Anda di halaman 1dari 144

PENERAPAN ASESMEN DIAGNOSTIK DAN MOBILE

LEARNING DALAM MODEL PEMBELAJARAN PROJECT


BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR
GEOGRAFI SISWA SMA NEGERI 2 KAYUAGUNG

Tesis

Disusun Oleh
MUHARISNAN
NIM 210721802645

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2022
PENERAPAN ASESMEN DIAGNOSTIK DAN MOBILE
LEARNING DALAM MODEL PEMBELAJARAN PROJECT
BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR
GEOGRAFI PESERTA DIDIK SMA NEGERI 2 KAYUAGUNG

Tesis
Diajukan kepada
Universitas Negeri Malang
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program Magister
Pendidikan Geografi

Oleh
MUHARISNAN
NIM 210721802645

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
DESEMBER 2022

I
Tesis oleh Muharisnan ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.

Malang, Desember 2022


Pembimbing I

Prof. Dr. Sumarmi, M.Pd.


NIP 19620717 198701 2001

Malang, Desember 2022


Pembimbing II

Syamsul Bachri, S.Si.,M.Sc., Ph.D.


NIP 19830530 200604 1004

II
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Muharisnan
NIM : 210721802645
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Geografi
Fakultas/Program : Pascasarjana Magister Pendidikan Geografi
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar
tulisan saya, dan bukan merupakan plagiasi baik Sebagian atau seluruhnya.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa tesis ini hasil
plagiasi, baik sebagian atau seluruhnya maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, Desember 2022


Yang membuat pernyataan

Muharisnan

III
ABSTRAK

Muharisnan, 2022. Penerapan Asesmen Diagnostik dan Mobile Learning Dalam


Model Pembelajaran Project Based Learning Terhadap Hasil Belajar
Geografi Siswa SMA Negeri 2 Kayuagung. Tesis, Jurusan Pendidikan
Geografi. Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
Pembimbing: (I) Prof. Dr. Sumarmi, M.Pd., (II) Syamsul Bachri, S.Si.,
M.Sc., Ph.D.
Keywords: Asesmen Diagnostik, Mobile Learning, Project Based Learning, Hasil
Belajar

Project based learning merupakan pembelajaran kreatif dan inovatif yang


berpusat pada peserta didik (student centered) dan menempatkan guru sebagai
motivator dan fasilitator, di mana peserta didik diberi peluang bekerja secara
mandiri ataupun kelompok untuk mengkontruksi belajarnya dengan menggunakan
penerapan Asesmen diagnostik dan Mobile learning (m-learning) yaitu
pembelajaran yang memanfaatkan teknologi dan perangkat mobile.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran asesmen diagnostik dan
mobile learning dalam model pembelajaran project based learning terhadap hasil
belajar geografi. penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan
rancangan pretest – posttest nonequivalent control group design dan desain
faktorial 2x2. Penelitian dilakukan pada siswa kelas X, subyek penelitian terdiri
dari dua kelas yaitu kelas ekperimen dan kontrol yang dipilih berdasarkan teknik
purposive sampling. Kelas ekperimen adalah kelas X.1 dan kelas kontrol adalah
kelas X.2
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada pengaruh yang signifikan
asesmen diagnostik terhadap hasil belajar geografi, hal ini dapat dilihat dari hasil
analisis melalui two way anova diperoleh nilai signifikansi 0,008 < 0,05, yang
menyatakan terdapat pengaruh. (2) ada pegaruh ada mobile learning dalam model
pembelajaran project based learning terhadap hasil belajar, terlihat dari hasil
analisis two way anova 0,006 < 0,05, sehingga dikatakan terdapat pengaruh. (3)
ada interaksi ada interaksi antara asesmen diagnotik dan mobile learning dalam
model pembelajaran project based learning terhadap hasil belajar geografi,
dengan hasil analisis two way anova 0,035 < 0,05 sehingga dinyatakan ada
pengaruh interaksi.
Rata - rata hasil belajar geografi siswa dan asesmen diagnostik kelas
ekperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Saran yang diberikan
kepada guru bahwa menggunakan model pembelajaran project based learning
dapat meningkatkan hasil belajar karena terbukti memberikan hasil belajar yang
baik.

IV
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan rahmat dan kasih sayang serta karunia-Nya semata, sehingga tesis
dengan judul “Penerapan Asesmen Diagnostik dan Mobile Learning Dalam
Model Pembelajaran Project Based Learning Terhadap Hasil Belajar Geografi
Peserta Didik SMA Negeri 2 Kayuagung” ini dapat diselesaikan.

Tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar


Magister Pendidikan Geografi Universitas Negeri Malang. Terselesaikannya tesis
ini tidak terlepas dari bulir-bulir kasih sayang melalui bimbingan dan arahan serta
bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih yang
setulusnya kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Sumarmi, M.Pd selaku pembimbing I yang dengan penuh kasih
sayang dan kesabaran serta ketelitian dalam memberikan bimbingan, nasehat,
motivasi, masukan dan saran selama penyusunan hingga terselesaikannya
tesis ini.
2. Syamsul Bachri, S.Si., M.Sc., Ph.D. selaku pembimbing II yang dengan
penuh kesabaran dan keikhlasan serta ketelitian dalam memberikan motivasi
dan bimbingannya hingga terselesaikannya tesis ini.
3. Prof. Dr. Dwiyono Hari Utomo, M.Pd., M.Si. selaku penguji bidang
pendidikan yang telah banyak memberikan saran, perbaikan, dan motivasi
dalam penyelesaian tesis ini.
4. Prof. Dr. Sugeng Utaya, M.Si. selaku dosen penguji bidang studi yang telah
banyak memberikan saran, perbaikan, dan motivasi demi terselesaikannya
tesis ini dengan baik.
5. Prof. I Komang Astina, M.S., Ph.D. selaku Koorprodi Program Pascasarjana
Universitas Negeri Malang yang telah memberikan izin dalam penelitian ini.
6. Drs. Arminadi, M.M. selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Kayuagung yang
telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian, hingga tesis ini dapat
terselesaikan.

V
7. Dra. Des Ernawaty selaku guru mata pelajaran Geografi SMA Negeri 2
Kayuagung rekan sejawat yang telah membantu dalam pelaksanaan
penelitian, hingga terselesaikannya tesis ini.
8. Lidya Novalita, S.Pd selaku Penanggungjawab Penjaminan Mutu SMA
Negeri 2 Kayuagung dan selaku observer yang membantu dalam pelaksanaan
penelitian, hingga terselesaikannya tesis ini.
9. Istriku tercinta Wahidah Safariyah, dan anak-anakku tersayang Azzizah Fatin
Sahira, Athaya Najib Zaahirulhaq, Adiva Najma Myesha yang selalu
mendoakan, memberikan kasih sayang, dan memberikan dukungan serta
motivasi di setiap waktu demi terselesaikannya tesis ini.
10. Keluargaku tercinta, Ibu Ismawati Lamsyariah, Kak Rosmaliyanti, Kak Devi
Sari Amalia sekeluarga, Bang Parada Siregar sekeluarga, yang tidak lelah
mendoakan, memberikan kasih sayang, dan memberikan dukungan serta
motivasi di setiap waktu demi terselesaikannya tesis ini.
11. Keluarga besar SMA Negeri 2 Kayuagung yang selalu mendoakan dan
memotivasi dalam penyusunan hingga terselesaikannya tesis ini.
12. Teman-teman Program Pascasarjana Jurusan Pendidikan Geografi khususnya
angkatan tahun 2021 program Rekognisi Pembelajaran Lampau yang tak bisa
penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih telah memberikan doa, dukungan
dan semangat yang tulus dalam penyelesaian tesis ini.
13. Seluruh Dosen Jurusan Geografi, Staf Administrasi dan Tata Usaha
Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
Semoga amal baik dari seluruh pihak yang telah membantu dalam
penyusunan tesis ini mendapat balasan yang setimpal dari Allah Yang Maha
Kuasa. Akhirnya dengan kerendahan hati disadari bahwa dalam penyusunan tesis
ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga diharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak. Amin.
Malang, Desember 2022
Penulis

VI
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul........................................................................................................... i
Halaman Pengesahan Tesis ....................................................................................... ii
Abstrak ...................................................................................................................... iii
Kata Pengantar........................................................................................................... iv
Daftar Isi .......................................................................................................... v
Daftar Tabel............................................................................................................... vi
Daftar Grafik.............................................................................................................. vii
Daftar Gambar........................................................................................................... vii
Daftar Lampiran ........................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................... 5
1.3. Tujuan Penelitian................................................................................ 5
1.4. Manfaat Penelitian.............................................................................. 5
1.4.1. Manfaat Teoritis ...................................................................... 5
1.4.2. Manfaat Praktis ........................................................................ 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Tinjauan Tentang Hasil Belajar ......................................................... 7
2.1.1 Pengertian Hasil Belajar............................................................ 7
2.1.2 Ciri – Ciri Belajar...................................................................... 8
2.2. Asesmen Diagnostik........................................................................... 9
2.2.1 Asesmen Diagnostik Non - Kognitif......................................... 14
2.2.2 Asesmen Diagnostik Kognitif................................................... 14
2.3. Pembelajaran Geografi....................................................................... 16
2.4. Model Pembelajaran Project Based Learning.................................... 18
2.4.1 Mobile Learning........................................................................ 18
2.4.2 Project Based Learning............................................................. 19

VII
2.5. Penelitian yang Relevan .................................................................... 24
2.6. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 26

BAB III. METODE PENELITIAN


3.1. Metode Penelitian............................................................................... 27
3.2. Subjek dan variabel Penelitian........................................................... 29
3.3. Instrumen Penelitian........................................................................... 30
3.4. Teknik Pengumpulan Data................................................................. 36
3.5. Teknis Analisis Data ......................................................................... 37
3.6. Uji Prasyarat Analisis ........................................................................ 37

BAB IV. HASIL PENELITIAN


4.1. Deskripsi Data ........................................................................................... 40
4.1.1. Deskripsi Asesmen Diagnostik......................................................... 41
4.1.2. Deskripsi Data Hasil Belajar Geografi.............................................. 42
4.2. Hasil Belajar............................................................................................... 46
4.3. Data Hasil Belajar Masing Kelompok Asesmen Diagnostik....................... 48
4.4. Analisis Data............................................................................................... 49
4.4.1. Uji Prasyarat Analisis........................................................................ 50
4.4.2. Uji Homogenitas............................................................................... 52
4.4.3. Uji Hipotesis..................................................................................... 53
4.5. Temuan Penelitian....................................................................................... 56

BAB V. PEMBAHASAN
5.1. Pengaruh Penerapan Asseman Diagnostik terhadap Hasil Belajar.... 57
5.2. Pengaruh Penerapan Mobile Learning dalam Model Pembelajaran
Project Based Leraning Terhadap Hasil Belajar Geografi................. 62

5.3. Interaksi antara Asessman Diagnistik dan Mobile Learning dalam

Model Pembelajaran Project Based Learning terhadap Hasil Belajar . 67

BAB VI. PENUTUP


6.1 Kesimpulan ........................................................................................ 70

VIII
6.2 Saran .................................................................................................. 71

DAFTAR PUSTAKA

IX
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1. Tujuan Asesmen Diagnostik ................................................................. 13
Tabel 3.1. Model Rancangan Pretest-Posttest Nonequivalent Control Group
Design.................................................................................................... 28
Tabel 3.2. Kriteria Validitas Item Tes pada Taraf Signifikansi 95%....................... 32
Tabel 3.3. Nilai Tingkat Keandalan Cronbach’s Alpha.......................................... 33
Tabel 3.4. Kriteria Tingkat Kesukaran Butir Soal................................................... 34
Tabel 3.5. Kriteria daya Beda Item Tes.................................................................. 35
Tabel 3.6. Pengkatogorian Skor Hasil Belajar ....................................................... 37
Tabel 4.1. Deskripsi Hasil Asseman Diagnistik...................................................... 41
Tabel 4.2. Pengkategorian skor Hasil Belajar......................................................... 42
Tabel 4.3. Data Rata – Rata Pretest, Posttest dan Gain Score................................ 44
Tabel 4.4. Deskripsi Hasil Belajar Geografi........................................................... 46
Tabel 4.5. Jumlah Skor Masing – Masing Indikator .............................................. 48
Tabel 4.6. Deskripsi HasilBelajar pada masing – masing Kelompok
Asessman Diagnostik............................................................................ 49
Tabel 4.7.1 Data Hasil Uji Normalitas Kognitif......................................................... 50
Tabel 4.7.2 Data Hasil Uji Normalitas Non Kognitif................................................. 51
Tabel 4.8. Data Hasil Uji Homogenitas dengan Levene’s test Levene’s Tes
of Equality of Error Variances................................................................ 65
Tabel 4.9. Data Hasil Uji Hipotesis Two Way Anova Tests of Between –
Subjects Effects......................................................................................... 66

X
DAFTAR GRAFIK

Halaman
Grafik 4.1. Rata – Rata Hasil Belajar Geografi Pretest dan Posttest ........... 43
Grafik 4.2. Perbandingan Nilai Rata – Rata Hasil Belajar Pretest, Posttest
dan Gain Score...................................................................................... 29

XI
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1. Kerangka Pikir ........................................................................... 26
Gambar 3.2. Hubungan antar Variabel Bebas dan Moderator Terikat .................... 29

XII
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemberdayaan SDM ialah komponen terpenting didalam usaha mencapai
sasaran bangsa Indonesia yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Diantara upaya
agar meraih hal itu ialah melalui meningkatkan kualitas pada sektor pendidikan.
Bidang pendidikan memiliki peran yang benar-benar penting, untuk menyiapkan
dan menghadapi tantangan dimasa nantinya atau yang kita kenal sebagai era
globalisasi, lewat pendididkan dapat menciptakan individu yang terampil pada
setiap bidang mereka atau dapat dikatakan hasil dari kegiatan/aktivitas
pendidikan, bisa tercipta dalam sumber daya yang memiliki kualitas (Darmiyati,
2007).
Dalam meningkatkan kualitas pendidikan tak lepas pada upaya dalam
peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar pada sekolah. Menurut Anggraini
(A. Anggraini et al., 2018) kualitas pembelajaran yang baik adalah aktivitas guru
dan siswa yang bisa membuat perkembangan pada siswa yang potensial untuk
meraih kompetensi seperti yang diinginkan. Dalam meraih kualitas kegiatan
belajar mengajar yang baik, siswa harus terlibat aktif pada aktivitas pembelajaran
hingga murid bisa mencapai kompetensi seperti yang diinginkan. Kompetensi
yang dicapai dari peserta didik adalah cerminan berhasilnya peserta didik untuk
paham, menguasai dan menyerap ilmu yang diajarkan oleh tenaga pendidik pada
kegiatan belajar mengajar.
Salah satu cara mengukur kualitas pembelajaran sudah berjalan dengan
baik adalah dengan melakukan evaluasi. Mengevaluasi ialah sebuah aktivitas yang
dilaksanakan dalam memperoleh data mengenai seberapa jauh berhasilnya peserta
didik dan berhasilnya guru didalam mengajar (Djamarah, 2000). Aktivitas
mengevaluasi pembelajaran terdiri atas pemberian penilaian dan pengukuran.
Pemberian penilaian terlebih dahulu harus dilakukan pengukuran, agar bisa
melaksanakan penilaian yang baik, seharusnya berdasarkan hasil pengukuran yang
akurat.

1
2

Penilaian atau asesmen adalah serangkaian kegiatan didalam memperoleh


informasi yang bisa dipakai menjadi dasar untuk mengambil keputusan mengenai
peserta didik. (A. Anggraini et al., 2018). Penilaian atau asesmen ialah
pengaplikasian bermacam cara dan pemakaian bermacam alat dalam memberikan
nilai agar mendapat bermacam informasi mengenai seberapa jauh capaian
pembelajaran siswa atau informasi mengenai capaian kompetensi siswa.
Dikarenakan pemberian nilai memiliki fungsi dalam membantu tenaga pendidik
dalam membuat rencana pengajaran maupun kurikulum pada kegiatan
pembelajaran, aktivitas penilaian memerlukan informasi dari sejumlah orang
ataupun sekelompok siswa dan tenaga pendidik. Guru bisa melaksanakan
pemberian nilai melalui pengumpulan catatan yang didapat dari produk, ujian,
portofolio, observasi, data hasil interview dan unjuk kerja.
Asesmen diagnostik adalah pemberian nilai terhadap peserta didik yang
menjadi sebab hasil tes formatif, tentang kesusahan belajar yang peserta didik
alami, dan menetapkan setiap faktor yang membuat kesusahan belajar terjadi, dan
menetukan bagaimana menangani kesusahan itu. Menurut Johnson & Johnson
dalam Budiyono (Wibowo, 2014) asesmen diagnostik memiliki tujuan agar tahu
kesalahan ataupun kesalahan konsep peserta didik.
Selain menganalisis kesulitan belajar siswa, guru sebaiknya dapat
memanfaatkan teknologi informasi dalam kegiatan pembelajaran agar kualitas
pembelajaran dapat meningkat. Penggunaan perangkat mobile seperti smartphone
sudah tidak asing lagi digunakan oleh siswa dalam aktivitas sehari-hari. Menurut
Milman dalam Fikri (Fikri et al., 2021) penggunaan teknologi digital
memungkinkan pelajar hingga mahasiswa dan pengajar melaksanakan kegiatan
belajar mengajar meskipun terdapat pada lokasi yang tidak sama. Sebuah bentuk
aktivitas belajar mengajar yang dijalankan ditengah pandemi ini ialah kegiatan
belajar mengajar secara dalam jaringan (daring).
Sistem belajar di rumah sangat efektif dilakukan untuk keadaan saat
pandemi Covid-19 sekarang, peserta didik harus melakukan pembelajaran tanpa
bertatap muka dengan langsung bersama guru dan teman sejawatnya. Namun
belajar di rumah juga bisa dilakukan secara efektif jika ada perangkat-perangkat
yang menghubungkan siswa dan guru yaitu belajar secara daring atau online.
3

Pembelajaran daring yang dilakukan membutuhkan sejumlah perangkat


mobile antara Andorid, laptop serta tablet yang dipakai dalam mencari informasi
kapan pun dan dimana pun (Gikas & Grant, 2013). Dalam keadaan seperti ini tak
banyak tenaga pendidik yang menggunakan teknologi yang telah maju lewat
pemakaian internet menjadi perangkat untuk belajar mengajar secara online
ataupun dapat kita dengarkan melalu online learning. Tren terbaru pada dunia E-
learning kini kita kenal dengan sebuah istilah m-learning (Mobile Learning),
pemakaian media portable contognya Iphone, PC tablet, Smartphone dalam
mengakses sistem belajar mengajar dengan online lagi banyak dibincangkan serta
dipakai dinegara maju antara lain AS dan negara berkembang, termasuk juga
Indonesia.
Pemakaian m-learning menjadi penopang kegiatan pembelajaran yang kita
rasa dapat menambah fleksibilitas pada aktivitas pembelajaran. Penggunaan
teknologi informasi serta komunikasi pada dunia pendidik perkembangannya
secara terus-menerus pada bermacam pola maupun strategi yang secara umum
bisa tergolong pada sistem e-Learning menjadi wujud kegiatan belajar mengajar
yang menggunakan perangkat elektronik serta media digital, ataupun m-learning
menjadi wujud aktivitas kegiatan belajar mengajar yang khusus menggunakan
perangkat dan teknologi komunikasi bergerak.
Pada pembelajaran basis proyek (Project Based Learning) ialah model
kegiatan belajar mengajar yang memakai proyek ataupun aktivitas menjadi media.
Siswa melaksanakan penilaian, ekspolorasi, intepretasi, informasi dan sintesis
dalam menciptakan bermacam wujud capaian pembelajaran. Project Based
Learning terpusat di peserta didik dalam menjalankan investigasi secara
mendalaam untuk sebuah topik.
Menariknya suatu kegiatan belajar mengajar, inovatif, menyenangkan serta
menyesuaikan terhadap keperluan dan kemampuan peserta didik sangat
diperlukan saat ini guna melakukan peningkatan terhadap capaian belajar siswa.
Oleh karenanya butuh dilakukan penilaian asesmen diagnostik untuk melihat
kemampuan awal siswa dan menyesuaikan strategi pembelajaran dengan
kemampuan tersebut, menerapkan sistem belajar daring dengan metode mobile
learning guna melatih siswa dalam menggunakan teknologi informasi,
4

penggunaan model project based learning yang mana tujuannya agar peserta didik
aktif, mandiri dalam kegiatan belajar mengajar serta menghasilkan produk.
Pembelajaran Geografi di SMA Negeri 2 Kayuagung masa pandemik
Covid-19 ini awalnya dilakukan secara daring (dalam jaringan), banyak
permasalahan yang ditemui oleh siswa serta guru pada kegiatan belajar mengajar
dalam jaringan ini. Diantaranya adalah tenaga pendidik dan peserta didik belum
memahami penggunaan teknologi informasi secara daring dengan baik, namun
dapat diatasi dengan belajar mandiri dan mengikuti kegiatan diklat yang berkaitan
dengan pemanfaatan teknologi digital dalam pembelajaran dan membuat video
tutorial bagi peserta didik agar lebih mudah mengoperasikan aplikasi yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Kendala dari sinyal yang tidak stabil
juga sering terjadi saat kegiatan sinkronus dilakukan, terutama bagi peserta didik
yang tingggal di pedesaan.
Namun yang paling meresahkan adalah learning loss yang terjadi pada
peserta didik, sesuatu yang demikian bisa terlihat pada jumlah peserta didik yang
ikut aktivitas sinkronus yang semakin berkurang dengan berbagai alasan, mulai
dari paket kuota internet yang habis, sinyal yang tidak stabil, dan sebagainya.
Karena banyak siswa yang tak ikut kegiatan pembelajaran dengan baik, hasilnya
dalah penurunan nilai hasil belajar geografi di akhir tahun pelajaran 2020-2021.
Sehubungan dengan menurunnya status PPKM Level 3 di Bulan
September 2021, maka kegiatan pembelajaran dilakukan beralih ke sistem belajar
tatap muka terbatas. Guru tetap melaksanakan sistem belajar mengajar melalui
tatap muka secara terbatas dan daring dengan memanfaatkan platform Microsoft
365 yaitu aplikasi Microsoft Teams, memberikan tugas dan materi dengan
menggunakan Microsoft Teams, dan Microsoft Form. maka penulis tertarik untuk
menerapkan asesmen diagnostik dan mobile learning dengan pembelajaran
berbasis proyek kepada siswa kelas X. Untuk mengetahui model pembelajaran ini
efektif atau tidaknya maka diperlukan penelitian dengan judul “Penerapan
Asesmen Diagnostik dan Mobile Learning Dalam Model Pembelajaran Project
Based Learning terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa SMA Negeri 2
Kayuagung”.
5

1.2 Rumusan Masalah


Didasari pada penjelasan yang terdapat pada latar belakang di atas,
permasalahan yang akan di bahas pada penelitian yang dilaksanakan bisa di
rumuskan menjadi: “Apakah Penerapan Asesmen Diagnostik dan Mobile
Learning dalam Model Pembelajaran Project Based Learning dapat
Meningkatkan Hasil Belajar Geografi Siswa SMA Negeri 2 Kayuagung?”

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan Penelitian yang dilaksanakan adalah agar tahu pengaplikasian
asesmen diagnostik dan mobile learning pada model pembelajaran Project Based
Learning dalam melakukan peningkatan capaian hasil belajar geografi siswa SMA
kelas X Negeri 2 Kayuagung.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian yang dilaksanakan akan memberikan manfaat diantaranya:
1.4.1 Manfaat Secara Teoritis
 Penelitian ini akan membuktikan bahwa asesmen diagnostik dan
pembelajaran Mobile learning dalam model pembelajaran
berbasis proyek bisa berjalan efektif dalam peningkatan prestasi
siswa belajar Geografi. Hasil dari pembuktian ini dapat
dimanfaatkan guru lain pada kegiatan pembelajaran pada
kompetensi dasar yang sama.
 Hasil penelitian ini bisa sebagai referensi untuk penelitan
selanjutnya.
1.4.2 Manfaat secara Praktis:
a. Bagi siswa:
 Memotivasi belajar peserta didik meningkat
 Hasil belajar peserta didik akan meningkat serta tuntas
b. Bagi Guru:
6

 Guru Geografi bisa membuat peningkatan terhadap prestasi


belajar peserta didik pada proses pembelajaran
 Guru lainnya dapa memanfaatkan penelitian ini menjadi
bahan proses pemberlajarannya
 Meningkatkan kreatifitas mengajar guru
 Menginspirasi guru untuk melakukan penelitian dalam
mengetahui metode belajar yang disenangi siswa
c. Bagi Sekolah:
Sekolah bisa membuat hasil penelitian menjadi masukan pada
uapaya meningkatkan kualitas sekolah dan belajar mengajar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Hasil Belajar


2.1.1 Pengertian Hasil Belajar
Dijelaskan oleh Arikunto (Arikunto, 2005), hasil atau capaian belajar ialah
hasil terakhir sesusah menjalani kegiatan pembelajaran, yang mana perilaku
terseut terlihat pada wujud perubahan yang diukur serta diamati. Wena (Wena,
2009) menjelaskan jika capaian belajar ialah pemberian nilai hasil upaya aktivitas
pembelajaran menggunakan angka, symbol, kalimat, ataupun huruf sebagai
cerminan hasil yang telah diraih oleh tiap peserta didik pada waktu yang telah
ditentukan. Sudjana (Sudjana, 2009) mengartikan capaian belajar peserta didik
ialah perubahan perilaku oleh capaian belajar yang meliputi aspek afektif,
psikomotorik maupun kognitif.
Perubahan capaian belajar dapat teramati, terbukti, dan diukur pada
prestasi maupun kemampuan yang terjadi pada peserta didik menjadi hasil sebuah
pengalamannya selama pembelajaran (Németh & Long, 2012). Setiap proses
pembelajaran tentunya diharapkan siswa mendapat capaian belajar secara baik.
Tetapi dilihat dari kenyataan capaian belajar yang didapat peserta didik tak
senantiasa baik dan sama dengan yang diinginkan. Capaian belajar peserta didik
yang tergolong tak cukup baik merupakan sebuah masalah pada pendidikan.
Capaian belajar peserta didik memperlihatkan kemampuan serta kualitas peserta
didik menjadi sebab pada kegiatan belajar mengajar yang sudah dilewatinya
(Nurhasanah & Sobandi, 2016).
Hasil belajar ialah perilaku yang dihitung menggunakan ujian tentang
bidang yang di pelajari, berwujud ketrampilan dan pengetahuan dari kegiatan
pembelajaran, pengetahuan diperlihatkan dari informasi yang disimpan pada
pikirannya, sementara ketrampilan diperlihatkan dari reaksi maupun aksi yang di
lakukan individu untuk meraih tujuannya (Romiszowski, 2016). Bettencourt
(Rahmawati & Mukminan, 2018) menyebutkan jika terdapat hubungan diantara
proses belajar mengajar dan hasil belajar terhadap capaian hasil pembelajaran.

7
8

Dilihat pada pengertian yang sudah dijelaskan diatas penulis bisa menarik
kesimpulan jika hasil belajar ialah pemahaman peserta didik pada materi yang
diajarkan, sebelum mendapat pengalaman pembelajaran yang ditunjukkan peserta
didik lewat nilai ujian yang diujikan tenaga pendidik. Hasil belajar juga nantinya
terlihat dari perubahan pada pengetahuan, sikap ketrampilan dan kebiasaan dari
peserta didik. Hasil belajar dapat dipakai setiap tenaga pendidik menjadi tinjauan
untuk meraih sebuah tujuan belajar yang mau diraih mengikuti apa yang sudah di
rumuskan pada perangkat pembelajaran. Hal tersebut bisa diraih jika peserta didik
telah mengalami kegiatan pembelajaran dan diikuti oleh perubahan pada
kemampuannya, pemahamannya dan perilaku peserta didk menjadi lebih baik dari
sebelumnya.

2.1.2 Ciri-ciri Belajar


Apabila hakekat belajar ialah berubahnya perilaku, lalu terdapat sejumlah
perubahan tertentu yang termasuk pada karakteristik belajar, antara lain:
a) Perubahan secara sadar yang terjadi

Sesuatu tersebut mengartikan seseorang yang belajar nantinya dapat sadar


adanya perubahan tersebut ataupun setidaknya seseorang merasa sudah
ada sebuah perubahan pada diri mereka.
b) Perubahan pada belajar memiliki sifat fungsional

Sebab dari capaian belajar, perubahan yang ada pada diri seseorang
kelangsungannya konsisten dan tak statis. Sebuah perubahan yang
berlangsung dapat membuat perubahan selanjutnya serta nantinya
berfungsi untuk proses atau kehidupan selanjutnya.
c) Perubahan pada belajar yang memiliki sifat aktif serta positif

Pada perubahan belajar, setiap perubahan tersebut senantiasi menambah


dan menuju dalam mendapatkan sebuah yang lebih baik dibanding
sebelum berubah. Oleh karena itu, semakin usaha belajar tersebut
dilaksanakan dengan banyak, maka semakin baik dan banyak perubahan
yang didapat.
d) Perubahan pada belajar sifatnya tak sementara
9

Perubahan yang memiliki sifat temporer ataupun sementara yang ada cuma
dalam sesaat, contohnya mengeluarkan air mata, berkeringat, menangis
dan lain-lain tak termasuk menjadi perubahan pada definisi belajar.
Perubahan yang ada akibat dari kegiatan pembelajaran yang memiliki sifat
permanen atau tetap. Itu mengartikan jika perilaku yang terjadi.
e) Perubahan dalam belajar memiliki tujuan serta arah

Perubahan tingkah laku tersebut ada dikarenakan terdapat tujuan yang mau
diraih. Perubahan belajar yang memiliki arah pada perubahan perilaku
yang sangat di sadari. Oleh karenanya perubahan belajar yang
dilaksanakan selalu memiliki arah terhadap perilaku yang sudah
ditentukanya.
f) Perubahan meliputi semua aspek tingkah laku

Perubahan yang didapat seseorang sesudah melewati sebuah rangkaian


kegiatan pembelajaran mencakup perubahan menyeluruh pada perilaku.
Apabila individu mempelajari sesuatu, akan mendapat hasil terjadi
perubahan pada dirinya dari perilaku dengan keseluruhan pada sikap,
keterampilan, kebiasaan, pengetahuan dan lain-lain.

2.2 Asesmen Diagnostik

Asesmen ialah kegiatan mengumpulkan informasi dalam mengambil dan


membuat kepurusan secara tepat (Hartati, 2018), sedangkan menurut Rahman
asesmen memiliki definisi yang khusus untuk mendefinisikan kegiatan yang
dilakukan oleh tenaga pendidik dalam memperoleh info mengenai, ketrampilan,
pengetahuan serta sikap dari siswa (Rahman, 2017). Menurut
Kepmendikbudristek No. 371 Tahun 2021, penilaian atau asesmen ialah kegiatan
mengumpulkan dan mengolah informasi dalam menghitung capaian hasil belajar
siswa (Final-Salinan-Kepmendikbudristek-No-371-Tahun-2021-Ttg-PSP.Pdf -
Google Drive, n.d.).
Adapun beberapa prinsip dari asesmen antara lain:
a. Asesmen adalah bagian yang padu pada kegiatan belajar mengajar,
fasilitasnya serta pengadaan info yang holistik, yang menjadi
10

umpan bail bagi tenaga pendidik, siswa serta wali siswa supaya
bisa mengarahkannya untuk menetapkan strategi belajar mengajar
kedepannya;
b. Asesmen dibuat serta dilaksanakan mengikuti pada fungsi asesmen
itu, secara leluasa dalam menetapkan waktu serta teknik penjalanan
asesmen supaya efektif dalam meraih tujuan belajar mengajar;
c. asesmen dibuat dengan proposional, dapat dipercaya, adil dan valid
dalam menerangkan progres belajar dan menetapkan apa yang akan
dilakukan setelahnya;
d. laporan progress belajar dan capaian siswa memiliki sifat
informantif dan sederhana, memberi info yang memiliki manfaat
mengenai ciri serta kompetensi yang diraih dan strategi tindakan
lanjutan; serta
e. hasil asesmen dipakai oleh siswa, guru, tenaga pendidik dan wali
siswa menjadi bahan gambaran dalam peningkatan mutu belajar
mengajar (Kemdikbud, 2020).

Didasari pada pernyataan itu lalu definisi asesmen ialah aktivitas


pengumpulan informasi dalam peningkatan fakta bertujuan agar membuat
keputusan untuk yang akan datang. Menurut Abidin & Heri di dalam Firmanzah,
kesusahan peserta didik untuk paham mengenai pelajaran bisa terlihat dan
ditetapkan lewat metode diagnostik (Firmanzah & Sudibyo, 2021).
Johnson & Johnson dalam Budiyono (Wibowo, 2014) memasukkan
asesmen pada 2 macam, yakni asesmen diagnostik formatif serta sumatif.
Asesmen diagnostik memiliki tujuan agar tahu salah ataupun miskonsepsi peserta
didik. Asesmen formatif memiliki tujuan memberi balik pada peserta didik
mengenai kemajuan yang diraih peserta didik serta memberi balik pada tenaga
pendidik yang memiliki hubungan pada kegiatan belajar mengajar yang
dilaksanakan. Asesmen sumatif memiliki tujuan agar menetapkan posisi peserta
didik yang memiliki kaitan pada kegiatan belajar mengajar yang sudah didapat.
Menurut Brummitt ( Apa itu Penilaian Diagnostik? - Definisi & Contoh -
Transkrip Video & Pelajaran | Study.Com, n.d.) “penilaian diagnostik adalah
11

bentuk pra-penilaian yang memungkinkan seorang guru untuk menentukan


kekuatan individu siswa, kelemahan, pengetahuan, dan keterampilan sebelum
instruksi. Ini terutama digunakan untuk mendiagnosis kesulitan siswa dan untuk
memandu pelajaran dan perencanaan kurikulum”.
Adapun menurut (Kartono & Wardono, 2019) mengenai tujuan asesmen
diagnostik :
“Penilaian diagnostik dapat membantu guru untuk mengevaluasi
kelemahan siswa secara spesifik atau miskonsepsi siswa terhadap
prasyarat yang diperlukan untuk menguasai materi yang sedang dipelajari.
Dengan melakukan penilaian diagnostik, guru dapat mendeteksi
kelemahan siswa dari setiap aspek”.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, penilaian diagnostik merupakan


wujud pra-penilaian yang membuat mungkin tenaga pendidik dalam menetapkan
kelemahan, kekuatan, keterampilan dan pengetahuan seorang peserta didik
sebelum pembelajaran. Hal itu utamanya dipakai dalam membuat diagnose
kesusahan peserta didk dan dalam mengarahkan rencana kurikumlum dan
pembelajaran.
Asesmen diagnostik ialah asesmen yang dilaksanakan dengan spesifik
dalam membuat identifikasi kekuatan, kompetensi, kelemahan siswa, hingga
kegiatan belajar mengajar bisa dibuat mengikuti pada kompetensi serta keadaan
siswa (Kemdikbud, 2020). Asesmen diagnostik dipakai dalam mencari kelemahan
dan kekuatan (Firmanzah & Sudibyo, 2021).
Manfaat asesmen diagnostik menurut Brummit (Kemendikbud, 2021a)
yaitu:
a. Merencanakan Pembelajaran yang efisien.
Ketika seorang guru tahu persis apa yang siswa ketahui atau tidak tahu
tentang suatu topik, dia dapat memfokuskan pelajaran pada topik yang
masih perlu dipelajari siswa daripada apa yang sudah mereka ketahui. Ini
mengurangi frustrasi dan kebosanan siswa.
b. Mendapatkan info yang utuh mengenai peserta didik (kelebihan,
kesusahan) belajar.
12

Ini mungkin menunjukkan kepada guru bahwa sekelompok kecil siswa


membutuhkan instruksi tambahan pada bagian tertentu dari unit atau
program studi. Dia kemudian dapat memberikan perbaikan bagi siswa
tersebut sehingga mereka dapat sepenuhnya terlibat dengan konten baru.
Demikian pula, jika seorang guru menemukan bahwa sekelompok siswa
telah menguasai sebagian besar unit studi, ia dapat merancang kegiatan
yang memungkinkan kelompok itu melampaui kurikulum standar untuk
topik itu melalui belajar kelompok kecil atau mandiri.
c. Merancang baseline untuk asesmen belajar lebih lanjut
Ini menunjukkan baik guru dan siswa apa yang diketahui sebelum
instruksi telah terjadi. Dengan demikian, ini menetapkan dasar pada suatu
topik. Saat siswa bergerak melalui instruksi, mereka dapat melihat apa
yang mereka pelajari atau tidak, dan guru dapat memberikan perbaikan
atau pengayaan sesuai kebutuhan.

Asesmen diagnostik dapat dijalankan diawal tahun ajaran, diawal lingkup


materi dan dengan konsisten lewata sesmen formatif. Hasil asesmen diagnostik
dipakai dalam membuat identifikasi kelemahan maupun kekuatan siswa dalam
rancanga dalam menyesuaikan kegiatan belajar mengajar (Final-Salinan-
Kepmendikbudristek-No-371-Tahun-2021-Ttg-PSP.Pdf - Google Drive, n.d.)
(Mendikbudristek, 2021). Siswa yang berkembang ataupun yang memiliki hasil
belajar yang sangat tinggal didasari dari hasil asesmen diagnostik, diberi
bimbingan belajar dengan afirmatif (Kemdikbud, 2020). 
“Mengintegrasikan asesmen diagnostik ke dalam proses belajar-mengajar
akan meningkatkan tingkat pemahaman siswa, mengurangi kesalahan mereka,
dan memberikan langkah-langkah remediasi tepat waktu sebelum mereka
diizinkan untuk berpartisipasi dalam ujian standar.” (Terwase & Obadare-akpata,
2018). Mengintegrasikan penilaian diagnostik ke dalam proses belajar-mengajar
akan meningkatkan tingkat pemahaman siswa, mengurangi kesalahan mereka dan
memberikan tindakan perbaikan tepat waktu sebelum mereka diizinkan untuk
berpartisipasi dalam ujian standar.
13

Asesmen diagnostik dibagi pada 2 macam yaitu asesemen diagnostik


kognitif dan non-kognitif (Kemendikbud, 2021b). Adapun tujuan pada setiap
asesmen diagnostik tersebut ialah seperti dibawah ini:

Tabel 2.1
Tujuan Asesmen Diagnositik

Tujuan Asesmen Diagnostik


Non-kognitif Kognitif
 Agar tahu ketenteraman psikologi  Membuat identifikasi hasil kompetensi
serta sosio emosional peserta didik peserta didik
 Mengetahui kegiatan ketika belajar  Menyesuaikan pembelajaran dikelas
dirumah terhadap kompetensi rerata peserta didik
 Mengetahui keadaan keluarga  Memberi remedial pada kelas ataupun
peserta didik materi tambahan terhadap peserta didik
yang memiliki kompetensi dibawah
rerata kelas
 Mengetahui latar belakang
lingkungan peserta didik dalam
bergaul
 Mengetahui cara belajar, ciri-ciri
dan minat peserta didik
Sumber : (Kemendikbud, 2021b).

2.2.1 Asesmen Diagnostik Non-Kognitif


Hal ini diawal kegiatan belajar mengajar dilaksanakan agar mendapatkan
sejumlah seuatu antara lain:
a. Kesejahteraan psikologis serta sosial emosi peserta didik
b. Kegiatan peserta didik ketika belajar dirumah
c. Keadaan keluarga serta lingkungan perserta didik dalam bergaul
d. cara belajar, ciri-ciri, dan minat peserta didik

Tahap-tahap dalam menjalankan asesmen diagnostik non-kognitif yakni:


a. Persiapan
1) Menyiapkan alat bantu seperti gambar ekspresi emosi
2) Membuat list pertanyaan kunci, contohnya:
14

a) Apa saja aktivitas anda ketika belajar di rumah?


b) Seusatu bagaimana yang membuat senang dan tak
menyenangkan?
c) Apa harapanmu?
b. Pelaksanaan
1) Memberikan gambar emosi pada peserta didik
2) Meminta peserta didik mengekspresikan perasaan mereka
ketika belajar dirumah melalui mereka menceritakan
kegiatannya, menggambar ataupun membuat tulisan.
c. Tindak Lanjut
1) Mengidentifikasi peserta didik lewat ekspresi emosi negatif dan
mengajak diskusi berdua
2) Menetatapkan tindakan lanjutan dan berinteraksi pada peserta
didik dan walinya jika dibutuhkan
3) Mengulangi penyelenggaraan asesmen nonkognitif diawal
pembelajaran

2.2.2 Asesmen Diagnostik Kognitif


Asesmen diagnostik kognitif bertujuan membuat diagnosis kemampuan
dasar peserta didik pada sebuah topik materi pembelajaran. Diagnostik dapat
berwujud asesmen formatif ataupun sumatif.
Tahap-tahap menjalankan asesmen diagnostik kognitif ialah:
1. Persiapan
a. Membuat agenda penjalanan asesmen
b. Mengidentifikasi materi asesmen didasari dari menyederhanakan
kompetensi dasar yang diberikan oleh Kemdikbud dan Ristek.
c. Menyusun pertanyaan sederhana, seperti:
1) 2 soal menyesuaikan kelas, dengan topik pencapaian
pembelajaran baru
2) 6 soal seperti topik satu kelas dibawah
3) 2 soal seperti topik dua kelas

dibawahelajarandijenjangsekarang )
15

2. Pelaksanaan
a. Memberikan asesmen bagi setiap peserta didik dikelas untuk yang
belajar tatap muka disekolah ataupun yang berada dirumah
3. Diagnosis dan Tindak Lanjut
a. Melakukan pengolahan hasil asesmen
1) Membuat penilaian melalui kategori “Paham utuh”,
“Paham sebagian”, serta“Tidak paham”
2) Menghitung rerata kelas
b. Golongkan peserta didik pada 3 kelompok:
1) Peserta didik yang memiliki nilai rerata kelas akan ikut
pembelajaran dengan ATP mengikuti fase mereka
2) Peserta didik yang memiliki nilai dibawah rerata ikut
pembelajaran dengan diberi bimbingan dalam kompetensi
yang belum tercapai
3) Peserta didik yang memiliki nilai diatas rerata ikut
pembelajaran dengan pengayaan
c. Melakukan pemberian nilai pembelajaran topik yang telah
diberikan sebelum mulai topik belajar baru, dalam membuat
penyesuaian pembelajaran mengikuti pada rerata kemampuan
peerta didik
d. Mengulangi kegiatan diagnosis itu melalu pelaksanakan asesmen
formatif (melalui wujud dan strategi yang bervariasi), hingga
peserta didik meraih tingkatan kompetensi yang diinginkan

Setelah guru mengetahui kesulitan peserta didik, lalu guru bisa merancang
instrument yang nantinya dipakai untuk kegiatan belajar mengajar selanjutnya.
Menurut Sulastri (Sulastri et al., 2019) Asesmen diagnostik dilaksanakan dengan
berkelanjutan dalam mengontrol kemajuan, proses, dan pembenahan hasil, tetapi
hal itu tak dapat diaplikasikan dikarenakan terdapat dampai dari pandemi yang
mewajibkan kegiatan belajar mengajar lewat rumah yang mana terdapat banyak
sekali kendala antara lain dikarenakan beban kurikulum yang banyak, jam
pelajaran yang kurang, tenaga dan waktu yang kurang.
16

Setelah dimulainya kegiatan pembelajaran tatap muka secara terbatas,


maka asesmen diagnostik sudah dapat dilaksanakan sebagai upaya untuk
mengetahui kesulitan belajar siswa dan menemukan kendala yang terjadi selama
kegiatan pembelajaran berlangsung.

2.3 Pembelajaran Geografi


Pembelajaran geografi ialah pelajaran geografi yang diberikan pada
tingkatan sekolah dasar dan menengah. Dengan demikian, penjelasana mengenai
setiap konsep, bahasan pokok maupun sub pokok wajib menyesuaikan dan
menyerasikan pada tingkatan perkembangan dan pengalaman psikologi siswa di
setiap jenjang pendidikan (Sumaatmadja, 1997).
Melihat begitu luas definisi geografi, para pakar geografi di Seminar dan
Lokakarya di Semarang pada tahun 1988 memberikan pengertian geografi ialah
ilmu yang mempelajari perbedaan serta persamaan fenomena geosfer dari
pandangan kelingkungan ataupun wilayah dengan kontek keruangan
(Sumaatmadja, 1997). Objek dari pelajaran geografi tak bukan adalah geosfer
yaitu permukaan bumi yang meliputi atmosfer, litosfer, hidrosfer, serta biosfer.
Dijelaskan oleh Bintarto dan Hadisumarno (Bintarto, n.d.) menerangkan jika
pendekatan yang dipakai pada kajian geografi ialah antara lain:
a. Pendekatan keruangan yakni perbedaan yang mempelajari perbedaan
lokasi tentang sejumlah sifat penting atau seri sejumlah sifat penting.
b. Pendekatan kelingkungan yakni pendekatan yang ditekankan terhadap
interaksi diantara organisme hidup dan lingkungannya.
c. Pendekatan kompleks wilayah yakni pendekatan geografi yang ditekankan
campuran diantara pendekatan keruangan serta pendekatan kelingkungan.

Menurut Sumaatmadja (Sumaatmadja, 1997) mengatakan jika pelajaran


geografi secara hakekatnya ialah pelajaran tentang sejumlah aspek keruangan
permukaan bumi yang termasuk semua gejala alam dan kehidupan manusia
terhadap bermacam kewilayahan. Dikarenakan hal tersebut dapat ditarik
kesimpulan jika pembelajaran geografi di sekolah adalah pembelajaran mengenai
hakekat geografi yang mencakup beberapa aspek kelingkungan, keruangan dan
17

kewilayahan dengan objek studi geogradi ialah geosfer yang mencakup lapisan
batuan, lapisan air, serta biosfer (lapisan kehidupan). Yang menyesuaikan pada
tingkatan perkembangan psikologi siswa di setiap jenjang pendidikan.
Didasari pada Permendiknas No 22 tahun 2006 (Nasional, 2006) mengenai
standar isi, terdapatnya pelajaran gepgrafi di sekolah memiliki tujuan supaya
siswa mempunyai kemampuan antara lain:
a) Paham terhadap pola spasial, kelingkungan dan wilayah serta hal hal
yang memiliki kaitan.
b) memiliki keterampilan dasar untuk mendapatkan data serta informasi,
mengaplikasikan dan mengkomunikasikan pengetahuan geografi.
c) Menunjukkan tingkah laku peduli pada lingkungannya serta
menggunakan SDA dengan arif dan mempunyai sifat toleran pada
beragam kebudayaan dimasyarakat.

Didasarkan dari penjelasan diatas, maka bisa diketahui bahwa geografi


merupakan mata pelajaran yang baik agar di pelajari dikarenakan objek material
yang merupakan bahan kajian pada pelajaran geografi cukup banyak dan
bervariasi tentang fenomena fisik ataupun fenomena sosial yang terdapat
dipermukaan bumi melalui pendekatan keruangan, kelingkugan serta komplek
kewilayahan yang digunakan pada kajian geografi.

2.4 Model Pembelajaran Project Based Learning


2.4.1 Mobile Learning
Mobile Learning (m-learning) ialah kegiatan belajar yang menggunakan
perangkat mobile dan teknologi. Perangkat yang dimaksud adalah perangkat yang
bisa berwujud telepon seluler ,PDA, tablet PC, laptop dan lainnya. Dengan m-
learning pemakai bisa mengakses saluran pembelajaran dimanapun dan kapanpun,
dengan tidak wajib berkunjung pada sebuah lokasi tertentu di waktu tertentu. Jadi,
pemakai bisa mengakses konten pembelajaran dengan tidak diikat olehg waktu
dan ruang. Hardhono dan Darmayanti (Darmayanti et al., 2007) mengisyaratkan
jika e-learning tersebut adalah konsepan pembelajaran jarak jauh yang memakai
teknologi telekomunikasi serta informasi. Didasarkan pada pengertian itu, m-
18

learning adalah model belajar yang menggunakan teknologi komunikasi dan


informasi.
M-learning adalah model belajar yang dilaksanakan diantara lokasi
ataupun lingkungannya dengan memakai teknologi yang mudah di bawa ketika
pelajar terdapat di keadaan mobile. Melalui bermacam potensi serta keunggulan
yang dipunyainya, m-learning kita harapkan bisa sebagai sumber pembelajaran
alternatif yang bisa membuat peningkatan efektifitas serta efisiensi keigatan serta
capaian belajar siswa di Indonesia pada zaman selanjutnya.
Program m-learning yang dimaksudkan pada tulisan ini ialah program
media pembelajaran yang memiliki basis pada ponsel/HP/mobile yang memakai
aplikasi Microsoft 365. Pemakaian teknologi informasi dan komunikasi didalam
dunia pendidikan perkembangannya terus-menerus pada bermacam strategi dan
pola, yang secara umum bisa digolongkan kedalam sistem e-learning menjadi
wujud pembelajaran yang menggunakan perangkatelektronik serta media digital,
ataupun m-learning menjadi wujud aktivitas belajar mengajar dan dikhususkan
menggunakan perangkatnya maupun teknologi komunikasinya yang bergerak.

2.4.2 Project Based Learning


Dijelaskan oleh Sumarmi (Sumarmi, 2021) “Project Based Learning
adalah suatu model belajar yang memakai permasalahan menjadi awalan untuk
pengumpulan serta pengintegrasian ilmu baru didasari pada pengalaman didalam
melakukan kegiatan yang sesungguhnya”.
Model belajar seperti Project Based Learning adalah kegiatan belajar
mengajar yang mengikuti dari filosofi konstruktifisme lewat kegiatan peserta
didik hingga peserta didik bisi mengkonstruksi pengetahuan mereka serta
memiliki makna lewat pengamalan yang nyata (Utami et al., 2015).
Project based learning ialah kegiatan belajar inovatif serta kreatif yang
memiliki pusat terhadap peserta didik serta memposisikan tenaga pendidik
menjadi fasilitator maupun motivator, yang mana siswa diberikan peluang bekerja
dengan mandiri ataupun sekelompok dalam mengkontruksi belajar mereka (Sari
& Angreni, 2018).
19

Menurut Yanti Rosinda dalam Anggraini (D. Anggraini et al., 2016)


Project based learning ialah sebuah mobel belajar mengajar yang pada
penyelenggaraannya bisa mengajar siswa supaya bisa memahami keahlian proses
dan menerapkannya didunia nyata ataupun lingkungannya, oleh sebab demikian,
kegiatan belajar mengajar dapat jadi lebih berarti.
Pembelajaran yang memikiki basis Proyek (Project Based Learning) ialah
metode belajar mengajar yang memakai aktivitas menjadi media. Siswa
menjalankan penilaian, eksplorasi, sintesis, interpretasi serta informasi dalam
menciptakan bermacam wujud capaian belajar. Project based learning ataupun
kegiatan belajar mengajar yang memiliki basis kegiatan ialah model pembelajaran
yang terpusat di peserta didik dalam menjalankan sebuah investigasi secara dalam
pada sebuah topik. Peserta didik dengan konstruktif menjalankan dan mendalami
pembelajaran lewat pendekatan yang memiliki basis riset pada masalah serta
pentanyaan yang memiliki bobot, relevan dan nyata.
Ciri-ciri Project Based Learning mempunyai ciri model memebdakannya
terhadao model lain. Ciri itu, sebagai berikut:
a. Centrality
Dalam project based learning proyek merupakan pusatnya pada
kegiatan belajar mengajar.
b. Driving question 
Project based learning terfokus terhadap permasalahan atauoun
pertanyaan yang memberi arah pada murid agar menemukan solusi
memakai prinsip ataupun konsep keilmuan yang relevan.
c. Constructive Investigation 
Dalam project based learning, murid mendirikan pengetahuan mereka
melalui penjalanan investigasi dengan mandiri (tenaga pendidik
menjadi fasilitator).
d. Autonomy 
Project based learning memiliki tuntutan peserta didik sebagai
pusatnya, peserta didik menjadi penyelesai masalah sebuah
permasalahan yang di bahas.
e. Realisme 
20

Aktivitas peserta didik terfokus di pekerjaan yang sama pada keadaan


yang sesungguhnya. Kegiatan ini mengintegrasikan tugas otentik dan
menciptakan sikap profesional.

Kelebihan model Project Based Learning kaitannya dengan capaian


pembelajaran diungkapkan oleh Moursund dalam Wena (Wena, 2009) antara lain:
a. Membuat peningkatan motivasi
b. Membuat peningkatan keahlian menyelesaikan masalah
c. Membuat peningkatan ketrampilan peserta didik dalam menemukan
serta memperoleh informasi
d. Membuat peningkatan pada kolaborasi
e. Membuat peningkatan ketrampilan siswa menciptakan alokasi waktu
serta berbagai sumber dalam menyudahi proyek.
Tiap- tiap model pembelajaran pastinya mempunyai tujuan didalam
pengaplikasiaannya. project based learning bertujuan, seperti dibawah ini:
a. Menjadikan peningkatan keahlian peserta didik dalam memecahkan
permasalahan proyek
b. Mendapatkan keterampilan dan pengetahuan terbaru pada kegiatan
belajar mengajar
c. Menciptakan siswa menjadi lebih aktif untuk pemecahan permasalahan
proyek yang kompleks terhadap hasil produk sesungguhnya
d. Membuat pengembangan dan peningkatan keahian siswa untuk
pengelolaan bahan ataupun alat dalam menyudahi tugas atau proyek
e. Membuat peningkatan pada kolaborasi siswa terkhusus di PjBL yang
memiliki sifat kelompok
Disamping itu, Kraft dalam Wena (Wena, 2009) membuat susunan kriteria
ke autentikan belajar mengajar yang memiliki basis proyek antara lain:
1. Memakai bermacam cara belajar
2. Berorientasikan lebih pada kegitaran pembelajaran belajar didunia yang
sesungguhnya
3. Menampilkan suasana pembelajaranyang bisa memberi timbal balik
positif serta bermacam pilihan model belajar
21

4. Mendukung peserta didik agar dapat memakai pikiran tingkat tinggi


untuk belajar
5. Dapat menampilkan tingkat pemahaman secara dalam
6. Bisa di akses oleh seluruh peserta didik
7. Memakai bermacam model komunikasi
8. Pemberian nilai bergantung dari isi/tujuan pembelajaran
9. Setiap peserta didik memiliki tanggung jawab pada proses belajar
mereka
10. Peserta didik memiliki rasa terkaita diantara kurikulum dan isi
pembelajaran
11. Permasalahan pada pembelajaran yang diberi dapat menciptakan
kegiatan pembelajaran yang memiliki makana
12. Kegiatan pembelajaran mendukung peserta didik afar dapat
melaksanakan pengumpulan data analisis dan mencari kesimpulan
13. Proyek ataupun permasalahan yang diajarkan wajib mempunyai nilai
untuk peserta didik
14. Kegiatan pembelajaran wajib dapat kita kaitkan pada bercaman disiplin
keilmuan
15. Memposisikan tenaga pendidik menjadi fasilitator
16. Mendukung peserta didik melakukan penilaian mandiri pada aktivitas
belajar mereka.
Terdapat beberapa Langkah didalam membuat Project Based Learning:
a. Mengawali pelajaran melalui sebuah pertanyaan besar atau yang
memiliki esesnsi (start with essential question/ the big question/)
Kegiatan belajar mengajar diawali dengan suatu pertanyaan driving
uestion yang bisa memberikan penugasan terhadap siswa dalam menjalankan
sebuah kegiatan, topik yang dipakai seharusnya menyesuaikan pada kenyataan
dunia dan diawali oleh suatu investigasi secara dalam.
1) Membuat perencanaan proyek (design a plan for the project)
Aktivitas merencanakan dilaksanakan dengan kolaborasi diantara tenaga
pendidik serta siswa. Karenanya siswa diharapkan dapat mempunyai rasa
memiliki atas proyek itu. Perencanaan isinya mengenai aturan mainnya,
22

penentuan kegiatan yang bisa mendukung didalam memberi jawaban pertanyaan


essensial dan mengintegrasikannya pada bermacam subjek yang menopang, dan
menginfokan bahan maupun alat yang bisa digunakan dalam menyelesaikan
proyek.
2) Membuat sususan jadwal kegiatan (create a schedule)
Tenaga pendidik dan siswa berkolaborasi mengenai agenda kegiatan untuk
menyudahi proyeknya. Periode menyelesaikan proyek haruslah memiliki
kejelasan serta peserta didik diberikan arah dalam pengelolaan waktu.
Memberikan kesempatan siswa mencoba menemukan hal yang baru, namun juga
tenaga pendidik wajib selalu memperingati jika aktivitas peserta didik keluar dari
tujuannya. Proyek yang dilaksanakan oleh peserta didik ialah proyek yang
memerlukan periode yang lama untuk mengerjakannya, hingga tenaga pendidik
memintanya agar menyelesaikan proyek dengan membentuk kelompok diluar jam
pelajaran. Saat kegiatan belajar mengajar dilaksanakan pada jam pelajaran, siswa
tinggal menampilkan hasil proyek dikelas.
3) Mengawasi berjalannya proyek (monitor the students and the progress of
the project)
Tenaga pendidik memiliki tanggung jawab melaksanakan pengawasan
pada kegiatan siswa ketika menyelesaikan proyek. Pengawasan dilaksanakan
dalam berbagai cara dengan memberi fasilitas siswa terhadap sejumlah proses.
Dapat dikatakan, tenaga penduduj memiliki peran menjadi mentor untuk kegiatan
siswa. Tenaga pendidik memberi pelajaran terhadap siswa seperti apa bekerja
pada suatu kelompok. Siswa-siswa bisa menentukan peran meraka sendiri dan tak
menghilangkan kepentingan kelompoknya.
4) Pemberian nilai pada produk yang diciptakan (assess the outcome)
Pemberian nilai dilaksanakan dalam menolong tenaga pendidik untuk
menghitung capaian standar, memiliki peran untuk membuat evaluasi kemajuan
setiap siswa, memberikan umpan balik mengenai tingkatan pemahaman yang
telah diraih oleh siswa, dan menolong tenaga pendidik untuk membuat teknik
belajar mengajar selanjutnya. Pemberian nilai produk dilaksanakan ketika setiap
kelompok menampilkan produk mereka didepan kelompok lainnya dengan
bergantian. 
23

5) Evaluasi (evaluate the experience)


Diakhir kegiatan belajar mengajar, tenaga pendidik serta peserta didik
melaksanakan cerminan pada aktivitas serta capaian proyek yang telah dilakukan.
Kegiatan cerminan dilaksanakan secara individu ataupun kelompok. Di tahapan
ini, siswa dimintai agar mengeluarkan perasaannya serta pengalaman ketika
menyelesaikan proyek.

2.5 Penelitian Yang Relevan


1. Pengaplikasian Model Problem Based Learning serta Assessment pada
Kompetensi peserta didik pada SMK
Problem based learning terbukti memiliki banyak hasil pembelajaran yang
positif, dengan kombinasi assessment maka tidak hanya menghasilkan
pembelajaran yang positif akan tetapi juga memberi umpan balik terhadap
peserta didik mengenai kemajuan yang diraih peserta didik mengenai
kegiatan belajar mengajar. Sehingga kompetensi yang dimiliki siswa
tercapai (A. Anggraini et al., 2018).
2. Implementasi Asesmen Diagnostik pada Pembelajaran IPA di saat
Pandemi Covid-19 pada SMP/MTs Wilayah Menganti, Gresik
Desain diagnostik serta implementasinya tak didasari dari sekolah yang
baik kualitasnya, tetapi tergantung dari tingkatan paham seorang guru pada
seberapa penting asesmen tersebut yang menjadikan teanaga pendidik IPA
pada 3 sekolah melakukan implementasi asesmen diagnostik yang
bertujuan agar menolong siswa dapat lebih paham bahan yang diajarkan
dan mendorong tercapainya tujuan pembelajaran saar pandemic Corona
Virus Deasease 19 (Firmanzah & Sudibyo, 2021).
3. Pengaruh Model Project Based Learning Terhadap Hasil Belajar Geografi
SMA Materi Pemanfaatan Sumber Daya Alam dengan Prinsip
Ekoefisiensi
Project Based Learning berpengaruh signifikan pada hasil belajar geografi
Sekolah Menengah Atas dengan bahan ajar pemanfaatan SDA lewat prinsi
ekoefisiensi. Hal tersebut dikarenakan oleh : (1) Project Based Learning di
dalamnya menggunakan permasalahan nyata dan penyelidikan otentik
24

untuk memecahkan masalah, (2) adanya kolaborasi mampu membangun


kognitif siswa dan (3) adanya tugas menyusun ide proyek yang sesuai
dengan hasil investigasi, sehingga siswa mengkonstruk sendiri
pengetahuannya (Hasanah, 2015).
4. Penilaian Diagnostik Awal dalam Pembelajaran Jarak Jauh di SMAN 1
Pagaden
Responden memberikan jawaban kegiatan belajar mengajar dalam jaringan
(jarak jauh) pada Sekolah Menengah Atas 1 Pagaden dinilai tak terlalu
efektif dengan total 49,8 persen. Peserta didik memiliki harapan kegiatan
belajar mengajar dalam jaringan tak banyak memberi tugas namun
terdapat penerangan materi lewat zoom meeting atau google meet. Untuk
peserta didik yang tak mendapati fasilitas internet maupun gadget
dilaksanakan model tenaga pendidik mengunjungi kelompok kecil
(Sukmayanti et al., 2021).
5. Review: Tes Diagnostik menjadi Tes Formatif pada Pembelajaran Kimia
Eksistensi tes diagnostik menjadi tes formatif bisa membuat peningkatan
kompetensi pembelajaran siswa. Pemakaian tes diagnostik menjadi tes
formatif bisa menjadi baha pertimbangan untuk kegiatan belajar mengajar
kimia untuk membentuk kelompok heterogen (Sutopo Putri dan, 2021).
6. Pengembangan M-Learning untuk Mendukung Kemandirian dan Hasil
Belajar Mata Pelajaran Geografi
Seberapa efektifnya kegiatan belajar mengajar geografi ternyata lebih baik
memakai mobile learning terbukti terdapatnya hasil tuntas pada
pembelajaran di kelas eksperimen; m-learning secara signifikan membantu
kemandirian hasil belajar siswa (Rahmawati & Mukminan, 2018).
7. Efektifitas Penggunaan Model Pembelajaran Project Based Learning
(PjBL) dengan Problem based learning (PBL) pada Materi Interpretasi
Citra
Model Project Based Learning jauh efektif disbanding pada Problem
Based Learning didasari dari indikator efektifitas pembelajaran,
ketuntasan klasikal bisa diraih oleh kelas dengan model project based
learning sebanyak tetapi tak bisa diraih oleh kelas yang memakai model
25

Problem Based Learning. Data tersebut memperlihatkan jika model


belajar Project Based Learning lebih sesuai diterapkan di materi
interpretasi citra (Irnawati et al., 2019).
8. Apakah Umpan Balik Diagnostik Meningkatkan Pembelajaran? Bukti Dari
Penilaian Diagnostik Kognitif Longitudinal
“penelitian ini melakukan eksperimen semu dengan memanfaatkan
penilaian diagnostik kognitif longitudinal untuk membandingkan efek dari
tiga mode umpan balik dalam meningkatkan pembelajaran, termasuk
CDF, umpan balik respons benar-salah (CIRF), dan tidak ada umpan
balik. Hasilnya memberikan beberapa bukti untuk kesimpulan bahwa
CDF dapat mendorong pembelajaran siswa dan lebih efektif daripada
CIRF dalam mendorong pembelajaran, khususnya di bidang pengetahuan
yang lebih menantang.” (Tang & Zhan, 2021)

2.6 Kerangka Pikir


Berdasarkan uraian di atas, asesmen diagnostik merupakan penilaian yang
dilaksanakan dengan spesifik dalam membuat indentifikasi kekuatan, kompetensi,
kelemahan siswa, hingga kegiatan belajar mengajar bisa dibuat sesuai kompetensi
serta keadaan siswa. M-learning adalah kegiatan belajar mengajar yang
dilaksanakan antara lokasi maupun lingkungan memakai teknologi yang dibawa
dengan mudah ketika peserta didik berlokasi di keadaan ponsel, sehingga di
harapkan nanti akan sebagai sumber alternatif yang bisa meningkatkan efektifitas
serta efisiensi proses serta capaian belajar siswa.
Kedua aspek tersebut akan diterapkan dalam model pembelajaran project
based learning, sehingga bisa menjadikan kegiatan yang berpusat pada siswa,
memberikan kemudahan untuk belajar, menarik, menyenangkan dan bermakna.
Dengan kegiatan pembelajaran yang bermakna di harapkan bisa membuat
peningkatan capaian belajar siswa pada Sekolah Menengah Atas Negeri 2
Kayuagung.
Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagi berikut:

Asesmen Diagnostik

Model Pembelajaran Hasil Belajar


Project Based Learning Geografi

Mobile Learning
26

Gambar 2.1 Kerangka Pikir


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Metode yang dipakai di penelitian yang dilaksanakan ialah metode
eksperimen. Menurut Sugiyono (D. R. Sugiyono, 2009) jika metode penelitian
eksperimen adalah metode yang dipakai dalam menemukan pengaruh perlakuan.
Metode yang dipakai pada penelitian yang dilaksanakan ialah agar mengungkap
dampak yang timbul akibat sebuah perlakuan yakni penyelenggaraan asesmen
diagnostik dan mobile learning dalam model pemberlajaran project based
learning yang diaplikasikan dikelompok eksperim pada pembelajaran geografi
tentang langkah-langkah penelitian geografi serta di bandingkan pada kelompok
kontrol yang melaksanakan pembelajaran sama, tetapi tidak melakukan asesmen
diagnostik dan model learning pada model pembelajaran project based learning.
Eksperimen yang dijalankan di penelitian yang dilaksanakan dikategorikan
menjadi eksperimen semu (quasi experiment). Dijelaskan oleh Sugiyono (P.
Sugiyono, 2011) penelitian quasi eksperiment adalah penelitian yang memiliki
kelompok kontrol, namun tak bisa memiliki fungsi penuh dalam mengontrol
setiap variabel luar uang mempengaruhi jalannya eksperimen.
Rancangan penelitian ialah sebuah kesatuan, terencana serta terperinci
tentang bagaimana mendapat, membuat analisis, serta menginterpretasi data. Pada
penelitian eksperimen peneliti memanipulasi sebuah stimulant, treatment ataupun
keadaan eksperimental, lalu melakukan observasi pengaruh yang dikarenakan oleh
terdapatnya perlakuan ataupun manipulasi itu. Penelitian yang dilaksanakan
memakai quasi experiment (eksperimen semu) dan rancangannya memekai
rancangan pretest- posttest nonequivalent control group design (Fraenkel &
Wallen, 2009). Model itu bisa divisualisasi pada wujud diagram seperti dapat
dilihat digambar 3.1 dibawah ini.

27
28

Gambar 3.1 Model Rancangan Pretest-Posttest Nonequivalent Control Group


Design

O 1 A1 B1 O2
O 3 A1 B2 O4
O 5 A1 B3 O6
O 7 A2 B1 O8
O 9 A2 B2 O10
O11 A2 B3 O12

(Sumber: Diadaptasi dari Fraenkel & Wallen, 2009)

Keterangan:
O1, 3, 5, 7, 9, 11 : Pretest
O2, 4, 6, 8, 10, 12 : Posttest
A1: Model pembelajaran Project Based Learning
A2: Pembelajaran konvensional
B1: Asesmen Diagnostik Non Kognitif
B2: Asesmen diagnostik kognitif
B3: Mobile learning

Didesain diatas, data kemampuan hasil belajar didapat lewat nilai pretest

serta nilai posttest. Dua kelompok perlakuan keduanya diberikan pretest dan

sesudah kegiatan belajar mengajar diberi posttest. Pada penelitian yang

dilaksanakan diberi 2 perlakuan pada dua kelas yang tidak sama. Pada kelas

eksperimen diperlakukan melalui pemakaian model pembelajaran project based

learning serta kelas kontrol melalui pemakaian pembelajaran konvensional

(diskusi, ceramah dan tanya jawab).

