&
MANUSIA KERAGAMAN DAN KESETARAAN
DOSEN PENGAMPU:
Ir. Elisabeth Rita Marlien Meray MS
Peradaban sebagai produk yang bernilai tinggi, halus, indah, dan maju
menunjukkan bahwa manusia memanglah merupakan makhluk yang memiliki
kecerdasan, keberadaban, dan kemauan yang kuat. Ma- nusia merupakan makhluk
yang beradab sehingga mampu menghasilkan peradaban. Di samping itu, manusia
sebagai makhluk sosial juga mampu menciptakan masyarakat yang beradab.
Adab artinya sopan. Manusia sebagai makhluk beradab artinya pribadi manusia
itu memiliki potensi untuk berlaku sopan, berakhlak, dan berbudi pekerti yang
luhur. Sopan, berakhlak, berbudi pekerti yang luhur menunjuk pada perilaku
manusia, Orang yang beradab adalah orang yang berkesopanan, berakhlak, dan
berbudi pekerti luhur dalam: perilaku, termasuk pula dalam gagasan-gagasannya.
Manusia yang be- radab adalah manusia yang bisa menyelaraskan antara cipta,
rasa, dan karsa. Kaclan (2002) menyatakan manusia yang beradab adalah manusia
yang mampu melaksanakan hakikatnya sebagai manusia (monopluralis secara
optimal). Kebalikannya adalah manusia yang biadab atau dikenal dengan istilah
barbar. Secara sempit, orang yang biadab diartikan sebagai orang yang
perilakunya tidak sopan, tidak berakhlak, dan tidak memiliki budi pekerti yang
mulia. Orang yang biadab juga tidak mampu menyeim- bangkan antara cipta, rasa,
dan karsanya sebagai manusia. Misalnya, kemampuan cipta manusia dalam
membuat senjata digunakan untuk saling membunuh antarsesama. Pada
hakikatnya, manusia adalah makhluk yang beradab sebab dia- nugerahi harkat,
martabat, serta potensi kemanusiaan yang tinggi. Namun, dalam
perkembangannya manusia bisa jatuh dalam perilaku kebiadaban karena tidak
mampu menyeimbangkan atau mengendalikan cipta, rasa, dan karsa yang
dimilikinya. Manusia tersebut telah melanggar hakikat kemanusiaannya sendiri.
Manusia sebagai makhluk sosial membentuk persekutuan-perseku- tuan hidup,
yaitu masyarakat. Manusia beradab pastilah berkeinginan membentuk masyarakat
yang beradab. Terbentuklah masyarakat beradab atau berkeadaban.
Peradaban merupakan tahapan dari evolusi budaya yang telah berjalan bertahap
dan berkesinambungan, memperlihatkan karakter yang khas pada tahap tersebut,
yang dicirikan oleh kualitas tertentu dari unsur budaya yang menonjol, meliputi
tingkat ilmu pengetahuan, seni, teknologi, dan spiritualitas yang tinggi. Sebagai
contoh, peradaban Mesir Kano tercermin dari hasil budaya yang tinggi dalam
sosok bangunannya (piramid, obeliks, spinx) yang terkait dengan ilmu bangunan,
tulisan, serta gambar yang memperlihatkan tahap budaya. Contoh lainnya.
Tentang peradaban Cina Kuno, yang juga menampakkan tingkat ilmu.
Pengetahuan dan teknologi tinggi dalam hal tulisan yang menjadi ciri budaya
setempat. Peradaban kuno di Indonesia menghasilkan berbagai bangunan seni
yang bernilai tinggi, seperti Candi Borobudur, Prambanan, dan lain-lain.
Selanjutnya Suparlan mengutip Fay (1996), Jary dan Jary (1991). Watson
(2000) dan Reed (ed. 1997) menyebutkan bahwa multikulturalisme ini akan
menjadi acuan utama bagi terwujudnya masyarakat multikultural, karena
multikulturalisme sebagai sebuah ideologi akan mengakui dan mengagungkan
perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan.
Dalam model multikulturalisme ini, sebuah masyarakat (termasuk juga
masyarakat bangsa seperti Indonesia) mempunyai sebuah kebudayaan yang
berlaku umum dalam masyarakat tersebut yang coraknya seperti sebuah mosaik.
Di dalam mosaik tercakup semua kebudayaan dari masyarakat-masyarakat yang
lebih kecil yang membentuk terwujudnya masyarakat yang lebih besar, yang
mempunyai kebudayaan seperti sebuah mosaik, Dengan demikian,
multikulturalisme diperlukan dalam bentuk tata kehidupan masyarakat yang
damai dan harmonis meskipun terdiri dari beraneka ragam latar belakang
kebudayaan.
Sumber: