kegiatan
tersebut.
e) Banyak manfaat yang di dapat dari pemberdayaan pelatihan ini
yaitu berupa, siswa/i dapat berkesempatan untuk mengikuti lomba
pencak silat yang di adakan diluar desa (O2SN).
Sumber: Hasil Wawancara dan Studi Pustaka (APBDes), diolah Penulis dengan bahasa baku, 2018.

Universitas Sriwijaya
86

Data dari Tabel 5.4, menunjukan bahwa dari setiap Pelaksanaan Kegiatan
terjadi peningkatan Tingkat Kepatuhan yang dilakukan oleh Perangkat Desa
sebagai implementor pengelolaan keuangan di pelaksanaa kegiatan. Hal tersebut
terlihat di sub indikator pertama pada pelaksanaan kegiatan pembangunan fisik
berupa, semua penerimaan dan pengeluaran, prosedur sistem pelaksanaan
kegiatan, pelaksana kegiatan mengajukan pendanaan, pengajuan pelaksanaan
pembayaran, dan batas durasi waktu pelaksanaan. Indikasi tingkat kepatuhan
terhadap pembangunan fisik dapat dikatakan patuh dan memenuhi prosedur
kegiatan.
Pada sub indikator kedua pelaksanaan Kegiatan Pemberdayaan juga telah
dilaksanakan sesuai dengan tahapan proses kegiatan pemberdayaan yang
dilakukan oleh Perangkat Desa. Tahapan tersebut meliputi dasar ketentuan yang
diperoleh dari hasil kesepakatan dalam bentuk musyawarah desa dan perangkat
desa sudah melaksanakannya tepat sasaran. Terlihat dengan banyaknya siswa/i
yang mendaftar dan adanya dukungan dari orang tua serta lingkungan sekolah.
Dengan adanya dukungan tersebut dapat memicu semangat tinggi bagi siswa/i
untuk terus berpertisipasi dan berprestasi di tingkat kabupaten (O2SN).
Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana
yang sudah disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya
dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap. Secara sederhana
pelaksanaan bisa diartikan penerapan. Majone dan Wildavsky mengemukakan
pelaksanaan sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky mengemukakan bahwa
Pelaksanaan adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan. Nurdin Usman.
(2002:70).
Pengertian diatas memperlihatkan bahwa kata pelaksanaan bermuara pada
aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan
mekanisme mengandung arti bahwa pelaksanaan bukan sekedar aktivitas, tetapi
suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh
berdasarkan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.
Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan untuk
melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirimuskan dan
ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa

Universitas Sriwijaya
87

yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara


yang harus dilaksanakan, suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah
program atau kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan keputusan,
langkah yang strategis maupun operasional atau kebijaksanaan menjadi kenyataan
guna mencapai sasaran dari program yang ditetapkan semula. Pada dasarnya
pelaksanaan suatu program yang telah ditetapkan oleh pemerintah harus sejalan
dengan kondisi yang ada, baik itu di lapangan maupun di luar lapangan. Yang
mana dalam kegiatannya melibatkan beberapa unsur disertai dengan usaha-usaha
dan didukung oleh alat-alat penujang.
Faktor - faktor yang dapat menunjang program pelaksanaan adalah sebagai
berikut:
a) Komunikasi, merupakan suatu program yang dapat dilaksanakan dengan
baik apabila jelas bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut proses
penyampaian informasi, kejelasan informasi dan konsistensi informasi
yang disampaikan.
b) Resources (sumber daya), dalam hal ini meliputi empat komponen yaitu
terpenuhinya jumlah staf dan kualitas mutu, informasi yang diperlukan
guna pengambilan keputusan atau kewenangan yang cukup guna
melaksanakan tugas sebagai tanggung jawab danfasilitas yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan.
c) Disposisi, sikap dan komitmen dari pada pelaksanaan terhadap program
khususnya dari mereka yang menjadi implementasi program khususnya
dari mereka yang menjadi implementer program.
d) Struktur Birokrasi, yaitu SOP (Standart Operating Procedures), yang
mengatur tata aliran dalam pelaksanaan program. Jika hal ini tidak sulit
dalam mencapai hasil yang memuaskan, karena penyelesaian khusus tanpa
pola yang baku.
Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa di Tingkat Kepatuhan pada
indikator Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Fisik dan indikator Pelaksanaan
Kegiatan Pemberdayaan, sudah berjalan dengan ketentuan dan peraturan yang
berlaku. Sementara itu memang ada beberapa hal yang harus di perbaiki dari
beberapa aspek kegiatan agar lebih terarah dan sesuai dengan kebutuhan

Universitas Sriwijaya
88

masyarakat. Secara garis besar di indikator Tingkat Kepatuahan dalam


Pelaksanaan Kegiatan dapat dikatakan Berhasil/Optimal.

5.1.3 Penatausahaan Keuangan Desa


Menurut The Liang Gie (1996), Tata usaha merupakan serangkaian aktivitas
penghimpunan, pencatatan, pengolahan, penggandaan, pengiriman dan
penyimpanan berbagai macam keterangan yang dibutuhkan dalam setiap
organisasi. Di dalam organisasi pemerintahan desa, Kepala Desa dalam
melaksanakan penatausahaan keuangan desa harus menetapkan bendahara desa.
Penetapan bendahara desa harus dilakukan sebelum dimulainya tahun anggaran
berjalan dan berdasarkan keputusan kepala desa. Bendahara adalah perangkat desa
yang ditunjuk kepala desa untuk melakukan penerimaan, menyimpan,
menyetorkan, menatausahakan, membayarkan dan mempertanggungjawabkan
keuangan desa dalam rangka pelaksanaa APBDes, Ardi Hamzah (2015).
Bendahara desa wajib mempertanggungjawabkan uang melalui laporan
pertanggungjawaban. Laporan pertanggungjawaban disampaikan setiap bulan
kepada kepala desa dan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Menurut
Permendagri No 113 tahun 2014 laporan pertanggungjawaban yang wajib dibuat
oleh bendahara desa adalah:
a) Buku Kas Umum.
Buku kas umum digunakan untuk mencatat berbagai aktivitas yang
menyangkut penerimaan dan pengeluaran kas, baik secara tunai maupun
kredit, digunakan juga untuk mencatat mutasi perbankan atau kesalahan
dalam pembukuan. Buku kas umum dapat dikatakan sebagai sumber
dokumen transaksi.
b) Buku Kas Pembantu Pajak.
Buku pajak digunakan untuk membantu buku kas umum, dalam rangka
penerimaan dan pengeluaran yang berhubungan dengan pajak.
c) Buku Bank.
Buku bank digunakan untuk membantu buku kas umum, dalam rangka
penerimaan dan pengeluaran yang berhubungan dengan uang bank.

Universitas Sriwijaya
89

Dokumen yang digunakan Bendahara Desa dalam melaksanakan


penatausahaan pengeluaran meliputi, (1) Buku Kas Umum, (2) Buku Kas
Pembentu perincian objek pengeluaran dan (3) Buku Kas harian pembantu.
Laporan pertanggungjawaban pengeluaran dilampiri dengan, Buku Kas Umum,
Buku Kas Pembantu yang disertai dengan buktu-bukti pengeluaran yang sah dan
bukti atas penyetoran PPn/PPh ke kas Negara. Berikut Tabel 5.5 data Buku Kas
Umum Desa Anyar:
Tabel 5.5
Buku Kas Umum Desa Anyar
N Kode
Tgl Uraian Penerimaan (Rp) Pengeluaran (Rp)
o Rekening
1 2 3 4 5 6
1. 6 Juli 2017 Penyelenggaraan Pemerintah Desa Rp. 419.537.000,- Rp. 419.537.000,-
2. 6 Juli 2017 Pembangunan Desa Rp. 779.217.000,- Rp. 779.217.000,-
3. 6 Juli 2017 Pembinaan Kemasyarakatan Rp. 6.000.000,- Rp. 6.000.000,-
4. 6 Juli 2017 Pemberdayaan Masyarakat Rp. 34.423.000,- Rp. 34.423.000,-
TOTAL Rp. 1.239.177.000 Rp. 1.239.177.000
Sumber : Penulis dari hasil pengamatan studi pustaka (APBDes), 2018.

Berdasarkan data pada tabel 5.5, menunjukan bahwa Pemerintah Desa


Anyar dalam pelaksanaannya sudah melakukan pembukuan (BKU) yang
dilakukan Bendahara Desa yang diketahui atau disetujui oleh Kepala Desa.
Bendahara Desa wajib melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran
serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib.
Bendahara desa mempunyai kewajiban untuk melakukan pencatatansetiap
proses penerimaan dan pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan
secara tertib. Penatausahaan penerimaan dan pengeluaran dilakukan
menggunakan: Buku Kas Umum, Buku Kas Pembantu Pajak, dan Buku Bank.
Pertanggungjawaban uang (penerimaan dan pengeluaran) tersebut melalui laporan
pertanggungjawaban yang ditandatangani oleh Kepala Desa dan Bendahara Desa.
Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan kewajibannya dalam
pengelolaan keuangan desa, kepala desa yang memiliki kewajiban untuk
menyampaikan laporan kepada Bupati/Walikota melalui Camat. Laporan tersebut
bersifat periodik yaitu semesteran dan tahunan, yang disampaikan ke
Bupati/Walikota.

Universitas Sriwijaya
90

Untuk mengetahui apakah Penatausahaan Keuangan Desa Anyar dalam


melaksanakan tugas telah mematuhi kewajibannya dalam pengelolaan keuangan
desa dengan ketentuan yang berlaku sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa BAB V,
dapat di lihat pada Tabel 5.6:

Tabel 5.6
Hasil Wawancara
Tingkat Kepatuhan Penatausahaan Perangkat Desa Anyar

Kegiatan
No Tingkat Kepatuhan
Penatausahaan
1. Penatausahaan a) Penatausahaan di lakukan oleh Bendahara Desa
Penerimaan Anyar.
b) Bendahara Desa telah melakukan pencatataan setiap
penerimaan, meliputi:
i. Buku Kas Umum.
ii. Buku Kas Pembantu dan Perincian Obyek
Penerimaan.
iii. Buku Kas Harian Pembantu.
c) Bendahara Desa telah melakukan kewajibanya
dengan melaporkan pertanggungjawaban keuangan
melalui laporan pertanggungjawaban.
d) Laporan pertanggungjawaban bendahara desa
disampaikan setiap bulan kepada Kepala Desa dan
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
2. Penatausahaan a) Penatausahaa di lakukan oleh Bendahara Desa
Pengeluaran Anyar.
b) Bendahara Desa telah melakukan pencatataan setiap
pengeluaran, meliputi:
i. Buku Kas Umum.
ii. Buku Kas Pembantu Pajak .
iii. Buku Bank.
c) Bendahara Desa telah melakukan kewajibanya
dengan melaporkan pertanggungjawaban keuangan
melalui laporan pertanggungjawaban.
d) Laporan pertanggungjawaban bendahara desa
disampaikan setiap bulan kepada Kepala Desa dan
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
Sumber: Hasil Wawancara dan Studi Pustaka (SPJ), diolah Penulis dengan bahasa baku, 2018.

Universitas Sriwijaya
91

Pada tabel 5.6, menunjukan bahwa pada setiap penatausahaan penerimaan


dan pengeluaran kegiatan terjadi peningkatan kepatuhan pengelolaan keuangan
desa. Penatausahaan penerimaan wajib dilaksanakan oleh bendahara desa,
penatausahaan menggunakan (1) Buku Kas Umum (2) Buku Kas Pembantu
perincian obyek penerimaan dan (3) Buku Kas Harian Pembantu. Bendahara Desa
wajib mempertanggungjawabkan melalui laporan pertanggungjawaban
penerimaan kepada Kepala Desa paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya,
laporan pertanggungjawaban penerimaan dilampiri dengan buku kas umum, buku
kas pembantu dan buku penerimaan yang sah.
Selanjutnya, penatausahaan pengeluaran wajib dilakukan oleh bendahara
desa, dokumen penatausahaan pengeluaran harus disesuaikan dengan Peraturan
Desa tentang APBDes atau peraturan Desa tentang perubahan melalui pengajuan
Surat Permintaan Pembayaran (SPP), pengajuan SPP harus disetujui oleh Kepala
Desa melalui Pejabat Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PPTKD).
Bendahara Desa wajib mempertanggungjawabkan penggunaan uang yang menjadi
tanggungjawabnya melalui Laporan Pertanggungjawaban Keuangan kepada
Kepala Desa paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
Penting untuk ditekankan bahwa dalam pengelolaan penatausahaan
keuangan Desa Anyar diperlukan dukungan sumber daya manusia yang
berkompeten berdasarkan pengalaman dibidangnya dan harus konsisten dalam
berkoordinasi sesama unit kerja, dalam konteks ini penatausahaan keuangan desa
adalah salah satu jantung jalannya suatu organisasi yaitu Pemerintah Desa Anyar
yang harus sesalu berkesinambungan dan sinergis yang sesuai dengan peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan
Desa.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang
penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi,
dan pelaporan barang milik daerah sesuai dengan ketentuan berlaku.
a) Penatausahaan Penerimaan Desa
Bendahara Desa mencatat transaksi kedalam Buku Kas Umum  ketika
dirinya menerima penerimaan uang yang bersifat cash (tunai) dengan cara
membuat bukti berupa kuitansi. Sedangkan bila bendahara desa menerima

Universitas Sriwijaya
92

pendapatan yang berupa transfer maka bendahara akan memperoleh informasi


berupa nota yang di catat kredit di buku bank atas uang yang masuk ke Rekening
Kas Bank Desa. Berdasarkan nota tersebut sebagai acuan kemudian bendahara
desa wajib mencatat kedalam buku bank. Semua penerimaan baik itu cash (tunai)
atau bersumber dari transfer harus di catat secara benar dan tertib.
Selain pencatatan pada kedua buku tersebut, bendahara Desa juga wajib
membukukanya kedalam laporan realisasi Buku Rincian Pendapatan.  Pencatatan
Buku Rincian Pendapatan berguna untuk mengklasifikasi rincian dari realisasi
pendapatan yang diterima agar dapat dilaporkan ke dalam Laporan Realisasi
APBDesa. 
b) Penatausahaan Pengeluaran Desa
Belanja Kegiatan yang bersifat cash (tunai)  yang dikeluarkan oleh
Bendahara Desa harus dibuatkan bukti transaksi berupa kwitansi pengeluaran dan
wajib dicatat oleh Bendahara Desa dalam Buku Kas Umum. Sedangkan yang
bersifat  belanja transfer  langsung ke pada pihak ketiga, Bendahara Desa
mencatat ke dalam Buku Bank (tidak dicatat di BKU, karena BKU untuk transaksi
cash (tunai). Pencatatan penerimaan baik kas maupun pendapatan transfer  wajib
disertai dengan bukti yang lengkap dan sah serta dicatat secara benar dan tertib.
Selain pencatatan transaski di Buku Kas Umum atau Buku Bank, Bendahara
Desa juga mencatat kewajiban perpajakan yang dipotong/dipungut atas transaksi
belanja yang dilakukan. Atas pemotongan/pungutan pajak yang dilakukan,
Bendahara Desa mencatat dalam Buku Pajak pada kolom penerimaan. Nilai
Potongan/pungutan pajak didasarkan pada bukti kwitansi sebagaimana telah
dibahas sebelumnya. Ketika Bendahara Desa melakukan penyetoran ke Kas
Negara dengan batasan waktu yang diatur atau ditentukan dalam ketentuan
perpajakan melalui Surat Setoran Pajak (SSP) maka Bendahara Desa mencatat
dalam Buku Pembantu Pajak pada kolom kredit (Pengeluaran).
Dari pengamatan, wawancara mendalam, dan analisis penulis dapat ditarik
kesimpulan bahwa tingkat Kepatuhan terhadap penatausahaan keuangan desa
dilaksanakan sepenuhnya dengan baik oleh bendahara desa yaitu Bendahara Desa
Anyar, sehingga dapat dikatakan Optimal.
5.1.4 Pelaporan Realisasi Pelaksanaan (APBDes)

Universitas Sriwijaya
93

Reporting (pelaporan) menurut Luther M. Gullick dalam bukunya Papers


on the Science of Administration merupakan salah satu fungsi manajemen berupa
penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan
mengenai segala hal yang bertalian dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat
yang lebih tinggi. baik secara lisan maupun tertulis sehingga dalam penerimaan
laporan dapat memperoleh gambaran bagaimana pelaksanaan tugas orang yang
member laporan. Selain itu, pelaporan merupakan catatan yg memberikan
informasi tentang kegiatan tertentu dan hasilnya disampaikan ke pihak yang
berwenang atau berkaitan dengan kegiatan tertentu (Siagina, 2003).
Mekanisme pelaporan sebagai bahan pembinaan dan pengendalian Dana
Desa dilakukan secara berjenjang dari laporan tinggkat Desa kemudian pelaporan
tingkat kabupaten. Adapun alur penyampaian laporan menurut Permendagri No
113 tahun 2014, yaitu:
a) Kepala Desa dengan mengkoordinasikan oleh Camat menyampaikan
laporan realisasi penggunaan Dana Desa tahunan kepada Bupati
b) Laporan realisasi tahap I paling lambat bulan juli tahun anggaran berjalan.
c) Laporan realisasi tahap II paling lambat akhir bulan september tahun
anggaran berjalan.
d) Laporan realisasi tahunan paling lambat akhir bulan februari tahun
anggaran berjalan.
e) Laporan tersebut harus didukung dengan bukti yang sah.

Apabila Kepala Desa tidak menyampaikan Laporan dan Laporan


Pertanggungjawaban tersebut, maka Bupati akan menunda penyaluran Dana Desa
sampai dengan disampaikannya Laporan dan Laporan pertanggungjawaban
penggunaan semester sebelumnya. Untuk data pelaporan realisasi kegiatan Desa
Anyar dapat dilihat dalam Tabel berikut:
Tabel 5.7
Data Pelaporan Hasil Kegiatan Desa Anyar

Periode Laporan
No Nama Desa Semester Realisasi laporan
(Permen 113/2014)
Juli Juli
Tahap I
1. Desa Anyar (Tahun berjalan) (Tahun berjalan)
Januari Desember
Tahap II
(Tahun berikutnya) (Tahun berjalan)
Sumber: Berdasarkan Peraturan dan Studi Pustaka (D.PMD), 2018.
Dari data tabel 5.7, dapat memberikan bahwa Data Pelaporan Hasil

Universitas Sriwijaya
94

Kegiatan Desa Anyar pada setiap tahapan realisasi kegiatan periode laporan di
bulan Juli dan Desember tahun berjalan sudah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku sehingga menghasilkan analisa tepat waktu pada setiap periodenya.
Pelaporan Keuangan meliputi segala aspek yang berkaitan dengan penyediaan dan
peyampaian informasi keuangan. Aspek-aspek tersebut antara lain lembaga yang
terlibat (misalnya penyusunan standar, badan pengawas dari pemerintah atau
pasar modal, organisasi profesi, dan entitas pelapor). Peraturan yang berlaku
termasuk PABU (Prinsip Akuntansi Berterima Umum atau Generally Accepted
Accounting Principles/GAAP).
Tujuan umum dalam pelaporan keuangan dijelaskan melalui SFAC No. 8
yang merupakan terbitan terbaru. Dalam SFAC No. 8 dijabarkan tujuan umum
dari pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi finansial mengenai
entitas pelapor dimana informasi tersebut berguna untuk para stakeholders yang
sekarang, ataupun yang berpotensi menggunakan informasi tersebut untuk
membuat keputusan. Tujuan umum dari pelaporan keuangan ini bukan didesain
untuk menunjukan nilai dari perusahaan tetapi menyediakan informasi untuk
membantu para stakeholders melakukan estimasi dari nilai pelaporan entitas.
Sistem pelaporan yang digunakan untuk pelaporan keuangan desa adalah
dasar akrual. Hal ini mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintah dimana standar
ini menggunakan dasar akrual didalam standarnya. Seperti yang diketahui, desa
adalah unit terkecil dalam pemerintahan. Oleh karena itu, desa kemudian juga
memberlakukan penggunaan dasar akrual.
Untuk mengetahui apakah Pelaporan Realisasi Pelaksanaan (APBDes) Desa
Anyar telah mematuhi dengan ketentuan yang berlaku, dapat di lihat pada Tabel
5.8 di bawah ini:

Tabel. 5.8

Universitas Sriwijaya
95

Hasil Wawancara
Pelaporan Tertulis Hasil Kegiatan Desa Anyar

Alokasi Biaya Keluaran (Output)


No Program/Kegiatan
Anggaran Realisasi (Rp) % Uraian Target

Bidang Pelaksanaan
Rp. 779.217.000 - - - -
Pembangunan Desa
Terfasilitasnya
Kegiatan Sarana
A. Pembangunan 1 Unit Olahraga Untuk
Rp. 655.387.500 100 2 Kali
Gedung Olahraga Pengembangan Minat
Dan Bakat Masyarakat
Desa Anyar
1. Terlaksananya
B. Pembangunan Siring
Rp. 86.543.600 100 Fasilitas Sarana 2 Kali
Dusun II
Prasarana Desa
Terpenuhinya Sarana
C. Pembangunan 1 Unit
Rp. 23.487.800 100 Dan Prasarana Air 1 Kali
Sumur Bor (60 Meter)
Bersih

D. Pembangunan 1 Unit Mck Terlaksananya


Rp. 13.798.100 100 1 Kali
Dusun II Fasilitas Kesehatan

Bidang Pembinaan
Rp. 6.000.000 - - - -
Kemasyarakatan
Terselenggaranya
A. Kegiatan Rapat Desa Rp. 1.000.000 100 1 Kali
2. Kegiatan Rapat Desa
B. Kegiatan Belanja
Terlaksananya
Penunjang 10 Program Rp. 5.000.000 100 4 Kali
Kegiatan Pokja
Pokok PKK
Bidang Pemberdayaan
Rp. 34.423.000 - - - -
Masyarakat
A. Pemberian Insentif Guru
3. Rp. 1.500.000 100 Gaji Tenaga Pengajar 12 Kali
Paud
Honor Pelatih,
B. Pelatihan Seni Bela Diri
Rp. 19.423.000 100 Panitia, Dan Uang 2 Kali
Tradisional
Saku Peserta
Sumber: Hasil Wawancara dan Studi Pustaka (APBDes dan SPJ) diolah Penulis dengan bahasa baku, 2018.

Berdasarkan Tabel 5.8, telah menunjukan adanya pelaporan tertulis realisasi


pelaksanaan kegiatan (APBDes) dari berbagai program kegiatan berdasarkan
anggaran biaya pelaksanaan kegiatan. Dari tahapan pelaporan realisasi
pelaksanaan kegiatan yang mempunya bukti lengkap dan sah yang diperoleh,
seperti: 1) Adanya kwitansi pembayaran belanja modal dan belanja barang dan
jasa (pajak), 2) Berita acara disetiap kegiatan pelaksanaan sudah dilaksanakan

Universitas Sriwijaya
96

sesuai dengan semestinya. Kemudian, Kepala Desa menyampaikan Laporan


tertulis (SPJ) Pelaksanaan Kegiatan (APBDes) kepada Bupati/Walikota paling
lambat pada akhir bulan Juli tahun berjalan.
Selain itu, diperlukan peran akuntan di seluruh Indonesia yang harus masuk
ke desa untuk membantu proses akuntansi dalam laporan keuangan sekaligus
melakukan bimbingan hingga para aparatur desa dapat menyusun laporan
keuangan secara mandiri. Akuntan juga memiliki peran untuk melakukan quality
control terhadap laporan keuangan yang dihasilkan oleh perangkat desa yang
mana tentunya memerlukan analisis sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Dengan adanya dukungan dari semua pihak yang terlibat, tentu proses
pelaporan keuangan desa akan semakin baik. Dengan demikian, asas transparansi
dan akuntabilitas yang diamanatkan dapat dilaksanakan dengan baik. Selain itu,
perkembangan desa pun juga akan semakin pesat. Menurut Keraf (2001:284)
dalam Rajab (2009), Pelaporan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
bawahan untuk menyampaikan hal-hal yang berhubungan dengan hasil pekerjaan
yang telah dilakukan selama satu periode tertentu. Pelaporan dilakukan kepada
atasan kepada siapa bawahan tersebut bertanggung jawab.
Kepatuhan akan pelaporan realisasi kegiatan (APBDes) Desa Anyar sangat
diperlukan sebagai sistem administrasi untuk memenuhi persyaratan pengajuan
penyaluran dana di tahap berikutnya atau di semester kedua (II) atau di pelaporan
akhir tahun anggaran kegiatan. Dari tahapan pelaporan realisasi pelaksanaan
kegiatan yang mempunya bukti lengkap dan sah yang diperoleh, seperti: (1)
Adanya kwitansi Pembayaran belanja modal dan belanja barang dan jasa (pajak),
(2) Berita acara disetiap kegiatan pelaksanaan sudah dilaksanakan sesuai dengan
prosedur yang semestinya dan Optimal.

5.1.5 Pertangggungjawaban Realisasi Pelaksanaan (APBDes)


Prinsip dasar Organisasi dalam Buku Good Corporate Governance,
Rusdiyanto (2019:41). Organisasi harus mematuhi peraturan perundang-undangan
serta melaksanakan tanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga
dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat
pengakuan sebagai Good Corporate Citizen.

Universitas Sriwijaya
97

Pertanggungjawaban merupakan laporan dalam bentuk dokumen tertulis


yang disusun untuk melaporkan pelaksanaan kegiatan dari suatu unit organisasi
kepada unit organisasi lainnya yang lebih tinggi atau sederajat. Laporan ini
berfungsi sebagai bahan evaluasi terhadap seluruh proses pelaksanaan kegiatan.
Berdasarkan APBDes, pemerintah desa melaksanakan program atau kegiatan
yang telah memperoleh anggaran. Program yang direncanakan untuk memperoleh
anggaran pada APBDes, pada dasarnya merupakan instrumen untuk memecahkan
masalah yang dihadapi Pemerintah Desa dan masyarakat Desa.
Program yang diajukan untuk memperoleh anggran pada APBDes pada
umumnya diturunkan dari Dokumen perencanaan tahunan desa yang dikenal
sebagai Rencana Kerja Pembangunan Desa yang merupakan penjabaran dari
dokumen perencanaan lima tahunan yang dikenal dengan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa. Selanjutnya, dengan adanya penjelasan diatas yaitu
berlajut kepada Laporan Pertanggungjawaban tiap tahap penyaluran anggaran.
Berikut data Pertangggungjawaban Realisasi Pelaksanaan (APBDes) Tabel 5.9:

Tabel 5.9
Data Pertangggungjawaban Realisasi Pelaksanaan
(APBDes) Hasil Kegiatan Desa Anyar

Pertangggung
No Nama Desa Anggaran Jawaban
Keterangan
Per 31
1. Desa Rp. 1.223.593.000,- Desember Tepat waktu
Anyar Tahun
Anggran
Sumber: Penulis dari hasil pengamatan studi pustaka (D.PMD), 2018

Berdasarkan pada Tabel 5.9, menunjukan bahwa Pertangggungjawaban


Realisasi Pelaksanaan (APBDes) di Desa Anyar sudah melakukan Pertangggung
jawaban dengan tepat waktu atau boleh dikatakan sudah patuh terhadap ketentuan
yang tertuang di dalam Permendagri No 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa (pasal 37 ayat 4), Kepala Desa mempunyai kewajiban untuk
menyampaikan laporan kepada Bupati/Walikota. Laporan dimaksud adalah
laporan realisasi pelaksanaan APBDesa dan laporan pertanggungjawaban realisasi
pelaksanaan APBDesa. Kepala Desa menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan

Universitas Sriwijaya
98

APBDesa kepada Bupati/Walikota setiap semester tahun berjalan berupa: a.


laporan semester pertama, dan b. laporan semester akhir tahun.
Format laporan realisasi pelaksanaan APBDesa baik laporan semester
pertama dan laporan semester akhir tahun, bentuknya sama yang meliputi: kode
rekening; uraian terdiri dari: pendapatan (pendapatan asli desa, pendapatan
transfer, pendapatan lain-lain) dan belanja (bidang penyelenggaraan pemerintahan
desa, bidang pelaksanaan pembangunan desa, bidang pembinaan kemasyarakatan,
bidang pemberdayaan masyarakat, belanja tak terduga) serta pembiayaan
(penerimaan pembiyaan dan pengeluaran pembiayaan); jumlah anggaran; jumlah
realisasi; lebih/kurang; keterangan.
Laporan semester pertama berupa laporan realisasi APBDesa. Laporan
realisasi pelaksanaan APBDesa disampaikan paling lambat pada akhir bulan Juli
tahun berjalan. Laporan semester akhir tahun disampaikan paling lambat pada
akhir bulan Januari tahun berikutnya. Selain penyampaian laporan realisasi
pelaksanaan APBDesa, Kepala Desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban
realisasi pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota setiap akhir tahun
anggaran. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa, terdiri
dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Laporan pertanggungjawaban realisasi
pelaksanaan APBDesa ditetapkan dengan Peraturan Desa. Peraturan Desa tentang
laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa dilampiri: a. format
Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa Tahun Anggaran
berkenaan; b. format Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun
Anggaran berkenaan; dan c. format Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah
Daerah yang masuk ke Desa.
Format Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa
Tahun Anggaran berkenaan sama dengan format laporan realisasi pelaksanaan
APBDesa baik laporan semester pertama dan laporan semester akhir tahun. Untuk
mengetahui apakah Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan (APBDes) Desa
Anyar telah mematuhi dengan ketentuan yang berlaku, dapat di lihat pada Tabel
5.10:

Universitas Sriwijaya
99

Tabel 5.10
Hasil Wawancara
Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan Kegiatan APBDes

Permendagri No Sesuai/
Desa Anyar Keterangan
NO 113 Tahun 2014 Tidak
1. Pasal 38 ayat (1) Pada Desa Anyar, Sesuai Pada Desa Anyar, Kepala
Kepala Desa Kepala Desa menyampaikan laporan
menyampaikan menyampaikan pertanggungjawaban realisasi
laporan laporan pelaksanaan APBDesa
pertanggungjawaban pertanggungjawaban kepada Bupati setiap akhir
realisasi pelaksanaan realisasi pelaksanaan tahun anggaran
APBDesa kepada APBDesa kepada
Bupati/Walikota Bupati setiap akhir
setiap akhir tahun tahun anggaran
anggaran
2. Pasal 38 ayat (2) Pada Desa Anyar, Sesuai Pada Desa Anyar, Laporan
Laporan Laporan pertanggungjawaban realisasi
pertanggungjawaban pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa terdiri
realisasi pelaksanaan realisasi pelaksanaan dari pendapatan, belanja, dan
APBDesa terdiri dari APBDesa terdiri dari pembiayaan
pendapatan, belanja, pendapatan, belanja,
dan pembiayaan dan pembiayaan
3. Pasal 38 ayat (3) Pada Desa Anyar, Sesuai Pada Desa Anyar, Laporan
Laporan Laporan pertanggungjawaban realisasi
pertanggungjawaban pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa)
realisasi pelaksanaan realisasi pelaksanaan ditetapkan dengan Peraturan
APBDesa) ditetapkan APBDesa) Desa
dengan Peraturan ditetapkan dengan
Desa Peraturan Desa