Desain yang dipakai pada penelitian yang dilaksanakan ialah desain

faktorial 2x2 (Fraenkel & Wallen, 2009). Desain faktorial akan membuat

sejumlah kelompok terbagi mengikut total yang sudah ditetapkan didasari pada

total perlakuan serta kelompok yang akan dilakukan penelitian (Kerlinger, 2004).

Didasari pada hal itu, rancangan eksperimen semu desain faktorial 2x2 dipakai

pada penelitian yang dilaksanakan. Rancangan itu, menentukan pengaruh utama

(main effect) serta pengaruh interaksi (interaction) dari variabel perlakuan.


29

3.2 Subjek dan Variabel Penelitian


1. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian yang dilaksanakan merupakan murid kelas X di
Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kayuagung Kabupaten Ogan Komering Ilir
dengan jumlah siswa 284 dengan rincian laki-laki jumlahnya 108 orang dan
perempuan jumlahnya 176 orang, yang terdiri dari 8 kelas. Pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan random sampling dengan cara diundi dan
terpilih kelas X.1 sebagai kelas eksperimen dan X.2 sebagai kelas kontrol.
Sedangkan uji instrument dilakukan di kelas X.3
2. Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian ini terdiri dari: 1) variabel bebas yakni model
pembelajaran Problem Based Learning untuk kelas ekperimen serta pembelajaran
konvensional (tanya jawab, ceramah, diskusi) bagi kelas kontrol, 2) variabel
moderator yakni Asesmen Diagnostik dan Mobile Learning, dan 3) variabel terikat
yakni Hasil belajar.

Penerapan
Asesmen Diagnostik
(X1)

Hasil Belajar
(Y)

Mobile Learning
(X2)

Gambar 3.2
Hubungan Antara Variabel Bebas dan Moderator dengan Variabel Terikat

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ialah alat ukur yang dipakai untuk menghitung aspek

yang nanti diteliti atau alat dalam pengumpulan data. Jenis instrumen yang
30

dipakai dalam penelitian yang dilaksanakan ialah berwujud pilihan ganda dan

essay test. Tes diberi agar tahu perubahan hasil belajar siswa. Tes tersebut diberi

diawal pembelajaran (pretest) bagi kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pretest

dilaksanakan bertujuan agar memperoleh skor kemampuan hasil belajar awal

siswa. Sesudah diberi perlakuan lalu diberi tes akhir (posttest). Instrumen tes

bertujuan agar tahu perubahan kemampuan hasil belajar siswa secara kognitif.

1. Instrumen Perlakuan

Perlakuan yang diberikan terhadap kelas eksperimen adalah model

pembelajaran Project Based Learning sementara perlakuan pada kelas kontrol

adalah pembelajaran konvensional (tanya jawab, ceramah, diskusi). Sarana yang

digunakan dalam instrumen perlakuan berupa RPP model pembelajaran Project

Based Learning.

1. Instrumen Pengukuran

Pengukuran agar tahu capaian belajar peserta adalah angket dan

pengukuran untuk mengetahui kemampuan hasil belajar mengenai nilai kognitif

diperoleh melalui hasil nilai pretest dan posttest siswa. Tes yang dipakai ialah

soal tes berwujud pilihan ganda dan essay test dengan jumlah 5 soal yang terdiri

dari 1 soal yang berkaitan dengan pemikiran perseptual untuk mencari sebuah

fenomena, 1 soal yang berkaitan dengan mengidentifikasi, 1 soal yang berkaitan

dengan konsistensi logis dalam membandingkan, 1 soal yang berkaitan dengan

kemampuan dalam menggambarkan, dan 1 soal terakhir berkaitan dengan

menyimpulkan. Instrumen pilihan ganda dan esay test bisa terlihat di lampiran 5.

Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik yang memakai angket yang terdiri

atas 19 butiran soal. Jumlah 6 soal untuk mengetahui belajar visual, 6 soal untuk
31

mengetahui belajar auditori, dan 7 soal untuk mengetahui belajar kinestetik.

Instrumen angket belajar peserta didik bisa terlihat di lampiran.

Pengujian instrumen dilaksanakan ketika sebelum penelitian dilakukan.

Sesudah hasil pengujian didapat lalu tiap-tiap butiran soal dilakukan analisis agar

tahu reaibilitas, validitas, daya beda dan indeks kesukaran. Dan juga agar tahu

seberapa valid instrument dibutuhkan ahli validator bagi penilaian sebuah

instrumen

a) Validitas

Penelitian yang dilaksanakan menggunakan validitas tes serta angket

yang dihitung memakai validitas logis serta empiris. Validitas logis, memiliki

kaitan pada validitas isi (content validity) serta konstruk (construct validity) yang

nanti dilakukan validasi oleh ahli (expert judgement). Disamping hal tersebut

dalam menyusun instrumen harus mendapat bimbingan dari pembimbing.

Sementara validitas empiris dilaksanakan melalui penhujian instrumen cuma

terhadap angket belajar siswa.

Validitas soal dilakukan sebelum diberikan kepada kelas uji coba.

Validasi aspek materi yang terlihat oleh peneliti meliputi sejumlah aspek

pemberian nilai, diantaranya keserasian teknik menilai terhadap tujuan

pembelajaran, aspek menilai materi, menilai konstruksi soal serta menilai

kebahasaan. Validitas instrument angket belajar siswa di analisis memakai

analisis faktor.

Suatu soal disebut valid apabila bisa mengungkap data dari variabel yang

dilakukan penelitian dengan benar. Validitas ini di cari lewat pengkorelasian

skor tiap item terhadap skor total. Penghitungan validitas ini memakai
32

pertolongan aplikasi SPSS SPSS 16.00 for windows. Uji validitas di hitung setiap

item pertanyaan. Tingkatan validitas tiap item bisa dilaksanakan dengan

perbandingan r hasil dan r tabel. Pada r hasil agar tiap butir soal bisa terlihat di

corrected item-total correlation sedangkan r tabel bisa terlihat di tabel dibawah

ini.

Tabel 3.2 Kriteria Validitas Item Tes pada Taraf Signifikansi 95%

Koefisien Korelasi
0,800-1,000 Sangat valid
0,600-0,799 Valid
0,400-0,599 Cukup valid
0,200-0,399 Kurang valid
0,000-0,199 Tidak valid

Sumber: Purwanto, (2005)

Didasari dari hasil pengujian soal, validitas setiap butiran soal tergolong

pada klasifikasi valid. Hasil uji coba bisa terlihat di lampiran.

b) Reliabilitas

Reliabilitas ialah uji keajegan atau keteguhan alat tes itu untuk memberi

nilai sesuatu yang dinilai, yang berarti alat penilaian itu apabila dipakai nantinya

senantiasa menciptakan hasil yang relative tidak berbeda. Pada penelitian yang

dilaksanakan, penujian reliabilitas memakai SPSS 16.0 for windows. Uji

reliabilitas diukur setiap item pertanyaan. Tingkatan reliabilitas tiap item bisa

dilaksanakan melalu perbandingan r alpa dan r tabel. Apabila r alpa positif serta r

alpa > r tabel, maka butiran soal itu reliabel dan begitu juga kebalikannya. Setiap

butir soal r alpa bisa terlihat dikolom cronbach’s if item deleted.

Estimasi semua butiran angket belajar siswa bisa didapat melalui


33

penggunaan koefisien cronbach’s alpha. Dalam perhitungan reliabilitas instrumen

angket belajar siswa dilaksanakan cuma ketika satu waktu maka instrumen

disebut reliabel apabila nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,60 (Purbayu &

Ashari, 2005). Nilai tingkatan ke andalan cronbach’s alpha dapat ditunjukkan

ditabel berikut ini.

Tabel 3.3 Nilai Tingkat Keandalan Cronbach’s Alpha

Nilai Cronbach’s Alpha Tingkat Keandalan


0.0 - 0.20 Kurang Andal
>0.20 – 0.40 Agak Andal
>0.40 – 0.60 Cukup Andal
>0.60 – 0.80 Andal
>0.80 – 1.00 Sangat Andal

Sumber: Hair et al, (2010)

Berdasarkan hasil pengujian, setiap butiran soal dan juga reliabel. Hasil

ujicoba ini bisa terlihat dilampiran.

c) Tingkat kesusahan Butir Soal

Uji coba tingkatan kesusahan soal dilaksanakan agar tahu tingakatan

kesusahan tiap item soal. “sebuah tes yang bagus mempunyai tingkatan kesusahan

diantara 40% hingga 60% bagi tes standart dan antara 25% hingga 75 % bagi tes

ciptaan tenaga pendidik” (Purwanto, 2005). Item soal tak memiliki fungsi ataupun

tak bisa menghitung kemamuan apabila diatas 75% peserta didik tak bisa

menyelesaikannya (terlalu sulit) atapun lebih dari 75% peserta didik bisa

menyelesaikannya (terlampau mudah).

Dengan demikian, soal tes yang nanti dipakai lebih dulu dilakukan analisis

tingkatan kesulitannya. Pengujian tingkatan kesulitan tes dilakukan dengan

menentukan kelompok bawah dan atas setiap 27% dari total seluruh siswa yang

dijadikan sebagai kelas uji coba. Setelah itu baru menetapkan tingkaran kesulitan
34

tiap butiran soal dengan memakai rumusan:

akan digunakan terlebih dahulu dianalisis tingkat kesukarannya. Uji

tingkat kesukaran tes dilaksanakan melalui penentuan kelompok bawah dan atas

masing-masing 27% dari jumlah seluruh siswa yang dijadikan sebagai kelas uji

coba. Setelah itu baru menentukan tingkatan kesulitan tiap butiran soal melalui

penggunaan rumusan:

∑ 𝑆𝑘𝑎+ ∑ 𝑆𝑘𝑏

x 100%
TK =
𝑆𝑚 (𝑛𝑘𝑎+𝑛𝑘𝑏)
Keterangan:
∑Ska = Jumlah kesalahan kelompok atas
∑Skb = Jumlah kesalahan kelompok bawah
Sm = Skor maksimal yang diberikan untuk jawaban benar
nka = Jumlah siswa kelompok atas
nkb = Jumlah siswa kelompok bawah

Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Kesukaran Butir Soal


Kriteria Klasifikasi
<25% Terlalu mudah (tidak baik)
25-75% Sedang (baik)
>75% Terlalu sulit (tidak baik)
Sumber: Purwanto, (2005)

Berdasarkan data hasil uji coba soal, tingkat kesukaran setiap butiran soal

tergolong pada klasifikasi sedang (baik). Hasil uji coba bisa terlihat dilampiran.

d) Daya Beda Butir Soal

Analisis daya beda item tes dilaksanakan dikarenakan item soal yang

mempunyai tingkatan kesulitan baik tidak pasti selalu baik. Daya beda

membedakan kelompok bawah dan atas yang diperlukan setiap kelompok ialah

27% dari total subjek. Untuk tes daya beda ini lewat 2 langkah, kesatu yaitu
35

menetapkan keompok bawah dan kelompok atas yang diambil dari tabel saat

menghitung tingkat kesukaran. Yang ke dua menetapkan daya beda setiap item

melalu rumusan:

∑1 𝑆𝑘𝑏− ∑ 𝑆𝑘𝑎
DB =

𝑆𝑚 (𝑛𝑘𝑎+𝑛𝑘𝑏)2

Sumber: Purwanto, (2005)

Keterangan:
∑Ska = Jumlah kesalahan kelompok atas
∑Skb = Jumlah kesalahan kelompok bawah
Sm = Skor maksimal yang diberikan untuk jawaban benar
nka = Jumlah siswa kelompok atas
nkb = Jumlah siswa kelompok bawah

Tabel 3.5 Kriteria Daya Beda Item Tes

Kriteria Klasifikasi
0,70-1,00 Baik sekali
0,40-0,69 Baik
0,20-0,39 Cukup
0,00-0,19 Jelek
Negatif Jelek

Sumber: Purwanto, (2005)

Berdasarkan hasil pengujian soal, daya beda setiap butiran soal tergolong

pada klasifikasi sedang (baik).

e) Kesimpulan Hasil Analisis Instrumen Tes

Berdasarkan hasil uji coba instrumen Asesmen Diagnostik dan Mobile

Learning, didapati tes soal sudah mencukupi semua uji prasayar dan layak bagi

dipakai. Uji itu mencakup uji daya beda, uji tingkat kesulitanm uji validitas serta

uji realibilitas soal. Hasil analisis data pengujian instrument tes gaya belajar

peserta didik serta kemampuan hasil belajar.


36

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik dalam mengumpul data yang dipakai pada penelitian yang
dilaksanakan ialah antara lain:
1) Alat yang dipakai dalam pengumpulan data pada penelitian yang
dilaksanakan tes soal dan angket Project Based Learning siswa. Instrumen
tes bisa terlihat dilampiran.
2) Tes awal (pretest) ialah tes yang dilakukan sebelum aktivitas proses
pembelajaran dengan sebuah perlakuan yang diberi. Tes ini dipakai agar
tahu kemampuan hasil belajar awalnya peserta didik sebelum perlakuan
baik dikelas eksperimen memakai model pembelajaran asesmen diagnostik
serta m-learning maupun dikelas kontrol memakai pembelajaran
konvensional (ceramah, diskusi, dan tanya jawab).
3) Tes akhir (posttest) ialah tes yang dilakukan sesudah proses pembelajaran
selesai agar tahu kemampuan hasil belajar peserta didik sesudah perlakuan
baik dikelas eksperimen memakai model pembelajaran Project Based
Learning ataupun dikelas kontrol menggunakan pembelajaran
konvensional (tanya jawab, ceramah, diskusi).
4) Angket belajar siswa dilakukan sebelum kegiatan belajar mengajar sudah
agar tahu kondisi awal siswa dikelas eksperimen dengan menggunakan
model pembelajaran Project Based Learning ataupun dikelas kontrol
dengan menggunakan pembelajaran konvensional (ceramah, diskusi, dan
tanya jawab).

Lalu perhitungan selisih data hasil pretest serta posttest (gain score).
Pengelompokan kemampuan hasil belajarmemakai tabel Gronlund dan Linn
(1990) seperti dibawah ini.

Tabel 3.6 Pengkategorian Skor Hasil Belajar

Nilai Rata-Rata Kategori


< 20 Sangat kurang
20-39 Kurang
37

40-59 Sedang
60-79 Baik
80-100 Sangat baik

Sumber: Gronlund & Linn, (1990)

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data berkaitan dengan tindakan agar mengelola data yang telah

didapat dalam penelitian, sehingga menghasilkan suatu kesimpulan dalam

penelitian yang mampu dibuktikan melalui hipotesis yang diambil. Analisis data

yang dipakai adalah uji prasyarat analisis, uji hipotesis serta uji normalitas.

3.6 Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis ialah pengujian yang dilaksanakan sebelum hipotesis

dan pengujian analisis dilaksanakan. Jika memakai analisis parametrik maka

harus dilaksanakan uji prasyarat analisis pada setiap asumsi antara lain

homogenitas bagi pengujian perbedaan. Tidak hanya homogenitas asumsi lainmya

yang butuh dilaksanakan ialah pengujian normalitas.

a) Uji Homogenitas

Uji homogenitas yang digunakan yaitu uji levene’s test for equality

o f variences menggunakan SPSS 16.0 for windows.

1. Nilai signifikan/profitabilitas <0,05 dikatakan data tidak homogen.

2. Nilai signifikan/profitabilitas >0,05 dikatakan data homogen.

a) Uji Normalitas

Uji normalitas agar tahu bagaimana data tersebut apakah memiliki

distribusi normal maka menggunakan kolmogorov smirnov. Perhitungan


38

uji normalitas pada penelitian yang dilaksanakan dijalankan menggunakan

SPSS 16.00 for windows dan memakai taraf signifikansi 5%. Adapun

ketentuan sebagai berikut:

1. Jika nilai probabilitas >0,05 dikatakan data memiliki distribusi

normal.

2. Apabila nilai probabilitas <0,05 maka memiliki distribusi tak

normal.

a) Uji Hipotesis

Uji hipotesis ialah tahapan dalam menentukan apa kita menerima

ataupun menolak hipotesis tersebut. Uji hipotesis dilaksanakan agar tahu

apa variabel bebas serta variabel moderator memiliki pengaruh pada

variabel terikat. Uji hipotesis berdasarkan dari hasil penghitungan memakai

SPSS 16.00 for windows.

Analisis data dalam penelitian yang dilaksanakan memakai analisis

varian 2 jalur (two way anova). Analisis varians 2 jalur dipakai dalam

membuat Analisa pengaruh diantara variabel bebas dengan variabel

lain/tidak bebas serta sejumlah variabel itu dihitung pada taraf yang sesuai

(Morgan et al, 2004; Leech, 2005). Analisis varian dipakai dalam

melakukan pengujian hipotesis penelitian yang diajukan.

Data berupa tes kemampuan hasil belajar didapatkan dari nilai

pretest yang dilakukan diawal kegiatan kegiatan belajar mengajar dan

posttest di akhir kegiatan proses pembelajaran. Hasil angket belajar siswa

diperoleh diakhir aktivitas proses belajar mengajar agar tahu gaya belajar

peserta didik (belajar visual, auditori, dan kinestetik), selanjutnya dianalisis


39

memakai program SPSS 16.00 for windows.

Sesudah menghitung besar thitung selanjutnya dibandingkan dengan ttabel.

Hipotesis yang diajukan ialah antara lain:

a) H0: Tidak ada pengaruh asesmen diagnostik terhadap kemampuan hasil

belajar geografi siswa.

b) H1: Ada pengaruh asesmen diagnostik terhadap kemampuan hasil belajar

geografi siswa.

a) H0: Tidak ada pengaruh mobile learning dalam model pembelajaran

project based learning siswa terhadap hasil belajar geografi siswa.

b) H1: Ada pengaruh mobile learning dalam model pembelajaran project

based learning siswa terhadap hasil belajar geografi siswa.

a) H0: Tidak ada interaksi antara asesmen diagnostik dan mobile learning

dalam model pembelajaran Project Based Learning terhadap hasil belajar

geografi.

b) H1: Ada interaksi antara asesmen diagnostik dan mobile learning dalam

model pembelajaran Project Based Learning terhadap hasil belajar

geografi.
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Data


Data yang didapat pada penelitian yang dilaksanakan adalah asesmen

diagnostik dan mobile learning serta hasil belajar geografi diantara kelompok

peserta didik yang mana pembelajarannya memakai model pembelajaran project

based learning (kelas eksperimen) dan kelompok peserta didik yang dalam proses

pembelajarannya memakai pembelajaran konvensional (kelas kontrol).

Berdasarkan hal itu, data dari hasil penelitian yang dilaksanakan didapat lewat

selisih diantara skor kemampuan diawal (pretest) serta skor kemampuan diakhir

(posttest)/gain score.

Gain score mencerminkan capaian skor yang dikelompokkan menjadi (1)

hasil angket asesmen diagnostik peserta didik dikelas eksperimen memakai model

pembelajaran project based learning, (2) hasil angket asesmen diagnostik dikelas

kontrol memakai pembelajaran konvensional. (3) skor asesmen diagnostik dikelas

eksperimen memakai model pembelajaran project based learning, serta (4) skor

asesmen diagnostik dikelas kontrol memakai pembelajaran konvensional.

Asesmen Diagnostik siswa dihitung memakai angket dengan banyak 19

soal disetiap subyek penelitian. Kesemua 19 soal angket asesmen diagnostik

memperlihatkan jika validitas item tergolong kriteria valid, reliabilitas tergolong

kategori reliabel, tingkat kesulitan butiran soal baik serta daya beda soal terolong

kategori baik. Hasil Belajar Geografi siswa dihitung memakai essay test sebanyak

5 soal disetiap subyek penelitian. Kesemua 5 soal essy test memperlihatkan jika

41
42

validitas item tergolong kategori valid, reliabilitas termasuk kategori reliabel,

tingkatan kesulitan butiran soal baik serta daya beda soal tergolong kategori baik.

4.1.1 Deskripsi Asesmen Diagnostik

Perolehan data angket asesmen diagnostik siswa yang tersebar di 72

peserta didik (kelas X.1 berjumlah 36 peserta didik serta kelas X.2 berjumlah 36

peserta didik), pada kelas eksperimen (kelas X.1) didapatkan bahwa sama antara

asesmen diagnostik kognitif dan non kognitif karena sama- sama berjumlah 18

siswa. Pada kelas kontrol (kelas X.2) didapatkan bahwa sama antara asesmen

diagnostik kognitif dan non kognitif karena sama- sama berjumlah 18 siswa.

Berdasarkan uraian data di atas didapatkan bahwa asesmen

diagnostik kognitif yaitu sebanyak 36 siswa dan non kognitif sebanyak 36

peserta didik. Terdapat data asesmen diagnostik peserta didik dapat

ditampilakn ditabel 4.1.

Tabel 4.1
Deskripsi Hasil Asesmen Diagnostik

No Asesmen Kelas Kelas Jumlah Presentase


Diagnostik Eksperimen Kontrol
1 Kognitif 18 18 72 50%
2 Non Kognitif 18 18 72 50%
Jumlah 36 36 72 100%

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa adanya keseimbangan antara

asesmen diagnostik kognitif dan non kognitif, karena kalau dilihat dari

persentasenya sama menghasilkan nilai 50%.

4.1.2 Deskripsi Data Hasil Belajar Geografi

Pengkategorian skor kemampuan hasil belajar menggunakan tabel


43

Gronlund dan Linn (1990), seperti dibawah ini:

Tabel 4.2
Pengkategorian Skor Hasil Belajar Geografi

No Nilai Rata- Kategori


Rata
1 < 20 Sangat
kurang
2 20-39 Kurang
3 40-59 Sedang
4 60-79 Baik
5 80-100 Sangat baik
Sumber: Gronlund & Linn, (1990).

Hasil penelitian yang dilaksanakan adanya beda rerata skor pretest

diantara kelas eksperimen yang memakai model pembelajaran Project

Based Learning dan kelas control yang menggunakan pembelajaran

konvensional. Dua kelas itu di anggap mempunyai kemampuan berpikir

yang relative tak berbeda. Rerata skor kemampuan hasil belajar pretest

dikelas eksperimen mendapat skor dengan nilai 73,05 sementara dikelas

kontrol mendapat skor dengan nilai 73,05 dua hasil skor yang didapat dari

pretest tersebut tergolong pada kategori baik.

Sesudah diberikan perlakuan, ada beda hasil skor rerata posttest

sesudah diberi perlakuan, adanya beda hasil skor rerata posttest kelas

eksperimen dan kelas kontrol. perlakuan pada kelas eksperimen memakai

model pembelajaran project based learning membuat rerata hasil skor

posttest lebih tinggi daripada kelas kontrol yang diperlakukan dengan

memakai pembelajaran konvensional. Hasil skor posttest bagi kelas

eksperimen serta kelas kontrol pada penelitian yang dilaksanaan tergolong

dalam kategori sangat baik dengan nilai berturut-turut 82,1 serta 83,22.
44

Adapun perbedaan nilai rerata hasil belajar pada pretest serta posttest bisa

terlihat di grafik 4.1.

