Anda di halaman 1dari 120

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN PLTS


SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER DAYA LISTRIK
DI PULAU SIPORA

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Magister Manajemen

NINA CHRISTINA TRANSMISIYANTI


0906654456

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
JAKARTA
DESEMBER 2012

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN PLTS


SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER DAYA LISTRIK
DI PULAU SIPORA

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Magister Manajemen

NINA CHRISTINA TRANSMISIYANTI


0906654456

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
KEKHUSUSAN MANAJEMEN KEUANGAN
JAKARTA
DESEMBER 2012

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang

dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Nina Christina Transmisiyanti


NPM : 0906654456
Tanda Tangan :
Tanggal : 3 Januari 2013

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : Nina Christina Transmisiyanti
NPM : 0906654456
Program Studi : Magister Manajemen
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Pembangunan PLTS Sebagai
Alternatif Sumber Daya Listrik di Pulau Sipora

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Magister Manajemen pada Program Studi Ma[Type a quote from the
document or the summary of an interesting point. You can position the text box
anywhere in the document. Use the Drawing Tools tab to change the formatting of
the pull quote text box.]
gister Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Dr. Ancella Anitawati H. S. E., MBA ( )

Ketua Penguji : Dr. Irwan Adi Ekaputra ( )

Penguji : Dr. Sylvia Veronica NPS. ( )

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : 3 Januari 2013

ii

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
rahmat-Nya, sehingga dapat terselesaikannya tesis ini. Penulisan tesis ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Magister Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Saya
menyadari bahwa, saya tidak dapat menyelesaikan tesis ini tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
kepada:
(1) Dr. Ancella Anitawati H. S. E., MBA, selaku dosen pembimbing yang
telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran, dan ilmunya untuk
mengarahkan saya dalam menyusun skripsi ini;
(2) Prof. Rhenald Kasali, Ph.D, selaku Ketua Program MM-FEUI;
(3) Para dosen yang telah memberikan ilmunya yang bermanfaat sebagai
bekal bagi saya untuk menjalani kehidupan yang lebih baik;
(4) Ir. Sigit Prakoso, MM, selaku Senior Advisor For Board of Director PT.
Perusahaan Listrik Negara (Persero) yang memberikan dukungan moral,
ilmu, data, dan pengalamannya yang dibutuhkan dalam pembuatan tesis;
(5) Ir. Imam Sutjahyono, MT, selaku Senior Enjinir 1 Bidang Pembangkitan
Wilayah Indonesia Timur PT. PLN (Persero) yang telah memberikan
data, ilmu, dan pengalamannya yang dibutuhkan dalam pembuatan tesis;
(6) Ir. Agustian M., selaku Staff Perencanaan Wilayah Sumatera Barat yang
telah memberikan data, ilmu, dan pengalamannya yang dibutuhkan
dalam pembuatan tesis;
(7) Ir. Krisna Simba Putra MSc., selaku ex-General Manager Sumatera
Barat PT. PLN (Persero) yang telah memberikan data, ilmu, dan
pengalamannya yang saya butuhkan dalam pembuatan tesis;
(8) Arde Nugroho Kristianto SM. MM., selaku Staf Perencanaan dan
Pengembangan Bisnis PLN Enjiniring yang telah memberikan data,
ilmu, dan pengalamannya yang saya butuhkan dalam pembuatan tesis;
(9) Suami, Putri, Ayah, Ibu, dan Kakak-kakak saya yang tercinta, yang telah
memberikan dukungan kasih, doa, dan moral;

iii

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


(10) Karyawan administrasi MMUI, perpustakaan MMUI, staf MMUI, dan
teman-teman MMUI angkatan 2009 batch 2 pagi yang telah memberikan
bantuan dan info dalam pembuatan tesis ini.

Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih dan mendoakan agar semua pihak
yang telah membantu saya dalam pembuatan tesis ini mendapatkan balasan berkat
dari Tuhan Yang Maha Esa. Besar harapan saya agar tesis ini dapat menjadi
sumbangan ilmu pengetahuan untuk Bangsa dan Negara Indonesia.

Jakarta, 12 Desember 2012

Penulis

iv

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:

Nama : Nina Christina Transmisiyanti


NPM : 0906654456
Program Studi : Magister Manajemen
Fakultas : Ekonomi
Jenis karya : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Analisis Kelayakan Pembangunan PLTS sebagai Alternatif Sumber Daya Listrik


di Pulau Sipora

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database)
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 3 Januari 2013
Yang menyatakan

Nina Christina Transmisiyanti

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


ABSTRAK

Nama : Nina Christina Transmisiyanti


Program Studi : Magister Manajemen
Judul : Analisis Kelayakan Pembangunan PLTS Sebagai Alternatif
Sumber
Daya Listrik di Pulau Sipora

Penggunaan PLTD sebagai pembangkit listrik di wilayah dan pulau-pulau


terpencil di Indonesia memiliki berbagai masalah teknis, biaya dan efek negatif
terhadap lingkungan. Untuk mengurangi pemakaian PLTD dan menggantinya
dengan pembangkit listrik yang memakai sumber energi terbaharui sesuai
permintaan Presiden, maka PLTS merupakan salah satu jenis pembangkit yang
perlu dipertimbangkan kelayakannya sebagai pengganti. Kelayakan PLTS
dipertimbangkan dengan menganalisis kualitas dan kuantitasnya yang
diperhitungkan dengan metode perhitungan NPV, Payback Period, dan IRR. Dari
hasil analisis perhitungan, PLTS ini layak dan baik untuk dipakai sebagai
pengganti PLTD.

Kata Kunci:
PLTS, kelayakan, analisis

vi
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


ABSTRACT

Name : Nina Christina Transmisiyanti


Study Program : Master of Management
Title : Feasibility Analysis for the Solar Power Plant Construction as an
Alternative Energy Source in Sipora Island

Using diesel power plant in remote areas and islands of Indonesia gives a sum of
technical, financial, and environmental problems. In accordance with the
President’s request to reduce the usage of diesel power plants and to replace them
with power plants which utilizes renewable energy sources, solar power plant is a
viable replacement to be considered. The feasibility is assessed by analyzing the
quality and quantity by calculating the NPV, Payback Period, and IRR.
Calculation results showed that a solar power plant is a feasible and good
replacement for the diesel power plant.

Key words:
PLTS, feasibility, analysis

vii
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .................................................................. v
ABSTRAK ................................................................................................................... vi
ABSTRACT ................................................................................................................ vii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xi
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................................... 5
1.3 Batasan Masalah............................................................................................ 5
1.4 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 6
1.5 Manfaat Penulisan ......................................................................................... 6
1.6 Metode Penelitian.......................................................................................... 6
1.7 Sistematika Penulisan ................................................................................... 7
BAB 2 TINJAUAN LITERATUR .............................................................................. 9
2.1 Analisis Keputusan Investasi ........................................................................ 9
2.2 Proyeksi Arus Kas Dari Proyek .................................................................... 9
2.3 Cost of Capital ............................................................................................ 12
2.4 Kriteria Pemilihan Kelayakan Investasi ...................................................... 15
2.5 Analisis Kuantitatif Keputusan Investasi .................................................... 16
BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN UNIT DI PULAU
SIPORA ................................................................................................................... 19
3.1 Sejarah Singkat Perusahaan ........................................................................ 19
3.2 Struktur Organisasi ..................................................................................... 20
3.3 Kegiatan Usaha ........................................................................................... 21
3.4 Gambaran Umum Pembangkit Listrik di Pulau Sipora............................... 24
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................................... 28
4.1 Gambaran Umum Pembangkit Listrik Tenaga Surya ................................. 28
4.2 Perkiraan Kebutuhan Investasi Awal Pembangunan PLTS 3 MW ............. 30
4.3 Asumsi Makro ............................................................................................. 40
4.4 Operasional ................................................................................................. 42
4.5 Depresiasi .................................................................................................... 51
4.6 Rencana Pendanaan ..................................................................................... 53
4.7 Proyeksi Pembayaran Hutang Obligasi ....................................................... 54
4.8 Proyeksi Arus Kas ....................................................................................... 54
4.9 Perhitungan Net Present Value ................................................................... 56
4.10 Perhitungan Internal Rate of Return ........................................................... 56
4.11 Perhitungan Payback Period ....................................................................... 57
4.12 Rincian Perhitungan Cash Outflow Pengoperasian PLTD.......................... 58
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 64
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 64
5.2 Saran ............................................................................................................ 67
DAFTAR REFERENSI .............................................................................................. 70

viii
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Jenis dan Jumlah Pembangkit di Wilayah Operasi Indonesia Barat dan
Indonesia Timur ......................................................................................................... 2
Tabel 1.2. Jenis dan Jumlah Kapasitas Terpasang Pembangkit Sistem Jawa-Bali
Tahun 2009 ................................................................................................................ 2
Tabel 3.1. Data Umum dan Ketenagalistrikan di Pulau Sipora pada tahun 2010 ....... 24
Tabel 3.2. Data Kelistrikan PLTD di Pulau Sipora Tahun 2010 ................................ 25
Tabel 3.3. Kondisi Mesin PLTD di Pulau Sipora Desember 2010 ............................. 26
Tabel 3.4. Biaya Bahan Bakar dan Ongkos Angkutan Mesin PLTD di Pulau
Sipora Desember 2010 ............................................................................................. 26
Tabel 4.1. Perbedaan Skenario Optimis, Normal, dan Pesimis .................................. 31
Tabel 4.2. Jenis dan Jumlah Investasi Awal yang Dibutuhkan Dalam Membangun
PLTS 3 MW Pada Skenario Optimis ....................................................................... 32
Tabel 4.3. Jenis dan Keterangan Spesifikasi Baterai .................................................. 33
Tabel 4.4. Jenis dan Jumlah Investasi Awal yang Dibutuhkan Dalam Membangun
PLTS 3 MW Pada Skenario Normal ........................................................................ 37
Tabel 4.5. Jenis dan Jumlah Investasi Awal yang Dibutuhkan Dalam Membangun
PLTS 3 MW Pada Skenario Pesimis........................................................................ 39
Tabel 4.6. Perhitungan Persentase Rata-rata Kenaikan BBM Bersubsidi .................. 42
Tabel 4.7. Tarif Dasar Listrik Untuk Keperluan Rumah Tangga ............................... 43
Tabel 4.8. Rincian Biaya-biaya Operasional Setahun Pada Tahun 2013 Pada
Skenario Optimis...................................................................................................... 44
Tabel 4.9. Rincian Biaya-biaya Operasional Setahun Pada Tahun 2013 Dalam
Skenario Normal ...................................................................................................... 47
Tabel 4.10. Rincian Biaya-biaya Operasional Setahun Pada Tahun 2013 Dalam
Skenario Pesimis ...................................................................................................... 49
Tabel 4.11. Proyeksi Pembayaran Hutang Obligasi Masing-masing Skenario .......... 54
Tabel 4.12. Proyeksi Arus Kas Masing-masing Skenario........................................... 55
Tabel 4.13. Perhitungan Net Present Value Masing-masing Skenario ....................... 56
Tabel 4.14. IRR Pada Masing-masing Skenario ......................................................... 57
Tabel 4.15. Perhitungan Payback Period Masing-masing Skenario ........................... 57
Tabel 4.16. Kondisi Mesin-mesin PLTD Pulau Sipora Tahun 2013-2015 ................. 58
Tabel 4.17. Rincian Biaya BBM dan Pengangkutan Per Tahun ................................. 60
Tabel 4.18. Cash Outflow PLTD Pada Masing-masing Skenario ............................... 62

ix
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) .................................................. 20


Gambar 3.2. Peta Pulau Sipora ................................................................................... 24
Gambar 4.1. PLTS ...................................................................................................... 28
Gambar 4.2. PV PLTS ................................................................................................ 33
Gambar 4.3. Baterai PLTS .......................................................................................... 34

x
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Inflasi Indonesia ........................................................................ 73


Lampiran 2. Tabel Inflasi Amerika Serikat ............................................................. 76
Lampiran 3. Perpres No. 8 Tahun 2011................................................................... 79
Lampiran 4. Kurs Euro dan US Dollar .................................................................... 80
Lampiran 5. Biaya-Biaya Mengoperasikan Mesin PLTD Dalam Sebulan Pada
Tahun 2013 ............................................................................................................. 81
Lampiran 6. Biaya-Biaya Mengoperasikan Mesin PLTD Dalam Sebulan Pada
Tahun 2014 ............................................................................................................. 83
Lampiran 7. Biaya-Biaya Mengoperasikan Mesin PLTD Dalam Sebulan Pada
Tahun 2015 ............................................................................................................. 85
Lampiran 8. Perhitungan Proyeksi Pembayaran Hutang Obligasi Skenario
Optimis ............................................................................................................. 87
Lampiran 9. Perhitungan Proyeksi Pembayaran Hutang Obligasi Skenario
Normal ............................................................................................................. 88
Lampiran 10. Perhitungan Proyeksi Pembayaran Hutang Obligasi Skenario
Pesimis ......................................................................................................... 89
Lampiran 11. Arus Kas Skenario Optimis 2013-2017 .......................................... 90
Lampiran 12. Arus Kas Skenario Optimis 2018-2022 .......................................... 91
Lampiran 13. Arus Kas Skenario Optimis 2023-2027 .......................................... 92
Lampiran 14. Arus Kas Skenario Normal 2013-2017 ........................................... 93
Lampiran 15. Arus Kas Skenario Normal 2018-2022 ........................................... 94
Lampiran 16. Arus Kas Skenario Normal 2023-2027 ........................................... 95
Lampiran 17. Arus Kas Skenario Pesimis 2013-2017 ........................................... 96
Lampiran 18. Arus Kas Skenario Pesimis 2018-2022 ........................................... 97
Lampiran 19. Arus Kas Skenario Pesimis 2023-2027 ........................................... 98
Lampiran 20. Perhitungan Net Present Value Skenario Optimis .......................... 99
Lampiran 21. Perhitungan Net Present Value Skenario Normal ......................... 100
Lampiran 22. Perhitungan Net Present Value Skenario Pesimis ......................... 101
Lampiran 23. Perhitungan Payback Period Skenario Optimis ............................ 102
Lampiran 24. Perhitungan Payback Period Skenario Normal ............................. 103
Lampiran 25. Perhitungan Payback Period Skenario Pesimis ............................. 104
Lampiran 26. Cash Outflow PLTD Skenario Optimis ........................................ 105
Lampiran 27. Cash Outflow PLTD Skenario Normal ......................................... 106
Lampiran 28. Cash Outflow PLTD Skenario Pesimis ......................................... 107

xi
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini, di Indonesia, tingginya harga minyak bumi menjadi suatu masalah besar
pada sektor transportasi, industri, dan kelistrikan. PT. PLN (Persero), sebuah
perusahaan milik BUMN yang bergerak di sektor tenaga listrik nasional tentu
merasakan efek dari semakin tingginya harga minyak bumi dari waktu ke waktu.
Hal ini dikarenakan sebagian dari pembangkit listrik yang dimiliki oleh PT. PLN
(Persero) hingga kini masih menggunakan pembangkit listrik berbahan bakar
diesel (PLTD). Sebagai suatu Badan Usaha Milik Pemerintah (BUMN), PT. PLN
(Persero) bertugas memenuhi kebutuhan pasokan listrik masyarakat di Indonesia.

Di Indonesia masih banyak wilayah yang belum memperoleh fasilitas tenaga


listrik, terutama di daerah-daerah pedalaman, dan PT. PLN (Persero) sebagai
perusahaan Negara memiliki tugas untuk memenuhi permintaan listrik di seluruh
Indonesia. Hingga tahun 2009, berdasarkan kapasitas terpasang pembangkit PT.
PLN (Persero) dan Indonesia Power Plant (IPP), sebuah anak perusahaan dari PT.
PLN (Persero), adalah sebesar 30.320 MW di seluruh Indonesia yang terdiri dari
22.906 MW di sistem Jawa-Bali dan 7.414 MW kapasitas yang terpasang untuk
wilayah operasi Indonesia Barat dan Indonesia Timur (Rancangan Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik periode 2010-2019, 2010).

Walaupun kapasitas terpasang milik PT. PLN (Persero) dan IPP yang tersebar di
Indonesia Barat dan Indonesia Timur adalah 7.414 MW, namun daya mampu
pembangkit hanya sekitar 5.560 MW atau 75% dari kapasitas terpasang. Hal ini
disebabkan karena sistem pembangkitan tersebut masih didominasi oleh
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) sebesar 2.627 MW dan sekitar 1.600
MW PLTD tersebut telah berusia lebih dari 10 tahun, sehingga tidak bisa
menghasilkan pasokan listrik secara maksimal (Rancangan Usaha Penyediaan
Tenaga Listrik periode 2010-2019, 2010).

1
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


2

Hingga pada tahun 2009, di seluruh wilayah operasi Indonesia Barat dan
Indonesia Timur, PT PLN (Persero) dan IPP telah memiliki:

Tabel 1.1. Jenis dan Jumlah Pembangkit di Wilayah Operasi Indonesia


Barat dan Indonesia Timur
No. Jenis Pembangkit Jumlah (MW) Persentase (%)
1. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) 2.543 MW 34,299%
2. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) 880 MW 11,869%
3. Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) 878 MW 11,842%

4. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 1.330 MW 17,939%


5. Pembangkit Listrik Tenaga Air/Micro (PLTA/M) 1.112 MW 14,998%
6. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) 60 MW 0,809%
7. Kapasitas Total IPP 612 MW 8,254%
Total 7.414 MW 100%
Sumber: Rancangan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik periode 2010-2019, 2010, p. 24

Sedangkan untuk kapasitas terpasang pembangkit sistem Jawa-Bali tahun 2009


terdiri dari:

Tabel 1.2. Jenis dan Jumlah Kapasitas Terpasang Pembangkit Sistem


Jawa-Bali Tahun 2009
No. Jenis Pembangkit Jumlah (MW) Persentase (%)
1. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) 2.536 MW 11,071%
2. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 10.370 MW 45,272%
3. Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) 6.643 MW 29,001%
4. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) 2.236 MW 9,762%
5. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) 76 MW 0,332%
6. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) 1045 MW 4,562%
Total 22.906 MW 100%
Sumber: Rancangan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik periode 2010-2019, 2010, p. 25

Dalam Rancangan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN periode


2010-2019, PT. PLN (Persero) memiliki sasaran yang harus ia capai pada tahun

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


3

2019, yaitu pengurangan penggunaan bahan bakar minyak hingga kontribusi


produksi pembangkit berbahan bakar minyak menjadi 2,54% terhadap total
produksi energi listrik pada tahun 2019. Namun kenyataanya, hingga kini
persentasi jumlah besaran penggunaan pembangkit listrik berbahan bakar minyak
bumi seperti PLTD di Indonesia masih tinggi, yaitu sebesar 2.627 MW dari
30.320 MW total kapasitas pembangkit listrik yang terpasang di Indonesia, atau
sebesar 8,664% dari total kapasitas pembangkit listrik yang terpasang.

Kini telah ada berbagai jenis teknologi pembangkit tenaga listrik energi
terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit
Listrik Tenaga Pasang Surut (PLTPs) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya
(PLTS). Dalam mempergunakan jenis-jenis pembangkit listrik tersebut, tentu
tempat-tempat yang mempergunakannya harus memiliki sumber daya alam
terbarukan seperti sungai yang cukup besar dan deras untuk PLTA, kecepatan
angin yang berkisar 10-15 meter/detik untuk PLTB, sumber panas bumi untuk
PLTP, lokasi yang memiliki ombak kuat dan muncul secara konsisten untuk
PLTPs, dan daerah yang cukup tersinari matahari untuk PLTS. Diantara kelima
teknologi pembangkit listrik energi terbarukan tersebut, PLTS adalah jenis
pembangkit yang paling bisa diterapkan di segala penjuru Indonesia yang berada
di wilayah garis khatulistiwa, dimana Negara ini memperoleh cukup banyak
pancaran sinar matahari di tiap harinya.

Pada jenis pembangkit seperti PLTB, PLTA, PLTP, PLTPs, dan PLTS, kelima-
limanya memanfaatkan energi terbarukan yang tersedia di alam sebagai sumber
energi dalam memproduksi energi listrik. Oleh karena itu biaya-biaya dalam
menjalankan pembangkit-pembangkit tersebut berupa biaya investasi awal, biaya
operasi, dan biaya pemeliharaan. Berbeda dengan PLTU dan PLTD yang
memanfaatkan bahan bakar berupa batu bara dan diesel yang merupakan jenis
energi tidak terbarukan, untuk menjalankan pembangkit-pembangkit tersebut
diperlukan adanya usaha dan biaya ekstra dalam mengumpulkan dan menyalurkan
bahan bakar, dan tentu saja untuk memperoleh bahan bakar tersebut tidak dengan

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


4

gratis seperti jenis pembangkit yang memanfaatkan sumber energi terbarukan


yang sudah tersedia dan dapat langsung dimanfaatkan dari sumber daya alam
sekitarnya. Oleh karena itu, dalam menjalankan PLTU dan PLTD memerlukan
biaya-biaya berupa investasi awal, pemeliharaan, biaya bahan bakar, biaya
transportasi, dan biaya operasi, Dengan kondisi harga BBM dunia yang harganya
kini terus melambung akibat kondisi ekonomi dan ketersediaannya yang makin
menipis, tentu hal ini memberikan efek besar pada beban biaya bahan bakar dalam
menjalankan kedua jenis pembangkit ini.

Selain masalah biaya bahan bakar, alasan kuat kenapa menjalankan kedua jenis
pembangkit ini dirasa kurang efektif adalah adanya beban biaya transportasi yang
semakin besar untuk mengirimkan bahan bakar ke wilayah-wilayah yang semakin
jauh dan terpencil yang berada di luar jaringan Jawa-Bali. Dengan jumlah PLTD
yang kini beroperasi di luar jaringan Jawa-Bali sebesar 34,299%, tentu beban
biaya yang ditanggung oleh PT. PLN (Persero) pun cukup besar. Di sisi lain,
perbedaan usia mesin juga perlu menjadi pertimbangan. Jenis-jenis pembangkit
listrik yang mempergunakan energi terbarukan rata-rata berusia pakai 20 tahun
keatas dan tidak perlu membeli mesin baru secara total seperti PLTD dan PLTU,
namun hanya perlu melakukan perbaikan mesin apabila terjadi kerusakan.
Sedangkan usia pemakaian mesin pada PLTD rata-rata 10 tahun dan PLTU rata-
rata 20 tahun. Perbedaan kondisi pembangkit serta biaya-biaya yang ada pada
pengoperasian kedua pembangkit inilah yang menjadi pertimbangan kuat untuk
mempergunakan pembangkit listrik yang memakai sumber energi terbarukan
seperti PLTS yang dapat dioperasikan di berbagai wilayah Indonesia yang
merupakan negara beriklim tropis yang memperoleh cukup banyak pancaran sinar
matahari.

Dalam studi kasus ini, akan dibahas bagaimana kelayakan penggunaan PLTS
sebagai alternatif pembangkit listrik energi terbarukan di Indonesia dalam rangka
memperkecil angka penggunaan PLTD sebagai pembangkit listrik di daerah-
daerah tertinggal dan pulau-pulau terpencil di luar Jawa-Bali. Dalam kasus ini
Pulau Sipora sebagai salah satu pulau terpencil di Sumatera Barat yang masih

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


5

mempergunakan PLTD sebagai jenis pembangkit listriknya akan menjadi contoh


kasus pemakaian PLTS di daerah tertinggal dan pulau-pulau terpencil, dan
diharapkan hasil penelitian ini kemudian dapat dimanfaatkan sebagai contoh
penggunaan PLTS di daerah tertinggal dan pulau-pulau terpencil lainnya sebagai
salah satu alterntif jenis pembangkit listrik tenaga terbarukan.

1.2 Perumusan Masalah


Dari latar penjelasan belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas
dalam tesis ini adalah:
a. Apa kekurangan dan kelebihan dari penggunaan PLTD dan PLTS?
b. Fasilitas dan biaya apa saja yang diperlukan dalam menjalankan PLTD
dan PLTS?
c. Apakah dengan kondisi yang ada di Pulau Sipora, PLTS bisa menjadi
alternatif pilihan pembangkit listrik yang layak disana?
d. Apakah penggunaan PLTS dapat meningkatkan efisiensi secara
keseluruhan dan pemenuhan kebijakan yang diberikan oleh pemerintah
tentang penyediaan listrik?

1.3 Batasan Masalah


Pembahasan penelitian ini dibatasi pada studi finansial dengan metode
perhitungan budgeting dan NPV untuk pembangunan dan pengoperasian PLTS di
Pulau Sipora. Dalam penelitian ini tidak memperhitungkan studi finansial jenis
pembangkit listrik lain dikarenakan menurut kriteria geografis yang dimiliki oleh
Pulau Sipora, hanya PLTS dan PLTD yang sesuai untuk dioperasikan sebagai
pembangkit listrik di wilayah tersebut.

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


6

1.4 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penyusunan tesis ini adalah untuk memperlihatkan adanya
kemungkinan dipergunakannya Pembangkit Listrik Tenaga Surya sebagai salah
satu pembangkit listrik dengan sumber tenaga terbarukan untuk menggantikan
pembangkit listrik sumber tenaga tidak terbarukan seperti Pembangkit Listrik
Tenaga Diesel di daerah terpencil seperti Kepulauan Mentawai. Untuk
mengetahui kelayakan pembangunan PLTS di Pulau Sipora tersebut, maka
diperlukanlah studi kelayakan finansial yang akan dibahas dalam tesis ini.

1.5 Manfaat Penulisan


Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak manajemen PT. PLN
(Persero) untuk mempertimbangkan penggunaan PLTS sebagai alternatif
penggunaan pembangkit listrik di daerah tertinggal dan pulau terpencil dan juga
dapat memberikan manfaat untuk pemerintah dalam mengurangi subsidi yang
harus disalurkan kepada PT. PLN (Persero) dalam rangka memenuhi kebutuhan
pasokan listrik masyarakat Indonesia.

1.6 Metode Penelitian


1.6.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah berupa studi kasus tentang kelayakan investasi
suatu proyek. Referensi dalam melakukan penelitian diperoleh dari
berbagai karya tesis yang ada di Perpustakaan MMUI. Berbagai konsep
dan teori yang berhubungan dengan penelitian mempergunakan berbagai
buku manajemen keuangan dan investasi yang ada untuk
diimplementasikan dalam tesis ini.
1.6.2 Jenis dan Sumber Data
Segala informasi umum yang dibutuhkan tentang PT. PLN (Persero)
diperoleh dari website resmi PT. PLN (Persero) di www.pln.co.id dan
RUPTL PT. PLN (Persero) periode 2010-2019. Untuk informasi
kuantitatif dan kualitatif khusus yang dibutuhkan dalam penelitian, data-

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


7

data yang dibutuhkan tersebut diperoleh dari laporan keuangan tahunan


PT. PLN (Persero), data-data dari PT. PLN (Persero) wilayah Sumatera
Barat Cabang Padang, serta undang-undang dan keputusan pemerintah
yang mengatur tentang kelistrikan di Indonesia.
1.6.3 Teknik Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan diolah dan dianalisis dengan
mempergunakan berbagai pengetahuan yang diperoleh dari membaca
berbagai macam literature dan mengimplementasikannya dalam
melakukan perhitungan dan analisa dalam tesis ini.

1.7 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan tesis ini terbagi atas 5 bagian, yaitu sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang kondisi pembangkit listrik PT. PLN
(Persero) di Indonesia, perumusan masalah yang dihadapi oleh PT. PLN
(Persero) dalam mencapai sasaran, tujuan dan manfaat penelitian, serta
sistematika penulisan.

Bab 2 Tinjauan Literatur


Bab 2 ini berisi tentang teori-teori yang menunjang dan dipergunakan
dalam menganalisa serta mengolah data-data tentang PLTD, PLTS, serta
teori-teori budgeting dan keputusan investasi.

Bab 3 Gambaran Umum Perusahaan dan Unit di Pulau Sipora


Bab 3, berisi tentang metodologi penelitian, penjelasan tentang perusahaan
PT. PLN (Persero), Pulau Sipora, serta pembangkit listrik yang menjadi
objek studi kasus dalam tesis ini, yaitu PLTD, dan PLTS.

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


8

Bab 4 Analisis dan Pembahasan


Bab 4 ini berisi tentang analisis kelayakan pembangunan dan
pengoperasian PLTS di Pulau Sipora dibandingkan dengan PLTD

Bab 5 Kesimpulan dan Saran


Bab 5 ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang berasal dari hasil
analisa pengolahan data yang berhubungan dengan PLTS dan PLTD yang
menjadi objek penelitian pada bab 4.

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


BAB 2
TINJAUAN LITERATUR

2.1 Analisis Keputusan Investasi


Konsep analisis keputusan investasi dipergunakan untuk mendeskripsikan proses
pembuatan dan pengaturan pengeluaran pada asset berjangka panjang, contohnya
seperti mesin, pergantian mesin, produk baru, atau penambahan produk. Analisis
keputusan investasi ini juga bermanfaat sebagai alat bantu bagi perusahaan untuk
menentukan dan menilai kelayakan suatu proyek untuk dilaksanakan dilihat dari
sisi perhitungan keuangannya. Dalam analisis keputusan investasi ini ada
beberapa unsur penting yang harus diperhatikan dalam analisa, yaitu incremental
cash flow, inflasi, arus kas operasi, dan perisai pajak. Beberapa metode analisis
keputusan investasi yang dapat dipergunakan adalah Net Present Value (NPV),
Payback Period, dan Internal Rate of Return (IRR).

2.2 Proyeksi Arus Kas Dari Proyek


Arus kas (Cash Flow) adalah aliran kas masuk atau keluar yang terjadi dalam
menjalankan suatu proyek, produksi, atau bisnis dalam suatu jangka waktu yang
ditentukan. Dalam melakukan analisis keputusan investasi, yang diperhitungkan
adalah Incremental Cash Flow. Dalam memperhitungkan kelayakan suatu proyek,
yang didiskontokan adalah arus kas, bukan pendapatan. Dalam memperhitungkan
kelayakan suatu proyek, arus kas yang didiskontokan hanyalan arus kas yang
berasal dari kegiatan proyek tersebut. Dalam incremental cash flow, ada beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam menghindari terjadinya kesalahan dalam
menentukan incremental cash flow (Ross, Westerfield, & Jordan, 2010):
a) Sunk Cost
Merupakan biaya yang yang sudah lama ada dari kegiatan perusahaan
yang lalu dan tidak dapat berubah karena perusahaan menerima atau
menolak suatu proyek. Oleh karena itu, sunk cost tidak termasuk dalam
incremental cash flow.

9
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


10

b) Opportunity Cost
Merupakan suatu jumlah pendapatan yang bisa didapatkan yang kemudian
menjadi hilang akibat suatu perusahaan memilih alternatif yang lain dan
oleh karena itu hal ini dianggap sebagai suatu biaya.
c) Efek Samping
Salah satu kesulitan dalam menentukan incremental cash flow adalah
adanya efek samping dari keberadaan proyek lain yang diusulkan oleh
perusahaan. efek samping tersebut dapat berupa erosi atau sinergi. Erosi
terjadi ketika arus kas terpengaruh akibat keberadaan suatu produk baru
yang dapat mengurangi penjualan. Sedangkan sinergi terjadi ketika suatu
proyek baru malah meningkatkan arus kas proyek yang ada. Cara
memperhitungkan efek samping adalah NPV dari produk baru ditambah
dengan NPV produk lama yang telah dikurangi dengan NPV produk lama
apabila tidak ada produk baru. Apabila hasilnya adalah minus, maka
terjadi erosi, dan bila positif, maka yang terjadi adalah sinergi.
d) Biaya yang Telah Dialokasikan
Keberadaan suatu biaya tidak selalu merugikan suatu proyek, namun
seringkali kebedaradaannya juga dapat memberikan manfaat bagi proyek
tersebut. Dalam analisis keputusan investasi, biaya yang dialokasikan ini
harus dilihat sebagai arus kas keluar dari proyek apabila biaya tersebut
termasuk dalam biaya tambahan yang berhubungan dengan proyek
tersebut.

Beberapa hal yang bersangkutan dari proyeksi arus kas dari proyek:
a. Depresiasi
Depresiasi adalah penurunan nilai suatu aset setelah berjalannya suatu
periode waktu. Depresiasi bukanlah merupakan biaya berupa kas, namun
ia harus tetap diperhitungkan dalam menilai suatu asset berdasarkan usia
pemakaiannya pada tahun tertentu. Hal ini diperlukan agar dapat
mengetahui berapa jumlah nilai asset yang dimiliki suatu perusahaan pada
tahun tertentu. Perhitungan depresiasi dalam arus kas ini memberikan
keuntungan bagi perusahaan, yaitu dalam hal perlindungan dari

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


11

pengurangan pendapatan akibat keberadaan pajak. Semakin besar jumlah


depresiasi yang ada, maka semakin besar jumlah tax shield/laba yang tidak
dipotong pajak. Oleh karena itu keberadaan depresiasi penting bagi
perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dari keberadaan tax shield.
b. Initial Cash Flow
Initial Cash Flow merupakan jumlah uang yang dibayarkan atau diterima
oleh perusahaan pada awal pelaksanaan suatu proyek atau investasi.
Contoh initial cash flow adalah seperti bangunan, mesin, atau pabrik.
c. Arus Kas Operasi
Arus Kas Operasi (Operating Cash Flow) adalah arus kas yang diperoleh
dari hasil aktifitas operasi yang mengacu pada jumlah kas perusahaan yang
diperoleh dari pendapatan dalam menjalankan operasi tersebut yang terjadi
tiap tahun. Cara menghitung Operating Cash Flow adalah EBIT
(pendapatan sebelum bunga dan pajak) ditambah jumlah depresiasi, dan
dikurang jumlah pajak yang harus dibayarkan berdasarkan besarnya EBIT.
d. Terminal Cash Flow
Terminal Cash Flow merupakan nilai kini arus kas masa depan yang
terjadi hanya pada saat berakhirnya suatu proyek, atau diputusnya proyek
yang telah berjalan. Perhitungan ini diperlukan untuk memprediksikan
proyeksi arus kas untuk periode beberapa tahun. Contoh terminal cash
flow adalah hasil penjualan asset, atau nilai sisa dari mesin yang ada
(salvage value).
e. Inflasi
Inflasi adalah tingkat kenaikan umum pada harga barang dan jasa di suatu
negara yang diakibatkan menurunnya nilai riil dari mata uang yang
dimilikinya. Tingkat inflasi sangat berpengaruh dalam memperhitungkan
proyeksi arus kas di masa depan dimana keberadaanya akan
mempengaruhi kenaikan harga dan biaya-biaya operasional pada suatu
proyek/investasi.

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


12

f. After Tax Cash Flow


Keberadaan perhitungan After Tax Cash Flow ini penting dalam mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan arus kas dari operasi yang
dilakukannya. Cara menghitung After Tax Cash Flow adalah laba
ditambah jumlah nilai depresiasi, ditambah jumlah nilai amortisasi, dan
ditambah jumlah biaya non kas. Semakin tinggi nilai After Tax Cash Flow
suatu proyek/investasi, maka semakin bagus proyek tersebut.

2.3 Cost of Capital


Cost of Capital adalah istilah dalam bidang investasi yang berdasarkan pada biaya
pendanaan perusahaan dimana di dalamnya termasuk adanya hutang dan ekuitas
yang dianggap sebagai tingkat persentase pendapatan portfolio yang diharapkan
diperoleh oleh investor dan dipandang sebagai persentase tingkat resiko yang
diemban dalam melakukan investasi. Pada umumnya, tingkat persentase
pendapatan ekspektasi yang diharapkan oleh investor lebih besar dari cost of
capitalnya. Dalam Cost of Capital terdapat Cost of Debt dan Cost of Equity. Cost
of Debt dapat diperhitungkan dari tingkat bunga yang dibayarkan oleh
perusahaan, sedangkan Cost of Equity dapat diperhitungkan dari membandingkan
investasi dengan investasi lain sebanding yang memiliki profil risiko yang sama
yang dapat diperhitungkan melalui formula CAPM. Apabila perusahaan tersebut
tidak menerbitkan saham, maka Cost of Equitynya dapat diperhitungkan dari
tingkat deposito yang diperoleh oleh perusahaan tersebut. Apabila Cost of Debt
dan Cost of Equity telah diketahui, maka kita dapat memperhitungkan WACC
perusahaan tersebut. Dalam perhitungan WACC, tingkat diskonto memiliki
peranan penting dalam melakukan perhitungan ini.

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


13

Perhitungan untuk masing-masing elemen dalam Cost of Capital adalah sebagai


berikut:
a) Cost of Debt
Cost of Debt merupakan besaran tingkat keuntungan yang diharapkan
investor dengan memberikan pinjaman. Pembayaran bunga akibat adanya
Cost of Debt menyebabkan adanya pengurangan pajak, oleh karena itu
rumus biaya utang setelah pajak seperti di bawah ini.
ki = kd (1-t) (2.1)
ki = biaya utang setelah pajak
kd = discount rate
t = tarif pajak

b) Cost of Equity
Cost of Equity merupakan besaran tingkat keuntungan yang disyaratkan
oleh investor saham. Rumus perhitungan Cost of Debt adalah sebagai
berikut.
D
ke =  (2.2)
P0

ke = biaya equity
D = Dividen
P0 = harga saham kini

Tingkat diskonto adalah suatu tingkat persentase yang dipergunakan untuk


mendiskontokan arus kas masa depan ke nilainya di masa kini. Di dalam tingkat
diskonto terdapat 2 hal yang menentukan besarannya, yaitu inflasi (time value of
money) / risk free rate dan risk premium (permintaan return ekstra dari investor
untuk menanggulangi kemungkinan resiko yang ada). Tiap tahun nilai suatu mata
uang akan mengalami penurunan yang diakibatkan adanya tingkat inflasi pada
suatu negara, oleh karena itu nilai suatu mata uang dimasa kini dengan di masa
depan menjadi semakin menurun dan hal inilah yang harus diperhatikan dalam
perhitungan NPV untuk kelayakan suatu proyek. Setiap perusahaan dapat

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


14

memiliki tingkat diskonto yang berbeda-beda, hal itu dikarenakan perusahaan juga
memperhitungkan resiko bunga pada adanya peminjaman modal dari bank serta
resiko-resiko tidak terduga lainnya untuk pertimbangan keamanan perhitungan
dari jumlah nilai yang didapat dari menjalankan suatu proyek. Perhitungan tingkat
diskonto ini didapat dari perhitungan Weighted Average Cost of Capital (WACC)
perusahaan, yang didasarkan dari kondisi struktur kapital perusahaan. Rumus
WACC adalah sebagai berikut:

WACC = __B_ x RS + S__ x R x (1 - t)


B (2.3)
B+S B+S

RS = RF + β x [RM - RF] (2.4)


B = nilai pasar terhadap hutang perusahaan
S = nilai pasar terhadap ekuitas perusahaan
RS = laba yang diekspektasikan (Cost of Equity)
RB = Cost of Debt
RF = risk free rate
[RM - RF] = resiko premium pasar
β = beta perusahaan

Dalam menentukan biaya saham juga dapat mempergunakan metode perhitungaan


CAPM ( Capital Assets Pricing Model), dimana hanya resiko pasar yang relevan
yang dipertimbangkan, sedangkan risiko sistematis dihilangkan dengan
melakukan diversifikasi dalam portfolio. Karena premium resiko yang diinginkan
investor hanya berdasar pada beta saham dan risiko premium pasar, maka tingkat
keuntungan yang diharapkan investor dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:

Ri = Rf + βi(Rm – Rf) (2.5)

Ri = tingkat keuntungan yang diharapkan investor

Rf = Risk Free
βi = beta portfolio

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


15

2.4 Kriteria Pemilihan Kelayakan Investasi


Dalam melakukan pemilihan kelayakan investasi, tiap perusahaan pasti
mengharapkan laba yang tinggi serta keberlangsungan proyek dari investasi yang
dilakukan yang memberikan manfaat terbaik bagi perusahaan. Dalam melakukan
investasi, terdapat dua jenis investasi yang umumnya dilakukan, yaitu:
a) Project Finance
Merupakan investasi suatu proyek yang dilakukan secara independen,
dimana pendanaan proyek seluruhnya diperoleh dari pihak luar perusahaan
oleh satu atau lebih sejumlah investor dan dikelola sendiri serta proyek ini
memiliki batas waktu. Umumnya sebuah proyek sektor publik dalam skala
besar di negara-negara berkembang didanai oleh pinjaman dari publik,
sedangkan proyek sektor swasta didanai oleh perusahaan-perusahaan besar
atau bank (Yescombe, 2002). Apabila terjadi kegagalan dalam
menjalankan proyek tersebut, perusahaan tidak akan terkena
pertanggungjawaban penarikan berupa asset atau apapun selain proyek
yang diambil alih oleh pihak investor (Tan, 2007).
b) Corporate Finance
Merupakan area finance yang menangani keputusan finansial korporasi
serta menganalisis dalam membuat suatu keputusan dalam setiap
tindakannya untuk meningkatkan value perusahaan. dalam meningkatkan
value perusahaan, terdapat 3 hal yang menjadi fokus utama corporate
finance, yaitu keputusan-keputusan terhadap investasi, keuangan, dan
deviden.

Untuk memperhitungkan kelayakan suatu investasi, terdapat 2 hal yang menjadi


pertimbangan, yaitu kriteria penilaian kuantitatif dan kualitatif keputusan investasi
pada masing-masing alternatif yang akan dipilih.

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


16

2.5 Analisis Kuantitatif Keputusan Investasi


Penilaian kuantitaif ini berupa penilaian kriteria berupa analisis evaluasi keuangan
masing-masing alternatif/proyek yang dapat diperhitungkan dengan berbagai
metode analisis keputusan investasi seperti NPV, Payback Period, IRR, dan
Equivalent Annual Cost Method.

2.5.1.1 Net Present Value


Net Present Value (NPV) adalah arus kas dalam suatu kurun waktu tertentu yang
didefinisikan sebagai nilai sekarang atau Present Value (PV), baik itu arus kas
masuk ataupun arus kas keluar. NPV merupakan proyeksi arus kas di masa depan
yang didiskontokan berdasarkan konsep time value of money (Discounted Cash
Flow) untuk menilai suatu proyek jangka panjang. Dalam analisis keputusan
investasi, proyek yang sebaiknya diterima adalah proyek yang nilai NPVnya
diatas 0, dan proyek yang bagus adalah yang memiliki NPV positif terbesar.

PV = _FVt_ (2.6)
(1+r)t

NPV = initial cost – total PV (2.7)


PV = Future Value (2.8)
t
(1+r)
r = discount rate
t = periode

2.5.1.2 Payback Period


Payback period adalah metode perhitungan jumlah rentang waktu berjalannya
suatu proyek hingga pendapatan dari arus kas yang dihasilkan dari menjalankan
proyek tersebut dapat mengembalikan jumlah modal awal yang diinvestasikan
dalam membangun proyek tersebut. Kelemahan dari metode ini adalah
mengabaikan semua arus kas yang terjadi setelah masa payback period dan
mengabaikan nilai kini (PV) dari 9 yang dipergunakan dalam menghitung
payback period.

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


17

2.5.1.3 Internal Rate of Return (IRR)


Metode ini merupakan metode untuk menganalisa persentase resiko sebenarnya
dari suatu proyek tanpa memperhitungkan pengaruh resiko-resiko di luar proyek.
dalam metode ini, IRR merupakan persentase diskonto internal pada saat cash
arus kas bersih yang dibagi IRR menghasilkan nilai NPV = 0. Tentu saja untuk
memperoleh nilai IRR yang tepat dilakukan perhitungan dengan trial dan error.
Kelemahan dari metode ini adalah ia tidak bisa diterapkan pada proyek yang arus
kasnya terdapat perubahan nilai positif ke negatif atau sebaliknya lebih dari sekali,
karena akan menghasilkan 2 nilai IRR. Rumus IRR adalah sebagai berikut:

n
_Ct__ (2.9)
NPV = ∑ (1+r)t
- C0
t=1

Ct = Cash Inflow
C0 = Initial Cash Outflow

2.5.2 Analisis Kualitatif Keputusan Investasi


Dalam menilai kelayakan suatu proyek, risiko-risiko yang dapat terjadi dari
dipilihnya suatu proyek perlu untuk dipertimbangkan untuk mencegah terjadinya
pengaruh buruk kepada sekitar atau proyek yang akhirnya di suatu saat dapat
memberikan pengaruh buruk kepada perusahaan berupa pencorengan nama baik
perusahaan atau biaya-biaya lainnya di luar proyek. Risiko-risiko tersebut dapat
muncul dari kondisi alam, kecelakaan proyek, dan pengaruh keberadaan proyek
terhadap lingkungan sekitar. Oleh karena itu, risiko-risiko yang mungkin muncul
pada proyek-proyek di dalam keputusan investasi perlu untuk diperhatikan dan
dipertimbangkan. Analisis risiko kualitatif proyek ini dapat terbagi menjadi
analisis pertimbangan risiko non moneter berupa faktor-faktor yang terkait
masalah sosial, misalnya seperti pengaruh keberadaan proyek terhadap
lingkungan dan kesejahteraan masyarakat di sekitar proyek berada.

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


18

2.5.3 Cash Outflow


Untuk mengetahui jumlah pengeluaran dalam menjalankan suatu proyek, perlu
diketahui berapa jumlah dan rincian uang kas yang dikeluarkan selama proyek
berlangsung. Cash Outflow terdiri dari 4 kategori dasar (Ross, Westerfield, &
Jaffe, 2010), yaitu:
a. Pembayaran Hutang (Payments of Accounts Payable)
Pembayaran hutang ini termasuk diantaranya adalah pembayaran untuk
barang, jasa, atau bahan baku.
b. Gaji, Pajak, dan Biaya-biaya Lainnya
Dalam kategori ini termasuk di dalamnya adalah semua biaya-biaya
normal yang dilakukan saat itu selama sedang menjalankan bisnis, namun
depresiasi tidak termasuk di dalamnya karena depresiasi bukanlah
pengeluaran uang kas.
c. Capital Expenditure
Capital expenditure merupakan pembayaran kas untuk aset yang berumur
panjang.
d. Pendanaan Jangka Panjang
Dalam kategori ini termasuk di antaranya adalah pembayaran bunga dan
pinjaman pokok pada hutang jangka panjang dan pembayaran dividen
kepada pemegang saham.

2.5.4 Analisis Sensitifitas


Analisis Sensitifitas merupakan variasi lain dari Analisis Skenario, dimana
metode ini dipergunakan untuk menunjukkan bagian yang memiliki resiko
perkiraan perencanaan keuangan yang paling tinggi. Dengan mempergunakan
metode ini dapat diketahui apakah perubahan pada variabel dapat berpengaruh
besar pada hasil perhitungan NPV. Pada metode Analisis Sensitifitas ini biasanya
dipergunakan 3 kemungkinan skenario dimana pada ketiga skenario tersebut
terdapat variabel-variabel yang tidak diubah nilainya kecuali satu variabel untuk
melihat seberapa sensitif perubahan proyeksi NPV terhadap perubahan pada satu
variabel tersebut (Ross, Westerfield, & Jordan, 2010).

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


BAB 3
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN UNIT DI PULAU SIPORA

3.1 Sejarah Singkat Perusahaan


PT. PLN (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang bergerak dalam industri ketenagalistrikan di Indonesia. Kondisi industri
ketenagalistrikan ini memegang peranan penting dalam mendukung kemajuan
perekonomian di Indonesia, dimana keberadaan tenaga listrik telah menjadi
kebutuhan sehari-hari masyarakat dan industri-industri. Industri ketenagalistrikan
di indonesia mulai berkembang pada abad 19, di saat beberapa perusahaan milik
Belanda yang bergerak di bidang pabrik gula dan teh mendirikan pembangkit
listrik untuk keperluan mereka. Pada tahun 1942-1945 terjadi peralihan
pengelolaan perusahaan-perusahaan tersebut ke tangan Jepang dan proses
peralihan tersebut kembali terjadi di akhir Perang Dunia II pada Agustus 1945.

Pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi Badan
Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara (BPU-PLN) yang bergerak di bidang
listrik, gas, dan kokas yang kemudian dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965.
Namun di saat yang sama, 2 perusahaan milik negara, yaitu Perusahaan Listrik
Negara (PLN) dan Perusahaan Gas Negara (PGN) diresmikan. Mengikuti
keberadaan Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1972, maka status Perusahaan
Listrik Negara (PLN) kemudian ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik
Negara dan juga sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) yang
memiliki tugas dalam menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum. Pada
tahun 1994 status PLN beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan
Perseroan (Persero) dan juga sebagai PKUK dalam menyediakan listrik bagi
kepentingan umum hingga sekarang.

19
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


20

3.2 Struktur Organisasi


PT. PLN (Persero) dipimpin oleh sederetan jajaran direksi dan komisaris yang
terbagi pada beberapa divisi, dimana jajaran direksi tersebut terdiri dari Direktur
Utama, Direktur Operasi Jawa Bali, Direktur Operasi Indonesia Barat, Direktur
Operasi Indonesia Timur, Direktur Perencanaan dan Teknologi, Direktur Energi
Primer, Direktur Pengadaan Strategis, Direktur Bisnis dan Manajemen Risiko,
Direktur SDM & Umum, dan Direktur Keuangan. Sedangkan jajaran
komisarisnya terdiri dari Komisaris Utama, Komisaris Independen, dan
Komisaris. Dalam menjalankan operasionalnya, PT. PLN (Persero) telah
memilikinya beberapa anak perusahaan yang terfokus pada bidangnya masing-
masing untuk menunjang pemenuhan kebutuhan kinerja operasional PT. PLN
(Persero). Di bawah ini adalah gambar struktur organisasi di PT. PLN (Persero).

Gambar 3.1. Struktur Organisasi PT. PLN (Persero)


http://www.pln.co.id/?p=102

Unit wilayah operasional PT. PLN (Persero) terbagi menjadi 3 wilayah yang
memiliki 3 kelompok wilayah operasional, yaitu PLN Wilayah Operasional Jawa
Bali, PLN Wilayah Operasional Indonesia Barat, dan PLN Wilayah Operasional
Indonesia Timur. PLN Wilayah Operasional Indonesia Barat terbagi menjadi 9
wilayah, yaitu Wilayah Aceh; Wilayah Sumatera Utara; Wilayah Sumatera Barat;
Wilayah Sumatera Selatan, Jambi, dan Bengkulu; Wilayah Riau dan Kepulauan

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


21

Riau; Wilayah Bangka Belitung; Wilayah Lampung; Wilayah Kalimantan Barat;


dan P3B Sumatera. PLN Wilayah Operasional Indonesia Barat di Wilayah
Sumatera Barat memiliki 4 cabang PLN, yaitu Cabang Padang, Cabang
Bukittinggi, Cabang Solok, dan Cabang Payakumbuh. PLN Wilayah Operasional
Indonesia Barat Lokasi yang menjadi objek dalam tesis ini berada di bawah
naungan PLN Wilayah Operasional Indonesia Barat di Wilayah Sumatera Barat
Cabang Padang.

3.3 Kegiatan Usaha


Dalam menjalankan kegiatan usahanya, segala kegiatan usaha PT. PLN (Persero)
sebagai salah satu BUMN yang bergerak di industri kelistrikan diatur dalam
Undang-undang No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan dan Anggaran
Dasar Perusahaan. Berikut ini adalah rangkaian kegiatan usaha perusahaan:

1. Menjalankan usaha penyediaan tenaga listrik yang mencakup:


pembangkitan tenaga listrik; penyaluran tenaga listrik; distribusi tenaga
listrik; perencanaan dan pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik;
pengembangan penyediaan tenaga listrik; dan penjualan tenaga listrik
kepada konsumen.
2. Menjalankan usaha penunjang tenaga listrik yang mencakup: konsultasi
ketenagalistrikan; pembangunan dan pemasangan peralatan
ketenagalistrikan; dan pengembangan teknologi peralatan yang menunjang
penyediaan tenaga listrik.
3. Kegiatan-kegiatan lainnya mencakupi: kegiatan pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya alam dan sumber energi lainnya untuk
kepentingan tenaga listrik; pemberian jasa operasi dan pengaturan
(dispatcher) pada pembangkitan, transmisi, distribusi serta retail tenaga
listrik; kegiatan perindustrian perangkat keras dan lunak di bidang
ketenagalistrikan dan peralatan lain terkait dengan tenaga listrik; kerja
sama dengan pihak lain atau badan penyelenggara bidang
ketenagalistrikan baik dari dalam maupun luar negeri di bidang

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


22

pembangunan, operasional, telekomunikasi dan informasi terkait dengan


ketenagalistrikan; dan usaha jasa ketenagalistrikan.

