BAB I
PENDAHULUAN
Seiring dengan pesatnya pembangunan di Indonesia saat ini, khususnya dalam bidang
konstruksi di Indonesia bagian timur, maka dianggap perlu untuk menciptakan tenaga ahli yang
profesional pada bidang pembangunan. Akan tetapi, tenaga ahli tersebut dianggap belum
mencukupi dalam menyikapi pembangunan di Indonesia, terkhusus pada kawasan Timur
Indonesia.
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga profesional dalam bidang pekerjaan konstruksi dan
desain, maka SMK NEGERI 5 MAKASSAR sebagai salah satu tempat (wadah) untuk
menghasilkan tenaga profesional, merasa perlu menerjunkan langsung siswa siswinya di tengah
– tengah peleksanaan proyek yang sedang berjalan. Hal ini bertujuan agar dapat menyerap
pengetahuan baik dari segi metode pelaksanaan sampai pada memahami permasalahan dan
pemecahannya dalam suatu pelaksanaan proyek. Oleh karena itu, dengan kurun waktu 8 bulan
siswa harus memenuhi salah satu program studi Praktek Kerja Industri (Prakerin) sebagai salah
satu persyaratan kurikulum yang ada agar visi sebagai wadah untuk menghasilkan tenaga
profesional dan terampil dapat terlaksana sebagaimana mestinya.
Pelaksanaan Praktek Kerja Industri (Prakerin) itu sendiri dilaksanakan pada Proyek
Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I Padang Sappa yang terletak Kabupaten Luwu yang dimana
proyek ini sendiri dinaungi oleh instansi terkait, yaitu Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan –
Jeneberang pada Dinas Pekerjaan Umum (PU) Makassar.
Kita ketahui bahwa kondisi masyarakat dan lingkungan di Sulawesi Selatan pada
umumnya merupakan salah satu penghasil Sumber Daya Alam yang cukup besar di Indonesia
Timur. Kabupaten Luwu sebagai contoh, kondisi tanahnya yang gembur dijadikan sebagian besar
masyarakat di Kabupaten Luwu sebagai wilayah pertanian, dalam hal ini adalah persawahan. Padi
sebagai tanaman pokok di sawah tak bisa di pisahkan dengan adanya aliran air sebagai
penunjang utama dalam pertumbuhan padi itu sendiri. Oleh karena itu, pemerintah menjadikan
irigasi sebagai prioritas yang harus di capai untuk memperlancar akses aliran air ke persawahan
dan meningkatkan hasil petanian padi di Kabupaten Luwu.
Secara umum,pelaksanaan proyek ini diharapkan dapat memperlancar akses air ke
persawahan masyarakat di wilayah setempat. Mengingat pentingnya sumber daya air, dan
dikarenakan ketersediaan air yang terbatas maka perlu diciptakan suatu strategi agar air tersebut
dapat termanfaatkan dengan baik.
Pembangunan irigasi dimaksudkan untuk mengairi lahan persawahan yang tidak terairi
dengan teratur. Kebutuhan akan air yang terbatas pada lahan persawahan yang luas, dan
ketersedian air yang tak mencukupi untuk jangka waktu yang lama. Sehingga pemerintah
merencanakan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Padang Sappa Kab.Luwu. Rencana rehabilitasi
saluran irigasi diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan hasil pertanian bagi masyarakat
yang berada di wilayah tersebut. Sampai saat ini pihak terkait hampir menyelesaikan 7 saluran
irgasi sekunder dan pembuang ( SS. Lara, SS. Irri, SS. Tomale, SS. Lanipa, SS. Olang, SP. Lara
dan SP. Tomale ), masing-masing pada 4 lokasi yang berbeda.
Dari uraian diatas kami menyimpulkan laporan yang berjudul “Proyek Rehabilitasi
Jaringan Irigasi D.I Padang Sappa” dapat memberikan informasi mengenai desain dan ilmu
survey dari bentuk dan elevasi saluran.
1. Teknis pelaksanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi SS. Olang D.I Padang Sappa, Kab.
Luwu.
