Anda di halaman 1dari 25

RISALAH FARDHU KIFAYAH

(KAIFIYAT
KAIFIYAT PENGURUSAN JENAZAH)

DESA MARAWAN LAMA


TAHUN 2021 M/1442 H
ADAB MENGHADAPI ORANG YANG SAKARATUL MAUT
SAMPAI KEPADA MATINYA

Apabila telah kuat sakit orang Islam, maka hendaklah ia disuruh:


1. Memperbanyak taubat (istighfar) dari pada segala dosanya;
2. Disuruh untuk berwasiat sekalipun tidak memiliki harta;
3. Berbaik sangka kepada Allah Swt bahwa rahmat Allah Swt amat
sangat luas; dan
4. Banyak berharap akan ampunan Allah Swt bahwasanya Allah Swt
akan mengampuni segala dosanya dan melepaskan akan adzab kubur,
menjauhkan dari siksa api neraka dan memberi nikmat syurga
kepadanya.
Bermula tanda-tanda orang yang hampir meninggal itu banyak,
setengah diantaranya:
1. Telapak kaki lurus;
2. Hidung bertambah bengkok;
3. Pergelangan tangan renggang; dan
4. Pelipisnya lekuk.
Maka disunatkan pada waktu ketika itu (sakaratul maut):
1. Membaca surat Yasin untuk melepaskan ia dari pada sangat dahaga
(haus);
2. Membaca surat Ar-Ra’du untuk memudahkan keluarnya ruh dari
padanya;
3. Ditalkinkan atau diajarkan kalimat syahadat “LAA ILAHA
ILLALLAH”, dan jangan diulangi kalimat syahadat itu melainkan
apabila iya berkata-kata yang lain dari pada syahadat itu maka
hendaklah diulangi membacanya satu kali saja supaya akhir kalamnya
“LAA ILAHA ILLALLAH”.
4. Sunat menitikkan air kemulutnya jika ia tidak sangat haus dan wajib
jika ia merasa sangat haus.
Kemudian apabila telah keluar ruh dari tubuhnya (meninggal
dunia), maka:
1. Sunat memejamkan kedua matanya apabila kedua matanya terbuka
dengan membaca “BISMILLAHI WA’ALA MILLATI
RASULILLAHI SALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM”;
2. Sunat mengikat dagu kepada kepalanya dengan kain yang lebar dan
bersih supaya tidak masuk suatu yang kotor kemulutnya;
3. Dibukakan baju dan celananya dan yang lainnya yang dipakainya dan
ditutupi seluruh tubuhnya dengan kain yang panjang yang suci dan
bersih (tapih bahalai misalnya);
4. Diluruskan kedua tangannya dan kedua kakinya. Atau boleh
tangannya diqiyamkan seperti orang salat;
5. Sunat dihadapkan mukanya dan kakinya menghadap kiblat dalam
keadaan bertelentang;
6. Sunat ditindihi perutnya dengan sesuatu yang berat kira-kira 67 gram
supaya tidak kembung perutnya;
7. Sunat memasang wangi-wangian supaya bau harum tempat itu;
8. Sunat memperbanyak membaca Al-Qur’an dan tahlil dan lainnya
untuk dihadiahkan pahalanya kepada si mayit itu;
9. Dan jangan bercakap-cakap yang tidak berfaedah serta tertawa
ditempat kematian karena yang demikian termasuk hal yang bid’ah
sayyiah.