Universitas Sriwijaya
100

4. Pasal 38 ayat (4) Pada Desa Anyar, Sesuai Pada Desa Anyar, Format
Peraturan Desa Format laporan laporan pertanggungjawaban
tentang laporan pertanggungjawab sesuai dengan peraturan desa
pertanggungjawaban an sesuai dengan yaitu : (a) format Laporan
realisasi pelaksanaan peraturan desa Pertanggungjawaban
APBDesa dilampiri: yaitu : (a) format Realisasi Pelaksanaan
(a) format Laporan Laporan APBDesa Tahun Anggaran
Pertanggungjawaban Pertanggungjawa berkenaan (b) format
Realisasi ban Realisasi Laporan
Pelaksanaan Pelaksanaan KekayaanDesaDesember
APBDesa Tahun APBDesa Tahun Anggaran berkenaan
Anggaran berkenaan Anggaran berkenaan dan (c)LaporanPemerintah
(b) Laporan Milik (b) format Laporan Pemerintahyang masuk ke
Desa per 31 Kekayaan Milik desa. Per Milik 31 Tahun
Desember Tahun Desa per 31 format Program dan Daerah
format Kekayaan Desember Tahun
Anggaran berkenaan Anggaran berkenaan
dan (c) format dan (c) format
Laporan Program Laporan Program
Pemerintah dan Pemerintah dan
Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah
yang masuk ke desa. yang masuk ke desa.
5. Pasal 39 Laporan Pada Desa Anyar, Sesuai Pada Desa Anyar,
Pertanggungjawaban Pertanggungjawaban Pertanggungjawaban
Realisasi Realisasi Realisasi Pelaksanaan
Pelaksanaan Pelaksanaan APBDesa merupakan bagian
APBDesa merupakan APBDesa penting yang termasuk dalam
bagian tidak merupakan bagian laporan penyelenggaraan
terpisahkan dari penting yang Pemerintahan Desa.
laporan termasuk dalam
penyelenggaraan laporan
Pemerintahan Desa. penyelenggaraan
Pemerintahan Desa.
6. Pasal 40 ayat (1) Pada Desa Anyar, Sesuai Pada Desa Anyar, Laporan
Laporan realisasi dan Laporan realisasi realisasi dan dan laporan
laporan dan dan laporan pertanggungjawaban realisasi
pertanggungjawab an pertanggungjawab pelaksanaan APBDesa
realisasi pelaksanaan an realisasi diinformasikan kepada
APBDesa pelaksanaan masyarakat secara tertulis
diinformasikan APBDesa dan dengan media informasi
kepada diinformasikan yang mudah diakses oleh
masyarakat secara kepada masyarakat masyarakat
tertulis dan dengan secara tertulis dan
media informasi yang dengan media
mudah diakses oleh informasi yang
masyarakat mudah diakses oleh
masyarakat

Universitas Sriwijaya
101

7. Pasal 40 ayat (2) Pada Desa Anyar, Sesuai Pada Desa Anyar, Media
Media informasi Media informasi informasi yang digunakan
antara lain papan yang digunakan yaitu Baliho, dan leaflet
pengumuman, radio yaitu Baliho dan
komunitas, dan leaflet.
media lainnya.
8. Pasal 41 ayat (1) Pada Desa Anyar, Sesuai Pada Desa Anyar, Laporan
Laporan realisasi dan Laporan realisasi realisasi dan laporan
laporan dan laporan pertanggungjawaban realisasi
pertanggungjawaban pertanggungjawab pelaksanaan APBDesa
realisasi pelaksanaan realisasi pelaksanaan disampaikan kepada Bupati
APBDesa APBDesa melalui camat dan Dinas
disampaikan kepada disampaikan kepada PMD
Bupati/Walikota Bupati melalui
melalui camat atau camat dan Dinas
sebutan lain PMD.
9. Pasal 41 ayat (2) Pada Desa Anyar, Sesuai Pada Desa Anyar, Laporan
Laporan Laporan pertanggungjawaban realisasi
pertanggungjawab an pertanggungjawab pelaksanaan APBDesa
realisasi pelaksanaan an realisasi disampaikan sebelum akhir
APBDesa pelaksanaan tahun berkenaan sehingga
disampaikan paling APBDesa tidak melewati batas yang
lambat 1 (satu) bulan disampaikan ditentukan.
setelah akhir tahun sebelum akhir tahun
anggaran berkenaan berkenaan sehingga
tidak melewati batas
yang ditentukan.
10. Pasal 42 Format Pada Desa Anyar, Sesuai Pada Desa Anyar, Format
Rancangan Peraturan Format Rancangan PeraturantentangBuku
Desa tentang Peraturan Desa Pembantu Kas Kegiatan,
APBDesa, Buku tentang APBDesa, Rencana Anggaran Biaya dan
Pembantu Kas Buku Pembantu Kas Surat Permintaan
Kegiatan, Rencana Kegiatan, Rencana Pembayaran serta Pernyataan
Anggaran Biaya dan Anggaran Biaya dan Tanggungjawab Belanja,
Surat Permintaan Surat Permintaan Laporan Realisasi
Pembayaran serta Pembayaran serta Pelaksanaan APBDesa pada
Pernyataan Pernyataan semester pertama dan
Tanggungjawab Tanggungjawab semester akhir tahun serta
Belanja, Laporan Belanja, Laporan Laporan Pertanggungjawaban
Realisasi Realisasi Realisasi Pelaksanaan
Pelaksanaan Pelaksanaan APBDesa tercantum dalam
APBDesa pada APBDesa pada Lampiran yang merupakan
semester pertama dan semester pertama bagian tidak terpisahkan dari
semester akhir tahun dan semester akhir Peraturan Menteri.
serta Laporan tahun serta Laporan
Pertanggungjawaban Pertanggungjawaban
Realisasi Realisasi
Pelaksanaan Pelaksanaan

Universitas Sriwijaya
102

APBDesa tercantum APBDesa tercantum


dalam Lampiran dalam Lampiran
yang merupakan yang merupakan
bagian tidak bagian tidak
terpisahkan dari terpisahkan dari
Peraturan Menteri Peraturan Menteri.
11. Pasal 43 Ketentuan Pada Desa Anyar, Sesuai Pada Desa Anyar, Ketentuan
lebihmengenai Ketentuan lebih lanjut Pengelolaan Keuangan
Pengelolaan lanjut mengenai diaturPeraturan Bupati.
Keuangan diatur Pengelolaan
Peraturan Keuangan Desa
Bupati/Walikota
Sumber: Hasil Wawancara dan Studi Pustaka (BAB V Pasal 38-43) diolah Penulis dengan bahasa baku, 2018.

Pada pembahasan Tabel 5.10, di simpulkan bahwa pertanggungjawaban


realisasi pelaksanaan kegiatan APBDes telah memenuh sesuai dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 dimana
pemerintah atau Kepala Desa Anyar sudah mempertanggungjawabkan laporan
realisasi pelaksanaan APBDesa setiap akhir tahun anggaran yang sesuai dengan
Permendari 113 tahun 2014. Laporan ini di sampaikan juga kepada masyarakat
melalui media berupa baliho APBDesa yang di pajang di depan kantor desa dan
disetiap dusun serta leaflet yang berisi APBDesa yang dibagikan kepada setiap
Kepala Keluarga di Desa Anyar.
Dalam organisasi, di tentukan oleh rasa tanggungjawab perangkat desa
selama proses pelaksanaan kegiatan. Dalam diri setiap perangkat desa harus
dibangun kesadaran bahwa merekalah yang menjadi kunci keberhasilan
pengelolaan keuangan, jika rasa tanggung jawab untuk melaksanakan belum
tumbuh, maka proses pelaksanaan selanjutnya tidak akan berjalan sesuai yang
telah ditetapkan atau terjadi Mal-Administrasi. Oleh karena itu pemerintah pusat
dan daerah membutuhkan sikap mental sebagai pemacu pelaksanaan proses
pembangunan. Peran Pemerintah Pusat, dan Pemerintah Daerah dalam
pertanggungjawaban mendorong kerja sama lintas unit/bidang dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat, misalnya pembangunan fisik berupa jalan, Gedung
Olahraga, Siring, sumur bor, dan beberapa unit MCK di Tahun 2017.
Sejalan dengan prinsip transparansi, akuntabel, dan partisipatif yang
merupakan ciri dasar tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance),
maka pertanggungjawaban tidak hanya disampaikan kepada pemerintah yang

Universitas Sriwijaya
103

berwenang, tetapi juga harus disampaikan kepada masyarakat, baik langsung


maupun tidak langsung.
Secara langsung, pertanggungjawaban kepada masyarakat bisa disampaikan
melalui Musyawarah Desa sebagai forum untuk membahas hal-hal strategis, yang
dihadiri BPD dan unsur-unsur masyarakat lainnya. Selain itu, laporan
pertanggungjawaban juga dapat disebarluaskan melalui berbagai sarana
komunikasi dan informasi: papan Informasi Desa, website resmi pemerintah
kabupaten atau bahkan desa. Dalam pelaksanaan sudah dilaksanakan sesuai
dengan semestinya dan Optimal.
Berdasarkan hasil analisis terhadap data-data pendukung yang diperoleh
dari pengamatan dilapangan serta wawancara dapat disimpulkan bahwa Perangkat
Desa Anyar telah menunjukan Tingkat Kepatuhan yang terdiri dari beberapa
indicator, yaitu: (1) Perencanaan Kegiatan, (2) Pelaksanaan Kegiatan, (3)
Penatausahaan Keuangan, (4) Pelaporan Kegiatan, (5) Laporan
Pertanggungjawaban (APBDes), jika dilihat dari: (a) Sumber Anggaran (b) PAGU
Anggaran (c) Belanja Desa (d) Mekanisme Penetapan APBDes Desa Anyar (e)
Prosedur Pengucuran Anggaran. Namun Tingkat Kepatuhan pada indikator
Perencanaan di sub indikator Prosedur Pengucuran Anggaran dinilai masih
rendah/belum optimal, hal ini dapat dilihat dari proses tahapan penetapan
Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) yang
seharusnya Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa (APBDesa) disepakati bersama paling lambat bulan Oktober tahun berjalan
(Pasal 20 ayat 4). Pada keyataannya, Desa Anyar dalam penyusunan Rancangan
Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa)
disepakati bersama di bulan Maret ditahun berikutnya, sehingga adanya
keterlambatan dalam menyepakati PerDes dan RKPDes tentang APBDes tahun
2017, sehingga untuk Tingkat Kepatuhan dari seluruh tahapan indikator sudah
berjalan, tetapi dinilai masih rendah/belum Optimal.
Dimensi selanjutnya yang akan di analisis adalah dimensi Kelancara
Rutinitas Fungsi. Dimensi mempunyai tiga indikator dan analisis akan dimulai
dari indikator (a) Ketersediaan Anggaran (b) Ketersediaan Sumber Daya (c)
Adanya Pengewasan.

Universitas Sriwijaya
104

5.2 Kelancaran Rutinitas Fungsi


Rutinitas fungsi dalam implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 adalah memberikan pedoman
petunjuk teknis dalam pengelolaan keuangan desa yang efisien dalam
ketentuannya. Jika fungsi ini tidak terjadi secara terus menerus maka
implementasi kebijakan dapat terhambat dan tidak berjalan dengan baik.
Kelancaran rutinitas fungsi memiliki indikator–indikator yang meliputi: (a)
Ketersediaan Anggaran, (b) Ketersediaan Sumber daya, dan (c) Adanya
Pengawasan.

5.2.1 Ketersediaan Anggaran


Pendekatan dalam Sistem Anggaran Negara tersebut menurut Mardiasmo,
dalam bukunya Akuntansi Sektor Publik cenderung memiliki karakteristik sebagai
berikut: (1) Komperhensif/Komparatif, (2) Terintegrasi dan lintas departemen, (3)
Proses Pengambilan Keputusan yang rasional, (4) Berjangka panjang, (5)
Spesifikasi tujuan dan urutan prioritas, (6) Analisis total cost and benefits
(termasuk opportunity cost), (7) berorientasi pada input, output, dan outcome,
bukan sekedar input, (8) Adanya pengawasan kinerja.
Dalam banyak hal keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat
tergantung dari lancar atau tidaknya fungsi-fungsi yang ada. Kelancaran terjadi
ketika suatu instansi melaksanakan tugas pokok tersebut dengan tanpa hambatan.
Salah satu faktor tersebut adalah tersedianya anggaran. Ketersediaan Anggaran
adalah sesuatu yang memiliki nilai guna. Jika ketersediaan anggaran ini tidak
tersedia dengan baik tentu akan mengganggu kelancaran fungsi dari Pengelolaan
Keuangan Desa. Sehubungan dengan pentingnya kelancaran rutinitas fungsi yang
harus dilaksanakan dalam pengelolaan keuangan desa tersebut, berikut
ketersediaan anggaran di Desa Anyar:

Universitas Sriwijaya
105

Tabel 5.11
Ketersedian Anggaran Desa Anyar
Penggunaan Waktu
No Desa Uraian Kegiatan Anggaran
Anggaran Kegiatan
1. Anyar 1. Bidang Pelaksanaan Rp. 419.537.000
Pemerintahan Desa 20% dari
2. Bidang Pelaksanaan Rp. 779.217.000 anggaran Januari
Pembangunan Desa (Pemeberdayaan) s/d
3. Bidang Pembinaan Rp. 6.000.000 dan 80% Desember
Kemasyarakatan pembangunan (1 Tahun)
4. Bidang Pemberdayaan Rp. 34.423.000 fisik.
Masyarakat (PP No. 43 th
2014 Psl 100)
TOTAL Rp. 1.239.177.000
Sumber: Penulis dari hasil pengamatan studi pustaka (APBDes), 2018.

Berdasarkan tabel 5.11. Ketersediaan Anggaran Desa Anyar untuk


merealisasikan beberapa kegiatan dalam satu tahun anggaran baik dibidang
pembangunan maupun di bidang pemberdayaan masyarakat sesuai dengan
pembagiannya. Untuk uraian kegiatan pada Bidang Pelaksanaan Pemerintahan
Desa anggaran yang di butuhkan senilai Rp. 419.537.000. Untuk uraian anggaran
pada Bidang Pemberdayaan Masyarakat bernilai Rp. 34.432.000. Selanjutnya
anggaran terbesar terdapat pada uraian kegiatan di Bidang Pelaksanaan
Pembangunan Desa di mana anggaran dana yang di butuhkan sejumlah Rp.
779.217.000. Sedangkan untuk uraian di Bidang Pembinaan Kemasyarakatan
memiliki anggaran yang cukup kecil di banding dengan ke tiga uraian kegiatan di
atas. Anggaran ini mengacu pada PP No. 43 th 2014 Psl 100 dimana 20% dari
anggaran (Pemeberdayaan) dan 80% pembangunan fisik di olah secara terbuka.
Oleh karena itu, dana yang dianggarkan harus direalisasikan dengan baik dan
tepat sasaran.
Ketersediaan alokasi anggaran merupakan salah satu bentuk komitmen
pemerintah pusat dan daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir dalam mendukung
keberhasilan implementasi peraturan menteri dalam negeri nomor 113 tahun 2014
tentang pengelolaan keuangan desa di Desa Anyar. Ketersediaan alokasi anggaran
salah satunya guna mendukung pengadaan sarana dan prasarana di Desa Anyar.
Menurut Suharsimi (2010:1), Anggaran yaitu suatu rencana yang disusun
secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan
dalam unit kesatuan moneter yang berlaku untuk jangka waktu periode tertentu

Universitas Sriwijaya
106

yang akan datang. Sedangkan Nafarin (2013:11), mendifinisikan bahwa Anggaran


(budget) merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang
dinyatakan dalam suatu uang, tetapi dapat juga dinyatakan dalam satuan
barang/jasa.
Sasongko dan Parulian (2015:2), berpendapat bahwa Anggaran adalah
rencana kegiatan yang akan dijalankan oleh manajemen dalam satu periode yang
tertuang secara kuantitatif. Informasi yang dapat diperoleh dari anggaran
diantaranya jumlah produk dan harga jualnya untuk tahun depan. Dari definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum anggaran merupakan suatu
rencana kerja yang disusun secara sistematis yang dinyatakan dalam satuan uang,
barang atau jasa untuk waktu periode yang akan datang.
Dengan demikian, pada dimensi kedua yaitu Kelancararan Rutinitas Fungsi
di indikator pertama Ketersediaan Anggaran Desa Anyar, jika dilihat dari total
anggaran Rp. 1.239.177.000, di empat bidang pelaksanaan kegiatan yang
disepakati dengan mekanisme musyawarah bersama bisa dikatakan
tercukupi/lancar.

5.2.2 Ketersediaan Sumber Daya


Keberhasilan suatu implementasi kebijakan amat ditentukan oleh tingkat
implementability kebijakan, yang terjadi atas isi kebijakan (Content of Policy)
yang mencakup Resources Committed (Sumber-Sumber Daya yang digunakan),
pelaksanaan kebijakan harus didukung oleh sumber daya-sumber daya yang
mendukung agar pelaksanaannya berjalan dengan baik (Merilee S. Grindle, 1980).
Selanjutnya Van Meter Van Horn (1975) menjelaskan bahwa keberhasilan
implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan
sumber daya yang tersedia.
Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari
kemampuan memanfaatkan sumber daya yang ada. Manusia merupakan sumber
daya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses implementasi
suatu kebijakan yang harus memenuhi persentase ketersediaan sumber daya yang
dibutuhkan. Tetapi diluar sumber daya manusia, sumber daya yang lain perlu
diperhatikan juga yakni salah satunya fasilitas atau sarana prasarana, dimana
fasilitas atau sarana prasarana ini di gunakan untuk kepentingan bersama dalam

Universitas Sriwijaya
107

menghasilkan ide dan gagasan yang berguna untuk ketersediaan sumber daya.
Karena mau tidak mau, ketika sumber daya manusia yang kompeten dan kapabel
telah terpenuhi sedangkan fasilitas tidak tersedia, maka memang menjadi
persoalan pelik untuk merealisasikan apa yang hendak dituju, bisa jadi hal ini
akan mempersulit cara kerja dan kinerja sumber daya manusia. Berikut Tabel
mengenai Ketersediaan Sumber Daya Dalam Pengelolaan Keuangan Desa Anyar:

Tabel 5.12
Ketersediaan Sumber Daya
Dalam Pengelolaan Keuangan Desa Anyar

No Sumber Daya Keterangan


a) Kantor Desa
b) Balai Desa
1. Sumber Daya Modal c) Motor Dinas, dan
lainnya.
a) Kepala Desa
b) Sekretaris Desa
2. Sumber Daya Manusia c) Bendahara Desa
d) Perangkat Desa
e) Masyarakat
Sumber: Penulis dari hasil Studi Pustaka (Profil Desa) Anyar, 2018.

Data Tabel 5.12, dapat diketahui bahwa sumber daya yang diperlukan untuk
memastikan kelancaran pelaksanaan kegiatan pengelolaan keuangan desa adalah
sumber daya modal yang berkaitan dengan pemenuhan sarana pelayanan dan
sumber daya manusia yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan. Kewenangan
pengelolaan keuangan desa sendiri merupakan salah satu bentuk pengakuan
Pemerintah Pusat yang secara substantif lebih menekankan kedaulatan desa.
Dengan sistem pengelolaan keuangan desa yang harus dibuat secara profesional,
maka ketersediaan SDM yang terampil dan profesional sangat mutlak dibutuhkan
Pemerintah Desa. Meski terampil dan professional saja tidak cukup oleh karena
pengetahuan dan pemahaman tentang aturan hukum yang berlaku juga sangat
dibutuhkan. Sulitnya menjalankan kewenangan mutlak (secara rasional/legal)
dalam pengelolaan keuangan desa tanpa didukung oleh ketersediaan SDM yang
memiliki kapasitas dan kapabilitas dalam pengelolaan keuangan desa, seperti
halnya yang terdapat pada Desa Anyar.

Universitas Sriwijaya
108

Untuk mengetahui apakah sumber daya tersebut berpengaruh besar terhadap


kelancaran rutinitas dan fungsi pelaksanaan kegiatan pengelolaan keuangan desa,
lihat Tabel 5.13, berikut:

Tabel 5.13
Hasil Wawancara
Fungsi Sumber Daya Dalam Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Keuangan Desa

Sumber Rincian
No Fungsi/Keterangan
Daya Sumber Daya
1. Sumber a) Fasilitas Kantor Desa a) Pusat Pelayanan seluruh kegiatan
Daya Pemerintahan Desa
Modal b) Fasilitas Balai Desa b) Mendukung jalannya berbagai
Kegiatan Masyarakat, seperti;
Musyawarah Desa, Kegiatan Karang
Taruna/Kepemudaan, Kegiatan PKK
dan lainnya
c) Sarana pendukung c) Ketersediaan Motor Dinas, Gedung
lainnya Olahraga, PUSKESDES, gedung
PAUD, jalan desa dan fasilitas
lainnya.
2. Sumber a) Kepala Desa a) Memimpin Penyelenggaraan
Daya Pemerintahan Desa
Manusia b) Sekretaris Desa b) Membantu Kepala Desa dalam bidang
administrasi pemerintahan
c) Bendahara Desa c) Membantu Sekretaris Desa dalam
urusan pelayanan administrasi
pendukung pelaksanaan tugas-tugas
pemerintahan
Sumber: Hasil Wawancara dan Studi Pustaka (Profil Desa) Anyar, 2018.

Dari hasil tabel 5.13, dapat diketahui secara jelas mengenai sumber daya
modal dan sumber daya manusia yang memiliki keterkaitan erat sehingga dapat
menunjang lancarnya kegiatan pemerintahan desa. Dari sisi sumber daya modal
berupa pemenuhan sarana dan fasilitas, Desa Anyar telah menyediakan berbagai
sarana dan fasilitas untuk mendukung pelaksanaan kegiatan desa. Ketersediaan
sarana dan prasarana yang tersedia lebih banyak berbentuk fisik berupa sarana
fasilitas bangunan kantor desa yang telah di sediakan, peralatan alat tulis (ATK)
kantor, kursi, dan lemari. Dalam penelitian ini sarana dan prasarana ditekankan
pada ketersediaan fasilitas yang dapat digunakan untuk perencanaan,
penatausahaan, dan pertanggungjawaban secara mudah, memadai, dan tepat
waktu. Peralatan perlengkapan elektronik (komputer) yang tersedia, lebih

Universitas Sriwijaya
109

diutamakan bagi kepala seksi/urusan untuk kegiatan adminitrasi dan keuangan


bagi yang belum menggunakan aplikasi khusus akuntansi. Untuk kendaraan dinas
seperti motor dinas kepala desa hanya mendukung mobilitas kerja. Ketersediaan
sarana dan prasarana diakui mampu menunjang kinerja pemerintah desa,
khususnya dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan di pemerintahan desa, seperti
menyusun perencanaan desa, menyusun buku-buku adminitrasi keuangan, buku
pembantu kas, buku pembantu pajak, menyusun draft pembuatan APBDes dan
lain sebagainya.
Selain ketersediaan sumber daya sarana dan prasarana hal yang dibutuhkan
dalam kelancaran rutinitas fungsi pelaksanaan kegiatan pengelolaan keuangan
desa adalah ketersediaan sumber daya manusia. Keseluruhan sumber daya
manusia berkaitan dengan rutinitas fungsi yang ada pada kegiatan pengelolaan
keuangan desa di Desa Anyar Kecamatan Kota Kayuagung. Di Desa Anyar ini
perangkat desa kurang memiliki kemampuan yang memadai dalam pengelolaan
keuangan desa, secara umum responden menyampaikan bahwa pengetahuan
mereka mengenai akuntansi belum cukup memadai. Berikut Tabel latar belakang
pendidikan yang dimiliki oleh beberapa perangkat Desa Anyar:

Tabel 5.14
Tingkat Pendidikan Perangkat Desa Anyar
Pendidikan
No Jabatan
S1 D SMA SMP
3
1. Kepala Desa √ - - -
2. Sekretaris Desa - √ - -
3. Bendahara Desa - - √ -
4. Badan Permusyawaratan Desa - - - √
Sumber: Penulis dari Profil Desa Anyar, 2018.

Kemampuan perangkat desa dalam mengelola keuangan desa diperoleh dari


pengalaman bekerja dibidang yang sama di atas 5 tahun, latarbelakang pendidikan
Strata satu (S1) dimiliki oeleh Kepala Desa, Diploma (D3) dimiliki oleh
Sekretaris, Sekolah Menengah Atas (SMA) dimiliki oleh Bendahara Desa, dan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dimiliki oleh BPD. Dalam hal ini pelatihan
dan sosialisasi di adakan oleh DPMD, BPK, BPKP dan lembaga lainnya. sesuai
dengan tugas dan fungsi perangkat desa.

Universitas Sriwijaya
110

Bentuk pemberdayaan yang dilakukan setelah adanya pelatihan yaitu dapat


meningkatkan pemahaman bagi perangkat desa tentang teknis penyusunan
rencana strategi yang sesuai dengan perundang-undangan dan meningkatkan
kompetensi bagi perangkat desa dalam melaksanakan proses penyusunan APBDes
dengan menggunakan aplikasi akuntansi/siskeudes.
Sumber daya adalah nilai potensial dari materi atau elemen dalam
kehidupan tertentu. Sumbernya tidak selalu fisik, tetapi juga non-fisik (tidak
berwujud). The Chartered Institute of Personnel and Development (CIPD) dalam
Mullins (2005). Sumber daya manusia merupakan sebagai strategi perancangan,
pelaksanaan dan pemeliharaan untuk mengelola manusia untuk kinerja usaha yang
optimal termasuk kebijakan pengembangan dan proses untuk mendukung strategi.
M.T.E. Hariandja (2002,2) Sumber Daya Manusia adalah salah satu faktor yang
sangat penting dalam suatu perusahaan disamping faktor yang lain seperti modal.
Oleh karena itu SDM harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas
dan efisiensi organisasi.
Mathis dan Jackson (2006,3) Sumber Daya Manusia meruapakan rancangan
sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan
bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi.
Menurut Drs. Moekijat (2000:63) dalam “Kamus Manajemen” “Ada banyak
perumusan yang berlainan mengenai modal, biasanya modal dianggap terdiri dari
uang tunai , kredit, hak membuat dan menjual sesuatu (paten), mesin-mesin dan
gedung-gedung. Akan tetapi sering istilah tersebut dipergunakan untuk
menyatakan hak milik total yang terdiri atas jumlah yang ditanam, surplus dan
keuntungan-keuntungan yang tidak dibagi.”
Dengan demikian, pada dimensi kedua yaitu Kelancararan Rutinitas Fungsi
di indikator kedua Ketersediaan Sumber Daya Desa Anyar, jika dilihat dari
fasilitas sarana dan prasarana sudah cukup memadai untuk menunjang
pelaksanaan kegiatan pengelolaan keuangan desa, dan sumber daya manusia telah
mampu mengelola pengelolaan dengan baik berdasarkan pengalamannya dan
dikatakan terpenuhi/lancar dan dapat dikatakan Optimal.

Universitas Sriwijaya
111

5.2.3 Adanya Pengawasan


G. R Terry dalam Buku Principles of management mengemukakan tentang
proses pengawasan sebagai berikut: (a) Determining the standart or basis for
control/Tentukan standar atau dasar bagi pengawasan. (b) Measuring the
performance/Ukurlah pelaksanaan (c) Comparing performance with the standard
and ascerting the difference/Bandingkan pelaksanaan dengan standard an
temukanlah perbedaan jika ada (d) Correcting the deviation by means of remedial
action/Perbaiki pentimpangan dengan cara-cara tindakan yang cepat.
Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pada pasal 54,
dijelaskan bahwa musyawarah desa merupakan forum pemusyawaratan yang
diikuti oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Pemerintah Desa (PD), dan
unsur masyarakat desa yang bertujuan untuk memusyawarahkan hal yang bersifat
strategis dalam penyelenggaraan Pemerintah Desa. Berkaitan dengan
penyelenggaraan dalam pemerintahan di desa, pemerintah desa sebagai penggerak
masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan fisik desa dan
penyelenggaraan administrasi desa, maka setiap keputusan yang diambil harus
didasarkan atas musyawarah desa untuk mencapai keputusan bersama.

5.2.3.1 Pengawas (Badan Permusyawaratan Desa)


Sebagai subjek pembangunan tentunya warga masyarakat hendaknya sudah
dilibatkan untuk menentukan perencanaan pembangunan sesuai dengan kebutuhan
objektif masyarakat yang bersangkutan. Dalam arti bahwa perencanaan
pembangunan yang akan dilaksanakan dapat menyentuh langsung kebutuhan
masyarakat sehingga program perencanaan pembangunan desa yang akan
dicanangkan, masyarakat dapat berpartisipasi seoptimal mungkin. Ide-ide
pembangunan harus didasarkan pada kepentingan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhannya yang menunjang terhadap pembangunan nasional. Ide-ide
pembangunan desa inilah yang akan ditampung oleh Badan Pemusyawaratan Desa
(BPD) dan akan dimufakatkan bersama dalam musyawarah pembangunan desa
sehingga dapat direncanakan dengan baik antara pemerintah dengan masyarakat.
Hal ini pada akhirnya akan menumbuhkan prakarsa dan swadaya masyarakat serta
partisipasi aktif nantinya pada saat pelaksanaan pembangunan desa. Berikut
beberapa tugas yang dilakukan oleh Badan Pemusyawaratan Desa (BPD).

Universitas Sriwijaya
112

a) Menggali aspirasi masyarakat.


b) Menampung aspirasi masyarakat.
c) Mengelola aspirasi masyarakat.
d) Menyalurkan aspirasi masyarakat.
e) Menyelenggarakan musyawarah BPD.
f) Menyelenggarakan musyawarah Desa.
g) Membentuk panitia pemilihan Kepala Desa.
h) Menyelenggarakan musyawarah desa khusus untuk pemilihan Kepala
Desa antar waktu.
i) Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepela
Desa.
j) Menjalankan pengawasan terhadap kinerja Kepala Desa.
k) Melakukan evaluasi laporan keterangan penyelenggaraan pemerintah
desa.
l) Menciptakan hubungan kerja yang harmonis dengan pemerintah desa dan
lembaga desa lainnya.
m) Melaksanakan tugas lain yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Berikut, Kedudukan Badan Permusyawaratan Desa ialah:
a) Anggota BPD merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan
keterwakilan wilayah yang pengisiannya dilakukan secara demokrasi.
b) Masa keanggotaan BPD selama 6 tahun terhitung sejak tanggal
pengucapan sumpah atau janji.
c) Anggota BPD sebagaimana yang dimaksud diatas dapat dipilih masa
keanggotaan paling banyak 3 kali secara berturut-turut atau tidak secara
berturut-turut.
Selanjutnya, Hak Badan Permusyawaratan Desa adalah
a) Mengawasi dan meminta keterangan tentang penyelenggaraan pemerintah
desa kepada pemerintah desa.
b) Menyetakan pendapat atas penyelenggaraan pemerintah desa, pelaksanaan
pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan
masyarakat desa.

Universitas Sriwijaya
113

c) Mendapatkan biaya operasional pelaksanaan tugas dan fungsinya dari


Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes).
Kewajiban BPD yaitu:
a) Memegang teguh dan mengamalkan pancasila, melaksanakan Undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta
mempertahankan dan memelihara keutuhan NKRI dan Bhineka Tunggal
Ika.
b) Melaksanakan kehidupan demokrasi yang berkeadilan gender dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa.
c) Menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi
masyarakat desa.
d) Mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi, kelompok,
dan atau golongan.
e) Menghormati nilai social budaya dan adat istiadat masyarakat desa.
f) Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga
kemasyarakatan desa.
Adapun keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa Anyar dapat dilihat
pada Tabel 5.15, berikut:

Tabel 5.15
Keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa Anyar

No Badan Permusyawaratan Desa Jabatan Keterangan


(BPD)
1. Asnawi Ali Ketua Aktif
2. Rochlan Wakil Ketua Aktif
3. Yeni Afrizah Anggota Aktif
4. Lisnawati Anggota Aktif
5. Mujahidin Anggota Aktif
Sumber : Data Primer Desa Anyar, 2018.

Dalam hal ini, pengawasan BPD sangat dibutuhkan dengan berasas


keterbukaan. Pengawasan berati mendeterminasikan apa yang dilaksanakan,
maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan tindakan-
tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana-rencana. Jadi
pengawasan dapat dianggap sebagai aktivitas untuk menemukan dan mengoreksi
penyimpangan-penyimpangan penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitas-

Universitas Sriwijaya
114

aktivitas yang direncanakan. Pengawasan pada dasarnya tidak terlepas dari tujuan
yang ingin dicapai. Adapun tujuan dari pengawasan BPD diantaranya:
a) Untuk mengetahui apakah segala sesuatu kegiatan berjalan sesuai dengan
rencana yang digariskan.
b) Untuk mengetahui apakah segala sesuatu dilaksanakan dengan instruksi
serta asas-asas yang telah ditentukan.
c) Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan, dan kelemahan-kelemahan dalam
bekerja.
d) Untuk mengetahui apakah kegiatan berjalan dengan efisien.
e) Untuk mencari jalan keluar bila ternyata dijumpai kesulitan-kesulitan dan
kegagalan kearah perbaikan.
Berdasarkan hasil analisis terhadap pengamatan di lapangan serta
keterangan dari informan dapat disimpulkan bahwa Kelancaran Rutinitas Fungsi
terhadap sub indikator Pengawas Badan Permusyawaratan Desa sudah ada, sesuai
dengan Keputusan Kepala Desa Anyar Nomor 3 tentang Pembentukan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) Anyar Tahun 2017 dan sudah melakukan
pengawasan terhadap kinerja Pemerintah Desa Anyar dengan aktif.

5.2.3.2 Mekanisme Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa di Desa Anyar


Dalam menjalankan tugasnya sebagai lembaga desa, Badan
Permusyawaratan (BPD) memiliki fungsi yang telah ditetapkan. Salah satunya
adalah fungsi pengawasan, yang dimaksud fungsi pengawasan disini adalah
dimana BPD mengawasi kinerja pemerintah desa khususnya kepala desa dalam
menjalankan tugasnya. Menurut penulis tentang pengawasan yang disampaikan
oleh Septry Rizky MH. S.IP, menjelaskan bahwa terdapat beberapa tahapan dalam
menjalankan pengawasan, yaitu:
a) Penetapan Standard.
b) Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan Sesuai Acuan.
i. Tahap Perencanaan.
ii. Tahap Pelaksanaan.
iii. Tahap Pertanggungjawaban.
Ditegaskan dalam Permendagri Nomor 110 Tahun 2016 Tentang Badan
Permusyawaratan Desa Pasal 48 dalam Permendagri Nomor 110 Tahun 2016

Universitas Sriwijaya
115

Tentang BPD, dijelaskan bahwa dalam melakukan evaluasi kinerja kepala desa
BPD dapat melakukannya dengan cara atau dengan mekanisme sebagai berikut:
a) Persiapan evaluasi dengan berdasarkan prinsip tata kelola pemerintahan
yang baik. Dalam tahap awal dapat dilakukan dengan melihat prinsip-
prinsip demokratis, responsif, transparansi, akuntabilitas dan objektif.
b) Evaluasi pelaksanaan tugas Kepala Desa. Dalam tahap ini BPD melakukan
evaluasi terhadap capaian pelaksanaan RPJM Desa, RKP Desa dan
APBDesa, kemudian capaian pelaksanaan penugasan dari Pemerintah,
serta evaluasi capaian ketaatan terhadap pelaksanaan tugas sesuai
peraturan perundang-undangan.
c) Hasil Evaluasi, dalam tahapan ini BPD dapat melakukan beberapa hal
seperti membuat catatan tentang kinerja Kepala Desa, meminta keterangan
atau informasi terkait penyelenggaraan pemerintahan,menyatakan
pendapat serta memberi masukan untuk penyiapan bahan musyawarah
Desa.

a) Penetapan Standard / Acuan Dalam Pelaksanaan Pengawasan BPD


Badan Permusyawarataan Desa Anyar Kecamatan Kota Kayuagung
Kabupaten Ogan Komering Ilir, dalam melaksanakan fungsi pengawasan
seharusnya memiliki standard dan acuan hukum yang jelas, agar pelaksanaan
fungsi pengawasan yang dilakukan BPD bisa sesuai tujuan dan akurat serta
menghindari penyimpangan dan kesalahan dalam pengawasan. Di Desa Anyar,
Badan Permusywaratan Desa atau yang disingkat BPD ini memiliki acuan dalam
melaksanakan pengawasan. Acuan tersebut berupa peraturan hukum serta norma-
norma yang sesuai di masyarakat. Menurut Bapak Asnawi, selaku Ketua BPD
Desa Anyar mengatakan:
“Kami dalam melaksanakan tugas dan fungsi terutama fungsi pengawasan,
tentunya kami mengacu pada peraturan hukum yang berlaku saat ini
seperti Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dan Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 51 tentang pelaksanaan UU Desa tersebut,
lebih lanjutnya kami mengacu pada Permendagri Nomor 11- Tahun 2016
tentang BPD yang secara jelas mengatur tentang BPD dan juga kita
menerapkan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik. Tidak
hanya peraturan hukum yang kami gunakan sebagai acuan, karena kita
hidup bermasyarakat dimana masyarakat punya norma serta adat istiadat,
ya kita harus juga memperhatikan hal itu, agar masyarakat yang menjadi

Universitas Sriwijaya
116

salah satu pemegang peran penting dan stake holder dalam proses
pengawasan bisa beradaptasi”(4 November 2018 di Kantor Desa Anyar).

Sesuai dengan hasil data diatas kita dapat ketahui bahwa dalam
melaksanakaan fungsi pengawasan Badan Permusyawaratan Desa Anyar,
menggunakan beberapa acuan peraturan hukum yang berlaku seperti Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, PP Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 51
tentang pedoman pelaksanaan UU Desa dan Permendagri Nomor 110 Tahun 2016
Tentang BPD. Dalam PP Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 51 berbunyi:

“Kepala Desa menyampaikan laporan keterangan penyelenggaraan


Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 huruf c setiap
akhir tahun anggaran kepada Badan Permusyawaratan Desa secara tertulis
paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran.
Selanjutya Laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa
sebagaimana dimaksud paling sedikit memuat pelaksanaan peraturan Desa.
Kemudian hasil dari Laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan
Desa tersebut dapat digunakan oleh Badan Permusyawaratan Desa dalam
melaksanakan fungsi pengawasan kinerja kepala Desa.”

Dapat kita ketahui dari data diatas dijelaskan bahwa kepala pemerintahan
dalam hal ini adalah kepala desa wajib menyampaikan laporan penyelenggaraan
pemerintah desa secara tertulis kepada BPD selambat-lambatnya 3 bulan setelah
masa akhir tahun anggaran, dan laporan tersebut digunakan BPD untuk
melaksanakan fungsi pengawasan. Jadi pelaksanan fungsi pengawasan BPD
dilakukan dengan mengamati laporan hasil penyelenggaraan pemerintah desa
tersebut. Kemudian dalam laporan pertanggung jawaban yang dibuat Kepala Desa
tersebut paling sedikit memuat pelaksanaan peraturan desa yang telah ditetapkan.
Jadi jelas bahwa dalam laporan pertanggung jawaban yang disampaikan oleh
kepala desa harus memuat paling tidak pelaksanaan peraturan desa yang telah
ditetapkan sebelumnya.

Terkait dengan pelaporan dan sistematika laporan kepala desa kepada Badan
Permusyawaratan Desa, dijelaskan secara lebih lanjut dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri (Permendagri) Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2016 Tentang

Universitas Sriwijaya
117

Laporan Kepala Desa, dalam laporan pertanggungjawaban atau Laporan


Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Akhir Tahun Anggaran, harus memuat:
1) Pendahuluan.
2) Program Kerja penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
3) Program Kerja Pelaksanaan Pembangunan.
4) Program Kerja Pembinaan Kemasyarakatan.
5) Program Kerja Pemberdayaan Masyarakat.
6) Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
7) Keberhasilan yang dicapai, Permasalahan yang dihadapi dan Upaya yang
ditempuh.
8) Penutup.

Dari data diatas ditegaskan bahwa dalam pelaporan yang dilakukan Kepala
Desa harus memuat Delapan bagian laporan, dimulai dari Pendahuluan hingga
Penutup, peran BPD seharusnya dapat menjadikan hal ini sebagai acuan mereka
dalam menilai sebuah laporan yang dibuat dan melakukan pengawasan dengan
acuan sistematika pelaporan yang sudah ditetapkan dalam Permendagri tersebut.
Dari hasil temuan di Desa Anyar Kecamatan Kota Kayuagung Kabupaten Ogan
Komering Ilir, pelaporan yang ditulis oleh kepala Desa Anyar yang diserahkan
kepada BPD sudah memuat beberapa hal tersebut. Pelaporan yang dilakukan
kepala desa terhadap BPD sudah cukup baik, karena dalam laporan pertanggung
jawaban tersebut sudah memuat semua tahapan yang ada dalam acuan penulisan
mulai dari Pendahuluan hingga penutup, hal ini terdapat dalam pelaporan
pertanggungjawaban pada Tahun Anggaran 2017.
Tidak hanya acuan peraturan hukum diatas yang digunakan BPD dalam
melaksanakan fungsi pengawasannya, namun juga BPD menetapkan prinsip-
prinsip yang terdapat dalam tata kelola pemerintahan yang baik seperti efisien,
efektif dan akuntabel. Menurut Asnawi selaku Ketua BPD Desa Anyar, Badan
Permusywaratan Desa Anyar menetapkan standard lain selain peraturan hukum
yang berkaitan dengan Desa dan BPD yang berlaku saat ini. BPD Anyar juga
menerapkan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya terutama fungsi pengawasan. Penetapan acuan
ini dilakukan agar pengawasan yang dilakukan BPD Desa Anyar sesuai dengan

Universitas Sriwijaya
118

peraturan hukum yang berlaku dan mencegah adanya penyimpangan dan


kesalahan serta ketidak akuratan dalam melaksakan pengawasan.

b) Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan BPD


Pelaksanaan tugas BPD sebagai salah satu lembaga desa yang mempunyai
wewenang untuk menjalankan pengawasan terhadap kinerja kepala desa, menjadi
sangat strategis. Apalagi BPD sebagai perwakilan masyarakat di pemerintahan
desa diharapkan dapat menjadi perpenjangan tangan masyarakat serta jembatan
aspirasi masyarakat untuk penyelenggara pemerintah desa, untuk itu pelaksanaan
kegiatan yang terukur dan jelas harus menjadi perhatian khusus bagi pelaksanaan
pengawasan oleh BPD itu sendiri. Seharusnya dalam melaksanakan pengukuran
pelaksanaan kegiatan fungsi pengawasan BPD harus menjalankannya sesuai
dengan acuan atau standard yang telah ditentukan.
Dalam proses pengawasan kegiatan penggunaan dana desa ini, BPD
memiliki beberapa fase atau tahapan yang dapat dilakukan untuk melakukan
proses pengawasan, yaitu dimulai dari proses musyawarah bersama bersama
masyarakat/musyawarah desa, tahap pembuatan Rencana Anggaran Belanja
(RAB), tahap proses pelaksanaan pembangunan, dan sampai pada tahap
penyampaian laporan/laporan pertanggung jawaban oleh Kepala Desa. Lantaka,
2017). Seharusnya BPD dapat berperan aktif dalam melakukan proses
pengawasan yang dilakukan penyelenggara pemerintah mulai dari tahap/fase
perencanaan hingga tahap/fase pertanggung jawaban oleh kepala desa. Proses
pengawasan yang dilakukan BPD Anyar menurut Ketua BPD, Asnawi sebagai
berikut:
“Mulai dari perencanan program yang dilakukan, kemudian kami
lanjutkan dengan eksekusi atau realisasi kegiatan/program tersebut dan
hingga sampai pada tahapan pertanggungjawaban yang disampaikan
kepala desa kepada BPD secara tertulis juga tentunya kami terlibat aktif
(terlibat dalam hal pengawasan)” (4 November 2018 di Kantor Desa
Anyar).

Jadi sesuai hasil wawancara diatas BPD Anyar dalam melakukan


pengawasan terhadap kinerja kepala desa memiliki tiga tahapan yaitu:
1) Tahap Perencanaan

Universitas Sriwijaya
119

Pada tahap pertama ini tentunya BPD melakukan pengawasan dengan cara
melihat skala prioritas program yang direncanakan oleh penyelenggara
pemerintah desa. Dalam tahapan ini BPD selaku badan permusywaratan desa yang
mengadakan musywarah desa juga melakukan penampungan aspirasi terlebih
dahulu untuk menentukan skala prioritas yang ada dan dibutuhkan oleh
masyarakat Desa Anyar.
Menurut Garth N. Jone, Perencanaan adalah suatu proses pemilihan dan
pengembanngan dari pada tindakan yang paling baik untuk pencapaian tugas. M.
Farland, Perencanan adalah suatu fungsi dimana pimpinan kemungkinan
mengunakan sebagian pengaruhnya untuk mengubah daripada wewenangnya.
Dalam melakukan penampungan aspirasi masyarakat desa, Badan
Permusyawaratan Desa Anyar memiliki beberapa cara, yaitu:

Tabel 5.16
Hasil Wawancara
Metode Penampungan dan Penyaluran Aspirasi Masyarakat Oleh
Badan Permusyawaratan Desa Anyar
Sarana Menampung & Menyalurkan Tingkatan Waktu
No
Aspirasi Masyarakat Pelaksanaan Pelaksanaan
RT/RW atau Keadaan
1. Perkumpulan Dengan Masyarakat
Dusun mendesak
Rapat Rutin Anggota Badan
2. Anggota BPD Trywulan
Permusyawaratan Desa Anyar
Sumber : Wawancara denga Ketua BPD Desa Anyar, 2018.

Dapat dilihat dari Tabel 5.16, dapat ketahui bahwa dalam melakukan
penampungan aspirasi masyarakat BPD Anyar sudah cukup baik, terbukti dengan
adanya penggunaan metode yang tidak hanya dilakukan sesekali atau jika ada hal
penting saja. Tidak hanya sebagai tahapan proses pengawasan, namun juga
metode diatas digunakan dalam pelaksanaan fungsi BPD Anyar untuk
menampung dan menyakurkan aspirasi masyarakat, Badan Permusyawaratan
Desa memfasilitasi penyelenggaraan Musyawarah Desa. Perihal penyaluran
aspirasi BPD Anyar menyalurkan aspirasi dari masyarakat melalui rapat bersama
kepala desa yang telah dijadwalkan sebelumnya atau pun dengan rapat dengar
pendapat dan public hearing di Balai Desa Anyar atau tempat yang telah
ditentukan. Keterlibatan BPD sejak awal dalam musdus membuat BPD
memastikan jika apa yang direncanakan itulah yang akan dibangun.

Universitas Sriwijaya
120

2) Tahap Pelaksanaan
Kemudian tahap kedua, yaitu Tahapan Pelaksanaan Program/Realisasi
Program. Dalam tahapan ini BPD melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
program yang telah direncanakan dan kesesuaian antara pelaksanaan dengan
perencanaan. Pada tahap ini seharusnya BPD Anyar dapat turun langsung ke
lapangan untuk mengecek realiasasi perencanaan program yang telah dibuat.
Seperti yang dijelaskan oleh Ketua BPD Anyar, Asnawi mengatakan:

“Pada pelaksanaan pengawasan tahap realisasi program, kami biasanya


turun langsung ke lapangan untuk mengecek bagaimana realisasi
perencanaan program yang telah dibuat sebelumnya. Apakah sudah sesuai
atau belum dengan perencanaannya. Khususnya untuk program
pembangunan infrastruktur kami wajib untuk turun langsung ke lapangan
karena infrastruktur atau pembangunan menggunakan biaya keuangan desa
yang tidak sedikit. Biasanya jika ada yang kurang sesuai kami langsung
bertanya secara lisan kepada kepala desa atau pun pekerja pembangunan,
dan biasanya pada tahapan pembangunan fisik kami didampingi oleh pihak
kecamatan Kota Kayuagung” (4 November 2017 di Kantor Desa Anyar).

Pada tahap realisasi ini BPD mengawasi secara langsung penggunaan dana
desa dalam proses pembangunan, apakah sudah sesuai dengan perencanaan atau
belum. Agar penggunaan dana desa tidak sia-sia dan sesuai dengan
peruntukannya. Seperti yang ditemukan di Desa Anyar, dalam proses
pembangunan yang menjadi skala prioritas di Desa Anyar.
Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana
yang sudah disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya
dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap. Secara sederhana
pelaksanaan bisa diartikan penerapan. Majone dan Wildavsky mengemukakan
pelaksanaan sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky mengemukakan bahwa
Pelaksanaan adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan. Nurdin Usman.
(2002:70).

Tabel 5.17
Hasil Wawancara
Pengawasan Aspek Pembangunan Di Desa Anyar
Tahun Anggaran 2017

Universitas Sriwijaya
121

Perencanaan Pembangunan Tahun 2017 Realisasi Pembangunan Tahun 2017


Pembangunan 1 Unit Gedung Olahraga, Pembangunan dilakukan pada Tahun
P= 30 m, L= 20 m, T= 6 m dengan Anggaran 2017 dengan dana bersumber
perencanaan dana sebesar Rp. 779.217.000. dari Dana Desa sebesar Rp. 779.217.000 di
(DD Tahun 2017) Dusun I.
Pembangunan Siring, P= 200 m, L= 30 cm, Pembangunan dilakukan pada Tahun
T= 50 cm, dengan perencanaan dana Anggaran 2017 dengan dana bersumber
sebesar Rp. 86. 543. 600. (DD Tahun 2017) dari Dana Desa sebesar Rp. 86.543.600 di
Dusun II.
Pembangunan 1 Unit Sumur Bor, Pembangunan dilakukan pada Tahun
kedalaman 60 m, 1x1 m2, T= 1 m, dengan Anggaran 2017 dengan dana bersumber
perencanaan dana sebesar Rp. 23. 487.800. dari Dana Desa sebesar Rp. 23.487.800 di
(DD Tahun 2017) Dusun II.
Pembangunan 1 Unit MCK, Uk 2x3,50 m, Pembangunan dilakukan pada Tahun
dengan perencanaan dana sebesar Rp. Anggaran 2017 dengan dana bersumber
13.798.100. (DD Tahun 2017) dari Dana Desa sebesar Rp. 13.798.100 di
Dusun II.
Sumber: Penulis dari hasil Wawancara dan Studi Pustaka (APBDes) Anyar, 2018.

Data dari Tabel 5.17, menunjukan bahwa dari setiap aspek Pembangunan
Kegiatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) Anyar, dari
perencanaan hingga realisasi pembangunan tahun anggaran 2017 sudah sesuai di
masing-masing kegiatan, yaitu pembangunan 1 Unit Gedung Olahraga, P= 30 m,
L= 20 m, T= 6 m dengan perencanaan dan reslisasi dana sebesar Rp. 779.217.000,
pembangunan Siring, P= 200 m, L= 30 cm, T= 50 cm, dengan perencanaan dan
realisasi dana sebesar Rp. 86.543.600, pembangunan 1 Unit Sumur Bor,
kedalaman 60 m, 1x1 m2, T= 1 m, dengan perencanaan dan realisasi dana sebesar
Rp. 23.487.800, pembangunan 1 Unit MCK, Uk 2x3,50 m, dengan perencanaan
dan realisasi dana sebesar Rp. 13.798.100.
Dengan demikian, antara perencanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa (APBDesa) dan realisasi pelaksanaan kegiatan pembangunan di Desa Anyar
telah dilaksanakan dengan baik dan sesuai. Dengan adanya pengawasan dari BPD
Anyar dapat berimbas positif dari berbagai aspek pembangunan yang bersumber
dari Dana Desa yang memang seharusnya mendorong dan mendukung
kesejahteraan masyarakat Desa Anyar secara menyeluruh.

3) Tahap Pertanggungjawaban
Tahapan selanjutnya adalah Tahapan pertanggungjawaban, dalam tahapan
ini sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku yaitu pada Undang- Undang

Universitas Sriwijaya
122

Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa dan PP Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 51
dijelaskan bahwa Seharusnya kepala pemerintahan desa dalam hal ini adalah
kepala desa wajib menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintah desa
secara tertulis kepada BPD selambat-lambatnya 3 bulan setelah masa akhir tahun
anggaran, dan laporan tersebut digunakan BPD untuk melaksanakan fungsi
pengawasan. Namun memang kepala desa tidak bertanggung jawab langsung
kepada BPD namun kepada kepala daerah atau Bupati.
Dalam peraturan lainnya djelaskan bentuk pertanggungjawaban yang
dilakukan oleh Kepala Desa kepada Kepala Daerah dan BPD, yang harus memuat
setidaknya pelaksanaan peaturan desa yang telah ditetapkan. Hal lain yang tidak
kalah pentingnya adalah isi dari pelaporan yang diserahkan kepala desa kepada
BPD atau kepala desa diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
(Permendagri) Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2016 Tentang Laporan
Kepala Desa, dalam laporan pertanggung jawaban atau Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa Akhir Tahun Anggaran, harus memuat:
a) Pendahuluan.
b) Program Kerja penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
c) Program Kerja Pelaksanaan Pembangunan.
d) Program Kerja Pembinaan Kemasyarakatan.
e) Program Kerja Pemberdayaan Masyarakat.
f) Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
g) Keberhasilan yang dicapai, Permasalahan yang dihadapi dan Upaya yang
ditempuh.
h) Penutup.
Kewajiban penyerahan laporan pertanggungjawaban dari penyelenggaraan
pemerintah desa sudah diatur dalam peraturan hukum dan wajib dilaksanakan
harus pula sesuai dengan acuan atau peraturan hukum yang berlaku saat ini.
Seharusnya sebagai mitra kerja BPD kepala desa bisa menjalankan hal itu dengan
baik, seperti yang ditemukan di Desa Anyar. Kepala Desa Anyar, Bapak Andi
Candra, S.s. selalu membuat laporan pertanggung jawaban terkait dengan Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (LPPDes) Akhir Tahun Anggaran Tahun
2017, serta Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Desa (LKPJ) Akhir Tahun
Anggaran Tahun 2017.

Universitas Sriwijaya
123

Semua dokumen tersebut diserahkan oleh Kepala Desa kepada BPD dalam
hal ini Sekretaris BPD Desa Anyar, untuk selanjutnya digunakan oleh BPD Anyar
dalam kaitannya terhadap pelaksnaan fungsi pengawasan. Penggunaan laporan
pertanggungjawaban yang diserahkan oleh Kepala Desa kepada BPD dapat
dijadikan salah satu alat untuk mengawasi kinerja Kepala Desa dan realisasi
perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sudah sesuai atau tidaknya
perencanaan dengan pelaksanaan bisa dilihat salah satunya caranya dengan
menggunakan LKPJ Desa dan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
(LPPDes). Di Desa Anyar dalam laporan yang diberikan kepada BPD sudah baik
dan sesuai dengan acuan yang ada yaitu PP Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 51 dan
Permendagri Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2016 Tentang Laporan Kepala
Desa. Hal itu dapat dibuktikan adanya dokumen- dokumen tersebut dipihak BPD
dan Sekretariat Desa. Tidak hanya itu laporan- laporan tersebut juga yang
digunakan penulis dalam melakukan analisis bukti dan hasil wawancara dalam
penelitian.
Dalam LKPJ Tahun Anggaran 2017 misalnya, dalam BAB I
PENDAHULUAN berisi Visi dan misi penyelenggaraan pemerintah desa, tujuan
strategis penyusunan laporan dan strategi dan kebijakan yang diambil. Kemudian
dalam BAB II berisi program kerja (Proker) penyelenggaraan pemerintah desa
hinga Proker pembinaan kemasyarakatan. BAB III PENUTUP yang berisi
kesimpulan dari penyelenggaraan pemerintah desa serta lampiran-lampiran
pendukung seperti data keuangan desa. Semua acuan yang digunakan sudah
memenuhi persyaratan dan sesuai denggan yang diatur oleh peraturan hukum
yang berlaku.
Dengan demikian, pada dimensi kedua yaitu Kelancararan Rutinitas Fungsi
di indikator ke tiga (3) Adanya Pengawasan (BPD) Desa Anyar, jika dilihat dari
penjelasan diatas yang terdapat pada sub indikator, (a) Pengawas, yaitu yang
berperan dalam pengawasan Pengelolaan Keuangan Desa ialah Badan
Permusyawaratan Desa yang telah sesuai dengan tugas dan fungsi BPD dengan
landasan hukum dengan Permendagri Nomor 110 Tahun 2016 Tentang BPD. (b)
Mekanisme Pengawasan, yang seperti penulis sebutkan ada beberapa tahapan
BPD dalam melakukan mekanisme pengawasan, yaitu Penetapan Standar yang

Universitas Sriwijaya
124

menerapkan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik dan Pengukuran


Pelaksanaan yang mempunyai tiga (3) tahapan, yaitu:
(i) Tahap Perencanaan, dalam konteks perencanaan BPD telah melakukan
salah satu perannya ialah yang terdapat pada table 5.15 Metode
Penampungan dan Penyaluran Aspirasi Masyarakat Oleh Badan
Permusyawaratan Desa Anyar.
(ii) Tahap Pelaksanaan, Program/Realisasi Program. Dalam tahapan ini
BPD melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan program yang telah
direncanakan dan kesesuaian antara pelaksanaan dengan perencanaan.
Pada tahap ini seharusnya BPD Anyar dapat turun langsung ke
lapangan untuk mengecek realiasasi perencanaan program yang telah
dibuat, seperti yang terdapat pada Tabel 5.16. Pengawasan Aspek
Pembangunan Di Desa Anyar Tahun Anggaran 2017.
(iii) Tahap Pertanggungjawaban, dalam tahap ini BPD telah melakukan
sesuai dengan peraturan yang ada, semua acuan yang digunakan sudah
memenuhi persyaratan dan sesuai dengan yang diatur oleh peraturan
hukum yang berlaku.

Dari analisis diatas pada dimensi Kelancara rutinitas fungsi pada indikator
pengawasan kegiatan (APBDes) sangat diperlukan sebagai sistem administrasi
untuk memenuhi persyaratan, dapat di simpulkan bahwa Kelancara Rutinitas
Fungsi terhadap pengawasan desa dilaksanakan sepenuhnya dengan baik oleh
Badan Permusyawaratan Desa Anyar dan Optimal.
Berdasarkan hasil analisis terhadap data-data pendukung yang diperoleh,
pengamatan dilapangan serta keterangan dari informan dapat disimpulkan bahwa
dimensi Kelancaran Rutinitas Fungsi dalam indikator (a) Ketersediaan Anggaran
(b) Ketersediaan Sumber Daya (c) Adanya Pengewasan sudah berjalan lancar dan
Optimal. Menurut G. R. Terry pengawasan adalah suatu proses untuk mengetahui
apa yang sedang dilakukan dan membendingkan hasil-hasil yang sebenarnya
dengan data anggaran yang disediakan untuk menyelesaikannya dengan jalan
mengoreksi sebab-sebab perbedaan didukung dengan sumber daya manusia yang
berkompeten.
Dimensi selanjutnya yang akan di analisis adalah dimensi Kinerja dan

Universitas Sriwijaya
125

Dampak Yang Dikehendaki yang mempunyai tiga indikator dan analisis akan
dimulai dari indikator (a) Tertib Administrasi (b) Terwujudnya Tata kelola
Pengelolaan yang berasaskan Pengelolaan Keuangan Desa Anyar.

5.3 Kinerja dan Dampak Yang Dikehendaki


Implementor sebuah kebijakan yang memiliki kinerja tinggi adalah
implementor yang taat pada ketentuan dalam mengimplementasikan suatu
kebijakan sehingga dapat menghasilkan dampak yang baik, namun sebaliknya
apabila implementor memiliki kinerja rendah akan menghasilkan dampak yang
kurang baik. Untuk dimensi ketiga diukur secara terpisah, yaitu indikator untuk
tingkat kinerjanya adalah tertib administrasi dalam pengelolaan keuangan Desa
Anyar Kecamatan Kota Kayuagung Kabupaten Ogan Komering Ilir.

5.3.1 Kinerja
Kinerja (performance) merupakan suatu pencapaian persyaratan pekerjaan
tertentu yang akhirnya secara nyata dapat tercermin keluaran yang dihasilkan.
Namun perlu dipahami bahwa kinerja bukan sekedar hasil pekerjaan saja tetapi
juga mencakup bagaimana proses pekerjaan itu berlangsung. Kinerja merupakan
salah satu alat ukur bagi pencapaian tujuan organisasi.
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi
organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi
(Moeheriono, 2012:95). Sedangkan wirawan (2009:5) menyebutkan bahwa
kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-
indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu. Standar kinerja
memiliki fungsi antara lain:
1. Sebagai tolak ukur untuk menentukan keberhasilan dan ketidak berhasilan
kinerja.
2. Memotivasi karyawan agar lebih bekerja keras untuk mencapai standar.
3. Memberikan arah pelaksanaan pekerjaan yang harusdicapai, baik kuantitas
maupun kualitas.

Universitas Sriwijaya
126

4. Memberikan pedoman kepada karyawan berkenaan dengan proses


pelaksanaan pekerjaan guna mencapai standar kinerja yang ditetapkan
(Abdullah, 2014:115).
Untuk selanjutnya akan dibahas indikator Tertib Administrasi Pengelolaan
Keuangan Desa Anyar.

5.3.1.1 Tertib Administrasi Pengelolaan Keuangan Desa Anyar


Administrasi merupakan faktor yang paling penting bagi suatu organisasi
ataupun perusahaan dalam penyelenggaraan kehidupan sehari-hari. Maju
mundurnya suatu organisasi, tergantung pada baik tidaknya sistem administrasi
yang dilaksanakan. Apabila administrasi dalam organisasi tersebut dilakukan
dengan baik, maka usaha untuk tercapai tujuannya akan berjalan dengan lancar
sesuai dengan rencana kerja, serta menghabiskan waktu dan juga biaya yang
banyak.
Rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam suatu
kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu disebut Administrasi. Sondang P.
Siagian mengemukakan:
“Keseluruhan proses pelaksanaan dari keputusan-keputusan yang telah
diambil dan pelaksanaan itu pada umumnya dilakukan oleh dua orang
manusia atau lebih untuk mencapai tujauan yang telah ditentukan
sebelumnya” (Kencana, 2003:5)”.