2. Rencana anggaran biaya Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi SS. Olang D.I Padang Sappa,
Kab. Luwu.
3. Metode survey pengukuran Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi SS. Olang D.I Padang Sappa,
Kab. Luwu.
4. Analisa mengenai dampak lingkungan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi SS. Olang D.I
Padang Sappa, Kab. Luwu.
1. Teknis pelaksaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi SS. Olang D.I Padang Sappa, Kab.
Luwu.
2. Metode survey pengukuran Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi SS. Olang D.I Padang Sappa,
Kab. Luwu.
1. Penelitian Pustaka
Penelitian ini dilakukan dengan membaca literature – literature, buku serta hasil dari hasil
penelitian yang ada yang dapat menunjang dan berhubungan dengan masalah -masalah yang
timbul pada penelitian ini.
2. Penelitian Lapangan
Untuk penelitian lapangan, dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
a. Wawancara / Interview
Wawancara atau interview dilakukan dengan menanyakan sesuatu hal yang dianggap
penting kepada orang – orang yang terkait dengan masalah penelitian, baik itu dari
pihak pengawas,pelaksana,sampai para pekerja langsung dilokasi saat pekerjaan
berlangsung.
b. Dokumentasi
Selain wawancara, metode penelitian lapangan juga berupa pengambilan dokumentasi
yang terkait di lapangan, baik berupa gambar (foto),data pengujian,serta data yang
dianggap penting lainnya.
Adapun sistematika penulisannya yang secara konvensi telah dituangkan dalam laporan
yang berjudul ”Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I Padang Sappa“ ini mencakup tiga bagian
utama, yakni bagian pendahuluan (atau bagian pengantar), bagian isi, dan bagian penunjang.
BAB II
LANDASAN TEORITIS DAN LINGKUP KERJA
2.1. Pengertian Irigasi, Sistem Irigasi, Jaringan Irigasi dan Tujuan Irigasi
Irigasi dapat didefinisikan sebagai upaya manusia untuk:
a) mengambil air dari sumber
b) mengalirkannya ke dalam saluran
c) membagikan ke petak sawah
d) memberikan air pada tanaman, dan
e) membuang kelebihan air ke jaringan pembuang/drainasi
Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa dalam irigasi terdapat beberapa unsur
yaitu:
i) unsur manusia
ii) unsur alam dan lingkungan misalnya dalam bentuk air dan sumber air, lahan, ataupun
iklim
iii) unsur fisik, yaitu dalam bentuk jaringan irigasi
iv) unsur tanaman yang mencakup jenis tanaman, budidaya beserta pola tanamnya, dan
v) unsur teknik dalam bentuk operasi dan pemeliharaannya
Kelima unsur tersebut saling bersesuaian, berhubungan dan bersatu. sehingga dapat
dikatakan bahwa irigasi merupakan suatu sistem. Masing-masing unsur tersebut disebut sub
sistem. Oleh sebab itu irigasi sering disebut sebagai sistem irigasi.
Jaringan Irigasi adalah saluran bangunan dan bangunan pelengkapnya yang
merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk pengaturan air irigasi yang mencakup
penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan dan pembuangan air irigasi.
Tujuan irigasi secara langsung adalah untuk membasahi tanah agar dicapai suatu
kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman dalam hubungannya dengan presentase
kandungan air dan udara diantara butir-butir tanah. Pemberian air dapat juga mempunyai
tujuan sebagai pengangkut bahan-bahan pupuk untuk perbaikan tanah.
“Owner”
KONTRAKTOR
JOIN OPERATION
Kontraktor Pelaksana
Pihak –pihak diatas wajib melaksanaka rapat koordinasi yang dilaksanakan secara
priodik dengan waktu tertentu untuk membahas maslah-masalah yang ada baik bersifat teknis
maupun non teknis yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek. Adapun tanggung jawab
dari masing-masing pihak adalah sebagai berikut :
B. Kontraktor
Kontraktor adalah suatu badan usaha atau perseroan yang menerima pekerjaan dan
melaksanakan menurut gambar-gambar rencana kerja dan syarat peraturan lain yang telah
ditetapkan oleh perencana dengan biaya sesuai dengan kontrak yang telah disepakati
bersama pemberi tugas.
Kontraktor yang melakukan pemborongan harus dikenakan wajib daftar serta
pemberian ijin kerja yang sesuai dengan spesialisasi dan kapasitasnya atau kelasnya
masing-masing agar tercapai hasil pekerjaan yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan.
Hal ini hanya berlaku bagi kontraktor yang mempunyai ijin dalam proyek pembangunan
baik swasta maupun pemerintah. Hal ini dilakukan guna menjamin kepentingan pemilik
proyek ataupun masyarakat terhindar dari kerugian-kerugian yang tidak dikehendaki.
Dalam memberikan ijin kerja tersebut, yang memiliki kewenangan memberikan adalah
instansi atau Badan Pemberi Ijin Kerja Pelaksanaan yang dilakukan atas nama Kepala
Daerah setempat.
Badan Pemberi Ijin Kerja Pelaksanaan bertugas memberikan dan mengadakan
registrasi terhadap kontraktor pemohon ijin kerja serta menangguhkan ijin kerja atau
bahkan mencabut ijin kerja dan mengadakan penelitian kemungkinan pelanggaran terhadap
syrat-syarat ijin kerja dari kontraktor tersebut. Di dalam ijin kerja dicantumkan pula
tentang spesifikasi, serta data lain dari kontraktor tersebut.
Kontraktor adalah badan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan proyek dan
mutu pekerjaan lapangan. Kontraktor dalam hal ini adalah PT. ADI JAYA LIMA
PRADANA-PT CEMPAKA NUSANTARA) JOINT OPERATION. sebagai pelaksana
proyek Kontraktor memiliki tanggung jawab sebagai berikut :
1. Membuat rencana kerja dan membuat laporan harian tentang kegiatan pekerjaan dan
kemajuan prestasi kerja yang dicapai.
2. Bertanggung jawab penuh terhadap pengamatan untuk segala pekerjaan konstruksi.
3. Bertanggung jawab penuh atas kualitas pekerjaan serta kelancaran dan keamanan
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
4. Bertanggung jawab atas kerusakan pekerjaan yang disebabkan oleh operasional
selama periode masa pemeliharaan .
5. Mengadakan dan memberi pengawasan penuh yang diperlukan selama pelaksanaan
pekerjaan.
2. Struktur Organisasi
Suatu hal yang mendukung keberhasilan suatu proyek adalah dari pengorganisasian
yang baik, karena dengan manajemen organisasi yang baik maka pekerjaan dapat berjalan
sesuai dengan perencanaan.
b. Pelaksana (Supervisor)
1. Memahami gambar rencana dan spesifikasi teknik.
2. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jadwal pengadaan tenaga kerja dan mengatur
pelaksanaan tugas tenaga kerja setiap hari.
3. Menyiapkan tenaga kerja sesuai dengan jadwal pengadaan tenaga kerja dan mengatur
tugas tenaga kerja setiap hari.
4. Menjaga dan mengusahakan daya guna dan hasil guna pemakaian bahan, tenaga dan
peralatan proyek
5. Mengadakan pemeriksaan dan pengukuran hasil pekerjaan dilapangan.
6. Membantu proses berita acara kemajuan secara berkala.
7. Membuat laporan harian tentang ppelaksanaan pekerjaan dilapangan.
c. Bagian Teknik
1. Membuat schedule (rencana kerja) pelaksanaan pekerjaan fisik tiap proyek dalam
jangka waktu tertentu (mingguan, bulanan).
2. Membuat evaluasi pelaksanaan kerja menurut schedule yang telah ditetapkan.
3. Menetapkan jumlah tenaga kerja dan material yang diperlukan dalam penyelesaian
suatu proyek.
4. Membuat rekapitulasi opname (penilaian pelaksanaan pekerjaan) tiap-tiap
subkontraktor dan tenaga harian/borongan setiap minggu guna menetapkan besarnya
upah menurut data dari supervisor untuk disampaikan kepada direktur keuangan
melalui bagian keuangan.
5. Menetapkan standar kualifikasi setiap jenis pekerjaan sekaligus menetapkan besarnya
upah untuk setiap pekerjaan menurut persentase atau volume pekerjaan.
6. Membuat gambar teknik untuk setiap bangunan fisik yang akan dikerjakan.
7. Bersama-sama dengan bagian marketing mmbuat check list untuk setiap unit
pekerjaan yang dilakukan subkontraktor/tukang.
8. Membuat Surat Perintah Kerja (SPK) untuk setiap subkontraktor yang telah menerima
kontrak pekerjaan dengan perusahaan.
9. Membuat laporan bulanan kepada direktur menyangkut bidang tugasnya.
10. Menyiapkan dan mengajukan dokumen tender kepada panitia tender.
d. Bagian Logistik
1. Menerima dan menghimpun serta mengarsipkan bukti-bukti permintaan material yang
diajukan supervisor lapangan.
2. Mengadakan dan membuat order pembelian kepada para suplayer baik secara tunai
maupun kredit berdasarkan permintaan material yang telah disetujui oleh bagian
teknik.
BAB III
ANALISIS MASALAH
a. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan ini dilaksanakan terlebih dahulu sebelum proyek berjalan, seperti
: pembersihan lokasi disekitar proyek maupun di lokasi tempat akan dibangunnya
fasilitas kantor, basecamp, workshop, gudang, dan fasilitas pendukung lainnya.
2. Material
Pengadaan material dasar yaitu tanah timbunan, pasir dan batu kali didatangkan dari
sekitar lokasi misalnya :
a. Tanah timbunan
Tanah timbunan yang digunakan berasal dari dua sumber yaitu dari gunung di daerah
Langkidi Saga dan hasil galian yang memenuhi syarat atau borrow area.
b. Pasir
Pasir yang digunakan berasal dari Desa Rumaju.
c. Batu kali
Batu kali yang digunakan berasal dari Sungai yang ada di Desa noling.
d. Semen
Semen yang digunakan di datangkan langsung dari workshop yang ada di Makassar
3. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dipakai pada proyek ini adalah tenaga kerja lokal.
4. Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah peralatan yang sudah disediakan oleh kontraktor
yang sesuai dengan kontrak.
Dari diagram di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sebelum melakukan suatu pekerjaan
/ aktifitas sehari – hari,perlu kiranya untuk merencanakan ( Plan ) apa yang harus dilakukan
sehingga apa yang akan dikerjakan dapat tersusun secara sistematis dan teratur.D ( Do )
merupakan aktualisasi dari planning yang telah dibuat sebelumnya, kemudian C ( Check ) adalah
bagaimana melihat kembali dari apa yang telah dilakukan / dikerjakan,apakah sudah sesuai
dengan planning, jika ada sesuatu kesalahan dari rencana sebelumnya,maka perlu dilakukan suatu
tindakan korektif atau perbaikan A ( Action ),sehingga pekerjaan itu dapat maksimal.Begitu
seterusnya hingga perputaran diagram kembali ke planning berikutnya.
Maka dengan system PDCA ini dari level Manajemen – Pelaksana hingga lapisan
karyawan terlatih biasa dengan bekerja yang efektif.
Bulldozer
Tanah/Kotoran-Kotoran
Pengawas
Bulldozer
Excavator
Galian Saluran
Excavator
Tanah Galian
Penampang Saluran
Surveyor Waterpass
Patok Profil
Kaki Tiga
Setelah patok profil telah ada, maka mulai melakukan pekerjaan pasangan batu
dengan patok profil sebagai acuan.
Pasangan Batu
Patok Profil
Siar
Plesteran Lantai
Plesteran Top
Banch mark adalah suatu monument / tugu / patok beton yang telah diketahui
titik kordinatnya (X,Y,Z) yang dipasang untuk pemetean. Dalam hal ini ketinggiannya di
ukur secara teliti terhadap sistem referensi tertu. BM tersebut dapat pula dipakai sebagai
titik awal pengukuran atau titik ikat atau titik kontrol.
Melihat dari fungsinya titik yang bersifat tetap digunakan sebagai acuan /
referensi untuk tahapan pengukuran selanjutnya. Titik-titik tetap pada umumnya
ditentukan melalui proses pengamatan, penelitian dalam waktu lama dengan tingkat
ketelitian tertentu dan merupakan kerangka dasar (titik kontrol). Ditinjau dari kegunaan
dan tingkat ketelitian yang dimiliki oleh suatu titik tetap (Bench Mark) maka titik tetap
dapat diklasifikasikan menurut ordenya sebagai berikut :
Titik kerangka dasar utama (orde 1/ Primer)
Titik kerangka dasar tingkat dua (orde 2 / Sekunder)
Titik kerangka dasar tingkat tiga (orde 2 / Tertier)
Titik kerangka dasar tingkat empat (orde 4 / Kuarter)
Gambar 12. Pengukuran beda tinggi di antara titik dengan alat penyipat datar
Dengan cara ini aturlah kedudukan alat agar memenuhi syarat melakukan
pengukuran, kemudian arahkan garis ke rambu A sebagai bacaan belakang (b) dan ke
rambu B sebagai bacaan muka (m). Dalam hal ini selalu diingat, bahwa angka
pembacaan pada rambu merupakan jarak yang dibatasi antara alas rambu terhadap
garis bidik maka dapat dimengerti bahwa beda tinggi antara titik A dan B yaitu
sebesar t = b – m.
2. Cara kedua, alat ukur berada di luar kedua titik
Cara yang kedua ini merupakan cara yang dapat dilakukan bilamana
pengukuran beda tinggi antara kedua titik tidak memungkinkan dilakukan dengan
cara yang pertama, disebabkan oleh kondisi di lapangan atau hasil pengukuran yang
hendak dicapai. Pada cara ini alat ukur ditempatkan disebelah kiri atau kanan pada
salah satu titik. Jadi alat tidak berada diantara kedua titik A dan B melainkan di luar
garis A dan B melainkan di luar garis A dan B. Sedangkan pembacaan kedua rambu
sama dengan cara yang pertama, hingga diperoleh beda tinggi antara kedua titik A
dan B. Penentuan tinggi dengan cara ini umum dilakukan pada pengukuran sipat
datar profil.
Gambar 13. Pengukuran Beda Tinggi di luar Titik dengan Alat Penyipat Datar
3. Cara ketiga, alat ukur berada di atas salah satu dari kedua titik
Pada cara ini, alat ukur ditempatkan di atas salah satu titik dari kedua titik
yang diukur. Harus dipahami bahwa, penempatan alat di atas titik terlebih dahulu
diketahui titik tersebut, sehingga kedudukan sumbu ke satu alat ukur segaris dengan
titik tengah patok (Center). Dalam hal ini untuk menempatkan alat tepat di atas patok
menggunakan alat tambahan yaitu unting-unting. Penggunaan cara yang ketiga ini
umum dilakukan pada penyipat datar luas dan Stake out.
Gambar 14. Pengukuran Beda Tinggi di atas Titik dengan Alat Penyipat Datar
Untuk memperoleh beda tinggi antara titik A dan B maka, arahkan teropong
ke rambu lainnya yaitu rambu A dengan angka bacaan rambu sebesar b. Dengan
demikian, beda tinggi titik A terhadap titik B adalah t = b – a.
Dari ketiga cara pengukuran beda tinggi di antara dua titik tersebut, sesuai
dengan urutannya cara yang pertama merupakan cara yang paling teliti. Hal ini
disebabkan alat berada diantara kedua rambu sehingga dapat saling memperkecil
kesalahan yang disebabkan oleh tidak sejajarnya garis bidik dan garis nivo pada saat
pengaturan kedudukan alat.