Apabila telah meninggal orang Islam, maka wajib baginya


dimandikan, dikafani, disolatkan dan dikuburkan.
KAIFIYAT MEMANDIKAN JENAZAH

Bermula hukumnya memandikan mayit itu adalah fardhu kifayah


yang bukan dari pada mati syahid yang berperang fi sabilillah untuk
menegakkan kalimat Allah Swt.
Sebelum memandikan, yang perlu dipersiapkan adalah :
a. Air, terdiri dari :
1) Air biasa perlu banyak;
2) Air sabun/pandan; dan
3) Air yang bercampur dengan cendana/kapur barus yang dipirik.
b. Sabun mandi;
c. Cuntang atau gayung mandi 3 (tiga) buah, paling sedikit 1 (satu)
buah;
d. Kain untuk memiradu yang dijahit tangan atau sarung tangan yang
bersih berwarna putih sebanyak 2 (dua) buah;
e. Lidi atau cotton bud untuk membersihkan kuku, lubang hidung dan
telinga secukupnya;
f. Gadang pisang sebanyak 5 (lima) potong;
g. Kain pengering (handuk);
h. Kain tilasan mandi (tapih bahalai); dan
i. Orang yang memandikan sekurang-kurangnya 5 (lima) orang dengan
pemimpinnya supaya jangan terlalu sibuk dalam memandikan mayit.
Syahdan, mula-mula lebih dahulu hendaklah mayit itu diletakkan
ditempat yang tinggi sedikit dan ada tabir (tertutup). Maka lebih dahulu
wajib diistinja qubul dan duburnya dengan tangan kiri yang telah
dibalut dengan kain atau sarung tangan yang sudah disediakan, serta
degan niatnya:
NAWAITUL ISTINJA’I LI HAZAL MAYYITI
FARDAL LILLAHI TA’ALA
(Sahajaku mengistinjai bagi mayit ini fardu karena Allah Ta’ala)
Dan pada suatu masa mayit itu dibangunkan sedikit seakan-akan
duduk dengan sambil diurut perutnya dan tekan sedikit agar keluar
kotoran yang ada dalam perutnya.
Kemudian digosok seluruh tubuhnya dengan air sabun dan
dibersihi sampai bersih sama sekali seperti daki, getah atau lilin atau
yang lainnya yang mencegah air sampai pada kulitnya. Dibersihkan pula
giginya, telinga dan hidungnya serta kukunya kalau-kalau ada kotoran.
Dan jika sudah bersih, sunah diwudhukan lebih dahulu mayit itu
dengan niat:
NAWAITUL WUDHU’A LI HAZAL MAYYITI
SUNNATAL LILLAHI TA’ALA
(Sahajaku mewudhukan bagi mayit ini sunat karena Allah Ta’ala)
Maka cara wudhunya adalah sama dengan orang yang hidup,
yaitu:
1. Membasuh muka 3x;
2. Membasuh kedua tangan dari ujung jari sampai siku 3x.
3. Mengusap kepala 3x;
4. Sunah membasuh kedua telinga 3x;
5. Membasuh kedua kaki dari ujung jari sampai mata kaki 3x;
6. Tertib; serta
7. Sunah membaca do’a setelah wudhu :
“ALLAHUMMAJ’ALNI WA IYYAHU MINATTAWABINA,
WAJ’ALNI WA IYYAHU MINAL MUTATOHHIRIN,
WAJ’ALNI WA IYYAHU MIN ‘IBADIKAS SOLIHIN.”

Kemudian sunah pula dimandikan mayit itu dengan kaifiyat


mandi sembilan namanya, yaitu:
1. Mula-mula mayit itu dalam keadaan bertelentang, kemudian
dicucurkan dengan air bidara atau air sabun;
2. Lalu dicucurkan pula dengan air biasa yang menghilangkan air sabun
tersebut;
3. Cucurkan pula dengan air bersih yang bercampur dengan kapur barus.
Sebelum memandikan, wajib berniat dengan lafadz niat:
NAWAITUL GUSLA LI HAZAL MAYYITI
FARDHAL LILLAHI TA’ALA
(Sahajaku memandikan bagi mayit ini fardu karena Allah Ta’ala)
1. Pada posisi mayit bertelentang, pada tiap-tiap cucuran air, mula-mula
dari kepala terus pada dada dan terus pula ke bawah sampai ujung
kaki. Serta sunah pada tiap cucurannya membaca:
“GUFRONAKA YA ALLAH, RABBANA WA ILAIKAL MASIR”
(Ampunan-Mu ya Allah, Ya Tuhan kami dan kepada-Mu kami kembali)
2. Kemudian dihiringkan ke kiri dan cucurkan air yang tiga macam tadi
dengan tertib seperti pada waktu bertelentang, yaitu cucurkan pada
bahu kanan sehingga sampai ke ujung kaki. Serta sunah membaca
pada tiap cucurannya:
“GUFRONAKA YA RAHMAN,
RABBANA WA ILAIKAL MASIR”
(Ampunan-Mu ya Allah, Ya Maha Pengasih, Ya Tuhan kami
dan kepada-Mu kami kembali)
3. Kemudian dihiringkan ke kanan dan cucurkan air yang tiga macam
tadi dengan tertib, yaitu cucurkan pada bahu kiri sehingga sampai ke
ujung kaki. Serta sunah membaca pada tiap cucurannya:
“GUFRONAKA YA RAHIM,
RABBANA WA ILAIKAL MASIR”
(Ampunan-Mu ya Allah, Ya Maha Penyayang, Ya Tuhan kami
dan kepada-Mu kami kembali)
Maka adalah pekerjaan ini diulang sampai 3x ulang. Jadi
jumlahnya 3 x 3 cucuran jadilah 9x. inilah yang dinamakan mandi
sembilan namanya. Yang telah masyhur dan mudah dikerjakan.
Kalau sudah selesai dimandikan, sunah membaca:
“LA ILAHA ILLALLAHU WAHDAHU LA SYARIKALAH,
LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU YUHYI WAYUMITU WA
HUWA ‘ALA KULLI SYAI IN QODIR. ALLAHUMMAJ’ALNI
WA IYYAHU MINATTAWABINA, WAJ’ALNI WA IYYAHU
MINAL MUTATOHHIRIN, WAJ’ALNI WA IYYAHU MIN
‘IBADIKAS SOLIHIN.”
Kemudian hendaklah diperiksa kembali mayit itu akan qubul dan
duburnya dengan kain pembalut yang suci kalau-kalau ada najis yang
keluar. Jika ada najis, hendaklah diistinja lagi sampai bersih. Dan
jikalau tiada henti, maka disumpal dengan kapas serta hendaklah di ikat
sekira tidak dapat keluar lagi najisnya.
Demikian dikerjakan mandi mayit dan apabila selesai mandi dan
bersih sama sekali, maka hendaklah mayit itu dikeringkan dengan
handuk atau kain tilasan mandi, maka sunah ditulis dengan telunjuk
kanan pada dahinya itu:

ِ ‫ﻻَ إِﻟَﻪ إِﻻﱠﷲ ُﳏَ ﱠﻤ ًﺪ ﱠرﺳﻮ ُل‬


‫ﷲ‬ ُْ َ ÉΟŠÏm§9$# Ç≈uΗ÷q§9$# «!$# ÉΟó¡Î0

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
LAA ILAHA ILLALLAH MUHAMMADUR RASULULLAH

TAMBAHAN
1. Ada kemungkinan selama kita memandikan mayit, mayit itu bergerak
atau lainnya dari itu yang seakan-akan hidup kembali. Maka kamu
perlu menghadapinya dengan membaca:
“YA AYYUHAL LAZINA AMANUSBIRU WA SOBIRU WA
ROBITU. WATTAQULLAHA LA’ALLAKUM TATTAKUN”
Baca 3x lalu tiupkan ke air lalu cucurkan ke mukanya terus ke
seluruh tubuhnya.
Jika bacaan ini tiada mempan, maka baca olehmu akan ini bacaan.
Insya Allah mayit itu akan mati kembali seperti semula:
“DAF DUF DAM MALLA I, AH MATI MIN KULLI MATI
BARKAH LAA ILAHA ILLALLAH MUHAMMADUR
RASULULLAH, KULLU NAFSIN ZA IQOTUL MAUT,
INNAKA MAYYITUN WA INNAHUM MAYYITUN”
Baca 3x lalu tiupkan ke air lalu cucurkan ke mukanya terus ke
seluruh tubuhnya.
2. Apabila selama memandikan, ada rambut rontok atau kuku lepas atau
yang lainnya dari bagian tubuhnya, hendaknya di ambil dan
dimasukan dan disatukan dalam kain kafan pada saat mengafani
mayit itu.
3. Tiada mengapa menyisir rambut mayit itu.
4. Tiada mengapa menangisi mayit karena bentuk rasa cinta kepada
orang yang meninggal karena Rasulullah Saw menitikkan air matanya
pada saat meninggal anak Beliau Sayyidina Ibrahim. Menangis yang
dilarang adalah menangis dengan ratapan (keluh kesah dimulut) dan
hati tidak rida dengan takdir Allah Swt. Serta dilarang menangisi
orang kafir (bukan Islam) yang meninggal dunia.
5. Tiada mengapa jika air mata jatuh kepada tubuh mayit. Tidak akan
menjadi sebab di azab mayit oleh air mata tersebut karena Allah Swt
berfirman yang artinya “Setiap makhluk akan
mempertanggungjawabkan atas apa yang ia perbuat”. Jika ada satu
hadis yang melarang untuk menangisi mayit oleh sebab mayit dan
keluarga mayit itu akan ditimpa azab, maka hadis tersebut ditujukan
bagi orang yang akan meninggal berwasiat apabila ia telah meninggal
dunia, ia meminta agar seluruh keluarganya menangisi kematiannya.
6. Yang memandikan mayit laki-laki hendaklah adalah laki-laki dan
mayit perempuan adalah perempuan juga dari kalangan ahli waris
atau orang yang telah diberi amanah.
7. Tiada mengapa jikalau yang memandikan mayit laki-laki adalah
perempuan atau sebaliknya dengan syarat adalah mahramnya.
Contohnya suami memandikan istri atau sebaliknya dan orang tua
memandikan anak atau sebaliknya (mahram).
MASALAH KAIN KAFAN
(PEMBUNGKUS MAYIT)

Bermula sekurang-kurang kain kafan bagi mayit yaitu :


1. Satu lapis kain yang meliputi aurat (tubuh seseorang).
2. Disunahkan memakai kain yang putih dan bersih lagi tebal sekira-kira
jangan sampai terlihat oleh orang akan auratnya, yaitu seperti kain
kaci yang tebal
3. Makruh menggunakan kain sutra atau kain yang sangat mahal
harganya jika ada saja yang sederhana.
4. Dan jangan dipakai kain yang tiada jelas halalnya (syubhat).
5. Dan tiap selapis sunat ditabur dengan yang harum seperti cendana
atau kapur barus yang telah dipirik.
6. Sunah bagi laki-laki kain kafannya 3 lapis, yaitu kain seluruh
tubuhnya dan lebih baik pula (sunah) ditambah 2 lapis kain kafan
yaitu untuk baju dan sorban. Jadi jumlahnya 5 lapis kain kafan.
7. Dan jika perempuan sunah 2 lapis seluruh tubuhnya dan sunah
ditambahi lagi baju dan tapih dan talakung (tudung kepala).
Jumlahnya jadi 5 lapis juga.
8. Sunah membaca do’a ketika mencarik/memotong kain kafan dengan
bacaan :
“ALLAHUMMAJ’AL LIBASAHU(HA) ‘ANIL KARIM WA
ADKHILHU(HA) JANNATA BIRAMATIKA YA ARHAMAR
RAHIMIN”
KAIFIYAT MENGKAFANI MAYIT

Syahdan, tata cara mengkafani mayit sebagai berikut:


1. Sebelum mayit dimandikan, hendaknya disiapkan terlebih dahulu
kain kafan mayit, yaitu:
a. Kain 3 (tiga) lembar dengan ukuran:
1) Lebar bahu kanan kiri kali tiga;
2) Panjang dari kepala sampai kaki dan ditambah dua kilan.
b. Siapkan kain untuk baju dan sorban untuk mayit jika ingin
menggunakan baju dan sorban.
c. Tali pengikat sebanyak 5 (lima) buah, terdiri dari:
1) Tiga yang panjang untuk lutut, perut dan bahu;
2) Dua yang pendek untuk kepala dan kaki (tali pocong).
d. Kapas yang perlu disediakan:
1) Untuk kepala satu lembar berbentuk kepala;
2) Untuk tangan dua lembar;
3) Untuk kaki dua lembar;
4) Untuk lutut dua lembar;
5) Untuk siku dua lembar;
6) Untuk telinga dua lembar bulat;
7) Untuk hidung dua lembar bulat.
Catatan:
- Point 1-5 ditaburi kapur barus dan atau cendana.
- Point 6-7 tidak dicampur apa-apa.
2. Hamparkan terlebih dahulu tali pengikat mayit, satu tali yang pendek
pada bagian kepala, satu tali yang panjang bagian bahu/leher, satu tali
yang panjang pada perut, satu tali yang panjang pada lutut dan satu
tali yang pendek pada ujung kaki.
3. Hamparkan kain kafan pertama diatas tali pengikat, kemudian tabur
cendana atau kapur barus yang telah dihaluskan. Hamparkan kain
kafan kedua di atas kain pertama dan kemudian tabur cendana atau
kapur barus yang telah dihaluskan. Begitu seterusnya sampai kain
kafan yang ketiga.
4. Letakkan mayit yang sudah dimandikan di atas kain kafan yang telah
disiapkan. Kemudian berikan kapas yang sudah disiapkan
sebelumnya pada bagian kepala, kedua lubang hidung, kedua lubang
telinga, kedua tangan, kedua siku, kedua lutut dan kedua kaki.
5. Selanjutnya pasang baju, kemudian sorban dan kain kafannya yang 3
lapis secara berurutan sampai mayit itu terkafani seluruh tubuhnya.
6. Kemudian ikat mayit dengan simpul hidup disebelah kiri mayit agar
mudah dibuka tali pengikat pada saat dimasukkan kedalam peti/tabala
atau kubur. Ikatlah dari bagian kaki, lutut, perut, bahu dan terakhir
bagian kepala mayit.
KAIFIYAT SALAT JENAZAH

Bermula rukun salat jenazah itu 7 perkara, yaitu:


1. Berdiri sempurna bagi yang mampu;
2. Niat;
3. Mengucap takbir 4 kali termasuk takbiratul ihram;
4. Membaca al-fatihah;
5. Membaca salawat atas Nabi Muhammad Saw;
6. Mendo’akan mayit; dan
7. Salam
Syahdan, mula-mula mayit itu diletakkan di depan imam, yaitu:
1. Jika mayit itu tidak dalam peti/tabala, maka:
a. Jika mayit itu laki-laki maka hendaklah ditaruh kepalanya itu pada
jihat kiri dan imam membetuli kepala itu mayit.
b. Dan jika mayit itu perempuan, maka hendaklah ditaruh kepalanya
itu pada jihat kanan dan imam membetuli pinggang itu mayit.
2. Jika mayit itu berada dalam peti/tabala, maka ditaruh kepalanya pada
jihat kanan baik itu mayit laki-laki atau perempuan dan imam
membetuli pinggang mayit itu. Alasannya adalah mayit seolah-olah
sudah berada dalam tanah dan telah menghadap kiblat.
3. Niat, dengan lafaz niat :
a. Laki-laki dewasa:
“USOLLI FARDAL KIFAYATI ‘ALA HAZAL MAYYITI
ARBA’A TAKBIRATIN IMAMAN/MAKMUMAN LILLAHI
TA’ALA”
(sengaja aku salat fardu kifayah atas ini mayit laki-laki empat
takbir imam/makmum karena Allah Ta’ala)
b. Perempuan dewasa:
“USOLLI FARDAL KIFAYATI ‘ALA HAZIHIL MAYYITATI
ARBA’A TAKBIRATIN IMAMAN/MAKMUMAN LILLAHI
TA’ALA”
(sengaja aku salat fardu kifayah atas ini mayit perempuan
empat takbir imam/makmum karena Allah Ta’ala)
c. Anak laki-laki:
“USOLLI FARDAL KIFAYATI ‘ALA HAZAL MAYYITIT
TIFLI ARBA’A TAKBIRATIN IMAMAN/MAKMUMAN
LILLAHI TA’ALA”
(sengaja aku salat fardu kifayah atas ini mayit anak laki-laki
empat takbir imam/makmum karena Allah Ta’ala)
d. Anak perempuan:
“USOLLI FARDAL KIFAYATI ‘ALA HAZIHIL
MAYYITATIT TIFLI ARBA’A TAKBIRATIN
IMAMAN/MAKMUMAN LILLAHI TA’ALA”
(sengaja aku salat fardu kifayah atas ini mayit anak
perempuan empat takbir imam/makmum karena Allah Ta’ala)
4. Maka dibaca setelah takbir pertama adalah surah al-fatihah.
5. Dan kemudian dari pada takbir yang kedua dibaca salawat atas nabi
sekurang-kurangnya:
“ALLAHUMMA SOLLI ‘ALA MUHAMMAD”
6. Dan baca do’a setelah takbir ketiga sekurang-kurangnya:
a. Jika mayit orang dewasa, maka dibaca:
“ALLAHUMMAGFIR LAHU(HA) WARHAMHU(HA)
WA’AFIHI(HA) WA’FU ‘ANHU(HA)
b. Jika mayit anak-anak, maka dibaca:
“ALLAHUMMAJ’ALHU (HA) FAROTOLLI ABAWAIHI (HA)
WA SALAFAN, WA ZUKHRON, WA ‘IZOMATAN,
WA’TIBARON, WA SYAFI’AN WA TSAQQIL BIHI (HA)
MAWAZINAHUMA, WA AFRIG SOBRA ‘ALA
QULUBIHIMA WA LA TAFTINHUMA BA’DAHU (HA) WA
LA TAHRIMHUMA AJROHU (HA)”
7. Dan baca do’a setelah takbir keempat sekurang-kurangnya :
“ALLAHUMMA LA TAHRIMNA AJRAHU(HA) WA LA
TAFTINNA BA’DAHU(HA) WAGFIRLANA WA LAHU(HA)”
8. Salam ke kanan dan ke kiri dengan mengucap:
“ASSALAMU’ALAIKUM WA RAHMATULLAHI WA
BARAKATUH”
9. Sunah membaca do’a setelah salat sekurang-kurangnya:
“ALLAHUMMAGFIRLANA ZUNUBANA WA LI WALIDINA
WARHAMNA WARHAMHUM KAMA RABAWNA SIGORO
WA LI JAMI’IL MUSLIMIN WAL MUSLIMAT WAL
MU’MININA WAL MU’MINAT KHUSUSON LI HAZAL
MAYYIT (HAZIHIL MAYYITATI)
ALLAHUMMAGFIRLAHU (HA) WARHAMHU (HA)
WA’AFIHI (HA) WA’FU ‘ANHU (HA).”
Catatan:
Tanda dalam kurung dibaca jika mayit perempuan.

TAMBAHAN

1. Hendaklah memperbanyak membaca al-fatihah yang pahalanya


dihadiahkan kepada si mayit yang selama menunggu jama’ah seperti
katanya :
- RABBANAGFIRLANA WA LAHU (HA) MAGFIRATAN
JAMI’ATAN BIHAQQIL FATIHAH. (kemudian baca al-fatihah)
- RABBANARHAMNA WA IYYAHU (HA) RAHMATAN
WASI’ATAN BISSIRRIL FATIHAH. (kemudian baca al-fatihah)
- RABBANA ADKHALHU (HA) AL JANNAH MA’AL LAZINA
‘AMNTA ‘ALAIHIM BIKAROMATIL FATIHAH. (kemudian
baca al-fatihah)
- Atau boleh dibaca yang lainnya.
2. Sunah mengangkat mayit itu adalah kepalanya didahulukan kepihak
depan jalan.
3. Hendaklah mensalatkan mayit itu minimal 3 shaf, dan lebih baik
jumlah orang yang mensolatkan itu adalah 40 atau 100 orang.
MENGUBURKAN JENAZAH

1. Wajib menanamkan atau menguburkan mayit itu sekira tiada


tercium baunya dan tiada dapat dibongkar oleh binatang buas.
Bermula kubur yang lebih afdal dan sempurna yaitu:
a. Kubur itu jangan terlalu sempit atau terlalu luas. Lebarnya kurang
lebih 1 hasta lebih 1zira (kurang lebih 50 cm);
b. Dalam lubangnya 4 hasta setengah (kurang lebih orang dewasa
berdiri dengan melambaikan tangan);
c. Liang lahad;
d. Papan sekeping untuk mayit itu.
2. Makruh mengebumikan dalam peti melainkan jika ada uzur seperti
tanah basah, berair atau berlumpur. Wajib dihadapkan muka mayit itu
ke arah kiblat. Dan diberi kepalanya dengan tanah supaya terangkat
sedikit. Dan dibukakan kain kafannya pada pipi kanannya supaya
bertemu dengan tanah dan diganjal belakangnya dengan tanah supaya
tidak terbalik (tertelentang). Serta dibuka seluruh tali pengikat kain
kafan mayit itu dari pada kepalanya, bahu, perut, lutut dan terus
sampai kakinya.
3. Sunah memasukkan mayit kedalam kubur secara perlahan sambil
membaca “BISMILLAHI WA’ALA SUNNATI RASULILLAHI
SALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM”.
4. Sunah pula diatapi di atas kubur dengan kain ketika mayit
dimasukkan kedalam kubur, jangan terlalu tinggi dan jangan
digoyang-goyang.
5. Sunah bagi orang yang hadir ditepi kubur itu meletakkan tiga kepal
(genggam) tanah. Genggam yang pertama dibaca “MINHA
KHALAQNAKUM”. Dan pada genggam yang kedua dibaca
“WAFIHA NU’IDUKUM”. Dan pada genggam yang ketiga dibaca
“WAMINHA NUKHRIJUKUM TAROTAN UKHRA”. Seluruhnya
diletakkan pada pihak kepala. Dan pada yang genggam yang tiga itu
dibaca “INNA ANZALNAHU FI LAILATIL QODR … (sampai
selesai) dibaca sebanyak 7x. Mudah-mudahan tidak diazab itu mayit
dalam kuburnya. Sebagaimana hadis Nabi Muhammad Saw “Barang
siapa yang mengambil daripada tanah kubur pada ketika mayit
ditanam dengan tangan dibaca atasnya “INNA ANZALNAHU FI
LAILATIL QODR … (sampai akhirnya) 7x niscaya dijadikan akan
dia serta mayit didalam kubur tiada disiksa mayit itu dalam
kuburnya.
6. Sunah meletakkan di atas kubur tanaman yang masih hijau dan segar
seperti pelepah kurma atau pelepah nyiur, atau pandan atau bunga-
bungaan yang wangi.

Demikian risalah kecil ini, mudah-mudahan ada manfaat bagi diri


hamba dan bagi saudara-saudara yang baru belajar. Jika ada kesalahan,
baik dalam pengetikannya, susunan katanya maupun isinya, mohon
kiranya diperbaiki.
Marawan Lama, 20 Sya’ban 1442 H

“Al-Faqir Saifullah”
RISALAH TALKIN MAYYIT

1. Talkin berarti membimbing, menuntun, memberitahukan.


2. Talkin hukumnya sunnah
3. Talkin itu terdiri dari dua, yaitu:
a. Talkin disamping orang yang sakaratul maut dengan mengucap
kalimat tauhid “laa ilaha illallah”
b. Talkin disamping kubur setelah beberapa saat mayit dikubur
4. Adab talkin disamping kubur, yaitu:
a. Mengucap salam kepada simayit
b. Duduk berhadap-hadapan dengan mayit sejajar dengan kepada si
mayit;
c. Hendaklah dengan suara yang jelas dan fasih agar para pelayatpun
dapat mendengar dan mengambil dari talkin itu;
d. Mendo’akan mayit;
e. Selepas membaca talkin, menaburi bunga-bungaan atau
mencucurkan air di atas kubur sebanyak tiga kali sambil membaca
pada setiap cucurannya, yaitu:
1) Cucuran pertama baca “saqallahu sarahu (ha)”
2) Cucuran kedua baca “barradallahu madhja’ahu (ha)”
3) Cucuran ketiga baca “ja’alallahul jannata maswahu (ha)”
TEKS TALKIN MAYIT (LATIN)

Bismillahirrahmanirrahim
Alhmadulillahil munfaridil qidami wal baqa’. Alqodi baina khalqihi bil
mauti wal fana’. Wa qola ta’ala, kullu syain halikun illa wajhah lahul
hukmu wa ilaihi turja’un. Kullu nafsin dzaiqatul maut, tsumma ilaina
turja’un. Minha khalaqnakum, wafiha nu’idukum, waminha
nukhrijukum taratan ukhra. Bismillah, wabillah, waminallah, wa’ala
millati rasulillahi sallallahu ‘alaihi wasalam. Hadza ma
wa’adarrahmanu wasadaqal mursalun. Inkanat illa soihataw
wahidatan faidzahum jami’ulladaina muhdhorun.
Wahai ……………… bin/binti …………… (sebutkan nama mayit itu)
Mudah-mudahan Allah memberi rahmat akan engkau, sesungguhnya
telah hilang dari engkau oleh kesenangan dan perhiasan dunia, dan
engkau sekarang berada di dalam satu tempat yang dinamakan dengan
barzakh daripada segala tempat. Maka oleh itu janganlah engkau
lupakan perjanjian yang engkau telah bercerai akan kami dinegeri dunia.
Dan engkau telah berdahulu dari kami dengan janji itu ke negeri akhirat,
iyalah perjanjian mengucap syahadat : Asyhadu alla ilaha illallah wa
asyhadu anna muhammadarrasulullah, yang artinya naik saksi aku
bahwasanya tiada tuhan yang disembah dengan sebenarnya melainkan
Allah dan naik saksi aku bahwasanya nabi Muhammad itu pesuruh
Allah.
Maka apabila datang akan engkau oleh dua orang malaikat yang
diwakili Tuhan untuk menanya engkau, dan makhluk yang seumpama
engkau, maka janganlah engkau terkejut dan jangan gemetar melihat
akan kedua orang malaikat itu, karena keduanya itu adalah makhluk
tuhan sebagaimana engkaupun adalah makhluk tuhan juga. Maka
apabila kedua orang malaikat itu sudah berada disisi engkau dan
menanya engkau dengan perkataan:
Siapa Tuhan engkau? Siapa nabi engkau? Apa I’tikad engkau? Dan atas
perkataan apakah engkau ketika mati?
Maka jawablah:
Allah itu tuhanku, Muhammad nabiku, ahlussunnah wal jama’ah itu
I’tikadku, dan aku sudahi perkataanku dengan kalimat syahadat: laa
ilaha illallah, muhammadurrasulullah.
Maka apabila mengulangi kedua orang malaikat menanya engkau, maka
jawablah seperti jawaban yang dahulu tadi. Dan apabila bertanya pula
kedua malaikat itu kepada engkau dengan katanya:
Siapa Tuhan engkau? Siapa nabi engkau? Apa agama engkau? Apa
imam engkau? Apa kiblat engkau? Dan siapa saudara-saudara engkau?
Maka jawablah dengan lidah yang fasih dengan tidak merasa takut
sedikitpun juga, kata oleh engkau:
Allah itu tuhanku, Muhammad nabiku, Islam agamaku, qur’an itu
imamku, baitullah itu kiblatku, sekalian kaum muslimin itu saudaraku,
nabi Ibrahim al-khalil itu bapaku pada agama dan aku selama hidup
sampai kepada matiku adalah aku berpegang atas dua kalimat: laa ilaha
illallah, muhammadurrasulullah. Tiada tuhan yang disembah dengan
sebenarnya melainkan Allah dan bermula Muhammad itu pesuruh
Allah. Berpeganglah engkau dengan ini jawaban.
Dan ketahuilah bahwa engkau bertetap di dalam ini tempat hingga
sampai hari kiamat. Maka apabila dikata orang kepada engkau: “Siapa
laki-laki yang dijadikan rasul pada kamu dan seluruh makhluk jin dan
manusia?”
Maka kata oleh engkau: “Laki-laki itu adalah Nabi Muhammad yang
datang kepada kami dengan membawa petunjuk kepada jalan yang
benar.” Maka berimanlah aku dengan dia, dan kami mengikut akan dia,
dan kami membenarkan akan dia dengan kerasulannya.
Maka jika para malaikat itu meninggalkan engkau, maka kata oleh
engkau: “hasbiyallahu laa ilaha illa huwa ‘alaihi tawakkaltu wa huwa
rabbul arsyil ‘azhim.”
Ketahuilah bahwasanya mati itu sebenarnya, bertempat di dalam kubur
itu sebenarnya, pertanyaan dua orang malaikat munkar dan nakir di
dalam kubur itu sebenarnya, hidup kedua kalinya pada hari kiamat itu
sebenarnya, berhitung amal baik dan amal jahat itu sebenarnya,
ditimbang seluruh amal itu sebenarnya, melalui titian siratal mustakim
itu sebenarnya, surga sebenarnya, neraka sebenarnya dan bahwasanya
hari kiamat itu sebenarnya, dan bahwasanya Allah Ta’ala akan
mengeluarkan seluruh orang yang berada di dalam kubur.
Maka kami tinggalkan akan engkau hal keadaan engkau bersendirian.
Hanya kami mendo’akan kepada Tuhan yang Pengasih lagi Penyayang:
“Mudah-mudahan engkau mendapat rahmat didalam kubur ini. Hai
Tuhan kami, jinakanlah oleh-Mu akan mayit ini karena tidak ada yang
menjinakkan mayit ini melainkan hanya Engkau. Dan berilah rahmat
akan mayit ini dalam kuburnya, karena tidak adalah yang dapat
memberi rahmat akan dia melainkan Engkau.
Fa anta khairurrahimin. Wasalallahu ‘ala sayyidina Muhammadin wa
‘ala alihi wasahbihi wasallama, walhamdulillahi rabbil ‘alamin.

TAMBAHAN
Doa Setelah Talkin Mayit
‫ﲪ ِﻦ اﻟ ﱠﺮِﺣ ْﻴ ِﻢ‬
ٰ ْ ‫ﺑِ ْﺴ ِﻢ ا ِّٰ اﻟ ﱠﺮ‬

ِ ِّ‫اِ ْﻋﺘِ ْﻖ ِرﻗَﺎﺑـﻨَﺎوِرﻗَﺎب ٰﻫ َﺬااﻟْﻤﻴ‬.‫ اَﻟ ٰﻠّ ُﻬ ﱠﻢ ِﲝَ ِّﻖ اﻟْ َﻔﺘِﺤ ِﺔ‬.‫ ُﳏَ ﱠﻤ ٍﺪ‬%َ ‫ ُﳏَ ﱠﻤ ٍﺪو َﻋ ٰﻠﻰ ٰا ِل ﺳﻴِّ ِﺪ‬%َ ‫ﺻ ِﻠّﻰ َﻋ ٰﻠﻰ ﺳﻴِّ ِﺪ‬
‫ﺖ‬ ٰ
َ ‫اَﻟﻠّ ُﻬ ﱠﻢ‬
َ َ َ َ َ َ َ َ
‫اﺟ َﻌ ْﻞ‬
ْ ‫ﺖ( َو‬ ِ ِّ‫× اَﻟ ٰﻠّ ُﻬ ﱠﻢ اَﻧْ ِﺰِل اﻟ ﱠﺮ ْﲪَﺔَ واﻟْﻤﻐْ ِﻔﺮةَ َﻋ ٰﻠﻰ ٰﻫ َﺬاﻟْﻤﻴ‬٣‫ﺖ( ِﻣﻦ اﻟﻨﱠﺎ ِر‬
ِ َ‫ﺖ ) ٰﻫ ِﺬﻩِ اﻟْﻤﻴِّﺘ‬ ِ َ‫) ٰﻫ ِﺬﻩِ اﻟْﻤﻴِّﺘ‬
َ َ َ َ َ َ َ
◌ٖ ‫ﺻﻠﱠﻰ ا ُّٰ َﻋ ٰﻠﻰ َﺧ ِْﲑ َﺧﻠ ِْﻘﻪ‬ ِ ِ ِ ِ ِ َ ‫ﻗَـﺒـﺮﻩ ٗ◌)ﻫﺎ(رو‬
َ ‫ َو‬.‫ َوﻻََﲡْ َﻌﻠْﻪُ ﻟَﻪ ٗ◌ ) َﳍَﺎ( ُﺣ ْﻔ َﺮًةﻣ َﻦ اﻟﻨّْﻴـ َﺮان‬.‫ﺿﺔًﻣ َﻦ ا ْﳉَﻨﱠﺔ‬ َْ َ َ ْ
ِِ ِ ِ ٍ ِ
َ ْ ‫ب اﻟ َْﻌﺎﻟَ ِﻤ‬
‫ﲔ‬ َ ْ ‫ﺻ ْﺤﺒِﻪ ٖ◌ اَ ْﲨَﻌ‬
ِّ ‫ﲔ َوا ْﳊَ ْﻤ ُﺪ ّٰ َر‬ َ ‫ ُﳏَ ﱠﻤﺪ َوٰاﻟﻪ ٖ◌ َو‬%َ ‫َﺳﻴِّﺪ‬

“Bismillaahirrahmaanirrahiim, Allaahumma sholli ‘alaa sayyidinaa


Muhammadin wa’alaa aali sayyidinaa Muhammadin.”
“Allaahumma bihaqqil fatihati i’tiq riqaa banaa wariqaaba haadzal
mayyiti (haadzihil mayyitati) waj’al qabrahuu (haa) roudhotan minal
jannati. Walaa taj’alhu lahuu (lahaa) hufratan minanniiraani.
Washollallaahu ‘alaa khoiri kholqihi sayyidinaa Muhammadin wa
aalihii washohbihii ajma’iina walhamdulillaahi rabbil ‘aalamiina.”

Anda mungkin juga menyukai