Menurut Lembaga Administrasi Negara (2007:1):


“Administrasi dapat diartikam sebagai fungsi, yaitu dalam hal fungsi
penyelenggaraan dan pelaksanaan dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah digariskan administrasi negara adalah organisasi dan management
keseluruham aparatur pemerintah negara dengan cara yang setepat-
tepatnya”.

Berdasarkan APBDesa yang dihasilkan pada tahap Perencanaan, dimulailah


tahap Pelaksanaan. Kegiatan pokok pada tahap ini mencakup: penyusunan RAB,
pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP), dan selanjutnya pelaksanaan
kegiatan di lapangan. Hal yang juga sangat penting untuk dipahami dengan tepat
dan benar adalah tugas dan tanggung jawab masing-masing pelaku (Pengelola).
Pelaksanaan dalam Pengelolaan Keuangan Desa adalah rangkaian kegiatan
untuk melaksanakan rencana dan anggaran yang telah ditetapkan dalam

Universitas Sriwijaya
127

APBDesa. Kegiatan pokok dalam fase pelaksanaan ini pada dasarnya bisa dipilah
menjadi dua, yaitu:
1) Kegiatan yang berkaitan dengan pengeluaran uang, dan 
2) Pelaksanaan kegiatan di lapangan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa ciri
pokok administrasi terdiri dari sekelompok orang. Administrasi tidak akan
berjalan tanpa adanya sekelompok orang. Tidak hanya sekelompok orang saja
yang dibutuhkan, namun kerja sama sangat dibutuhkan yang dilakukan dalam dua
orang atau lebih. Ciri administrasi yang lain yaitu pembagian kerja dimana
kegiatan kerja sama tersebut harus didasarkan pada pembagian kerja yang jelas.
Sedangkan kegiatan yang runtut dalam suatu proses yaitu kegiatan administrasi
berlangsung dalam tahapan-tahapan tertentu secara berkesinambungan. Berikut
Tabel 5.18:
Tabel 5.18
Hasil Analisis
Kinerja Tertib Administrasi Pengelolaan Keuangan Desa Anyar

No Kinerja Keterangan/Hasil
1. Perencanaan Kegiatan Hal tersebut terlihat pada Prosedur Penyaluran
Dana APBDes terdapat kendala di tingkat
Kepatuhan. Hal tersebut terlihat pada proses
tahapan penetapan Peraturan Desa tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDesa) yang seharusnya Rancangan
Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa (APBDesa) disepakati
bersama paling lambat bulan Oktober tahun
berjalan (Pasal 20 ayat 4). Pada keyataannya,
Desa Anyar dalam penyusunan Rancangan
Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa (APBDesa) disepakati
bersama di bulan Maret ditahun berikutnya,
sehingga adanya keterlambatan dalam
menyepakati PerDes dan RKPDes tentang
APBDesa Anyar tahun 2017.
Desa Anyar sudah memenuhi proses tahapan
kegiatan, namun menunjukan adanya
keterlambatan dalam peraturan yang berlaku,
sehinga adanya keterlambatan dan dapat
dikatakan Belum Tertib/Optimal dalam
Administrasi Pengelolaan Kegiatan dalam
Perencanaanya.
2. Pelaksanaan Kegiatan a) Kegiatan Fisik, pelaksanaan kegiatan

Universitas Sriwijaya
128

pembangunan fisik berupa, semua


penerimaan dan pengeluaran, prosedur
sistem pelaksanaan kegiatan, pelaksana
kegiatan mengajukan pendanaan,
pengajuan pelaksanaan pembayaran, dan
batas durasi waktu pelaksanaan. Hal
tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan dan peraturan yang dibuat,
sehingga indikasi tertib administrasi
terhadap pembangunan fisik dapat
dikatakan patuh dan memenuhi prosedur
kegiatan.
b) Kegiatan Pemberdayaan, Tahapan tersebut
meliputi dasar ketentuan yang diperoleh
dari hasil kesepakatan dalam bentuk
musyawarah desa dan perangkat desa
sudah tepat sasaran. Terlihat dengan
banyaknya siswa/i yang mendaftar dan
adanya dukungan dari orang tua serta
lingkungan sekolah, berupa Pelatihan Seni
Beladiri Trasional (Pencak Silat) yang
dilakukan di balai Desa Anyar. Dengan
adanya dukungan tersebut dapat memicu
semangat tinggi bagi siswa/i untuk terus
berpertisipasi dan berprestasi di tingkat
kabupaten (O2SN)
3. Penatausahaan Menunjukan bahwa Pemerintah Desa Anyar
Keuangan dalam pelaksanaannya sudah melakukan
pembukuan (BKU) yang dilakukan
Bendahara Desa yang diketahui atau disetujui
oleh Kepada Desa. Bendahara Desa wajib
melakukan pencatatan setiap penerimaan dan
pengeluaran serta melakukan tutup buku
setiap akhir bulan secara tertib.
4. Pelaporan Kegiatan Telah menunjukan adanya pelaporan
tertulis realisasi pelaksanaan kegiatan
(APBDes) dari berbagai program kegiatan
berdasarkan anggaran biaya pelaksanaan
kegiatan. Dari tahapan pelaporan realisasi
pelaksanaan kegiatan yang mempunya
bukti lengkap dan sah yang diperoleh,
seperti: adanya kwitansi pembayaran
belanja modal dan belanja barang dan jasa
(pajak), berita acara disetiap kegiatan
pelaksanaan sudah dilaksanakan sesuai
dengan semestinya.
5. Pertanggungjawaban Pertangggungjawaban Realisasi
Pelaksanaan (APBDes) di Desa Anyar
sudah melakukan Pertangggung jawaban
dengan tepat waktu atau boleh dikatakan
sudah patuh terhadap ketentuan yang

Universitas Sriwijaya
129

tertuang di dalam Permendagri No 113


Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa, Kepala Desa mempunyai
kewajiban untuk menyampaikan laporan
kepada Bupati/Walikota. Laporan
dimaksud adalah laporan realisasi
pelaksanaan APBDesa dan laporan
pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan
APBDesa. Kepala Desa menyampaikan
laporan realisasi pelaksanaan APBDesa
kepada Bupati/Walikota setiap semester
tahun berjalan berupa:
a. laporan semester pertama; dan
b. laporan semester akhir tahun.
Sumber : Penulis dari Hasil Analisis ke-5 indikator di Tingkat Kepatuhan, 2018.

Dari tabel 5.18, Kinerja Tertib Administrasi Pengelolaan Keuangan Desa


telah dipaparkan temuan dilapangan mengenai pengelolaan keuangan Desa Anyar
terdapat beberapa tahapan pengelolaan yang tertuang dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 113 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, di bagian BAB V
Pengelolaan (Pasal 20-43), terdapat di masing-masing tahapan dimensi kegiatan
administrasi pengelolaan keuangan desa bisa dikatakan baik yang sesuai dengan
peraturan yang ada.
Penerapan pengelolaan keuangan desa yang tertib harus didampingi dengan
sistem yang transparan dan akuntabel, selain itu sumber daya manusia menjadi
penopang yang sangat dibutuhkan dalam berjalannya ketertiban administrasi
pengelolaan keuangan di Desa Anyar.
Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja tertib administrasi
pengelolaan keuangan Desa Anyar dapat dikatakan Belum Tertib/Optimal, terlihat
pada Prosedur Penyaluran Dana APBDes terdapat kendala di Tingkat Kepatuhan.
Hal tersebut terlihat pada proses tahapan penetapan: (a) Peraturan Desa tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) yang seharusnya Rancangan
Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa)
disepakati bersama paling lambat bulan Oktober tahun berjalan (Pasal 20 ayat 4).
Pada keyataannya, Desa Anyar dalam penyusunan Rancangan Peraturan Desa
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) disepakati bersama di
bulan Maret ditahun berikutnya, sehingga adanya keterlambatan dalam

Universitas Sriwijaya
130

menyepakati Peraturan Desa dan RKPDes tentang APBDesa Anyar tahun 2017,
dimana Perangkat Desa dan masyarakat Desa Anyar sudah memenuhi proses
tahapan kegiatan lainnya, namun menunjukan adanya keterlambatan dalam
peraturan yang berlaku, sehinga dapat dikatakan Belum Tertib/Optimal
Administrasi Pengelolaan Kegiatan dalam Pelaksanaannya.
Selanjutnya dianalisis dimensi Dampak yang dikehendaki dengan indikator
Terwujudnya Tatakelola Pengelolaan yang berasaskan Pengelolaan Keuangan
Desa Anyar.

5.3.2 Dampak Yang Dikehendaki

Penerapan tertib administrasi pengelolaan keuangan desa bila berjalan


dengan lancar tentu ada dampak yang diharapkan oleh pembuat kebijakan.
Dampak yang dikehendaki bisa menjadi salah satu tujuan dari penerapan sebuah
kebijakan, dampak dari sebuah kebijakan juga bisa dilihat dari perubahan nyata
pada tingkah laku sasaran kebijakan tersebut. Dampak ini sendiri dapat bersifat
positif ataupun negatif, namun tentu saja dampak yang dikehendaki pembuat
kebijakan yaitu dampak yang positif yang dapat membantu sasaran kebijakan
yaitu masyarakat.
Bila berdasarkan Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa dari Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 113 tentang Pengelolaan Keuangan Desa di BAB
V Pengelolaan (Pasal 20-43), dampak yang dikehendaki dari penerapan
pengelolaan keuangan desa antara lain ialah pemerintah desa dituntut untuk
mampu mengetur, mengelola dan menertibkan pengelolaan tersebut dengan
disiplin dan mandiri.
Dampak ini tentunya berkaitan dengan kemandirian dan kesejahteraan
masyarakat Desa Anyar, karena dengan adanya ketertiban administrasi dalam
pengelolaan keuangan desa yaitu dari perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, dan
pertanggungjawaban pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)
tersebut jika dikelola dengan baik maka dapat berdampak positif bagi pengelola
atau implementor kebijakan dan terutama kepada masyarakat Desa Anyar sendiri.
Berikut Tabel 5.19:
Tabel 5.19
Hasil Analisis

Universitas Sriwijaya
131

Dampak yang Dikehendaki Terhadap Terwujudnya Tatakelola


Pengelolaan yang berasaskan Pengelolaan Keuangan Desa

Dampak yang Dikehendaki Keterangan/Hasil


Terwujudnya a. Mandiri a) Kemandirian Pemerintah Desa Anyar
Tatakelola dapat dikategorikan sebagai tujuan
Pengelolaan utama dalam Pengelolaan Keuangan
yang berasaskan Desa, karena dalam pengelolaan
Pengelolaan keuangan pemerintah desa harus
Keuangan Desa dituntut untuk mampu mengatur,
Anyar. mengelola dan menertibkan pengeloaan
tersebut dengan mandiri sehingga bisa
berdampak kepada kesejahteraan
masyarakat. Dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 113 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa di BAB V
Pengelolaan (Pasal 20-43),
kenyataannya Pemerintah Desa Anyar
yang dianalisis menggunakan Teory
Ripley and Franklin telah berkinerja
dalam mengelola keuangan desa, tetapi
belum Mandiri dan Optimal.
b. Sejahtera b) Dampak keikutsertaan masyarakat
Desa Anyar dalam melakukan kegiatan
pembangunan fisik serta kegiatan
pemberdayaan sangat berpengaruh,
seperti dalam pembangunan fisik,
masyarakat Desa Anyar di ikutsetakan
dalam pembangunan tersebut dengan
sistem swakelola, dan kegiatan
pemberdayaan yang dilibatkan dengan
masyarakat desa. Dengan demikian
masyarakat dapat ikut serta
membanguna Desa yang Mandiri dan
Sejahtera.
Sumber : Penulis dari Hasil Analisis menggunakan Teori Ripley and Franklin, 2018.

Dampak yang dikehendaki terhadap terwujudnya tatakelola pengelolaan


yang berasaskan Pengelolaan Keuangan Desa dengan terwujudnya tatakelola
pengelolaan yang berasaskan Pengelolaan Keuangan Desa terbebut dilihat dari
capaian hasil penerima manfaat dari kegiatan pengelolaan keuangan desa yang
seharusnya memang melibatkan masyarakat Desa Anyar diantaranya seperti

Universitas Sriwijaya
132

kegiatan pembangunan fisik dan kegiatan pemberdayaan yang bersifat swakelola


dipelaksanaan kegiatan pembangunan fisik dan pemberdayaan.
Berdasarkan wawancara dan gambaran bentuk kemandirian dan sejahteraan
yang diperoleh sesuai Tabel 5.19 di atas, menunjukkan bahwa adanya indikasi
kemajuan yaitu semakin baiknya kesejahteraan yang mereka miliki. Hal ini
merupakan harapan utama pemerintah sebagaimana tercantum dalam amanat
Permendagri Nomor 113 tahun 2014 pasal 2 ayat 1 yang menyatakan bahwa
Keuangan desa dikelola berdasarkan asas-asas transparan, akuntabel, partisipatif
serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran. Sehingga berdampak kepada
meningkatnya kapasitas warga atau masyarakat desa, terfasilitasinya
pengembangan pembangunan fisik dan pengembangan wirausaha, peningkatan
pendapatan, serta perluasan skala ekonomi individu warga atau kelompok
masyarakat dan Desa Anyar.
Menurut JE. Hosio (2007:57) dampak adalah perubahan nyata pada tingkah
laku atau sikap yang dihasilkan oleh keluaran kebijakan. Sedangkan menurut Irfan
Islamy (2001:115), dampak kebijakan adalah akibat dan konsekuensi yang
ditimbulkan dengan dilaksanakannya kebijakan. Konsep kesejahteraan menurut
Spicker (dalam Suharto, 2006:104) pengertian kesejahteraan sosial adalah kondisi
terpenuhinya kebutuhan material dan non material. Midley mendefinisikan
kejahteraan social sebagai kondisi sejahtera terjadi manakala kehidupan manusia
aman dan bahagia karena kebutuhan dasar akan gizi, kesehatan, pendidikan dan
pendapatan dapat terpenuhi, serta manakala manusia memperoleh perlindungan
dari resiko-resiko utama yang mengancam kehidupannya.
Kesejahteraan atau sejahtera dapat memiliki empat arti (Kamus Besar
Bahasa Indonesia), Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk kekeadaan yang
baik, kondisi manusiadi mana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam
keadaan sehat dan damai. Dalam ekonomi, sejahtera dihubungkan dengan
keuntungan benda. Dalam kebijakan sosial, kesejahteraan sosial menunjuk
kejangkauan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa dampak yang dikehendaki
terhadap pengelolaan keuangan Desa Anyar yang tertuang didalam Permendagri
Nomor 113 tentang Pengelolaan Keuangan Desa di BAB V sudah bejalan, karena

Universitas Sriwijaya
133

pemerintah Desa Anyar telah melakukan pengelolaan keuangan anggaran


pendapatan dan belanja desa (APBDes) yang dimulai dari perencanaan sampai
pertanggungjawaban sudah dilakukan oleh masing-masing perangkat desa telah
melakukan tugas dan fungsinya dengan baik atau teratur, dan dinilai cukup
berkinerja, namun belum Optimal.
Berdasarkan hasil analisis terhadap data-data pendukung yang diperoleh,
pengamatan dilapangan serta keterangan dari informan dapat disimpulkan bahwa
dimensi Kinerja dan Dampak yang dikehendaki dalam indikator (a) Tertib
Administrasi (b) Terwujudnya Tatakelola Pengelolaan yang berasaskan
Pengelolaan Keuangan Desa, sudah berkinerja, namun belum Optimal.

5.4 Faktor Yang Menjadi Kendala Pengelolaan Keuangan Desa Anyar


Setiap implementasi kebijakan, besar kemungkinan terdapat faktor yang
menjadi kendala keberhasilan dalam menjalankan suatu kebijakan. Adapun faktor-
faktor yang menjadi kendala keberhasilan implementasi Pengelolaan Keuangan
Desa Anyar.

5.4.1. Kurangnya Komunikasi antara Pengelola Keuangan dan Masyarakat


Menurut George Edward III (1980:48) keberhasilan implementasi suatu
kebijakan salah satu faktor yang menentukannya adalah komunikasi. Komunikasi
merupakan proses terjadinya interaksi penyampaian pesan melalui mediator.
Pengaruh faktor komunikasi terhadap implementasi adalah pada kejelasan dan isi
pesan untuk dapat dipahami secara menyeluruh oleh penerima pesan atau progam.
Dalam faktor komunikasi ini, akan dilihat dari berbagai fenomena yang diamati
penulis dilapangan terkait dengan proses implementasi kebijakan pengelolaan
keuangan desa.

Dari hasil penelitian dalam hubungan komunikasi dengan pelaksanaan


penerapan kebijakan pengelolaan keuangan yang menghambat dalam komunikasi
ini adalah pembagian tugas yang tidak jelas oleh sesama pengelola dengan
masyarakat karena kurangnya koordinasi, serta penguatan partisipasi masyarakat
yang selalu ingin dihimbau. Keterlibatan masyarakat diawali dengan adanya
sosialisasi kepada masyarakat yang masih belum dilaksanakan secara

Universitas Sriwijaya
134

berkelanjutan. Karena hingga kini, masih banyak masyarakat yang belum


mengetahui adanya bantuan dana dari pusat (APBN) yaitu Dana Desa.

5.4.2. Kemampuan SDM Desa belum Maksimal


Peran penting sumber daya dalam implementasi suatu kebijakan
disampaikan oleh Hessel (2003:55) yang menyatakan bahwa komando
implementasi mungkin ditransmisikan secara akurat, jelas, dan konsisten, namun
jika implementor kekurangan keterampilan untuk menjalankan kebijakan, maka
implementasi adalah mungkin menjadi tidak efektif. Sedangkan menurut Van
Metter dan Van Horn dalam bukunya Agustino (2006:142) juga menyatakan
bahwa manusia merupakan sumberdaya yang terpenting dalam menentukan suatu
keberhasilan proses implementasi. Tahap-tahap tertentu dari keseluruhan prosses
implementasi menuntut adanya sumberdaya manusia yang berkualitas sesuai
dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara
apolitik.
Dari hasil penelitian yang ada dalam hubungan SDM dengan pelaksanaan
pengelolaan keuangan desa, terdapat faktor penghambat yaitu kemampuan SDM
yang belum maksimal. Sumber daya manusia dari penduduk desa yang rendah
dapat dilihat dari tingkat pendidikan mayoritas penduduk pada Tabel 5.20:

Tabel. 5.20
Angkatan Kerja (Pendidikan) Desa Anyar

Laki-Laki Perempuan
N Angkatan Kerja
(Orang) (Orang)
o
Penduduk usia 18-56 Tahun
1.
yang buta akrasa dan 1 -
huruf/angka latin.
Penduduk usia 18-56 Tahun
2. 7 5
yang tidak tamat SD
Penduduk usia 18-56 Tahun
3. 225 250
yang tamat SD
Penduduk usia 18-56 Tahun
4. 175 200
yang tamat SMP
Penduduk usia 18-56 Tahun
5. 50 56
yang tamat SMA
Penduduk usia 18-56 Tahun
6. 14 6
yang tamat Perguruan
Tinggi
472 461

Universitas Sriwijaya
135

933 Orang
Jumlah
Sumber : Profil Desa Anyar, 2018.

Hal tersebut berdampak pada kegiatan pengelolaan progam pemberdayaan


masyarakat pada tahap pelaksanaan masih banyak mengalami kendala khususnya
pada kelompok program kegiatan pemberdayaan yang ada di Desa Anyar karena
SDMnya kurang terampil, tidak ada kreativitas, inovasi, dan pola pikir yang maju
ditambah lagi tidak ada pelatihan, arahan dan bimbingan yang diberikan. Berikut
tabel 5.21, tingkat pendidikan Perangkat Desa Anyar:
Tabel 5.21
Tingkat Pendidikan Perangkat Desa Anyar
Pendidikan
No Jabatan
S1 D SMA SMP
3
1. Kepala Desa √ - - -
2. Sekretaris Desa - √ - -
3. Bendahara Desa - - √ -
4. Badan Permusyawaratan Desa - - - √
Sumber : Profil Desa Anyar, 2018.

Kemampuan perangkat desa dalam mengelola keuangan desa diperoleh dari


pengalaman bekerja dibidang yang sama di atas 5 tahun, latarbelakang pendidikan
Strata satu (S1) dimiliki oeleh kepala desa, Diploma (D3) dimiliki oleh Sekretaris,
Sekolah Menengah Atas (SMA) dimiliki oleh Bendahara desa, dan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dimiliki oleh BPD. Dalam hal ini pelatihan dan
sosialisasi di adakan oleh DPMD, BPK, BPKP dan lembaga lainnya. sesuai
dengan tugas dan fungsi perangkat desa.
Bentuk pemberdayaan yang dilakukan setelah adanya pelatihan yaitu dapat
meningkatkan pemahaman bagi perangkat desa tentang teknis penyusunan
rencana strategi yang sesuai dengan perundang-undangan dan meningkatkan
kompetensi bagi perangkat desa dalam melaksanakan proses penyusunan APBDes
dengan menggunakan aplikasi akuntansi/siskeudes.

Universitas Sriwijaya
136

5.5 Tingkat Kepatuhan Desa Lubuk Dalam


5.5.1 Perencanaan Kegiatan
Perencanaan, dalam buku Andri Feriyanto, S.E. (2019:13) adalah proses
membandingkan, menilai, dan memilih alternatif yang baik dari kegiatan yang
dilakukan dalam rangka mencapai tujuan bersama. Perencanaan dalam hal ini
menekankan kepada usaha datang disesuaikan dengan apa yang dicita-citakan,

Universitas Sriwijaya
137

menghilangkan jarak antara keadaan sekarang dengan keadaan mendatang yang


diinginkan.
Dalam banyak hal, untuk mendapatkan suatu perencanaan pembangunan
maka diperlukan pemenuhan proses tahapan kegiatan yang berlaku. Menurut
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 114 Tentang
Pedoman Pembangunan Desa. Petunjuk Teknis Penyusunan, Penetapan, dan
Penerapan Perencanaan Pembangunan Desa, persyaratannya adalah berupa
dokumen atau hal lain yang harus dipenuhi dalam pengurusan suatu jenis tahapan,
baik persyaratan teknis maupun administratif.
Perencanaan Pembangunan Desa yang meliputi RPJMDesa dan RKPDesa
yang disusun secara berjangka dan ditetapkan dengan Peraturan Desa. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa yang kemudian disingkat (RPJMDesa)
dibuat untuk jangka waktu 6 (enam) tahun sedangkan Rencana Pembangunan
Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDesa)
dibuat untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. RKPDesa merupakan penjabaran dari
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa.
Dalam penyusunan RPJMDes, Pemerintah Desa bersama BPD terlebih
dahulu melaksanakan Musyawarah Desa yang merupakan kegiatan pengambilan
keputusan yang menghadirkan semua lapisan, unsur dan kelompok masyarakat
dalam proses penyusunan RPJM Desa guna mengklarifikasi, memberikan
masukan, menyepakati prioritas masalah, tindakan, program/kegiatan dan alokasi
anggaran secara bersama-sama, sehingga apapun yang menjadi keputusannya
selagi tidak menyalahi aturan dalam implementasi Undang-Undang Desa, maka
aturan itulah yang akan dilaksanakan dan menjadi pedoman.
Musyawarah desa dilakukan setelah ada hasil dari musyawah tingkat dusun.
Setiap usulan yang ada dimusyawarahkan bersama Pemerintah Desa, BPD, dan
unsur kelembagaan desa serta unsur masyarakat, membahas dan mengkaji ulang,
setiap usulan dan menentukan skala prioritasnya. Berikut adalah tahapan
perencanaan yang dilakukan oleh pemerintah desa dan masyarakat Lubuk Dalam:

Tabel 5.22
Perencanaan Kegiatan (APBDes) Desa Lubuk Dalam

No Proses Tahapan Kegiatan Keterangan

Universitas Sriwijaya
138

1. Sumber Anggaran a. Pendapatan Asli Desa


b. Pendapatan Transfer,
diantaranya APBN (Dana
Desa) dan APBD (Alokasi
Dana Desa)a
c. Lelang Lebak Lebung (L3)
d. Bantuan Provinsi
2. PAGU Anggaran b. Rp 1.181.172.000,-
3. Belanja Desa a. Bidang Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa
b. Bidang Pembangunan
c. Bidang Pembinaan
Kemasyarakatan
d. Bidang Pemberdayaan
Masyarakat
4. Mekanisme Penetapan Musyawarah Perencanaan
APBDesa Lubuk Dalam Pembangunan Desa
(Musrenbangdes)
5. Prosedur Pengucuran a. APBDes yang di Sah kan
Anggaran b. LPJ Semester II Tahun
(2016)
Sumber : Penulis berdasarkan APBDes Lubuk Dalam, 2019.

Dari Tabel 5.22, diatas dapat diketahui bahwa ada beberapa proses tahapan
kegiatan yang perlu dipenuhi untuk melaksanakan perencanaan kegiatan di Desa
Lubuk Dalam Kecamatan Kota Kayuagung. Secara umum proses tahapan tersebut
biasa saja dan mudah untuk dipenuhi. Perencanaan merupakan suatu proses
penentuan sesuatu yang menjadi tujuan yang akan dicapai pada waktu yang akan
datang serta menentukan tujuan dan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk
mencapainya. Dalam perencanaan keuangan desa, diperlukan rencana tahapan
yang strategis. Perencanaan pembangunan desa diselenggarakan dengan
melibatkan masyarakat desa melalui musyawarah perencanaan pembangunan
desa. Secara dokumentatif pencanaan dan pembangunan desa tertuang dalam
Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa) dan Rencana Pembangunan
Tahunan Desa atau yang disebut dengan Rencana Kerja Pembangunan Desa
(RKPDes) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa).
Perencanaan Pembangunan Desa yang meliputi RPJMDesa dan RKPDesa
yang disusun secara berjangka dan ditetapkan dengan Peraturan Desa. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa yang kemudian disingkat (RPJMDesa)
dibuat untuk jangka waktu 6 (enam) tahun sedangkan Rencana Pembangunan

Universitas Sriwijaya
139

Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDesa)
dibuat untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. RKPDesa merupakan penjabaran dari
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa.
Untuk mengetahui apakah Perangkat Desa beserta masyarakat Desa Lubuk
Dalam telah mematuhi tahapan dalam hal kegiatan perencanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) tersebut atau tidak, lihat Tabel 5.23:

Tabel 5.23
Tingkat Kepatuhan Perangkat Desa Lubuk Dalam terhadap Perencanaan
Kegiatan APBDesa 2017

No Proses Tahapan Kegiatan Deskripsi Anggaran


1. Sumber Anggaran a. Pendapatan Asli Desa 2017 Rp. 2.000.000
b. APBN (Dana Desa 2017). Rp. 808.187.000
c. APBD (Alokasi Dana Desa Rp. 335.230.000
2017).
d. Lelang Lebak Lebung (L3) Rp. 15.713.000
2017.
e. Silpa Tahun Anggaran 2016 Rp. 10.450.000
2. PAGU Anggaran Anggaran Pendapatan dan Rp. 1.181.172.000
Belanja Desa Tahun Anggaran
2017.
3. Belanja Desa a. Bidang Penyelenggaraan Rp. 296.835.000
Pemerintahan Desa, yaitu:
i. Penghasilan tetap
perangkat desa (belanja
pegawai) dan
ii. Operasional Perkantoran
(Belanja Modal, Barang
dan Jasa).
b. Bidang Pembangunan, Rp. 798.050.000
yaitu:
i. Pembangunan 1 unit
Gedung Olahraga,
Siring, dan 1 unit sumur
bor, 1 unit MCK.
c. Bidang Pembinaan Rp. 6.000.000
Kemasyarakatan:
i. Kegiatan Rapat Desa
ii. Kegiatan PKK
d. Bidang Pemberdayaan Rp. 80.287.000
Masyarakat
ii. Pelatihan Seni Bela Diri
e. Bidang Tak Terduga
4. Mekanisme Penetapan Disepakati Bersama seluruh Perangkat Desa dan

Universitas Sriwijaya
140

APBDesa Masyarakat Desa Lubuk Dalam yaitu melalui


Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa
(Musrenbangdes) yang mengacu pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa).
5. Prosedur Penyaluran Dana a. APBDes yang telah ditetapkan dan di Sah kan
APBDes bersama
b. Pelaporan LPJ Semester II Tahun sebelumnya
(2016)
Sumber: Hasil wawancara dan Studi Pustaka (APBDes), diolah penulis dengan bahasa baku, 2019.

Data dari tabel 5.23, menunjukan bahwa kelima sub indikator dari Tingkat
Kepatuhan Perencanaan Kegiatan, pada sub indikator Sumber Anggaran terdiri
dari (a) Pendapatan Asli Desa, Pendapatan Asli Desa di Desa Lubuk Dalam
diantaranya yaitu Sewa Kursi, alat catering, dan tenda (b) Pendapatan Transfer,
diantaranya APBN (Dana Desa), APBD (Alokasi Dana Desa), dan Lelang Lebak
Lebung (L3), yang dimaksud dengan APBN (Dana Desa) adalah Dana yang
bersumber dari belanja Negara di dalam APBN wajib dilaksanakan setiap Tahun
Anggaran sebagaimana di amanatkan pasal 22 ayat (1) huruf B dan ayat 2
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Sedangkan APBD (Alokasi Dana Desa) adalah kewajiban Pemerintah
Kabupaten/Kota untuk mengalokasikan Anggaran untuk Desa yang diambil dari
Dana Bagi Hasil (DBH), dan Dana Alokasi Umum (DAU) yang merupakan
bagian dana perimbangan. (c) Lelang Lebak Lebung adalah sistem lelang yang
mempergunakan sumber daya alam Desa Lubuk Dalam sesuai dengan kebutuhan,
Desa Lubuk Dalam memiliki lahan yang akan dilakukan lelang setiap 1 tahun
sekali dan diikuti oleh Masyarakat Umum. Pada sub indikator PAGU Anggaran
dalam indikator Tingkat Kepatuhan Perencanaan yang dimaksud yaitu, Alokasi
Anggaran yang ditetapkan untuk mendanai belanja Pemerintah Desa Lubuk
Dalam Tahun Anggaran 2017 yang berjumlah Rp. 1.181.172.000,- jumlah
anggaran tersebut selalu berubah setiap tahunnya sesuai dengan kemandirian Desa
Lubuk Dalam, jumlah anggaran ini terdiri dari Pendapatan Asli Desa, APBN
(Dana Desa), dan APBD (Alokasi Dana Desa), dan Lelang Lebak Lebung (L3)
dan lainnya.
Pada tahap Mekanisme Penetapan APBDes Desa Lubuk Dalam didahului
dengan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes) dengan

Universitas Sriwijaya
141

melibatkan BPD, LPMD, dan tokoh masyarakat lainnya, perencanaan Dana Desa
dilakukan dengan menjaring aspirasi dan kebutuhan masyarakat melalui
musyawarah desa. Dana Desa adalah salah satu pendapatan desa yang
penggunannya terintregasi dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDes). Oleh karena itu, program perencanaan dan kegiatannya disusun
melalui forum Musrenbangdes yang disepakati bersama seluruh Perangkat Desa
dan Masyarakat Desa Lubuk Dalam. Musrenbangdes adalah forum musyawarah
yang membahas usulan-usulan rencana kegiatan pembangunan desa yang
berpedoman pada prinsip-prinsip perencanaan pembangunan partisipasi
masyarakat desa serta transparansi pemerintah kepada masyarakat. Tujuan
diberikannya Dana Desa adalah untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintah
desa dalam melaksanakan pelayanan, pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat.
Selanjutnya, Prosedur Penyaluran Dana APBDes terdapat kendala di tingkat
Kepatuhan. Hal tersebut terlihat pada proses tahapan penetapan Peraturan Desa
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) yang seharusnya
Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDesa) disepakati bersama paling lambat bulan Oktober tahun berjalan
(Pasal 20 ayat 4). Pada keyataannya, Desa Lubuk Dalam dalam penyusunan
Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDesa) disepakati bersama di bulan Maret ditahun berikutnya, sehingga
adanya keterlambatan dalam menyepakati PerDes dan RKPDes tentang APBDes
tahun 2017.
Seharusnya Pemerintah Desa terkhususnya pelaksana (BUMDes)
melakukan inovasi, konsisten, dan berintegrasi dengan Masyarakat Desa Lubuk
Dalam, yang memanfaatkan Sumber Daya Alam, Sumber Daya Manusia dengan
cara melakukan sosialisasi pendidikan pelatihan terhadap Masyarakat Desa dan
menjadikan usaha yang lebih berpotensi meningkatkan Pendapatan Asli Desa,
sehingga dapat memaksimalkan anggaran pemerintah desa dan belanja desa.
Walaupun dengan adanya alokasi dana dari Pemerintah Pusat (APBN) dan Daerah
(APBD), pemerintah desa dituntut untuk lebih aktif dan mandiri untuk mengelola

Universitas Sriwijaya
142

jalannya pemerintahan dengan optimal dengan menghasilkan pendapatan Asli


Desa.
Menurut Garth N. Jone, Perencanaan adalah suatu proses pemilihan dan
pengembanngan dari pada tindakan yang paling baik untuk pencapaian tugas. M.
Farland, Perencanan adalah suatu fungsi dimana pimpinan kemungkinan
mengunakan sebagian pengaruhnya untuk mengubah daripada wewenangnya.
Abdul rachman (1973), Perencanaan adalah pemikiran rasional berdasarkan fakta-
fakta dan atau perkiraan yang mendekat (estimate) sebagai persiapan untuk
melaksanakan tindakan-tindakan kemudian.
Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat kepatuhan terhadap
Perencanaan Kegiatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) yang
meliputi: (a) Sumber Anggaran, (b) PAGU Anggaran, (c) Belanja Desa, (d)
Mekanisme Penetapan APBDesa, dan (e) Prosedur Penyaluran Dana APBDes,
sudah berjala/berkinerja, tetapi terdapat kendala pada tahapan penetapan Peraturan
Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) sehingga belum
Optimal. Selanjutnya akan dianalisis indikator kedua dari dimensi pertama yaitu
Pelaksanaan Kegiatan.

5.5.2 Pelaksanaan Kegiatan


Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana
yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Dalam pelaksanaannya kegiatan
harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut yaitu, mengikuti prosedur
pengelolaan pelaksanaan kegiatan, menentukan jenis, kualitas dan kuantitas
pelaksanaan kegiatan yang di perlukan, hal ini dilakukan setelah pelaksanaan
kegiatan sudah dianggap siap.
Untuk keberhasilan pelaksanaan pengelolaan keuangan desa, Badan
Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) memberikan petunjuk pelaksana
(Juklak) pengelolaan Dana Desa bahwa setiap pelaksanaan kegiatan (TPK) yang
merupakan perpanjangan tangan Kepala Desa dan bertanggungjawab langsung
kepada Kepala Desa. Untuk pelaksanaan kegiatan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa (APBDes) yang telah dirimuskan di Desa Lubuk Dalam dapat
dilihat dalam tabel 5.24:

Universitas Sriwijaya
143

Tabel 5.24
Pelaksanaan Kegiatan (APBDes) tahun Anggaran 2017 di Desa Lubuk Dalam

Nama Pelaksana/ Waktu


No Uraian Kegiatan Anggaran
Desa TPK Pelaksanaan
1. Lubuk 1. Kepala a) Bidang Pelaksanaan Pemerintahan Desa Rp. 296.835.000
Dalam Desa
Januari s/d
2. Sekretaris b) Bidang Pelaksanaan Pembangunan Rp. 798.050.000 Desember
Desa (1 Tahun)
3. Bendahara c) Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Rp. 6.000.000
4. Tim TPK d) Bidang Pemberdayaan Masyarakat Rp. 80.287.000
2. Total Rp. 1.181.172.000,-
Sumber : Data Primer Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBdes) Anggaran 2017 Desa
Lubuk Dalam, 2019.

Berdasarkan tabel 5.24, menunjukan bahwa pemerintah Desa Lubuk Dalam


melakukan pelaksanaan kegiatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBdes) yang terdapat di masing-masing uraian kegiatan desa menunjukan di
segala bidang kegiatan yang mempunyai anggaran dan waktu pelaksanaannya 1
(satu) tahun berjalan dalam 2 (dua) kali penyaluran dana. Kepada Desa dan
Sekretaris Desa melakukan uraian kegiatan yang sama yaitu meliputi kegiatan
Bidang pelaksanaan Pemerintahan Desa dengan anggaran untuk Kepala Desa Rp.
296.835.000 dan Rp. 798.050.000, untuk kegiatan pelaksanaan sekertaris. Untuk
Pelaksanaan pada bendahara meliputi Bidang Pembinaan Kemasyarakatan yang
dilakukan secara tunggal dengan anggaran dana Rp. 6.000.000, terakhir pada
Pelaksanaan Uraian Kegiatan yang dilakukan oleh Tim TPK memerlukan
anggaran dana sekitar Rp. 80.287.000. Dengan demikian pelaksanaan kegiatan ini
telah dilaksanakan dengan ketentuan yang baik dan berjalan dengan semestinya.
Pelaksanaan suatu kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, visi dan misi organisasi dituangkan melaui perencanaan strategis suatu
organisasi. Pelasanaan kegiatan dapat diketahui dan diukur jika individu atau
sekelompok perangkat kerja telah mempunyai kriteria atau standar keberhasilan
tolak ukur yang ditetapkan oleh organisasi oleh karena itu, jika tanpa tujuan dan
targer yang ditetapkan dalam pengukuran, maka pelaksanaan tidak akan mungkin
dapat diketahui keberhasilannya. Dalam tahap pelaksanaan kegiatan, pimpinan
bertanggungjawab untuk melakukan pengorganisasian, pengkoordinasian,
pengendalian, pendelegasian, dan pengerahan kepada sesama perangkat kerja.

Universitas Sriwijaya
144

Pengarahan dan pemberian umpan balik (feedback) atas kinerja perangkat desa
merupakan kunci keberhasilan pencapaian tujuan pelaksanaan kegiatan.
Setiap pelaksanaan kegiatan desa tersebut harus berpihak pada kepentingan
warga atau masyarakat yang disebutkan dalam peraturan Kepala Desa. Dalam hal
pelaksanaan program kegiatan penggunaan Dana Desa, pemerintah dan Desa
Lubuk Dalam melaksanakan musyawarah bersama Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) dengan tujuan untuk merancang pelaksanaan kegiatan secara seksama dan
musyawarah, waktu pelaksanaan dan membentuk Tim Pelaksana Kegiatan (TPK)
di sesuaikan dengan waktu yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, agar
pelaksanaan kegiatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) di Desa
Lubuk Dalam dapat dilakukan dengan terbuka dan transparan di depan
masyarakat. Untuk mengetahui apakah perangkat desa terkhususnya tim pelaksana
kegiatan (TPK) Desa Lubuk Dalam telah mematuhi Pelaksanaan Kegiatan
tersebut atau tidak dapat di lihat pada Tabel 5.25:

Tabel 5.25
Hasil Wawancara
Tingkat Kepatuhan Pelaksanaan Kegiatan Perangkat Desa Lubuk Dalam
terhadap Prosedur Pelaksanaan Kegiatan Yang Berlaku Tahun 2017

No Kegiatan Tingkat Kepatuhan

Universitas Sriwijaya
145

Pelaksanaan
1. Pelaksanaan a) Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka
Pembangunan pelaksanaan sudah dilaksanakan melalui Rekening Desa.
Fisik. b) Prosedur Sistem Pelaksanaan Kegiatan telah dilakukan oleh
Tim Pelaksana Kegiatan (TPK), namun Sistem Verifikasi
kegiatan masih bersifat manual.
c) Pelaksana kegiatan mengajukan pendanaan untuk
melaksanakan kegiatan sudah disertai dengan dokumen
antara lain Rencana Anggaran Biaya (RAB).
d) Dalam pengajuan pelaksanaan pembayaran sebagaimana
dimaksud, sekretaris (TPK) desa telah melakukan:
v. Meneliti kelengkapan permintaan pembayaran yang di
ajukan oleh pelaksana kegiatan.
vi. Menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban
APBDes yang tercantum dalam permintaan pembayaran.
vii. Menguji ketersedian dana untuk kegiatan yang dimaksud
viii. Menolak pengajuan permintaan pembayaran kegiatan
apabila tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
e) Batas durasi waktu pelaksanaan sesuai dengan peraturan
dan ketentuan yang berlaku dan seluruh elemen masyarakat
terlibat didalamnya.
2. Pelaksanaan a) Pelatihan Menjahit 30 orang yang dilakukan di balai Desa
Kegiatan Lubuk Dalam.
Pemberdayaan b) Prosedur pendaftaran masih dilakukan manual.
c) Kegiatan ini terus berlangsung dengan adanya dukungan
dari masyarakat Desa Lubuk Dalam.
d) Banyak manfaat yang di dapat dari pemberdayaan pelatihan
ini yaitu berupa, menambahnya kreatifitas menjahit dan
daya jual di masyarakat Desa Lubuk Dalam.
Sumber: Hasil Wawancara dan Studi Pustaka (APBDes), diolah Penulis dengan bahasa baku, 2019.

Data dari tabel 5.25, menunjukan bahwa dari setiap Pelaksanaan Kegiatan
terjadi peningkatan Tingkat Kepatuhan yang dilakukan oleh Perangkat Desa
sebagai implementor pengelolaan keuangan di pelaksanaa kegiatan. Hal tersebut
terlihat di indikator pertama pada pelaksanaan kegiatan pembangunan fisik
berupa, semua penerimaan dan pengeluaran, prosedur sistem pelaksanaan
kegiatan, pelaksana kegiatan mengajukan pendanaan, pengajuan pelaksanaan
pembayaran, dan batas durasi waktu pelaksanaan. Hal tersebut telah dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang dibuat, sehingga indikasi tingkat
kepatuhan terhadap pembangunan fisik dapat dikatakan patuh dan memenuhi
prosedur kegiatan.

Universitas Sriwijaya
146

Pada indikator kedua pelaksanaan Kegiatan Pemberdayaan juga telah


dilaksanakan sesuai dengan tahapan proses kegiatan pemberdayaan yang
dilakukan oleh Perangkat Desa. Tahapan tersebut meliputi dasar ketentuan yang
diperoleh dari hasil kesepakatan dalam bentuk musyawarah desa dan perangkat
desa sudah tepat sasaran. Terlihat dengan banyaknya pesrta pelatihan menjahit 30
orang yang dilakukan di balai Desa Lubuk Dalam.
Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana
yang sudah disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya
dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap. Secara sederhana
pelaksanaan bisa diartikan penerapan. Majone dan Wildavsky mengemukakan
pelaksanaan sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky mengemukakan bahwa
Pelaksanaan adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan. Nurdin Usman.
(2002:70).
Pengertian diatas memperlihatkan bahwa kata pelaksanaan bermuara pada
aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan
mekanisme mengandung arti bahwa pelaksanaan bukan sekedar aktivitas, tetapi
suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh
berdasarkan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.
Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan untuk
melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirimuskan dan
ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa
yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana
carayang harus dilaksanakan, suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah
program atau kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas peng ambilan keputusan,
langkah yang strategis maupun operasional atau kebijaksanaan menjadi kenyataan
guna mencapai sasaran dari program yang ditetapkan semula. Dari pengertian
yang dikemukakan di atas dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa pada dasarnya
pelaksanaan suatu program yang telah ditetapkan oleh pemerintah harus sejalan
dengan kondisi yang ada, baik itu di lapangan maupun di luar lapangan. Yang
mana dalam kegiatannya melibatkan beberapa unsur disertai dengan usaha-usaha
dan didukung oleh alat-alat penujang.

Universitas Sriwijaya
147

Faktor - faktor yang dapat menunjang program pelaksanaan adalah sebagai


berikut:
a) Komunikasi, merupakan suatu program yang dapat dilaksanakan dengan
baik apabila jelas bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut proses
penyampaian informasi, kejelasan informasi dan konsistensi informasi
yang disampaikan.
b) Resouces (sumber daya), dalam hal ini meliputi empat komponen yaitu
terpenuhinya jumlah staf dan kualitas mutu, informasi yang diperlukan
guna pengambilan keputusan atau kewenangan yang cukup guna
melaksanakan tugas sebagai tanggung jawab danfasilitas yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan.
c) Disposisi, sikap dan komitmen dari pada pelaksanaan terhadap program
khususnya dari mereka yang menjadi implementasi program khususnya
dari mereka yang menjadi implementer program.
d) Struktur Birokrasi, yaitu SOP (Standar Operating Procedures), yang
mengatur tata aliran dalam pelaksanaan program. Jika hal ini tidak sulit
dalam mencapai hasil yang memuaskan, karena penyelesaian khusus tanpa
pola yang baku.
Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa di Tingkat Kepatuhan pada
indikator Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Fisik dan indikator Pelaksanaan
Kegiatan Pemberdayaan, sudah berjalan dengan ketentuan dan peraturan yang
berlaku. Sementara itu memang ada beberapa hal yang harus di perbaiki dari
beberapa aspek kegiatan agar lebih terarah dan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Secara garis besar di indikator Tingkat Kepatuahan dapat dikatakan
Berhasil/Optimal.

5.5.3 Penatausahaan Keuangan Desa


Menurut The Liang Gie (1996), Tata usaha merupakan serangkaian aktivitas
penghimpunan, pencatatan, pengolahan, penggandaan, pengiriman dan
penyimpanan berbagai macam keterangan yang dibutuhkan dalam setiap
organisasi. Di dalam organisasi pemerintahan desa, Kepala Desa dalam
melaksanakan penatausahaan keuangan desa harus menetapkan bendahara desa.
Penetapan bendahara desa harus dilakukan sebelum dimulainya tahun anggaran

Universitas Sriwijaya
148

bersangkutan dan berdasarkan keputusan kepala desa. Bendahara adalah


perangkat desa yang ditunjuk kepala desa untuk melakukan penerimaan,
menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, membLubuk Dalamkan dan
mempertanggungjawabkan keuangan desa dalam rangka pelaksanaa APBDes,
Ardi Hamzah (2015).
Bendahara desa wajib mempertanggungjawabkan uang melalui laporan
pertanggungjawaban. Laporan pertanggungjawaban disampaikan setiap bulan
kepada kepala desa dan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Menurut
Permendagri No 113 tahun 2014 laporan pertanggungjawaban yang wajib dibuat
oleh bendahara desa adalah:
a) Buku Kas Umum
Buku kas umum digunakan untuk mencatat berbagai aktivitas yang
menyangkut penerimaan dan pengeluaran kas, baik secara tunai maupun
kredit, digunakan juga untuk mencatat mutasi perbankan atau kesalahan
dalam pembukuan.
b) Buku Kas Pembantu Pajak
Buku pajak digunakan untuk membantu buku kas umum, dalam rangka
penerimaan dan pengeluaran yang berhubungan dengan pajak.
c) Buku Bank
Buku bank digunakan untuk membantu buku kas umum, dalam rangka
penerimaan dan pengeluaran yang berhubungan dengan uang bank.
Dokumen yang digunakan Bendahara Desa dalam melaksanakan
penatausahaan pengeluaran meliputi, (1) Buku Kas Umum, (2) Buku Kas
Pembentu perincian obyek pengeluaran dan (3) Buku Kas harian pembantu.
Laporan pertanggungjawaban pengeluaran dilampiri dengan, Buku Kas Umum,
Buku Kas Pembantu yang disertai dengan buktu-bukti pengeluaran yang sah dan
bukti atas penyetoran PPn/PPh ke kas Negara. Berikut Tabel data Buku Kas
Umum Desa Lubuk Dalam:

Tabel 5.26
Buku Kas Umum Desa Lubuk Dalam

Universitas Sriwijaya
149

N Kode
Tgl Uraian Penerimaan (Rp) Pengeluaran (Rp)
o Rekening
1 2 3 4 5 6
1. 6 Juli 2017 Penyelenggaraan Pemerintah Desa Rp. 296.835.000,- Rp. 296.835.000,-
2. 6 Juli 2017 Pembangunan Desa Rp. 798.050.000,- Rp. 798.050.000,-
3. 6 Juli 2017 Pembinaan Kemasyarakatan Rp. 6.000.000,- Rp. 6.000.000,-
4. 6 Juli 2017 Pemberdayaan Masyarakat Rp. 80.287.000,- Rp. 80.287.000,-
TOTAL Rp. 1.181.172.000 Rp. 1.181.172.000
Sumber : Penulis dari hasil pengamatan studi pustaka (APBDes), 2019.

Berdasarkan data pada tabel 5.26, menunjukan bahwa Pemerintah Desa


Lubuk Dalam dalam pelaksanaannya sudah melakukan pembukuan (BKU) yang
dilakukan Bendahara Desa yang diketahui atau disetujui oleh Kepada Desa.
Bendahara Desa wajib melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran
serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib.
Bendahara desa mempunyai kewajiban untuk melakukan pencatatan setiap
proses penerimaan dan pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan
secara tertib. Penatausahaan penerimaan dan pengeluaran dilakukan
menggunakan: Buku Kas Umum, Buku Kas Pembantu Pajak, dan Buku Bank.
Dan mempertanggungjawabkan uang (penerimaan dan pengeluaran) tersebut
melalui laporan pertanggungjawaban yang ditandatangani oleh Kepala Desa dan
Bendahara Desa.
Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan kewajibannya dalam
pengelolaan keuangan desa, kepala desa yang memiliki kewajiban untuk
menyampaikan laporan kepada Bupati/Walikota melalui Camat. Laporan tersebut
bersifat periodik yaitu semesteran dan tahunan, yang disampaikan ke
Bupati/Walikota.
Untuk mengetahui apakah Penatausahaan Keuangan Desa Lubuk Dalam
dalam melaksanakan tugas telah mematuhi kewajibannya dalam pengelolaan
keuangan desa dengan ketentuan yang berlaku yang sesuai dengan peraturan
menteri dalam negeri nomor 113 tentang pengelolaan keuangan desa BAB V,
dapat di lihat pada Tabel 5.27:

Tabel 5.27
Hasil Wawancara
Tingkat Kepatuhan Penatausahaan Perangkat Desa Lubuk Dalam.

Universitas Sriwijaya
150

Kegiatan
No Tingkat Kepatuhan
Penatausahaan
1. Penatausahaan a) Penatausahaa di lakukan oleh Bendahara Desa,
Penerimaan tetapi dibantu oleh pihak ketiga (3) untuk
mengoperasikan perangkat keras (laptop).
b) Bendahara Desa telah melakukan pencatataan setiap
penerimaan, meliputi:
i. Buku Kas Umum.
ii. Buku Kas Pembantu dan Perincian Obyek
Penerimaan.
iii. Buku Kas Harian Pembantu.
c) Bendahara Desa telah melakukan kewajibanya
dengan melaporkan pertanggungjawaban keuangan
melalui laporan pertanggungjawaban.
d) Laporan pertanggungjawaban bendahara desa
disampaikan setiap bulan kepada Kepala Desa dan
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
2. Penatausahaan a) Penatausahaa di lakukan oleh Bendahara Desa,
Pengeluaran tetapi dibantu oleh pihak ketiga (3) untuk
mengoperasikan perangkat keras (laptop)
b) Bendahara Desa telah melakukan pencatataan setiap
pengeluaran, meliputi:
i. Buku Kas Umum.
ii. Buku Kas Pembantu Pajak.
iii. Buku Bank.
c) Bendahara Desa telah melakukan kewajibanya
dengan melaporkan pertanggungjawaban keuangan
melalui laporan pertanggungjawaban.
d) Laporan pertanggungjawaban bendahara desa
disampaikan setiap bulan kepada Kepala Desa dan
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
Sumber: Hasil Wawancara dan Studi Pustaka (SPJ), diolah Penulis dengan bahasa baku, 2019.

Pada Tabel 5.27, menunjukan bahwa pada setiap penatausahaan penerimaan


dan pengeluaran kegiatan terjadi kepatuhan pengelolaan keuangan desa.
Penatausahaan penerimaan wajib dilaksanakan oleh bendahara desa,
penatausahaan menggunakan (1) Buku Kas Umum (2) Buku Kas Pembantu
perincian obyek penerimaan dan (3) Buku Kas Harian Pembantu. Bendahara Desa
wajib mempertanggungjawabkan melalui laporan pertanggungjawaban
penerimaan kepada Kepala Desa paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya,
laporan pertanggungjawaban penerimaan dilampiri dengan buku kas umum, buku

Universitas Sriwijaya
151

kas pembantu dan buku penerimaan yang sah.


Selanjutnya, penatausahaan pengeluaran wajib dilakukan oleh bendahara
desa, dokumen penatausahaan pengeluaran harus disesuaikan dengan Peraturan
Desa tentang APBDes atau peraturan Desa tentang perubahan melalui pengajuan
Surat Permintaan Pembayaran (SPP), pengajuan SPP harus disetujui oleh Kepala
Desa melalui Pejabat Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PPTKD).
Bendahara Desa wajib mempertanggungjawabkan penggunaan uang yang menjadi
tanggungjawabnya melalui Laporan Pertanggungjawaban Keuangan kepada
Kepala Desa paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
Penting untuk ditekankan bahwa dalam pengelolaan penatausahaan
keuangan desa Lubuk Dalam diperlukan dukungan sumber daya manusia yang
berkompeten berdasarkan pengalaman dibidangnya dan harus konsisten dalam
berkoordinasi sesama unit kerja, dalam konteks ini penatausahaan keuangan desa
adalah salah satu jantung jalannya suatu organisasi yaitu Pemerintah Desa Lubuk
Dalam yang harus sesalu berkesinambungan dan sinergis yang sesuai dengan
peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang
penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi,
dan pelaporan barang milik daerah sesuai dengan ketentuan berlaku.
a) Penatausahaan Penerimaan Desa
Bendahara Desa mencatat transaksi kedalam Buku Kas Umum  ketika
dirinya menerima penerimaan uang yang bersifat cash (tunai) dengan cara
membuat bukti berupa kuitansi. Sedangkan bila bendahara desa menerima
pendapatan yang berupa transfer maka bendahara akan memperoleh informasi
berupa nota yang di catat kredit di buku bank atas uang yang masuk ke Rekening
Kas Bank Desa. Berdasarkan nota tersebut sebagai acuan kemudian bendahara
desa wajib mencatat kedalam buku bank. Semua penerimaan baik itu cash (tunai)
atau bersumber dari transfer harus di catat secara benar dan tertib.
Selain pencatatan pada kedua buku tersebut, bendahara Desa juga wajib
membukukanya kedalam laporan realisasi Buku Rincian Pendapatan.  Pencatatan
Buku Rincian Pendapatan berguna untuk mengklasifikasi rincian dari realisasi

Universitas Sriwijaya
152

pendapatan yang diterima agar dapat dilaporkan ke dalam Laporan Realisasi


APBDesa. 
b) Penatausahaan Pengeluaran Desa.
Belanja Kegiatan yang bersifat cash (tunai)  yang dikeluarkan oleh
Bendahara Desa harus dibuatkan bukti transaksi berupa kwitansi pengeluaran dan
wajib dicatat oleh Bendahara Desa dalam Buku Kas Umum. Sedangkan yang
bersifat  belanja transfer  langsung ke pada pihak ketiga, Bendahara Desa
mencatat ke dalam Buku Bank (tidak dicatat di BKU, karena BKU untuk transaksi
cash (tunai). Pencatatan penerimaan baik kas maupun pendapatan transfer  wajib
disertai dengan bukti yang lengkap dan sah serta dicatat secara benar dan tertib.
Selain pencatatan transaski di Buku Kas Umum atau Buku Bank, Bendahara
Desa juga mencatat kewajiban perpajakan yang dipotong/dipungut atas transaksi
belanja yang dilakukan. Atas pemotongan/pungutan pajak yang dilakukan,
Bendahara Desa mencatat dalam Buku Pajak pada kolom penerimaan. Nilai
Potongan/pungutan pajak didasarkan pada bukti kwitansi sebagaimana telah
dibahas sebelumnya. Ketika Bendahara Desa melakukan penyetoran ke Kas
Negara dengan batasan waktu yang diatur atau ditentukan dalam ketentuan
perpajakan melalui Surat Setoran Pajak (SSP) maka Bendahara Desa mencatat
dalam Buku Pembantu Pajak pada kolom kredit (Pengeluaran).
Dari pengamatan, wawancara mendalam, dan analisis penulis dapat ditarik
kesimpulan bahwa tingkat Kepatuhan terhadap penatausahaan keuangan desa
dilaksanakan sepenuhnya dengan baik oleh bendahara desa yaitu Bendahara Desa
Lubuk Dalam, tetapi dibantu oleh pihak ketiga (3) untuk mengoperasikan
perangkat keras (laptop), sehingga dapat dikatakan belum Optimal.

5.5.4 Pelaporan Realisasi Pelaksanaan (APBDes)


Reporting (pelaporan) menurut Luther M. Gullick dalam bukunya Papers
on the Science of Administration merupakan salah satu fungsi manajemen berupa
penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan
mengenai segala hal yang bertalian dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat
yang lebih tinggi. baik secara lisan maupun tertulis sehingga dalam penerimaan
laporan dapat memperoleh gambaran bagaimana pelaksanaan tugas orang yang
member laporan. Selain itu, pelaporan merupakan catatan yg memberikan

Universitas Sriwijaya
153

informasi tentang kegiatan tertentu dan hasilnya disampaikan ke pihak yang


berwenang atau berkaitan dengan kegiatan tertentu (Siagina, 2003)
Mekanisme pelaporan sebagai bahan pembinaan dan pengendalian Dana
Desa dilakukan secara berjenjang dari laporan tinggkat Desa kemudian pelaporan
tingkat kabupaten. Adapun alur penyampaian laporan menurut Permendagri No
113 tahun 2014 yaitu:
a) Kepala Desa dengan mengkoordinasikan oleh Camat menyampaikan
laporan realisasi penggunaan Dana Desa tahunan kepada Bupati
b) Laporan realisasi tahap I paling lambat bulan juli tahun anggaran berjalan.
c) Laporan realisasi tahap II paling lambat akhir bulan september tahun
anggaran berjalan.
d) Laporan realisasi tahunan paling lambat akhir bulan februari tahun
anggaran berjalan.
e) Laporan tersebut harus didukung dengan bukti yang sah.

Apabila Kepala Desa tidak menyampaikan Laporan dan Laporan


Pertanggungjawaban tersebut, maka Bupati akan menunda penyaluran Dana Desa
sampai dengan disampaikannya Laporan dan Laporan pertanggungjawaban
penggunaan semester sebelumnya. Untuk data pelaporan realisasi kegiatan Desa
Lubuk Dalam dapat dilihat dalam Tabel berikut:
Tabel 5.28
Data Pelaporan Hasil Kegiatan Desa Lubuk Dalam

Periode Laporan Realisasi


No Nama Desa Semester
(Permen 113/2014) laporan
Juli Juli
Tahap I
1. Desa Lubuk (Tahun berjalan) (Tahun berjalan)
Dalam Januari Maret
Tahap II
(Tahun berikut) (Tahun berikut)
Sumber : Berdasarkan Peraturan dan Studi Pustaka (D.PMD), 2019.

Dari data Tabel 5.28, di atas dapat disimpulkan bahwa Data Pelaporan Hasil
Kegiatan Desa Lubuk Dalam pada setiap tahapan realisasi kegiatan tahap pertama
(I) di bulan Juli sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan laporan realisasi
tahap kedua (II) adanya keterlambatan realisasi laporan yaitu di bulan Maret

Universitas Sriwijaya
154

(tahun berikutnya), yang seharusnya realisasi pelaporan tersebut dibulan


Desember, sehingga menghasilkan analisis adanya keterlambatan pelaporan
realisasi di tahap ke dua (II).
Pelaporan Keuangan meliputi segala aspek yang berkaitan dengan
penyediaan dan peyampaian informasi keuangan. Aspek-aspek tersebut antara lain
lembaga yang terlibat (misalnya penyusunan standar, badan pengawas dari
pemerintah atau pasar modal, organisasi profesi, dan entitas pelapor). Peraturan
yang berlaku termasuk PABU (Prinsip Akuntansi Berterima Umum atau
Generally Accepted Accounting Principles/GAAP).
Tujuan umum dalam pelaporan keuangan dijelaskan melalui SFAC No. 8
yang merupakan terbitan terbaru. Dalam SFAC No. 8 dijabarkan tujuan umum
dari pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi finansial mengenai
entitas pelapor dimana informasi tersebut berguna untuk para stakeholders yang
sekarang, ataupun yang berpotensi menggunakan informasi tersebut untuk
membuat keputusan. Tujuan umum dari pelaporan keuangan ini bukan didesain
untuk menunjukan nilai dari perusahaan tetapi menyediakan informasi untuk
membantu para stakeholders melakukan estimasi dari nilai pelaporan entitas.
Sistem pelaporan yang digunakan untuk pelaporan keuangan desa adalah
dasar akrual. Hal ini mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintah dimana standar
ini menggunakan dasar akrual didalam standarnya. Seperti yang diketahui, desa
adalah unit terkecil dalam pemerintahan. Oleh karena itu, desa kemudian juga
memberlakukan penggunaan dasar akrual.
Untuk mengetahui apakah Pelaporan Realisasi Pelaksanaan (APBDes) Desa
Lubuk Dalam telah mematuhi dengan ketentuan yang berlaku, dapat di lihat pada
Tabel 5.29, di bawah ini:

Tabel. 5.29
Hasil Wawancara
Pelaporan Hasil Kegiatan Desa Lubuk Dalam

No Program/Kegiatan Alokasi Biaya Keluaran (Output)

Universitas Sriwijaya
155

Anggaran Realisasi (Rp) % Uraian Target

Bidang Pelaksanaan
Rp. 798.050.000 - - - -
Pembangunan Desa

A. Pembangunan 2 Unit Terlaksananya


Rp. 71.692.000 100 2 Kali
MCK di Dusun I dan II Fasilitas Kesehatan

1.
B. Pembangunan Jalan Rabat Terlaksananya
Beton di Dusun I Rp. 219.213.000 100 Fasilitas Sarana 2 Kali
(201x5x0,15m) Prasarana Desa
Terlaksananya
C. Pembangunan Jalan Rabat
Fasilitas Sarana
Beton di Dusun II Rp. 431.995.000 100 2 Kali
Prasarana Desa
(501x4x0,15m)

Bidang Pembinaan
Rp. 6.000.000 - - - -
Kemasyarakatan
Terselenggaranya
A. Kegiatan Rapat Desa Rp. 1.000.000 100 1 Kali
2. Kegiatan Rapat Desa
B. Kegiatan Belanja
Terlaksananya
Penunjang 10 Program Rp. 5.000.000 100 4 Kali
Kegiatan Pokja
Pokok PKK
Bidang Pemberdayaan
Rp. 80.287.000 - - - -
Masyarakat
3. Honor Pelatih,
Panitia, Uang Saku
A. Pelatihan Menjahit Rp. 80.287.000 100 5 Kali
Peserta, dan Pakaian
Seragam
Sumber: Hasil Wawancara dan Studi Pustaka (APBDes dan SPJ) diolah Penulis dengan bahasa baku, 2019.

Berdasarkan Tabel 5.29, menunjukan adanya pelaporan tertulis realisasi


pelaksanaan kegiatan (APBDes) dari berbagai program kegiatan berdasarkan
anggaran biaya pelaksanaan kegiatan. Dari tahapan pelaporan realisasi
pelaksanaan kegiatan yang mempunya bukti lengkap dan sah yang diperoleh,
seperti: (1) Adanya kwitansi pembayaran belanja modal dan belanja barang dan
jasa (pajak), (2) Berita acara disetiap kegiatan pelaksanaan sudah dilaksanakan
sesuai dengan semestinya, Kemudian, Kepala Desa menyampaikan Laporan
tertulis (SPJ) Pelaksanaan Kegiatan (APBDes) kepada Bupati/Walikota paling
lambat pada akhir bulan Juli tahun berjalan.
Selain itu, diperlukan peran akuntan di seluruh Indonesia yang harus masuk
ke desa untuk membantu proses akuntansi dalam laporan keuangan sekaligus

Universitas Sriwijaya
156

melakukan bimbingan hingga para aparatur desa dapat menyusun laporan


keuangan secara mandiri. Akuntan juga memiliki peran untuk melakukan quality
control terhadap laporan keuangan yang dihasilkan oleh perangkat desa yang
mana tentunya memerlukan analisis sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Dengan adanya dukungan dari semua pihak yang terlibat, tentu proses
pelaporan keuangan desa akan semakin baik. Dengan demikian, asas transparansi
dan akuntabilitas yang diamanatkan dapat dilaksanakan dengan baik. Selain itu,
perkembangan desa pun juga akan semakin pesat. Menurut Keraf (2001:284)
dalam Rajab (2009), Pelaporan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
bawahan untuk menyampaikan hal-hal yang berhubungan dengan hasil pekerjaan
yang telah dilakukan selama satu periode tertentu. Pelaporan dilakukan kepada
atasan kepada siapa bawahan tersebut bertanggung jawab.
Kepatuhan akan pelaporan realisasi kegiatan (APBDes) sangat diperlukan
sebagai sistem administrasi untuk memenuhi persyaratan pengajuan penyaluran
dana di tahap berikutnya atau di semester kedua (II) atau di pelaporan akhir tahun
anggaran kegiatan. Dari tahapan pelaporan realisasi pelaksanaan kegiatan yang
mempunya bukti lengkap dan sah yang diperoleh, seperti : (1) Adanya kwitansi
pembayaran belanja modal dan belanja barang dan jasa (pajak), (2) Berita acara
disetiap kegiatan pelaksanaan dilaksanakan belum dengan semestinya atau belum
berhasil/Optimal.

5.5.5 Pertangggungjawaban Realisasi Pelaksanaan (APBDes)


Prinsip dasar Organisasi dalam Buku Good Corporate Governance,
Rusdiyanto (2019:41). Organisasi harus mematuhi peraturan perundang-undangan
serta melaksanakan tanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga
dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat
pengakuan sebagai Good Corporate Citizen.

Pertanggungjawaban merupakan laporan dalam bentuk dokumen tertulis


yang disusun untuk melaporkan pelaksanaan kegiatan dari suatu unit organisasi
kepada unit organisasi lainnya yang lebih tinggi atau sederajat. Laporan ini
berfungsi sebagai bahan evaluasi terhadap seluruh proses pelaksanaan kegiatan.

Universitas Sriwijaya
157

Berdasarkan APBDes, pemerintah desa melaksanakan program atau kegiatan


yang telah memperoleh anggran. Program yang direncanakan untuk memperoleh
anggaran pada APBDes, pada dasarnya merupakan instrumen untuk memecahkan
masalah yang dihadapi Pemerintah Desa dan masyarakat Desa.
Program yang diajukan untuk memperoleh anggaran pada APBdes pada
umumnya diturunkan dari Dokumen perencanaan tahunan desa yang dikenal
sebagai Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDes) yang merupakan
penjabaran dari dokumen perencanaan lima tahunan yang dikenal dengan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes). Selanjutnya, dengan
adanya penjelasan diatas yaitu berlajut kepada Laporan Pertanggungjawaban tiap
tahap penyaluran anggaran. Berikut data Pertangggungjawaban Realisasi
Pelaksanaan (APBDes):

Tabel 5.30
Data Pertangggungjawaban Realisasi Pelaksanaan (APBDes)
Hasil Kegiatan Desa Lubuk Dalam

Pertangggung
No Nama Desa Anggaran Jawaban
Keterangan
Per 31
Desa
1. Rp. 1.181.172.000,- Desember Tidak Tepat
Lubuk
Tahun Waktu
Dalam
Anggran
Sumber: Penulis dari hasil pengamatan studi pustaka (D.PMD), 2019.

Berdasarkan pada Tabel 5.30, menunjukan bahwa Pertangggungjawaban


Realisasi Pelaksanaan (APBDes) di Desa Lubuk Dalam sudah melakukan
Pertangggungjawaban, tetapi belum tepat waktu atau boleh dikatakan belum patuh
terhadap ketentuan yang tertuang di dalam Permendagri No 113 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Keuangan Desa (pasal 37 ayat 4), Kepala Desa mempunyai
kewajiban untuk menyampaikan laporan kepada Bupati/Walikota. Laporan
dimaksud adalah laporan realisasi pelaksanaan APBDesa dan laporan
pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa. Kepala Desa
menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota
setiap semester tahun berjalan berupa: a. laporan semester pertama; dan b. laporan
semester akhir tahun.

Universitas Sriwijaya
158

Format laporan realisasi pelaksanaan APBDesa baik laporan semester


pertama dan laporan semester akhir tahun, bentuknya sama yang meliputi: kode
rekening; uraian terdiri dari: pendapatan (pendapatan asli desa, pendapatan
transfer, pendapatan lain-lain) dan belanja (bidang penyelenggaraan pemerintahan
desa, bidang pelaksanaan pembangunan desa, bidang pembinaan kemasyarakatan,
bidang pemberdayaan masyarakat, belanja tak terduga) serta pembiayaan
(penerimaan pembiyaan dan pengeluaran pembiayaan); jumlah anggaran; jumlah
realisasi; lebih/kurang; keterangan.
Selain penyampaian laporan realisasi pelaksanaan APBDesa, Kepala Desa
menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa
kepada Bupati/Walikota setiap akhir tahun anggaran. Laporan
pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa, terdiri dari pendapatan,
belanja, dan pembiayaan. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan
APBDesa ditetapkan dengan Peraturan Desa. Peraturan Desa tentang laporan
pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa dilampiri: a. format Laporan
Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa Tahun Anggaran
berkenaan; b. format Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun
Anggaran berkenaan; dan c. format Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah
Daerah yang masuk ke Desa.
Format Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa
Tahun Anggaran berkenaan sama dengan format laporan realisasi pelaksanaan
APBDesa baik laporan semester pertama dan laporan semester akhir tahun. Untuk
mengetahui apakah Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan (APBDes) Desa
Lubuk Dalam telah mematuhi dengan ketentuan yang berlaku, dapat di lihat pada
Tabel 5.31:

Tabel 5.31
Hasil Wawancara
Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan Kegiatan APBDes

Universitas Sriwijaya
159

Permendagri No Sesuai/
NO Desa Lubuk Dalam Keterangan
113 Tahun 2014 Tidak
1. Pasal 38 ayat (1) Pada Desa Lubuk Tidak Pada Desa Lubuk Dalam,
Kepala Desa Dalam, Kepala Desa Kepala menyampaikan
menyampaikan menyampaikan laporan pertanggungjawaban
laporan laporan realisasi pelaksanaan
pertanggungjawaban pertanggungjawaban APBDesa kepada Bupati
realisasi pelaksanaan realisasi pelaksanaan ditahun berikutnya yaitu
APBDesa kepada APBDesa kepada dibulan Maret
Bupati/Walikota Bupati ditahun
setiap akhir tahun berikutnya yaitu
anggaran dibulan Maret
2. Pasal 38 ayat (2) Pada Desa Lubuk Sesuai Pada Desa Lubuk Dalam,
Laporan Dalam, Laporan Laporan pertanggungjawaban
pertanggungjawaban pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan
realisasi pelaksanaan realisasi pelaksanaan APBDesa terdiri dari
APBDesa terdiri dari APBDesa terdiri dari pendapatan, belanja, dan
pendapatan, belanja, pendapatan, belanja, pembiayaan
dan pembiayaan dan pembiayaan
3. Pasal 38 ayat (3) Pada Desa Lubuk Sesuai Pada Desa Lubuk Dalam,
Laporan Dalam, Laporan Laporan pertanggungjawaban
pertanggungjawaban pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan
realisasi pelaksanaan realisasi pelaksanaan APBDesa) ditetapkan dengan
APBDesa) ditetapkan APBDesa) Peraturan Desa
dengan Peraturan ditetapkan dengan
Desa Peraturan Desa
4. Pasal 38 ayat (4) Pada Desa Lubuk Sesuai Pada Desa Lubuk Dalam,
Peraturan Desa Dalam, Format Format laporan
tentang laporan laporan pertanggungjawaban sesuai
pertanggungjawaban pertanggungjawab dengan peraturan desa yaitu :
realisasi pelaksanaan an sesuai dengan (a) format Laporan
APBDesa dilampiri: peraturan desa Pertanggungjawaban
(a) format Laporan yaitu : (a) format Realisasi Pelaksanaan
Pertanggungjawaban Laporan APBDesa Tahun Anggaran
Realisasi Pertanggungjawa berkenaan (b) format
Pelaksanaan ban Realisasi Laporan
APBDesa Tahun Pelaksanaan KekayaanDesaDesember
Anggaran berkenaan APBDesa Tahun Anggaran berkenaan
(b) Laporan Milik Anggaran berkenaan dan (c)LaporanPemerintah
Desa per 31 (b) format Laporan Pemerintahyang masuk ke
Desember Tahun Kekayaan Milik desa. Per Milik 31 Tahun
format Kekayaan Desa per 31 format Program dan Daerah
Anggaran berkenaan Desember Tahun
dan (c) format Anggaran berkenaan
Laporan Program dan (c) format
Pemerintah dan Laporan Program
Pemerintah Daerah Pemerintah dan
yang masuk ke desa. Pemerintah Daerah

Universitas Sriwijaya
160

yang masuk ke desa.


5. Pasal 39 Laporan Pada Desa Lubuk Sesuai Pada Desa Lubuk Dalam,
Pertanggungjawaban Dalam, Pertanggungjawaban
Realisasi Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan
Pelaksanaan Realisasi APBDesa merupakan bagian
APBDesa merupakan Pelaksanaan penting yang termasuk dalam
bagian tidak APBDesa laporan penyelenggaraan
terpisahkan dari merupakan bagian Pemerintahan Desa.
laporan penting yang
penyelenggaraan termasuk dalam
Pemerintahan Desa. laporan
penyelenggaraan
Pemerintahan Desa.
6. Pasal 40 ayat (1) Pada Desa Lubuk Sesuai Pada Desa Lubuk Dalam,
Laporan realisasi dan Dalam, Laporan Laporan realisasi dan dan
laporan realisasi dan dan laporan pertanggungjawaban
pertanggungjawaban laporan realisasi pelaksanaan
realisasi pelaksanaan pertanggungjawaban APBDesa diinformasikan
APBDesa realisasi pelaksanaan kepada masyarakat secara
diinformasikan APBDesa tertulis dan dengan media
kepada diinformasikan informasi yang mudah
masyarakat secara kepada masyarakat diakses oleh masyarakat
tertulis dan dengan secara tertulis dan
media informasi yang dengan media
mudah diakses oleh informasi yang
masyarakat mudah diakses oleh
masyarakat
7. Pasal 40 ayat (2) Pada Desa Lubuk Sesuai Pada Desa Lubuk Dalam,
Media informasi Dalam, Media Media informasi yang
antara lain papan informasi yang digunakan yaitu Baliho, dan
pengumuman, radio digunakan yaitu leaflet
komunitas, dan Baliho dan leaflet.
media informasi
lainnya.
8. Pasal 41 ayat (1) Pada Desa Lubuk Sesuai Pada Desa Lubuk Dalam,
Laporan realisasi dan Dalam, Laporan Laporan realisasi dan laporan
laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban realisasi
pertanggungjawaban pertanggungjawab pelaksanaan APBDesa
realisasi pelaksanaan realisasi pelaksanaan disampaikan kepada Bupati
APBDesa APBDesa melalui camat dan Dinas
disampaikan kepada disampaikan kepada PMD
Bupati/Walikota Bupati melalui
melalui camat atau camat dan Dinas
sebutan lain PMD.
9. Pasal 41 ayat (2) Pada Desa Lubuk Tidak Pada Desa Lubuk Dalam,
Laporan Dalam, Laporan Laporan pertanggungjawaban
pertanggungjawab an pertanggungjawab realisasi pelaksanaan
realisasi pelaksanaan an realisasi APBDesa disampaikan

Universitas Sriwijaya
161

APBDesa pelaksanaan setelah akhir tahun berkenaan


disampaikan paling APBDesa sehingga melewati batas yang
lambat 1 (satu) bulan disampaikan setelah ditentukan.
setelah akhir tahun akhir tahun
anggaran berkenaan berkenaan sehingga
melewati batas yang
ditentukan.
10. Pasal 42 Format Pada Desa Lubuk Sesuai Pada Desa Lubuk Dalam,
Rancangan Peraturan Dalam, Format FormatPeraturantentangBuku
Desa tentang Rancangan Peraturan Pembantu Kas Kegiatan,
APBDesa, Buku Desa tentang Rencana Anggaran Biaya dan
Pembantu Kas APBDesa, Buku Surat Permintaan
Kegiatan, Rencana Pembantu Kas Pembayaran serta Pernyataan
Anggaran Biaya dan Kegiatan, Rencana Tanggungjawab Belanja,
Surat Permintaan Anggaran Biaya dan Laporan Realisasi
Pembayaran serta Surat Permintaan Pelaksanaan APBDesa pada
Pernyataan Pembayaran serta semester pertama dan
Tanggungjawab Pernyataan semester akhir tahun serta
Belanja, Laporan Tanggungjawab Laporan Pertanggungjawaban
Realisasi Belanja, Laporan Realisasi Pelaksanaan
Pelaksanaan Realisasi APBDesa tercantum dalam
APBDesa pada Pelaksanaan Lampiran yang merupakan
semester pertama dan APBDesa pada bagian tidak terpisahkan dari
semester akhir tahun semester pertama Peraturan Menteri.
serta Laporan dan semester akhir
Pertanggungjawab an tahun serta Laporan
Realisasi Pertanggungjawaban
Pelaksanaan Realisasi
APBDesa tercantum Pelaksanaan
dalam Lampiran APBDesa tercantum
yang merupakan dalam Lampiran
bagian tidak yang merupakan
terpisahkan dari bagian tidak
Peraturan Menteri terpisahkan dari
Peraturan Menteri.
11. Pasal 43 Ketentuan Pada Desa Lubuk Sesuai Pada Desa Lubuk Dalam,
lebihmengenai Dalam, Ketentuan Ketentuanlanjut Pengelolaan
Pengelolaan lebih lanjut KeuangandiaturPeraturan
Keuangan diatur mengenai Bupati.
Peraturan Pengelolaan
Bupati/Walikota Keuangan Desa
diatur dalam
Peraturan Bupati.
Sumber: Hasil Wawancara dan Studi Pustaka (BAB V Pasal 38-43) diolah Penulis dengan bahasa baku, 2019.

Pada pembahasan Tabel 5.31, di atas di simpulkan bahwa


pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan kegiatan APBDes telah hampir

Universitas Sriwijaya
162

memenuh sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia


Nomor 113 Tahun 2014 dimana pemerintah atau Kepala Desa Lubuk Dalam
sudah mempertanggungjwabkan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa
walaupun ada keterlambatan. Laporan ini di sampaikan juga kepada masyarakat
melalui media berupa baliho APBDesa yang di pajang di depan kantor desa dan
disetiap dusun serta leaflet yang berisi APBDesa yang dibagikan kepada setiap
Kepala Keluarga di Desa Lubuk Dalam.
Dalam organisasi, di tentukan oleh rasa tanggungjawab perangkat desa
selama proses pelaksanaan kegiatan. Dalam diri setiap perangkat desa harus
dibangun kesadaran bahwa merekalah yang menjadi kunci keberhasilan
pengelolaan keuangan, jika rasa tanggung jawab untuk melaksanakan belum
tumbuh, maka proses pelaksanaan selanjutnya tidak akan berjalan sesuai yang
telah ditetapkan atau terjadi Mal-Administrasi. Oleh karena itu pemerintah pusat
dan daerah membutuhkan sikap mental sebagai pemacu pelaksanaan proses
pembangunan. Peran Pemerintah Pusat, dan Pemerintah Daerah dalam
pertanggungjawaban mendorong kerja sama lintas unit/bidang dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat.
Sejalan dengan prinsip transparansi, akuntabel, dan partisipatif yang
merupakan ciri dasar tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance),
maka pertanggungjawaban tidak hanya disampaikan kepada pemerintah yang
berwenang, tetapi juga harus disampaikan kepada masyarakat, baik langsung
maupun tidak langsung.
Secara langsung, pertanggungjawaban kepada masyarakat bisa disampaikan
melalui Musyawarah Desa sebagai forum untuk membahas hal-hal strategis, yang
dihadiri BPD dan unsur-unsur masyarakat lainnya. Selain itu, laporan
pertanggungjawaban juga dapat disebarluaskan melalui berbagai sarana
komunikasi dan informasi: papan Informasi Desa, website resmi pemerintah
kabupaten atau bahkan desa. Dalam pelaksanaan belum dilaksanakan sesuai
dengan semestinya dan belum berhasil/Optimal.
Berdasarkan hasil analisis terhadap data-data pendukung yang diperoleh
dari pengamatan dilapangan serta wawancara dapat disimpulkan bahwa Perangkat
Desa Lubuk Dalam telah menunjukan Tingkat Kepatuhan yang terdiri dari

Universitas Sriwijaya
163

beberapa indicator, yaitu: (1) Perencanaan Kegiatan, (2) Pelaksanaan Kegiatan,


(3) Penatausahaan Keuangan, (4) Pelaporan Kegiatan, (5) Laporan
Pertanggungjawaban (APBDes), jika dilihat dari: (a) Sumber Anggaran (b) PAGU
Anggaran (c) Belanja Desa (d) Mekanisme Penetapan APBDes Desa Lubuk
Dalam (e) Prosedur Pengucuran Anggaran. Namun tingkat Kepatuhan pada
indikator Perencanaan di sub indikator Prosedur Pengucuran Anggaran dinilai
masih rendah/belum optimal, hal ini dapat dilihat dari proses tahapan: (a)
Penetapan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDesa) yang seharusnya Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) disepakati bersama paling lambat bulan
Oktober tahun berjalan (Pasal 20 ayat 4). Pada keyataannya, Desa Lubuk Dalam
dalam penyusunan Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa (APBDesa) disepakati bersama di bulan Maret ditahun berikutnya,
dan (b) Adanya keterlambatan pembuatan Laporan (SPJ) dan Laporan
Pertanggungjawaban (LPJ) APBdes Tahap II, terdapat kendala penyaluran
anggaran ditahun berikutnya, sehingga untuk Tingkat Kepatuhan dari seluruh
tahapan indikator sudah berjalan, tetapi dinilai masih rendah/belum Optimal.
Dimensi selanjutnya yang akan di analisis adalah dimensi Kelancaran
Rutinitas Fungsi. Dimensi mempunyai tiga indikator dan analisis yang akan
dimulai dari indikator (a) Ketersediaan Anggaran (b) Ketersediaan Sumber Daya
(c) Adanya Pengewasan.

5.6 Kelancaran Rutinitas Fungsi


Rutinitas fungsi dalam implementasi Peraturan Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 adalah memberikan pedoman
petunjuk teknis dalam pengelolaan keuangan desa yang efisien dalam
ketentuannya. Jika fungsi ini tidak terjadi secara terus menerus maka
implementasi kebijakan dapat terhambat dan tidak berjalan dengan baik.
Kelancaran rutinitas fungsi memiliki indikator– indikator yang meliputi:
Ketersediaan Anggaran, Ketersediaan Sumberdaya, Kemampuan Sumber Daya
Manusia dan Adanya Pengawasan.

5.6.1 Ketersediaan Anggaran

Universitas Sriwijaya
164

Pendekatan dalam Sistem Anggaran Negara tersebut menurut Mardiasmo,


dalam bukunya Akuntansi Sektor Publik cenderung memiliki karakteristik sebagai
berikut: (1) Komperhensif/Komparatif, (2) Terintegrasi dan lintas departemen, (3)
Proses Pengambilan Keputusan yang rasional, (4) Berjangka panjang, (5)
Spesifikasi tujuan dan urutan prioritas, (6) Analisis total cost and benefits
(termasuk opportunity cost), (7) berorientasi pada input, output, dan outcome,
bukan sekedar input, (8) Adanya pengawasan kinerja
Dalam banyak hal keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat
tergantung dari lancar atau tidaknya fungsi-fungsi yang ada. Kelancaran terjadi
ketika suatu instansi melaksanakan tugas pokok tersebut dengan tanpa hambatan.
Salah satu faktor tersebut adalah tersedianya anggaran. Ketersediaan Anggaran
adalah sesuatu yang memiliki nilai guna. Jika ketersediaan anggaran ini tidak
tersedia dengan baik tentu akan mengganggu kelancaran fungsi dari Pengelolaan
Keuangan Desa. Sehubungan dengan pentingnya kelancaran rutinitas fungsi yang
harus dilaksanakan dalam pengelolaan keuangan desa tersebut, berikut
ketersediaan anggaran di Desa Lubuk Dalam:

Tabel 5.32
Ketersedian Anggaran Desa Lubuk Dalam

Penggunaan Waktu
No Desa Uraian Kegiatan Anggaran
Anggaran Kegiatan
1. Lubuk 1. Bidang Pelaksanaan Rp. 296.835.000
Dalam Pemerintahan Desa 20% dari
2. Bidang Pelaksanaan Rp. 798.050.000 anggaran Januari
Pembangunan Desa (Pemeberdayaan) s/d
3. Bidang Pembinaan Rp. 6.000.000 dan 80% Desember
Kemasyarakatan pembangunan (1 Tahun)
4. Bidang Pemberdayaan Rp. 80.287.000 fisik.
Masyarakat (PP No. 43 th
2014 Psl 100)
TOTAL Rp. 1.181.172.000
Sumber: Penulis dari hasil pengamatan studi pustaka (APBDes), 2019.

Berdasarkan Tabel 5.32, Ketersediaan anggaran Desa Lubuk Dalam untuk


merealisasikan beberapa kegiatan dalam satu tahun anggaran baik dibidang
pembangunan maupun di bidang pemberdayaan masyarakat sesuai dengan
pembagiannya. Untuk uraian kegiatan pada Bidang Pelaksanaan Pemerintahan
Desa anggaran yang di butuhkan senilai Rp. 296.835.000. Untuk uraian anggaran

Universitas Sriwijaya
165

pada Bidang Pemberdayaan Masyarakat bernilai Rp. 80.287.000. Selanjutnya


anggaran terbesar terdapat pada uraian kegiatan di Bidang Pelaksanaan
Pembangunan Desa di mana anggaran dana yang di butuhkan sejumlah Rp.
798.050.000. Sedangkan untuk uraian di Bidang Pembinaan Kemasyarakatan
memiliki anggaran yang cukup kecil di banding dengan ke tiga uraian kegiatan di
atas. Anggaran ini mengacu pada PP No. 43 th 2014 Psl 100 dimana 20% dari
anggaran (Pemeberdayaan) dan 80% pembangunan fisik di olah secara terbuka.
Oleh karena itu, dana yang dianggarkan harus direalisasikan dengan baik dan
tepat sasaran.
Ketersediaan alokasi anggaran merupakan salah satu bentuk komitmen
pemerintah pusat dan daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir dalam mendukung
keberhasilan implementasi peraturan menteri dalam negeri nomor 113 tahun 2014
tentang pengelolaan keuangan desa di Desa Lubuk Dalam. Ketersediaan alokasi
anggaran salah satunya guna mendukung pengadaan sarana dan prasarana di Desa
Lubuk Dalam.

Menurut Suharsimi (2010:1), Anggaran yaitu suatu rencana yang disusun


secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan
dalam unit kesatuan moneter yang berlaku untuk jangka waktu periode tertentu
yang akan dating. Sedangkan Nafarin (2013:11), mendifinisikan bahwa Anggaran
(budget) merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang
dinyatakan dalam suatu uang, tetapi dapat juga dinyatakan dalam satuan
barang/jasa.
Sasongko dan Parulian (2015:2), berpendapat bahwa Anggaran adalah
rencana kegiatan yang akan dijalankan oleh manajemen dalam satu periode yang
tertuang secara kuantitatif. Informasi yang dapat diperoleh dari anggaran
diantaranya jumlah produk dan harga jualnya untuk tahun depan. Dari definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum anggaran merupakan suatu
rencana kerja yang disusun secara sistematis yang dinyatakan dalam satuan uang,
barang atau jasa untuk waktu periode yang akan datang.
Dengan demikian, pada dimensi kedua yaitu Kelancararan Rutinitas Fungsi

Universitas Sriwijaya
166

di indikator pertama Ketersediaan Anggaran Desa Lubuk Dalam, jika dilihat dari
total anggaran Rp. 1.181.172.000, di empat bidang pelaksanaan kegiatan yang
disepakati dengan mekanisme musyawarah bersama bisa dikatakan
tercukupi/lancar.

5.6.2 Ketersediaan Sumber Daya


Keberhasilan suatu implementasi kebijakan amat ditentukan oleh tingkat
implementability kebijakan, yang terjadi atas isi kebijakan (Content of Policy)
yang mencakup Resources Committed (Sumber-Sumber Daya yang digunakan),
pelaksanaan kebijakan harus didukung oleh sumberdaya-sumberdaya yang
mendukung agar pelaksanaannya berjalan dengan baik (Merilee S. Grindle, 1980).
Selanjutnya Van Meter Van Horn (1975) menjelaskan bahwa keberhasilan
implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan
sumber daya yang tersedia.
Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari
kemampuan memanfaatkan sumber daya yang ada. Manusia merupakan sumber
daya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses implementasi
suatu kebijakan yang harus memenuhi persentase ketersediaan sumber daya yang
dibutuhkan. Tetapi diluar sumber daya manusia, sumber daya yang lain perlu
diperhatikan juga yakni salah satunya fasilitas atau sarana prasarana, dimana
fasilitas atau sarana prasarana ini di gunakan untuk kepentingan bersama dalam
menghasilkan ide dan gagasan yang berguna untuk ketersediaan sumber daya.
Karena mau tidak mau, ketika sumber daya manusia yang kompeten dan kapabel
telah terpenuhi sedangkan fasilitas tidak tersedia. Berikut tabel mengenai
Ketersediaan Sumber Daya Dalam Pengelolaan Keuangan Desa Lubuk Dalam:

Tabel. 5.33
Ketersediaan Sumber Daya
Dalam Pengelolaan Keuangan Desa Lubuk Dalam

No Sumber Daya Keterangan


a) Kantor Desa
b) Balai Desa
1. Sumber Daya Modal
c) Motor Dinas, dan
lainnya.
a) Kepala Desa

Universitas Sriwijaya
167

b) Sekretaris Desa
2. Sumber Daya Manusia c) Bendahara Desa
d) Perangkat Desa
e) Masyarakat
Sumber: Penulis dari hasil Studi Pustaka (Profil Desa) Lubuk Dalam, 2019.

Data Tabel 5.33, dapat diketahui bahwa sumber daya yang diperlukan untuk
memastikan kelancaran pelaksanaan kegiatan pengelolaan keuangan desa adalah
sumber daya modal yang berkaitan dengan pemenuhan sarana pelayanan dan
sumber daya manusia yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan. Dengan
sistem pengelolaan keuangan desa yang harus dibuat secara profesional, maka
ketersediaan SDM yang terampil dan profesional sangat mutlak dibutuhkan
Pemerintah Desa. Meski terampil dan professional saja tidak cukup oleh karena
pengetahuan dan pemahaman tentang aturan hukum yang berlaku juga sangat
dibutuhkan. Sulitnya menjalankan kewenangan mutlak (secara rasional/legal)
dalam pengelolaan keuangan desa tanpa didukung oleh ketersediaan SDM yang
memiliki kapasitas dan kapabilitas dalam pengelolaan keuangan desa, seperti
halnya yang terdapat pada Desa Lubuk Dalam.
Untuk mengetahui apakah sumber daya tersebut berpengaruh besar
terhadap kelancaran rutinitas dan fungsi pelaksanaan kegiatan pengelolaan
keuangan desa, lihat tabel 5.34, berikut:

Tabel 5.34
Hasil Wawancara
Fungsi Sumber Daya Dalam Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Keuangan Desa
Sumber: Hasil Wawancara dan Studi Pustaka (Profil Desa) Lubuk Dalam, 2019.
Sumber Rincian
No Fungsi
Daya Sumber Daya
1. Sumber a) Fasilitas Kantor Desa a) Pusat Pelayanan seluruh kegiatan
Daya Pemerintahan Desa
Modal b) Fasilitas Balai Desa b) Mendukung jalannya berbagai
Kegiatan Masyarakat, seperti;
Musyawarah Desa, Kegiatan Karang
Taruna/Kepemudaan, Kegiatan PKK
dan lainnya
c) Sarana pendukung c) Ketersediaan Motor Dinas,
lainnya PUSKESDES, gedung PAUD, jalan
desa dan fasilitas lainnya.
2. Sumber a) Kepala Desa a) Memimpin Penyelenggaraan
Daya Pemerintahan Desa
Manusia b) Sekretaris Desa b) Membantu Kepala Desa dalam bidang
administrasi pemerintahan
c) Bendahara Desa c) Membantu Sekretaris Desa dalam
urusan pelayananUniversitas
administrasiSriwijaya
pendukung pelaksanaan tugas-tugas
pemerintahan
168

Dari hasil Tabel 5.34, diatas dapat diketahui secara jelas mengenai sumber
daya modal dan sumber daya manusia yang memiliki keterkaitan erat sehingga
dapat menunjang lancarnya kegiatan pemerintahan desa. Dari sisi sumber daya
modal berupa pemenuhan sarana dan fasilitas, Desa Lubuk Dalam telah
menyediakan berbagai sarana dan fasilitas untuk mendukung pelaksanaan
kegiatan desa. Ketersediaan sarana dan prasarana yang tersedia lebih banyak
berbentuk fisik berupa sarana fasilitas bangunan kantor desa yang telah di
sediakan, peralatan alat tulis (ATK) kantor, kursi, dan lemari. Dalam penelitian ini
sarana dan prasarana ditekankan pada ketersediaan fasilitas yang dapat digunakan
untuk perencanaan, penatausahaan, dan pertanggungjawaban secara mudah,
memadai, dan tepat waktu. Peralatan perlengkapan elektronik (komputer) yang
tersedia, lebih diutamakan bagi kepala seksi/urusan untuk kegiatan adminitrasi
dan keuangan bagi yang belum menggunakan aplikasi khusus akuntansi. Untuk
kendaraan dinas seperti motor dinas kepala desa hanya mendukung mobilitas
kerja. Ketersediaan sarana dan prasarana diakui mampu menunjang kinerja
pemerintah desa, khususnya dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan di
pemerintahan desa, seperti menyusun perencanaan desa, menyusun buku-buku
adminitrasi keuangan, buku pembantu kas, buku pembantu pajak, menyusun draft
pembuatan APBDes dan lain sebagainya.
Selain ketersediaan sumber daya sarana dan prasarana hal yang dibutuhkan
dalam kelancaran rutinitas fungsi pelaksanaan kegiatan pengelolaan keuangan
desa adalah ketersediaan sumber daya manusia. Di Desa Lubuk Dalam ini
perangkat desa kurang memiliki kemampuan yang memadai dalam pengelolaan
keuangan desa, secara umum responden menyampaikan bahwa pengetahuan
mereka mengenai akuntansi belum cukup memadai. Berikut Tabel latar belakang
pendidikan yang dimiliki oleh beberapa perangkat desa:

Tabel 5.35
Tingkat Pendidikan Perangkat Desa Lubuk Dalam

Pendidikan
No Jabatan
S1 D3 SMA SMP
1. Kepala Desa - - √ -
2. Sekretaris Desa - - √ -
3. Bendahara Desa - - √ -

Universitas Sriwijaya
169

4. Badan Permusyawaratan Desa - - - √


Sumber: Penulis dari Profil Desa Lubuk Dalam, 2019

Kemampuan perangkat desa dalam mengelola keuangan desa diperoleh dari


pengalaman bekerja dibidang yang sama di atas 5 tahun, latarbelakang pendidikan
Sekolah Menengah Atas (SMA) dimiliki oeleh Kepala Desa, Sekolah Menengah
Atas (SMA) dimiliki oleh Sekretaris, Sekolah Menengah Atas (SMA) dimiliki
oleh Bendahara Desa, dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dimiliki oleh BPD.
Dalam hal ini pelatihan dan sosialisasi di adakan oleh DPMD, BPK, BPKP dan
lembaga lainnya. sesuai dengan tugas dan fungsi perangkat desa.

Bentuk pemberdayaan yang dilakukan setelah adanya pelatihan yaitu dapat


meningkatkan pemahaman bagi perangkat desa tentang teknis penyusunan
rencana strategi yang sesuai dengan perundang-undangan dan meningkatkan
kompetensi bagi perangkat desa dalam melaksanakan proses penyusunan APBDes
dengan menggunakan aplikasi akuntansi/siskeudes.
Sumber daya adalah nilai potensial dari materi atau elemen dalam
kehidupan tertentu. Sumbernya tidak selalu fisik, tetapi juga non-fisik (tidak
berwujud) The Chartered Institute of Personnel and Development (CIPD) dalam
Mullins (2005). Sumber daya manusia merupakan sebagai strategi perancangan,
pelaksanaan dan pemeliharaan untuk mengelola manusia untuk kinerja usaha yang
optimal termasuk kebijakan pengembangan dan proses untuk mendukung strategi.
M.T.E. Hariandja (2002,2) Sumber Daya Manusia adalah salah satu faktor yang
sangat penting dalam suatu perusahaan disamping faktor yang lain seperti modal.
Oleh karena itu SDM harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas
dan efisiensi organisasi.
Mathis dan Jackson (2006,3) Sumber Daya Manusia meruapakan rancangan
sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan
bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi.
Menurut Drs. Moekijat (2000:63) dalam “Kamus Manajemen” “Ada banyak
perumusan yang berlainan mengenai modal, biasanya modal dianggap terdiri dari
uang tunai , kredit, hak membuat dan menjual sesuatu (paten), mesin-mesin dan
gedung-gedung. Akan tetapi sering istilah tersebut dipergunakan untuk

Universitas Sriwijaya
170

menyatakan hak milik total yang terdiri atas jumlah yang ditanam, surplus dan
keuntungan-keuntungan yang tidak dibagi”.
Dengan demikian, pada dimensi kedua yaitu Kelancararan Rutinitas Fungsi
di indikator kedua Ketersediaan Sumber Daya Desa Lubuk Dalam, jika dilihat
dari fasilitas sarana dan prasarana sudah cukup memadai untuk menunjang
pelaksanaan kegiatan pengelolaan keuangan desa, dan sumber daya manusia telah
mampu mengelola pengelolaan dengan baik berdasarkan pengalamannya dan
dikatakan terpenuhi/lancer dan dapat dikatakan Optimal.

5.6.3 Adanya Pengawasan


G. R Terry dalam Buku Principles of management mengemukakan tentang
proses pengawasan sebagai berikut: (a) Determining the standart or basis for
control/Tentukan standar atau dasar bagi pengawasan. (b) Measuring the
performance/Ukurlah pelaksanaan (c) Comparing performance with the standard
and ascerting the difference/Bandingkan pelaksanaan dengan standard an
temukanlah perbedaan jika ada (d) Correcting the deviation by means of remedial
action/Perbaiki pentimpangan dengan cara-cara tindakan yang cepat.
Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pada pasal 54,
dijelaskan bahwa musyawarah desa merupakan forum pemusyawaratan yang
diikuti oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Pemerintah Desa (PD), dan
unsur masyarakat desa yang bertujuan untuk memusyawarahkan hal yang bersifat
strategis dalam penyelenggaraan Pemerintah Desa. Berkaitan dengan
penyelenggaraan dalam pemerintahan di desa, pemerintah desa sebagai penggerak
masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan fisik desa dan
penyelenggaraan administrasi desa, maka setiap keputusan yang diambil harus
didasarkan atas musyawarah desa untuk mencapai keputusan bersama.

5.6.3.1 Pengawas (Badan Permusyawaratan Desa)


Sebagai subjek pembangunan tentunya warga masyarakat hendaknya sudah
dilibatkan untuk menentukan perencanaan pembangunan sesuai dengan kebutuhan
objektif masyarakat yang bersangkutan. Dalam arti bahwa perencanaan
pembangunan yang akan dilaksanakan dapat menyentuh langsung kebutuhan

Universitas Sriwijaya
171

masyarakat sehingga program perencanaan pembangunan desa yang akan


dicanangkan, masyarakat dapat berpartisipasi seoptimal mungkin. Ide-ide
pembangunan harus didasarkan pada kepentingan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhannya yang menunjang terhadap pembangunan nasional. Ide-ide
pembangunan desa inilah yang akan ditampung oleh Badan Pemusyawaratan Desa
(BPD) dan akan dimufakatkan bersama dalam musyawarah pembangunan desa
sehingga dapat direncanakan dengan baik antara pemerintah dengan masyarakat.
Hal ini pada akhirnya akan menumbuhkan prakarsa dan swadaya masyarakat serta
partisipasi aktif nantinya pada saat pelaksanaan pembangunan desa. Berikut
beberapa tugas yang dilakukan oleh Badan Pemusyawaratan Desa (BPD).
a) Menggali aspirasi masyarakat.
b) Menampung aspirasi masyarakat.
c) Mengelola aspirasi masyarakat.
d) Menyalurkan aspirasi masyarakat.
e) Menyelenggarakan musyawarah BPD.
f) Menyelenggarakan musyawarah Desa.
g) Membentuk panitia pemilihan Kepala Desa.
h) Menyelenggarakan musyawarah desa khusus untuk pemilihan Kepala
Desa antar waktu.
i) Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepela
Desa.
j) Menjalankan pengawasan terhadap kinerja Kepala Desa.
k) Melakukan evaluasi laporan keterangan penyelenggaraan pemerintah
desa.
l) Menciptakan hubungan kerja yang harmonis dengan pemerintah desa dan
lembaga desa lainnya.
m) Melaksanakan tugas lain yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Berikut, Kedudukan Badan Permusyawaratan Desa ialah:
a) Anggota BPD merupakan wakil dari penduduk desa berdasarkan
keterwakilan wilayah yang pengisiannya dilakukan secara demokrasi.

Universitas Sriwijaya
172

b) Masa keanggotaan BPD selama 6 tahun terhitung sejak tanggal


pengucapan sumpah atau janji.
c) Anggota BPD sebagaimana yg dimaksud diatas dapat dipilih masa
keanggotaan paling banyak 3 kali secara berturut-turut atau tidak secara
berturut-turut.
Selanjutnya, Hak Badan Permusyawaratan Desa adalah
a) Mengawasi dan meminta keterangan tentang penyelenggaraan pemerintah
desa kepada pemerintah desa.
b) Menyetakan pendapat atas penyelenggaraan pemerintah desa, pelaksanaan
pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan
masyarakat desa.
c) Mendapatkan biaya operasional pelaksanaan tugas dan fungsinya dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes).

Kewajiban BPD yaitu :


a) Memegang teguh dan mengamalkan pancasila, melaksanakan Undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta
mempertahankan dan memelihara keutuhan NKRI dan Bhineka Tunggal
Ika.
b) Melaksanakan kehidupan demokrasi yang berkeadilan gender dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa.
c) Menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi
masyarakat desa.
d) Mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi, kelompok,
dan atau golongan.
e) Menghormati nilai social budaya dan adat istiadat masyarakat desa.
f) Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga
kemasyarakatan desa.
Adapun keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa Lubuk Dalam dapat
dilihat pada Tabel 5.36, berikut:

Tabel 5.36
Keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa Lubuk Dalam

Universitas Sriwijaya
173

Badan Permusyawaratan Desa


No Jabatan Keterangan
(BPD)
1. Saipul Bahri Ketua Aktif
2. Suharta Wakil Ketua Aktif
3. Syarkiah Anggota Aktif
4. Marpu’ah Anggota Aktif
5. Fery Irawan Anggiota Aktif
Sumber : Data Primer Desa Lubuk Dalam, 2019.

Dalam hal ini, pengawasan BPD sangat perlu dibutuhkan dengan berasas
keterbukaan. Pengawasan berati mendeterminasikan apa yang dilaksanakan,
maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan tindakan-
tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana-rencana. Jadi
pengawasan dapat dianggap sebagai aktivitas untuk menemukan dan mengoreksi
penyimpangan-penyimpangan penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitas-
aktivitas yang direncanakan. Pengawasan pada dasarnya tidak terlepas dari tujuan
yang ingin dicapai. Adapun tujuan dari pengawasan BPD diantaranya adalah
a) Untuk mengetahui apakah segala sesuatu kegiatan berjalan sesuai dengan
rencana yang digariskan.
b) Untuk mengetahui apakah segala sesuatu dilaksanakan dengan instruksi
serta asas-asas yang telah ditentukan.
c) Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan, dan kelemahan-kelemahan dalam
bekerja.
d) Untuk mengetahui apakah kegiatan berjalan dengan efisien.
e) Untuk mencari jalan keluar bila ternyata dijumpai kesulitan-kesulitan dan
kegagalan kearah perbaikan.

5.6.3.2 Mekanisme Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa di Desa Lubuk


Dalam
Dalam menjalankan tugasnya sebagai lembaga desa, Badan
Permusyawaratan (BPD) memiliki fungsi yang telah ditetapkan. Salah satunya
adalah fungsi pengawasan, yang dimaksud fungsi pengawasan disini adalah
dimana BPD mengawasi kinerja pemerintah desa khususnya kepala desa dalam
menjalankan tugasnya. Menurut penulis tentang pengawasan yang disampaikan

Universitas Sriwijaya
174

oleh Septry Rizky MH. S.IP, menjelaskan bahwa terdapat beberapa tahapan dalam
menjalankan pengawasan, yaitu:
a) Penetapan Standard.
b) Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan Sesuai Acuan:
i. Tahap Perencanaan.
ii. Tahap Pelaksanaan.
iii. Tahap Pertanggungjawaban.
Ditegaskan dalam Permendagri Nomor 110 Tahun 2016 Tentang Badan
Permusyawaratan Desa Pasal 48 dalam Permendagri Nomor 110 Tahun 2016
Tentang BPD, dijelaskan bahwa dalam melakukan evaluasi kinerja kepala desa
BPD dapat melakukannya dengan cara atau dengan mekanisme sebagai berikut:
a) Persiapan evaluasi dengan berdasarkan prinsip tata kelola pemerintahan
yang baik. Dalam tahap awal dapat dilakukan dengan melihat prinsip-
prinsip demokratis, responsif, transparansi, akuntabilitas dan objektif.
b) Evaluasi pelaksanaan tugas Kepala Desa. Dalam tahap ini BPD melakukan
evaluasi terhadap capaian pelaksanaan RPJM Desa, RKP Desa dan
APBDesa, kemudian capaian pelaksanaan penugasan dari Pemerintah,
serta evaluasi capaian ketaatan terhadap pelaksanaan tugas sesuai
peraturan perundang-undangan.
c) Hasil Evaluasi, dalam tahapan ini BPD dapat melakukan beberapa hal
seperti membuat catatan tentang kinerja Kepala Desa, meminta keterangan
atau informasi terkait penyelenggaraan pemerintahan,menyatakan
pendapat serta memberi masukan untuk penyiapan bahan musyawarah
Desa.

a) Penetapan Standard / Acuan Dalam Pelaksanaan Pengawasan BPD


Badan Permusyawarataan Desa Lubuk Dalam Kecamatan Kota Kayuagung
Kabupaten Ogan Komering Ilir, dalam melaksanakan fungsi pengawasan
seharusnya memiliki standard dan acuan hukum yang jelas, agar pelaksanaan
fungsi pengawasan yang dilakukan BPD bisa sesuai tujuan dan akurat serta
menghindari penyimpangan dan kesalahan dalam pengawasan. Di Desa Lubuk
Dalam, Badan Permusywaratan Desa atau yang disingkat BPD ini memiliki acuan
dalam melaksanakan pengawasan. Acuan tersebut berupa peraturan hukum serta

Universitas Sriwijaya
175

norma-norma yang sesuai di masyarakat. Menurut Bapak Asnawi, selaku Ketua


BPD Desa Lubuk Dalam mengatakan:
“Kami sudah melakukan pengawasan terhadap pemerintah desa, untuk saat
ini Alhamdulillah pengawasan yang kami lakukan sudah sesuai dengan
peraturan yang ada, dalam pengawasan terhadap pemerintah Desa Lubuk
Dalam, kami seluruh perangkat keanggotaan BPD sudah melakukan
pengawasan dengan semestinya, contohnya pengawasan terhadap
pembangunan fisik dan kegiatan lainnya” ( 2 Maret 2019 di Kantor Desa
Lubuk Dalam).
Sesuai dengan hasil data diatas kita dapat ketahui bahwa dalam
melaksanakaan fungsi pengawasan Badan Permusyawaratan Desa Lubuk Dalam,
menggunakan beberapa acuan peraturan hukum yang berlaku seperti Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, PP Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 51
tentang pedoman pelaksanaan UU Desa dan Permendagri Nomor 110 Tahun 2016
Tentang BPD. Dalam PP Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 51 berbunyi:
“Kepala Desa menyampaikan laporan keterangan penyelenggaraan
Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 huruf c setiap
akhir tahun anggaran kepada Badan Permusyawaratan Desa secara tertulis
paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran.
Selanjutya Laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa
sebagaimana dimaksud paling sedikit memuat pelaksanaan peraturan Desa.
Kemudian hasil dari Laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan
Desa tersebut dapat digunakan oleh Badan Permusyawaratan Desa dalam
melaksanakan fungsi pengawasan kinerja kepala Desa”.

Dapat kita ketahui dari data diatas dijelaskan bahwa kepala pemerintahan
dalam hal ini adalah kepala desa wajib menyampaikan laporan penyelenggaraan
pemerintah desa secara tertulis kepada BPD selambat-lambatnya 3 bulan setelah
masa akhir tahun anggaran, dan laporan tersebut digunakan BPD untuk
melaksanakan fungsi pengawasan. Jadi pelaksanan fungsi pengawasan BPD
dilakukan dengan mengamati laporan hasil penyelenggaraan pemerintah desa
tersebut. Kemudian dalam laporan pertanggung jawaban yang dibuat Kepala Desa
tersebut paling sedikit memuat pelaksanaan peraturan desa yang telah ditetapkan.
Jadi jelas bahwa dalam laporan pertanggung jawaban yang disampaikan oleh
kepala desa harus memuat paling tidak pelaksanaan peraturan desa yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Terkait dengan pelaporan dan sistematika laporan kepala desa kepada Badan
Permusyawaratan Desa, dijelaskan secara lebih lanjut dalam Peraturan Menteri

Universitas Sriwijaya
176

Dalam Negeri (Permendagri) Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2016 Tentang


Laporan Kepala Desa, dalam laporan pertanggung jawaban atau Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Akhir Tahun Anggaran, harus memuat:
1) Pendahuluan.
2) Program Kerja penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
3) Program Kerja Pelaksanaan Pembangunan.
4) Program Kerja Pembinaan Kemasyarakatan.
5) Program Kerja Pemberdayaan Masyarakat.
6) Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
7) Keberhasilan yang dicapai, Permasalahan yang dihadapi dan Upaya yang
ditempuh.
8) Penutup.
Dari data diatas ditegaskan bahwa dalam pelaporan yang dilakukan Kepala
Desa harus memuat Delapan bagian laporan, dimulai dari Pendahuluan hingga
Penutup, peran BPD seharusnya dapat menjadikan hal ini sebagai acuan mereka
dalam menilai sebuah laporan yang dibuat dan melakukan pengawasan dengan
acuan sistematika pelaporan yang sudah ditetapkan dalam Permendagri tersebut.
Dari hasil temuan di Desa Lubuk Dalam Kecamatan Kota Kayuagung Kabupaten
Ogan Komering Ilir, pelaporan yang ditulis oleh Kepala Desa Lubuk Dalam yang
diserahkan kepada BPD sudah memuat beberapa hal tersebut. Pelaporan yang
dilakukan kepala desa terhadap BPD sudah cukup baik, karena dalam laporan
pertanggung jawaban tersebut sudah memuat semua tahapan yang ada dalam
acuan penulisan mulai dari Pendahuluan hingga penutup, hal ini terdapat dalam
pelaporan pertanggungjawaban pada Tahun Anggaran 2017.
Tidak hanya acuan peraturan hukum diatas yang digunakan BPD dalam
melaksanakan fungsi pengawasannya, namun juga BPD menetapkan prinsip-
prinsip yang terdapat dalam tata kelola pemerintahan yang baik seperti efisien,
efektif dan akuntabel. Menurut Saipul Bahri selaku Ketua BPD Desa Lubuk
Dalam, Badan Permusywaratan Desa Lubuk Dalam menetapkan standard lain
selain peraturan hukum yang berkaitan dengan Desa dan BPD yang berlaku saat
ini. BPD Lubuk Dalam juga menerapkan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan
yang baik dalam melaksanakan tugas dan fungsinya terutama fungsi pengawasan.

Universitas Sriwijaya
177

Penetapan acuan ini dilakukan agar pengawasan yang dilakukan BPD Desa Lubuk
Dalam sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku dan mencegah adanya
penyimpangan dan kesalahan serta ketidak akuratan dalam melaksakan
pengawasan.

b) Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan BPD


Pelaksanaan tugas BPD sebagai salah satu lembaga desa yang mempunyai
wewenang untuk menjalankan pengawasan terhadap kinerja kepala desa, menjadi
sangat strategis. Apalagi BPD sebagai perwakilan masyarakat di pemerintahan
desa diharapkan dapat menjadi perpenjangan tangan masyarakat serta jembatan
aspirasi masyarakat untuk penyelenggara pemerintah desa, untuk itu pelaksanaan
kegiatan yang terukur dan jelas harus menjadi perhatian khusus bagi pelaksanaan
pengawasan oleh BPD itu sendiri. Seharusnya dalam melaksanakan pengukuran
pelaksanaan kegiatan fungsi pengawasan BPD harus menjalankannya sesuai
dengan acuan atau standard yang telah ditentukan.
Dalam proses pengawasan kegiatan penggunaan dana desa ini, BPD
memiliki beberapa fase atau tahapan yang dapat dilakukan untuk melakukan
proses pengawasan, yaitu dimulai dari proses musyawarah bersama bersama
masyarakat/musyawarah desa, tahap pembuatan Rencana Anggaran Belanja
(RAB), tahap proses pelaksanaan pembangunan, dan sampai pada tahap
penyampaian laporan/laporan pertanggung jawaban oleh Kepala Desa. Lantaka,
2017). Seharusnya BPD dapat berperan aktif dalam melakukan proses
pengawasan yang dilakukan penyelenggara pemerintah mulai dari tahap/fase
perencanaan hingga tahap/fase pertanggung jawaban oleh kepala desa. Proses
pengawasan yang dilakukan BPD Lubuk Dalam menurut Ketua BPD, Saipul
Bahri sebagai berikut:
“Kami selalu memantau dan memonitoring jalannya kegiatan disetiap awal
tahun anggaran sampai ke akhir tahun anggaran, seperti hal nya dari awal
tahun yaitu dari perencanaan desa sampai ke laporan ke Kecamatan
bahkan ke Kabupaten, contoh waktu dalam pembangunan fisik kami
memonitoring juga, bahkan kami terkadang dikawal oleh pihak kecamatan
dalam hal ini” ( 2 Maret 2019 di Kantor Desa Lubuk Dalam).

Universitas Sriwijaya
178

Jadi sesuai hasil wawancara diatas BPD Lubuk Dalam dalam melakukan
pengawasan terhadap kinerja kepala desa memiliki tiga tahapan yaitu:
1) Tahap Perencanaan
Pada tahap pertama ini tentunya BPD melakukan pengawasan dengan cara
melihat skala prioritas program yang direncanakan oleh penyelenggara
pemerintah desa. Dalam tahapan ini BPD selaku badan permusywaratan desa yang
mengadakan musywarah desa juga melakukan penampungan aspirasi terlebih
dahulu untuk menentukan skala prioritas yang ada dan dibutuhkan oleh
masyarakat Desa Lubuk Dalam.
Menurut Garth N. Jone, Perencanaan adalah suatu proses pemilihan dan
pengembanngan dari pada tindakan yang paling baik untuk pencapaian tugas. M.
Farland, Perencanan adalah suatu fungsi dimana pimpinan kemungkinan
mengunakan sebagian pengaruhnya untuk mengubah daripada wewenangnya.
Dalam melakukan penampungan aspirasi masyarakat desa, Badan
Permusyawaratan Desa Lubuk Dalam memiliki beberapa cara, yaitu:

Tabel 5.37
Hasil Wawancara
Metode Penampungan dan Penyaluran Aspirasi Masyarakat Oleh
Badan Permusyawaratan Desa Lubuk Dalam

Sarana Menampung & Menyalurkan Tingkatan Waktu


No
Aspirasi Masyarakat Pelaksanaan Pelaksanaan
RT/RW atau Keadaan
1. Perkumpulan Dengan Masyarakat
Dusun mendesak
Rapat Rutin Anggota Badan
2. Anggota BPD Trywulan
Permusyawaratan Desa Lubuk Dalam
Sumber : Wawancara denga Ketua BPD Desa Lubuk Dalam, 2019.

Dapat dilihat dari Tabel 5.37, diatas kita dapat ketahui bahwa dalam
melakukan penampungan aspirasi masyarakat BPD Lubuk Dalam sudah cukup
baik, terbukti dengan adanya penggunaan metode yang tidak hanya dilakukan
sesekali atau jika ada hal penting saja. Tidak hanya sebagai tahapan proses
pengawasan, namun juga metode diatas digunakan dalam pelaksanaan fungsi BPD
Lubuk Dalam untuk menampung dan menyakurkan aspirasi masyarakat, Badan
Permusyawaratan Desa memfasilitasi penyelenggaraan Musyawarah Desa. Perihal
penyaluran aspirasi BPD Lubuk Dalam menyalurkan aspirasi dari masyarakat

Universitas Sriwijaya
179

melalui rapat bersama kepala desa yang telah dijadwalkan sebelumnya atau pun
dengan rapat dengar pendapat dan public hearing di Balai Desa Lubuk Dalam
atau tempat yang telah ditentukan. Keterlibatan BPD sejak awal dalam musdus
membuat BPD memastikan jika apa yang direncanakan itulah yang akan
dibangun.

2) Tahap Pelaksanaan
Kemudian tahap kedua, yaitu Tahapan Pelaksanaan Program/Realisasi
Program. Dalam tahapan ini BPD melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
program yang telah direncanakan dan kesesuaian antara pelaksanaan dengan
perencanaan. Pada tahap ini seharusnya BPD Lubuk Dalam dapat turun langsung
ke lapangan untuk mengecek realiasasi perencanaan program yang telah dibuat.
Seperti yang dijelaskan oleh Ketua BPD Lubuk Dalam, Saipul Bahri mengatakan:
“Iya tentu saja Kami melakukan monitoring terhadap pembangunan didesa
ini, seperti contoh kami selalu mengingatkan kepada ketua pelaksana
dalam hal pembangunan harus sesuai dengan perencanaan dan waktu yang
telah ditetapkan” ( 2 Maret 2019 di Kantor Desa Lubuk Dalam).

Pada tahap realisasi ini BPD mengawasi secara langsung penggunaan dana
desa dalam proses pembangunan, apakah sudah sesuai dengan perencanaan atau
belum. Agar penggunaan dana desa tidak sia-sia dan sesuai dengan
peruntukannya. Seperti yang ditemukan di Desa Lubuk Dalam, dalam proses
pembangunan yang menjadi skala prioritas di Desa Lubuk Dalam.
Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana
yang sudah disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya
dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap. Secara sederhana
pelaksanaan bisa diartikan penerapan. Majone dan Wildavsky mengemukakan
pelaksanaan sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky mengemukakan bahwa
Pelaksanaan adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan. Nurdin Usman.
(2002:70).
Tabel 5.38
Hasil Wawancara
Perbandingan Aspek Pembangunan Di Desa Lubuk Dalam
Tahun Anggaran 2017

Universitas Sriwijaya
180

Perencanaan Pembangunan Tahun 2017 Realisasi Pembangunan Tahun 2017


Pembangunan 3 Unit Kamar Mandi Pembangunan dilakukan pada Tahun
(MCK) Uk 3x2m. (DD Tahun 2017) Anggaran 2017 dengan dana bersumber
dari Dana Desa sebesar Rp. 71.692.000 di
Dusun I dan II.
Pembangunan Jalan Rabat Beton. Pembangunan dilakukan pada Tahun
201x5x0,15m. (DD Tahun 2017) Anggaran 2017 dengan dana bersumber
dari Dana Desa sebesar Rp. 219.213.000 di
Dusun I RT 1 dan 2.
Pembangunan Jalan Rabat Beton. Pembangunan dilakukan pada Tahun
501x4x0,15m. (DD Tahun 2017) Anggaran 2017 dengan dana bersumber
dari Dana Desa sebesar Rp. 431.995.000 di
Dusun II RT 4 dan 5.
Sumber : Wawancara dan Studi Pustaka (APBDes) Desa Lubuk Dalam, 2019.

Data dari Tabel 5.38, menunjukan bahwa dari setiap aspek Pembangunan
Kegiatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) Lubuk Dalam, dari
perencanaan hingga realisasi pembangunan tahun anggaran 2017 sudah sesuai di
masing-masing kegiatan, yaitu pembangunan tiga (3) Unit Kamar Mandi (MCK)
Uk 3x2m, dengan perencanaan dan reslisasi dana sebesar Rp. 71.692.000.
Pembangunan Jalan Rabat Beton, 201x5x0,15m, dengan perencanaan dan realisasi
dana sebesar Rp. 219.213.000. Pembangunan Jalan Rabat Beton. 501x4x0,15m,
dengan perencanaan dan realisasi dana sebesar Rp. 431.995.000.
Dengan demikian, antara perencanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa (APBDesa) dan realisasi pelaksanaan kegiatan pembangunan di Desa
Lubuk Dalam telah dilaksanakan dengan baik dan sesuai. Dengan adanya
pengawasan dari BPD Lubuk Dalam dapat berimbas positif dari berbagai aspek
pembangunan yang bersumber dari Dana Desa yang memang seharusnya
mendorong dan mendukung kesejahteraan masyarakat Desa Lubuk Dalam secara
menyeluruh.
3) Tahap Pertanggungjawaban
Tahapan selanjutnya adalah Tahapan pertanggungjawaban, dalam tahapan
ini sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku yaitu pada Undang- Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa dan PP Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 51
dijelaskan bahwa Seharusnya kepala pemerintahan desa dalam hal ini adalah
kepala desa wajib menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintah desa
secara tertulis kepada BPD selambat-lambatnya 3 bulan setelah masa akhir tahun

Universitas Sriwijaya
181

anggaran, dan laporan tersebut digunakan BPD untuk melaksanakan fungsi


pengawasan. Namun memang kepala desa tidak bertanggung jawab langsung
kepada BPD namun kepada kepala daerah atau Bupati.
Dalam peraturan lainnya djelaskan bentuk pertanggungjawaban yang
dilakukan oleh Kepala Desa kepada Kepala Daerah dan BPD, yang harus memuat
setidaknya pelaksanaan peaturan desa yang telah ditetapkan. Hal lain yang tidak
kalah pentingnya adalah isi dari pelaporan yang diserahkan kepala desa kepada
BPD atau kepala desa diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
(Permendagri) Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2016 Tentang Laporan
Kepala Desa, dalam laporan pertanggung jawaban atau Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa Akhir Tahun Anggaran, harus memuat:
a) Pendahuluan.
b) Program Kerja penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
c) Program Kerja Pelaksanaan Pembangunan.
d) Program Kerja Pembinaan Kemasyarakatan.
e) Program Kerja Pemberdayaan Masyarakat.
f) Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
g) Keberhasilan yang dicapai, Permasalahan yang dihadapi dan Upaya yang
ditempuh.
h) Penutup.
Kewajiban penyerahan laporan pertanggungjawaban dari penyelenggaraan
pemerintah desa sudah diatur dalam peraturan hukum dan wajib dilaksanakan
harus pula sesuai dengan acuan atau peraturan hukum yang berlaku saat ini.
Seharusnya sebagai mitra kerja BPD kepala desa bisa menjalankan hal itu dengan
baik, seperti yang ditemukan di Desa Lubuk Dalam. Kepala Desa Lubuk Dalam,
Bapak Danak, selalu membuat laporan pertanggung jawaban terkait dengan
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (LPPDes) Akhir Tahun Anggaran
Tahun 2017, serta Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Desa (LKPJ) Akhir
Tahun Anggaran Tahun 2017.
Semua dokumen tersebut diserahkan oleh Kepala Desa kepada BPD dalam
hal ini Sekretaris BPD Desa Lubuk Dalam, untuk selanjutnya digunakan oleh
BPD Lubuk Dalam dalam kaitannya terhadap pelaksnaan fungsi pengawasan.

