Anda di halaman 1dari 10

Apa itu hakikat hati yang bersih?

Yang dengan hati yang bersih maka kita akan


selamat di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillahi Rabbil ‘Aalamin Washalatu Wassalamu ala asyrafil anbiya I wal


mursalin.

Kaum muslimin di mana saja berada yang menyaksikan video ini.

Segala puji kita panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, kita memohon
pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan meminta petunjuk dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
Dan kita berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari keburukan-
keburukan amal kita dan dari kejahatan jiwa kita.

Sesungguhnya barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,


maka tidak ada yang akan bisa menyesatkannya.

Mayyahdihillah fala mudillalah.


Wamyyudlil fala hadiyalah.

Dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka tidak ada
yang bisa memberi petunjuk kepadanya.

Saya pribadi sangat sering membawakan mukaddimah ini.


Kerena di dalamnya tersirat makna yang sangat dalam.
Bahwa si penceramah atau khatib di mimbar jumat tidak mepunyai daya sedikit pun
jua.

Bila orang berubah menjadi berpirlaku baik setalah ceramah atau khutbah
disampaikan, jangan berbangga hati. Kerena itu bukan karena kita orang berubah.
Dan jika orang malah berbalik arah, maka jangan berkecil dan bersedih hati lalu tidak
mau lagi menyampaikan, karena tidak ada sedikit pun daya kita untuk membuat orang
menjadi baik dan mencegah orang dari menjadi buruk.
Di sini tersirat bahwa Allah lah yang Maha memiliki segalanya. Ini pegangan yang
sangat baik dalam berdakwah.
Ketahuilah para hadirin yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sesungguhnya yang menjadi patokan dalam syariat adalah apa yang ada di dalam hati
kita.
Dan bahwasanya keselamatan di hari akhirat kelak tergantung kepada apa yang ada di
hati kita. 
Jika kita memiliki hati yang bersih, maka kita akan selamat pada hari kiamat kelak.

Seperti yang firman Allah dalam surat Asy-Syu’ara ayat 88-89.


Ada suatu hari nanti harta yang matai-matian kita cari kumpulkan saat ini sehingga
membuat lupa kepada Allah dan anak-anak yang kita banggakan dengan segudang
prestasinya tidak akan berguna lagi, kecuali orang-orang yang menghadap Allah
dengan hati yang bersih.

Yauma la yanfa'u maa lun wala Banun.


Illa man atallaha bi qolbin Salim.

“(yaitu) dihari harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang
menghadap Allah dengan hati yang bersih,” (QS. Asy-Syu’ara[26]: 88-89)

Jika kita telah mengetahui bahwasanya keselamatan adalah dengan hati yang bersih,
dan jika kita ingin selamat, maka tidak ada jalan lain kecuali kita harus berusaha
membersihkan hati kita.

Kaum Muslimin yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Pada kesempatan kali ini, kita berharap Allah memberikan ganjaran bagi yang
berbicara demikian juga bagi para hadirin sekalian.
Kita ingin menjelaskan tentang sifat-sifat hati yang bersih.
Harapan kita, jika kita sudah tahu isi hati yang bersih, kita bisa meraih derajat yang
lebih mulia dengan membersihkan hati kita. Aamin

Para hadirin yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Sesungguhnya kedudukan hati di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala sangatlah agung.


Dan kita yang ingin dan berharap untuk bisa selamat jiwanya di sisi Allah Subhanahu
wa Ta’ala, maka hendaknya kita benar-benar memperhatikan kondisi hati kita. 

Dalam Shahih Muslim, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda:

innallaha la yanzhuru ila suwarikum wa amwalikum


walakin yanzhuru ila qulubikum wa a'malikum.

Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi,
Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim 2564)

Dan tidak ada yang samar bagi Allah, tidak ada yang tertutup di sisi Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Allah melihat seluruhnya. Walau hati ini berada dibalik daging terlindung
oleh tulang dan diliputi oleh darah, semuanya terlihat jelas oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala.

Akan tetapi makna dari hadits ini yaitu yang menjadi patokan, yang dilihat oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala, yang dari penglihatan tersebut seseorang memperoleh ganjaran
atau hukuman atau adzab adalah penglihatan Allah terhadap apa yang ada di hati.
Ini yang menjadi patokan utama.

Oleh karenanya, amal menjadi baik atau menjadi rusak tergantung apa yang ada di
dalam hati kita.
Karenanya para hadirin yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah mengingatkan hal ini dengan sabdanya:

Alaa wa Inna fi jasadil mudghoh iza solahat, solahal jasadu kulluh.


wa iza fasadat, fasadal jasadu kulluh. Alaa wahiyal qolbu.
Bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh
jasad.
Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad.
Ketahuilah bahwa ia adalah hati”
(HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).

Dan jika kita telah mengetahui bahwasanya perkaranya begitu luar biasa berkaitan
dengan hati, maka hendaknya setiap kita selalu memperhatikan kondisi hati kita.

Kenapa? Karena hati mudah terpengaruh, dengan sedikit pengaruh pun bisa berubah
dengan begitu cepat berubah.

Dan kondisi hati seperti kondisi baju atau seperti kondisi tisu yang putih, mudah
sekali terkena kotoran. Dan kalau terkena kotoran sedikit ia mudah sekali terkotori.

Oleh karenaya tatkala kita mengetahui kondisi hati yang mudah berubah, mudah
terpengaruh, maka kita benar-benar memperhatikan kondisi hati kita setiap saat.

Karenanya diantara yang dipanjatkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam


dengan do’a yang panjang yang Nabi buka dengan do’anya:

Rabbi a'inniy wala tu'in alaya.

Ya Allah tolonglah aku dan jangan Engkau tolong orang untuk mengalahkan aku.

Lalu diakhir do’a tersebut kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menutupnya

waslul sakhimata qalbiy.

Ya Allah, cabutlah kotoran hatiku

Yaitu, “Ya Allah, keluarkan kotoran yang ada di dalam relung hatiku.”
Yang disebut dengan sakhimata, asalnya adalah warna hitam yang terdapat dalam
bagian hati yang paling dalam.
Seakan-akan karena seringnya kelalaian yang datang menerpa hati berturut-turut tiada
berhenti, maka mulailah menghitam hati kita, menghitam dan menghitam. 
Oleh karenanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdo’a kepada Allah dengan
do’a ini.

Padahal ini yang berdo’a adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.


Yang kita tahu bahwasanya hati beliau adalah hati yang terbersih, hati yang paling
suci, itu pun Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdo’a dengan do’a agar Allah
menghilangkan kotoran hati beliau. Bagaimana lagi dengan kita?

Oleh karenanya ini perkara yang sangat penting tatkala kita tahu bahwa hati kita
sangat mudah terpengaruh dengan kotoran, dengan hal yang merusaknya, maka kita
harus benar-benar memperhatikan hati kita.

Para hadirin yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Hati yang bersih, itulah yang menyelamatkan kita pada hari kiamat kelak. Hari
dimana:

Yauma la yanfa'u maa lun wala Banun.


Illa man atallaha bi qolbin Salim.

“(yaitu) dihari harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang
menghadap Allah dengan hati yang bersih,” (QS. Asy-Syu’ara[26]: 88-89)

Hati yang bersih adalah adalah hati yang dimiliki oleh para Nabi, para Rasul, dan juga
orang-orang shalih setelah mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang
Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam:
wa Inna min syii'atihi laibrahim
iz ja a rabbauhu biqalbin Salim
Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh). (lngatlah)
ketika ia datang kepada Rabbnya dengan hati yang bersih:” (QS. Ash-Shaffat[37]: 83-
84)

Tatkala hati kita bersih di dunia, maka kitapun selamat di akhirat. Akan tetapi, jika
kita bertemu dengan Allah ternyata kita tidak bersih, ternyata hati kita kotor,
Bagaimana kita akan meraih keselamatan?

Ketahuilah bahwasanya apa yang kumpulkan kumpulkan di dunia ini; harta kita,
anak-anak, perdagangan, segala yang kita miliki tidak akan bermanfaat pada hari
kiamat kelak jika ternyata kita datang kepada Allah dengan membawa hati yang tidak
bersih.

Bagaimana kita akan keluar dari dunia ini? Kita akan keluar dari di dunia ini dengan
kondisi yang sangat mengenaskan. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan
tentang sifat orang-orang yang dibangkitkan oleh Allah pada hari kiamat kelak:

yukhsyarunnas yaumal kiyamati hufatan 'urotan ghurlan.

Manusia akan dikumpulkan pada hari Kiamat dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak
berpakaian dan belum dikhitan.”

(Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 5102 dari ‘Aisyah Radhiyallahu
‘anha).

Jangankan kemewahan, jangankan mobil, jangankan dunia, kita saja tidak punya
sendal pada hari tersebut. Jangankan perhiasan dunia, baju saja kita tidak punya pada
hari tersebut.
Kita tidak akan keluar dengan memakai baju, keluar dalam kondisi tidak berpakaian.
Sebagimana kita lahir kedua dahulu tanpa alas kaki dan pakaian juga dalam kondisi
belum disunat, dan akan dikembalikan kondisi ini oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Pada hari itu.

laqod ji'tumuuna furaada, kama kholaknakum awwala marrotan


wataroktum ma khowwalnakum waroo a zuhurikum

Kalian akan datang kepada Kami bersendirian-bersendirian sebagaimana Kami


ciptakan kalian sebelumnya (yang tadinya sudah disunat kembali lagi dalam kondisi
belum disunat) Dan seluruh yang pernah Kami berikan kepada kalian tatkala di dunia
kalian akan tinggalkan” (QS. Al-An’am[6]: 94)

Para hadirin yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Yang menjadi perhatian Allah pada hari kiamat kelak adalah amalan kita, bagaimana
hati kita,
“Yang selamat pada hari tersebut adalah yang bertemu dengan Allah dengan
membawa hati yang bersih.”

Oleh karenanya ayat ini selalu kita ingat-ingat.

Yauma la yanfa'u maa lun wala Banun.


Illa man atallaha bi qolbin Salim.

“(yaitu) dihari harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang
menghadap Allah dengan hati yang bersih,” (QS. Asy-Syu’ara[26]: 88-89)

Seluruh harta yang kita kumpulkan tidak bermanfaat, anak-anak yang kita banggakan
tidak akan bermanfaat.
Kecuali yang bertemu dengan Allah dengan hati yang bersih.

Mari kita Jadikan ayat ini selalu di hadapan mata kita


agar kita senantiasa memperhatikan hati kita.

Karena di dunia ini banyak sekali perkara yang menggiurkan, banyak sekali perkara
yang melalaikan, sehingga kita lupa seakan-akan kita tidak akan bertemu dengan
Allah, kita lupa bahwasannya dunia yang kita kumpulkan ini akan kita tinggalkan
seluruhnya, kita lupa bahwasanya kita akan mati dan dibangkitkan oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
Maka selalu jadikan ayat ini di hadapan mata kita.

Yauma la yanfa'u maa lun wala Banun.


Illa man atallaha bi qolbin Salim.

“(yaitu) dihari harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang
menghadap Allah dengan hati yang bersih,” (QS. Asy-Syu’ara[26]: 88-89)

Para hadirin yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,

“Sesungguhnya apa tujuan kita hidup dalam kehidupan ini, apa cita-cita kita?”

dunia ini tidaklah bernilai di sisi Allah kecuali seperti sayap seekor nyamuk.

Sayap seekor nyamuk, berapa dijual? Kalau seandainya kita memiliki sayap nyamuk,
apakah ada orang yang akan membeli sayap nyamuk kita? Begitullah dunia ini Sangat
tidak bernilai.

Jangan sampai tujuan kita hidup di dunia ini adalah bagaimana bisa meraih harta yang
banyak, ingin meraih gelar yang tinggi supaya bisa menghasilkan uang yang banyak,
ingin bisa mendapatkan kekayaan sebanyak-banyaknya. Jangan sampai.

Mari kita sama-sama bercita-cita bisa mencapai apa yang telah dicapai oleh Ibrahim
‘Alaihissalam. Yakni nabi Ibrahim Telah bertemu dengan Allah dengan membawa
hati yang bersih.
Inilah tujuan kita yang termulia, inilah tujuan yang tertinggi.

Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam adalah teladan kita.

Summa auhaina ilaika anitabi' Millata ibrahima Hanifa.

Kemudian kami wahyukan kepada engkau wahai Muhammad, ikutilah agama


Ibrahim yang lurus.”
(QS. An-Nahl[16]: 123)

Pun nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah bertemu dengan Allah
dengan hati yang bersih, para Sahabat telah bertemu dengan Allah dengan hati yang
bersih, para syuhada telah bertemu dengan Allah dengan hati yang bersih, para
shalihun telah bertemu dengan Alla dengan hati yang bersih.

Sekarang pertanyaannya adalah bagaimana dengan kita? Bagaimana kita bisa bertemu
dengan Allah dengan hati yang bersih?

Jadikanlah ini sebagai cita-cita kehidupan kita.

Hadirin yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Apa itu hakikat hati yang bersih?

Apa itu hakikat hati yang bersih? Yang dengan hati yang bersih ini maka kita akan
selamat di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Hati yang bersih adalah hati yang padanya terdapat lima sifat.
Maka barangsiapa yang memperoleh sifat tersebut, ia dapati di dalam hatinya lima
sifat tersebut, maka hendaknya dia bergembira. Berarti dia telah memiliki hati yang
yang bersih. Lima sifat tersebut, yaitu:

1. Hati yang tunduk kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,


2. Hati yang tunduk kepada perintah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,
3. Hati yang pasrah dengan takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala,
4. Hati yang selamat dari seluruh perkara yang memutuskan dia dari mengingat Allah
Subhanahu wa Ta’ala,
5. Hati yang dia berdamai, mencintai wali-wali Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
memusuhi musuh-musuh Allah Subhanahu wa Ta’ala

Barangsiapa yang memiliki lima sifat ini dalam hatinya, maka dia memiliki hati yang
bersih. Semoga kita sampai ke derajat ini amin Ya Rabbal Alamin.
Demikian saja kiranya pembicaraan kita kali ini. Semoga bermanfaat. Mohon maaf
atas segala kekurangan terima kasih atas segala perhatian.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai