MATERI : VEKTOR
KELAS/SEMESTER : X IPA/DUA
OLEH:
HAYATI
Modul pembelajaran ini dirancang untuk membimbing peserta didik SMA dalam memahami
kompetensi konsep eksponen melalui penerapan belajar tuntas.
Pada permulaan tahun 1975, penduduk dunia diperkirakan sebanyak 4 milyar, menjelang tahun
2000 penduduk dunia akan mencapai 6,6 milyar. Bagaimana orang dapat meramalkannya?
Ternyata pertumbuhan penduduk dapat dinyatakan sebagai fungsi dari waktu, yang dapat
dimodelkan secara metematika mengikuti aturan vektor
Vektor telah dikenal sejak SMP dan ketika dikelas 1 SMA materi awal yang dipelajari adalah
materi aljabar linear (vektor). Dalam pembahasan modul ini, akan dikaji lebih dalam tentang .
Ekspresi Vektor, Operasi Aijabar Vektor, Rumus Jarak, Perbandingan, Perkalian Skalar,
Proyeksi, dan Perkalian Silang Vektor, Pembagian dalam Bentuk Koordinat.
(………………..)
2
Daftar Isi
Kata Pengantar .................................................................................................................. 1
Daftar Isi............................................................................................................................ 2
Peta Konsep ....................................................................................................................... 3
Glosarium .......................................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN
A. DISKRIPSI .............................................................................................................. 5
B. MATERI PRASYARAT …………………………………………………………. 5
C. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ................................................................. 6
D. KOMPETENSI DASAR........................................................................................... 7
E. INDIKATOR PENCAPAIAN .................................................................................. 7
BAB II PEMBELAJARAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN .................................................................................. 8
B. ILUSTRASI .............................................................................................................. 8
KEGIATAN BELAJAR 1 ................................................................................................. 9
1. PENGERTIAN VEKTOR ........................................................................................ 9
2. VEKTOR DI RUANG DIMENSI DUA.................................................................... 12
3. VEKTOR DI RUANG DIMENSI TIGA ................................................................. 13
4. PANJANG VEKTOR .............................................................................................. 14
RANGKUMAN ............................................................................................................... 15.
LATIHAN………………………………………………………………………………. 17
TINGKAT PENGUASAAN……………………………………………………………. 18
3
Peta Konsep
VEKTOR
RUANG
RUANG DIMENSI
DIMENSI DUA TIGA
PENGERTIAN
VEKTOR
PANJANG VEKTOR
OPERASI VEKTOR
4
Glosarium
• Kesamaan Dua Vektor jika AB # CDdibaca : ruas garis AB sama (panjang) dan sejajar
ruas garis CD maka AB =CD.
• Jika titik P adalah sebuah titik pada bidang datar, vektor OP = p disebut vektor posisi
dari titik P.
• Hasil kali bilangan real k dengan vektor a adalah suatu vektor yang panjangnya │k│ kali
panjang vektor a dan arahnya adalah
a. sama dengan arah vektor a jika k> 0
b. berlawanan dengan arah vektor a jika k < 0
c. sama dengan nol jika k = 0
• Jarak antara titik A(x1 + y1 + z1) dan B(x2 + y2 + z2) pada R3 sama dengan panjang vektor
AB yaitu
│ AB │
5
BAB I PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI
Modul vektor terdiri atas 4 bagian proses pembelajaran sesuai dengan subkompetensinya yaitu :
1. Ekspresi vektor, sebagai kegiatan belajar 1 akan membahas tentang : pengertian
vektor,kesamaan dua vektor, vektor nol, vekktor posisi, vektor satuan, vektor dalam ruang ,
vektor basis,panjang suatu vektor.
2. Operasi aljabar vektor, sebagai kegiatan belajar 2 akan membahas tentang penjumlahan
vektor, pengurangan vektor, hasil kali bilangan dengan vektor.
3. Rumus jarak, perbandingan, perkalian skalar, proyeksi, dan perkalian silang vektor, sebagai
kegiatan belajar 3 akan membahas tentang rumus jarak, rumus pembagian.
4. Pembagian dalam bentuk koordinat, sebagai kegiatan belajar 4 akan membahas tentang hasil
kali skalar dua vektor, bentuk komponen perkalian skalar, besar sudut antara dua vektor, sifat
–sifat perkalian skalar, proyeksi ortogonal suatu vektor pada vektor lain, perkalian silang dua
vektor.
B. PRASYARAT
Kemampuan dasar yang harus dimiliki untuk mempelajari modul ini adalah :
Memahami bentuk dan ciri matriks
Memahami invers matrik
Terampil dalam operasi hitung bilangan real
6
C. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
1. Bacalah modul ini dengan seksama mulai dari kata pengantar sampai dengan cek
kemampuan, kemudian pahami benar seluruh informasi yang termuat di dalamnya.
2. Setelah Anda mengisi cek kemampuan, pastikan apakah Anda termasuk kategori orang yang
masih harus mempelajari modul ini atau orang yang tidak lagi mempelajarinya karena sudah
menguasainya.
3. Laksanakan semua tugas-tugas yang terdapat di dalam modul ini agar kompetensi Anda
berkembang dengan baik.
4. Setiap mempelajari satu sub kompetensi, Anda harus mulai dari menguasai
pengertianpengertian dalam uraian materi, melaksanakan tugas-tugas danmengerjakan lembar
latihan.
5. Dalam mengerjakan lembar latihan, Anda tidak diperkenankan melihat kunci jawaban terlebih
dahulu, sebelum Anda menyelesaikan lembar latihan.
6. Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban, hitung nilai yang Anda peroleh. Kemudian
kerjakan saran-saran sesuai dengan hasil latihan Anda.
b. Peranan Guru
7
D. Kompetensi Dasar
8
BAB II PEMBELAJARAN
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
B. ILUSTRASI
Sumber: http://images.encarta.msn.com
Apakah
Vektor itu ?
9
KEGIATAN BELAJAR 1
1. PENGERTIAN VEKTOR
Aktivitas Kelompok
1. Gambarlah sebuah ruas garis pada selembar kertas!
2. Berilah tanda panah pada ujung ruas garis tersebut!
3. Sebut titik pangkal ruas garis sebagai titik P dan titik ujungnya sebagai
titik Q.
4. Ukurlah panjang ruas garis dengan menggunakan penggaris!
5. Diskusikan dengan teman sekelompokmu!
6. Apa yang dapat disimpulkan dari aktivitas ini? Kemukakan hasil kegiatan
ini di depan kelas!
Ruas garis berarah yang kalian gambar pada kegiatan ini mewakili sebuah vektor.
Panjang garis yang diukur menggunakan penggaris menunjukkan panjang vektor tersebut.
Karena titik pangkal A dan titik ujung B, maka vektor disebut sebagai vektor 𝐴𝐵 ⃗⃗⃗⃗⃗ . Panjang vektor𝐴𝐵
⃗⃗⃗⃗⃗
ini dilambangkan dengan |𝐴𝐵⃗⃗⃗⃗⃗ |. Selain cara di atas, sebuah vektor dapat pula ditulis menggunakan
• huruf kecil yang dicetak tebal. Seperti a, b, c, dan sebagainya.
B
B
⃗⃗⃗
𝑎
10
Penulisan vektor dengan menggunakan lambang panah di atas lebih sering digunakan.
Karena menggunakan tulisan tangan, vektor yang dibubuhi tanda panah lebih mudah dituliskan
daripada yang dicetak tebal. Kalian bebas memilih cara penulisan vektor tersebut
Rangkuman
B
u
3
u =
4
b. Bentuk vektor baris:
AB = (3, 4)
11
c. Vektor ditulis dengan notasi i, j dan k
a = 3i + 4j
Vektor di R2 adalah vektor yang terletak di satu bidang atau Vektor yang hanya
mempunyai dua komponen yaitu x dan y.
VEKTOR DI R2
Y OP + PA = OA
•A(x,y)
y•Q OP + OQ = OA
a OP = xi; OQ= yj
j
x X Jadi
O i P OA =xi + yj
i vektor satuan searah
sumbu X atau
j vektor satuan searah a = xi + yj
sumbu Y
12
3. VEKTOR DI RUANG DIMENSI TIGA (R3)
Vektor di R3 adalah Vektor yang terletak di ruang dimensi tiga atau Vektor yang
mempunyai tiga komponen yaitu x, y dan z.
yj
xi
O •Q Y
•P
X
VEKTOR POSISI
Y B(2,4) Contoh:
b Vektor posisi
A(4,1) titik A(4,1) adalah
a
4
O X OA = a =
1
Vektor posisi titik B(2,4) adalah
OB = b = 2i + 4 j
13
4. Panjang Vektor
a
Di R2, panjang vektor: a =
1
a2
atau a = a1i + a2j
Dapat ditentukan dengan
teorema Pythagoras
a = a1 + a 2
2 2
x
Di R3 , panjang vektor: v = y
z
atau v = xi + yj + zk
Dapat ditentukan dengan
teorema Pythagoras
v = x 2 + y2 + z 2
Contoh:
3
1. Panjang vektor: a =
4
Adalah a = 3 2
+ 4 2
=5
2. Panjang vektor v = 2i + j – 2k adalah v = 2 + 1 + (−2)
2 2 2
= 4 +1+ 4
=3
14
RANGKUMAN
Gambar 1
Titik A(a1,a2) dan B(b1,b2) pada koordinat Cartesius
Pada bidang Cartesius tersebut, vektor a mewakili ruas garis berarah dari titik pangkal O(0,0) ke
titik A(a1,a2). Oleh karena itu, vektor a ini dapat kalian tuliskan dalam bentuk pasangan terurut a
= (a1,a2). Adapun vektor b mewakili ruas garis berarah dari titik pangkal O(0,0) ke titik B(b1,b2).
Vektor b dapat kalian tuliskan sebagai b = (b1,b2). Dengan menggunakan
rumus jarak, kalian dapat menentukan panjang vektor a dan b ini, yaitu:
Dengan menarik ruas garis dari titik A ke titik B, kalian mendapatkan vektor c. Dengan
menggunakan rumus jarak, vektor c ini dapat di tuliskan sebagai c = (b1 - a1, b2 - a2) sehingga panjang
15
Jika arah vektor c dibalik, maka akan didapat vektor -c, yaitu sebuah vektor yang panjangnya sama
dengan panjang vektor c dengan arah berlawanan. Vektor ini disebut vektor invers dari vektor c. Jika
ditulis dalam bentuk pasangan terurut, vektor –c = (a1 - b1, a2 - b2).
16
Latihan
Tingkat Penguasaan
Rumus :
= 100% 17
x
Saran-saran yang harus Anda lakukan, sesuai dengan tingkat pengusaan yang telah kalian capai
sebagai berikut:
1. > 80 % Bagus! Pertahankan prestasi yang telah kalian capai dan kalian dapat meneruskan
dengan kegiatan belajar 2.
2. 60 – 80 % Kalian masih perlu membaca kembali teks subkomptensi ini dengan lebih seksama,
terutama bagian yang belum anda kuasai.
3. < 60 % Kalian belum belajar bersungguh-sungguh, kalian harus mengejar ketinggalan dan
bertanyalah pada guru mata pelajaran tentang kesulitan kalian.
18
5. Penjumlahan dan Pengurangan pada Vektor
b. Uraian Materi :
Resultan adalah sebutan dari hasil penjumlahan yang dilakukan pada dua vektor atau pun lebih.
Penjumlahan pada vektor ini sendiri juga dapat dilakukan secara aljabar serta juga dapat
dilakukan dengan memakai cara menjumlahkan komponen yang berada di posisi sama atau
seletak.
Apabila:
maka :
19
Maka penjumlahan secara grafis sendiri dapat kita lihat pada contoh gambar yang ada
di bawah ini:
Pada pengurangan vektor ini diberlakukan sama dengan yang ada pada penjumlahan,
antara lain adalah sebagai berikut, lihat pada contoh di bawah ini:
Sifat -sifat di dalam penjumlahan vektor ini sendiri adalah seperti di bawah ini, silahkan
disimak rumusnya:
Penjumlahan dan juga pengurangan vektor di R3 sama dengan yang ada di vektor
R2 yakni:
Maka penjumlahan secara grafis sendiri dapat kita lihat pada contoh gambar yang ada
di bawah ini
20
Jumlah Dua Vektor
* Aturan Segitiga (Poligon)
Vektor a + b adalah vektor yang bertitik pangkal di titik awal a dan berakhir di titik
akhir b yang sudah digeser sehingga titik akhir a berimpit dengan titik pangkal b .
b
a
a+b
u v v
w
w u
u+v+w
21
→ → → → →
(iii) AO + OE + ED = AD = 2 AO
→ → → → → →
(iv) AB + AF + ED = AB + AF + OC
→ →
= AO + OC
→
= AC
* Aturan Jajargenjang
Vektor a + b adalah diagonal jajargenjang yang dibentuk dengan cara memindahkan vektor
sehingga titik pangkanya berimpit dengan titik pangkal vektor a .
a
a+b
b
Sifat-sifat Penjumlahan Vektor
1) Penjumlahan dua vektor a dan b bersifat komutatif
a+b = b+a
2) Penjumlahan tiga vektor a , b , dan c bersifat asosiatif
(a + b) + c = a + (b + c)
3) Ada unsur identitas pada penjumlahan vektor, yaitu vektor nol ( o ) sehingga
a+o = o+a = a
4) Pada penjumlahan vektor, setiap vektor mempunyai lawan (invers penjumlahan) bagi
vektor itu. Lawan dari a adalah − a (dan sebaliknya), sehingga berlaku
a + (−a) = (−a) + a = o
22
LATIHAN
→
1. Gambarlah jajargenjang ABCD, diagonal AC dan BD berpotongan di E. Jika AB = u (ruas garis
→
berarah AB mewakili vektor u ) dan AD = v (ruas garis berarah AD mewakili vektor v ).
a. Sebutkan ruas garis berarah yang mewakili :
C
(i) u + v (ii) u − v
D
b. Nyatakan dengan vektor u dan v : E
→ → v
(i) BE (iii) CE B
→ → u
(ii) AE (iv) DE A
2. Pada titik P bekerja tiga buah gaya, seperti pada gambar berikut
b
P
c
a
c
b
Jika a = 2 cm, b = 1 cm, dan c = 2,5 cm, lukislah vector-vektor berikut dengan aturan segitiga
(polygon).
a. a + b + c
b. a − 3b + 2c
c. − 3a − b + 2c
23
6. Perkalian pada Vektor
𝑎 ∙ 𝑏⃗ = |𝑎||𝑏⃗| cos 𝜃
Hasil dari 𝑎 ∙ 𝑏⃗ adalah suatu bilangan (skalar) dan bukan suatu vektor. Berdasarkan definisi di atas,
𝑎 ∙ 𝑏⃗ adalah bilangan nyata yang tandanya ditentukan oleh besarnya 𝜃.
1
1. Jika 0 ≤ 𝜃 ≤ 2 𝜋, maka 𝑎 ∙ 𝑏⃗ > 0
Atau dengan kata lain, jika 𝜃 sudut lancip, maka 𝑎 ∙ 𝑏⃗ bertanda positif.
𝑏⃗
𝜃
𝑎
1
2. Jika 𝜃 = 2 𝜋 = 90° (siku-siku), maka 𝑎 ∙ 𝑏⃗ = 0
𝑏⃗
24
∟
𝑎
1
3. Jika 2 𝜋 < 𝜃 ≤ 𝜋, maka 𝑎 ∙ 𝑏⃗ < 0
𝑏⃗
𝜃
𝑎
⃗ ∙𝑘
𝑘 ⃗ = |𝑘
⃗ ||𝑘
⃗ | cos 0° = 1
⃗ ∙ 𝑖 = |𝑘
𝑘 ⃗ ||𝑖| cos 90° = 0
Jika 𝑎 = 𝑎1 𝑖 + 𝑎2 𝑗 + 𝑎3 𝑘⃗ dan 𝑏⃗ = 𝑏1 𝑖 + 𝑏2 𝑗 + 𝑏3 𝑘
⃗ , maka:
𝑎 ∙ 𝑏⃗ = (𝑎1 𝑖 + 𝑎2 𝑗 + 𝑎3 𝑘
⃗ ) ∙ (𝑏1 𝑖 + 𝑏2 𝑗 + 𝑏3 𝑘
⃗)
𝑎 ∙ 𝑏⃗ = 𝑎1 𝑖 ∙ 𝑏1 𝑖 + 𝑎1 𝑖 ∙ 𝑏2 𝑗 + 𝑎1 𝑖 ∙ 𝑏3 𝑘
⃗ + 𝑎2 𝑗 ∙ 𝑏1 𝑖 + 𝑎2 𝑗 ∙ 𝑏2 𝑗 + 𝑎2 𝑗 ∙ 𝑏3 𝑘
⃗ + 𝑎3 𝑘
⃗ ∙ 𝑏1 𝑖 + 𝑎3 𝑘
⃗ ∙
⃗ ∙ 𝑏3 𝑘
𝑏2 𝑗 + 𝑎3 𝑘 ⃗)
𝑎 ∙ 𝑏⃗ = 𝑎1 𝑏1 (𝑖 ∙ 𝑖) +𝑎1 𝑏2 (𝑖 ∙ 𝑗) + 𝑎1 𝑏3 (𝑖 ∙ 𝑘
⃗ ) + 𝑎2 𝑏1 (𝑗 ∙ 𝑖) + 𝑎2 𝑏2 (𝑗 ∙ 𝑗) + 𝑎2 𝑏3 (𝑗 ∙ 𝑘
⃗)+
⃗ ∙ 𝑖) + 𝑎3 𝑏2 (𝑘
𝑎3 𝑏1 (𝑘 ⃗ ∙ 𝑗) + 𝑎3 𝑏3 (𝑘
⃗ ∙𝑘
⃗)
𝑎 ∙ 𝑏⃗ = 𝑎1 𝑏1 + 0 + 0 + 0 + 𝑎2 𝑏2 + 0 + 0 + 0 + 𝑎3 𝑏3
𝑎 ∙ 𝑏⃗ = 𝑎1 𝑏1 +𝑎2 𝑏2 + 𝑎3 𝑏3
Jadi,
𝑎 ∙ 𝑏⃗ = 𝑎1 𝑏1 +𝑎2 𝑏2 + 𝑎3 𝑏3
25
Dari A. dan B. dapat disimpulkan bahwa
• Perkalian Skalar Secara Geometri
Jika diketahui 𝑎 dan 𝑏⃗, |𝑎| dan |𝑏⃗|, serta 𝜃 adalah sudut diantara 𝑎 dan 𝑏⃗, maka berlaku rumus
𝑎 ∙ 𝑏⃗ = |𝑎||𝑏⃗| cos 𝜃
𝑎 ∙ 𝑏⃗ = 𝑎1 𝑏1 +𝑎2 𝑏2 + 𝑎3 𝑏3
(𝑎 ± 𝑏⃗) ∙ 𝑐 = (𝑎 ∙ 𝑐 ) ± (𝑏⃗ ∙ 𝑐 )
⃗ , maka:
3. 𝑎 ∙ 𝑎 = |𝑎|2. Jika 𝑎 = 𝑚𝑖 + 𝑛𝑗 + 𝑝𝑘
2
𝑎 ∙ 𝑎 = (√𝑚2 + 𝑛2 + 𝑝2 ) = 𝑚2 + 𝑛2 + 𝑝2
D. Panjang dari Jumlah atau Selisih Dua Vektor
Diketahui dua vektor 𝑎 dan 𝑏⃗, dengan 𝜃 adalah sudut antara vektor 𝑎 dan 𝑏⃗.
Jika 𝑐 = 𝑎 + 𝑏⃗, maka:
𝑐 ∙ 𝑐 = (𝑎 + 𝑏⃗)(𝑎 + 𝑏⃗)
𝑐 ∙ 𝑐 = 𝑎 ∙ 𝑎 + 𝑏⃗ ∙ 𝑏⃗ + 2𝑎 ∙ 𝑏⃗
26
2
Karena 𝑐 ∙ 𝑐 = |𝑐|2 , 𝑎 ∙ 𝑎 = |𝑎|2, dan 𝑏⃗ ∙ 𝑏⃗ = |𝑏⃗| , persamaan di atas menjadi
2
|𝑐 |2 = |𝑎|2 + |𝑏⃗| + 2𝑎 ∙ 𝑏⃗
2 2
|𝑎 + 𝑏⃗| = |𝑎|2 + |𝑏⃗| + 2|𝑎||𝑏⃗| cos 𝜃
𝑐 ∙ 𝑐 = 𝑎 ∙ 𝑎 + 𝑏⃗ ∙ 𝑏⃗ − 2𝑎 ∙ 𝑏⃗
2
Karena 𝑐 ∙ 𝑐 = |𝑐|2 , 𝑎 ∙ 𝑎 = |𝑎|2, dan 𝑏⃗ ∙ 𝑏⃗ = |𝑏⃗| , persamaan di atas menjadi
2
|𝑐 |2 = |𝑎|2 + |𝑏⃗| − 2𝑎 ∙ 𝑏⃗
2 2
|𝑎 − 𝑏⃗| = |𝑎|2 + |𝑏⃗| − 2|𝑎||𝑏⃗| cos 𝜃
CONTOH
1. Panjang vektor 𝑎 = |𝑎| = 6 satuan, panjang vektor 𝑏⃗ = |𝑏⃗| = 8 satuan, dan sudut yang
dibentuk kedua vektor ∠(𝑎, 𝑏⃗) = 30°. Hitunglah nilai perkalian skalar antara 𝑎 dan 𝑏⃗.
Pembahasan:
Diketahui: |𝑎| = 6 satuan, |𝑏⃗| = 8 satuan, ∠(𝑎, 𝑏⃗) = 30° = 𝜃
Berdasarkan definisi, diperoleh:
𝑎 ∙ 𝑏⃗ = |𝑎||𝑏⃗| cos 𝜃
𝑎 ∙ 𝑏⃗ = 6 ∙ 8 ∙ cos 30°
27
1
𝑎 ∙ 𝑏⃗ = 6 ∙ 8 ∙ 2 √3
𝑎 ∙ 𝑏⃗ = 24√3
Jadi, hasil perkalian skalar antara 𝑎 dan 𝑏⃗ adalah 24√3.
−1 2 1
2. Diketahui vektor 𝑎 = ( 2 ), 𝑏⃗ = ( 0 ), dan 𝑐 = (−3). Tentukan hasil perkalian skalar dari
3 −2 4
vektor-vektor berikut:
a. 𝑎 ∙ 𝑏⃗
b. 𝑏⃗ ∙ 𝑎
c. 𝑎 ∙ 𝑎
d. 𝑎(𝑏⃗ − 𝑐 )
Pembahasan:
a. Menentukan 𝑎 ∙ 𝑏⃗
−1 2
⃗
𝑎∙𝑏 =( 2 )∙( 0 )
3 −2
𝑎 ∙ 𝑏⃗ = (−1 ∙ 2) + (2 ∙ 0) + (3 ∙ (−2))
𝑎 ∙ 𝑏⃗ = −2 + 0 − 6
𝑎 ∙ 𝑏⃗ = −8
b. Menentukan 𝑏⃗ ∙ 𝑎
2 −1
⃗𝑏 ∙ 𝑎 = ( 0 ) ∙ ( 2 )
−2 3
𝑏⃗ ∙ 𝑎 = (2 ∙ (−1)) + 0 ∙ 2 + (−2) ∙ 3
𝑏⃗ ∙ 𝑎 = −2 + 0 − 6
𝑏⃗ ∙ 𝑎 = −8
Jadi, 𝑎 ∙ 𝑏⃗ = 𝑏⃗ ∙ 𝑎 (berlaku sifat komutatif)
c. Menentukan 𝑎 ∙ 𝑎
−1 −1
𝑎∙𝑎 =( 2 )∙( 2 )
3 3
𝑎 ∙ 𝑎 = (−1) ∙ (−1) + 2 ∙ 2 + 3 ∙ 3
28
𝑎∙𝑎 = 1+4+9
𝑎 ∙ 𝑎 = 14
Sedangkan
2
|𝑎|2 = (√(−1)2 + 22 + 32 )
2
|𝑎|2 = (√1 + 4 + 9)
2
|𝑎|2 = (√14)
|𝑎|2 = 14
Jadi, 𝑎 ∙ 𝑎 = |𝑎|2
d. Menentukan 𝑎(𝑏⃗ − 𝑐)
2 1
𝑏⃗ − 𝑐 = ( 0 ) − (−3)
−2 4
2−1
𝑏⃗ − 𝑐 = (0 − (−3))
−2 − 4
1
⃗𝑏 − 𝑐 = ( 3 )
−6
−1 1
𝑎(𝑏⃗ − 𝑐 ) = ( 2 ) ∙ ( 3 )
3 −6
𝑎(𝑏⃗ − 𝑐 ) = (−1) ∙ 1 + 2 ∙ 3 + 3 ∙ (−6)
𝑎(𝑏⃗ − 𝑐 ) = −1 + 6 − 18
𝑎(𝑏⃗ − 𝑐 ) = −13
3. Diketahui |𝑎| = 5, |𝑏⃗| = 3 dan |𝑎 − 𝑏⃗| = 2√6. Apabila 𝑎 dan 𝑏⃗ membentuk sudut lancip
sebesar 𝛼, tentukan nilai sin 𝛼.
Pembahasan:
2 2
|𝑎 − 𝑏⃗| = |𝑎|2 + |𝑏⃗| − 2|𝑎||𝑏⃗| cos 𝛼
2
(2√6) = (5)2 + (3)2 − 2(5)(3) cos 𝛼
24 = 34 − 30 cos 𝛼
30 cos 𝛼 = 10
29
1
cos 𝛼 = 3 , maka
2
sin 𝛼 = 3 √2
52 = 9 + 25 + 2𝑎 ∙ 𝑏⃗
2𝑎 ∙ 𝑏⃗ = 18
2 2
|𝑎 − 𝑏⃗| = |𝑎|2 + |𝑏⃗| − 2𝑎 ∙ 𝑏⃗
2
|𝑎 − 𝑏⃗| = (3)2 + (5)2 − 18
2
|𝑎 − 𝑏⃗| = 16
|𝑎 − 𝑏⃗| = 16
E. Sudut antar Dua Vektor
Pada pembahasan sebelumnya, telah diketahui bahwa:
𝑎 ∙ 𝑏⃗ = |𝑎||𝑏⃗| cos 𝜃
𝑎 ∙ 𝑏⃗ = 𝑎 ∙ 𝑏⃗
⇔ |𝑎||𝑏⃗| cos 𝜃 = 𝑎 ∙ 𝑏⃗
⃗
𝑎⃗∙𝑏
⇔ cos 𝜃 = |𝑎⃗||𝑏⃗|
𝑎1 𝑏1 +𝑎2 𝑏2 +𝑎3 𝑏3
⇔ cos 𝜃 = ⃗|
|𝑎⃗||𝑏
𝑎1 𝑏1 +𝑎2 𝑏2 +𝑎3 𝑏3
⇔ cos 𝜃 =
√((𝑎1 )2 +(𝑎2 )2 +(𝑎3 )2 )((𝑏1 )2 +(𝑏2 )2 +(𝑏3 )2 )
30
⃗
𝑎⃗∙𝑏 ⃗
𝑎⃗∙𝑏
⇔ 𝜃 = arc cos [|𝑎⃗||𝑏⃗|] = cos−1 [|𝑎⃗||𝑏⃗|]
Contoh:
⃗ dan 𝑏⃗ = 2𝑖 + 3𝑗 + 6𝑘
1. Diketahui 𝑎 = 2𝑖 − 2𝑗 + 𝑘 ⃗ . Jika 𝜃 adalah sudut antara 𝑎 dan 𝑏⃗,
𝑎 ∙ 𝑏⃗ = (2𝑖 − 2𝑗 + 𝑘
⃗ )(2𝑖 + 3𝑗 + 6𝑘
⃗)
𝑎 ∙ 𝑏⃗ = 2 ∙ 2 + (−2) ∙ 3 + 1 ∙ 6
𝑎 ∙ 𝑏⃗ = 4
⃗
𝑎⃗∙𝑏
cos 𝜃 = |𝑎⃗||𝑏⃗|
4
⇔ cos 𝜃 = 3∙7
4
⇔ cos 𝜃 = 21
4
⇔ 𝜃 = cos−1 21
4
cos 𝜃 = 21, dengan menggunakan rasio trigonometri, maka
31
5√17
sin 𝜃 = 21
5√17
Jadi, besar sudut antara 𝑎 dan 𝑏⃗ adalah 𝜃 ≈ 79° dan nilai sin 𝜃 = 21
2. Titik-titik sudut Δ𝑃𝑄𝑅 adalah 𝑃(5, 7, −5), 𝑄(4, 7, −3), dan 𝑅(2, 7, −4). Dengan
menggunakan perkalian skalar dua vektor, buktikan bahwa Δ𝑃𝑄𝑅 siku-siku di 𝑄.
Pembahasan:
Karena akan membuktikan Δ𝑃𝑄𝑅 siku-siku di 𝑄, dapat dimisalkan Δ𝑃𝑄𝑅 sebagai berikut
𝑃
𝜃
𝑅
𝑄
⃗⃗⃗⃗⃗ dan 𝑄𝑅
Sehingga kita perlu menentukan 𝑄𝑃 ⃗⃗⃗⃗⃗
5−4 1
⃗⃗⃗⃗⃗
𝑄𝑃 = ( 7 − 7 ) = ( 0 )
−5 + 3 −2
2−4 −2
⃗⃗⃗⃗⃗ = ( 7 − 7 ) = ( 0 )
𝑄𝑅
−4 + 3 −1
Akan dibuktikan bahwa 𝑄𝑃 tegak lurus dengan 𝑄𝑅 sebagai berikut
1 −2
⃗⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗
𝑄𝑃 ∙ 𝑄𝑅 = ( 0 ) ∙ ( 0 )
−2 −1
⃗⃗⃗⃗⃗ ∙ 𝑄𝑅
𝑄𝑃 ⃗⃗⃗⃗⃗ = (1 ∙ (−2)) + (0 ∙ 0) + ((−2) ∙ (−1))
⃗⃗⃗⃗⃗ ⃗⃗⃗⃗⃗ = −2 + 0 + 2
𝑄𝑃 ∙ 𝑄𝑅
⃗⃗⃗⃗⃗ ∙ 𝑄𝑅
𝑄𝑃 ⃗⃗⃗⃗⃗ = 0
⃗⃗⃗⃗⃗ dan 𝑄𝑅
Karena hasil perkalian skalar 𝑄𝑃 ⃗⃗⃗⃗⃗ adalah 0, serta 𝑄𝑃
⃗⃗⃗⃗⃗ dan 𝑄𝑅
⃗⃗⃗⃗⃗ bukan vektor nol, maka 𝑄𝑃
⃗⃗⃗⃗⃗
⃗⃗⃗⃗⃗ dan Δ𝑃𝑄𝑅 siku-siku di 𝑄.
tegak lurus 𝑄𝑅
32
F. Proyeksi Orthogonal Suatu Vektor pada Vektor Lain
1. Proyeksi skalar orthogonal pada 𝑎 dan 𝑏⃗
Proyeksi skalar orthogonal biasa disingkat dengan proyeksi skalar dan hasilnya berupa bilangan
real (bilangan negatif, nol, atau bilangan positif). Proyeksi skalar orthogonal 𝑎 pada 𝑏⃗ atau 𝑎
terhadap 𝑏⃗ berarti proyeksi vektor 𝑎 searah dengan 𝑏⃗ sebagai landasan proyeksinya dan vektor 𝑎
diproyeksikan secara tegak lurus terhadap vektor 𝑏⃗. Hasil proyeksinya terletak pada vektor 𝑏⃗, misal
𝑐 . Notasi untuk proyeksi skalar orthogonal vektor 𝑎 pada 𝑏⃗ ditulis ||𝑎𝑏⃗ || = ||𝑐 ||.
𝐶
𝜃 𝑐 ∟
𝐴 𝐵
𝐷 𝑏⃗
||𝑐 ||
⇔ cos 𝜃 = |𝑎⃗|
⃗
𝑎⃗∙𝑏
⇔ ||𝑐|| = |𝑎| ∙ |𝑎⃗||𝑏⃗|
⃗
𝑎⃗∙𝑏
⇔ ||𝑐|| = Sehingga: ⃗
𝑎⃗∙𝑏 ⃗
𝑎⃗∙𝑏
⃗|
|𝑏 ||𝑐 || = ⃗|
|𝑏
atau ||𝑎𝑏⃗ || = ⃗|
|𝑏
33
2. Panjang Proyeksi Vektor Orthogonal 𝑎 pada 𝑏⃗
Panjang proyeksi vektor orthogonal 𝑎 pada 𝑏⃗ ditulis sebagai |𝑎𝑏⃗ |, yaitu nilai mutlak dari proyeksi
skalar orthogonal 𝑎 pada 𝑏⃗. Panjang proyeksi vektor orthogonal 𝑎 pada 𝑏⃗ adalah:
⃗
𝑎⃗∙𝑏
|𝑎𝑏⃗ | = | |𝑏⃗| |
Panjang proyeksi vektor orthogonal 𝑎 pada 𝑏⃗ selalu berupa bilangan real positif.
atau
⃗
𝑏 ⃗
𝑎⃗∙𝑏
𝑎𝑏⃗ = ||𝑎𝑏⃗ || ∙ |𝑏⃗| atau 𝑎𝑏⃗ = 2 ∙ 𝑏⃗
⃗|
|𝑏
Contoh:
⃗ dan 𝑏⃗ = 4𝑖 + 2𝑗 − 4𝑘
1. Diketahui 𝑎 = 2𝑖 − 6𝑗 − 3𝑘 ⃗ . Tentukan:
⃗ )∙(4𝑖+2𝑗−4𝑘
(2𝑖−6𝑗−3𝑘 ⃗)
|𝑎𝑏⃗ | = | |
√42 +22 +(−4)2
34
(2)(4)+(−6)(2)+(−3)(−4)
|𝑎𝑏⃗ | = | |
6
8−12+12
|𝑎𝑏⃗ | = | |
6
8
|𝑎𝑏⃗ | = 6
4
|𝑎𝑏⃗ | = 3
(4)(2)+(2)(−6)+(−4)(−3)
||𝑏⃗𝑎⃗ || = 7
8
||𝑏⃗𝑎⃗ || = 7
⃗
4 4𝑖+2𝑗−4𝑘
𝑎𝑏⃗ = 3 ∙ 6
2
⃗)
𝑎𝑏⃗ = 9 (4𝑖 + 2𝑗 − 4𝑘
8 4 8
⃗
𝑎𝑏⃗ = 9 𝑖 + 9 𝑗 − 9 𝑘
3 2
2. Apabila proyeksi skalar 𝑎 = (−2) terhadap vektor 𝑏⃗ = (𝑛) adalah sepertiga panjang
1 2
vektor 𝑏⃗, carilah kemungkinan nilai 𝑛 yang memenuhi.
Pembahasan:
3
𝑎 = (−2), maka |𝑎| = √(3)2 + (−2)2 + (1)2 = √14
1
2
⃗𝑏 = (𝑛), maka |𝑏⃗| = √(2)2 + 𝑛2 + (2)2 = √8 + 𝑛2
2
35
𝑎 ∙ 𝑏⃗ = (3)(2) + (−2)(𝑛) + (1)(2)
𝑎 ∙ 𝑏⃗ = 8 − 2𝑛
1
Diketahui ||𝑎𝑏⃗ || = 3 |𝑏⃗|, maka:
⃗
𝑎⃗∙𝑏 1
⃗|
|𝑏
= 3 |𝑏⃗|
2
3(𝑎 ∙ 𝑏⃗) = |𝑏⃗|
3(8 − 2𝑛) = 8 + 𝑛2
24 − 6𝑛 = 8 + 𝑛2
𝑛2 + 6𝑛 − 16 = 0
(𝑛 + 8)(𝑛 − 2) = 0
𝑛 = −8 atau 𝑛 = 2
Jadi, nilai 𝑛 yang mungkin adalah −8 atau 2.
36