Universitas Sriwijaya
182

Penggunaan laporan pertanggungjawaban yang diserahkan oleh Kepala Desa


kepada BPD dapat dijadikan salah satu alat untuk mengawasi kinerja Kepala Desa
dan realisasi perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sudah sesuai atau
tidaknya perencanaan dengan pelaksanaan bisa dilihat salah satunya caranya
dengan menggunakan LKPJ Desa dan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa (LPPDes). Di Desa Lubuk Dalam dalam laporan yang diberikan kepada
BPD sudah baik dan sesuai dengan acuan yang ada yaitu PP Nomor 43 Tahun
2014 Pasal 51 dan Permendagri Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2016
Tentang Laporan Kepala Desa. Hal itu dapat dibuktikan adanya dokumen-
dokumen tersebut dipihak BPD dan Sekretariat Desa. Tidak hanya itu laporan-
laporan tersebut juga yang digunakan penulis dalam melakukan analisis bukti dan
hasil wawancara dalam penelitian.
Dalam LKPJ Tahun Anggaran 2017 misalnya, dalam BAB I
PENDAHULUAN berisi Visi dan misi penyelenggaraan pemerintah desa, tujuan
strategis penyusunan laporan dan strategi dan kebijakan yang diambil. Kemudian
dalam BAB II berisi program kerja (Proker) penyelenggaraan pemerintah desa
hinga Proker pembinaan kemasyarakatan. BAB III PENUTUP yang berisi
kesimpulan dari penyelenggaraan pemerintah desa serta lampiran-lampiran
pendukung seperti data keuangan desa. Semua acuan yang digunakan sudah
memenuhi persyaratan dan sesuai denggan yang diatur oleh peraturan hukum
yang berlaku.
Dengan demikian, pada dimensi kedua yaitu Kelancararan Rutinitas Fungsi
di indikator ke tiga (3) Adanya Pengawasan (BPD) Desa Lubuk Dalam, jika
dilihat dari penjelasan diatas yang terdapat pada sub indikator, (a) Pengawas,
yaitu yang berperan dalam pengawasan Pengelolaan Keuangan Desa ialah Badan
Permusyawaratan Desa yang telah sesuai dengan tugas dan fungsi BPD dengan
landasan hukum dengan Permendagri Nomor 110 Tahun 2016 Tentang BPD. (b)
Mekanisme Pengawasan, yang seperti penulis sebutkan ada beberapa tahapan
BPD dalam melakukan mekanisme pengawasan, yaitu Penetapan Standar yang
menerapkan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik dan Pengukuran
Pelaksanaan yang mempunyai tiga (3) tahapan, yaitu :
(i) Tahap Perencanaan, dalam konteks perencanaan BPD telah melakukan

Universitas Sriwijaya
183

salah satu perannya ialah yang terdapat pada table 5.37 Metode
Penampungan dan Penyaluran Aspirasi Masyarakat Oleh Badan
Permusyawaratan Desa Lubuk Dalam.
(ii) Tahap Pelaksanaan, Program/Realisasi Program. Dalam tahapan ini
BPD melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan program yang telah
direncanakan dan kesesuaian antara pelaksanaan dengan perencanaan.
Pada tahap ini seharusnya BPD Lubuk Dalam dapat turun langsung ke
lapangan untuk mengecek realiasasi perencanaan program yang telah
dibuat, seperti yang terdapat pada Tabel 5.38. Perbandingan Aspek
Pembangunan Di Desa Lubuk Dalam Tahun Anggaran 2017.
(iii) Tahap Pertanggungjawaban, dalam tahap ini BPD telah melakukan
sesuai dengan peraturan yang ada, semua acuan yang digunakan sudah
memenuhi persyaratan dan sesuai dengan yang diatur oleh peraturan
hukum yang berlaku.
Dari analisis diatas pada dimensi Kelancara rutinitas fungsi pada indikator
pengawasan kegiatan (APBDes) sangat diperlukan sebagai sistem administrasi
untuk memenuhi persyaratan, dapat di simpulkan bahwa Kelancara rutinitas
fungsi terhadap pengawasan desa dilaksanakan sepenuhnya baik oleh Badan
Permusyawaratan Desa Lubuk Dalam.
Berdasarkan hasil analisis terhadap data-data pendukung yang diperoleh,
pengamatan dilapangan serta keterangan dari informan dapat disimpulkan bahwa
dimensi Kelancaran Rutinitas Fungsi dalam indikator (a) Ketersediaan Anggaran
(b) Ketersediaan Sumber Daya (c) Adanya Pengewasan sudah berjalan lancar dan
tinggi. Menurut G. R. Terry pengawasan adalah suatu proses untuk mengetahui
apa yang sedang dilakukan dan membendingkan hasil-hasil yang sebenarnya
dengan data anggaran yang disediakan untuk menyelesaikannya dengan jalan
mengoreksi sebab-sebab perbedaan didukung dengan sumber daya manusia yang
berkompeten
Dimensi selanjutnya yang akan di analisis adalah dimensi Kinerja dan
Dampak Yang Dikehendaki yang mempunyai tiga indikator dan analisis akan
dimulai dari indikator (a) Tertib Administrasi (b) Terwujudnya Tatakelola
Pengelolaan yang berasaskan Pengelolaan Keuangan Desa Lubuk Dalam.

Universitas Sriwijaya
184

5.7. Kinerja dan Dampak Yang Dikehendaki


Implementor sebuah kebijakan yang memiliki kinerja tinggi adalah
implementor yang taat pada ketentuan dalam mengimplementasikan suatu
kebijakan sehingga dapat menghasilkan dampak yang baik, namun sebaliknya
apabila implementor memiliki kinerja rendah akan menghasilkan dampak yang
kurang baik. Untuk dimensi ketiga diukur secara terpisah, yaitu indikator untuk
tingkat kinerjanya adalah tertib administrasi dalam pengelolaan keuangan Desa
Lubuk Dalam Kecamatan Kota Kayuagung Kabupaten Ogan Komering Ilir.

5.7.1. Kinerja
Kinerja (performance) merupakan suatu pencapaian persyaratan pekerjaan
tertentu yang akhirnya secara nyata dapat tercermin keluaran yang dihasilkan.
Namun perlu dipahami bahwa kinerja bukan sekedar hasil pekerjaan saja tetapi
juga mencakup bagaimana proses pekerjaan itu berlangsung. Kinerja merupakan
salah satu alat ukur bagi pencapaian tujuan organisasi.
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi
organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi
(Moeheriono, 2012:95). Sedangkan wirawan (2009:5) menyebutkan bahwa
kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-
indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu. Standar kinerja
memiliki fungsi antara lain:
1. Sebagai tolak ukur untuk menentukan keberhasilan dan ketidakberhasilan
kinerja.
2. Memotivasi karyawan agar lebih bekerja keras untuk mencapai standar.
3. Memberikan arah pelaksanaan pekerjaan yang harusdicapai, baik kuantitas
maupun kualitas.
4. Memberikan pedoman kepada karyawan berkenaan dengan proses
pelaksanaan pekerjaan guna mencapai standar kinerja yang ditetapkan
(Abdullah, 2014:115).
Untuk selanjutnya akan dibahas indikator Tertib Administrasi Pengelolaan
Keuangan Desa Lubuk Dalam.

Universitas Sriwijaya
185

5.7.1.1 Tertib Administrasi Pengelolaan Keuangan Desa Lubuk Dalam


Administrasi merupakan faktor yang paling penting bagi suatu organisasi
ataupun perusahaan dalam penyelenggaraan kehidupan sehari-hari. Maju
mundurnya suatu organisasi, tergantung pada baik tidaknya sistem administrasi
yang dilaksanakan. Apabila administrasi dalam organisasi tersebut dilakukan
dengan baik, maka usaha untuk tercapai tujuannya akan berjalan dengan lancar
sesuai dengan rencana kerja, serta menghabiskan waktu dan juga biaya yang
banyak.
Rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam suatu
kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu disebut Administrasi. Sondang P.
Siagian mengemukakan:
“Keseluruhan proses pelaksanaan dari keputusan-keputusan yang telah
diambil dan pelaksanaan itu pada umumnya dilakukan oleh dua orang
manusia atau lebih untuk mencapai tujauan yang telah ditentukan
sebelumnya” (Kencana, 2003:5).

Menurut Lembaga Administrasi Negara (2007:1):


“Administrasi dapat diartikam sebagai fungsi, yaitu dalam hal fungsi
penyelenggaraan dan pelaksanaan dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah digariskan administrasi negara adalah organisasi dan management
keseluruham aparatur pemerintah negara dengan cara yang setepat-
tepatnya”

Berdasarkan APBDesa yang dihasilkan pada tahap Perencanaan, dimulailah


tahap Pelaksanaan. Kegiatan pokok pada tahap ini mencakup: penyusunan RAB,
pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP), dan selanjutnya pelaksanaan
kegiatan di lapangan. Hal yang juga sangat penting untuk dipahami dengan tepat
dan benar adalah tugas dan tanggung jawab masing-masing pelaku (Pengelola).
Pelaksanaan dalam Pengelolaan Keuangan Desa adalah rangkaian kegiatan
untuk melaksanakan rencana dan anggaran yang telah ditetapkan dalam
APBDesa. Kegiatan pokok dalam fase pelaksanaan ini pada dasarnya bisa dipilah
menjadi dua, yaitu:
1) Kegiatan yang berkaitan dengan pengeluaran uang, dan 
2) Pelaksanaan kegiatan di lapangan.

Universitas Sriwijaya
186

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa ciri


pokok administrasi terdiri dari sekelompok orang. Administrasi tidak akan
berjalan tanpa adanya sekelompok orang. Tidak hanya sekelompok orang saja
yang dibutuhkan, namun kerja sama sangat dibutuhkan yang dilakukan dalam dua
orang atau lebih. Ciri administrasi yang lain yaitu pembagian kerja dimana
kegiatan kerja sama tersebut harus didasarkan pada pembagian kerja yang jelas.
Sedangkan kegiatan yang runtut dalam suatu proses yaitu kegiatan administrasi
berlangsung dalam tahapan-tahapan tertentu secara berkesinambungan. Berikut
Tabel 5.39:

5.39
Hasil Analisis
Kinerja Tertib Administrasi Pengelolaan Keuangan Desa Lubuk Dalam.

No Kinerja Keterangan
1. Perencanaan Kegiatan Hal tersebut terlihat pada Prosedur Penyaluran
Dana APBDes terdapat kendala di tingkat
Kepatuhan. Hal tersebut terlihat pada proses
tahapan penetapan Peraturan Desa tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDesa) yang seharusnya Rancangan
Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa (APBDesa) disepakati
bersama paling lambat bulan Oktober tahun
berjalan (Pasal 20 ayat 4). Pada keyataannya,
Desa Lubuk Dalam dalam penyusunan
Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa)
disepakati bersama di bulan Maret ditahun
berikutnya, sehingga adanya keterlambatan
dalam menyepakati PerDes dan RKPDes
tentang APBDesa Lubuk Dalam tahun 2017.
Desa Lubuk Dalam sudah memenuhi proses
tahapan kegiatan, namun menunjukan adanya
keterlambatan dalam peraturan yang berlaku,
sehinga adanya keterlambatan dan dapat
dikatakan Belum Tertib/Optimal
Administrasi Pengelolaan Kegiatan dalam
Perencanaanya.
2. Pelaksanaan Kegiatan a) Kegiatan Fisik, pelaksanaan kegiatan
pembangunan fisik berupa, semua
penerimaan dan pengeluaran, prosedur
sistem pelaksanaan kegiatan, pelaksana
kegiatan mengajukan pendanaan,
pengajuan pelaksanaan pembayaran, dan
batas durasi waktu pelaksanaan. Hal

Universitas Sriwijaya
187

tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan


ketentuan dan peraturan yang dibuat,
sehingga indikasi tertib administrasi
terhadap pembangunan fisik dapat
dikatakan patuh dan memenuhi prosedur
kegiatan.
b) Kegiatan Pemberdayaan, yaitu
Pelatihan Menjahit 30 orang yang
dilakukan di balai Desa Lubuk Dalam.
Kegiatan ini terus berlangsung dengan
adanya dukungan dari masyarakat Desa
Lubuk Dalam. Banyak manfaat yang di
dapat dari pemberdayaan pelatihan ini
yaitu berupa, menambahnya kreatifitas
menjahit dan daya jual di masyarakat
Desa Lubuk Dalam. Namun prosedur
pendaftaran masih dilakukan manual
3. Penatausahaan Menunjukan bahwa Pemerintah Desa Lubuk
Keuangan Dalam dalam pelaksanaannya sudah
melakukan pembukuan (BKU) yang dilakukan
Bendahara Desa, namun dalam
pelaksanaannya Bendahara Desa selalu
dibantu dalam hal mengoperasikan perangkat
keras (Laptop) oleh Pihak Ketiga (3) yang
diketahui atau disetujui oleh Kepada Desa.
Bendahara Desa wajib melakukan pencatatan
setiap penerimaan dan pengeluaran serta
melakukan tutup buku setiap akhir bulan
secara tertib.
4. Pelaporan Kegiatan Telah menunjukan adanya pelaporan
tertulis realisasi pelaksanaan kegiatan
(APBDes) dari berbagai program kegiatan
berdasarkan anggaran biaya pelaksanaan
kegiatan. Dari tahapan pelaporan realisasi
pelaksanaan kegiatan yang mempunya
bukti lengkap dan sah yang diperoleh,
seperti: adanya kwitansi pembayaran
belanja modal dan belanja barang dan jasa
(pajak), berita acara disetiap kegiatan
pelaksanaan sudah dilaksanakan sesuai
dengan semestinya.
5. Pertanggungjawaban Pertangggungjawaban Realisasi Pelaksanaan
(APBDes) di Desa Lubuk Dalam sudah
melakukan Pertangggungjawaban, tetapi
belum tepat waktu atau boleh dikatakan belum
patuh terhadap ketentuan yang tertuang di
dalam Permendagri No 113 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Keuangan Desa (pasal 37
ayat 4), dimana Kepala Desa
mempertanggungjawabkan yang seharusnya di

Universitas Sriwijaya
188

laporkan pada akhir tahun anggaran


(Desember), dalam kenyataannya Kepala Desa
menyampaikan kepada Bupati/Walikota
dibulan Maret tahun berikutnya. Pemerintah
Desa mempunyai kewajiban untuk
menyampaikan laporan kepada
Bupati/Walikota. Laporan dimaksud adalah
laporan realisasi pelaksanaan APBDesa dan
laporan pertanggungjawaban realisasi
pelaksanaan APBDesa. Kepala Desa
menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan
APBDesa kepada Bupati/Walikota setiap
semester tahun berjalan berupa:
a. laporan semester pertama; dan
b. laporan semester akhir tahun.
Sumber : Penulis dari Hasil Analisis ke-5 indikator di Tingkat Kepatuhan, 2019.

Dari tabel 5.39, Kinerja Tertib Administrasi Pengelolaan Keuangan Desa


telah dipaparkan temuan dilapangan mengenai pengelolaan keuangan Desa Lubuk
Dalam terdapat beberapa tahapan pengelolaan yang tertuang dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 113 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, di bagian
BAB V Pengelolaan (Pasal 20-43), terdapat di masing-masing tahapan dimensi
kegiatan administrasi pengelolaan keuangan desa bisa dikatakan belum maksimal
yang sesuai dengan peraturan yang ada, dimana di dalam penatausahaan
pengelolaan keuangan desa yang sudah dilakukan bendahara desa, tetapi harus
dibantu oleh pihak ketiga (3) dalam mengoperasikan perangkat keras (laptop), dan
Kepala Desa mempertanggungjawabkan yang seharusnya di laporkan pada akhir
tahun anggaran (Desember), dalam kenyataannya Kepala Desa menyampaikan
kepada Bupati/Walikota dibulan Maret tahun berikutnya. Pemerintah Desa
mempunyai kewajiban untuk menyampaikan laporan kepada Bupati/Walikota.
Laporan dimaksud adalah laporan realisasi pelaksanaan APBDesa dan laporan
pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa. Kepala Desa
menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota
setiap semester tahun berjalan berupa:
a. laporan semester pertama; dan
b. laporan semester akhir tahun.

Penerapan pengelolaan keuangan desa yang tertib harus didampingi dengan


sistem yang transparan dan akuntabel, selain itu sumber daya manusia menjadi

Universitas Sriwijaya
189

penopang yang sangat dibutuhkan dalam berjalannya ketertiban administrasi


pengelolaan keuangan di Desa Lubuk Dalam.
Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja tertib administrasi
pengelolaan keuangan Desa Lubuk Dalam dapat dikatakan Belum Tertib/Optimal,
yang terdapat pada tahapan (a) Waktu Kegiatan dalam Rancangan Peraturan Desa
Tentang Anggaran dan Pendapatan Belanja Desa yang seharusnya di sepakati
pada bulan Oktober tahun berjalan, namun dalam Waktu Pelaksanaan
perencanaan disepakati dibulan Maret tahun berikutnya, (b) Penatausahaa di
lakukan oleh Bendahara Desa, tetapi dibantu oleh pihak ketiga (3) untuk
mengoperasikan perangkat keras (laptop), dan (c) Pertangggungjawaban Realisasi
Pelaksanaan (APBDes) di Desa Lubuk Dalam sudah melakukan
Pertangggungjawaban belum tepat waktu atau boleh dikatakan belum patuh
terhadap ketentuan yang tertuang di dalam Permendagri No 113 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Keuangan Desa (pasal 37 ayat 4), dimana Kepala Desa
mempertanggungjawabkan yang seharusnya di laporkan pada akhir tahun
anggaran (Desember), dalam kenyataannya Kepala Desa menyampaikan
kepada Bupati/Walikota dibulan Maret tahun berikutnya. Dimana Perangkat
Desa dan masyarakat Desa Lubuk Dalam sudah memenuhi proses tahapan
kegiatan lainnya, namun menunjukan adanya keterlambatan dalam peraturan yang
berlaku, sehinga dapat dikatakan Belum Tertib Administrasi Pengelolaan
Kegiatan dalam Pelaksanaannya.
Selanjutnya dianalisis dimensi dampak yang dikehendaki dengan indikator
Terwujudnya Tatakelola Pengelolaan yang berasaskan Pengelolaan Keuangan
Desa Lubuk Dalam.

5.7.2. Dampak Yang Dikehendaki


Penerapan tertib administrasi pengelolaan keuangan desa bila berjalan
dengan lancar tentu ada dampak yang diharapkan oleh pembuat kebijakan.
Dampak yang dikehendaki bisa menjadi salah satu tujuan dari penerapan sebuah
kebijakan, dampak dari sebuah kebijakan juga bisa dilihat dari perubahan nyata
pada tingkah laku sasaran kebijakan tersebut. Dampak ini sendiri dapat bersifat
positif ataupun negatif, namun tentu saja dampak yang dikehendaki pembuat

Universitas Sriwijaya
190

kebijakan yaitu dampak yang positif yang dapat membantu sasaran kebijakan
yaitu masyarakat.
Bila berdasarkan Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa dari Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 113 tentang Pengelolaan Keuangan Desa di BAB
V Pengelolaan (Pasal 20-43), dampak yang dikehendaki dari penerapan
pengelolaan keuangan desa antara lain ialah pemerintah desa dituntut untuk
mampu mengetur, mengelola dan menertibkan pengelolaan tersebut dengan
disiplin dan mandiri.
Dampak ini tentunya berkaitan dengan kemandirian dan kesejahteraan
masyarakat Desa Lubuk Dalam, karena dengan adanya ketertiban administrasi
dalam pengelolaan keuangan desa yaitu dari perencanaan, pelaksanaan, pelaporan,
dan pertanggungjawaban pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa tersebut
jika dikelola dengan baik maka dapat berdampak positif bagi pengelola atau
implementor kebijakan dan terutama kepada masyarakat Desa Lubuk Dalam
sendiri. Berikut Tabel 5.40:
Tabel 5.40
Hasil Analisis
Dampak yang Dikehendaki Terhadap Terwujudnya Tatakelola Pengelolaan
yang berasaskan Pengelolaan Keuangan Desa.

Dampak yang Dikehendaki Keterangan


Terwujudnya a. Mandiri a) Kemandirian Pemerintah Desa Lubuk
Tatakelola Dalam dapat dikategorikan sebagai
Pengelolaan tujuan utama dalam Pengelolaan
yang berasaskan Keuangan Desa, karena dalam
Pengelolaan pengelolaan keuangan pemerintah desa
Keuangan Desa harus dituntut untuk mampu mengatur,
Lubuk Dalam. mengelola dan menertibkan
pengeloaan tersebut dengan mandiri
sehingga bisa berdampak kepada
kesejahteraan masyarakat. Dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 113 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa di BAB V Pengelolaan
(Pasal 20-43), kenyataannya
Pemerintah Desa Lubuk Dalam telah
berkinerja dalam mengolola keuangan
desa, namun dalam pelaksanaannya
terdapat kendala yang dihadapi
terutama di Penatausahaan Keuangan

Universitas Sriwijaya
191

yang dilakukan Bendahara yang masih


membutuhkan bantuan pihak ketiga
(3), dan di Pertanggungjawaban
terdapat hambatan atau keterlambatan
penyampaian kepada Bupati/Walikota,
sehingga dapat dianalisis
menggunakan Teory Ripley and
Franklin, yaitu: telah berkinerja dalam
mengelola keuangan desa, tetapi belum
Mandiri dan Optimal.
b) Dampak keikutsertaan masyarakat
b. Sejahtera Desa Lubuk Dalam dalam melakukan
kegiatan pembangunan fisik serta
kegiatan pemberdayaan sangat
berpengaruh, seperti dalam
pembangunan fisik, masyarakat Desa
Lubuk Dalam di ikutsetakan dalam
pembangunan tersebut dengan sistem
swakelola, dan kegiatan pemberdayaan
yang dilibatkan dengan masyarakat
desa. Dengan demikian masyarakat
dapat ikut serta membanguna Desa
yang Mandiri dan Sejahtera.
Sumber : Penulis dari Hasil Analisis menggunakan Teori Ripley and Franklin, 2019.

Dampak yang dikehendaki terhadap terwujudnya tatakelola pengelolaan


yang berasaskan Pengelolaan Keuangan Desa dengan terwujudnya tatakelola
pengelolaan yang berasaskan Pengelolaan Keuangan Desa terbebut dilihat dari
capaian hasil penerima manfaat dari kegiatan pengelolaan keuangan desa yang
seharusnya memang melibatkan masyarakat Desa Lubuk Dalam diantaranya
seperti kegiatan pembangunan fisik dan kegiatan pemberdayaan yang bersifat
swakelola dipelaksanaan kegiatan pembangunan fisik dan pemberdayaan.
Berdasarkan wawancara dan gambaran bentuk kemandirian dan sejahteraan
yang diperoleh sesuai Tabel 5.40, di atas, menunjukkan bahwa adanya indikasi
kemajuan yaitu semakin baiknya kesejahteraan yang mereka miliki. Hal ini
merupakan harapan utama pemerintah sebagaimana tercantum dalam amanat
Permendagri Nomor 113 tahun 2014 pasal 2 ayat 1 yang menyatakan bahwa
Keuangan desa dikelola berdasarkan asas-asas transparan, akuntabel, partisipatif
serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran. Sehingga berdampak kepada

Universitas Sriwijaya
192

meningkatnya kapasitas warga atau masyarakat desa, terfasilitasinya


pengembangan pembangunan fisik dan pengembangan wirausaha, peningkatan
pendapatan, serta perluasan skala ekonomi individu warga atau kelompok
masyarakat dan Desa Lubuk Dalam.
Menurut JE. Hosio (2007:57) dampak adalah perubahan nyata pada tingkah
laku atau sikap yang dihasilkan oleh keluaran kebijakan. Sedangkan menurut Irfan
Islamy (2001:115), dampak kebijakan adalah akibat dan konsekuensi yang
ditimbulkan dengan dilaksanakannya kebijakan. Konsep kesejahteraan menurut
Spicker (dalam Suharto, 2006:104) pengertian kesejahteraan sosial adalah kondisi
terpenuhinya kebutuhan material dan non material. Midley mendefinisikan
kejahteraan social sebagai kondisi sejahtera terjadi manakala kehidupan manusia
aman dan bahagia karena kebutuhan dasar akan gizi, kesehatan, pendidikan dan
pendapatan dapat terpenuhi, serta manakala manusia memperoleh perlindungan
dari resiko-resiko utama yang mengancam kehidupannya.
Kesejahteraan atau sejahtera dapat memiliki empat arti (Kamus Besar
Bahasa Indonesia), Dalam istilah umum, sejahtera menunjuk kekeadaan yang
baik, kondisi manusiadi mana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam
keadaan sehat dan damai. Dalam ekonomi, sejahtera dihubungkan dengan
keuntungan benda. Dalam kebijakan sosial, kesejahteraan sosial menunjuk
kejangkauan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa dampak yang dikehendaki
terhadap pengelolaan keuangan Desa Lubuk Dalam yang tertuang didalam
Permendagri Nomor 113 tentang Pengelolaan Keuangan Desa di BAB V belum
cukup baik, karena pemerintah Desa Lubuk Dalam telah melakukan pengelolaan
keuangan anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes) yang dimulai dari
perencanaan sampai pertanggungjawaban sudah dilakukan oleh masing-masing
perangkat desa telah melakukan tugas dan fungsinya dengan, namun dinilai masih
Rendah.
Berdasarkan hasil analisis terhadap data-data pendukung yang diperoleh,
pengamatan dilapangan serta keterangan dari informan dapat disimpulkan bahwa
dimensi Kinerja dan Dampak yang dikehendaki dalam indikator (a) Tertib
Administrasi (b) Terwujudnya Tatakelola Pengelolaan yang berasaskan

Universitas Sriwijaya
193

Pengelolaan Keuangan Desa, sudah berkinerja, namun belum Optimal.


5.8. Faktor Yang Menjadi Kendala Pengelolaan Keuangan Desa Lubuk
Dalam
Setiap implementasi kebijakan, besar kemungkinan terdapat faktor yang
menjadi kendala keberhasilan dalam menjalankan suatu kebijakan. Adapun faktor-
faktor yang menjadi kendala keberhasilan implementasi Pengelolaan Keuangan
Desa Lubuk Dalam.

5.8.1 Kurangnya Komunikasi antara Pengelola Keuangan dan Masyarakat


Menurut George Edward III (1980:48) keberhasilan implementasi suatu
kebijakan salah satu faktor yang menentukannya adalah komunikasi. Komunikasi
merupakan proses terjadinya interaksi penyampaian pesan melalui mediator.
Pengaruh faktor komunikasi terhadap implementasi adalah pada kejelasan dan isi
pesan untuk dapat dipahami secara menyeluruh oleh penerima pesan atau progam.
Dalam faktor komunikasi ini, akan dilihat dari berbagai fenomena yang diamati
penulis dilapangan terkait dengan proses implementasi kebijakan pengelolaan
keuangan desa.
Dari hasil penelitian dalam hubungan komunikasi dengan pelaksanaan
penerapan kebijakan pengelolaan keuangan yang menghambat dalam komunikasi
ini adalah pembagian tugas yang tidak jelas oleh sesama pengelola dengan
masyarakat karena kurangnya koordinasi, serta penguatan partisipasi masyarakat
yang selalu ingin dihimbau. Keterlibatan masyarakat diawali dengan adanya
sosialisasi kepada masyarakat yang masih belum dilaksanakan secara
berkelanjutan. Karena hingga kini, masih banyak masyarakat yang belum
mengetahui adanya bantuan dana dari pusat (APBN) yaitu Dana Desa.

5.8.2 Kemampuan SDM Desa belum Maksimal


Peran penting sumber daya dalam implementasi suatu kebijakan
disampaikan oleh Hessel (2003:55) yang menyatakan bahwa komando
implementasi mungkin ditransmisikan secara akurat, jelas, dan konsisten, namun
jika implementor kekurangan keterampilan untuk menjalankan kebijakan, maka
implementasi adalah mungkin menjadi tidak efektif. Sedangkan menurut Van
Metter dan Van Horn dalam bukunya Agustino (2006:142) juga menyatakan

Universitas Sriwijaya
194

bahwa manusia merupakan sumberdaya yang terpenting dalam menentukan suatu


keberhasilan proses implementasi. Tahap-tahap tertentu dari keseluruhan prosses
implementasi menuntut adanya sumberdaya manusia yang berkualitas sesuai
dengan pekerjaan yang diisyaratkan.
Dari hasil penelitian yang ada dalam hubungan SDM dengan pelaksanaan
pengelolaan keuangan desa, terdapat faktor penghambat yaitu kemampuan SDM
yang belum maksimal. Sumber daya manusia dari penduduk desa yang rendah
dapat dilihat dari tingkat pendidikan mayoritas penduduk pada Tabel 5.41:

Tabel. 5.41
Angkatan Kerja (Pendidikan) Desa Lubuk Dalam

Laki-Laki Perempuan
No Angkatan Kerja
(Orang) (Orang)
Penduduk usia 18-56 Tahun
1. 15 10
yang tamat TK
Penduduk usia 18-56 Tahun
2. 200 203
yang tamat SD
Penduduk usia 18-56 Tahun
π3. 100 115
yang tamat SMP
Penduduk usia 18-56 Tahun
4. 62 28
yang tamat SMA
Penduduk usia 18-56 Tahun
5. yang tamat Sekolah Tinggi 2 -
D1-D3
Penduduk usia 18-56 Tahun
6. yang tamat Perguruan 7 13
Tinggi
386 254
Jumlah
640 Orang
Sumber : Profil Desa Lubuk Dalam, 2019.

Hal tersebut berdampak pada kegiatan pengelolaan progam pemberdayaan


masyarakat pada tahap pelaksanaan masih banyak mengalami kendala khususnya
pada kelompok program kegiatan pemberdayaan yang ada di Desa Lubuk Dalam
karena SDMnya kurang terampil, tidak ada kreativitas, inovasi, dan pola pikir
yang maju ditambah lagi tidak ada pelatihan, arahan dan bimbingan yang
diberikan. Berikut tabel 5.42. tingkat pendidikan Perangkat Desa Lubuk Dalam:

Universitas Sriwijaya
195

Tabel 5.42
Tingkat Pendidikan Perangkat Desa Lubuk Dalam

Pendidikan
No Jabatan
S1 D SMA SMP
3
1. Kepala Desa - √ -
2. Sekretaris Desa - - √ -
3. Bendahara Desa - - √ -
4. Badan Permusyawaratan Desa - - - √
Sumber : Profil Desa Lubuk Dalam, 2019.

Kemampuan perangkat desa dalam mengelola keuangan desa diperoleh dari


pengalaman bekerja dibidang yang sama di atas 5 tahun, latarbelakang pendidikan
Sekolah Menengah Atas (SMA) dimiliki oeleh kepala desa, Sekolah Menengah
Atas (SMA) dimiliki oleh Sekretaris, Sekolah Menengah Atas (SMA) dimiliki
oleh Bendahara desa, dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dimiliki oleh BPD.
Dalam hal ini pelatihan dan sosialisasi di adakan oleh DPMD, BPK, BPKP dan
lembaga lainnya. sesuai dengan tugas dan fungsi perangkat desa.
Bentuk pemberdayaan yang dilakukan setelah adanya pelatihan yaitu dapat
meningkatkan pemahaman bagi perangkat desa tentang teknis penyusunan
rencana strategi yang sesuai dengan perundang-undangan dan meningkatkan
kompetensi bagi perangkat desa dalam melaksanakan proses penyusunan APBDes
dengan menggunakan aplikasi akuntansi/siskeudes.

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai