Fikih proritas adalah istilah islam yanng mengacu pada pemahaman tentang hierarki tindakan atau
perbuatan, dimana perbuatan dilakukan dalam hal mana yang lebih utama atau lebih di dahulukan
dari pada yang lain. Fikih proritas melibtkan penyeimbangan dan penilaian untuk memilih antara
kepentingan-kepentingan yang saling bertentagan. Fikih proritas melibatkan penempatan segala
sesuatu pada tempatnya yang adil, berdasarkann hukum, nilai-nilai dan amalan, dan kemudian
memberikan prioritas yang paling utama berdasarkan kriteria syariah yang benar, yang di berikann
cahaya petunjuk wahyu
Semua orang membutuhhkan fikih proritas baik dalam kehidupan kolektif maupun individu. Semakin
luas wilayah tanggung jawab seseorang semakin luas juga lingkup fikih proritas dan agama.
Terdapat hirarki berjenjang dimana ada yang wajib dilakukan, diikuti dengan yang disunnahkan, yang
sebagian orang tidak mengetahuinya, perhatian terhadap fikih proritas ini adalah salah satu
kebutuhan penting.
Terjemahan:
• Perhatian terhadap seni dan hiburan sering kali diutamakan dari pada ilmu pengetahuan dan
pendidikan.
• Perhatian terhadap kebugaran fisik ditempatkan di atas perhatian terhadap kebugaran mental.
• Tokoh-tokoh terkenal dalam masyarakat bukanlah ilmuwan, penulis, pemikir, atau da'i, melainkan
mereka yang disebut sebagai seniman, pemain sepak bola, dan sejenisnya.
Fikih Keseimbangan didasarkan pada prinsip-prinsip Fikih Prioritas. Prinsip dasar Fikih Keseimbangan
adalah melakukan keseimbangan antara kepentingan, manfaat, dan kebaikan yang diizinkan satu
sama lain, serta melakukan keseimbangan antara kerugian, bahaya, dan kejahatan yang dilarang satu
sama lain. Fikih Keseimbangan juga mencakup melakukan keseimbangan antara kepentingan dan
kerugian, serta antara kebaikan dan kejahatan ketika mereka saling bertabrakan dan saling
bertentangan.
Dalam Fikih Prioritas, tugasnya adalah menentukan urutan prioritas antara perbuatan atau tindakan
yang berbeda berdasarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip syari'ah yang benar. Sedangkan dalam Fikih
Keseimbangan, fokusnya adalah menemukan keseimbangan yang tepat antara berbagai manfaat dan
kerugian yang ada dalam konteks tertentu.
Keseimbangan antara kepentingan-kepentingan yang ada terdiri dari tiga tingkatan utama, seperti
yang telah ditetapkan oleh para ahli ushul fiqh. Ketiga tingkatan tersebut adalah:
• Darurat (Ad-Daruriyat): Hal-hal yang diperlukan untuk kelangsungan hidup.
• Keperluan (Al-Hajiyyat): Hal-hal yang dapat menjaga kehidupan, meskipun dengan kesulitan dan
keterbatasan.
• Perbaikan (At-Tahsiniyat): Hal-hal yang memperindah kehidupan dan memberikan nilai tambah,
yang disebut juga sebagai "kemewahan".
Darurat merujuk pada hal-hal yang menjadi kebutuhan utama yang tidak dapat diabaikan karena
mereka adalah penentu kelangsungan hidup seseorang. Keperluan merujuk pada hal-hal yang bisa
hidup tanpanya, meskipun dengan kesulitan dan keterbatasan. Sedangkan perbaikan merujuk pada
hal-hal yang memperindah kehidupan dan memberikan nilai tambah, yang disebut juga sebagai
"kemewahan".
Demikianlah penjelasan mengenai tiga tingkatan utama dalam penentuan prioritas antara
kepentingan-kepentingan yang ada.
• Agama.
• Jiwa.
• Keturunan.
• Akal.
• Harta.
Beberapa ulama juga menambahkan aspek keenam yaitu: Kehormatan (al-'Ardh).
Demikianlah penjelasan mengenai aspek-aspek darurat yang diakui oleh para ulama.