Anda di halaman 1dari 36

Parameter Sambaran Petir

1. Kerapatan sambaran ke tanah (Ng), yaitu jumlah


sambaran/ Km2 / tahun.
2. Distribusi arus sambaran (crest current distribution)
untuk sambaran yang pertama dan sambaran petir
berikutnya.
3. Bentuk gelombang sambaran petir yang pertama dan
sambaran selanjutnya.
4. Hubungan yang mungkin ada antara parameter-
parameter di atas.
Tingkat Keraunik (IKL) Atau Hari Guruh
Pertahun
• Tingkat Isokeraunik adalah jumlah hari guruh dalam
satu hari rata-rata dalam setahun.
• Tingkat Keraunik adalah statistik yang besarnya
tergantung pada kemampuan mendengar guruh oleh
pengamat-pengamat dan pencatat keadaan cuaca.
Setelah tingkat keraunik dimana jaringan transmisi berada
diketahui, maka dapat ditentukan jumlah sambaran ke
tanah menggunakan rumus:
N = 0.15 x T
N= jumlah kilat ke tanah/ Km2 dalam 1 tahun
T= tingkat keraunik
Hari guruh maksimum di beberapa negara:
 Eropa : 30 hari guruh
 Amerika : 100 hari guruh
 Jepang : 80 hari guruh
 Korea : 80 hari guruh
 Australia : 80 hari guruh
 Indonesia : 200 hari guruh
Gangguan Karena Petir

• Petir yang menyambar SUTT menimbulkan


gelombang berjalan yang dapat menimbulkan
back-flashover.
• Petir merupakan surja listrik yang mengenai
SUTT.
• Surja listrik yang berasal dari pengoperasian
PMT (karena switching) dikenal dengan surja
hubung.
• Pada sistem STT (115 kV-285 kV) permasalahan
akibat surja petir lebih mendominasi
dibandingkan akibat surja hubung.
• Pada sistem SUTET (>300 kV) permasalahan
akibat surja hubung lebih mendominasi
ketimbang akibat dari surja petir.
Hal ini disebabkan karena pada sistem SUTET
arus kapasitif yang dihasilkan oleh kapasitansi
isolasi lebih besar.
Gangguan Petir dan Angka Keluar
• Gangguan ancaman petir dibagi menjadi 2:
1. Gangguan akibat sambaran langsung terdiri dari:
a. gangguan kilat pada kawat tanah.
b. gangguan kilat pada kawat fasa/ kegagalan
perisaian.
2. Gangguan kilat tidak langsung atau Induksi.

Pada SUTT, gangguan akibat sambaran induksi sangat kecil


kemungkinannya. Untuk saluran distribusi tegangan
menengah, sambaran induksi ini banyak mengakibatkan
gangguan.
Untuk keperluan perhitungan, gangguan kilat pada kawat
tanah dibagi menjadi tiga macam tergantung tempat
dimana kilat menyambar kawat tanah:
1. Gangguan kilat pada menara transmisi.
2. Gangguan kilat pada seperempat gawang.
3. Gangguan kilat pada pertengahan gawang.
Jadi dengan rumus, jumlah gangguan dapat dinyatakan:
No = NSF + Nt + Nq + Nm
No = jumlah gangguan kilat pada saluran transmisi
NSF = jumlah kegagalan perisaian
Nt = jumlah gangguan kilat pada menara
Nq = jumlah gangguan kilat pada seperempat gawang
Nm = jumlah gangguan kilat pada setengah gawang
Penangkapan Kilat Oleh Jaringan Transmisi

W = (b + 4h1,09) meter
b = jarak pemisah antara kedua kawat tanah (bila kawat tanah hanya
satu, b=0)
h = tingkat rata-rata kawat tanah diatas tanah=ht-2/3 andongan
ht= tinggi kawat tanah pada menara
*semua dalam satuan meter
Sesuai dengan keadaan geometris lintasan saluran
transmisi, Whitehead telah membagi lintasan menjadi tiga
jenis, yakni datar, bergelombang dan bergunung-gunung.
Tinggi rata-rata kawat diatas tanah untuk tiga macam
lintasan:
a. Tanah datar:

b. Tanah bergelombang:

c. Tanah bergunung-gunung:

Jadi luas bayang-bayang untuk 100km panajang saluran


transmisi
Jumlah Sambaran Kilat ke Bumi
Dengan menggunakan rumusan pada tabel 2.1 untuk
Indonesia jumlah sambaran kilat ke bumi digunakan 0,15
IKL. Sehingga untuk jumlah sambaran pada saluran
transmisi sepanjang 100 km adalah:
NL = N.A
Atau
NL = 0,015.T.(b+4h1,09)sambaran/ 100km
NL = jumlah denyar petir ke jaringan/ 100km dalam 1
tahun
T = tingkat keraunik dalam jumlah guruh perhari
pertahun
Lompatan Api dan Busur Api
Besar tegangan yang timbul pada isolator transmisi
tergantung pada kedua parameter kilat, yaitu puncak dan
kecuraman muka gelombang kilat.
Terjadinya lompatan api bila saluran disambar kilat
tergantung dari besar tegangan yang timbul dan melebihi
kekuatan impuls V50% isolator.
Makin tinggi tegangan kerja sistem transmisi makin besar
gradien tegangan, dengan demikian semakin besar pula
probabilitas peralihan lompatan api menjadi busur api.
Untuk sistem transmisi besar probabilitas tersebut diambil
sesuai dengan kelas tegangannya:
 SUTT sampai dengan 230 kV : ƞ = 0,85
 SUTET dan SUTUT : ƞ = 1,0
Jumlah gangguan pada saluran tergantung dari:
a. Jumlah sambaran pada saluran, NL
b. Probabilitas terjadinya lompatan api, PFL
c. Probabilitas peralihan lompatan api menjadi busur api,
ƞ
Jadi besar probabilitas terjadinya gangguan dapat ditulis:
No = 0,015.T.(b + 4h1,09).PFL.ƞ
Angka Gangguan Petir Pada Menara
Nt = (0,85).(0,6).NL.PFL
Nt = jumlah gangguan petir pada menara per 100km/tahun
NL = jumlah sambaran petir pada saluran transmisi 100km
PFL = probabilitas terjadinya denyar balik saluran transmisi
100km
Untuk menghitung angka keluar dari jaringan yang terbagi
dalam beberapa seksi, mempunyai rumusan:

Nt(total) = total angka gangguan/ 100 Km2 / tahun


L = total panjang saluran
Nm = angka gangguan pada seksi n
Ln = panjang saluran pada seksi n
Angka Gangguan Pada Seperempat Jarak dan Setengah
Jarak dari Menara SUTT 150 kV

y = tinggi kawat
tanah di atas tanah
y’ = tinggi kawat
fasa di atas tanah
do = andongan
maksimum kawat
tanah
do’ = andongan
maksimum kawat fasa
b = jarak vertikal
antara kawat tanah
dan kawat fasa
bm = jarak vertikal
kawat tanah dan
kawat fasa di ½
gawang
bq = jarak vertikal
kawat tanah dan
kawat fasa di ¼
gawang
* Semua dalam satuan meter
Jarak sambaran merupakan fungsi muatan. Sedangkan
muatan berbanding lurus dengan arus dan waktu.
Q=i.t
Dimana :
Q = muatan (coulomb)
i = arus (ampere)
t = waktu (sekon)

Makin besar muatan yang terkumpul di awan maka makin


besar jarak sambaran.
Dapat dinyatakan dengan persamaan :
1. Menurut Love
S = 10 I 0,65
2. Menurut White-head
S = 8 I 0,65
Dimana :
S = jarak sambaran (m)
I = arus petir (kA)
Dari persamaan di atas dapat diketahui :

I= 1/0,65

Atau
I= 1/0,65
Untuk menghitung gangguan akibat kegagalan perisaian
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menghitung tinggi rata-rata kawat tanah dan kawat
fasa di atas tanah :
Tinggi rata-rata kawat tanah =
Yg = hg – 2/3 (hg – hgw)
Dimana,
hg – hgw = sag (andongan)
Jadi, Yg = hg – 2/3 sag

Tinggi rata-rata kawat fasa =


Yø = hø – 2/3 (hø – høw)
Dimana,
hø – høw = sag (andongan)
Jadi, Yø = hø – 2/3 sag

2. Menghitung tegangan lompatan api dari isolator.


Pada perhitungan kegagalan perisaian besar tegangan yang
diterapkan, diambil 1,8 kali tegangan lompatan api pada 6μs.
V50% = (K1 + ) x 103 kV

Dimana,
K1 = 0,4 W
K2 = 0,71 W
W = panjang isolator renteng (m)
t = waktu tembus/waktu lompatan api isolator (μS)

3. Menghitung radius selubung korona.

R ln (2Yø /R) = V50% /E0


Dimana,
E0 = batas gradien korona (1500 kV/m)
R = radius amplop korona (m)
Yø = tinggi rata-rata kawat fasa di atas permukaan
tanah (m)
4. Menghitung radius ekivalen kawat tunggal dari kawat berkas
tanpa korona.
Untuk kawat berkas yang terdiri dari 4 sub-konduktor :
reki =
reki =

reki =

Dimana :
r = jari-jari konduktor (m)
S = Jarak bundle/berkas (m)
1 2 1 2
1 2

3 4 3

5. Menghitung radius korona dari bundle conductor.


Rc = R + reki
6. Menghitung impedansi surja kawat fasa (bundle conductor)

Zø = 60 Ω
Konduktor berkas 4 kawat
(quadruple)
7. Menghitung arus petir minimum yang mengakibatkan lompatan
apai karena kegagalan perisaian.

Imin = (kA)

8. Menghitung jarak sambaran minimum.


Smin = 8 Imin 0,65 (m)

Atau,
Smin = 10 Imin 0,65 (m)

9. Menghitung lebar daerah yang tidak terlindung.


Harga koefisien β yang disarankan oleh Anderson :
β = 1 (SUTT)
β = 0,87 (SUTET)
β = 0,67 (SUTUT)
Dimana,
Yø = tinggi rata-rata kawat fasa (m)
Yg = tinggi rata-rata kawat tanah (m)
S diambil dari jarak sambaran minimum (m)
Y
xg OHGW

KONDUKTOR FASA

F dihitung dengan
menggunakan teorema
Pytagoras :

F=

yg yø
Y
xg OHGW

KONDUKTOR FASA

F dihitung dengan menggunakan


teorema Pytagoras :

F=

yg yø
10. Menghitung jarak sambaran maksimum
11. Menghitung I maks.
1/0,65
I maks = (kA)

Atau, 1/0,65
(kA)
I maks =

12. Menghitung probabilitas arus sama atau melebihi I min dan I maks
P min = e – Imin/34
P maks = e – Imaks/34
13. Menghitung jumlah gangguan karena kegagalan perisaian.
Untuk Indonesia :
NSF = 0,015 IKL Xs (P min - P maks) gangguan/100 km/tahun
BACK FLASHOVER
Terjadi jika petir menyambar kawat tanah, dan kawat tanah tidak
dapat menyalurkan arus dengan baik, dapat disebabkan karena
sistem pengetanahan mengambang (kawat pengetanahan dicuri
atau tahanan tanah terlalu besar) maka arus akan mengalir dari
kawat tanah (bagian yang tidak bertegangan) ke bagian yang
bertegangan (kawat fasa).

FLASH OVER
Terjadi karena kegagalan perisaian sehingga petir langsung
menyambar ke kawat fasa. Maka arus akan mengalir dari bagian
yang bertegangan (kawat fasa) ke bagian yang tidak bertegangan
(kawat tanah).
TERIMA KASIH......................

Anda mungkin juga menyukai