Grafik 4.1
Rata – Rata Hasil Belajar Geografi Pretest dan Posttest

83.22
82.1

73.05 73.05

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

PreTest PostTest

Meningkatnya hasil belajar geografi yang didapat dari hasil skor

pretest serta posttest dikelas eksperimen serta kelas kontrol dan lalu

diperoleh hasil gain score. Didasarkan dari perbedaan nilai hasil pretest

serta posttest dikelas eksperimen terdapat hasil belajar siswa yang diperoleh

gain score sebesar 9,05 sedangkan kelas kontrol sebesar 6,83. Selisih nilai

rerata kemampuan awal (pretest), kemampuan akhir (posttest) serta gain

score diantara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Data nilai gain score didapat dari perbedaan diantara nilai posttest

dengan pretest. Berdasarkan data gain score bisa terlihat apa terjadi

peningkatan ataupun tak terjadi dari tes hasil belajar seudah diberi

perlakuan. Paparan data gain score bisa terlihat ditabel 4.3.


45

Tabel 4.3
Data Rata – Rata Pretest, Posttest dan Gain Score

Rata – Rata – Rata –


No Kelas
Rata Rata Rata Gain
Pretest Posttest Score
1 Kelas 73,05 82,11 9,05
Ekperimen
2 Kelas 73,05 83,22 6,83
Ekperimen

Tabel 4.3 menujukkan rerata pretest, posttest serta gain score kedua

kelas baik dikelas ekperimen yang diberikan perlakuan yang memakai

model pembelajaraan project based learning maupun dikelas kontrol yang

memakai pembelajaran konvensional. Siswa kelas ekperimen yang memakai

model project based learning memperoleh jumlag gain score dengan nilai

9,05 lebih besar daripada kelas kontrol dengan nilai 6,83 . Selisih rata – rata

kedua kelas yaitu sebesar 2,22. Perbedaan nilai rerata hasil belajar pretest,

posttest serta gain score bisa terliaht di grafik 4.2 dibawah ini.

Grafik 4.2
Perbandingan Nilai Rata – Rata
Hasil Belajar Pretest, Posttest dan Gain Score
46

82.1 83.22
73.05 73.05

9.05 6.83
Rata - Rata Nilai Pretest Rata - Rata Nilai Posttest Rata - Rata Nilai Gain Score

Kelas Ekperimen Kelas Kontrol

Grafik 4.3 menunjukkan jika nilai rerrata capaian belajar peserta

didik dikelas eksperimen lebih baik dibanding kelas kontrol. Hal tersebut

menunjukkan bahwa menerapkan model pembelajaran project based

learning dikelas eksperimen memberikan peningkatan yang signifikan

daripada menggunakan pembelajaran konvensional dikelas kontrol. Hasil

analisis deskripsi perbandingan nilai rata – rata kemampuan awal (pretest)

serta kemampuan akhir (posttest) pada capaian belajar ditunjukkan ditabel

4.4.

Tabel 4.4
Deskripi Hasil Belajar Geografi

Descriptive Statistics
Minimu Maxim Std.
N Range m um Mean Deviation Variance
Pretest_Eksperi
36 20 60 80 73,06 5,840 34,111
men
Posttest_Ekperim
36 15 76 91 82,11 4,062 16,502
en
Pretest_Kontrol 36 29 60 89 76,39 7,044 49,616
Posttest_Kontrol 36 15 78 93 83,22 3,979 15,835
Valid N (listwise) 36
47

Pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa range, nilai minimum,

maximum, mean, standar deviasi, dan variance lebih baik daripada dikelas

kontrol.

A. Hasil Belajar

Indikator hasil belajar pada penelitian yang dilaksanakan terdiri atas lima

indikator, yakni:

1) Keahlian dalam menemukan

2) Keahlian dalam mengidentifikasi

3) Keahlian dalam membandingkan

4) Keahlian dalam menggambarkan

5) Keahlian dalam menyimpulkan.

Lima keahlian tersebut mendapati meningkat dengan baik dikelas

ekperimen ataupun dikelas kontrol. Pada kelas eksperimen rerata hasil skor

pretest indikator kemampuan dalam menemukan tergolong pada kategori baik,

kemampuan dalam mengidentifikasi, dan kemampuan dalam membandingkan

termasuk dalam kategori sedang, keahlian dalam menggambarkan tergolong pada

kategori kurang, dan keahlian menyimpulkan termasuk dalam golongan baik.

Pada posttest rata-rata hasil skor indikator kemampuan dalam menemukan,

kemampuan dalam mengidentifikasi, dan kemampuan dalam membandingkan

tergolong kategori sangat baik, keahlian dalam menggambarkan termasuk

kategori baik, dan keahlian menyimpulkan termasuk dalam kategori sangat baik.

Dikelas kontrol rerata hasil skor pretest indikator keahlian untuk menemukan, dan
48

keahlian dalam mengidentifikasi termasuk kategori sedang, kemampuan dalam

membandingkan, kemampuan dalam menggambarkan, dan kemampuan dalam

menyimpulkan termasuk dalam kategori kurang. Skor rerata tiap indikator di

posttest dikelas kontrol memperlihatkan jika kemampuan dalam menemukan, dan

kemampuan dalam mengidentifikasi termasuk dalam kategori baik, kemampuan

dalam membandingkan, kemampuan dalam menggambarkan termasuk pada

kategori sedang, serta kemampuan dalam menyimpulkan tergolong pada kategori

kurang. Berikut Jumlah skor dikelas eksperimen serta kontrol ketika pretest

ataupun posttest bisa terlihat ditabel 4.5 dibawah ini.

Tabel 4.5
Jumlah Skor Masing – Masing Indikator

Indikator
No Kelas Rata – Rata
1 2 3 4 5
Ekperimen
1 60 60 58 62 63 73,05
(Pretest)
Ekperimen
2 57 54 54 58 63 82,11
(Posttest)
Kontrol
3 60 64 63 63 63 73,05
(Pretest)
Kontrol
4 65 69 71 64 59 83,22
(Posttest)

Berdasarkan tabel 4.5 jumlah skor masing – masing indikator, bisa kita

analisis bahwa ada perbedaan antara kelas eksperimen dan kontrol baik ketika

pretest ataupun posttest.

4.2 Data Hasil Belajar Pada Masing - Masing Kelompok Asesmen

Diagnostik
49

Data hasil belajar dikelompokkan menjadi empat kelompok

mengikuti pada desain faktorial 2x2 yakni 2 kelompok dikelas ekperimen

dan 2 kelompok kelas kontrol. berikut datanya ditabel 4.6 seperti dibawah

ini.

Tabel 4.6
Deskripsi Hasil Belajar Pada Masing – Masing
Kelompok Asesmen Diagnostik

Kelompok Mean Std.


Deviasi
A1B1 71,10 6,557
A2B2 70,90 5,953
A1B1 84,33 2,739
A2B2 84,44 3,812

Pada Tabel 4.6 terlihat bahwa mean kelompok asesmen diagnostik

kognitif yang memakai model pembelajaran project based learning (A1B1)

lebih tinggi dari kelompok yang memakai asesmen diagnostik kognitif yang

memakai pembelajaran konvensional (A2B2). Nilai mean kelompok

asesmen diagnostik non kognitif yang memakai model pembelajaran project

based learning (A1B1) lebih rendah daripada mean kelompok asesmen

diagnostik non kognitif yang menggunakan model pembelajaran

konvensional.

4.3 Analisis Data

Hasil penelitian berupa data asesmen diagnostik dan mobile learning

terhadap hasil belajar kemudian dianalisis memakai software SPSS 22 for

windows dan memakai two way anova. Variabel dihitung pada penelitian

yang dilaksanakan ialah asessman dignostik, m-learning serta capaian

belajar geografi. Data yang diuji hipotesis adalah asesmen diagnostik dan
50

mobile learning didapat dari hasil angket asesmen diagnostik diakhir

kegiatan belajar mengajar serta capaian belajar didapat dari selisih hasil skor

nilai pretest dan posttest dikelas ekperimen yang menggunakan model

pembelajaran project based learning ataupun pada kelas kontrol yang

menggunakan pembelajaran konvensional. Sebelum dilaksanakan pengujian

hipotesis, didahulukan dilaksanakan adalah pengujian prasyarat analisis

yang meliputi uji normalitas serta homogenitas.

4.4.1 Uji Prasyarat Analisis

Uji Prasyarat yang digunakan pada penelitian ini ialah uji normalitas

dengan kolmogorov smirnov serta uji homogenitas leven’s test for equality

of variance.

a. Uji Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan agar tahy apa data itu memiliki distribusi

distribusi normal ataupun tak normal. Pengujian normalitas dilakukan

dengan uji kolmogrov smirnov terhadap 4 kelompok data penelitian dengan

hasilnya seperti dibawah ini.

Tabel 4.7.1
Data Hasil Uji Normalitas Kognitif

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Ekperimen_PBL Kontrol_Konvensional
_Kognitif _Kognitif
N 10 10
Normal Parametersa,b Mean 70,90 71,10
Std.
5,953 6,557
Deviation
51

Most Extreme Absolute ,160 ,173


Differences Positive ,160 ,167
Negative -,147 -,173
Test Statistic ,160 ,173
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d ,200c,d

Tabel 4.7.2
Data Hasil Uji Normalitas Non Kognitif

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Ekperimen_PBL Kontrol_Konvensional_Non_
_Non_Kogitif Kognitif
N 9 9
Normal Parametersa,b Mean 84,44 84,33
Std.
3,812 2,739
Deviation
Most Extreme Absolute ,140 ,263
Differences Positive ,140 ,136
Negative -,113 -,263
Test Statistic ,140 ,263
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d ,073c

Berdasarkan uji kolomogorov smirnov memperoleh hasil empat kelompok

data pada penelitian yang dilaksanakan antara lain:

1) Hasil belajar yang menggunakan model project based learning pada

asesmen diagnostik kognitif dan model learning didapat Asymp.Sig (2-

Tailed) sebesar 0,200 > 0,05 yang berarti signifikan. Jadi, hasil belajar

dengan menggunakan model pembelajaran project based learning pada

asesmen diagnostik kognitif berdistribusi normal.

2) Hasil belajar dengan menggunakan konvensional pada asesmen diagnostik

kognitif dan model learning diperoleh Asymp. sig (2 tailed) senilai 0,200 >

0,05 yang berarti signifikan. Jadi, hasil belajar yang memakai model
52

pembelajaran konvensional di asesmen diagnostik kognitif berdistribusi

normal.

3) Hasil belajar yang memakai model project based learning di asesmen

diagnostik non kognitif dan model learning diperoleh Asymp.Sig (2-

Tailed) dengan nilai 0,200 > 0,05 yang berarti signifikan. Jadi, hasil belajar

yang memakai model pembelajaran project based learning di asesmen

diagnostik non kognitif berdistribusi normal.

4) Hasil belajar dengan menggunakan konvensional pada asesmen diagnostik

non kognitif dan model learning diperoleh Asymp. sig (2 tailed) senilai

0,073 > 0,05 yang berarti signifikan. Jadi, hasil belajar yang memakai

model pembelajaran konvensional pada asesmen diagnostik non kognitif

berdistribusi normal.

4.4.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan dalam menentuan suatu data memiliki

variasi yang sama atau homogenitas diantara sebuah data terhadap data

lainnya. Pengujian homogentas varians dilaksanakan menggunakan

levene’s test terhadap data hasil belajar terdapat empat kelompok data yang

didapat pada penelitian yang dilaksanakan seperti dibawah ini:

Tabel 4.8
Data Hasil Uji Homogenitas dengan Levene’s Test
Levene's Test of Equality of Error
Variancesa
Dependent Variabel: y
53

F df1 df2 Sig.


,288 3 68 ,834

Didasari dari tabel 4.8 menunjukkan jika hasil uji levene’s test

terhadap empat kelompok diperoleh hasil F Hitung sebesar 0,288 dengan

signifikansi senilai 0,834 > 0,05 bisa dikatakan homogen. Jadi berdasarkan

analisis, dapat disimpulkan jika data hasil belajar terhadap empat kelompok

tersebut memiliki varian yang homogen.

4.4.3 Uji Hipotesis

Uji hipotesis pada penelitian yang dilaksanakan agar tahu apakah hipotesis

diterima atau ditolak. pengujian hipotesis berdasarkandari hasil

penghitungan memkai SPSS 22 for windows. Hasil pengujian hipotesi

sebagai berikut:

1. H0 : Tidak ada pengaruh asesmen diagnostik terhadap hasil belajar

geografi.

H1 : ada pengaruh asesmen diagnostik terhadap hasil belajar geografi.

2. H0 : Tidak ada pengaruh mobile learning dalam model pembelajaran

project based learning terhadap hasil belajar geografi.

H1 : ada pengaruh mobile learning dalam model pembelajaran project

based learning terhadap hasil belajar geografi.

3. H0 : Tidak ada interaksi antara asesmen diagnostik dan mobile

learning dalam model pembelajaran project based learning terhadap

hasil belajar geografi

H1 : ada interaksi antara asesmen diagnostik dan mobile learning


54

dalam model pembelajaran project based learning terhadap hasil

belajar geografi.

Tabel 4.9
Data Hasil Uji Hipotesis Two Way Anova
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variabel: y

Type III Sum Mean


Source of Squares df Square F Sig.
Corrected
150,866a 3 50,289 3,409 ,022
Model
Intercept 316982,360 1 316982,360 21487,460 ,000
x1 110,631 1 110,631 7,499 ,008
x2 2,362 1 2,362 ,160 ,006
x1 * x2 12,733 1 12,733 ,863 ,035
Error 1003,134 68 14,752
Total 493186,000 72
Corrected
1154,000 71
Total

a. Uji Hipotesis I

H0 : Tidak ada pengaruh asesmen diagnostik terhadap hasil belajar geografi.

H1 : ada pengaruh asesmen diagnostik terhadap hasil belajar geografi.

Berdasarkan hipotesis penelitian ini, maka didapat F-Hitung senilai

7,499 dengan signifikan 0,008 < 0,005 maka dinyatakan signifikan. Maka

bisa ditarik kesimpulan jika hasil belajar geografi diantara asesmen

diagnostik kognitif dan non kognitif terdapat perbedaan yang signifikan.

Sehingga didasari hasil analisis diatas bahwa terdapat pengaruh asesmen

diagnostik pada capaian belajar.

b. Uji Hipotesis II

H0 : Tidak ada pengaruh mobile learning dalam model pembelajaran

project based learning terhadap hasil belajar geografi.


55

H1 : ada pengaruh mobile learning dalam model pembelajaran project

based learning terhadap hasil belajar geografi.

Berdasarkan hipotesis penelitian ini, maka didapat F-Hitung senilai

0,160 dengan signifikan 0,006 < 0,005 maka dinyatakan signifikan. Lalu

bisa ditarik kesimpulan jika hasil belajar geografi antara mobile learning

model pembelajaran project based learning adanya perbedaan yang

signifikan antara kelas menggunaka model pembelajaran project based

learning dengan model pembelajaran konvensional, Sehingga didasari dari

hasil analisis diatas jika ada mobile learning dalam model pembelajaran

project based learning pada capaian belajar.

1) Uji Hipotesis III

H0 : Tidak ada interaksi antara asesmen diagnostik dan mobile learning

dalam model pembelajaran project based learning terhadap hasil belajar

geografi.

H1 : ada interaksi antara asesmen diagnostik dan mobile learning dalam

model pembelajaran project based learning terhadap hasil belajar geografi.

Didasarkan pada hasil data diatas, diperoleh F Hitung sebesar 0,863

dengan nilai signifikan sebesar 0,035 < 0,05 artinya signifikan. Didsarkan

hasil analisis itu, bsia ditarik kesimpulan jika ada interaksi diantara asesmen

diagnotik dan model pembelajaran project based learning terhadap hasil

belajar geografi.

1.5 Temuan Penelitian

Temuan pada penelitian yang dilaksanakan ialah beda hasil belajar


56

geografi diantara mobile learning terhadap pembelajaran memakai model

project based learning serta pembelajaran konvensional (tanya jawab,

ceramah,diskusi). Siswa dengan proses pembelajaran dengan memakai

model pembelajaran project based learning mempunyai rerata hasil belajar

yang tinggi daripada peserta didik yang proses pembelajarannya memakai

model pembelajaran konvensional. Adanya beda hasil belajar antara

asesmen diagnostik kognitif serta non kognitif. Selain itu, ada interaksi

asesmen diagnostik dan mobile learning dalam model pembelajaran project

based learning pada hasil pembelajaran. Hal tersebut dibuktikan dengan

hasil belajar peserta didik dikelas ekperimen yang memakai model

pembelajaran project based learning dan asesmen diagnostik lebih unggul

daripada dengan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional

(ceramah, diskusi dan tanya jawab).


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Penerapan Asesmen Diagnostik Terhadap Hasil Belajar

Geografi

Didasarkan dari hasil two way anova didapat nilai signifikan 0,006 <

0,005, ditolak H0 hingga terdapat pengaruh. Terbukti bahwa rata – rata perbedaan

asesmen diagnostik kognitif dan non kognitif diantara kelas ekperimen dengan

kelas kontrol. Beda pada kognitif serta non kognitif dikelas ekperimen yang

memakai model pembelajaran project based learning ataupun dikelas kontrol

yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Hasil penelitian yang didapat menunjukkan jika kelas eksperimen yang

memakai model pembelajaran project based learning adalah pada kelompok

dengan asesmen diagnostik kognitif 70,90 dan non kognitif 84,44. Pada kelas

kontrol yang memakai konvensional dan asesmen diagnostik kognitif 71,10 dan

non kognitif 84,33.

Model pembelajaran Project Based Learning adalah sebuah model

pembelajaran yang diaplikasikan oleh guru pada proses belajar mengajar agar

meraih tujuan dari belajar mengajar. Model pembelajaran Project Based Learning

dapat memberi pengaruh yang positif terhadap siswa contohnya ialah

kepercayaan, sikap, serta persepsi diri yang lebih baik. Selain itu, bisa membuat

peningkatan pada kterampilan sosial, komunikasi, kerjasama, serta kesadaran

terhadap lingkungannya menjadi lebih baik. Model pembelajaran Project Based

Learning mendorong untuk pertumbuhan serta kesehatan peserta didik

57
58

dikarenakan fisik peserta didik ikut bebas bergerak dan aktif, memberikan

peluang secara luas untuk peserta didik dalam melakukan komonukasi terhadap

orang lainnya, dan membuat peningkatan aktifnya peserta didik didalam

pembelajaran.

Model pembelajaran Project Based Learning memberikan kesempatan

bagi peserta didik agar secara langsung bersentuhan pada dunia yang

sesungguhnya serta meberikan sebuah pengalaman unik yang tak didapat didalam

kelas ataupun dengan textbook. Pada kegiatan belajar mengajar peserta didik tak

cuma memiliki peran menjadi penerima pembelajaran lewat penerangan tenaga

pendidik dengan cara verbal, namun juga memiliki peran untu mencari sendiri inti

sebuah materi pelajaran tersebut. Kegiatan belajar mengajar melalui model belajar

Project Based Learning sebagai sebuah upaya sehingga belajar menjadi

bermakna, efektif, dan menyenangkan.

Sebuah keunggulan model pembelajaran Project Based Learning yang

ditemukan dalam penelitian yang dilaksanakan ialah semua kegiatan yang

dilaksanakan peserta duduj diberi arah dalam menemukan serta mencari sendiri

dari sebuah suatu yang ditanyakan, sehingga dapat menciptakan sikap percayadiri

dan motivasi untukbelajar. Dalam hal ini siswa memperoleh ilmu terbaru yang

asalnya dari mendapatkan sendiri dengan penelitian dilapangan/pengamatan, tidak

dari tenaga pendidik. Peserta didik bisa melaksanakan pembelajaran dengan bebas

tanpa tekanan atau paksaan. Melalui kondisi pembelajaran yang demikian, bisa

cenderung membuat kreatifitas berpikir, menjalankan identifikasi dan menumukan

pemecahan permasalahan dengan humanis dan terintegritas mengikuti pada situasi

dan kondisi yang ditemui dilapangan.


59

Hal tersbut menemukan sesuat yang baru dan memperlihatkan jika melalui

pemakaian model pembelajaran Project Based Learning memiliki pengaruh

positif pada kemampuan pikir spasial siswa. Selain itu, dapat meningkatkan

aktivitas dan kreativitasnya dalam menemukan suatu fenomena di lingkungan

sekitarnya. Hal tersebut sesuai dengan temuan hasil dari Amirudin, Fatchan, dan

Sumarmi (2009) penelitiannya memperlihatkan jika belajar studi lapangan atau

Project Based Learning bisa membuat peningkatan kegiatan serta kreatifitas dan

kemampuan menulis karya ilmiah peserta didik. Dampak selanjutnya adalah

menimbulkan kekritisan dan keberanian serta mencintai lingkungan bagi siswa

ketika mengikuti proses pembelajaran di kelas.

Tenaga pendidik menolong menyatukan ilmu lama peserta didik dan ilmu

barunya yang diperoleh melalui hasil pengamatan, hingga tenaga pendidik

menjadi pengarah dan penerapan ide mereka. Oleh karena itu, strategi

pembelajaran yang lebih penting dibanding hasil pembelajaran (Nurhadi, 2002).

Selanjutnya, bisa disebut jika belajar kontekstual yang berkaitan pada interaksi

yang kuat diantara siswa terhadap pengalaman yang nyata.

Didalam sesuatu itu peserta didik mendapati bagaimana yang di pelajari

tidak cuma seperti apa yang mereka ketahui. Dari pernyataan itu terlihat jika

belajar kontekstual tercipta jika peserta didik mengaplikasikan serta mendapati

bagaimana yang lagi diberikan dan memiliki acuan terhadap setiap permasalahan

dunia sesungguhnya yang memiliki hubungan pda peranan serta pertanggung

jawaban peserta didik pada proses belajarnya.

Kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran Project Based

Learning dapat menciptakan proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan
60

menyenangkan bagi siswa. Kegiatan interaksi jalannya kan lancar apabila terdapat

banyak peserta didik secara aktif daripada tenaga pendidik. Dengan demikian,

model pembelajaran Project Based Learning bisa menciptakan keaktifan peserta

didik untuk mencari serta menemukan serta menganalisis sendiri fenomena yang

ditemukan sesuai dengan materi belajar, hingga bisa mewujudkan kemampuan

berpikir spasialnya sendiri. Kemampuan hasil belajardi peserta didik siswa dapat

terwujud apabila peserta didik bisa mengkonstruksikan makna setiap pesan dari

pembelajaran antara lain komunikasi lisan maupun tulisan terhadap suatu

fenomena yang ditemukan. Peserta didik dapat paham sebuah ilmu terbaru yang di

integrasikan itu melalui skema skema serta kognitif yang terdapat pada dirinya.

Kegiatan belajar mengajar memakai model pembelajaran Project Based

Learning dapat memberikan daya ingat peserta didik lebih lama dikarenakan

model pembelajaran Project Based Learning bisa membuat maksimal kerja dua

belah otak. Hal tersebut pastinya memberikan memori yang lebih lama hingga

dapat informasi dengan cepat, dikarenakan pada model pembelajaran Project

Based Learning peserta didik diberikan kesempatan dalam memahami setiap

konsep berdasarkan hasil pengamatan menyesuaikan pada kreatifitas serta

harapannya. Hal ini sesuai dengan temuan Cross (1984) di Lown dan California

menjelaskan jika penghargaan pada hasil pembelajaran menciptakan lingkungan

yang mendukung, orientasi faktor sosiol budaya serta geografi, dan keberadaan

keadaan penduduk bisa memunculkan sikap yang positif terhadap pembelajar.

Dengan demikian, model pembelajaran yang dilaksanakan wajib terkait dengan

keterampilan hidup (life skill) untuk setiap siswa (Cross, 1992).


61

Peserta didik secara umum mengharapkan materi pembelajaran yang

didapat pada kegiatan pembelajaran yang nyata sesuai pengamatannya akan

sebagai suatu ingatan dalam kurun waktu yang lama. Sebuah cara yang dijalankan

sebagian peserta didik ialah menulis seluruh materi yang diperoleh pada kegiatan

pembelajaran (hal tersebut dilaksanakan pula oleh peserta didik dikelas kontrol).

Pencatatan bertujuan agar menolong mengingat sebuah informasi yang disimpan

pada memori dengan tidak harus mengulangi informasi. Aktivitas pencatatan yang

dilaksanakan peserta didik dikelas kontrol adalah pencatata ndengan wujud tulisan

penjelasan materi ataupun membuat Salinan pelajaran dari tenaga pendidik,

hingga cataan kelihatannya membosankan dan monoton. Hasil pencatatan yang

tak menarik ataupun aktivitasn pencatatan yang tak memiliki kesan menimbulkan

perasaan jenuh peserta didik saat pembelajaran, yang pastinya hal tersebut

berpengaruh pada peserta didik untuk pahan pada kosep yang diajarkan.

Pembelajaran menggunakan model pembelajaran Project Based Learning

bsia memberi efek yang mebahagiakan serta tak membosankan, hingga peserta

didik bisa lebih rileks dalam proses pembelajaran. Siswa pada saat melakukan

pengamatan di luar kelas berdasarkan materi pembelajaran, memotivasi siswa

dalam proses pembelajarannya hingga tak membosankan didalam kelas. Kondisi

belajar secara santai bisa memnimbulkan peserta didik pada keadaan emosi yang

jauh baik daripada kondisi pembelajaran menggunakan pembelajaran

konvensional yang memiliki kesan senantiasa tidak berubah hingga relatif

menajdikan peserta didik siswa mengalami kejenuhan pada proses pembelajaran.

Rasa ketenangan dan kenyamanan benar-benar mendorong peserta didik

belajar secara lebih memiliki kesan dan bermakna, nantinya bisa memberi belajar
62

yang memiliki pengalaman (tak muda terlupa oleh peserta didik). Skenario pada

model pembelajaran Project Based Learning, peserta didik dimintai agar

mencurahkan setiap ide atau gagasan yang terdapat pada otaknya untuk

menganalisis temuan mereka.

Aktivitas itu pastinya benar-benar beda jauh dibanding pada pembelajaran

konvensional yang memiliki focus lebih terhadap sebuah aktivitas mencatat,

mendengarkan, maupun berbicara secukupnya. Metode ceramah dirasa tidak dapat

membuat keadaan belajar yang bermacam serta membuat senang hingga peserta

didik cenderung bosan ketika pembelajaran yang membuat berpengaruh bagi

peserta didik supaya memahami suatu bahan yang dipelajari.

5.2 Pengaruh Penerapan Mobile Learning Dalam Model Pembelajaran

Project Based Learning Terhadap Hasil Belajar Geografi

Hasil uji hipotesis memperlihatkan jika mobile learning dalam model

pembelajaran project based learning memiliki pengaruh signifikan pada hasil

belajar geografi. Pengaruh yang signifikan dikarenakan terdapat perlakuan yang

beda diantara dua kelas. Kelas ekperimen dengan memakai mobile learning dalam

model pembelajaran project based learning mempunyai nilai yang tinggi atau

unggul daripada dikelas kontrol dengan memakai pembelajaran konvensional

(tanya jawab, ceramah, diskusi).

Hasil penelitian yang diperoleh sebelum diberi perlakuan, hasil pretest

menunjukkan bahwa nilai rerata hasil belajar dikelas ekperimen dengan nilai

73,05 serta pada kelas kontrol dengan nilai 73,05. Hal itu memperlihatkan jika

seluruh subyek 72 peserta didik, hasil siswa terdapat dikategori baik. Fakta
63

tersebut memperlihatkan jika setia peserta didik telah mempunyai nilai yang

hampir mendekati KKM. Sesudah pemberian perlakuan, dengan kuantitatif

adanya nilai rerata meningkat pada hasil belajar dikelas eksperimen serta dokelas

kontrol.

Nilai rerata posttest yang didapat dikelas eksperimen ialah 82,11 dan kelas

kontrol ialah 83,22. Nilai tersebut memerlihatkan jika hasil belajar dikelas

eksperimen serta kelas kontrol ada dikategori sangat baik. Nilai tersebut juga

menjelaskan bahwa hasil belajar dikelas eksperimen dan dikelas kontrol terdapat

dikategori sangat baik dan terdapat diatas nilai KKM. Terdapatnya meningkat

pada kategori hasil belajar dikelas eksperimen dari baik ke sangat baik

memperlihatkan jika perlakuan model project based learning yang diterapkan

memberi pengaruh positif pada hasil belajar geografi.

Peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol juga

bisa terlihat pada hasil rata – rata gain score. Rerata nilai gain score hasil belajar

kelas eksperimen 9,05 % lebih tinggi dari kelas kontrol sebesar 6,83%. Selisih

rata – rata kedua kelas yakni 2,22%. Hasil tersebut membuktikan bahwa gain

score yang didapat kelas ekperimen lebih tinggi daripada dengan kelas kontrol.

Hasil uji homogenitas yang diperoleh di taraf signifikansi 95% diperoleh nilai sig

0,834 > 0,05 berarti kedua kelas memiliki data yang homogen. Selain itu, hasil

two way anova juga menunjukkan bahwa mobile learning dalam model

pembelajaran project based learning memiliki pengaruh pada hasil belajar

geografi dengan nilai signifikansi 0,006 < 0,05.

Cara belajar benar-benar dibutuhkan pada proses belajar mengajar

dikarenakan dengan modal gaya belajar peserta didik bisa mendapat informasi
64

yang didapatkan lalu mengolah dan mengaturnyanya dengan baik setelah kegiatan

pembelajaran. Peserta didik yang mempunyai gaya belajar visual secara umum

lebih suka input visual. Peserta didik yang menggunakan gaya belajar auditor

menyukai saran yang sifatnya audio. Peserta didik yang memiliki gaya belajar

kinestik suka pada saran fisik, dia mau belajar mengenai sebuah hal lewat

manipulasi semua hal melalu sentuhan, rasa serta kegiatan (DePorter & Hernacki,

2000).

Pengalaman belajar dengan langsung diperoleh melalui cara belajar

mengingat dan melihat, belajar melalui pendengaran, serta belajar melalui emosi

dan gerak. Saat cara belajar peserta didik bisa diakomodir pada suatu model

belajar mengajar yang beanr, lalu bisa menolong peserta didik pahan bahan yang

diajarkan. Hal tersebut dikarenakan peserta didik dibuat mudah pada kegiatan

menyerap info bahan yang diajarkan itu. Makin banyaknya informasi yang dapat

peserta didik serap, lalu nanti makub meningkat juga kemampuan hasil

belajarpeserta didik.

Pernyataan di atas pula selaras pada teori kognitif mengenai memproses

informasi. Dijelaskan oleh Anderson (1980), melalukan proses pada informasi

memiliki definisi mengenai seperti apa peserta didi dalam membuat persepsi,

melakukan organisasim serta mengingat seberapa banyak informasi yang didapat

seseorang dari lingkungannya. Pengaplikasian teori mengelola informasi adalam

proses pembelajaran terdapat 3 tahap yakni: (1) perhatian pada stimulus:

pemrosesan sistem informasi pada memori peserta didik diawali saat isyarat fisik

di terima pencatat sensor lewat indera (kinestetik, visual, auditori,). Ditahap ini

modalitas bekerja, kemudian isyarat fisik menyimpannya sementa lalu diolah pada
65

sistem memori, (2) meng-kode stimulus: stimulus diproses menjadi informasi

aktif atau akan lebih lanjut ataupun tak sampai memori jangka panjang menjadi

memori yang aktif, lalu dibutuhkan pengolahan secara lanjut. Proses ini yang

dikatakan pengkodean yakni mengubah stimulus hingga bisa di simpan, dan

ketika waktu lainnya disa dimunculkan lagi secara mudah, dan (3) penyimpanan

dan retrieval: pengkodean ditujukan supaya informasi tersimpan untuk

penyimpanan didalam memori dalam waktu yang lama agar bisa teringat ketika

dibutuhkan.

Dalam proses tersebut, benar-benar tergantung pada seperti apa info itu

tersimpan danbagaimana hubungan info tersebut pada info sebelum dari memori

jangka panjangnya. Untuk peserta didik yang memiliki gaya pembelajaran visual,

nantinya memudahkan untuk menerima info melalui pertolongan media 2 dimensi

contohnya memakai peta, globe, gambar, grafik, chart dan lain sebagainya.

Peserta didik yang mempunyai gaya belajar auditor nanti akan mudah menerima

info lewat pendengaran ataupun sebuah yang dikomunikasikan melalui media

audio. Peserta didik yang memiliki gaya belajar kinestik, nantnya mudah

menerima info dengan melaksanakan sebuah aktivitas, seperti membuat model,

eksperimen, memanipulasi sesuatu dan lain-lain yang memiliki hubungan pada

sistem pergerakan (Meier, 2000).

Kelas eksperimen yang memakai model pembelajaran project based

learning, siswa dengan gaya belajar visual bisa menyerap materi dengan

memperhatikan setiap proses interaksi diantara tenaga pendidik dan peserta didik ,

peserata didik dan peserta didik, kelompok dan kelompok serta mencatat atau

membuat materi sesuai hasil pengamatannya. Ketika hal tersebut berlangsung,


66

stimulus (informasi materi pelajaran) yang diterima oleh indra tubuh peserta

didik, yakni mata atau visual lalu diteruskan sebagai persepsi. Persepsi adalah

tahapan kognitif ketika peserta didik sadar akan sensasi yang dikarenakan oleh

stimulus dan interpretasi informasi dari pengalaman atau pengetahuannya.

Proses persepsi terdiri atas 2 tahapan, yakni deteksi dan rekognisi. Deteksi

berlangsung ketika peserta didik sadar terdapatnya stimulus, dan rekognisi

berlangsung saat peserta didik menginterpretasikan arti dari stimulus itu dan

membuat identifikasinya dengan pengalaman atau pengetahuan sebelumnya.

Project based learning membantu siswa menggambarkan pengalaman nyata agar

terlihat hubungan dan pola dari informasi baru agar tersimpan pada memori.

Lewat model pembelajaran project based learning, dimungkinkan peserta didik

menciptakan koneksi, melihat pola, mengakses memori yang memiliki kaitan dan

sudah disimpan sebelum itu serta melalukan pengembangan jalur memori yang

telah terdapat sebelum itu (Wilis, 2011).

Untuk peserta didik yang memiliki gaya belajar auditori bisa mendapat

materi pembelajaran melalui pendengarannya dari penerangan guru, melakukan

diskusi atau mendengar diskusi serta mengungkapkannya lewat verbal/presentasi

hasil pengamatan di luar kelas yang telah dirancang dalam bentuk karya tulis

ilmiah. Peserta didik yang memiliki gaya belajar auditori mempunyai kemampuan

lebih dalam verbal ketika berdiskusi. Peserta didik yang memiliki gaya belajar

auditori terlihat lebih dominan didalam menyuarakan pendapat. Hal tersebut bisa

menolong peserta didk didalam memahami bahan yang diajarkan. Sesudah peserta

didik mendengarkan penerangan oleh gurunya, lalu diulang informasi lewat


67

mempresentasikan hasil pengamatannya, lalu terjadilah proses pengulangan

informasi di otak.

Saat otak menerima informasi yang di ulang pada sejumlah cara ada suatu

proses penyiagaan dalam mengkode informasi itu menjadi lebih efektif dan

efisien. Peserta didik yang memiliki gaya belajar auditori ketika menulis karya

tulis ilmiah pada model pembelajaran Project based learning, lalu

mempresentasikan didepan kelasnya, membuat terjadi penyimpanan memori

jangka panjang dan pemanggilan kembali yang lebih baik dibandingkan hanya

menghafal pengertian suatu kata (Wilis, 2011).

Peserta didik yang memiliki gaya belajar kinestik bisa menyerap bahn

pembelajaran lewar melalukan aktivitas ketika mengamati setiap fenomena,

menggambarkan berdasarkan kreatifitasnya, dan ketika melakukan pengamatan

melalui melihat langsung objek sesungguhnya. Untuk peserta didik yang memiliki

gaya belajar kinestik, kenyamanan belajar akan diperoleh dan menyenangkan

apabila fisik dan Gerakan tubuh terlibat ketika kegiatan belajar mengajar. Diantara

aktivitas peserta didik di model pembelajaran Project based learning ialah metode

pembelajaran yang memaai proyek atau aktivitas menjadi media.

Kegiatan proses pembelajaran melalui model pembelajaran Project based

learning melibatkan pergerakan tangan untuk membuat dan mengetahui titik

koordinat keberadaan suatu fenomena. Proses pergerakan tangan secara terus

terusan dalam menghubungkan konsep tersebu bisa membuat peningkatan kerja

otak terhadap peserta didik, hingga kemampuan dalam memahami konsep pada

bahan pembelajaran bisa maksimal secara langsung. Aktivitas pengamatan

dilapangan yang mengikutsertakan aktivitas gerakan tubuh, bisa pula menolong


68

peserta didik untuk paham bahan pembelajaran. Bagi siswa yang memiliki gaya

belajar kinestetik,semakin banyak gerakan tubuh pada kegiatan belajar mengajar,

maka nanti makin banyak informasi yang didapat. Hal tersebut dikarenakan

isyarat tubuh dan gerakan bisa membuat rangsangan bertambah jalur dalam

menyimpan informasi (Sprenger, 2011).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik yang memiliki gaya

belajar visual dan kinestetik lebih tinggi dibandingkan yang memiliki gaya belajar

auditori pada hasil belajar peserta didik. Hal itu membuktikan jika perbedaan

ketiga domain gaya belajar (visual, auditori, dan kinestetik) terlihat bahwa kedua

gaya belajar visual dan kinestetik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

hasil belajar siswa. Tingkat penguasaan kemampuan hasil belajar siswa semakin

tinggi dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar.

Siswa akan menemukan fenomena yang dipelajari melalui hasil pengamatannya.

5.3 Interaksi Antara Asesmen Diagnostik dan Mobile Learning Dalam

Model Pembelajaran Project Based Learning Terhadap Hasil Belajar

Geografi

Hasil analisis hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

terdapat interaksi antara asesmen diagnostik dan mobile learning dalam

model pembelajaran project based learning terhadap hasil belajar. Hasil ini

ditunjukkan dengan hasil uji two way anova yang menunjukkan nilai

signifikansi 0,035 < 0,05, maka ada interaksi antara asesmen diagnostik dan

mobile learning dalam model pembelajaran project based learning terhadap

hasil belajar.
69

Adanya interaksi antara pembelajaran Penerapan Asesmen

Diagnostik Dan Mobile Learning dalam Model Pembelajaran Project Based

Learning Terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa SMA Negeri 2

Kayuagung, membuktikan bahwa kemampuan Pembelajaran Project Based

Learning terhadap hasil belajar geografi yang dihasilkan oleh siswa

dipengaruhi oleh pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran

Project Based Learning dalam proses pembelajarannya.

Selain penggunaan model pembelajaran yang berpengaruh terhadap

kemampuan berpikir spasial, juga dipengaruhi oleh ketiga domain gaya

belajar peserta didik (kinestetik, visual, auditori) yang dimiliki siswa. Gaya

belajar siswa berpengaruh ketika siswa menerima dan memproses informasi

yang diperolehnya melalui pengamatan langsung di lapangan pada materi

kearifan dalam pemanfaatan sumberdaya alam dengan menggunakan model

pembelajaran Project Based Learning.

Model pembelajaran Project Based Learning membantu siswa agar

mudah menyerap materi dan bahan itu bisa teringat pada kurun waktu lama

supaya setiap konsep yang sudah didapat bisa dipakai dalam menyelesaikan

fenomena yang ditemukan dikehidupan kesehariannya. Melalui tahu gaya

belajar peserta didik, maka tenaga pendidik nantinya dimudahkan dalam

penyampaian bahan pembelajaran memalui dengan model pembelajaran

yang mengikuti pada ciri-ciri peserta didik. Carin & Sund (1989)

menyebutkan jika:

Setiap tindakan yang Anda lakukan untuk membimbing siswa Anda dalam
pembelajaran mereka dapat disebut metode pengajaran Anda. Beberapa
pendidik sains telah mengelompokkan dua jenis transaksi guru/siswa ini ke
dalam taksonomi tiga kelompok besar pengajaran umum. 1) menyimak-
70

berbicara: belajar auditori, siswa belajar dengan mendengar, 2)


membaca-menulis: belajar visual, siswa belajar dengan melihat, 3)
mengamati-melakukan: belajar kinestetik, siswa belajar dengan
melakukan.

Model pembelajaran Project Based Learning mampu meningkatkan

kemampuan berpikir spasial. Siswa dikatakan mampu memiliki kemampuan

hasil belajar apabila siswa tersebut mampu mengkonstruksikan makna

pesan-pesan dalam proses pembelajaran melalui pengamatan langsung di

lapangan. Selain itu, mampu mengklasifikasikan dan

mengkomunikasikannya baik antar siswa maupun dengan guru, mampu

menyimpulkan, mampu dalam menulis hasil pengamatan melalui karya tulis

ilmiah, dan mampu dalam mempresentasikannya.

Hal tersebut selaras pada Fatchan (2013) jika pesert didik bisa berpikir

sesuai dengan hasil pengamatannya di lapangan berdasarkan setiap langkah

antara lain: 1) mengamati; aktivitas ketika siswa melaksanakan pengamatan

pada obyek ataupun bahan pembelajaran dilapangan kemudian dilaksanakan

tanya-jawab, wawancara, ataupun dialog baik pada sesama siswa, guru,

maupun masyarakat setempat, 2) mengklasifikasikan; siswa melaksanakan

aktifitas membuat klasifikasi bermcam temuan hasil pengamatan atau

wawancara pada obyek atau subyek maupun bahan pembelajaran dilapangan

didasari pada sebuah kriteria, 3) mengkomunikasikan; siswa melaksanakan

aktivitas tanya jawab, diskusi, mengenai apa yang diamati antar mereka

ataupun bersama tenaga pendidik maupun subyek masyarakat menjadi ajang

studi lapangan, 4) mengukur; siswa melaksanakan aktivitas perhitungan

pada obyek maupun subyek yang diteliti, 5) memprediksi; setelah siswa


71

melaksanakan aktivitas perhitungan pada obyek ataupun subyek yang

diteliti, kemudian melaksanakan prediksi mengenai apa yang terjadi ke

depan didasari dari penghitungan yang sudah dilaksanakan, 6)

menyimpulkan; bermacam aktivitas pengukuran, observasi, dan sejumlah

predeksi yang dicatat sisw pada obyek maupun subyek yang diteliti, lalu

dilaksanakan usaha membuat kesimpulan, 7) menulis hasil laporan;

bermacam tahap aktivitas yang sudah dilaksanakan oleh sejumlah siswa

untuk melaksanakan aktivitas observasi atau wawancara lapangan lalu

dilaksanakan penyusunan laporan hasul pengamatan, 8) mempresentasikan;

hasil laporan yang berwujud laporan karya tulis ilmiah lalu di tidak lanjut

oleh setiap tenaga pendidik melalui presentasikan di depan kelas.


72
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian, maka dapat

disimpulkan bahwa : pertama, Asesmen diagnostik berpengaruh signifikan

terhadap hasil belajar. Hasil uji hipotesis two way anova menunjukkan perbedaan

asesmen diagnostik berpengaruh terhadap hasil belajar dengan nilai signifikasi

0,008. Rata – rata hasil belajar dengan asesmen diagnostik kognitif sebesar 71,10

dan asesmen diagnostik non kognitif sebesar 84,44. Kedua, terdapat pengaruh

mobile learning berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar. Hasil uji hipotesis

two way anova menunjukkan bahwa mobile learning dengan menggunakan model

pembelajaran project based learning berpengaruh terhadap hasil belajar dengan

nilai signifikan 0,006 < 0.05. Hal tersebut membuktikan bahwa rata – rata hasil

belajar kelas ekperimen yang menggunakan model pembelajaran project based

learning lebih tinggi daripada kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran

konvensional (ceramah, diskusi dan tanya jawab).

Ketiga, ada interaksi asesmen diagnostik dan mobile learning dalam model

pembelajaran project based learning. Hal ini ditunjukkan dnegan hasil uji

hipotesis two way anova yang menunjukkan nilai signifikansi 0,035. Terbukti

bahwa hasil belajar kelas eksperimen dengan asesmen diagnostik dan mobile

learning dalam model pembelajaran project based learning lebih unggul

dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran

konvensional (ceramah, diskusi dan tanya jawab).

73
74

6.1 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, maka dapat disarankan sebagai

berikut. pertama, guru mata pelajaran geografi dapat menggunakan model project

based learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa, karena terbukti dari hasil

penelitian ini memberikan hasil yang baik. Dalam proses pembelajaran guru juga

memperhatikan dari sisi kognitif dan non kognitif siswa karena bisa memberikan

hasil belajar yang baik.

Selain itu, dalam pelaksanaan proses pembelajaran tetap memperhatikan

dari sisi asesmen diagnostik karena ada 2 macam yaitu kognitif dan non kognitif

karena memberikan dampak baik juga terhadap hasil belajar. Selanjutnya,

penelitian ini dapat dijadikan landasan bagi peneliti selanjutnya agar

menggunakan model project based learning untuk melihat hasil belajar siswa

dengan mencoba variabel antara yang berbeda. Selain itu, dapat menggunakan

model project based learning terhadap variabel lainya.


DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, A., Siswandari, S., & Sudiyanto, S. (2018). Penerapan Model Problem
Based Learning dan Assessment Terhadap Kompetensi Siswa di SMK.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Administrasi Perkantoran, 0(0).
https://jurnal.uns.ac.id/snpap/article/view/27886

Anggraini, D., Tampubolon, B., & Tipaanasi, P. (2016). Pengaruh Penerapan


Model Pembelajaran Project Based Learning Pada Pembelajaran. Vol 9,
No, 1–9.

Arikunto, S. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi) Cetakan ke-


5. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2010). Metode peneltian. Jakarta: Rineka Cipta.


Arikunto, S. (2019). Prosedur penelitian.

Bintarto, R. (n.d.). dan Surastopo Hadisumarno, 1987. Metode Analisa Geografi.

Darmayanti, T., Setiani, M. Y., & Oetojo, B. (2007). E-learning pada pendidikan
jarak jauh: konsep yang mengubah metode pembelajaran di perguruan tinggi
di Indonesia. Jurnal Pendidikan Terbuka Dan Jarak Jauh, 8(2), 99–113.

Darmiyati, D. (2007). Implementasi Asesmen Diagnostik dalam Upaya


Meningkatkan Hasil Belajar Matematika di SD Kota Banjarbaru Kalimantan
Selatan. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 13(67), 509–531.
https://doi.org/10.24832/jpnk.v13i67.376

Djaali, P. M., & Muljono, P. (2008). Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan:


Jakarta. Grasindo.

Djamarah, S. B. (2000). Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif. Rineka
cipta.

Fikri, M., Ananda, M. Z., Faizah, N., Rahmani, R., Elian, S. A., & Suryanda, A.
(2021). KENDALA DALAM PEMBELAJARAN JARAK JAUH DI MASA
PANDEMI COVID-19 : SEBUAH KAJIAN KRITIS. 9(1), 145–148.

Final-Salinan-Kepmendikbudristek-No-371-Tahun-2021-ttg-PSP.pdf - Google
Drive. (n.d.). Retrieved January 20, 2022, from
https://drive.google.com/file/d/1J3Uk0GCTFkGnkm2Ad1cSeBvnAUj7BZoo
/view

Firmanzah, D., & Sudibyo, E. (2021). Implementasi Asesmen Diagnostik Dalam


Pembelajaran Ipa Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Smp/Mts Wilayah
Menganti, Gresik. Pensa E-Jurnal : Pendidikan Sains, 9(2), 165–170.

75
76

https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/pensa/index

Gikas, J., & Grant, M. M. (2013). Mobile computing devices in higher education:
Student perspectives on learning with cellphones, smartphones & social
media. The Internet and Higher Education, 19, 18–26.
https://doi.org/10.1016/J.IHEDUC.2013.06.002

Hartati, Y. (2018). Evaluasi Integrasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran


Ips Evaluation of Character Education Integration in Learning Social. Jurnal
Sosial Humaniora, 9, 80–89.

Hasanah, N. (2015). Pengaruh model project based learning terhadap hasil


belajar geofrafi SMA materi pemanfaatan sumber daya alam dengan prinsip
ekoefisiensi. Universitas Negeri Malang.

Irnawati, I. R., Sanjoto, T. B., & Sriyono, S. (2019). Efektivas Penggunaan Model
Pembelajaran Project Based Learning (PjBl) dengan Problem Based
Learning (PBL) pada Materi Interpretasi Citra. Edu Geography, 7(1), 40–46.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edugeo/article/view/30133

Kartono, R. D. P., & Wardono. (2019). Students ’ Mathematical Literacy Ability


in Learning Using Rally Coach-Schoology Model with Diagnostik
Assessment. Unnes Journal of Mathematics Education Research, 8(2), 236–
247. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujmer/article/view/28626

Kemdikbud. (2020). Kepmendikbud Nomor 719/P/2020 tentang Pedoman


Pelaksanaan Kurikulum pada Satuan Pendidikan dalam Kondisi Khusus.
Www.Kemdikbud.Go.Id, 022651, 9.
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/08/kemendikbud-terbitkan-
kurikulum-darurat-pada-satuan-pendidikan-dalam-kondisi-khusus
Kemendikbud. (2021a). Asesmen Diagnostik. 2020, 1–17.

Kemendikbud. (2021b). Asesmen Diagnostik. 1–17.

Nasional, D. P. (2006). Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi.


Jakarta: Depdiknas.

Németh, J., & Long, J. G. (2012). Assessing learning outcomes in US planning


studio courses. Journal of Planning Education and Research, 32(4), 476–
490.

Nurfa, N. N., & Nana. (2020). Pengaruh Model Project Based Learning
Terintegrasi 21. Jurnal Penelitian Pendidikan Fisika, 5(2), 109–115.

Nurhasanah, S., & Sobandi, A. (2016). Minat Belajar Sebagai Determinan Hasil
Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, 1(1), 128.
https://doi.org/10.17509/jpm.v1i1.3264
77

Rahman, A. (2017). ANALISIS PEMAHAMAN GURU TENTANG ASESMEN


PEMBELAJARAN MATEMATIKA TINGKAT SMP NEGERI DAN SWASTA
DI KABUPATEN MAROS. https://doi.org/10.31227/OSF.IO/YZS76

Rahmawati, E. M., & Mukminan, M. (2018). Pengembangang m-learning untuk


mendukung kemandirian dan hasil belajar mata pelajaran Geografi. Jurnal
Inovasi Teknologi Pendidikan, 4(2), 157.
https://doi.org/10.21831/jitp.v4i2.12726

Romiszowski, A. J. (2016). Designing instructional systems: Decision making in


course planning and curriculum design. Routledge.

Sari, R. T., & Angreni, S. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Project Based
Learning (PjBL) Upaya Peningkatan Kreativitas Mahasiswa. Jurnal
VARIDIKA, 30(1), 79–83. https://doi.org/10.23917/varidika.v30i1.6548

Sekolah Kita. (n.d.). Retrieved January 22, 2022, from


https://sekolah.data.kemdikbud.go.id/index.php/chome/profil/F6B1AAAF-
2EFF-4D0F-B603-694F4F7ED240

Singarimbun, M., & Effendi, S. (2019). Metode penelitian survai.

Sudjana, N. (2009). Hasil proses belajar mengajar. Bandung: Remaja


Rosdakarya.
Sugiyono, D. R. (2009). Metodologi penelitian pendidikan. Bandung Alf.

Sugiyono, P. (2011). Metodologi penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D.


Alpabeta, Bandung.

Sukmayanti, M., Chaerunnisa, H., & Shidiq Santoso, A. (2021). Preliminary


Diagnostik Assessment in Distance Learning at SMAN 1 Pagaden.
Edunesia : Jurnal Ilmiah Pendidikan, 2(2), 503–513.
https://doi.org/10.51276/edu.v2i2.158

Sulastri, S., Supriyati, Y., & Margono, G. (2019). Peningkatan Hasil Belajar
Siswa Melalui Asesmen Diagnostik dalam Pembelajaran Lintas Minat.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan KALUNI, 2, 722–733.

Sumaatmadja, N. (1997). Metodologi pengajaran geografi. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumarmi. (2021). Model-Model Pembelajaran Geografi. Aditya Media


Publishing.

Sutopo Putri dan, E. (2021). Review: Tes Diagnostik Sebagai Tes Formatif Dalam
Pembelajaran Kimia Review: Diagnostik Test As Formative Test in
Chemical Learning. UNESA Journal of Chemical Education, 10(1), 20–27.
78

Syaodih Nana, S. (2005). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Rosda Karya.

Tang, F., & Zhan, P. (2021). Does Diagnostik Feedback Promote Learning?
Evidence From a Longitudinal Cognitive Diagnostik Assessment. AERA
Open, 7(1), 233285842110608. https://doi.org/10.1177/23328584211060804

Terwase, T. N., & Obadare-akpata, O. C. (2018). Diagnostik Assessment : A Tool


for Quality Control in Education. Journal of Educational Research and
Review, 1(1), 17–24.

Utami, R. P., Probosari, R. M., & Fatmawati, U. (2015). Pengaruh Model


Pembelajaran Project Based Learning Berbantu Instagram Terhadap
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas X Sma Negeri 8 Surakarta. Bio-
Pedagogi, 4(1), 47–52. https://jurnal.uns.ac.id/pdg/article/view/5364/4762

Wena, M. (2009). Strategi pembelajaran inovatif kontemporer. Jakarta: Bumi


Aksara.

What is Diagnostik Assessment? - Definition & Examples - Video & Lesson


Transcript | Study.com. (n.d.). Retrieved January 18, 2022, from
https://study.com/academy/lesson/what-is-diagnostik-assessment-definition-
examples.html

Wibowo, G. A. (2014). Eksperimentasi Model Pembelajaran Learning Cycle


(LC) 5E dan LC 5E disertai Assessment for Learning (AfL) pada Materi
Prisma dan Limas Ditinjau dari Adversity Quotient (AQ) Siswa Kelas VIII
SMP Negeri di Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014. UNS
(Sebelas Maret University).
79

LAMPIRAN
80

Nilai Pretest Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen


NILAI PRETEST HASIL BELAJAR SISWA
KELAS EKSPERIMEN (KELAS
X1.S.2)

Butir Soal Total Nilai


No. Res
1 2 3 4 5 Skor Pretest
1 1 1 2 2 2 8 70
2 2 2 2 1 2 9 72
3 2 1 2 2 1 8 77
4 2 2 1 2 2 9 77
5 2 2 2 2 2 10 70
6 2 2 2 1 1 8 80
7 2 1 1 2 2 8 60
8 2 2 2 2 2 10 67
9 2 2 2 2 2 10 66
10 2 2 2 2 2 10 70
11 2 1 2 2 1 8 70
12 2 1 1 1 2 7 74
13 2 2 2 1 2 9 80
14 2 1 1 2 2 8 70
15 1 2 1 1 2 7 80
16 1 2 1 2 2 8 70
17 2 2 2 2 2 10 80
18 1 2 2 2 2 9 80
19 2 2 2 2 2 10 70
20 2 2 1 2 2 9 70
21 2 2 2 2 1 9 60
22 2 2 2 2 2 10 64
23 2 1 1 2 2 8 70
24 2 2 2 2 2 10 70
25 1 1 1 2 2 7 77
26 2 1 2 2 1 8 80
27 1 2 2 2 2 9 80
28 1 1 2 1 1 6 78
29 2 2 2 2 1 9 67
30 2 2 1 1 2 8 80
31 1 1 1 1 1 5 78
32 1 2 1 2 2 8 72
81

33 2 1 2 2 2 9 80
34 1 2 1 1 1 6 70
35 1 2 1 1 2 7 76
36 1 2 2 2 2 9 75
Jumlah 60 60 58 62 63 303 2630
Rata - 1,66 1,66 1,61 1,72 1,7 8,4166 73,055
Rata 7 7 1 2 5 7 6
82

Nilai Posttest Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen


NILAI POSTTEST HASIL BELAJAR SISWA
KELAS EKSPERIMEN (KELAS
X1.S.2)

Butir Soal Nilai


No. Res Total Skor
1 2 3 4 5 Posttest
1 1 1 2 1 2 7 85
2 2 2 2 1 2 9 85
3 2 2 2 2 1 9 87
4 1 2 1 2 2 8 85
5 1 1 2 2 2 8 79
6 2 2 2 1 1 8 86
7 1 1 1 2 2 7 86
8 2 1 2 2 2 9 79
9 2 1 2 2 2 9 79
10 2 2 2 2 2 10 80
11 2 1 2 2 1 8 79
12 2 1 1 1 2 7 76
13 2 2 2 1 2 9 87
14 2 1 1 2 2 8 76
15 1 2 1 1 2 7 85
16 1 2 1 2 2 8 76
17 2 1 1 2 2 8 85
18 1 1 2 1 2 7 84
19 2 2 2 2 2 10 76
20 2 2 1 1 2 8 76
21 2 1 1 1 1 6 80
22 2 2 1 2 2 9 79
23 2 1 2 2 2 9 79
24 2 1 1 2 2 8 79
25 1 2 1 2 2 8 79
26 2 1 2 2 1 8 91
27 1 1 1 2 2 7 87
28 1 1 2 1 1 6 82
29 2 2 2 2 1 9 80
30 2 2 1 1 2 8 83
31 1 1 1 1 1 5 85
32 1 2 1 2 2 8 79
33 2 1 2 2 2 9 86
34 1 2 1 1 1 6 87
83

35 1 2 1 1 2 7 86
36 1 2 2 2 2 9 83
Jumlah 57 54 54 58 63 286 2956
1,58 1, 1, 1,7 82,111
Rata - Rata 3 5 5 1,611 5 7,94444 1
84

Nilai Pretest Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol


NILAI PRETEST HASIL BELAJAR SISWA
KELAS KONTROL (KELAS
X2.S.1)

Butir Soal Total Nilai


No. Res
1 2 3 4 5 Skor Pretest
1 1 1 2 2 2 8 70
2 2 2 2 1 2 9 72
3 2 1 2 2 1 8 77
4 2 2 1 2 2 9 77
5 2 2 2 2 2 10 70
6 2 2 2 1 1 8 80
7 2 1 1 2 2 8 60
8 2 2 2 2 2 10 67
9 2 2 2 2 2 10 66
10 2 2 2 1 2 9 70
11 2 2 2 2 2 10 70
12 2 2 2 2 1 9 74
13 2 2 1 1 2 8 80
14 2 1 1 2 2 8 70
15 1 2 2 2 2 9 80
16 2 2 2 2 2 10 70
17 2 2 2 2 2 10 80
18 2 2 2 2 2 10 80
19 2 2 2 2 2 10 70
20 1 1 2 2 2 8 70
21 2 2 2 2 2 10 60
22 2 2 1 2 2 9 64
23 1 1 2 2 1 7 70
24 1 2 1 2 2 8 70
25 2 1 2 2 2 9 77
26 2 2 2 2 1 9 80
27 1 2 2 2 2 9 80
28 1 2 2 1 1 7 78
29 2 2 2 2 1 9 67
30 2 2 2 1 2 9 80
31 1 2 2 1 1 7 78
32 1 2 1 2 2 8 72
33 2 1 2 2 2 9 80
34 1 2 1 1 1 6 70
35 1 2 1 1 2 7 76
36 1 2 2 2 2 9 75
85

Jumlah 60 64 63 63 63 313 2630


Rata - 1,66 1,77 1,7 1,7 1,7 8,6944 73,055
Rata 7 8 5 5 5 4 6

Nilai Posttest Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol


86

NILAI POSTTEST HASIL BELAJAR SISWA


KELAS KONTROL (KELAS X2.S.1)

No. Res Butir Soal Nilai


Total
Postte
Skor
  1 2 3 4 5 st
1 2 2 2 1 2 9 78
2 2 2 2 1 2 9 84
3 2 2 2 2 1 9 78
4 1 2 2 2 2 9 78
5 1 2 2 2 2 9 78
6 2 2 2 1 1 8 88
7 1 1 1 2 2 7 86
8 2 2 2 2 2 10 82
9 2 2 2 2 2 10 85
10 2 1 2 2 2 9 85
11 2 2 2 1 1 8 78
12 2 1 2 2 2 9 88
13 2 2 2 2 2 10 85
14 2 2 2 2 1 9 85
15 1 2 2 2 1 8 84
16 1 2 2 2 2 9 93
17 2 2 2 2 1 9 86
18 1 2 2 2 1 8 89
19 2 2 2 1 2 9 85
20 2 2 2 2 1 9 81
21 2 2 2 2 2 10 78
22 2 2 2 2 2 10 78
23 2 2 2 2 2 10 85
24 2 2 2 2 1 9 78
25 2 2 2 2 1 9 85
26 2 2 2 1 2 9 87
27 2 2 2 2 2 10 82
28 2 2 2 1 2 9 86
29 2 2 2 2 1 9 85
30 2 2 2 2 2 10 88
31 2 2 2 2 1 9 85
32 2 2 2 2 2 10 81
33 2 2 2 2 2 10 80
34 2 2 2 2 1 9 85
35 2 2 2 1 2 9 78
36 1 2 2 2 2 9 79
Jumlah 65 69 71 64 59 328 2996
87

Rata - 1,80 1,91 1,97 1,77 1,63 9,1111 83,222


Rata 6 7 2 8 9 1 2

GAIN SCORE KELAS EKSPERIMEN


88

E
GAIN
POSTTES
NO PRETEST SCOR
T
E
1 70 85 15
2 72 85 13
3 77 87 10
4 77 85 8
5 70 79 9
6 80 86 6
7 60 86 26
8 67 79 12
9 66 79 13
10 70 80 10
11 70 79 9
12 74 76 2
13 80 87 7
14 70 76 6
15 80 85 5
16 70 76 6
17 80 85 5
18 80 84 4
19 70 76 6
20 70 76 6
21 60 80 20
22 64 79 15
23 70 79 9
24 70 79 9
25 77 79 2
26 80 91 11
27 80 87 7
28 78 82 4
29 67 80 13
30 80 83 3
31 78 85 7
32 72 79 7
33 80 86 6
34 70 87 17
35 76 86 10
36 75 83 8
JUMLAH 2630 2956 326
RATA - 73,055 82,111 9,055
RATA 56 11 6
89

GAIN SCORE KELAS KONTROL

C
90

GAIN
PRETE POSTTE
NO SCOR
ST ST
E
1 65 78 13
2 77 84 7
3 65 78 13
4 60 78 18
5 70 78 8
6 78 88 10
7 76 86 10
8 70 82 12
9 80 85 5
10 70 85 15
11 65 78 13
12 80 88 8
13 80 85 5
14 83 85 2
15 79 84 5
16 83 93 10
17 77 86 9
18 82 89 7
19 80 85 5
20 76 81 5
21 60 78 18
22 78 78 0
23 89 85 -4
24 80 78 -2
25 85 85 0
26 83 87 4
27 78 82 4
28 78 86 8
29 80 85 5
30 80 88 8
31 77 85 8
32 88 81 -7
33 78 80 2
34 75 85 10
35 70 78 8
36 75 79 4
JUMLA
H 2750 2996 246
RATA - 6,833
RATA 76,39 83,222 3
91
Hasil Angket Assesman Diagnostik Siswa Kelas Eksperimen
HASIL ANGKET ASSEMAN DIAGNOSTIK
SISWA
KELAS EKSPERIMEN (KELAS
X1.S.2)

Nomor Butir soal Jumla


No. Res
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 h
1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 33
2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 33
3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 1 1 2 31
4 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 34
5 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 36
6 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 32
7 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 35
8 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 35
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 21
10 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 28
11 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 35
12 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 35
13 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 29
14 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 37
15 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 34
16 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 35
17 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 36
18 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 33

92
93

19 1 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 25
20 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 33
21 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 32
22 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 34
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 20
24 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 36
25 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 27
26 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 34
27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 21
28 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 30
29 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 32
30 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 32
31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 21
32 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 37
33 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 38
34 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 37
35 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 29
36 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 31
JUMLAH 64 62 62 62 56 56 62 56 56 64 57 56 64 64 63 55 64 64 54 1141

Hasil Angket Asesmen Diagnostik Siswa Kelas Kontrol


HASIL ANGKET ASSEMAN DIAGNOSTIK
94

SISWA
KELAS KONTROL (KELAS
X2.S.1)

Nomor Butir soal Jumla


No. Res
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 h
1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 30
2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 25
3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 38
4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 38
5 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 27
6 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 27
7 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 33
8 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 38
9 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 38
10 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 30
11 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 33
12 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 38
13 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 38
14 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 27
15 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2 32
16 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 38
17 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 38
18 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 33
19 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 33
95

20 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 38
21 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 38
22 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 24
23 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 27
24 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 27
25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19
26 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 30
27 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 38
28 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 38
29 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 24
30 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 38
31 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 25
32 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 30
33 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 33
34 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 25
35 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 38
36 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 24
5 6
JUMLAH 8 61 61 58 61 61 61 62 1 61 58 61 62 62 62 62 58 62 58 1150

Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance
96

Pretest_Eksperimen 36 20 60 80 73,06 5,840 34,111


Posttest_Ekperimen 36 15 76 91 82,11 4,062 16,502
Pretest_Kontrol 36 29 60 89 76,39 7,044 49,616
Posttest_Kontrol 36 15 78 93 83,22 3,979 15,835
Valid N (listwise) 36

Uji Validitas
Nilai Pretest Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen

Correlations
soal_1 soal_2 soal_3 soal_4 soal_5 jumlah
soal_1 Pearson Correlation 1 ,000 ,282 ,219 ,000 ,563**
Sig. (2-tailed) 1,000 ,096 ,199 1,000 ,000
N 36 36 36 36 36 36
soal_2 Pearson Correlation ,000 1 ,161 -,044 ,272 ,516**
Sig. (2-tailed) 1,000 ,348 ,800 ,108 ,001
N 36 36 36 36 36 36
soal_3 Pearson Correlation ,282 ,161 1 ,269 -,197 ,582**
Sig. (2-tailed) ,096 ,348 ,113 ,249 ,000
N 36 36 36 36 36 36
soal_4 Pearson Correlation ,219 -,044 ,269 1 ,215 ,601**
Sig. (2-tailed) ,199 ,800 ,113 ,208 ,000
N 36 36 36 36 36 36
soal_5 Pearson Correlation ,000 ,272 -,197 ,215 1 ,447**
Sig. (2-tailed) 1,000 ,108 ,249 ,208 ,006
N 36 36 36 36 36 36
jumlah Pearson Correlation ,563** ,516** ,582** ,601** ,447** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,001 ,000 ,000 ,006
N 36 36 36 36 36 36
97

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sig > 0.05 lihat di kolom jumlah

reliabel
Nilai Pretest Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 36 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 36 100,0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Reliability Statistics
98

Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items

,401 ,400 5

No Reliabilitas Kategori
1 0,800 - 1,000 Sangat tinggi
2 0,600 - 0,799 Tinggi
3 0,400 - 0,500 Cukup
4 0,200 - 0,399 Rendah
5 > 0,200 Sangat rendah

maka dapat disimpulkan tes ini memiliki tingkat reliabilitas cukup.

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

soal_1 1,67 ,478 36


soal_2 1,67 ,478 36
soal_3 1,61 ,494 36
99

soal_4 1,72 ,454 36


soal_5 1,75 ,439 36

Summary Item Statistics

Maximum /
Mean Minimum Maximum Range Minimum Variance N of Items

Item Means 1,683 1,611 1,750 ,139 1,086 ,003 5


Item Variances ,220 ,193 ,244 ,052 1,267 ,000 5
Inter-Item Covariances ,026 -,043 ,067 ,110 -1,556 ,001 5

UJI TINGKAT KESUKARAN


Nilai Pretest Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen

Statistics

soal_1 soal_2 soal_3 soal_4 soal_5

N Valid 36 36 36 36 36

Missing 0 0 0 0 0
Mean 1,67 1,67 1,61 1,72 1,75
Std. Error of Mean ,080 ,080 ,082 ,076 ,073
Median 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00
100

Mode 2 2 2 2 2
Std. Deviation ,478 ,478 ,494 ,454 ,439
Variance ,229 ,229 ,244 ,206 ,193
Range 1 1 1 1 1
Minimum 1 1 1 1 1
Maximum 2 2 2 2 2
Sum 60 60 58 62 63

Analisis : dari hasil yangditunjukkan nilai MEAN pada tabel statistcs ditafsirkan pada rentang tingkat kesukaran, yaitu
0,00 - 0,20 = Sukar
0,21 - 0,70 = Sedang
0,71 - 1,00 = Mudah
Maka untuk soal nomor satu, diperoleh nilai 1,67, 1.72, dan 1.75 yang berarti tingkat kesukaran soal nomor tiga adalah mudah

soal_1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 12 33,3 33,3 33,3

2 24 66,7 66,7 100,0

Total 36 100,0 100,0


101

soal_2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 12 33,3 33,3 33,3

2 24 66,7 66,7 100,0

Total 36 100,0 100,0

soal_3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 14 38,9 38,9 38,9

2 22 61,1 61,1 100,0

Total 36 100,0 100,0

soal_4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 10 27,8 27,8 27,8

2 26 72,2 72,2 100,0


102

Total 36 100,0 100,0

soal_5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 9 25,0 25,0 25,0

2 27 75,0 75,0 100,0

Total 36 100,0 100,0

Daya Pembeda

Correlations
103

soal_1 soal_2 soal_3 soal_4 soal_5 jumlah

soal_1 Pearson Correlation 1 ,000 ,282 ,219 ,000 ,563**

Sig. (2-tailed) 1,000 ,096 ,199 1,000 ,000

N 36 36 36 36 36 36
soal_2 Pearson Correlation ,000 1 ,161 -,044 ,272 ,516**
Sig. (2-tailed) 1,000 ,348 ,800 ,108 ,001
N 36 36 36 36 36 36
soal_3 Pearson Correlation ,282 ,161 1 ,269 -,197 ,582**
Sig. (2-tailed) ,096 ,348 ,113 ,249 ,000
N 36 36 36 36 36 36
soal_4 Pearson Correlation ,219 -,044 ,269 1 ,215 ,601**
Sig. (2-tailed) ,199 ,800 ,113 ,208 ,000
N 36 36 36 36 36 36
soal_5 Pearson Correlation ,000 ,272 -,197 ,215 1 ,447**
Sig. (2-tailed) 1,000 ,108 ,249 ,208 ,006
N 36 36 36 36 36 36
jumlah Pearson Correlation ,563 **
,516 **
,582 **
,601 **
,447 **
1

Sig. (2-tailed) ,000 ,001 ,000 ,000 ,006

N 36 36 36 36 36 36

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


104

Daya Pembeda
Untuk menentukan daya pembeda, maka nilai perhitungan yang digunakan adalah rhitung  pada SPSS yang dibandingkan dengan kriteria :
0.40 – 1.00 = Soal Baik
0.30 – 0.39 = Soal diterima dan diperbaiki
0.20 – 0.29 = Soal Diperbaiki
0.00 – 0.19 = Soal ditolak

Maka hasil yang diperoleh untuk soal nomor satu pada kolom jumlah adalah 0,563 yang berarti SOAL BAIK.
begitu seterusnya
105

Correlations

Soal_1 soal_2 soal_3 soal_4 soal_5 soal_6 soal_7 soal_8 soal_9 soal_

Soal_1 Pearson Correlation 1 -,034 -,034 1,000** -,034 -,034 -,034 ,269 -,034 -,03

Sig. (2-tailed) ,842 ,842 ,000 ,842 ,842 ,842 ,113 ,842 ,84

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
soal_2 Pearson Correlation -,034 1 1,000 **
-,034 1,000 **
1,000 **
1,000 **
,127 1,000 **
1,000
Sig. (2-tailed) ,842 ,000 ,842 ,000 ,000 ,000 ,460 ,000 ,00
N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
soal_3 Pearson Correlation -,034 1,000 **
1 -,034 1,000 **
1,000 **
1,000 **
,127 1,000 **
1,000
Sig. (2-tailed) ,842 ,000 ,842 ,000 ,000 ,000 ,460 ,000 ,00
N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
soal_4 Pearson Correlation 1,000 **
-,034 -,034 1 -,034 -,034 -,034 ,269 -,034 -,03
106

Sig. (2-tailed) ,000 ,842 ,842 ,842 ,842 ,842 ,113 ,842 ,84
N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
soal_5 Pearson Correlation -,034 1,000 **
1,000 **
-,034 1 1,000 **
1,000 **
,127 1,000 **
1,000
Sig. (2-tailed) ,842 ,000 ,000 ,842 ,000 ,000 ,460 ,000 ,00
N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
soal_6 Pearson Correlation -,034 1,000 **
1,000 **
-,034 1,000 **
1 1,000 **
,127 1,000 **
1,000
Sig. (2-tailed) ,842 ,000 ,000 ,842 ,000 ,000 ,460 ,000 ,00
N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
soal_7 Pearson Correlation -,034 1,000** 1,000** -,034 1,000** 1,000** 1 ,127 1,000** 1,000
Sig. (2-tailed) ,842 ,000 ,000 ,842 ,000 ,000 ,460 ,000 ,00
N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
soal_8 Pearson Correlation ,269 ,127 ,127 ,269 ,127 ,127 ,127 1 ,127 ,12
Sig. (2-tailed) ,113 ,460 ,460 ,113 ,460 ,460 ,460 ,460 ,46
N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
soal_9 Pearson Correlation -,034 1,000 **
1,000 **
-,034 1,000 **
1,000 **
1,000 **
,127 1 1,000
Sig. (2-tailed) ,842 ,000 ,000 ,842 ,000 ,000 ,000 ,460 ,00
N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
soal_10 Pearson Correlation -,034 1,000 **
1,000 **
-,034 1,000 **
1,000 **
1,000 **
,127 1,000 **
1
Sig. (2-tailed) ,842 ,000 ,000 ,842 ,000 ,000 ,000 ,460 ,000
N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
soal_11 Pearson Correlation 1,000** -,034 -,034 1,000** -,034 -,034 -,034 ,269 -,034 -,03
Sig. (2-tailed) ,000 ,842 ,842 ,000 ,842 ,842 ,842 ,113 ,842 ,84
N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
107

soal_12 Pearson Correlation -,034 1,000** 1,000** -,034 1,000** 1,000** 1,000** ,127 1,000** 1,000
Sig. (2-tailed) ,842 ,000 ,000 ,842 ,000 ,000 ,000 ,460 ,000 ,00
N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
soal_13 Pearson Correlation ,269 ,127 ,127 ,269 ,127 ,127 ,127 1,000 **
,127 ,12
Sig. (2-tailed) ,113 ,460 ,460 ,113 ,460 ,460 ,460 ,000 ,460 ,46
N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
soal_14 Pearson Correlation ,269 ,127 ,127 ,269 ,127 ,127 ,127 1,000 **
,127 ,12
Sig. (2-tailed) ,113 ,460 ,460 ,113 ,460 ,460 ,460 ,000 ,460 ,46
N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
soal_15 Pearson Correlation ,269 ,127 ,127 ,269 ,127 ,127 ,127 1,000 **
,127 ,12
Sig. (2-tailed) ,113 ,460 ,460 ,113 ,460 ,460 ,460 ,000 ,460 ,46
N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
soal_16 Pearson Correlation ,269 ,127 ,127 ,269 ,127 ,127 ,127 1,000** ,127 ,12
Sig. (2-tailed) ,113 ,460 ,460 ,113 ,460 ,460 ,460 ,000 ,460 ,46
N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
soal_17 Pearson Correlation 1,000 **
-,034 -,034 1,000 **
-,034 -,034 -,034 ,269 -,034 -,03
Sig. (2-tailed) ,000 ,842 ,842 ,000 ,842 ,842 ,842 ,113 ,842 ,84
N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
soal_18 Pearson Correlation ,269 ,127 ,127 ,269 ,127 ,127 ,127 1,000 **
,127 ,12
Sig. (2-tailed) ,113 ,460 ,460 ,113 ,460 ,460 ,460 ,000 ,460 ,46
N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
soal_19 Pearson Correlation 1,000 **
-,034 -,034 1,000 **
-,034 -,034 -,034 ,269 -,034 -,03
Sig. (2-tailed) ,000 ,842 ,842 ,000 ,842 ,842 ,842 ,113 ,842 ,84
108

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
Jumlah Pearson Correlation ,535 **
,695 **
,695 **
,535 **
,695 **
,695 **
,695 **
,672 **
,695 **
,695

Sig. (2-tailed) ,001 ,000 ,000 ,001 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,00

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36

**. Correlation is significant at the 0.01 level

uji validitas ASSESMAN DIAGNOSTIK

uji reliabel

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 36 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 36 100,0
109

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

,921 19

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

Soal_1 30,33 30,286 ,469 ,920


soal_2 30,25 29,564 ,650 ,916
soal_3 30,25 29,564 ,650 ,916
soal_4 30,33 30,286 ,469 ,920
soal_5 30,25 29,564 ,650 ,916
soal_6 30,25 29,564 ,650 ,916
soal_7 30,25 29,564 ,650 ,916
soal_8 30,22 29,778 ,625 ,917
soal_9 30,25 29,564 ,650 ,916
soal_10 30,25 29,564 ,650 ,916
110

soal_11 30,33 30,286 ,469 ,920


soal_12 30,25 29,564 ,650 ,916
soal_13 30,22 29,778 ,625 ,917
soal_14 30,22 29,778 ,625 ,917
soal_15 30,22 29,778 ,625 ,917
soal_16 30,22 29,778 ,625 ,917
soal_17 30,33 30,286 ,469 ,920
soal_18 30,22 29,778 ,625 ,917
soal_19 30,33 30,286 ,469 ,920

reliabel tinggi

uji kesukaran

Statistics

Soal_1 soal_2 soal_3 soal_4 soal_5 soal_6 soal_7 soal_8 soal_9 soal_10 soal_11

N Valid 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 1,61 1,69 1,69 1,61 1,69 1,69 1,69 1,72 1,69 1,69 1,61
111

liat di nilai mean


Analisis : dari hasil yangditunjukkan nilai MEAN pada tabel statistcs ditafsirkan pada rentang tingkat kesukaran, yaitu
0,00 - 0,20 = Sukar
0,21 - 0,70 = Sedang
0,71 - 1,00 = Mudah
Maka untuk soal nomor satu, diperoleh nilai 1,61 dll yang berarti tingkat kesukaran soal nomor satu adalah MUDAH.

Soal_1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 14 38,9 38,9 38,9

2 22 61,1 61,1 100,0

Total 36 100,0 100,0

soal_2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
112

Valid 1 11 30,6 30,6 30,6

2 25 69,4 69,4 100,0

Total 36 100,0 100,0

soal_3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 11 30,6 30,6 30,6

2 25 69,4 69,4 100,0

Total 36 100,0 100,0

soal_4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 14 38,9 38,9 38,9

2 22 61,1 61,1 100,0

Total 36 100,0 100,0


113

soal_5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 11 30,6 30,6 30,6

2 25 69,4 69,4 100,0

Total 36 100,0 100,0

soal_6

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 11 30,6 30,6 30,6

2 25 69,4 69,4 100,0

Total 36 100,0 100,0

soal_7
114

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 11 30,6 30,6 30,6

2 25 69,4 69,4 100,0

Total 36 100,0 100,0

soal_8

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 10 27,8 27,8 27,8

2 26 72,2 72,2 100,0

Total 36 100,0 100,0

soal_9

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 11 30,6 30,6 30,6

2 25 69,4 69,4 100,0

Total 36 100,0 100,0


115

soal_10

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 11 30,6 30,6 30,6

2 25 69,4 69,4 100,0

Total 36 100,0 100,0

soal_11

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 14 38,9 38,9 38,9

2 22 61,1 61,1 100,0

Total 36 100,0 100,0


116

soal_12

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 11 30,6 30,6 30,6

2 25 69,4 69,4 100,0

Total 36 100,0 100,0

soal_13

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 10 27,8 27,8 27,8

2 26 72,2 72,2 100,0

Total 36 100,0 100,0

soal_14
117

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 10 27,8 27,8 27,8

2 26 72,2 72,2 100,0

Total 36 100,0 100,0

soal_15

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 10 27,8 27,8 27,8

2 26 72,2 72,2 100,0

Total 36 100,0 100,0

soal_16

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 10 27,8 27,8 27,8

2 26 72,2 72,2 100,0


118

Total 36 100,0 100,0

soal_17

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 14 38,9 38,9 38,9

2 22 61,1 61,1 100,0

Total 36 100,0 100,0

soal_18

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 10 27,8 27,8 27,8

2 26 72,2 72,2 100,0


119

Total 36 100,0 100,0

soal_19

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 14 38,9 38,9 38,9

2 22 61,1 61,1 100,0

Total 36 100,0 100,0

uji beda

ntuk menentukan daya pembeda, maka nilai perhitungan yang digunakan adalah rhitung  pada SPSS yang dibandingkan dengan kriteria :
0.40 – 1.00 = Soal Baik
0.30 – 0.39 = Soal diterima dan diperbaiki
0.20 – 0.29 = Soal Diperbaiki
0.00 – 0.19 = Soal ditolak
120

Correlations

Soal_1 soal_2 soal_3 soal_4 soal_5 soal_6 soal_7 soal_8 soal_9 soal_
121

Soal_1 Pearson Correlation 1 -,034 -,034 1,000** -,034 -,034 -,034 ,269 -,034 -,03

Sig. (2-tailed) ,842 ,842 ,000 ,842 ,842 ,842 ,113 ,842 ,84

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
soal_2 Pearson Correlation -,034 1 1,000 **
-,034 1,000 **
1,000 **
1,000 **
,127 1,000 **
1,00
Sig. (2-tailed) ,842 ,000 ,842 ,000 ,000 ,000 ,460 ,000 ,00
N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
soal_3 Pearson Correlation -,034 1,000 **
1 -,034 1,000 **
1,000 **
1,000 **
,127 1,000 **
1,00
Sig. (2-tailed) ,842 ,000 ,842 ,000 ,000 ,000 ,460 ,000 ,00
N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
soal_4 Pearson Correlation 1,000** -,034 -,034 1 -,034 -,034 -,034 ,269 -,034 -,03
Sig. (2-tailed) ,000 ,842 ,842 ,842 ,842 ,842 ,113 ,842 ,84
N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
soal_5 Pearson Correlation -,034 1,000** 1,000** -,034 1 1,000** 1,000** ,127 1,000** 1,00
Sig. (2-tailed) ,842 ,000 ,000 ,842 ,000 ,000 ,460 ,000 ,00
N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
soal_6 Pearson Correlation -,034 1,000 **
1,000 **
-,034 1,000 **
1 1,000 **
,127 1,000 **
1,00
Sig. (2-tailed) ,842 ,000 ,000 ,842 ,000 ,000 ,460 ,000 ,00
N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
soal_7 Pearson Correlation -,034 1,000 **
1,000 **
-,034 1,000 **
1,000 **
1 ,127 1,000 **
1,00
Sig. (2-tailed) ,842 ,000 ,000 ,842 ,000 ,000 ,460 ,000 ,00
N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
soal_8 Pearson Correlation ,269 ,127 ,127 ,269 ,127 ,127 ,127 1 ,127 ,12
Sig. (2-tailed) ,113 ,460 ,460 ,113 ,460 ,460 ,460 ,460 ,46
122

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
soal_9 Pearson Correlation -,034 1,000 **
1,000 **
-,034 1,000 **
1,000 **
1,000 **
,127 1 1,00
Sig. (2-tailed) ,842 ,000 ,000 ,842 ,000 ,000 ,000 ,460 ,00
N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
soal_10 Pearson Correlation -,034 1,000** 1,000** -,034 1,000** 1,000** 1,000** ,127 1,000** 1
Sig. (2-tailed) ,842 ,000 ,000 ,842 ,000 ,000 ,000 ,460 ,000
N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
soal_11 Pearson Correlation 1,000 **
-,034 -,034 1,000 **
-,034 -,034 -,034 ,269 -,034 -,03
Sig. (2-tailed) ,000 ,842 ,842 ,000 ,842 ,842 ,842 ,113 ,842 ,84
N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
soal_12 Pearson Correlation -,034 1,000 **
1,000 **
-,034 1,000 **
1,000 **
1,000 **
,127 1,000 **
1,00
Sig. (2-tailed) ,842 ,000 ,000 ,842 ,000 ,000 ,000 ,460 ,000 ,00
N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
soal_13 Pearson Correlation ,269 ,127 ,127 ,269 ,127 ,127 ,127 1,000 **
,127 ,12
Sig. (2-tailed) ,113 ,460 ,460 ,113 ,460 ,460 ,460 ,000 ,460 ,46
N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
soal_14 Pearson Correlation ,269 ,127 ,127 ,269 ,127 ,127 ,127 1,000** ,127 ,12
Sig. (2-tailed) ,113 ,460 ,460 ,113 ,460 ,460 ,460 ,000 ,460 ,46
N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
soal_15 Pearson Correlation ,269 ,127 ,127 ,269 ,127 ,127 ,127 1,000 **
,127 ,12
Sig. (2-tailed) ,113 ,460 ,460 ,113 ,460 ,460 ,460 ,000 ,460 ,46
N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
soal_16 Pearson Correlation ,269 ,127 ,127 ,269 ,127 ,127 ,127 1,000 **
,127 ,12
123

Sig. (2-tailed) ,113 ,460 ,460 ,113 ,460 ,460 ,460 ,000 ,460 ,46
N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
soal_17 Pearson Correlation 1,000 **
-,034 -,034 1,000 **
-,034 -,034 -,034 ,269 -,034 -,03
Sig. (2-tailed) ,000 ,842 ,842 ,000 ,842 ,842 ,842 ,113 ,842 ,84
N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
soal_18 Pearson Correlation ,269 ,127 ,127 ,269 ,127 ,127 ,127 1,000 **
,127 ,12
Sig. (2-tailed) ,113 ,460 ,460 ,113 ,460 ,460 ,460 ,000 ,460 ,46
N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
soal_19 Pearson Correlation 1,000** -,034 -,034 1,000** -,034 -,034 -,034 ,269 -,034 -,03
Sig. (2-tailed) ,000 ,842 ,842 ,000 ,842 ,842 ,842 ,113 ,842 ,84
N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
Jumlah Pearson Correlation ,535 **
,695 **
,695 **
,535 **
,695 **
,695 **
,695 **
,672 **
,695 **
,695

Sig. (2-tailed) ,001 ,000 ,000 ,001 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,00

N 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36

**. Correlation is significant at the 0.01 leve

HASIL ANALISIS TWO WAY ANOVA

Between-Subjects Factors

Value Label N
124

x1 1,00 pretest 37

2,00 posttest 35
x2 1,00 pretest 34

2,00 posttest 38

Descriptive Statistics
Dependent Variable: y

x1 x2 Mean Std. Deviation N

pretest pretest 81,1786 3,61123 28

posttest 81,7778 4,11636 9

Total 81,3243 3,68973 37


posttest pretest 85,3333 4,41210 6
posttest 83,8276 3,86439 29
Total 84,0857 3,93604 35
Total pretest 81,9118 4,02543 34

posttest 83,3421 3,96795 38

Total 82,6667 4,03157 72

Levene's Test of Equality of Error Variancesa


Dependent Variable: y
125

F df1 df2 Sig.

,288 3 68 ,834

Tests the null hypothesis that the error variance of


the dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + x1 + x2 + x1 * x2

Nilai sig > 0.05 dinyatakan homogen

nilai sig < 0.05 dinyatakan tidak sama atau heterogen

jadi berdasarkan data diatas nilai signya 0.834 > 0.05 maka artinya variabel hasil belajar adalah sama atau homogen karena varian tersebut
bersifat homogen artinya persyaratan dalam uji two way anova sudah terpenuhi.

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable: y

Type III Sum of


Source Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 150,866a 3 50,289 3,409 ,022


Intercept 316982,360 1 316982,360 21487,460 ,000
x1 110,631 1 110,631 7,499 ,008
126

x2 2,362 1 2,362 ,160 ,069


x1 * x2 12,733 1 12,733 ,863 ,035
Error 1003,134 68 14,752
Total 493186,000 72
Corrected Total 1154,000 71

a. R Squared = ,131 (Adjusted R Squared = ,092)

Nilai sig > 0.05 maka ada perbedaaan


nilai sig < 0.05 tidak ada perbedaan

jadi,
PENGUJIAN HIPOTESIS DALAM UJI TWO WAY ANOVA SPSS
diperoleh nilai :
1. nilai sig nya 0.008 < 0.05, hal ini menyatakan bahwa hasil belajar geografi antara penerapan assesman diagnostik dengan
menggunakan model pembelajaran project based learning dan pembelajaran konvensional terdapat perbedaan yang signifikan.
2. nilai sig < 0.05, hal ini menyatakan mobile learning memberikan pengaruh terhadap hasil belajar
3. nilai sig < 0.05, hal ini menyatakan bahwa ada interaksi antara assesman diagnostik dan mobile learning dalam model
pembelajaraan project based learning terhadap hasil belajar.

Estimated Marginal Means


127

1. x1
Dependent Variable: y

95% Confidence Interval

x1 Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

pretest 81,478 ,736 80,010 82,947


posttest 84,580 ,861 82,862 86,299

2. x2
Dependent Variable: y

95% Confidence Interval

x2 Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

pretest 83,256 ,864 81,532 84,980


posttest 82,803 ,733 81,340 84,265

3. x1 * x2
Dependent Variable: y
128

95% Confidence Interval

x1 x2 Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

pretest pretest 81,179 ,726 79,730 82,627

posttest 81,778 1,280 79,223 84,333


posttest pretest 85,333 1,568 82,204 88,462

posttest 83,828 ,713 82,404 85,251

uji normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Ekperimen_PBL Kontrol_Konven
_Kognitif sional_Kognitif

N 10 10
Normal Parameters a,b
Mean 70,90 71,10
Std. Deviation 5,953 6,557
Most Extreme Differences Absolute ,160 ,173
Positive ,160 ,167
Negative -,147 -,173
Test Statistic ,160 ,173
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200 c,d
,200c,d
129

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

sig > 0.05

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kontrol_Konven
Ekperimen_PBL sional_Non_Kog
_Kogitif nitif

N 9 9
130

Normal Parametersa,b Mean 84,44 84,33


Std. Deviation 3,812 2,739
Most Extreme Differences Absolute ,140 ,263
Positive ,140 ,136
Negative -,113 -,263
Test Statistic ,140 ,263
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200
c,d
,073c

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

Anda mungkin juga menyukai