Cara kedua dan cara ketiga sering kali dipahami sebagai cara Tinggi Garis
Bidik dan selanjutnya disingkat TGB. Dengan TGB sebagai garis acuan, maka
dengan cepat dapat ditentukan ketinggian atau elevasi titik-titik di lapangan. Bila
dicermati lebih mendalam cara kedua lebih teliti dibandingkan dengan cara ketiga,
karena kasarnya prediksi terhadap titik tengah teropong menggunakan rambu.
Yang harus dipahami pada pengukuran beda tinggi antara dua titik ini ialah,
beda tinggi selalu diperoleh dari bacaan rambu belakang dan bacaan rambu muka.
Ditentukannya nama belakang dan muka pada rambu terkait dengan nama patok serta
arah jalur pengukuran yang direncanakan. Bila t bernilai positif (+), maka titik muka
lebih tinggi dari pada titik belakang, sedangkan sebaliknya bila t bernilai negatif (-),
maka titik muka lebih rendah dari pada titik belakang.
25m 25m
m
suatu patok harus diukur ketinggiannya dari atas patok dan ketinggian patok
diukur dari permukaan tanah.
Adapun cara yang dilakukan untuk mendapatkan beda tinggi pada
pengukuran profil melintang adalah dengan cara Tinggi Garis Bidik (TGB).
Dengan TGB sebagai garis acuan, maka dengan cepat dapat ditentukan
ketinggian atau elevasi titik-titik melintang di lapangan, yang dirumuskan
sebagai berikut:
TGB = BM + Ti
ket:
TGB = Tinggi Garis Bidik
BM = Bench Mark
Ti = Tinggi Alat
Ket:
TGB = Tinggi Garis Bidik
BT= Benang Tengah
d. Gambar rencana
MANAJEMEN PENGUKURAN
MULAI
Revisi
Toleransi
Ketelitian
Tidak
ACC
Data Survey
SELESAI
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang di peroleh praktikan selama praktek kerja di Proyek Rehabilitasi Jaringan
Irigasi D.I Padang Sappa adalah sebagai berikut:
4.2. Saran
Berdasarkan pengalaman selama pelaksanaan praktek kerja di industri, kami menyarankan:
1. Kontraktor sebagai badan usaha yang bergerak dalam bidang jasa, pelayanan masyarakat,
diperlukan adanya suatu sistem kerja yang terpadu. Dengan demikian yang diperlukan
adalah suatu koordinasi yang baik antara personil untuk mendapatkan sistem tata kerja
yang teratur dan kompak. Koordinasi ini biasanya dalam hubungan langsung/tatap muka
tidak resmi baik antara manager dengan karyawan.
2. Sekolah sebaiknya mempersiapkan siswa dengan sebaik mungkin sebelum
menerjunkannya langsung ke industri. Hal ini dilakukan dengan memberikan materi
pembelajaran yang faktual dan berkesinambungan kepada siswa agar siswa benar-benar
siap di terjunkan ke industri.
3. Selain materi kejuruan dan mata pelajaran umum, sekolah juga wajib mempermantap
akhlak dan moral siswa agar menciptakan tenaga kerja yang siap pakai dan berbudi luhur.
4. Bagi siswa jurusan Gambar Bangunan dan Konstruksi Bangunan kegiatan praktek kerja
ini dijadikan sebagai latihan sehingga dimanfaatkan semaksimal mungkin agar dapat
membantu bila dikemudian hari bekerja pada sebuah instansi.
5. Melalui kegiatan praktek kerja ini kita dapat memperluas pola pikir dan rasa percaya diri
pada kegiatan dan aktifitas sebenarnya dalam suatu proyek.
6. Untuk rekan-rekan siswa agar memanfaatkan kegiatan studi lapangan yaitu berupa kerja
praktek ini sebagai media untuk menimba pengetahuan di lapangan dan sebagai media
pembanding antara teori-teori yang di berikan dan kenyataan yang ad di lapangan.
7. Praktek kerja industri juga bisa dijadikan media untuk untuk menuangkan kreatifitas kita
sebagai siswa SMK yang terampil.