Kegiatan usaha PT. PLN (Persero) sendiri terbagi menjadi beberapa kategori
sebagai berikut:
1. Kegiatan Perencanaan
Kegiatan ini dilaksanakan oleh perusahaan sebagai induk perusahaan yang
termasuk diantaranya perencanaan pengembangan fasilitas tenaga listrik
(pembangkitan, transmisi, dan distribusi secara umum) serta
penunjangnya, rencana pendanaan, pengembangan usaha, pengembangan
organisasi dan SDM.
2. Kegiatan Pembangunan
Kegiatan ini mencakupi konstruksi sarana penyediaan tenaga listrik
pembangkitan , transmisi dan gardu induk merupakan tugas dari satuan
organisasi konstruksi Proyek Induk, sementara pelaksanaan pembangunan
jaringan distribusi dilakukan oleh masing-masing unit organisasi wilayah
dan distribusi.
3. Kegiatan Usaha/Operasi
Kegiatan ini terdiri dari beberapa bagian, diantaranya adalah:
- Bidang Pembangkitan
Kegiatan yang ada berupa produksi tenaga listrik yang dihasilkan
oleh pusat pembangkit tenaga listrik yang terdiri dari beberapa
jenis pembangkit dan perusahaan juga melakukan pembelian
tenaga listrik yang diproduksi oleh pusat-pusat pembangkit tenaga
listrik swasta yang juga merupakan gabungan dari beberapa jenis
pembangkit. Contoh pembangkit yang ada di wilayah Sumatera
Barat adalah PLTA Maninjau, PLTA Singkarak, dan beberapa
PLTD di daerah terpencil dan pulau-pulau. Dalam bidang
Pembangkitan khusus di Kepulauan Mentawai ada sub bidang
yang mengurus tentang logistik, diantaranya adalah urusan BBM
dan urusan pemeliharaan dan penyediaan sparepart bagi mesin-
mesin. Pada penyaluran BBM di pulau-pulau di Sumatera Barat,

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


23

pembelian BBM didapat dari Pertamina UP Padang, kemudian


diangkut oleh angkutan laut dan angkutan darat dari pihak ketiga
yang ada di sekitar lokasi tujuan.
- Bidang Penyaluran Energi Listrik
Usaha ini berupa penyaluran energi listrik dari pusat-pusat
pembangkitan ke pusat beban kebutuhan listrik/perkotaan melalui
jaringan transmisi tegangan tinggi 150 KV. Di kota, tegangan 150
KV tersebut melalui Gardu Induk (GI) diturunkan tegangannya
melalui Transformator tenaga 150 KV ke 20 KV, dimana tegangan
20 KV tersebut disebut sebagai tegangan Distribusi Jaringan
Transmisi yang terkoneksi dengan jaringan sistem wilayah-wilayah
lainnya (contohnya di Pulau Sumatera adalah jaringan sistem
Sumatera Utara, Riau, dan Sumatera Bagian Selatan). Koneksi
yang diciptakan ini membuat pembangkitan di suatu daerah dapat
menyuplai daerah lain bila terjadi gangguan atau kekurangan
pasokan energi.
- Bidang Distribusi
Usaha di bidang ini adalah usaha penyaluran energi listrik dari
Gardu Induk 150 KV ke beban pelanggan/Gardu Distribusi (GD)
melalui jaringan 20 KV yang selanjutnya didistribusikan kepada
para pelanggan. Di Gardu Distribusi tegangan 20 KV diubah
menjadi 220 Volt melalui Transformator Distribusi.
- Bidang Pelayanan/ Niaga
Bidang ini melayani penyambungan listrik baru, penambahan daya,
penagihan rekening dan aduan/keluhan pelanggan (customer
service). Pelanggan memperoleh layanan listrik sesuai jenis tarif
yang bersangkutan, misalnya tarif industri, tarif bisnis, tarif sosial,
atau tarif rumah tangga. Tarif tenaga listrik sekarang memakai
peraturan TDL 2010.
4. Kegiatan Riset & Penunjang Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan oleh satuan organisasi penunjang yang
mencakup: Jasa Pendidikan dan Latihan PT. PLN (Persero); Jasa

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


24

Enjiniring PT. PLN (Persero); Jasa Sertifikasi PT. PLN (Persero); Jasa
Manajemen Konstruksi PT. PLN (Persero); Jasa dan Produksi PT. PLN
(Persero)

3.4 Gambaran Umum Pembangkit Listrik di Pulau Sipora


Berikut ini adalah penjelasan mengenai kondisi beserta gambar peta Pulau Sipora.

Gambar 3.2. Peta Pulau Sipora


http://geospasial.bnpb.go.id/wp-content/uploads/2010/09/indeks_peta/250K/ID-I03-250K.pdf

Tabel 3.1. Data Umum dan Ketenagalistrikan di Pulau Sipora pada tahun
2010

No. Perihal Jumlah


1. Populasi 17.787 orang
2. Luas Pulau 651,55 km2
3. kWh Terjual/Tahun 2.723.412 kWh
4. Jumlah pelanggan 1.458 pelanggan
Sumber : diolah oleh peneliti dari http://www.bps.go.id/hasilSP2010/sumbar/1301.pdf,
http://regional.coremap.or.id/mentawai/profil_kabupaten/deskripsi_wilayah/kondisi_geografis/,
Data Sistem Kelistrikan Pulau Mentawai 2010 (Arsip PLN)

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


25

Pulau Sipora merupakan salah satu pulau utama dalam Kepulauan Mentawai yang
merupakan salah satu objek wisata di Sumatera Barat. Pusat Pemerintahan dari
Kabupaten Mentawai berada di Tuapejat yang terletak di sebelah utara Pulau
Sipora. Pulau ini terbagi dalam 13 nagari yang terdiri dari 36 kampung (Festi
Hidayat, 2009, Kab. Kepulauan Mentawai). Berdasarkan data sensus penduduk
tahun 2010, secara umum laju pertumbuhan penduduk Kepulauan Mentawai
selama 10 tahun terakhir (2000-2010) rata-rata per tahun sebesar 2,32% dan laju
pertumbuhan penduduk Sipora sebesar 8,72% (hasil sensus penduduk Kepulauan
Mentawai tahun 2010) yang merupakan laju pertumbuhan tertinggi di Kepulauan
Mentawai. Di Pulau ini telah beroperasi 2 PLTD, yaitu PLTD Sipora dan PLTD
Tua Pejat. Berikut di tabel 3.2. adalah data kelistrikan, kondisi mesin, dan biaya-
biaya utama pada kedua PLTD tersebut pada tahun 2010.

Tabel 3.2. Data Kelistrikan PLTD di Pulau Sipora Tahun 2010

No. Nama PLTD Perihal Jumlah


1. PLTD Sipora Pola Operasi 12 jam/hari
Jumlah Pelanggan 283 pelanggan
Daya Tersambung 233 KVA
kWh Jual 22.074 kWh/bulan
Rp Jual Rp. 13.800.000,00/bulan

2. PLTD Tua Pejat Pola Operasi 24 jam/hari


Jumlah Pelanggan 1.175 pelanggan
Daya Tersambung 1.550 KVA
kWh Jual 204.877 kWh/bulan
Rp Jual Rp. 140.900.000/bulan
Data Sistem Kelistrikan Kepulauan Mentawai 2010

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


26

Tabel 3.3. Kondisi Mesin PLTD di Pulau Sipora Desember 2010

No Lokasi Merek Nomor Seri Terpasang Mampu Beban Produksi


. Mesin (kW) (kW) Puncak (kWh)
(kW)
1. PLTD Sipora Cummins 44649136 100 80 55 25.265
Deutz 81631007 40 25 - -
Caterpilar 4 EB 4B 15382 85 70 30 3.500
2. PLTD Tua Pejat Deutz 6712026 100 75 - 21.415
Deutz 84103 D 0159 100 80 - -
Deutz 7137115 100 80 71 16.125
Deutz 84103 D 0161 100 80 - -
MTU 600 600 330 330 93.096
Komatsu 308 308 170 150 30.000
Cummins 120 120 100 - 2.788
Cummins 120 120 100 - -
MWM 220 220 150 100 17.090
Jumlah 1.993 1.340 736 209.279
Data Kit Kep. Mentawai Des 2010

Tabel 3.4. Biaya Bahan Bakar dan Ongkos Angkutan Mesin PLTD di
Pulau Sipora Desember 2010
No. Jenis Satuan Biaya
1. BBM 142.755 liter Rp. 875.759.098,50
2. Total Ongkos Angkut BBM Rp. 963,99/liter Rp. 137.614.392,45
3. Oli 913 liter Rp. 19.573.290,00
4. Total Ongkos Angkut Oli Rp. 1.270,50/liter Rp. 1.111.687,50
Total Biaya 1 Bulan Rp. 1.034.058.468,45
Total Biaya Setahun Rp. 12.408.701.621,40
Data Kit Kep. Mentawai Des 2010

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


27

Berdasarkan data-data pada 2 tabel diatas, dapat kita ketahui bahwa hingga kini
kondisi PLTD yang ada di Pulau Sipora masih belum beroperasi penuh (24 jam)
dan sebagian mesin-mesin yang dimilikinya telah tua sehingga kemampuan
produksinya rendah. Hal ini tentu akan menjadi masalah di masa mendatang
ketika kemampuan produksi listrik mesin-mesin tersebut semakin turun dan usia
pakainya telah habis sedangkan jumlah pelanggan akan terus meningkat. Dari
kondisi tersebut terlihat bahwa di Pulau Sipora dibutuhkan terpenuhinya
kebutuhan pasokan listrik untuk kini dan masa mendatang yang tentunya lebih
ramah lingkungan dan lebih murah biaya operasionalnya bagi PT. PLN sendiri.

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


BAB 4
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Pembangkit Listrik Tenaga Surya


Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) merupakan pembangkit listrik yang
mempergunakan energi sinar matahari sebagai sumber tenaganya untuk
menghasilkan energi listrik. Karena sumber tenaganya adalah sinar matahari,
maka bentuk fisik dari PLTS ini pun unik dan berbeda dibandingkan dengan
pembangkit listrik lainnya, dimana PLTS ini menggunakan panel-panel surya
berbentuk seperti papan kaca yang berfungsi untuk menangkap sinar matahari dan
mengubahnya menjadi energi listrik. Luas per panel surya (modul surya/solar
panel) adalah 20m2/kWp, dimana per panel ini dapat menghasilkan 4kWh per
harinya. PLTS memiliki umur pemakaian yang cukup panjang, yaitu 25 tahun.

Gambar 4.1. PLTS


http://www.4thintegrationconference.com/downloads/Inverter%20Beran.pdf

Konsep kerja PLTS sangat sederhana, yaitu mengubah cahaya matahari menjadi
energi listrik melalui sel surya tanpa ada bagian perangkat pembangkit yang
berputar, sehingga tidak menyebabkan kebisingan. Selain itu juga tidak
memerlukan bahan bakar energi tidak terbaharui seperti minyak bumi atau batu
28
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


29

bara dimana dalam prosesnya menghasilkan pembuangan gas CO2 dan gas-gas
lainnya yang dapat menimbulkan efek rumah kaca yang dapat menambah
pemanasan global yang kini sedang terjadi dan menyebabkan rusaknya sistem
ekosistem di bumi ini.

Tenaga listrik yang dihasilkan dari penyerapan cahaya matahari yang diubah oleh
panel-panel surya dapat langsung disalurkan kepada pelanggan untuk
dipergunakan dan jika berlebih dapat disimpan di dalam baterai yang tersedia.
Baterai PLTS memiliki umur pemakaian selama 15 tahun, oleh karena itu setelah
15 tahun pemakaian harus diganti dengan baterai baru. Besaran baterai selalu
dipersiapkan agar dapat menampung lebih besar dari besaran energi listrik yang
dapat dihasilkan oleh PLTS. Hal ini dilakukan agar energi yang tersimpan dalam
baterai dapat mencukupi kebutuhan listrik pada malam hari (panel-panel surya
tidak bisa menghasilkan energi listrik pada malam hari karena tidak ada cahaya
matahari) dan 2 hari berikutnya apabila terjadi mendung. Pada saat cuaca
mendung, panel-panel surya pada PLTS hanya mampu menghasilkan listrik
sebsar 50% saja.

Beberapa material penting yang dibutuhkan dalam membangun PLTS adalah


sebagai berikut:
a. Modul Surya
b. Bidirectional Inverter
c. Solar Charge Controller
d. Battery Banks
e. Hybrid Telemonitoring System
f. Kabel Power dan Kabel PV
g. Field Panel Terminasi
h. Penyangga Modul Surya
i. Panel Output Inverter Collector
j. Panel Control Input DC to Inverter
k. Pagar
l. Lampu Penerangan

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


30

m. Penangkal Petir
n. Sistem Grounding
o. Ruang Kontrol
p. Jaringan TR
q. kWh Meter
r. Transformer
s. Cubicle 20 kV
t. Monitoring
u. Protection

Dalam melaksanakan proyek pembangunan PLTS, pada umumnya memerlukan


waktu untuk pembuatan dan penyerahan proposal untuk memperoleh persetujuan
izin dan dana, kemudian persiapan utnuk pemasangan dan pelatihan bagi orang-
orang yang akan bekerja di bagian operasional PLTS tersebut, dan pemasangan
serta pembangunan PLTS dimana kira-kira dibutuhkan waktu dari 1,5 tahun
hingga 2 tahun. Dengan mengasumsikan bahwa pembuatan proposal itu dilakukan
pada tahun 2011, maka PLTS tersebut akan mulai beroperasi pada tahun 2013.
Oleh karena itu, segala asumsi-asumsi yang dibutuhkan dalam melakukan
perhitungan kelayakan PLTS tersebut berdasarkan perhitungan asumsi pada tahun
2013.

4.2 Perkiraan Kebutuhan Investasi Awal Pembangunan PLTS 3 MW


Dengan prediksi jumlah kebutuhan listrik di Pulau Sipora pada tahun 2013, maka
besaran PLTS yang dibutuhkan adalah sebesar 3 MW. Perhitungan ini juga
didasarkan dengan antisipasi terjadinya perubahan cuaca dan pertimbangan
besaran listrik yang dapat disimpan oleh baterai sejumlah 2,5 kali lipat dari hasil
listrik yang dapat dihasilkan oleh panel-panel surya. Berdasarkan persentase
peningkatan jumlah penduduk yang sebesar 8,72 % (hasil Sensus Penduduk
Kepulauan Mentawai tahun 2010) dan pengoperasian pembangkit listrik selama
24 jam, maka diekspektasikan jumlah kWh listrik yang dibutuhkan pada tahun
2013 adalah sekitar 3.374.982 kWh.

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


31

Dalam memperhitungkan jumlah kebutuhan investasi pembangunan PLTS 3 MW


ini mempergunakan metode analisis sensitifitas yang memakai 3 skenario, yaitu
skenario optimis, skenario normal, dan skenario pesimis. Variabel yang diujikan
kesensitifitasannya pada ketiga skenario ini adalah tingkat inflasi dan nilai tukar
kurs yang berbeda antar skenario. Penjelasan tentang asumsi makro yang
dipergunakan dalam ketiga skenario ini akan dijelaskan pada subbab 4.3. Prediksi
besaran nilai tukar dollar dalam rupiah mempergunakan hasil prediksi nilai tukar
rupiah terhadap dollar dari LM-FEUI, sedangkan besaran nilai inflasi Indonesia
mempergunakan prediksi besaran inflasi dari Bank Indonesia. Untuk besaran nilai
tukar rupiah terhadap euro mempergunakan hasil prediksi dari European
Commision, dimana diprediksikan besaran euro pada tahun 2013 adalah 1,3 dari
besaran dollar. Besaran prediksi inflasi Amerika Serikat memakai hasil prediksi
dari Departemen Keuangan Amerika Serikat. Untuk besaran yang dipergunakan
dalam masing-masing skenario dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1. Perbedaan Skenario Optimis, Normal, dan Pesimis

Nilai $1 dalam Nilai €1 dalam Inflasi Inflasi


Skenario
Rupiah Rupiah Indonesia US
Optimis 9.339 12.141 5% 1,9%
Normal 10.406 13.528 8% 3%
Pesimis 11.474 14.916 11% 4%

4.2.1 Perkiraan Kebutuhan Investasi Pembangunan PLTS 3MW Pada Skenario


Optimis

Berikut ini adalah tabel perkiraan investasi awal pembangunan PLTS 3MW dalam
skenario optimis.

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


32

Tabel 4.2. Jenis dan Jumlah Investasi Awal yang Dibutuhkan Dalam
Membangun PLTS 3 MW Pada Skenario Optimis

No. Jenis USD IDR


1. PV (solar panel) $ 4.173.000 Rp. 38.971.647.000,00

2. Baterai PLTS $ 4.950.000 Rp. 46.228.050.000,00

3. Inverter dan Panel Kontrol Rp. 76.549.550.688,00


4. Pemasangan dan Testing Rp. 5.220.630.000,00
5. Trafo, Peralatan, Pagar, dan Alarm System Rp. 1.942.560.000,00
6. Pelatihan dan Sertifikat Layak Operasi Rp. 490.000.000,00
7. Lahan 226.300 m2 dan Gedung 450 m2 Rp. 13.115.000.000,00
Total Rp. 182.517.437.688,00
Telah diolah kembali

1. Perhitungan Total Biaya PV


Untuk memberikan pasokan listrik selama 24 jam di Pulau Sipora, maka jumlah
kebutuhan pasokan listrik dari PLTD yang beroperasi selama 12 jam harus
dihitung produksi listriknya ketika harus beroperasi selama 24. Berdasarkan
pengamatan pihak operasional, besaran kebutuhan listrik pada siang hari rata-rata
hanya sepertiga dari kebutuhan listrik pada malam hari. Maka rincian perhitungan
kebutuhan listrik pada tahun 2013 adalah sebagai berikut:
Kebutuhan listrik 24 jam pada tahun 2010: ((1,3 x 22.074 kWh) + 204.877 kWh)
x 12 = 2.802.998 kWh
Kebutuhan listrik 24 jam pada tahun 2013: 2.802.998 kWh x 1,0872 x 1,0872
x 1,0872 = 3.602. 062 kWh

Dengan demikian dapat diprediksikan bahwa kebutuhan listrik pada tahun 2013
adalah 3.602. 062 kWh per tahun, maka kebutuhan listrik per hari adalah:
3.602. 062 kWh : 365 = 9.868,663 kWh

Namun dikarenakan kemampuan produksi listrik maksimal PLTS adalah selama 4


jam dalam sehari, maka jumlah kWh setahun harus dibagi dengan jumlah hari
setahun dikalikan 4 jam.

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


33

Kebutuhan PV = 3.602. 062 kWh: (365 x 4 h) = 2.467,165 kW

Dengan memperhitungkan keberadaan losses, maka dalam perhitungannya


dikalikan faktor 1,3, dimana besaran rugi (losses) antara 18-25 % (faktor 1,3
berasal dari rata-rata pencarian 100% besaran PV yang dibutuhkan setelah
dikurangi losses).
Total PV yang dibutuhkan:
1,3 x 2.467,165 kW = 3.207,315 kWp = ~ 3,21 MWp
Total biaya investasi untuk PV(harga PV Schott):
3.210 x $1.300 x Rp. 9.339,00 = Rp. 38.971.647.000,00

Gambar 4.2. PV PLTS


Sumber: http://www.inhabitat.com/wp-content/uploads/2010/04/pvt-solar-lead-01.jpg

2. Perhitungan Biaya Baterai

Tabel 4.3. Jenis dan Keterangan Spesifikasi Baterai


No. Jenis Keterangan
1. Ukuran 1 MW
2. Kapasitas 10.000 kWh
3. Harga 1 MW $ 1.500.000
4. Biaya perawatan $ 15.000
5. Siklus Pemakaian 5.000-20.000
6. Umur ekonomis 15 tahun
7. Footprint 900 SqFt/MW
Sumber: http://www.grin.com/en/doc/252648/economics-of-emerging-electric-energy-storage-
technologies-and-demand-response

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


34

Dalam menghitung kapasitas baterai, perlu memperhitungkan persentase


DODnya, dimana DOD ini merupakan jumlah energi yang dapat
dikeluarkan/digunakan. Seandainya ada 100% kapasitas, maka yang dapat
dipergunakan (discharge) hanya 80%. Oleh karena itu dengan DOD (depth of
discharge) 80%, maka perhitungan kapasitas baterai yang dibutuhkan dapat dilihat
dibawah ini. Jenis baterai yang dipergunakan adalah baterai NAS, yang hingga
saat ini diakui sebagai baterai yang paling ramah lingkungan dan memiliki
kehandalan tertinggi dibandingkan jenis baterai lainnya
(www.renewableenergyworld.com/rea/blog/post/2010/11/koreas-posco-deveops-
nas-battery-for-energy-storage).

Produksi PV per hari = 4 h x 3.210 kW = 12.840 kwh


12.840 kWh : 0.8 = 16.050 kWh
Besaran (MW) baterai = 16.050/10.000 = 1,605 MW = ~ 1,65 MW (masing-
masing baterai berkapasitas 50 kW)
Bila harus dapat melayani 2 hari maka baterai yang dibutuhkan:
2 x 1.65 MW = 3,3 MW
Total Biaya Baterai = 3,3 x $ 1.500.000 x Rp. 9.339,00 = Rp 46.228.050.000,00
Biaya Perawatan Baterai/tahun = 3,3 x $15.000 x Rp 9.339,00 = Rp
462.280.500,00

Gambar 4.3. Baterai PLTS


Sumber: http://www.ngk.co.jp/english/products/power/nas/image/img_nas_01.jpg

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


35

3. Perhitungan Biaya Inverter dan Panel Kontrol


Inverter dan Panel Kontrol menggunakan Inverter dan Panel Kontrol produksi
Schott. Pihak PT. PLN (Persero) sudah pernah mengirimkan tim surveynya ke
perusahaan tersebut dan memang memiliki kualitas yang bagus dan sesuai dengan
standar internasional untuk PLTS. Berdasarkan hasil survey langsung, total harga
inverter dan panel kontrol untuk ukuran 3MW PLTS adalah € 5.892.565,37. Maka
untuk 3,21 MW PLTS, biaya yang diperlukan untuk inverter dan panel kontrol
adalah:
(3,21 : 3) x € 5.892.565,37 x Rp 12.141,00 = Rp 76.549.550.688,00

4. Perhitungan Biaya Pemasangan dan Testing (rincian biaya berasal dari Schott)
€ 400.000 x Rp 12.141,00 = Rp 4.856.400.000,00
€ 30.000 x Rp 12.141,00 = Rp 364.230.000,00 +
Total = Rp 5.220.630.000,00

5. Perhitungan Biaya Trafo, Peralatan, Pagar dan Alarm System (rincian biaya
berasal dari Schott)
€ 60.000 x Rp 12.141,00 = Rp 728.460.000,00
€ 100.000 x Rp 12.141,00 = Rp 1.214.100.000,00 +
Total = Rp 1.942.560.000,00

6. Perhitungan Biaya Pelatihan dan Sertifikat Layak Operasi


Asumsi rincian biaya pelatihan untuk 9 orang dan sertifikat layak operasi
menggunakan benchmarking dari PLTS milik PT. PLN (Persero) yang kini telah
beroperasi.
(9 x Rp. 10.000.000,00) + Rp. 400.000.000,00 = Rp. 490.000.000,00

7. Perhitungan Biaya Lahan dan Gedung Kontrol


Perhitungan kebutuhan lahan untuk panel PV PLTS ini harus mempertimbangkan
3 hal, yaitu luas panel, jarak antar panel, dan luas lahan yang dibutuhkan untuk
penambahan panel PV demi mengantisipasi penurunan produksi listrik di masa
mendatang. Dengan perkiraan 1% penurunan produksi listrik per tahun, maka luas

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


36

lahan tambahan yang dibutuhkan adalah 30% dari luas 3,21 MW panel PV.
Sedangkan dengan adanya pertimbangan jarak antar panel, maka luas seluruh
panel PV harus dikalikan 2.

Lahan yang dibutuhkan untuk 1MW baterai NAS adalah 83,6127 m2, sedangkan
jika ditambah dengan lahan untuk jarak antar bilik baterai maka jumlah lahan
yang dibutuhkan adalah 2 kali lipat dari luas baterainya. Untuk membawa
peralatan-peralatan besar dan berat, maka dibutuhkan adanya halaman parkir
untuk kendaraan yang membawa peralatan-peralatan tersebut, yaitu sebesar 25 m
x 50 m. Selain lahan untuk panel PV, baterai NAS, dan halaman parkir,
dibutuhkan juga lahan untuk gedung kontrol seluas 200m2, lahan untuk trafo 4 m
x 10 m, gudang seluas 250 m2 (25 m x 10 m), dan penyesuaian luas lahan karena
adanya penambahan jarak 30 m dari panel PV ke pagar. Berikut ini adalah rincian
perhitungan biaya luas lahan dan gedung yang diprediksikan.

a. Luas lahan PV = 2 x 1,3 x 3.210 x 20 m2 = 166.920 m2


b. Luas baterai NAS = 2 x 3,3 x 83,6127 m2 = 552 m2 (pembulatan)
c. Luas gudang = 25 m x 10 m = 250 m2
d. Luas halaman parkir = 25 m x 50 m = 1250 m2
e. Luas gedung kontrol = 20 m x 10 m = 200 m2
f. Luas lahan Trafo = 4 m x 10 m = 40 m2
g. Luas keseluruhan dengan penyesuaian jarak 30 m dari panel PV ke pagar =
(220 m x 25 m ) + (460 m x 480 m) = 226.300 m2

Total biaya lahan dan gedung =


(226.300 x Rp. 50.000,00) + (450 x Rp. 4.000.000,00) =
Rp. 11.315.000.000,00+ Rp. 1.800.000.000,00 = Rp. 13.115.000.000,00

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


37

4.2.2 Perkiraan Kebutuhan Investasi Pembangunan PLTS 3MW Pada Skenario


Normal

Berikut ini adalah tabel dan rincian perhitungan kebutuhan investasi


pembangunan PLTS 3 MW pada skenario normal.

Tabel 4.4. Jenis dan Jumlah Investasi Awal yang Dibutuhkan Dalam
Membangun PLTS 3 MW Pada Skenario Normal

No. Jenis USD IDR


1. PV (solar panel) $ 4.173.000 Rp. 43.424.238.000,00
2. Baterai PLTS $ 4.950.000 Rp. 51.509.700.000,00
3. Inverter dan Panel Kontrol Rp. 85.294.648.028,00
4. Pemasangan dan Testing Rp. 5.817.040.000,00
5. Trafo, Peralatan, Pagar, dan Alarm System Rp. 2.164.480.000,00
6. Pelatihan dan Sertifikat Layak Operasi Rp. 490.000.000,00
7. Lahan 226.300 m2 dan Gedung 450 m2 Rp. 13.115.000.000,00
Total Rp. 201.815.106.028,00
Sumber telah diolah kembali

1. Perhitungan Total Biaya PV


Total biaya investasi untuk PV:
3.210 x $1.300 x Rp. 10.406,00 = Rp. 43.424.238.000,00

2. Perhitungan Biaya Baterai


Total Biaya Baterai = 3,3 x $ 1.500.000 x Rp. 10.406,00 = Rp 51.509.700.000,00
Biaya Perawatan Baterai/tahun = 3,3 x $15.000 x Rp 10.406,00
= Rp 515.097.000,00

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


38

3. Perhitungan Biaya Inverter dan Panel Kontrol


Total harga inverter dan panel kontrol untuk ukuran 3MW PLTS adalah €
5.892.565,37. Maka untuk 3,21 MW PLTS, biaya yang diperlukan untuk inverter
dan panel kontrol adalah:
(3,21 : 3) x € 5.892.565,37 x Rp 13.528,00 = Rp 85.294.648.028,00

4. Perhitungan Biaya Pemasangan dan Testing


€ 400.000 x Rp 13.528,00 = Rp 5.411.200.000,00
€ 30.000 x Rp 13.528,00 = Rp 405.840.000,00 +
Total = Rp 5.817.040.000,00

5. Perhitungan Biaya Trafo, Peralatan, Pagar dan Alarm System


€ 60.000 x Rp 13.528,00 = Rp 811.680.000,00
€ 100.000 x Rp 13.528,00 = Rp 1.352.800.000,00 +
Total = Rp 2.164.480.000,00

6. Perhitungan Biaya Pelatihan dan Sertifikat Layak Operasi


(9 x Rp. 10.000.000,00) + Rp. 400.000.000,00 = Rp. 490.000.000,00

7. Perhitungan Biaya Lahan dan Gedung


(226.300 x Rp. 50.000,00) + (450 x Rp. 4.000.000,00) =
Rp. 11.315.000.000,00 + Rp. 1.800.000.000,00 = Rp. 13.115.000.000,00

4.2.3 Perkiraan Kebutuhan Investasi Pembangunan PLTS 3MW Pada Skenario


Pesimis
Berikut ini adalah tabel beserta rincian perhitungan kebutuhan investasi
pembangunan PLTS 3 MW pada skenario pesimis.

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


39

Tabel 4.5. Jenis dan Jumlah Investasi Awal yang Dibutuhkan Dalam
Membangun PLTS 3 MW Pada Skenario Pesimis

No. Jenis USD IDR


1. PV (solar panel) $ 4.173.000 Rp. 47.881.002.000,00
2. Baterai PLTS $ 4.950.000 Rp. 56.796.300.000,00
3. Inverter dan Panel Kontrol Rp. 94.046.050.413,00
4. Pemasangan dan Testing Rp. 6.413.880.000,00
5. Trafo, Peralatan, Pagar, dan Alarm System Rp. 2.386.560.000,00
6. Pelatihan dan Sertifikat Layak Operasi Rp. 490.000.000,00
7. Lahan 226.300 m2 dan Gedung 450 m2 Rp. 13.115.000.000,00
Total Rp. 221.128.792.413,00
Telah diolah kembali

1. Perhitungan Total Biaya PV


Total biaya investasi untuk PV:
3.210 x $1.300 x Rp. 11.474,00 = Rp. 47.881.002.000,00

2. Perhitungan Biaya Baterai


Total Biaya Baterai = 3,3 x $ 1.500.000 x Rp. 11.474,00 = Rp 56.796.300.000,00
Biaya Perawatan Baterai/tahun = 3,3 x $15.000 x Rp 11.474,00
= Rp 567.963.000,00

3. Perhitungan Biaya Inverter dan Panel Kontrol


Total harga inverter dan panel kontrol untuk ukuran 3MW PLTS adalah €
5.892.565,37. Maka untuk 3,21 MW PLTS, biaya yang diperlukan untuk inverter
dan panel kontrol adalah:
(3,21 : 3) x € 5.892.565,37 x Rp 14.916,00 = Rp 94.046.050.413,00

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


40

4. Perhitungan Biaya Pemasangan dan Testing


€ 400.000 x Rp 14.916,00 = Rp 5.966.400.000,00
€ 30.000 x Rp 14.916,00 = Rp 447.480.000,00 +
Total = Rp 6.413.880.000,00

5. Perhitungan Biaya Trafo, Peralatan, Pagar dan Alarm System


€ 60.000 x Rp 14.916,00 = Rp 894.960.000,00
€ 100.000 x Rp 14.916,00 = Rp 1.491.600.000,00 +
Total = Rp 2.386.560.000,00

6. Perhitungan Biaya Pelatihan dan Sertifikat Layak Operasi


(9 x Rp. 10.000.000,00) + Rp. 400.000.000,00 = Rp. 490.000.000,00

7. Perhitungan Biaya Lahan dan Gedung


(226.300 x Rp. 50.000,00) + (450 x Rp. 4.000.000,00) =
Rp. 11.315.000.000,00 + Rp. 1.800.000.000,00 = Rp. 13.115.000.000,00

4.3 Asumsi Makro


Berdasarkan pendekatan perhitungan rata-rata persentase inflasi di Indonesia,
dapat diketahui bahwa rata-rata besaran inflasi di Indonesia adalah 8%. Dalam
kondisi perekonomian yang normalpun besaran inflasi di Indonesia mendekati
besaran rata-rata. Berdasarkan pertimbangan ini, maka asumsi besaran inflasi
Indonesia yang dipakai dalam skenario normal adalah sebesar 8% (tabel daftar
inflasi Indonesia dicantumkan di Lampiran 1). Besaran inflasi yang dipakai dalam
skenario optimis adalah 5% dan pada skenario pesimis sebesar 11%. Hal ini
berdasarkan pertimbangan dimana rata-rata besaran inflasi di Indonesia dalam
kondisi perekonomian yang baik adalah mendekati 5% dan dalam keadaan yang
buruk mendekati 11%.

Dari pertimbangan secara kualitatif, diyakini bahwa untuk ke depannya negara ini
masih mampu mempertahankan kestabilan perekonomiannya. Ekspektasi ini

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


41

berdasarkan pengamatan terhadap kemajuan perekonomian dan kemandirian


masyarakat Indonesia dalam membuka usaha kecil dan menengah yang semakin
berkembang dan kreatif. Selain itu penemuan-penemuan baru dalam bidang
teknologi (contohnya mobil ramah lingkungan) dan energi (bahan bakar alternatif)
juga dapat memberikan manfaat atau bahkan solusi yang bagus untuk negara ini di
masa depan.

Spare part untuk PLTS dijual dalam mata uang dollar, oleh karena itu inflasi
dollar Amerika Serikat sangat berpengaruh. Berdasarkan prediksi perhitungan
inflasi oleh Departemen Keuangan Amerika Serikat, besaran inflasi dollar
Amerika Serikat adalah 1,9% (tabel daftar historis inflasi Amerika Serikat
dicantumkan di Lampiran 2). Rata-rata inflasinya pada tabel histori terlihat rendah
karena negara ini merupakan salah satu negara yang pernah mengalami deplesi.
Pada skenario normal besaran inflasi yang dipakai adalah 3% dan pada skenario
pesimis adalah 4%. Besaran prediksi ini dipakai dengan adanya pertimbangan
data histori inflasi serta kondisi di Amerika Serikat yang masih memiliki beberapa
masalah besar seperti diantaranya adalah keterlibatan mereka dalam perang antar
negara yang membutuhkan biaya besar dan permasalahan politik di dalamnya.

Berdasarkan prediksi pemerintah, nilai kurs dollar dalam rupiah adalah berkisar
Rp. 9.300,00 hingga Rp. 9.500,00. Besaran prediksi nilai kurs dollar dalam rupiah
yang dipakai pada skenario optimis mempergunakan hasil prediksi dari LM-
FEUI, yaitu sebesar Rp. 9.339,00. Oleh karena itu dalam skenario optimis besaran
nilai kurs dollar dalam rupiah adalah Rp. 9.339,00, sedangkan dalam skenario
normal adalah Rp. 8.500,00 dan dalam skenario pesimis sebesar Rp. 11.474,00.

Besaran prediksi nilai kurs euro dalam rupiah mempergunakan prediksi dari
Departemen Keuangan Amerika Serikat, dimana diprediksikan besaran kurs euro
adalah 1,3 kali dari kurs dollar. Dengan demikian nilai mata uang euro dalam
rupiah yang dipakai dalam skenario adalah Rp. 12.141,00 untuk skenario optimis,
Rp. 13.528,00 untuk skenario normal, dan Rp. 14.916,00 untuk skenario pesimis.
Besaran prediksi ini sesuai dengan kondisi perekonomian di Eropa saat ini dimana

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


42

masih tidak stabilnya perekonomian disana serta pengaruh penggabungan mata


uang dari beberapa negara di Eropa yang memiliki masalah hutang. Kondisi
perekonomian di Eropa yang masih tidak stabil mengakibatkan ekspor Indonesia
ke Eropa juga mengalami hambatan dan penurunan. Kondisi ini dapat
mengakibatkan kurs euro menguat terhadap rupiah. Dalam memperhitungkan
asumsi biaya transportasi pada subbab selanjutnya, biaya transportasi tiap tahun
diasumsikan akan meningkat berdasarkan perhitungan rata-rata kenaikan BBM
bersubsidi, yaitu sebesar 18,22% per tahun (tabel 4.6.).

Tabel 4.6. Perhitungan Persentase Rata-rata Kenaikan BBM Bersubsidi

Tahun Harga Rata-rata Selisih Persentase


1998 1.200,00 - -
1999 1.000,00 -200 -16,67%
2000 1.150,00 150 15,00%
2001 1.312,50 163 14,13%
2002 1.668,75 356 27,14%
2003 1.810,00 141 8,46%
2004 1.810,00 0 0,00%
2005 2.826,67 1.017 56,17%
2006 4.500,00 1.673 59,20%
2007 4.500,00 0 0,00%
2008 5.343,75 844 18,75%
Persentase rata-rata kenaikan harga BBM = 18,22%

4.4 Operasional
4.4.1 Tarif Listrik
PT. PLN (Persero) memiliki aturan tarif listrik yang diatur dalam Tarif Dasar
Listrik (TDL) yang diatur dalam perpres no 8 tahun 2011 (terlampir di Lampiran
C). Tarif listrik berbeda-beda biayanya berdasarkan golongannya yang terbagi-
bagi dalam 9 golongan yaitu: rumah tangga; pelayanan sosial; bisnis; industri;
kantor pemerintahan dan PJU; traksi; curah; layanan khusus; dan listrik prabayar.
Dengan perhitungan serta pendekatan jumlah pembagian rata-rata jumlah

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


43

pemakaian listrik dan pembayaran listrik pelanggan di Pulau Sipora, diketahui


bahwa rata-rata merupakan pelanggan golongan rumah tangga dengan batas daya
1300 VA yang biaya listrik per kWh-nya adalah Rp 790,00. Berikut ini adalah
tabel Tarif Dasar Listrik yang berlaku.

Tabel 4.7. Tarif Dasar Listrik Untuk Keperluan Rumah Tangga

Golongan Pra Bayar


No. Batas Daya Biaya Pemakaian (Rp/kWh)
Tarif (Rp/kWh)
1 R-1/TR 450 VA Blok I : 0 s.d. 30 kWh : 169 415
Blok II : di atas 30 kWh s.d.
60 kWh : 360
Blok III : di atas 60 kWh : 495

2 R-1/TR 900 VA Blok I : 0 s.d. 20 kWh : 275 605


Blok II : di atas 20 kWh s.d.
60 kWh : 445
Blok III : di atas 60 kWh : 495

3 R-1/TR 1300 VA 790 790


4 R-1/TR 2200 VA 795 795
5 R-2/TR 3.500 VA s.d. 5.500 VA 890 890
6 R-3/TR 6.600 VA ke atas Blok I : HI x 890 1330
Blok II : HII x 1.380
Tarif Dasar Listrik (TDL) perpres no 8 tahun 2011

Selama ini, PT. PLN (Persero) menjual listrik kepada masyarakat dengan harga
yang lebih murah dibandingkan biaya operasionalnya dikarenakan peraturan dari
pemerintahlah yang mengatur tarif dasar listrik demikian agar setiap golongan
masyarakat di Indonesia dapat sanggup membayar dan menikmati penyaluran
listrik yang ada. Agar Perusahaan ini dapat tetap bertahan, pemerintah
memberikan izin kepada PT. PLN (Persero) untuk memperoleh keuntungan
dengan besaran margin sebesar 7% dari total Biaya Pokok Produksi (BPP) pada
tahun ini (pada tahun sebelum-sebelumnya adalah 8%), namun harga jual yang
diberikan kepada masyarakat adalah harga jual subsidi yang dibebankan kepada
pemerintah. Yang termasuk dalam Biaya Pokok Produksi PT. PLN (Persero)
adalah pembayaran bunga, pembayaran pokok pinjaman, depresiasi mesin,
depresiasi bangunan, biaya perawatan mesin, biaya perawatan gedung, biaya

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


44

perlengkapan kantor, biaya telepon, biaya bahan bakar, biaya angkut, gaji
pegawai, dan biaya transportasi.

4.4.2 Biaya Operasional di PLTS 3 MW


Dalam menjalankan PLTS 3 MW, diperlukan 9 orang pegawai sebagai operator
dan pengawas di PLTS. Honor pegawai PT. PLN (Persero) di tempat pembangkit
adalah sebesar 3 juta (sekarang) per bulan yang akan terus bertambah sesuai
kenaikan persetase inflasi dalam negeri. Dalam mengoperasikan PLTS 3MW,
terdapat biaya-biaya operasional berupa honor pegawai, biaya telepon, biaya
internet, biaya transportasi, dan biaya perawatan PLTS.

4.4.2.1 Biaya Operasional di PLTS 3MW Dalam Skenario Optimis


Berikut ini adalah tabel rincian biaya-biaya operasional dalam setahun beserta
detail rincian perhitungannya dalam skenario optimis.

Tabel 4.8. Rincian Biaya-biaya Operasional Setahun Pada Tahun 2013


Pada Skenario Optimis

No. Jenis Jumlah


1. Gaji Pegawai (9 orang) Rp. 456.181.600,00
2. Biaya Perawatan PV PLTS dan Baterai Rp. 871.734.689,00
3. Biaya Perawatan Gedung Rp. 36.000.000,00
4. Biaya Perlengkapan Kantor Rp. 8.886.150,00
5. Biaya Transportasi Rp. 21.600.000,00
6. Biaya Telepon Rp. 1.323.000,00
Total Rp. 1.395.725.439,00

1. Gaji Pegawai
Pegawai yang akan dipekerjakan menggunakan sistem kerja shift yang dibagi
dalam 4 kelompok yang bekerja bergantian tiap 8 jam. Sistem pembayaran gaji
dihitung sebagai 14 bulan dalam setahun (tambahan 1 bulan THR dan 1 bulan

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


45

untuk jasa produksi). Persentase kenaikan gaji pegawai PT. PLN(Persero) tiap
tahun adalah 6%.
 Kepala PLTS(1 orang): 14 x Rp. 5.000.000,00 = Rp. 70.000.000,00
 Operator (8 orang) : 14 x 8 x Rp. 3.000.000,00 = Rp. 336.000.000,00 +
Total Gaji Pegawai setahun (2011) : Rp. 406.000.000,00
Total gaji pegawai setahun (2013) :
Rp. 406.000.000,00 x 1,06 x 1,06 = Rp. 456.181.600,00

2. Biaya Perawatan PV PLTS dan Baterai


PLTS memiliki garansi selama 25 tahun untuk besaran persentase output listrik
dimana dipastikan penurunan output listrik maksimal hanya mencapai 1% tiap
tahunnya yang dapat dilihat dalam perincian berikut ini :
 0-10 tahun : 90%
 11-25 tahun : 80%

Dengan adanya garansi tersebut, biaya perawatan yang perlu dikeluarkan adalah
biaya untuk menambah panel PV serta biaya pemasangan untuk menutupi
penurunan output rata-rata 1% tiap tahunnya, sehingga kualitas pelayanan
penyediaan listrik kepada masyarakat tidak menurun. Dengan harga panel PV per
KW adalah $1.300 dan biaya pemasangan per 100 KW adalah Rp.
232.239.000,00 (2011), maka total biaya perawatan mesin PLTS 3MW (3.000
KW) adalah sebagai berikut:

Panel PV 32,1 KW: (1% x 3.210) x (1.300 x Rp 9.339,00) = Rp. 389.716.470,00


Biaya Pemasangan: 32,1 x (Rp. 232.239.000,00:100) = Rp. 74.548.719,00 +
Total Biaya Perawatan PV PLTS (2011) = Rp. 464.265.189,00
Total Biaya Perawatan PV PLTS (2013):
Rp. 464.265.189,00 x 1,019 x 1,019 = Rp. 482.074.866,00
Biaya Perawatan Baterai/tahun = 3,3 x $15.000 x Rp 9.339,00
= Rp 462.280.500,00

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


46

Total Biaya Perawatan PV PLTS dan Baterai (2013):


Rp. 482.074.866,00 + Rp 462.280.500,00 = Rp. 944.355.366,00

3. Biaya Perawatan Gedung


Berdasarkan survey wawancara dengan pihak bagian Operasional PT. PLN
(Persero), rata-rata biaya perawatan gedung adalah sekitar 2% dari nilai harga
gedungnya. Maka biaya perawatan untuk gedung PLTS ini adalah:
2% x Rp. 1.800.000.000,00 = Rp. 36.000.000,00

4. Biaya Perlengkapan Kantor


Berdasarkan survei dari wawancara dengan pegawai PT. PLN (Persero),
perlengkapan kantor yang dibutuhkan di tempat Pembangkitan adalah peralatan
tulis dan komponen-komponen pendukung penggunaan komputer seperti kertas
print, tinta printer dan koneksi internet. Daerah terpencil seperti Pulau Sipora
belumlah terfasilitasi oleh jaringan internet kabel, sehingga kebutuhan koneksi
internet bergantung pada internet modem. Dalam tesis ini, dengan
mempertimbangkan rata-rata harga yang beredar pada saat ini, maka rincian
biaya-biaya tersebut dalam setahun adalah sebagai berikut:

 Tinta printer : 12 x Rp. 85.000,00 = Rp. 1.020.000,00


 Kertas A4 1 rim : 12 x Rp. 20.000,00 = Rp. 240.000,00
 Internet : 12 x Rp. 400.000,00 = Rp. 4.800.000,00
 Perangkat kantor lainnya: Rp. 2.000.000,00 +
Total biaya perlengkapan kantor (2011): Rp. 8.060.000,00
Total biaya perlengkapan kantor (2013):
Rp. 8.060.000,00 x 1,05 x 1,05 = Rp. 8.886.150,00

5. Biaya Transportasi
Biaya transportasi di pulau kecil seperti Pulau Sipora cenderung lebih kecil karena
rata-rata perjalanan cukup ditempuh dengan menggunakan sepeda motor. Dengan
rata-rata kenaikan harga BBM sebesar 18,22% tiap tahunnya menurut perhitungan

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


47

rata-rata harga BBM dari tahun 1998-2008 dan mempertimbangkan rata-rata


kemampuan jarak tempuh sepeda motor sebesar 20 km/liter, maka diasumsikan
besaran biaya transportasi sebulan sebesar Rp. 200.000,00/orang sudah
mencukupi seluruh kebutuhan biaya transportasi pegawai di PLTS pada tahun
2013.
Total biaya transpotasi pada tahun 2013:
9 x 12 x Rp. 200.000,00 = Rp 21.600.000,00

6. Biaya Telepon
Rincian asumsi perhitungan biaya telepon dalam setahun pada tahun 2013 adalah
sebagai berikut:
(12 x Rp. 100.000,00) x 1,05 x 1,05 = Rp. 1.323.000,00

4.4.2.2 Biaya Operasional di PLTS 3MW Dalam Skenario Normal


Berikut ini adalah tabel rincian biaya-biaya operasional dalam setahun beserta
detail rincian perhitungannya dalam skenario normal.

Tabel 4.9. Rincian Biaya-biaya Operasional Setahun Pada Tahun 2013


Dalam Skenario Normal

No. Jenis Jumlah


1. Gaji Pegawai (9 orang) Rp. 456.181.600,00
2. Biaya Perawatan PV PLTS dan Baterai Rp. 974.779.534,00
3. Biaya Perawatan Gedung Rp. 36.000.000,00
4. Biaya Perlengkapan Kantor Rp. 9.401.184,00
5. Biaya Transportasi Rp. 21.600.000,00
6. Biaya Telepon Rp. 1.400.000,00
Total Rp. 1.479.762.318,00

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


48

1. Gaji Pegawai
Dengan sistem pembayaran gaji dihitung sebagai 14 bulan dalam setahun
(tambahan 1 bulan THR dan 1 bulan untuk jasa produksi), maka rincian jumlah
gaji pegawai adalah sebagai berikut.
 Kepala PLTS(1 orang): 14 x Rp. 5.000.000,00 = Rp. 70.000.000,00
 Operator (8 orang) : 14 x 8 x Rp. 3.000.000,00 = Rp. 336.000.000,00 +
Total Gaji Pegawai setahun (2011) : Rp. 406.000.000,00
Total gaji pegawai setahun (2013) :
Rp. 406.000.000,00 x 1.06 x 1,06 = Rp. 456.181.600,00

2. Biaya Perawatan PV PLTS dan Baterai


Total biaya perawatan mesin PLTS 3,21MW (3.210 KW) dalam skenario normal
adalah sebagai berikut:
Panel PV 32,1 KW: (1% x 3.210) x (1.300 x Rp 10.406,00) = Rp. 434.242.380,00
Biaya Pemasangan: 32,1 x (Rp. 232.239.000,00:100) = Rp. 74.548.719,00 +
Total Biaya Perawatan PV PLTS (2011) = Rp. 508.791.099,00
Total Biaya Perawatan PV PLTS (2013):
Rp. 508.791.099,00 x 1,03 x 1,03 = Rp. 539.776.477,00
Biaya Perawatan Baterai/tahun = 3,3 x $15.000 x Rp 10.406,00
= Rp. 515.097.000,00
Total Biaya Perawatan PV PLTS dan Baterai (2013):
Rp. 539.776.477,00 + Rp 515.097.000,00 = Rp. 1.054.873.477,00

3. Biaya Perawatan Gedung


2% x Rp. 1.800.000.000,00 = Rp. 36.000.000,00

4. Biaya Perlengkapan Kantor


Rincian dan total biaya-biaya perlengkapan kantor dalam skenario normal dalam
setahun adalah sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


49

 Tinta printer : 12 x Rp. 85.000,00 = Rp. 1.020.000,00


 Kertas A4 1 rim : 12 x Rp. 20.000,00 = Rp. 240.000,00
 Internet : 12 x Rp. 400.000,00 = Rp. 4.800.000,00
 Perangkat kantor lainnya: Rp. 2.000.000,00 +
Total biaya perlengkapan kantor (2011): Rp. 8.060.000,00
Total biaya perlengkapan kantor (2013):
Rp. 8.060.000,00 x 1,08 x 1,08 = Rp. 9.401.184,00

5. Biaya Transportasi
Dalam skenario normal ini, diasumsikan besaran biaya transportasi sebulan
sebesar Rp. 200.000,00/orang sudah mencukupi seluruh kebutuhan biaya
transportasi pegawai di PLTS pada tahun 2013. Total biaya transpotasi pada tahun
2013 adalah sebagai berikut:
9 x 12 x Rp. 200.000,00 = Rp 21.600.000,00

6. Biaya Telepon
Rincian asumsi perhitungan biaya telepon dalam setahun pada tahun 2013 dalam
skenario normal adalah sebagai berikut:
(12 x Rp. 100.000,00) x 1,08 x 1,08 = Rp. 1.400.000,00 (pembulatan)

4.4.2.3 Biaya Operasional di PLTS 3MW Dalam Skenario Pesimis

Tabel 4.10. Rincian Biaya-biaya Operasional Setahun Pada Tahun 2013


Dalam Skenario Pesimis

No. Jenis Jumlah


1. Gaji Pegawai (9 orang) Rp. 456.181.600,00
2. Biaya Perawatan PV PLTS dan Baterai Rp. 1.166.475.812,00
3. Biaya Perawatan Gedung Rp. 36.000.000,00
4. Biaya Perlengkapan Kantor Rp. 9.930.726,00
5. Biaya Transportasi Rp. 21.600.000,00
6. Biaya Telepon Rp. 1.505.280,00
Total Rp. 1.691.693.418,00

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


50

1. Gaji Pegawai
Dengan Sistem pembayaran gaji dihitung sebagai 14 bulan dalam setahun
(tambahan 1 bulan THR dan 1 bulan untuk jasa produksi), maka total gaji
pegawai dalam skenario pesimis adalah sebagai berikut.
 Kepala PLTS(1 orang): 14 x Rp. 5.000.000,00 = Rp. 70.000.000,00
 Operator (8 orang) : 14 x 8 x Rp. 3.000.000,00 = Rp. 336.000.000,00 +
Total Gaji Pegawai setahun (2011) : Rp. 406.000.000,00
Total gaji pegawai setahun (2013) :
Rp. 406.000.000,00 x 1,06 x 1,06 = Rp. 456.181.600,00

2. Biaya Perawatan PV PLTS dan Baterai


Total biaya perawatan mesin PLTS 3,21 MW (3.210 KW) dalam skenario pesimis
adalah sebagai berikut:

Panel PV 32,1 KW: (1% x 3.210) x (1.300 x Rp 11.474,00)= Rp. 478.810.020,00


Biaya Pemasangan: 32,1 x (Rp. 232.239.000,00:100) = Rp. 74.548.719,00 +
Total Biaya Perawatan PV PLTS (2011) = Rp. 553.358.739,00
Total Biaya Perawatan PV PLTS (2013):
Rp. 553.358.739,00 x 1,04 x 1,04 = Rp. 598.512.812,00
Biaya Perawatan Baterai/tahun = 3,3 x $15.000 x Rp 11.474,00 = Rp
567.963.000,00
Total Biaya Perawatan PV PLTS dan Baterai (2013):
Rp. 598.512.812,00 + Rp 567.963.000,00 = Rp. 1.166.475.812,00

3. Biaya Perawatan gedung


2% x Rp. 1.800.000.000,00 = Rp. 36.000.000,00

4. Biaya Perlengkapan Kantor


Dalam skenario pesimis, rincian dan total biaya-biaya perlengkapan kantor dalam
setahun adalah sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


51

 Tinta printer : 12 x Rp. 85.000,00 = Rp. 1.020.000,00


 Kertas A4 1 rim : 12 x Rp. 20.000,00 = Rp. 240.000,00
 Internet : 12 x Rp. 400.000,00 = Rp. 4.800.000,00
 Perangkat kantor lainnya: Rp. 2.000.000,00 +
Total biaya perlengkapan kantor (2011): Rp. 8.060.000,00
Total biaya perlengkapan kantor (2013):
Rp. 8.060.000,00 x 1,11 x 1,11 = Rp. 9.930.726,00

5. Biaya Transportasi
Dalam skenario pesimis, diasumsikan besaran biaya transportasi sebulan sebesar
Rp. 200.000,00/orang sudah mencukupi seluruh kebutuhan biaya transportasi
pegawai di PLTS pada tahun 2013. Total biaya transpotasi pada tahun 2013
adalah sebagai berikut:
9 x 12 x Rp. 200.000,00 = Rp 21.600.000,00

6. Biaya Telepon
Rincian asumsi perhitungan biaya telepon dalam setahun pada tahun 2013 dalam
skenario pesimis adalah sebagai berikut:
(12 x Rp. 100.000,00) x 1,11 x 1,11 = Rp. 1.478.520,00

4.5 Depresiasi
Dengan mempergunakan metode perhitungan garis lurus, maka perhitungan
depresiasi PLTS dan gedung dalam skenario optimis, normal, dan pesimis adalah
sebagai berikut:

4.5.1 Depresiasi Dalam Skenario Optimis


a. Depresiasi PV PLTS :
Rp. 38.971.647.000,00 : 25 = Rp. 1.558.865.880,00
b. Depresiasi Baterai PLTS :
Rp. 46.228.050.000,00 : 15 = Rp. 3.081.870.000,00

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


52

c. Depresiasi Inverter dan Panel Kontrol :


Rp. 76.549.550.688,00 : 15 = Rp. 5.103.303.379,00
d. Depresiasi Trafo, Peralatan, Pagar dan Alarm System:
Rp. 1.942.560.000,00 : 20 = Rp. 97.128.000,00
e. Depresiasi Gedung :
Rp.800.000.000,00 : 30 = Rp 26.666.666,67

4.5.2 Depresiasi Dalam Skenario Normal


a. Depresiasi PV PLTS :
Rp. 43.424.238.000,00 : 25 = Rp. 1.736.969.520,00
b. Depresiasi Baterai PLTS :
Rp. 51.509.700.000,00 : 15 = Rp. 3.433.980.000,00
c. Depresiasi Inverter dan Panel Kontrol :
Rp. 85.294.648.028,00 : 15 = Rp. 5.686.309.869,00
d. Depresiasi Trafo, Peralatan, Pagar dan Alarm System:
Rp. 2.164.480.000,00 : 20 = Rp. 108.224.000,00
e. Depresiasi Gedung :
Rp.800.000.000,00 : 30 = Rp 26.666.666,67

4.5.3 Depresiasi Dalam Skenario Pesimis


a. Depresiasi PV PLTS :
Rp. 47.881.002.000,00 : 25 = Rp. 1.915.240.080,00
b. Depresiasi Baterai PLTS :
Rp. 56.796.300.000,00 : 15 = Rp. 3.786.420.000,00
c. Depresiasi Inverter dan Panel Kontrol :
Rp. 94.046.050.413,00 : 15 = Rp. 6.269.736.694,00
d. Depresiasi Trafo, Peralatan, Pagar dan Alarm System:
Rp. 2.386.560.000,00 : 20 = Rp. 119.328.000,00
e. Depresiasi Gedung :
Rp.800.000.000,00 : 30 = Rp 26.666.666,67

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


53

4.6 Rencana Pendanaan


Dalam melaksanakan suatu proyek pembangunan pembangkit, kini PLN memiliki
bantuan dana berupa dana APBN dari pemerintah selain subsidi tarif listrik bagi
rakyat yang menjadi pelanggan listrik PT. PLN (Persero). Namun sebagai salah
satu bagian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), tentu pemerintah serta
perusahaan sendiri menginginkan suntikan dana dari pemerintah berupa subsidi
dan APBN menjadi semakin berkurang agar tidak terlalu memberatkan
pemerintah. Oleh karena itu dalam pembangunan PLTS 3 MW di pulau Sipora ini
sumber pendanaan initial investment akan berasal dari obligasi.

Untuk proyek pembangunan pembangkit yang memiliki jumlah initial investment


yang sangat besar seperti PLTS ini, akan lebih baik apabila waktu jatuh tempo
pembayaran pinjaman pokoknya semakin lama dan tingkat bunga yang diberikan
kecil jumlahnya. Berdasarkan besaran yield curve dari data yang diberikan
Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) yaitu 6% untuk waktu jatuh tempo 15
tahun dan tingkat rating obligasi PT. PLN (Persero) yang diberikan oleh PT.
PEFINDO yaitu idAA+, maka besaran tingkat bunga obligasi yang dipakai adalah
8%. Penambahan 2% yang berasal dari rating ini berdasarkan data historis laporan
keuangan PT. PLN, dimana untuk rating idAA+ memperoleh penambahan 2%
untuk besaran persentase bunga obligasi. Dengan demikian maka pendanaan
pembangunan PLTS ini akan didanai melalui obligasi dalam negeri dengan
tingkat bunga 8% dengan waktu jatuh tempo selama 15 tahun. Kemudian dengan
mempertimbangkan adanya biaya administrasi dan transaksi penerbitan obligasi
PT. PLN (Persero) rata-rata sebesar 7% (berdasarkan data historis laporan
keuangan PT. PLN) dari total besaran obligasi, maka besaran obligasi yang
dibutuhkan untuk proyek ini adalah sebagai berikut:
a. Besaran Obligasi Pada Skenario Optimis:
[100 % : (100% - 7%)] x Rp. 182.517.437.688,00 = Rp. 196.255.309.341,00
= ~ Rp. 196.256.000.000,00
b. Besaran Obligasi Pada Skenario Normal:
[100 % : (100% - 7%)] x Rp. 201.815.106.028,00 = Rp. 217.005.490.353,00
= ~ Rp. 217.006.000.000,00

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


54

c. Besaran Obligasi Pada Skenario Pesimis:


[100 % : (100% - 7%)] x Rp. 221.128.792.413,00 = Rp. 237.772.895.068,00
= ~ Rp. 237.773.000.000,00

4.7 Proyeksi Pembayaran Hutang Obligasi


Dalam menjalankan pembangunan PLTS 3MW ini, sumber pendanaan initial
investment berasal dana hutang obligasi luar negeri dengan tingkat bunga sebesar
8% yang memiliki waktu jatuh tempo 15 tahun. Berikut ini adalah tabel
perhitungan proyeksi pembayaran hutang obligasi untuk pembangunan PLTS 3
MW dalam skenario optimis, normal, dan pesimis (tabel perhitungan
selengkapnya ada pada Lampiran 8, Lampiran 9, dan Lampiran 10).

Tabel 4.11. Proyeksi Pembayaran Hutang Obligasi Masing-masing


Skenario
Tahun Angsuran Skenario Angsuran Skenario Angsuran Skenario
ke- Optimis Normal Pesimis
0
1 Rp. 15.700.480.000,00 Rp. 17.360.480.000,00 Rp. 19.021.840.000,00
2 Rp. 15.700.480.000,00 Rp. 17.360.480.000,00 Rp. 19.021.840.000,00
3 Rp. 15.700.480.000,00 Rp. 17.360.480.000,00 Rp. 19.021.840.000,00
4 Rp. 15.700.480.000,00 Rp. 17.360.480.000,00 Rp. 19.021.840.000,00
5 Rp. 15.700.480.000,00 Rp. 17.360.480.000,00 Rp. 19.021.840.000,00
6 Rp. 15.700.480.000,00 Rp. 17.360.480.000,00 Rp. 19.021.840.000,00
7 Rp. 15.700.480.000,00 Rp. 17.360.480.000,00 Rp. 19.021.840.000,00
8 Rp. 15.700.480.000,00 Rp. 17.360.480.000,00 Rp. 19.021.840.000,00
9 Rp. 15.700.480.000,00 Rp. 17.360.480.000,00 Rp. 19.021.840.000,00
10 Rp. 15.700.480.000,00 Rp. 17.360.480.000,00 Rp. 19.021.840.000,00
11 Rp. 15.700.480.000,00 Rp. 17.360.480.000,00 Rp. 19.021.840.000,00
12 Rp. 15.700.480.000,00 Rp. 17.360.480.000,00 Rp. 19.021.840.000,00
13 Rp. 15.700.480.000,00 Rp. 17.360.480.000,00 Rp. 19.021.840.000,00
14 Rp. 15.700.480.000,00 Rp. 17.360.480.000,00 Rp. 19.021.840.000,00
15 Rp. 211.956.480.000,00 Rp. 234.366.480.000,00 Rp. 256.794.840.000,00

4.8 Proyeksi Arus Kas


Membuat perhitungan untuk proyeksi arus kas sangatlah penting untuk
mengetahui gambaran aliran kas tiap tahun ke depan dari proyek dengan besaran

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


55

jumlah investasi dan biaya-biaya operasional yang diprediksikan dengan asumsi-


asumsi yang telah ditentukan sebelumnya. Perhitungan arus kas memakai
perhitungan Free Cash Flow dimana dalam perhitungan Free Cash Flow ini tidak
termasuk adanya depresiasi dan pembayaran bunga hutang obligasi. Dengan cara
ini maka dapat diketahui berapa jumlah kas sebenarnya yang dihasilkan dari
pengoperasian proyek tersebut sebelum kas tersebut dipergunakan oleh pihak
manajemen untuk pengeluaran dan investasi lainnya. Berdasarkan teori Ross,
Westerfield, dan Jordan (2010) dalam bukunya Fundamentals of Corporate
Finance, rumus yang dipergunakan adalah

(Sales – Cost) x (1 – Tax) + Depreciation x Tax (4.1)

Untuk tabel rincian arus kas yang lengkap dalam masing-masing skenario dapat
dilihat pada Lampiran 11 sampai Lampiran 19. Berikut ini adalah tabel
perhitungan proyeksi arus kas skenario optimis, normal, dan pesimis pada tahun
2013 hingga 2027 (proyeksi arus kas diperpendek dengan menggunakan metode
Terminal Cash Flow).

Tabel 4.12. Proyeksi Arus Kas Masing-masing Skenario

Net Cash Flow Skenario Net Cash Flow Skenario Net Cash Flow Skenario
Tahun
Optimis Normal Pesimis
2013 Rp. 22.181.782.996,00 Rp. 24.611.158.285,00 Rp. 27.041.393.448,00
2014 Rp. 24.415.574.504,00 Rp. 24.614.426.424,00 Rp. 27.045.469.291,00
2015 Rp. 24.418.238.897,00 Rp. 24.617.871.366,00 Rp. 27.049.780.300,00
2016 Rp. 24.421.053.092,00 Rp. 24.621.506.910,00 Rp. 27.054.344.456,00
2017 Rp. 24.424.030.395,00 Rp. 24.625.348.448,00 Rp. 27.059.181.681,00
2018 Rp. 24.427.185.819,00 Rp. 24.629.413.202,00 Rp. 27.064.314.113,00
2019 Rp. 24.430.536.357,00 Rp. 24.633.720.504,00 Rp. 27.069.766.424,00
2020 Rp. 24.434.101.293,00 Rp. 24.638.292.122,00 Rp. 27.075.566.186,00
2021 Rp. 24.437.902.583,00 Rp. 24.643.152.642,00 Rp. 27.081.744.305,00
2022 Rp. 24.441.965.284,00 Rp. 24.648.329.920,00 Rp. 27.088.335.516,00
2023 Rp. 24.446.318.078,00 Rp. 24.653.855.603,00 Rp. 27.095.378.973,00
2024 Rp. 24.450.993.871,00 Rp. 24.659.765.753,00 Rp. 27.102.918.928,00
2025 Rp. 24.456.030.511,00 Rp. 24.666.101.570,00 Rp. 27.111.005.528,00
2026 Rp. 24.461.471.622,00 Rp. 24.672.910.245,00 Rp. 27.119.695.750,00
2027 Rp. 187.937.410.401,00 Rp. 205.528.555.169,00 Rp. 225.370.072.291,00

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


56

4.9 Perhitungan Net Present Value


Dalam menganalisis kuantitatif kelayakan suatu keputusan investasi, metode Net
Present Value merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk
menghitung kelayakan suatu proyek investasi seperti proyek pembangunan PLTS
3 MW ini. Perhitungan besaran tingkat diskonto yang dipergunakan dalam
menghitung NPV adalah sebagai berikut:
ki = kd (1-t)
= 0,08 (1-30%)
= 0,056 (4.2)

Di bawah ini adalah tabel perhitungan Net Present Value proyek PLTS 3MW
dalam skenario optimis, normal, dan pesimis dengan menggunakan tingkat
diskonto sebesar 0,056 (tabel perhitungan selengkapnya ada pada Lampiran 20,
Lampiran 21, dan Lampiran 22).

Tabel 4.13. Perhitungan Net Present Value Masing-masing Skenario

NPV Skenario NPV Skenario NPV Skenario


Perihal
Optimis Normal Pesimis
Total PV 313.699.983.263 325.517.938.913 357.496.861.168
Initial Investment 196.256.000.000 217.006.000.000 237.773.000.000
NPV 117.443.983.263 108.511.938.913 119.723.861.168

4.10 Perhitungan Internal Rate of Return


Perhitungan Internal Rate of Return merupakan salah satu metode yang
dibutuhkan dalam perhitungan kelayakan suatu proyek investasi seperti ini,
dimana perhitungan IRR ini berguna untuk mengetahui tingkat laba sesungguhnya
dari suatu proyek investasi dengan membandingkannya dengan besaran cost of
capitalnya (dalam kasus ini adalah cost of debt). Dalam mencari nilai IRR ini
mempergunakan metode trial and error, karena yang kita cari adalah nilai r pada
rumus NPV di bawah ini ketika nilai NPV sama dengan 0.

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


57

n
_Ct__ (4.2)
NPV = ∑ (1+r)t
- C0
t=1

Proyek PLTS ini memiliki nilai IRR lebih besar dari cost of capital pada
perhitungan masing-masing skenario, sehingga proyek ini dianggap layak untuk
dilaksanakan secara finansial. Berikut ini adalah hasil perhitungan IRR pada
masing-masing skenario.

Tabel 4.14. IRR Pada Masing-masing Skenario

Cost of IRR Skenario IRR Skenario IRR Skenario


Capital Optimis Normal Pesimis
0,056 0,118457646 0,10861281 0,108967288

4.11 Perhitungan Payback Period


Dalam menghitung kelayakan suatu proyek investasi, perhitungan Metode
Payback Period juga dibutuhkan untuk mengetahui jumlah rentang waktu
lamanya suatu proyek berjalan hingga hasil finansial proyek tersebut dapat
mengembalikan jumlah modal awal yang diinvestasikan untuk membangun
proyek tersebut. Proyek PLTS ini mencapai masa payback periodnya pada tahun
ke sembilan dari 25 tahun masa proyek ini berjalan, dengan demikian proyek ini
dapat dianggap layak dilaksanakan secara finansial. Berikut ini adalah tabel
ringkasan hasil perhitungan payback period, untuk tabel perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 23, Lampiran 24, dan Lampiran 25.

Tabel 4.15. Perhitungan Payback Period Masing-masing Skenario

Perihal Skenario Optimis Skenario Normal Skenario Pesimis


Payback Period
8,126995213 8,812163242 8,786994510
Tahun
Initial Investment 196.256.000.000 217.006.000.000 237.773.000.000

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


58

4.12 Rincian Perhitungan Cash Outflow Pengoperasian PLTD


Untuk mengetahui seberapa besar biaya BBM dan biaya operasional PLTD yang
berhasil dikurangi setelah menggantinya dengan PLTS, maka penting untuk
memperhitungkan berapa total biaya yang dihemat dari total biaya pengoperasian
PLTD yang seharusnya terjadi apabila tetap dioperasikan. Dikarenakan kondisi
mesin-mesin yang sudah lama, maka berdasarkan kemampuannya PLTD di Pulau
Sipora ini hanya dapat beroperasi hingga tahun 2015. Berikut ini adalah
penjelasan dan perincian biaya-biaya operasional PLTD.

4.12.1 Kondisi Mesin-mesin PLTD Sipora dan Tuapejat Hingga Habis Masa
Operasinya
Tabel berikut ini akan menunjukkan kemampuan masing-masing mesin PLTD
berproduksi hingga habis masa kemampuannya untuk beroperasi.

Tabel 4.16. Kondisi Mesin-mesin PLTD Pulau Sipora Tahun 2013-2015

Daya Daya Daya Daya


Tahun Daya Mampu Mampu Mampu Mampu
Mesin PLTD Pasang Terpasang 2012 2013 2014 2015
Sipora
Cummins 6 CTA 8.3 G 2005 100 75 70 65 60
Deutz F 6 L 912 2000 40 0 0 0 0

Tua Pejat
Deutz F 10 L 413 F 2006 100 65 65 65 60
Deutz F 10 L 413 F 1995 100 0 0 0 0
Deutz F 10 L 413 F 2007 100 75 75 70 60
Deutz F 10 L 413 F 1995 100 0 0 0 0
MTU 12 V 2000 G 63 2007 600 375 375 350 350
Komatsu SA 6D 140 A-1 2000 308 0 0 0 0
Cummins 6 CTA 8.3 G2 2005 120 75 75 70 60
Cummins 6 CTA 8.3 G2 2005 120 75 75 70 60
Total 1.688 740 735 690 650
Sumber: Data diolah

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


59

4.12.2 Perhitungan Kebutuhan Produksi kWh PLTD di Pulau Sipora


Diketahui bahwa rata-rata laju pertumbuhan penduduk di Pulau Sipora adalah
8,72% per tahun berdasarkan laporan hasil sensus penduduk tahun 2010. Dengan
menggunakan perhitungan berbanding lurus, maka dapat diketahui bahwa laju
pertambahan pelanggan listrik PT. PLN (Persero) di Pulau Sipora adalah sebesar
8,72% juga. Sedangkan menurut data tahun 2010 diketahui total rata-rata
kebutuhan kWh di Pulau Sipora adalah sebesar 204.877 kWh/bulan dari PLTD
Tua Pejat dan sebesar 22.074 kWh/bulan dari PLTD Sipora. Maka total
kebutuhan listrik per bulan pada tahun 2010 adalah sebesar 226.951 kWh atau
2.723.412 kWh per tahun. Dengan mempergunakan asumsi rata-rata penambahan
kebutuhan jumlah produksi listrik per tahun sebesar 8,72%, maka kebutuhan
produksi listrik pada tahun 2013, 2014, dan 2015 adalah sebagai berikut:

kebutuhan produksi listrik per bulan (2013) =


226.951 kWh x (1,0872)3 = 291.649 kWh (pembulatan)
kebutuhan produksi listrik per bulan tahun 2014 =
226.951 kWh x (1,0872)4 = 317.081 kWh (pembulatan)
kebutuhan produksi listrik per bulan tahun 2015 =
226.951 kWh x (1,0872)5 = 344.730 kWh (pembulatan)
4.12.3 Biaya-biaya BBM dan Pengangkutan BBM PLTD Pulau Sipora

Dengan mempergunakan persentase rata-rata kenaikan BBM 18,22% yang


diperhitungkan pada tabel 4.3, maka diprediksikan pada tahun 2013 harga solar
adalah sebesar Rp. 10.136,00/liter dan harga oli adalah Rp. 32.533,00/liter.
Berdasarkan proyeksi perhitungan liter solar pada tabel di Lampiran E, diketahui
bahwa total liter solar yang dibutuhkan adalah 104.471 liter per bulan dan 385
liter untuk oli pada tahun 2013. Kenaikan ongkos pengangkutan solar dan oli
terpengaruhi oleh kenaikan persentase BBM tiap tahunnya, hal ini dikarenakan
untuk mengangkut bahan bakar tersebut juga menggunakan kendaraan berbahan
bakar BBM. Berikut ini adalah ringkasan rincian biaya bahan bakar dan
pengangkutan bahan bakar mesin PLTD, untuk melihat tabel rincian perhitungan
biaya lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran E hingga Lampiran G.

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


60

Tabel 4.17. Rincian Biaya BBM dan Pengangkutan Per Tahun

Biaya Solar dan Biaya Pengangkutan


Tahun Oli Setahun BBM Setahun
2013 12.857.946.895 2.006.462.249
2014 16.727.735.742 2.611.989.752
2015 21.725.081.481 3.394.277.311

4.12.4 Biaya Perawatan Gedung dan Mesin-mesin PLTD


Di Pulau Sipora terdapat 2 PLTD yang berdiri, yaitu PLTD Sipora dan PLTD
Tua Pejat. Masing-masing PLTD memiliki jumlah mesin dan besaran
kemampuan produksi mesin yang berbeda. Berdasarkan Survey, rata-rata biaya
perawatan mesin-mesin PLTD pada tahun 2011 adalah sekitar Rp.
1.000.000,00/Kw (suku cadang tersedia di dalam negeri), sedangkan untuk biaya
perawatan gedung adalah 2% dari harga gedung tersebut.

Pada tahun 2013 hingga 2015, terdapat 6 mesin PLTD yang masih dapat
beroperasi, total besaran kW mesin yang terpasang adalah 1.140 kW, maka total
biaya pemeliharaan mesin tahun 2013 adalah:
a. Biaya pemeliharaan mesin pada skenario optimis
1.140 x Rp. 1.000.000,00 x (1,05)2 = Rp. 1.256.850.000,00
b. Biaya pemeliharaan mesin pada skenario normal
1.140 x Rp. 1.000.000,00 x (1,08)2 = Rp. 1.329.696.000,00
c. Biaya pemeliharaan mesin pada skenario pesimis
1.140x Rp. 1.000.000,00 x (1,11)2 = Rp. 1.404.594.000,00

Total biaya pemeliharaan mesin pada tahun 2014 adalah:


a. Biaya pemeliharaan mesin pada skenario optimis
1.140 x Rp. 1.000.000,00 x (1,05)3 = Rp. 1.319.692.500,00
b. Biaya pemeliharaan mesin pada skenario normal
1.140 x Rp. 1.000.000,00 x (1,08)3 = Rp. 1.436.071.680,00

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


61

c. Biaya pemeliharaan mesin pada skenario pesimis


1.140 x Rp. 1.000.000,00 x (1,11)3= Rp. 1.559.099.340,00

Total biaya pemeliharaan mesin pada tahun 2015 adalah:


a. Biaya pemeliharaan mesin pada skenario optimis
1.140 x Rp. 1.000.000,00 x (1,05)4 = Rp. 1.385.677.125,00
b. Biaya pemeliharaan mesin pada skenario normal
1.140 x Rp. 1.000.000,00 x (1,08)4 = Rp. 1.550.957.414,00
c. Biaya pemeliharaan mesin pada skenario pesimis
1.140 x Rp. 1.000.000,00 x (1,11)4 = Rp. 1.730.600.267,00

Kenaikan biaya pemeliharaan gedung tiap tahunnya terpengaruhi oleh kenaikan


inflasi karena menggunakan bahan-bahan dan peralatan dalam negeri. Pada tahun
2013, biaya pemeliharaan gedung masing-masing PLTD adalah sebagai berikut:
a. Biaya pemeliharaan gedung PLTD Sipora
2% x (150 x Rp. 4.000.000,00) = Rp. 12.000.000,00
b. Biaya pemeliharaan gedung PLTD Tuan Pejat
2% x (500 x Rp. 4.000.000,00) = Rp. 40.000.000,00

4.12.5 Gaji Pegawai


Jumlah pegawai yang bekerja di PLTD Sipora adalah 8 orang dan jumlah
pegawai yang bekerja di PLTD Tua Pejat adalah 12 orang. Tiap tahunnya PT.
PLN (Persero) memberikan kenaikan gaji sebesar 6% kepada seluruh
pegawainya, dimana hal ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya kenaikan
inflasi tiap tahunnya. Sistem pemberian gaji yang berlaku di PT. PLN (Persero)
adalah 14 kali dalam setahun. Berikut ini adalah perincian biaya gaji pegawai
pada masing-masing PLTD.
a. Biaya gaji pegawai PLTD Sipora
 Kepala PLTS(1 orang): 14 x Rp. 5.000.000,00 = Rp. 70.000.000,00
 Operator (7 orang) : 14 x 7 x Rp. 3.000.000,00 = Rp. 294.000.000,00 +
Total Gaji Pegawai setahun (2011) : Rp. 364.000.000,00

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


62

Total gaji pegawai setahun (2013) :


Rp. 364.000.000,00 x 1,06 x 1,06 = Rp. 408.990.400,00

b. Biaya gaji pegawai PLTD Tua Pejat


 Kepala PLTS(1 orang): 14 x Rp. 5.000.000,00 = Rp. 70.000.000,00
 Operator (11 orang) : 14 x 11 x Rp. 3.000.000,00 = Rp. 462.000.000,00 +
Total Gaji Pegawai Setahun (2011) : Rp. 532.000.000,00
Total gaji pegawai setahun (2013) :
Rp. 532.000.000,00 x 1,06 x 1,06 = Rp. 597.755.200,00

4.12.6 Total Biaya Perlengkapan Kantor, Transportasi, dan Telepon PLTD


Besaran biaya perlengkapan kantor, transportasi, dan telepon pada masing-
masing PLTD di Pulau Sipora adalah sama dengan biaya perlengkapan kantor,
transportasi, dan telepon di PLTS dalam masing-masing skenario.

4.13 Cash Outflow Pengoperasian PLTD Tahun 2013-2015


Untuk mengetahui berapa biaya yang harus dikeluarkan oleh PT. PLN (Persero)
tiap tahunnya jika tidak segera mengganti PLTD di Pulau Sipora dengan PLTS,
maka perlu diketahui berapa lama sisa masa operasi PLTD dan total cash outflow
per tahunnya dari kedua PLTD tersebut. Berikut ini adalah tabel perhitungan cash
outflow PLTD pada masing-masing skenario apabila kedua PLTD di Pulau
Sipora tetap dioperasikan hingga masa mampu beroperasinya berakhir (tabel
rincian cash outflow selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 26, Lampiran 27,
dan Lampiran 28).

Tabel 4.18. Cash Outflow PLTD Pada Masing-masing Skenario

Total Cash Outflow PLTD


Tahun Skenario
Optimis Skenario Normal Skenario Pesimis
2013 17.248.423.045 17.322.453.113 17.424.042.757
2014 21.859.353.145 21.979.183.668 22.134.047.124
2015 27.783.141.098 27.954.430.013 28.171.795.316

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


63

Apabila kedua PLTD tersebut telah berhenti beroperasi, PT. PLN (Persero)
memiliki kebijakan tidak tertulis yang telah menjadi menjadi tindakan keputusan
yang umum, dimana gedung dan lahan bekas pengoperasian PLTD tersebut tidak
akan dijual, melainkan akan dimanfaatkan kembali untuk pelayanan listrik kepada
pelanggan. Sedangkan mesin-mesin PLTD yang sudah tidak bisa beroperasi
hanya akan dijual sebagai besi kiloan, dimana harga jual besinya adalah Rp.
10.000.000,00/ton. Berat besi pada 1MW PLTD adalah 3 ton, sedangkan total
besaran daya terpasang mesin-mesin PLTD di Pulau Sipora adalah 1.993 kW
(1,993 MW). Apabila seluruh mesin-mesin PLTD tersebut dijual maka, harga
jualnya adalah:
1,993 x 3 x Rp. 10.000.000,00 = Rp 59.790.000,00

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dari penelitian yang dilakukan, maka dapat diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. PLTS dan PLTD memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Salah satu
kelebihan PLTS adalah memiliki umur operasi yang panjang yaitu 25
tahun dan juga memakai energi matahari yang termasuk dalam sumber
energi terbarukan sebagai sumber energinya. Energi matahari merupakan
sumber energi yang dapat diperoleh secara bebas, sehingga hal ini
menguntungkan bagi PT. PLN (Persero) karena tidak perlu mengeluarkan
beban biaya bahan bakar yang terpengaruh kenaikan harga akibat
keterbatasannya sebagai jenis sumber energi tidak terbaharui. Selain itu,
pasokan energi listrik kepada masyarakat menjadi lebih terjamin selalu
terpasok karena permasalahan keterlambatan pengirimanan bahan bakar
akibat pelayaran di perairan yang sulit tidak akan terjadi lagi. PLTS ini
juga memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan lingkungan
dikarenakan dalam pengoperasiannya tidak memerlukan pembakaran
BBM yang dapat menghasilkan gas buangan seperti CO2 dan tidak
menggunakan perangkat pembangkit yang berputar. Kedua kondisi
tersebut membuat PLTS tidak menghasilkan adanya suara bising dari
pergerakan perangkat pembangkit yang dapat menjadi polusi suara dan
polusi udara dari gas buangan hasil pembakaran bagi masyarakat dan
lingkungan alam disekitarnya. PLTS juga memiliki kekurangan, yaitu
pembangkit ini hanya dapat menghasilkan lisrtrik maksimal selama 4 jam
saja disaat matahari berada di puncak siang hari di saat energi matahari
paling banyak terpancar ke permukaan bumi. Kekurangan lainnya dari
PLTS ini adalah memerlukan adanya lahan yang luas untuk memasang
panel surya, initial investment yang cukup besar, serta memerlukan adanya

64
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


65

baterai untuk menyimpan listrik dan menyalurkan pasokan listrik untuk


malam hari atau di saat cuaca mendung.

Sedangkan kelebihan yang dimiliki PLTD adalah dapat beroperasi selama


24 jam, memerlukan initial investment yang lebih kecil dari PLTS, dan
hanya memerlukan lahan yang jauh lebih kecil dari PLTS. Kekurangan
yang dimiliki oleh PLTD adalah biaya operasionalnya yang cukup tinggi
dikarenakan pembangkit ini menggunakan bahan bakar diesel sebagai
sumber energinya. Karena menggunakan bahan bakar diesel, biaya
terbesar dari PLTD ada pada biaya bahan bakar dan biaya pengangkutan
bahan bakar. Penggunaan PLTD sebagai pembangkit di pulau terpencil
juga menambah kekurangan dari penggunaan PLTD di pulau terpencil
seperti Pulau Sipora. Kekurangan tersebut adalah sulitnya pengiriman
bahan bakar PLTD dikarenakan untuk melakukan pengiriman harus
melakukan pengiriman melalui jalur laut dimana kondisi laut di pulau
terpencil seperti Pulau Sipora sangatlah tidak menentu dan berbahaya
terutama ketika pada saat Musim Angin Barat, karena ketinggian ombak
yang bisa mencapai 3-6 meter sangat berbahaya untuk pelayaran.
2. Fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan dalam menjalankan PLTS adalah
perangkat pembangkit PLTS, baterai, inverter, panel kontrol, trafo,
peralatan, pagar, sistem alarm, sertifikat, pelatihan pegawai, lahan, dan
gedung. Sedangkan biaya-biaya yang dibutuhkan dalam menjalankan
PLTS adalah biaya initial investment, biaya pegawai, biaya perawatan
PLTS, biaya perawatan gedung, biaya perlengkapan kantor, biaya
transportasi, dan biaya telepon. Fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan PLTD
adalah lahan, gedung, mesin PLTD, dan perlengkapan pembangkit.
Sedangkan biaya-biaya yang dibutuhkan oleh PLTD adalah biaya gaji
pegawai, biaya bahan bakar, biaya pengangkutan, biaya perlengkapan
kantor, biaya perawatan mesin, biaya perawatan gedung, biaya transportasi
dan biaya telepon.
3. Dari segi hasil analisis penilaian kelayakan proyek secara kualitas, proyek
PLTS ini cocok menjadi alternatif pilihan pembangkit listrik yang layak

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


66

untuk diaplikasikan di Pulau Sipora dimana pulau ini tidak memiliki


sumber energi terbaharui lainnya yang cukup kuat dan besar untuk
dipergunakan sebagai sumber energi pembangkit listrik. Hal ini dapat
dilihat dari kondisi cuaca di Pulau Sipora yang cukup banyak terpapar oleh
sinar matahari dikarenakan letak geografisnya yang tidak jauh dari garis
khatulistiwa. Proyek PLTS 3 MW di Pulau Sipora ini merupakan salah
satu contoh yang baik untuk mengetahui layak atau tidaknya pembangkit
listrik jenis ini diaplikasikan pada tipe pulau-pulau terpencil lainnya di
Indonesia yang memiliki kondisi geografis yang sama/mirip dengan Pulau
Sipora. Sedangkan berdasarkan hasil analisis keuangan dengan
menggunakan metode analisis keputusan investasi seperti Net Present
Value (NPV), Payback Period, dan Internal Rate of Return (IRR), proyek
PLTS 3 MW ini disarankan untuk dilaksanakan karena pada masing-
masing skenario (optimis, normal, dan pesimis), nilai NPVnya positif.
Pada perhitungan payback period pada masing-masing skenario, ketiga-
tiganya memperoleh payback period di tahun kesembilan dari masa
proyek beroperasi. Sedangkan perolehan nilai IRR dari perhitungan
masing-masing skenario berada diatas nilai cost of capitalnya. Dengan
hasil perhitungan kuantitatif dari masing-masing skenario yang demikian,
maka secara perhitungan finansial proyek pembangunan PLTS 3,21 MW
ini layak dilaksanakan demi memenuhi kebutuhan listrik di Pulau Sipora
masa mendatang dan memenuhi permintaan Presiden untuk mengganti
Pembangkit Listrik Energi Tidak Terbarui dengan Pembangkit Listrik
Energi Terbarukan terutama untuk pulau terpencil dan daerah tertinggal.
4. Dengan mempertimbangkan berbagai kelebihan dan kekurangan serta
perhitungan finansial dari PLTS, maka dapat disimpulkan bahwa
penggunaan PLTS dapat meningkatkan efisiensi secara keseluruhan dan
pemenuhan kebijakan yang diberikan oleh pemerintah tentang penyediaan
listrik.

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


67

5.2 Saran

PT. PLN (Persero) sebaiknya segera memperluas penggunaan PLTS sebagai


pembangkit listrik di wilayah-wilayah terpencil yang masih mempergunakan
PLTD sebagai pembangkit listrik di wilayahnya serta merupakan wilayah yang
memiliki beban biaya penyediaan bahan bakar BBM yang tinggi serta sulit
dijangkau pengirimannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ir. Sigit Prakoso,
Staf Ahli Direksi Bidang Energi Baru Terbarukan dan Daerah Terpencil, pada
musim angin barat akan muncul angin kencang dan ombak yang dapat mencapai
ketinggian 3 sampai 6 meter. Kondisi laut yang membahayakan seperti itu
sangatlah mengganggu pengiriman BBM ke pulau-pulau terpencil. Semakin
langkanya minyak bumi di masa mendatang akan membuat harga minyak
semakin melambung, sedangkan di lain pihak harga barang-barang berteknologi
seperti PLTS semakin lama semakin menurun. Perbedaan yang kontras antara dua
jenis pembangkit ini (PLTD dengan PLTS) jelas semakin menunjukkan bahwa
PLTS merupakan salah satu alternatif pembangkit listrik energi terbarukan yang
dapat menjadi solusi penyediaan listrik di masa mendatang.

Sebaiknya PT. PLN (Persero) mempercepat pembangunan PLTS, terutama


pembangunan PLTS di Pulau Sipora. Hal ini dikarenakan dari hasil analisis masa
PLTD mampu beroperasi, dapat diketahui bahwa sebaiknya PT. PLN (Persero)
segera melaksanakan pembangunan PLTS di Pulau Sipora sebelum tahun 2015,
sehingga pada tahun 2016 penduduk di Pulau Sipora dapat tetap menerima
pasokan listrik. Dengan dibangunnya PLTS, maka PT. PLN (Persero) dapat
memenuhi permintaan pemerintah dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional untuk mengurangi
konsumsi minyak bumi serta akan semakin baik efek positif hasil yang diberikan
terhadap masyarakat, lingkungan, dan pemerintah. Efek positif dari pembangunan
PLTS salah satunya adalah mengurangi masalah lingkungan seperti kebisingan
dan pemanasan global yang dihasilkan dari pengoperasian PLTD (pembakaran
solar menghasilkan gas CO dan CO2). Sebaiknya pulau-pulau wisata yang masih
menggunakan PLTD segera digantikan dengan PLTS atau pembangkit listrik

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


68

energi terbarukan lainnya, sebab selain pembangkit-pembangkit tersebut


merupakan pembangkit yang ramah lingkungan, dengan dibangunnya
pembangkit-pembangkit ramah lingkungan tersebut dapat sekaligus menunjukkan
pada dunia (melalui para turis) keseriusan pemerintah Indonesia dalam
mengurangi pemanasan global.

Untuk memperlancar dan mempercepat pembangunan dan penggunaan


pembangkit listrik energi terbarukan, ada beberapa saran yang dianjurkan untuk
dilakukan oleh pemerintah, yaitu:

1. Pengurangan anggaran subsidi utnuk pembangkit energi tidak


terbarukan dan penambahan anggaran subsidi untuk
pembangkit energi terbarukan yaitu dengan cara mengurangi
atau menghentikan pembangunan pembangkit listrik energi
tidak terbarukan. Pemanfaatan PLTD yang masih dapat
beroperasi hanyalah sebagai pembangkit listrik darurat apabila
kondisi cuaca mendung selama berhari-hari.
2. Penyediaan listrik dari PLTS atau pembangkit energi terbarukan
lainnya juga dapat dilakukan dengan mencari pihak swasta yang
berminat untuk menyewakan PLTSnya atau pembangkit listrik
energi terbarukannya dalam jangka pendek atau jangka panjang.
Dengan ini akan dimungkinkan bertambahnya pihak swasta
yang berminat untuk berinvestasi pada pembangkit listrik energi
terbarukan dan melakukan kerjasama dengan pihak PT. PLN
(Persero) dalam penyediaan listrik.
3. Alat transportasi pengangkutan darat sebaiknya diganti dengan
transportasi yang ramah lingkungan (tidak memakai BBM
sebagai bahan bakar) yang telah dikembangkan oleh perusahaan
dalam atau luar negeri yang sudah teruji baik kualitasnya.
Dengan demikian keterlambatan pengiriman bahan bakar
pembangkit atau suku cadangdi wilayah-wilayah terpencil

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


69

akibat kelangkaan BBM dapat diatasi dan juga dapat


mengurangi beban biaya pengangkutan disana.
4. Pemerintah segera membuat peraturan khusus untuk hotel-hotel
di pulau-pulau wisata agar memiliki pembangkit listrik sendiri
berupa panel-panel surya di gedungnya. Hal ini dimaksudkan
agar tidak terjadi pemborosan pasokan listrik oleh gedung-
gedung perhotelan yang seharusnya dapat dinikmati oleh
masyarakat luas di pulau tersebut.

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


DAFTAR REFERENSI

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (2010). Hasil sensus penduduk 2010


kepulauan mentawai. Februari 2011. http://www.go.id/irw/file/bencana/78.pdf

Bank Indonesia. (Juli, 2011). Laporan inflasi (indeks harga konsumen). Juli,
2011. http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Inflasi/Data+Inflasi/

Brealey, R. A., Nyers, S. C., & Allen, F. (2006). Corporate finance. New York:
McGraw-Hill.

InflationData.com. (Juli , 2011). Historical inflation rate. Juli, 2011.


http://inflationdata.com/inflation/Inflation_Rate/HistoricalInflation.aspx

Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara dan Anak


Perusahaan. (2011). Laporan keuangan konsolidasi untuk tahun-tahun yang
berakhir 31 desember dan 2009 dan laporan auditor independen. Maret 2011.
http://
www.pln.co.id/dataweb/lapkeu/tahunan/Financial%20Statements%202010.pd
f

Peterson, P. P., & Fabozzi, F. J. (2002). Capital budgeting: theory and practice.
New York: John Wiley & Sons.

Presiden Republik Indonesia. (2006, Januari 25). Peraturan presiden republik


indonesia nomor 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional. Jakarta,
Indonesia.

70
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


71

Presiden Republik Indonesia. (2011, Februari 7). Peraturan presiden republik


indonesia nomor 8 tahun 2011 tentang tarif tenaga listrik yang disediakan oleh
perusahaan perseroan (persero) pt perusahaan listrik negara. Jakarta,
Indonesia.

PT PLN (Persero). (2011, Februari). Profil perusahaan. Februari 2011.


http://www.pln. co.id/?p=102

PT PLN (Persero). (2011). Rencana usaha penyediaan tenaga listrik pt pln


(persero) 2010-2019. Februari 2011.
www.pln.co.id/dataweb/RUPTL/RUPTL% 202010-2019.pdf

PT PLN (Persero). (2011, Februari). Sejarah dan profil kelistrikan sumatera


barat. Februari 2011. http://www.pln.co.id/sumbar/?p=62

PT PLN (Persero). (2012). Rencana usaha penyediaan tenaga listrik pt pln


(Persero) 2011-2020. www.pln.co.id/dataweb/RUPTL/RUPTL%202011-
2020-2.pdf

Ross, S. A., Westerfield, R. W., & Jaffe, J. (2010). Corporate finance. New York:
McGraw-Hill.

Ross, S. A., Westerfield, R. W., & Jordan, B. D. (2010). Fundamental of


corporate finance. New York: McGraw-Hill.

Schott. (2012). Welcome to schott. November 2012.


www.schott.com/english/index.html

Singer, P. (2010, November 19). Korea’s posco develops nas battery for energy
storage. April, 2012. http://www.renewableenergyworld.com/rea/blog/post/
2010/11/koreas-posco-deveops-nas-battery-for-energy-storage

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


72

Sumbarprov. (2009). Kab kepulauan mentawai. Februari 2011.


http://www.sumbarprov.go.id/detail.php?id=150

Tan, Willie. (2007). Principles of Project and Infrastructure Finance. Abingdon:


Taylor & Francis.

Yescombe, E.R. (2002). Principles of Project Finance. San Diego: Academic


Press.

Warren, C. S., Reeve, J. M., & Fess, P. E. (2005). Accounting. Singapore:


Thomson South-Western.

Wholesale Solar. 2002. Compare solar panels before you buy. Februari 2011.
http://www.wholesalesolar.com/solar-panels.html

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


Lampiran 1. Tabel Inflasi Indonesia

No. Bulan Tahun Tingkat Inflasi


1 Juni 2011 5,54%
2 Mei 2011 5,98%
3 April 2011 6,16%
4 Maret 2011 6,65%
5 Februari 2011 6,84%
6 Januari 2011 7,02%
7 Desember 2010 6,96%
8 November 2010 6,33%
9 Oktober 2010 5,67%
10 September 2010 5,80%
11 Agustus 2010 6,44%
12 Juli 2010 6,22%
13 Juni 2010 5,05%
14 Mei 2010 4,16%
15 April 2010 3,91%
16 Maret 2010 3,43%
17 Februari 2010 3,81%
18 Januari 2010 3,72%
19 Desember 2009 2,78%
20 November 2009 2,41%
21 Oktober 2009 2,57%
22 September 2009 2,83%
23 Agustus 2009 2,75%
24 Juli 2009 2,71%
25 Juni 2009 3,65%
26 Mei 2009 6,04%
27 April 2009 7,31%
28 Maret 2009 7,92%
29 Februari 2009 8,60%
30 Januari 2009 9,17%
31 Desember 2008 11,06%
32 November 2008 11,68%
33 Oktober 2008 11,77%
34 September 2008 12,14%
35 Agustus 2008 11,85%
36 Juli 2008 11,90%
37 Juni 2008 11,03%
38 Mei 2008 10,38%
39 April 2008 8,96%
40 Maret 2008 8,17%
41 Februari 2008 7,40%
42 Januari 2008 7,36%
43 Desember 2007 6,59%
44 November 2007 6,71%
45 Oktober 2007 6,88%
46 September 2007 6,95%

73
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


74

(Lanjutan)

No. Bulan Tahun Tingkat Inflasi


47 Agustus 2007 6,51%
48 Juli 2007 6,06%
49 Juni 2007 5,77%
50 Mei 2007 6,01%
51 April 2007 6,29%
52 Maret 2007 6,52%
53 Februari 2007 6,30%
54 Januari 2007 6,26%
55 Desember 2006 6,60%
56 November 2006 5,27%
57 Oktober 2006 6,29%
58 September 2006 14,55%
59 Agustus 2006 14,90%
60 Juli 2006 15,15%
61 Juni 2006 15,53%
62 Mei 2006 15,60%
63 April 2006 15,40%
64 Maret 2006 15,74%
65 Februari 2006 17,92%
66 Januari 2006 17,03%
67 Desember 2005 17,11%
68 November 2005 18,38%
69 Oktober 2005 17,89%
70 September 2005 9,06%
71 Agustus 2005 8,33%
72 Juli 2005 7,84%
73 Juni 2005 7,42%
74 Mei 2005 7,40%
75 April 2005 8,12%
76 Maret 2005 8,81%
77 Februari 2005 7,15%
78 Januari 2005 7,32%
79 Desember 2004 6,40%
80 November 2004 6,18%
81 Oktober 2004 6,22%
82 September 2004 6,27%
83 Agustus 2004 6,67%
84 Juli 2004 7,20%
85 Juni 2004 6,83%
86 Mei 2004 6,47%
87 April 2004 5,92%
88 Maret 2004 5,11%
89 Februari 2004 4,60%
90 Januari 2004 4,82%
91 Desember 2003 5,16%
92 November 2003 5,53%

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


75

(Lanjutan)

No. Bulan Tahun Tingkat Inflasi


93 Oktober 2003 6,48%
94 September 2003 6,33%
95 Agustus 2003 6,51%
96 Juli 2003 6,27%
97 Juni 2003 6,98%
98 Mei 2003 7,15%
99 April 2003 7,62%
100 Maret 2003 7,17%
101 Februari 2003 7,60%
102 Januari 2003 8,68%
Rata-rata inflasi 7,82%
Rata-rata Inflasi (pembulatan) 8,00%

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


Lampiran 2. Tabel Inflasi Amerika Serikat

No. Bulan Tahun Tingkat Inflasi


1 Juni 2011 3,56%
2 Mei 2011 3,57%
3 April 2011 3,16%
4 Maret 2011 2,68%
5 Februari 2011 2,11%
6 Januari 2011 1,63%
7 Desember 2010 1,50%
8 November 2010 1,14%
9 Oktober 2010 1,17%
10 September 2010 1,14%
11 Agustus 2010 1,15%
12 Juli 2010 1,24%
13 Juni 2010 1,05%
14 Mei 2010 2,02%
15 April 2010 2,24%
16 Maret 2010 2,31%
17 Februari 2010 2,14%
18 Januari 2010 2,63%
19 Desember 2009 2,72%
20 November 2009 1,84%
21 Oktober 2009 -0,18%
22 September 2009 -1,29%
23 Agustus 2009 -1,48%
24 Juli 2009 -2,10%
25 Juni 2009 -1,43%
26 Mei 2009 -1,28%
27 April 2009 -0,74%
28 Maret 2009 -0,38%
29 Februari 2009 0,24%
30 Januari 2009 0,03%
31 Desember 2008 0,09%
32 November 2008 1,07%
33 Oktober 2008 3,66%
34 September 2008 4,94%
35 Agustus 2008 5,37%
36 Juli 2008 5,60%
37 Juni 2008 5,02%
38 Mei 2008 4,18%
39 April 2008 3,94%
40 Maret 2008 3,98%
41 Februari 2008 4,03%
42 Januari 2008 4,28%
43 Desember 2007 4,08%
44 November 2007 4,31%
45 Oktober 2007 3,54%

76
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


(Lanjutan)

No. Bulan Tahun Tingkat Inflasi


46 September 2007 2,76%
47 Agustus 2007 1,97%
48 Juli 2007 2,36%
49 Juni 2007 2,69%
50 Mei 2007 2,69%
51 April 2007 2,57%
52 Maret 2007 2,78%
53 Februari 2007 2,42%
54 Januari 2007 2,08%
55 Desember 2006 2,54%
56 November 2006 1,97%
57 Oktober 2006 1,31%
58 September 2006 2,06%
59 Agustus 2006 3,82%
60 Juli 2006 4,15%
61 Juni 2006 4,32%
62 Mei 2006 4,17%
63 April 2006 3,55%
64 Maret 2006 3,36%
65 Februari 2006 3,60%
66 Januari 2006 3,99%
67 Desember 2005 3,42%
68 November 2005 3,46%
69 Oktober 2005 4,35%
70 September 2005 4,69%
71 Agustus 2005 3,64%
72 Juli 2005 3,17%
73 Juni 2005 2,53%
74 Mei 2005 2,80%
75 April 2005 3,51%
76 Maret 2005 3,15%
77 Februari 2005 3,01%
78 Januari 2005 2,97%
79 Desember 2004 3,26%
80 November 2004 3,52%
81 Oktober 2004 3,19%
82 September 2004 2,54%
83 Agustus 2004 2,65%
84 Juli 2004 2,99%
85 Juni 2004 3,27%
86 Mei 2004 3,05%
87 April 2004 2,29%
88 Maret 2004 1,74%
89 Februari 2004 1,69%
90 Januari 2004 1,93%

77
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


78

(Lanjutan)
No. Bulan Tahun Tingkat Inflasi
91 Desember 2003 1,88%
92 November 2003 1,77%
93 Oktober 2003 2,04%
94 September 2003 2,32%
95 Agustus 2003 2,16%
96 Juli 2003 2,11%
97 Juni 2003 2,11%
98 Mei 2003 2,06%
99 April 2003 2,22%
100 Maret 2003 3,02%
101 Februari 2003 2,98%
102 Januari 2003 2,60%
103 Desember 2002 2,38%
104 November 2002 2,20%
105 Oktober 2002 2,03%
106 September 2002 1,51%
107 Agustus 2002 1,80%
108 Juli 2002 1,46%
109 Juni 2002 1,07%
110 Mei 2002 1,18%
111 April 2002 1,64%
112 Maret 2002 1,48%
113 Februari 2002 1,14%
114 Januari 2002 1,14%
115 Desember 2001 1,55%
116 November 2001 1,90%
117 Oktober 2001 2,13%
118 September 2001 2,65%
119 Agustus 2001 2,72%
120 Juli 2001 2,72%
121 Juni 2001 3,25%
122 Mei 2001 3,62%
123 April 2001 3,27%
124 Maret 2001 2,92%
125 Februari 2001 3,53%
126 Januari 2001 3,73%
Rata-rata inflasi 2,42%
Rata-rata Inflasi (pembulatan) 2,50%

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


Lampiran 3. Perpres No. 8 Tahun 2011

79
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


Lampiran 4. Kurs Euro dan US Dollar

Tahun USD ke IDR Tahun EURO ke IDR


2000 10.223 2000 9.157
2001 9.468 2001 8.829
2002 8.630 2002 9.606
2003 8.884 2003 10.965
2004 9.667 2004 12.150
2005 9.248 2005 11.507
2006 9.117 2006 12.393
2007 9.509 2007 14.027
2008 10.591 2008 14.611
2009 9.158 2009 12.273
2010 8.813 2010 12.268
2011 9.108 2011 12.126
Total 112.415 Total 139.912
Rata-rata 9.368 Rata-rata 11.659

80
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


Lampiran 5. Biaya-Biaya Mengoperasikan Mesin PLTD Dalam Sebulan Pada Tahun 2013

BBM

Daya Daya Produksi Jam Satuan Total


No Terpasang Mampu kWh Operasi
Lokasi Merek Mesin Tipe Nomor Seri Liter SFC Biaya
. Solar Biaya Solar Biaya Angkut
Angkut

kW kW kWh Jam ltr Rp Rp Rp Rp

1 PLTD Sipora CUMMINS 6 CTA 83 G 44649136 100 70 27.450 450 10.157 0,370 10136,48617 1.592,76 102.951.221,77 16.176.850,49

2 DEUTZ F 6 L 912 81631007 40 - - - - - 10136,48617 1.592,76 - -

3 CATERPILAR ,3304 4 EB 4B 15382 85 - - - - - 10136,48617 1.592,76 - -

Jumlah 225 70 27.450 450 10.157 0,370 102.951.221,77 16.176.850,49

1 PLTD Tua Pejat DEUTZ F 10 L 413 F 6712026 100 65 10.519 175 3.734 0,355 10136,48617 1.592,76 37.852.842,48 5.947.863,11

2 DEUTZ F 10 L 413 F 84103 D 0159 100 - - - - - 10136,48617 1.592,76 - -

3 DEUTZ F 10 L 413 F 7137115 100 75 42.210 630 14.774 0,350 10136,48617 1.592,76 149.751.378,41 23.530.615,94

4 DEUTZ F 10 L 413 F 84103 D 0161 100 - - - - - 10136,48617 1.592,76 - -

5 MTU 12 V 2000 G 63 535104670 600 375 182.070 630 64.635 0,355 10136,48617 1.592,76 655.170.263,02 102.947.699,03

6 KOMATSU SA 6 D 140A-1 19021 308 - - - - - 10136,48617 1.592,76 - -

7 CUMMINS 6 CTA 83 G2 69187928 120 75 14.700 210 5.586 0,380 10136,48617 1.592,76 56.622.411,74 8.897.148,32

8 CUMMINS 6 CTA 83 G2 69185374 120 75 14.700 210 5.586 0,380 10136,48617 1.592,76 56.622.411,74 8.897.148,32

9 MWM TBD232V12 2321281443 220 - - - - - 10136,48617 1.592,76 - -

Jumlah 1.768 665 264.199 1.855 94.315 0,357 - - 956.019.307 150.220.475

Total Keseluruhan (1 bulan) 735 291.649 104.471 0,358 1.058.970.529,15 166.397.325,20

81
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


82

(Lanjutan)

Oli

Liter SLC Satuan Total


Daya Daya Produksi Jam
No. Lokasi Merek Mesin Tipe Nomor Seri Terpasang Mampu kWh Operasi
Biaya
Oli Biaya Oli Biaya Angkut
Angkut

kW kW kWh Jam ltr Rp Rp Rp Rp

1 PLTD Sipora CUMMINS 6 CTA 83 G 44649136 100 70 27.450 450 44 0,00160 32.533 2.098,34 1.431.433,77 92.327

2 DEUTZ F 6 L 912 81631007 40 - - - 0 - 32.533 2.098,34 - -

3 CATERPILAR ,3304 4 EB 4B 15382 85 - - - 0 - 32.533 2.098,34 - -

Jumlah 225 70 27.450 450 44 0,00160 1.431.434 92.327

1 PLTD Tua Pejat DEUTZ F 10 L 413 F 6712026 100 65 10.519 175 48 0,00456 32.533 2.098,34 1.561.564,11 100.720

2 DEUTZ F 10 L 413 F 84103 D 0159 100 - - - 0 - 32.533 2.098,34 - -

3 DEUTZ F 10 L 413 F 7137115 100 75 42.210 630 85 0,00201 32.533 2.098,34 2.765.269,78 178.359

4 DEUTZ F 10 L 413 F 84103 D 0161 100 - - - 0 - 32.533 2.098,34 - -

5 MTU 12 V 2000 G 63 535104670 600 375 182.070 630 184 0,00101 32.533 2.098,34 5.985.995,75 386.095

6 KOMATSU SA 6 D 140A-1 19021 308 - - - 0 - 32.533 2.098,34 - -

7 CUMMINS 6 CTA 83 G2 69187928 120 75 14.700 210 12 0,00082 32.533 2.098,34 390.391,03 25.180

8 CUMMINS 6 CTA 83 G2 69185374 120 75 14.700 210 12 0,00082 32.533 2.098,34 390.391,03 25.180

9 MWM TBD232V12 2321281443 220 - - - 0 - 32.533 2.098,34 - -

Jumlah 1.768 665 264.199 1.855 341 0,00129 - 11.093.612 715.535

Total Keseluruhan (1 bulan) 735 291.649 385 0,001320079 12.525.045 807.862

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


Lampiran 6. Biaya-Biaya Mengoperasikan Mesin PLTD Dalam Sebulan Pada Tahun 2014

BBM
Daya Daya Produksi Jam
Satuan Total
Terpasang Mampu kWh Operasi
No. Lokasi Merek Mesin Tipe Nomor Seri Liter SFC
Solar Biaya Angkut Biaya Solar Biaya Angkut

kW kW kWh Jam ltr Rp Rp Rp Rp


-
PLTD
1 SIPORA CUMMINS 6 CTA 83 G 44649136 100 65 27.450 450 10.294 0,375 11.983,35 1.882,96 123.353.649,70 19.382.708,77

2 DEUTZ F 6 L 912 81631007 40 - - - - - 11.983,35 1.882,96 - -


4 EB 4B
3 CATERPILAR ,3304 15382 85 - - - - - 11.983,35 1.882,96 - -

Jumlah 225 65 27.450 450 10.294 0,375 123.353.649,70 -


PLTD
TUA
1 PEJAT DEUTZ F 10 L 413 F 6712026 100 65 18.000 300 6.750 0,375 11.983,35 1.882,96 80.887.639,15 12.709.972,97

2 DEUTZ F 10 L 413 F 84103 D 0159 100 - - - - - 11.983,35 1.882,96 - -

3 DEUTZ F 10 L 413 F 7137115 100 70 42.210 630 15.069 0,357 11.983,35 1.882,96 180.576.801,15 28.374.252,05

4 DEUTZ F 10 L 413 F 84103 D 0161 100 - - - - - 11.983,35 1.882,96 - -

5 MTU 12 V 2000 G 63 535104670 600 350 182.700 630 65.224 0,357 11.983,35 1.882,96 781.601.079,58 122.813.926,77

6 KOMATSU SA 6 D 140A-1 19021 308 - - - - - 11.983,35 1.882,96 - -

7 CUMMINS 6 CTA 83 G2 69187928 120 70 23.352 334 8.874 0,380 11.983,35 1.882,96 106.337.406,93 16.708.925,88

8 CUMMINS 6 CTA 83 G2 69185374 120 70 23.369 334 8.880 0,380 11.983,35 1.882,96 106.413.908,66 16.720.946,69

9 MWM TBD232V12 2321281443 220 - - - - - 11.983,35 1.882,96 - -

Jumlah 1.768 625 289.631 2.227 104.797 0,362 - - 1.255.816.835 197.328.024,35

Total Keseluruhan (1 bulan) 690 317.081 115.091 0,363 1.379.170.485,18 216.710.733,12

83
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


84

(Lanjutan)

Oli
Daya Daya Produksi Jam Satuan TOTAL
Terpasang Mampu kWh Operasi
No. Lokasi Merek Mesin Tipe Nomor Seri Liter SLC
Biaya
Oli Biaya Oli Biaya Angkut
Angkut
kW kW kWh Jam ltr 0 Rp Rp Rp Rp

1 PLTD SIPORA CUMMINS 6 CTA 83 G 44649136 100 65 27.450 450 44 0,00160 38.460,02 2.480,66 1.692.241,00 109.149,11

2 DEUTZ F 6 L 912 81631007 40 - - - 0 - 38.460,02 2.480,66 - -

3 CATERPILAR ,3304 4 EB 4B 15382 85 - - - 0 - 38.460,02 2.480,66 - -

0 Jumlah 225 65 27.450 450 44 0,00160 - - 1.692.241 109.149


1 PLTD TUA PEJAT DEUTZ F 10 L 413 F 6712026 100 65 18.000 300 48 0,00267 38.460,02 2.480,66 1.846.081,09 119.071,76

2 DEUTZ F 10 L 413 F 84103 D 0159 100 - - - 0 - 38.460,02 2.480,66 - -

3 DEUTZ F 10 L 413 F 7137115 100 70 42.210 630 85 0,00201 38.460,02 2.480,66 3.269.101,93 210.856,24

4 DEUTZ F 10 L 413 F 84103 D 0161 100 - - - 0 - 38.460,02 2.480,66 - -

5 MTU 12 V 2000 G 63 535104670 600 350 182.700 630 184 0,00101 38.460,02 2.480,66 7.076.644,18 456.441,75

6 KOMATSU SA 6 D 140A-1 19021 308 - - - 0 - 38.460,02 2.480,66 - -

7 CUMMINS 6 CTA 83 G2 69187928 120 70 23.352 334 12 0,00051 38.460,02 2.480,66 461.520,27 29.767,94

8 CUMMINS 6 CTA 83 G2 69185374 120 70 23.369 334 12,01 0,00051 38.460,02 2.480,66 461.904,87 29.792,75

9 MWM TBD232V12 2321281443 220 - - - 0 - 38.460,02 2.480,66 - -

Jumlah 1.768 625 289.631 2.227 341 0,00118 - - 13.115.252 845.930


Total Keseluruhan (1 bulan) 690 317.081 385 0,001214 14.807.493 955.080

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


Lampiran 7. Biaya-Biaya Mengoperasikan Mesin PLTD Dalam Sebulan Pada Tahun 2015

BBM
Daya Daya Jam Satuan Total
Produksi
Terpasa Mamp Opera
No Merek kWh
Lokasi Tipe Nomor Seri ng u si Liter SFC Biaya
. Mesin
Solar Angk Biaya Solar Biaya Angkut
ut
kW kW kWh Jam ltr - Rp Rp Rp Rp
14.16
1 PLTD SIPORA CUMMINS 6 CTA 83 G 44649136 100 60 28.181 470 10.709 0,380 7 2.226 151.707.222,24 23.837.940,06
14.16
2 DEUTZ F 6 L 912 81631007 40 - - - - - 7 2.226 - -
CATERPIL 4 EB 4B 14.16
3 AR ,3304 15382 85 - - - - - 7 2.226 - -

Jumlah 225 60 28.181 470 10.709 0,380 0 0 151.707.222,24 23.837.940,06


PLTD TUA 14.16
1 PEJAT DEUTZ F 10 L 413 F 6712026 100 60 35.839 597 13.619 0,380 7 2.226 192.933.485,47 30.315.872,86
84103 D 14.16
2 DEUTZ F 10 L 413 F 0159 100 - - - - - 7 2.226 - -
14.16
3 DEUTZ F 10 L 413 F 7137115 100 60 37.800 630 13.608 0,360 7 2.226 192.780.739,88 30.291.871,76
84103 D 14.16
4 DEUTZ F 10 L 413 F 0161 100 - - - - - 7 2.226 - -
12 V 2000 G 14.16
5 MTU 63 535104670 600 350 190.740 660 68.666 0,360 7 2.226 972.777.733,46 152.853.746,54
SA 6 D 14.16
6 KOMATSU 140A-1 19021 308 - - - - - 7 2.226 - -
14.16
7 CUMMINS 6 CTA 83 G2 69187928 120 60 26.970 450 10.384 0,385 7 2.226 147.101.075,81 23.114.170,67
14.16
8 CUMMINS 6 CTA 83 G2 69185374 120 60 25.200 420 9.576 0,380 7 2.226 135.660.520,66 21.316.502,35
14.16
9 MWM TBD232V12 2321281443 220 - - - - - 7 2.226 - -

Jumlah 1.768 590 316.549 2.757 115.853 0,366 - - 1.641.253.555 257.892.164,19

Total Keseluruhan (1 bulan) 650 344.730 126.561 0,367 1.792.960.777,51 281.730.104,24

85
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


86

(Lanjutan)

Oli
Daya Daya Produksi Jam Satuan Total
Terpasang Mampu kWh Operasi
No. Lokasi Merek Mesin Tipe Nomor Seri Liter SLC
Biaya
Oli Biaya Oli Biaya Angkut
Angkut
kW kW kWh Jam ltr 0 Rp Rp Rp Rp

n1 PLTD SIPORA CUMMINS 6 CTA 83 G 44649136 100 60 28.181 470 44 0,00156 45.467 2.933 2.000.567,31 129.036,08

2 DEUTZ F 6 L 912 81631007 40 - - - 0 - 45.467 2.933 - -

3 CATERPILAR ,3304 4 EB 4B 15382 85 - - - 0 - 45.467 2.933 - -

Jumlah 225 60 28.181 470 44 0,00156 0 0 2.000.567 129.036


1 PLTD TUA PEJAT DEUTZ F 10 L 413 F 6712026 100 60 35.839 597 48 0,00134 45.467 2.933 2.182.437,06 140.766,64

2 DEUTZ F 10 L 413 F 84103 D 0159 100 - - - 0 - 45.467 2.933 - -

3 DEUTZ F 10 L 413 F 7137115 100 60 37.800 630 85 0,00225 45.467 2.933 3.864.732,30 249.274,25

4 DEUTZ F 10 L 413 F 84103 D 0161 100 - - - 0 - 45.467 2.933 - -

5 MTU 12 V 2000 G 63 535104670 600 350 190.740 660 184 0,00096 45.467 2.933 8.366.008,74 539.605,44

6 KOMATSU SA 6 D 140A-1 19021 308 - - - 0 - 45.467 2.933 - -

7 CUMMINS 6 CTA 83 G2 69187928 120 60 26.970 450 12 0,00044 45.467 2.933 545.609,27 35.191,66

8 CUMMINS 6 CTA 83 G2 69185374 120 60 25.200 420 11,07 0,00044 45.467 2.933 503.324,55 32.464,31

9 MWM TBD232V12 2321281443 220 - - - 0 - 45.467 2.933 - -

Jumlah 1.768 590 316.549 2.757 340 0,00107 - 26.394 15.462.112 997.302
Total Keseluruhan (1 bulan) 650 344.730 17.462.679 1.126.338

Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


Lampiran 8. Perhitungan Proyeksi Pembayaran Hutang Obligasi Skenario Optimis

Tahun Pembayaran
ke- Pinjaman Pokok Bunga (8%) Angsuran Pinjaman Pokok
0 196.256.000.000
1 196.256.000.000 15.700.480.000 15.700.480.000 0
2 196.256.000.000 15.700.480.000 15.700.480.000 0
3 196.256.000.000 15.700.480.000 15.700.480.000 0
4 196.256.000.000 15.700.480.000 15.700.480.000 0
5 196.256.000.000 15.700.480.000 15.700.480.000 0
6 196.256.000.000 15.700.480.000 15.700.480.000 0
7 196.256.000.000 15.700.480.000 15.700.480.000 0
8 196.256.000.000 15.700.480.000 15.700.480.000 0
9 196.256.000.000 15.700.480.000 15.700.480.000 0
10 196.256.000.000 15.700.480.000 15.700.480.000 0
11 196.256.000.000 15.700.480.000 15.700.480.000 0
12 196.256.000.000 15.700.480.000 15.700.480.000 0
13 196.256.000.000 15.700.480.000 15.700.480.000 0
14 196.256.000.000 15.700.480.000 15.700.480.000 0
15 0 15.700.480.000 211.956.480.000 196.256.000.000

87
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


Lampiran 9. Perhitungan Proyeksi Pembayaran Hutang Obligasi Skenario Normal

Tahun Pembayaran
ke- Pinjaman Pokok Bunga (8%) Angsuran Pinjaman Pokok
0 217.006.000.000
1 217.006.000.000 17.360.480.000 17.360.480.000 0
2 217.006.000.000 17.360.480.000 17.360.480.000 0
3 217.006.000.000 17.360.480.000 17.360.480.000 0
4 217.006.000.000 17.360.480.000 17.360.480.000 0
5 217.006.000.000 17.360.480.000 17.360.480.000 0
6 217.006.000.000 17.360.480.000 17.360.480.000 0
7 217.006.000.000 17.360.480.000 17.360.480.000 0
8 217.006.000.000 17.360.480.000 17.360.480.000 0
9 217.006.000.000 17.360.480.000 17.360.480.000 0
10 217.006.000.000 17.360.480.000 17.360.480.000 0
11 217.006.000.000 17.360.480.000 17.360.480.000 0
12 217.006.000.000 17.360.480.000 17.360.480.000 0
13 217.006.000.000 17.360.480.000 17.360.480.000 0
14 217.006.000.000 17.360.480.000 17.360.480.000 0
15 0 17.360.480.000 234.366.480.000 217.006.000.000

88
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


Lampiran 10. Perhitungan Proyeksi Pembayaran Hutang Obligasi Skenario Pesimis

Tahun Pembayaran
ke- Pinjaman Pokok Bunga (8%) Angsuran Pinjaman Pokok
0 237.773.000.000
1 237.773.000.000 19.021.840.000 19.021.840.000 0
2 237.773.000.000 19.021.840.000 19.021.840.000 0
3 237.773.000.000 19.021.840.000 19.021.840.000 0
4 237.773.000.000 19.021.840.000 19.021.840.000 0
5 237.773.000.000 19.021.840.000 19.021.840.000 0
6 237.773.000.000 19.021.840.000 19.021.840.000 0
7 237.773.000.000 19.021.840.000 19.021.840.000 0
8 237.773.000.000 19.021.840.000 19.021.840.000 0
9 237.773.000.000 19.021.840.000 19.021.840.000 0
10 237.773.000.000 19.021.840.000 19.021.840.000 0
11 237.773.000.000 19.021.840.000 19.021.840.000 0
12 237.773.000.000 19.021.840.000 19.021.840.000 0
13 237.773.000.000 19.021.840.000 19.021.840.000 0
14 237.773.000.000 19.021.840.000 19.021.840.000 0
15 0 19.021.840.000 256.794.840.000 237.773.000.000

89
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


Lampiran 11. Arus Kas Skenario Optimis 2013-2017

2013 2014 2015 2016 2017


Penjualan 28.928.019.285 31.259.121.013 31.317.302.655 31.378.755.475 31.443.770.047

Biaya-biaya Diluar Depresiasi

Gaji Pegawai 456.181.600 483.552.496 512.565.646 543.319.585 575.918.760


Biaya Perawatan PLTS 944.355.366 962.298.118 980.581.782 999.212.836 1.018.197.880
Biaya Perawatan Gedung 36.000.000 37.800.000 39.690.000 41.674.500 43.758.225
Biaya Perlengkapan Kantor 8.886.150 9.330.458 9.796.980 10.286.829 10.801.171
Biaya Transportasi 21.600.000 25.535.520 30.188.092 35.688.362 42.190.782
Biaya Telepon 1.323.000 1.389.150 1.458.608 1.531.538 1.608.115

Arus Kas Operasional Sebelum Pajak 27.459.673.169 29.739.215.272 29.743.021.547 29.747.041.825 29.751.295.115
Pajak (30%) 8.237.901.951 8.921.764.582 8.922.906.464 8.924.112.548 8.925.388.535
Arus Kas Operasional Setelah Pajak 19.221.771.218 20.817.450.690 20.820.115.083 20.822.929.278 20.825.906.581

Depresiasi
Depresiasi PV PLTS 1.558.865.880 1.558.865.880 1.558.865.880 1.558.865.880 1.558.865.880
Depresiasi Baterai 3.081.870.000 3.081.870.000 3.081.870.000 3.081.870.000 3.081.870.000
Depresiasi Inverter, Panel Kontrol 5.103.303.379 7.230.343.500 7.230.343.500 7.230.343.500 7.230.343.500
Depresiasi Trafo, Peralatan, Pagar, dan Alarm System 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000
Depresiasi Gedung 26.666.667 26.666.667 26.666.667 26.666.667 26.666.667

Depreciation Tax Shield (Pajak 30%) 2.960.011.778 3.598.123.814 3.598.123.814 3.598.123.814 3.598.123.814

Operating Cash Flow 22.181.782.996 24.415.574.504 24.418.238.897 24.421.053.092 24.424.030.395

Terminal Cash Flow PV PLTS


Terminal Cash Flow Baterai
Terminal Cash Flow Inverter, Panel Kontrol
Terminal Cash Flow Trafo, Peralatan, Program,dan Alarm System
Terminal Cash Flow Gedung

Net Cash Flow Tahunan 22.181.782.996 24.415.574.504 24.418.238.897 24.421.053.092 24.424.030.395

90
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


Lampiran 12. Arus Kas Skenario Optimis 2018-2022

2018 2019 2020 2021 2022


Penjualan 31.512.674.218 31.585.839.018 31.663.685.591 31.746.693.335 31.835.409.469

Biaya-biaya Diluar Depresiasi

Gaji Pegawai 610.473.885 647.102.318 685.928.457 727.084.165 770.709.215


Biaya Perawatan PLTS 1.037.543.640 1.057.256.969 1.077.344.851 1.097.814.403 1.118.672.877
Biaya Perawatan Gedung 45.946.136 48.243.443 50.655.615 53.188.396 55.847.816
Biaya Perlengkapan Kantor 11.341.229 11.908.291 12.503.705 13.128.891 13.785.335
Biaya Transportasi 49.877.942 58.965.703 69.709.254 82.410.280 97.425.433
Biaya Telepon 1.688.521 1.772.947 1.861.594 1.954.674 2.052.407

Arus Kas Operasional Sebelum Pajak 29.755.802.865 29.760.589.347 29.765.682.113 29.771.112.527 29.776.916.386
Pajak (30%) 8.926.740.859 8.928.176.804 8.929.704.634 8.931.333.758 8.933.074.916
Arus Kas Operasional Setelah Pajak 20.829.062.005 20.832.412.543 20.835.977.479 20.839.778.769 20.843.841.470

Depresiasi
Depresiasi PV PLTS 1.558.865.880 1.558.865.880 1.558.865.880 1.558.865.880 1.558.865.880
Depresiasi Baterai 3.081.870.000 3.081.870.000 3.081.870.000 3.081.870.000 3.081.870.000
Depresiasi Inverter, Panel Kontrol 7.230.343.500 7.230.343.500 7.230.343.500 7.230.343.500 7.230.343.500
Depresiasi Trafo, Peralatan, Pagar, dan Alarm System 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000
Depresiasi Gedung 26.666.667 26.666.667 26.666.667 26.666.667 26.666.667

Depreciation Tax Shield (Pajak 30%) 3.598.123.814 3.598.123.814 3.598.123.814 3.598.123.814 3.598.123.814

Operating Cash Flow 24.427.185.819 24.430.536.357 24.434.101.293 24.437.902.583 24.441.965.284

Terminal Cash Flow PV PLTS


Terminal Cash Flow Baterai
Terminal Cash Flow Inverter, Panel Kontrol
Terminal Cash Flow Trafo, Peralatan, Program,dan Alarm System
Terminal Cash Flow Gedung

Net Cash Flow Tahunan 24.427.185.819 24.430.536.357 24.434.101.293 24.437.902.583 24.441.965.284

91
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


Lampiran 13. Arus Kas Skenario Optimis 2023-2027

2023 2024 2025 2026 2027


Penjualan 31.930.460.276 32.032.564.334 32.142.548.093 32.261.364.204 242.384.033.123

Biaya-biaya Diluar Depresiasi

Gaji Pegawai 816.951.768 865.968.874 917.927.006 973.002.626 1.031.382.784


Biaya Perawatan PLTS 1.139.927.662 1.161.586.287 1.183.656.427 1.206.145.899 1.229.062.671
Biaya Perawatan Gedung 58.640.207 61.572.217 64.650.828 67.883.369 71.277.538
Biaya Perlengkapan Kantor 14.474.602 15.198.332 15.958.249 16.756.161 17.593.969
Biaya Transportasi 115.176.347 136.161.478 160.970.099 190.298.851 224.971.302
Biaya Telepon 2.155.028 2.262.779 2.375.918 2.494.714 2.619.450

Arus Kas Operasional Sebelum Pajak 29.783.134.663 29.789.814.368 29.797.009.567 29.804.782.583 239.807.125.410
Pajak (30%) 8.934.940.399 8.936.944.310 8.939.102.870 8.941.434.775 71.942.137.623
Arus Kas Operasional Setelah Pajak 20.848.194.264 20.852.870.057 20.857.906.697 20.863.347.808 167.864.987.787

Depresiasi
Depresiasi PV PLTS 1.558.865.880 1.558.865.880 1.558.865.880 1.558.865.880 1.558.865.880
Depresiasi Baterai 3.081.870.000 3.081.870.000 3.081.870.000 3.081.870.000 3.081.870.000
Depresiasi Inverter, Panel Kontrol 7.230.343.500 7.230.343.500 7.230.343.500 7.230.343.500 7.230.343.500
Depresiasi Trafo, Peralatan, Pagar, dan Alarm System 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000 96.000.000
Depresiasi Gedung 26.666.667 26.666.667 26.666.667 26.666.667 26.666.667

Depreciation Tax Shield (Pajak 30%) 3.598.123.814 3.598.123.814 3.598.123.814 3.598.123.814 3.598.123.814

Operating Cash Flow 24.446.318.078 24.450.993.871 24.456.030.511 24.461.471.622 171.463.111.601

Terminal Cash Flow PV PLTS 15.588.658.800


Terminal Cash Flow Baterai 0
Terminal Cash Flow Inverter, Panel Kontrol 0
Terminal Cash Flow Trafo, Peralatan, Program,dan Alarm System 485.640.000
Terminal Cash Flow Gedung 400.000.000

Net Cash Flow Tahunan 24.446.318.078 24.450.993.871 24.456.030.511 24.461.471.622 187.937.410.401

92
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


Lampiran 14. Arus Kas Skenario Normal 2013-2017

2013 2014 2015 2016 2017


Penjualan 32.027.332.358 32.098.697.843 32.173.924.123 32.253.312.537 32.337.199.186

Biaya-biaya Diluar Depresiasi

Gaji Pegawai 456.181.600 483.552.496 512.565.646 543.319.585 575.918.760


Biaya Perawatan PLTS 1.054.873.477 1.086.519.681 1.119.115.272 1.152.688.730 1.187.269.392
Biaya Perawatan Gedung 36.000.000 38.880.000 41.990.400 45.349.632 48.977.603
Biaya Perlengkapan Kantor 9.401.184 10.153.279 10.965.541 11.842.784 12.790.207
Biaya Transportasi 21.600.000 25.535.520 30.188.092 35.688.362 42.190.782
Biaya Telepon 1.400.000 1.512.000 1.632.960 1.763.597 1.904.685

Arus Kas Operasional Sebelum Pajak 30.447.876.097 30.452.544.867 30.457.466.213 30.462.659.847 30.468.147.759
Pajak (30%) 9.134.362.829 9.135.763.460 9.137.239.864 9.138.797.954 9.140.444.328
Arus Kas Operasional Setelah Pajak 21.313.513.268 21.316.781.407 21.320.226.349 21.323.861.893 21.327.703.431

Depresiasi
Depresiasi PV PLTS 1.736.969.520 1.736.969.520 1.736.969.520 1.736.969.520 1.736.969.520
Depresiasi Baterai 3.433.980.000 3.433.980.000 3.433.980.000 3.433.980.000 3.433.980.000
Depresiasi Inverter, Panel Kontrol 5.686.309.869 5.686.309.869 5.686.309.869 5.686.309.869 5.686.309.869
Depresiasi Trafo, Peralatan, Pagar, dan Alarm System 108.224.000 108.224.000 108.224.000 108.224.000 108.224.000
Depresiasi Gedung 26.666.667 26.666.667 26.666.667 26.666.667 26.666.667

Depreciation Tax Shield (Pajak 30%) 3.297.645.017 3.297.645.017 3.297.645.017 3.297.645.017 3.297.645.017

Operating Cash Flow 24.611.158.285 24.614.426.424 24.617.871.366 24.621.506.910 24.625.348.448

Terminal Cash Flow PV PLTS


Terminal Cash Flow Baterai
Terminal Cash Flow Inverter, Panel Kontrol
Terminal Cash Flow Trafo, Peralatan, Program,dan Alarm System
Terminal Cash Flow Gedung

Net Cash Flow Tahunan 24.611.158.285 24.614.426.424 24.617.871.366 24.621.506.910 24.625.348.448

93
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


Lampiran 15. Arus Kas Skenario Normal 2018-2022

2018 2019 2020 2021 2022


Penjualan 32.425.960.145 32.520.017.555 32.619.846.759 32.725.984.653 32.839.039.490

Biaya-biaya Diluar Depresiasi

Gaji Pegawai 610.473.885 647.102.318 685.928.457 727.084.165 770.709.215


Biaya Perawatan PLTS 1.222.887.474 1.259.574.098 1.297.361.321 1.336.282.160 1.376.370.625
Biaya Perawatan Gedung 52.895.811 57.127.476 61.697.674 66.633.488 71.964.167
Biaya Perlengkapan Kantor 13.813.424 14.918.497 16.111.977 17.400.935 18.793.010
Biaya Transportasi 49.877.942 58.965.703 69.709.254 82.410.280 97.425.433
Biaya Telepon 2.057.059 2.221.624 2.399.354 2.591.302 2.798.606

Arus Kas Operasional Sebelum Pajak 30.473.954.551 30.480.107.839 30.486.638.722 30.493.582.322 30.500.978.433
Pajak (30%) 9.142.186.365 9.144.032.352 9.145.991.617 9.148.074.697 9.150.293.530
Arus Kas Operasional Setelah Pajak 21.331.768.185 21.336.075.487 21.340.647.105 21.345.507.626 21.350.684.903

Depresiasi
Depresiasi PV PLTS 1.736.969.520 1.736.969.520 1.736.969.520 1.736.969.520 1.736.969.520
Depresiasi Baterai 3.433.980.000 3.433.980.000 3.433.980.000 3.433.980.000 3.433.980.000
Depresiasi Inverter, Panel Kontrol 5.686.309.869 5.686.309.869 5.686.309.869 5.686.309.869 5.686.309.869
Depresiasi Trafo, Peralatan, Pagar, dan Alarm System 108.224.000 108.224.000 108.224.000 108.224.000 108.224.000
Depresiasi Gedung 26.666.667 26.666.667 26.666.667 26.666.667 26.666.667

Depreciation Tax Shield (Pajak 30%) 3.297.645.017 3.297.645.017 3.297.645.017 3.297.645.017 3.297.645.017

Operating Cash Flow 24.629.413.202 24.633.720.504 24.638.292.122 24.643.152.642 24.648.329.920

Terminal Cash Flow PV PLTS


Terminal Cash Flow Baterai
Terminal Cash Flow Inverter, Panel Kontrol
Terminal Cash Flow Trafo, Peralatan, Program,dan Alarm System
Terminal Cash Flow Gedung

Net Cash Flow Tahunan 24.629.413.202 24.633.720.504 24.638.292.122 24.643.152.642 24.648.329.920

94
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


Lampiran 16. Arus Kas Skenario Normal 2023-2027

2023 2024 2025 2026 2027


Penjualan 32.959.702.371 33.088.760.751 33.227.114.297 33.375.793.536 265.732.401.797

Biaya-biaya Diluar Depresiasi

Gaji Pegawai 816.951.768 865.968.874 917.927.006 973.002.626 1.031.382.784


Biaya Perawatan PLTS 1.417.661.744 1.460.191.596 1.503.997.344 1.549.117.264 1.595.590.782
Biaya Perawatan Gedung 77.721.300 83.939.004 90.654.124 97.906.454 105.738.970
Biaya Perlengkapan Kantor 20.296.451 21.920.167 23.673.781 25.567.683 27.613.098
Biaya Transportasi 115.176.347 136.161.478 160.970.099 190.298.851 224.971.302
Biaya Telepon 3.022.495 3.264.295 3.525.438 3.807.473 4.112.071

Arus Kas Operasional Sebelum Pajak 30.508.872.266 30.517.315.338 30.526.366.505 30.536.093.184 262.742.992.790
Pajak (30%) 9.152.661.680 9.155.194.601 9.157.909.951 9.160.827.955 78.822.897.837
Arus Kas Operasional Setelah Pajak 21.356.210.586 21.362.120.737 21.368.456.553 21.375.265.229 183.920.094.953

Depresiasi
Depresiasi PV PLTS 1.736.969.520 1.736.969.520 1.736.969.520 1.736.969.520 1.736.969.520
Depresiasi Baterai 3.433.980.000 3.433.980.000 3.433.980.000 3.433.980.000 3.433.980.000
Depresiasi Inverter, Panel Kontrol 5.686.309.869 5.686.309.869 5.686.309.869 5.686.309.869 5.686.309.869
Depresiasi Trafo, Peralatan, Pagar, dan Alarm System 108.224.000 108.224.000 108.224.000 108.224.000 108.224.000
Depresiasi Gedung 26.666.667 26.666.667 26.666.667 26.666.667 26.666.667

Depreciation Tax Shield (Pajak 30%) 3.297.645.017 3.297.645.017 3.297.645.017 3.297.645.017 3.297.645.017

Operating Cash Flow 24.653.855.603 24.659.765.753 24.666.101.570 24.672.910.245 187.217.739.969

Terminal Cash Flow PV PLTS 17.369.695.200


Terminal Cash Flow Baterai 0
Terminal Cash Flow Inverter, Panel Kontrol 0
Terminal Cash Flow Trafo, Peralatan, Program,dan Alarm System 541.120.000
Terminal Cash Flow Gedung 400.000.000

Net Cash Flow Tahunan 24.653.855.603 24.659.765.753 24.666.101.570 24.672.910.245 205.528.555.169

95
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


Lampiran 17. Arus Kas Skenario Pesimis 2013-2017

2013 2014 2015 2016 2017


Penjualan 35.129.060.966 35.218.064.064 35.312.202.433 35.411.868.697 35.517.497.898

Biaya-biaya Diluar Depresiasi

Gaji Pegawai 456.181.600 483.552.496 512.565.646 543.319.585 575.918.760


Biaya Perawatan PLTS 1.166.475.812 1.213.134.844 1.261.660.238 1.312.126.648 1.364.611.714
Biaya Perawatan Gedung 36.000.000 39.960.000 44.355.600 49.234.716 54.650.535
Biaya Perlengkapan Kantor 9.930.726 11.023.106 12.235.648 13.581.569 15.075.541
Biaya Transportasi 21.600.000 25.535.520 30.188.092 35.688.362 42.190.782
Biaya Telepon 1.478.520 1.641.157 1.821.684 2.022.070 2.244.497

Arus Kas Operasional Sebelum Pajak 33.437.394.308 33.443.216.940 33.449.375.525 33.455.895.748 33.462.806.070
Pajak (30%) 10.031.218.292 10.032.965.082 10.034.812.658 10.036.768.724 10.038.841.821
Arus Kas Operasional Setelah Pajak 23.406.176.015 23.410.251.858 23.414.562.868 23.419.127.024 23.423.964.249

Depresiasi
Depresiasi PV PLTS 1.915.240.080 1.915.240.080 1.915.240.080 1.915.240.080 1.915.240.080
Depresiasi Baterai 3.786.420.000 3.786.420.000 3.786.420.000 3.786.420.000 3.786.420.000
Depresiasi Inverter, Panel Kontrol 6.269.736.694 6.269.736.694 6.269.736.694 6.269.736.694 6.269.736.694
Depresiasi Trafo, Peralatan, Pagar, dan Alarm System 119.328.000 119.328.000 119.328.000 119.328.000 119.328.000
Depresiasi Gedung 26.666.667 26.666.667 26.666.667 26.666.667 26.666.667

Depreciation Tax Shield (Pajak 30%) 3.635.217.432 3.635.217.432 3.635.217.432 3.635.217.432 3.635.217.432

Operating Cash Flow 27.041.393.448 27.045.469.291 27.049.780.300 27.054.344.456 27.059.181.681

Terminal Cash Flow PV PLTS


Terminal Cash Flow Baterai
Terminal Cash Flow Inverter, Panel Kontrol
Terminal Cash Flow Trafo, Peralatan, Program,dan Alarm System
Terminal Cash Flow Gedung

Net Cash Flow Tahunan 27.041.393.448 27.045.469.291 27.049.780.300 27.054.344.456 27.059.181.681

96
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


Lampiran 18. Arus Kas Skenario Pesimis 2018-2022

2018 2019 2020 2021 2022


Penjualan 35.629.573.462 35.748.634.126 35.875.281.996 36.010.191.927 36.154.122.457

Biaya-biaya Diluar Depresiasi

Gaji Pegawai 610.473.885 647.102.318 685.928.457 727.084.165 770.709.215


Biaya Perawatan PLTS 1.419.196.182 1.475.964.030 1.535.002.591 1.596.402.694 1.660.258.802
Biaya Perawatan Gedung 60.662.094 67.334.924 74.741.766 82.963.360 92.089.329
Biaya Perlengkapan Kantor 16.733.851 18.574.574 20.617.778 22.885.733 25.403.164
Biaya Transportasi 49.877.942 58.965.703 69.709.254 82.410.280 97.425.433
Biaya Telepon 2.491.392 2.765.445 3.069.644 3.407.305 3.782.109

Arus Kas Operasional Sebelum Pajak 33.470.138.116 33.477.927.131 33.486.212.506 33.495.038.389 33.504.454.405
Pajak (30%) 10.041.041.435 10.043.378.139 10.045.863.752 10.048.511.517 10.051.336.322
Arus Kas Operasional Setelah Pajak 23.429.096.681 23.434.548.992 23.440.348.754 23.446.526.873 23.453.118.084

Depresiasi
Depresiasi PV PLTS 1.915.240.080 1.915.240.080 1.915.240.080 1.915.240.080 1.915.240.080
Depresiasi Baterai 3.786.420.000 3.786.420.000 3.786.420.000 3.786.420.000 3.786.420.000
Depresiasi Inverter, Panel Kontrol 6.269.736.694 6.269.736.694 6.269.736.694 6.269.736.694 6.269.736.694
Depresiasi Trafo, Peralatan, Pagar, dan Alarm System 119.328.000 119.328.000 119.328.000 119.328.000 119.328.000
Depresiasi Gedung 26.666.667 26.666.667 26.666.667 26.666.667 26.666.667

Depreciation Tax Shield (Pajak 30%) 3.635.217.432 3.635.217.432 3.635.217.432 3.635.217.432 3.635.217.432

Operating Cash Flow 27.064.314.113 27.069.766.424 27.075.566.186 27.081.744.305 27.088.335.516

Terminal Cash Flow PV PLTS


Terminal Cash Flow Baterai
Terminal Cash Flow Inverter, Panel Kontrol
Terminal Cash Flow Trafo, Peralatan, Program,dan Alarm System
Terminal Cash Flow Gedung

Net Cash Flow Tahunan 27.064.314.113 27.069.766.424 27.075.566.186 27.081.744.305 27.088.335.516

97
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


Lampiran 19. Arus Kas Skenario Pesimis 2023-2027

2023 2024 2025 2026 2027


Penjualan 36.307.928.564 36.472.576.560 36.649.161.505 36.838.927.574 291.460.401.902

Biaya-biaya Diluar Depresiasi

Gaji Pegawai 816.951.768 865.968.874 917.927.006 973.002.626 1.031.382.784


Biaya Perawatan PLTS 1.726.669.154 1.795.735.920 1.867.565.357 1.942.267.971 2.019.958.690
Biaya Perawatan Gedung 102.219.155 113.463.263 125.944.221 139.798.086 155.175.875
Biaya Perlengkapan Kantor 28.197.512 31.299.238 34.742.154 38.563.791 42.805.808
Biaya Transportasi 115.176.347 136.161.478 160.970.099 190.298.851 224.971.302
Biaya Telepon 4.198.141 4.659.936 5.172.529 5.741.507 6.373.073

Arus Kas Operasional Sebelum Pajak 33.514.516.487 33.525.287.851 33.536.840.137 33.549.254.740 287.979.734.369
Pajak (30%) 10.054.354.946 10.057.586.355 10.061.052.041 10.064.776.422 86.393.920.311
Arus Kas Operasional Setelah Pajak 23.460.161.541 23.467.701.496 23.475.788.096 23.484.478.318 201.585.814.058

Depresiasi
Depresiasi PV PLTS 1.915.240.080 1.915.240.080 1.915.240.080 1.915.240.080 1.915.240.080
Depresiasi Baterai 3.786.420.000 3.786.420.000 3.786.420.000 3.786.420.000 3.786.420.000
Depresiasi Inverter, Panel Kontrol 6.269.736.694 6.269.736.694 6.269.736.694 6.269.736.694 6.269.736.694
Depresiasi Trafo, Peralatan, Pagar, dan Alarm System 119.328.000 119.328.000 119.328.000 119.328.000 119.328.000
Depresiasi Gedung 26.666.667 26.666.667 26.666.667 26.666.667 26.666.667

Depreciation Tax Shield (Pajak 30%) 3.635.217.432 3.635.217.432 3.635.217.432 3.635.217.432 3.635.217.432

Operating Cash Flow 27.095.378.973 27.102.918.928 27.111.005.528 27.119.695.750 205.221.031.491

Terminal Cash Flow PV PLTS 19.152.400.800


Terminal Cash Flow Baterai 0
Terminal Cash Flow Inverter, Panel Kontrol 0
Terminal Cash Flow Trafo, Peralatan, Program,dan Alarm System 596.640.000
Terminal Cash Flow Gedung 400.000.000

Net Cash Flow Tahunan 27.095.378.973 27.102.918.928 27.111.005.528 27.119.695.750 225.370.072.291

98
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


Lampiran 20. Perhitungan Net Present Value Skenario Optimis

Tahun Net Cash Flow (1+r)^t PV


1 22.181.782.996 1,056 21.005.476.322
2 24.415.574.504 1,115136 21.894.705.672
3 24.418.238.897 1,177583616 20.735.885.389
4 24.421.053.092 1,243528298 19.638.518.176
5 24.424.030.395 1,313165883 18.599.348.877
6 24.427.185.819 1,386703173 17.615.295.256
7 24.430.536.357 1,46435855 16.683.438.869
8 24.434.101.293 1,546362629 15.801.016.419
9 24.437.902.583 1,632958936 14.965.411.584
10 24.441.965.284 1,724404637 14.174.147.275
11 24.446.318.078 1,820971296 13.424.878.319
12 24.450.993.871 1,922945689 12.715.384.532
13 24.456.030.511 2,030630648 12.043.564.170
14 24.461.471.622 2,144345964 11.407.427.735
15 187.937.410.401 2,264429338 82.995.484.669
Total PV = 313.699.983.263
Initial Investment = 196.256.000.000
NPV = 117.443.983.263

99
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


Lampiran 21. Perhitungan Net Present Value Skenario Normal

Tahun Net Cash Flow (1+r)^t PV


1 24.611.158.285 1,056 23.306.021.103
2 24.614.426.424 1,115136 22.073.026.450
3 24.617.871.366 1,177583616 20.905.412.602
4 24.621.506.910 1,243528298 19.799.715.808
5 24.625.348.448 1,313165883 18.752.656.281
6 24.629.413.202 1,386703173 17.761.128.472
7 24.633.720.504 1,46435855 16.822.191.873
8 24.638.292.122 1,546362629 15.933.062.308
9 24.643.152.642 1,632958936 15.091.103.697
10 24.648.329.920 1,724404637 14.293.820.251
11 24.653.855.603 1,820971296 13.538.849.102
12 24.659.765.753 1,922945689 12.823.953.320
13 24.666.101.570 2,030630648 12.147.015.312
14 24.672.910.245 2,144345964 11.506.030.585
15 205.528.555.169 2,264429338 90.763.951.750
Total PV = 325.517.938.913
Initial Investment = 217.006.000.000
NPV = 108.511.938.913

100
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


Lampiran 22. Perhitungan Net Present Value Skenario Pesimis

Tahun Net Cash Flow (1+r)^t PV


1 27.041.393.448 1,056 25.607.380.159
2 27.045.469.291 1,115136 24.253.068.048
3 27.049.780.300 1,177583616 22.970.581.394
4 27.054.344.456 1,243528298 21.756.114.830
5 27.059.181.681 1,313165883 20.606.065.103
6 27.064.314.113 1,386703173 19.517.020.403
7 27.069.766.424 1,46435855 18.485.750.241
8 27.075.566.186 1,546362629 17.509.195.887
9 27.081.744.305 1,632958936 16.584.461.312
10 27.088.335.516 1,724404637 15.708.804.614
11 27.095.378.973 1,820971296 14.879.629.913
12 27.102.918.928 1,922945689 14.094.479.673
13 27.111.005.528 2,030630648 13.351.027.455
14 27.119.695.750 2,144345964 12.647.071.045
15 225.370.072.291 2,264429338 99.526.211.092
Total PV = 357.496.861.168
Initial Investment = 237.773.000.000
NPV = 119.723.861.168

101
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


Lampiran 23. Perhitungan Payback Period Skenario Optimis

Tahun Net Cash Flow


ke- Net Cash Flow Kumulatif
1 22.181.782.996
2 24.415.574.504 46.597.357.500
3 24.418.238.897 71.015.596.397
4 24.421.053.092 95.436.649.489
5 24.424.030.395 119.860.679.884
6 24.427.185.819 144.287.865.703
7 24.430.536.357 168.718.402.060
8 24.434.101.293 193.152.503.353
9 24.437.902.583 217.590.405.936
10 24.441.965.284 242.032.371.220
11 24.446.318.078 266.478.689.298
12 24.450.993.871 290.929.683.169
13 24.456.030.511 315.385.713.680
14 24.461.471.622 339.847.185.302
15 187.937.410.401 527.784.595.703
Payback Period Tahun = 8,126995213
Initial Investment = 196.256.000.000

102
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


Lampiran 24. Perhitungan Payback Period Skenario Normal

Tahun Net Cash Flow


ke- Net Cash Flow Kumulatif
1 24.611.158.285
2 24.614.426.424 49.225.584.708
3 24.617.871.366 73.843.456.074
4 24.621.506.910 98.464.962.984
5 24.625.348.448 123.090.311.432
6 24.629.413.202 147.719.724.634
7 24.633.720.504 172.353.445.138
8 24.638.292.122 196.991.737.259
9 24.643.152.642 221.634.889.901
10 24.648.329.920 246.283.219.821
11 24.653.855.603 270.937.075.424
12 24.659.765.753 295.596.841.177
13 24.666.101.570 320.262.942.747
14 24.672.910.245 344.935.852.992
15 205.528.555.169 550.464.408.162
Payback Period Tahun = 8,812163242
Initial Investment = 217.006.000.000

103
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


Lampiran 25. Perhitungan Payback Period Skenario Pesimis

Tahun Net Cash Flow


ke- Net Cash Flow Kumulatif
1 27.041.393.448
2 27.045.469.291 54.086.862.738
3 27.049.780.300 81.136.643.038
4 27.054.344.456 108.190.987.494
5 27.059.181.681 135.250.169.175
6 27.064.314.113 162.314.483.289
7 27.069.766.424 189.384.249.713
8 27.075.566.186 216.459.815.899
9 27.081.744.305 243.541.560.204
10 27.088.335.516 270.629.895.720
11 27.095.378.973 297.725.274.693
12 27.102.918.928 324.828.193.622
13 27.111.005.528 351.939.199.150
14 27.119.695.750 379.058.894.900
15 225.370.072.291 604.428.967.191
Payback Period Tahun = 8,78699451
Initial Investment = 237.773.000.000

104
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


Lampiran 26. Cash Outflow PLTD Skenario Optimis

Cash Outflow PLTD 2013 2014 2015


Biaya Solar 12.707.646.350 16.550.045.822 21.515.529.330
Biaya Oli 150.300.545 177.689.920 209.552.151
Biaya Angkut Solar 1.996.767.902 2.600.528.797 3.380.761.251
Biaya Angkut Oli 9.694.347 11.460.955 13.516.061
Gaji Pegawai 1.006.745.600 1.067.150.336 1.131.179.356
Biaya Perawatan Mesin PLTD 1.256.850.000 1.319.692.500 1.385.677.125
Biaya Perawatan Gedung 52.000.000 54.600.000 57.330.000
Biaya Perlengkapan Kantor 17.772.300 18.660.915 19.593.961
Biaya Transportasi 48.000.000 56.745.600 67.084.648
Biaya Telepon 2.646.000 2.778.300 2.917.215
Total Cash Outflow PLTD 17.248.423.045 21.859.353.145 27.783.141.098

105
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


Lampiran 27. Cash Outflow PLTD Skenario Normal

Cash Outflow PLTD 2013 2014 2015


Biaya Solar 12.707.646.350 16.550.045.822 21.515.529.330
Biaya Oli 150.300.545 177.689.920 209.552.151
Biaya Angkut Solar 1.996.767.902 2.600.528.797 3.380.761.251
Biaya Angkut Oli 9.694.347 11.460.955 13.516.061
Gaji Pegawai 1.006.745.600 1.067.150.336 1.131.179.356
Biaya Perawatan Mesin PLTD 1.329.696.000 1.436.071.680 1.550.957.414
Biaya Perawatan Gedung 52.000.000 56.160.000 60.652.800
Biaya Perlengkapan Kantor 18.802.368 20.306.557 21.931.082
Biaya Transportasi 48.000.000 56.745.600 67.084.648
Biaya Telepon 2.800.000 3.024.000 3.265.920
Total Cash Outflow PLTD 17.322.453.113 21.979.183.668 27.954.430.013

106
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012


Lampiran 28. Cash Outflow PLTD Skenario Pesimis

Cash Outflow PLTD 2013 2014 2015


Biaya Solar 12.707.646.350 16.550.045.822 21.515.529.330
Biaya Oli 150.300.545 177.689.920 209.552.151
Biaya Angkut Solar 1.996.767.902 2.600.528.797 3.380.761.251
Biaya Angkut Oli 9.694.347 11.460.955 13.516.061
Gaji Pegawai 1.006.745.600 1.067.150.336 1.131.179.356
Biaya Perawatan Mesin PLTD 1.430.016.000 1.587.317.760 1.761.922.714
Biaya Perawatan Gedung 52.000.000 57.720.000 64.069.200
Biaya Perlengkapan Kantor 19.861.452 22.046.212 24.471.295
Biaya Transportasi 48.000.000 56.745.600 67.084.648
Biaya Telepon 3.010.560 3.341.722 3.709.311
Total Cash Outflow PLTD 17.424.042.757 22.134.047.124 28.171.795.316

107
Universitas Indonesia

Analisis kelayakan..., Nina Christina Transmisiyanti, FE UI, 2012

Anda mungkin juga menyukai