Anda di halaman 1dari 14

PENGENDALIAN BANJIR GENANGAN DENGAN

SISTEM SUMUR RESAPAN

oleh :

Moh. Agus Maulana Yusuf¹, Damar Susilowati², Heny Purwanti³

Abstrak

Perumahan Purimas 2 yang berlokasi di desa Pasir Jambu Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor dibangun diatas
lahan bekas persawahan dan kebun, menjadikan suatu kebutuhan untuk memenuhi sarana dan prasarana warga
masyarakat yang semakin meningkat. Pembangunan perumahan yang dilaksanakan diatas lahan seluas 24.873 m²
dengan hanya menyisakan area lahan terbuka sekitar 10.003,03 m² atau sekitar 40,21% (milik PT. Lentera Mas
Perkasa) memberikan dampak yang sangat Vital. Yaitu berkurangnya daerah resapan air atau cadangan air tanah
karena tertutupnya lahan tempat meresapnya air oleh bahan seperti oleh : aspal,beton,atap bangunan dan
sebagainya, sehingga mengakibatkan semakin besarnya debit limpasan air hujan. Oleh karena itu untuk
menanggulanginya perlu di buatkan sumur resapan. Sumur resapan adalah sarana yang berfungsi hampir sama
dengan taman yaitu sebagai media untuk memasukan debit limpasan kedalam tanah untuk menjaga persediaan air
tanah. Salah satu cara untuk menganalisa atau mengkaji cara konservasi air tanah melalui sumur resapan adalah
dengan menghitung debit limpasan dari perumahan (Q1) menghitung debit limpasan dari curah hujan maksimum
untuk periode 10 tahun (Q2) Menghitung dan merancang sumur resapan berdasarkan debit limpasan (Q1+Q2)
dikurangi debit aliran yang tertampung di saluran drainase. Untuk merancang desain sumur resapan diantaranya
dengan menggunakan metode Sunyoto dan metode SNI 1991.

Dalam proses perhitungan / analisis hasil yang diperoleh untuk debit limpasan menghasilkan voluime sebesar
0,189708328 m³/s. Jika menggunakan metode Sunyoto diperlukan hasil perhitungan debit limpasan, sedangkan
apabila menggunakan Metode SNI diperlukan intensitas hujan. Dari hasil perhitungan / analisis ternyata ada
perbedaan. Untuk menampung debit limpasan metode Sunyoto menghasilkan dimensi yang lebih kecil serta
jumlah sumur resapannya lebih sedikit, contoh : untuk bangunan toko luas bangunan 120 m2 hanya dibutuhkan
sumur resapan sebanyak 1 bh, sedangkan jika menggunakan metode SNI untuk bangunan toko dengan luas yang
sama dibutuhkan sumur resapan sebanyak 3 bh. Sehingga metode Sunyoto akan lebih hemat terutama dari segi
biaya dan lebih efisien. Untuk area taman dan gardu listrik tidak diberi sumur resapan sebab masih berfungsi
sebagai daerah resapan air yang bagus.

Kata kunci : Debit limpasan,intensitas hujan,sumur resapan

1. PENDAHULUAN pembangunan perumahan harus memenuhi


persyaratan. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
Daerah resapan adalah daerah yang mempunyai sebesar 60 % bangunan dan 40 % lahan terbuka,
kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan, sementara untuk ruko dan rumah kantor adalah 50%
sehingga merupakan suatu tempat pengisian air bangunan dan 50% lahan terbuka. KDB adalah angka
kedalam tanah yang berguna sebagai sumber air. perbandingan jumlah luas lantai dasar dengan lahan
Daerah resapan mempunyai fungsi sebagai pengatur yang ada.
cadangan air tanah dan pencegah banjir di kawasan
permukaan baik di perkotaan maupun di pedesaan. Taman merupakan salah satu daerah resapan yang
Berkurangnya daerah resapan akan meningkatkan banyak dijumpai di lingkungan sekitar, namun seiring
debit limpasan. Pemerintah daerah Kabupaten Bogor dengan banyaknya pertumbuhan penduduk maka
berusaha tetap menjaga daerah resapan air agar tetap semakin meningkat pula kebutuhan manusia akan
cukup walaupun pembangunan terutama bidang sarana dan prasarana seperti rumah tinggal, jalan
perumahan semakin banyak yang menyebabkan raya, pusat perbelanjaan (mall),pusat pendidikan dan
berkurangnya daerah resapan air terus berjalan. sebagainya sehingga mengakibatkan hilangnya
Pemerintah Kabupaten Bogor menetapkan sebagian fungsi daerah resapan air, begitu pula yang

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik – Unpak 1


terjadi di daerah/lokasi perumahan Purimas 2 2.2.2 Faktor Geometrik (F)
Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor.
Pembangunan diatas lahan kosong bekas lahan Menurut metode SNI tahun 1991 Faktor geometrik
persawahan dan kebun menjadi kebutuhan untuk adalah faktor koreksi berdasarkan bentuk sumur.
sarana dan prasarana warga. Siteplan Perumahan Berikut adalah rumus untuk menghitung faktor
Purimas 2 menggambarkan adanya pembangunan geometrik :
perumahan diatas lahan sekitar 24.873 m² dengan
menyisakan area lahan terbuka sekitar 10.003,03 m² 1. Tipe 1.
atau 40,21% ( milik PT. Lentera Mas Perkasa). Bentuk sumur tipe 1 adalah sumur resapan yang
mengandalkan sisi bawah sebagai media
2. TINJAUAN PUSTAKA meresapnya air kedalam tanah. Sekeliling badan
lubang ditutup dengan plesteran beton, dengan
2.1 Konservasi Sumber Daya Air Tanah tujuan untuk mengurangi resiko longsor. Bentuk
sumur resapan tipe 1 ditunjukan pada gambar. 2.1
Air tanah merupakan suatu sumber daya air yang
dapat diperbaharui, bahkan air adalah suatu
sumberdaya alam yang tidak ada habisnya. Namun
akibat dari ulah manusia, maka cadangan air tanah
semakin berkurang. Hal ini di sebabkan berkurangnya
pasokan air hujan yang masuk kedalam tanah.
Pembangunan dan tutupan lahan yang berpotensi
sebagai daerah resapan air menjadi penyebab utama
berkurangnya kuantitas dan kualitas sumber daya air Gambar 2.1. Sumur Resapan Tipe 1
yang ada selain adanya pemakaian sumberdaya air
tanah untuk kebutuhan sehari-hari dengan berlebihan. Faktor geometrik sumur resapan tipe 1 dihitung
Air hujan yang turun sebagian besar masuk kesaluran dengan persamaan (2-1).
dan langsung mengalir ke sungai. Selain F = 2 x r ………………(2-1)
menyebabkan berkurangnya debit air yang masuk F = faktor geometrik.
ketanah, resiko banjirpun semakin besar. r = jari-jari sumur resapan (m).

2.2 Sumur Resapan


2. Tipe 2
Sumur resapan air tanah adalah salah satu upaya Bentuk sumur tipe 2 adalah sumur resapan yang
untuk meningkatkan imbuhan air tanah, disamping mengandalkan sisi bawah dan setengah sisi
itu manfaat yang sangat berguna adalah dapat sampingnya sebagai media meresapnya air kedalam
mengurangi banjir akibat limpasan air permukaan. tanah. Setengah keliling badan lubang ditutup dengan
Pembiayaan yang secara relative dan tidak terlalu pasangan bata dengan tujuan untuk mengurangi
tinggi, idealnya pengadaan sumur resapan ini dapat resiko longsor, bentuk umur resapan tipe 2 di
dilakukan oleh setiap pembangunan satu rumah tunjukkan pada gambar, 2-2 sebagai berikut :
tinggal.

2.2.1 Permeabilitas tanah

Semua jenis tanah bersifat lolos air, dimana air


dapat mengalir melalui ruang-ruang kosong yang
terdapat diantara butiran-butiran tanah. Sehingga
dapat dikatakan bahwa permeabilitas adalah
kemampuan tanah untuk meloloskan air dalam
satuan waktu. Pengujian permeabilitas dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu diantaranya
dengan cara ring infiltrometer, falling head, dan
lain-lain
Gambar 2.2. Sumur Resapan Tipe 2

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik – Unpak 2


Faktor geometrik sumur resapan tipe 2 dihitung 1) Metode SNI.
dengan persamaan (2-2). Perancangan sumur resapan mengikuti metode SNI
no. 03-2459-1991 tentang : “ Perencanaan sumur
resapan “ yang dikeluarkan oleh Departemen
Pemukiman dan Prasarana Wilayah adalah :
berbentuk segi empat atau silinder, dengan ukuran
minimal diameter 0,8 meter dan maksimal 1,5 meter
dengan kedalaman disesuaikan dengan tipe
konstruksi yang dibutuhkan, adapun cara
Dengan : perhitungannya dihitung dengan persamaan (2-4).
F = faktor geometrik.
L = panjang resapan samping (m). 𝐷 . 𝑖. 𝐴𝑡 − 𝐷 . 𝐾 . 𝐴𝑠
R = jari-jari sumur resapan (m). 𝐻= … … … . (2 − 4)
𝐴𝑠 + 𝐷 . 𝐾. 𝐿

Dengan :
3. Tipe 3 i = intensitas hujan (m/jam)
Bentuk sumur tipe 3 adalah sumur resapan yang At = luas tadah hujan, berupa atap atau permukaan
mengandalkan sisi bawah dan sampingnya sebagai tanah yang diperkeras (m2)/
media meresapnya air kedalam tanah. Setengah K = permeabilitas (m/jam)
keliling bahan lubang ditutup dengan plesteran beton L = keliling penampang sumur (m)
dengan tujuan mengurangiresiko longsor. Bentuk A = luas penampang sumur (m2)
sumur resapan tipe 3 ditunjukkan pada Gambar. 2.3 D = durasi hujan (jam)
H = kedalaman sumur (m)

Gambar 2.3. Sumur Resapan Tipe 3

Faktor geometrik sumur resapan tipe 3 dihitung


dengan persamaan (2-3). Gambar 2.4 Gambar kontruksi sumur resapan menurut SNI. 1991

2 πL 2) Metode Sunyoto
𝐹= Persamaan sumur resapan metode Sunyoto dihitung
𝐿 𝐿 dengan
𝑙𝑛 + 1+ ²
2𝑅 2𝑅
𝑄 −𝐹𝐾𝑇
Dengan : 𝐻= 1 − 𝐸 𝜋𝑅 2
𝐹. 𝐾
F = faktor geometrik.
L = panjang resapan samping (m) Dimana :
R = jari-jari sumur resapan (m) H = Tinggi muka air dalam sumur (m)
F = Faktor geometrik (m)
2.2.3 Design konstruksi sumur resapan Q = Debit masuk (m3/s)
T = Waktu pengaliran (s)
Persamaan untuk mendesain sumur resapan K = Koefisien permeabilitas tanah (m/s)
diantaranya yaitu dengan metode SNI no. 03-2459- R = jari-jari sumur (m)
1991 dan Metode Sunyoto.

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik – Unpak 3


2. Keadaan topografi
a) Lahan dengan kemiringan > 15 derajat seharusnya
tidak diizinkan untuk dibuat sumur resapan untuk
menghindari kelongsoran di areal pemukiman
penduduk.
b) Lahan dengan kemiringan 11 – 15 derajat
merupakan lahan dengan sudut kemiringan kritis.
c) Lahan dengan kemiringan < 11 derajat aman dari
kemungkinan bahaya longsor sepanjang sipat
batuannya tidak rawan longsor.

3. Permeabilitas dan muka air tanah


Gambar. 2.5 Sumur resapan metode Sunyoto Permeabilitas tanah yang cocok untuk dijadikan
tempat sumur resapan adalah minimal 2 cm/jam.
Tanah yang mempunyai permeabilitas dibawah dari
2.2.4 Persyaratan umum sumur resapan itu tidak direkomendasikan untuk dibangun sumur
resapan karena tanah tersebut sudah jenuh air dan
Berdasarkan SK SNI no. 03-2459-1991 tentang : “ dapat menyebabkan genangan di dalam sumur.
Perencanaan sumur resapan “ . persyaratan sumur Muka air tanah di lokasi dibangunnya sumur resapan
resapan ditunjukan pada gambar 2.6 (Melinda 2007) harus ( lebih besar ) dari > 3 m.
Tidak
MAT > 3 M 3. METODOLOGI PENELITIAN

Ya
3.1.1 Kondisi Hidrologi dan Data Curah Hujan.

Permeabilitas Tanah > Tidak


Sistem hidrologi yang terdiri dari jaringan sungai dan
2 cm/jam persediaan air tanah merupakan faktor penting dalam
kehidupan. Selain itu pengaruhnya secara langsung
Ya dengan faktor iklim, geologi, vegetasi,dan sungai
yang telah membantu menentukan sifat khas tanah
Jarak Memenuhi Syarat
Tidak dan persediaan kandungan air tanah.

Indonesia dikenal sebagai daerah yang beriklim


Ya tropis, sehingga menjadikan wilayahnya mempunyai
intensitas curah hujan yang sangat tinggi. Kabupaten
Sumur Resapan Air Hujan
Sistem Penampungan Bogor termasuk daerah yang mempunyai intensitas
Air Hujan Terpusat
curah hujan yang sangat tinggi, sehingga daerah
bogor dikenal dengan sebutan kota hujan. Rata-rata
Gambar 2.6. Persyaratan sumur resapan berdasarkan tinggi curah hujan maksimum di wilayah Kabupaten
SK SNI 1991
Bogor mencapai 600 sampai dengan 700
mm/jam/tahun (sumber : BMKG Stasiun Dramaga
1. Persyaratan umum Bogor).Sehingga Menjadikan wilayah Kabupaten
a) Sumur resapan air hujan dibuat pada lahan yang Bogor sebagai daerah yang subur dan sangat cocok
lolos air dan tahan longsor. sebagai daerah pertanian.
b) Sumur resapan air hujan harus bebas dari
pencemaran air limbah. Data curah hujan sangat diperlukan dalam perencanan
c) Air yang masuk ke sumur resapan adalah air suatu pembangunan termasuk untuk merencanakan
hujan. suatu kawasan perumahan. Untuk data curah hujan
d) Daerah sanitasi lingkungan yang buruk, sumur yang dipergunakan dalam melakukan penelitian atau
resapan air hujan hanya menampung dari atap dan studi kasus ini diambil dari stasiun curah hujan yang
disalurkan melalui talang. terdekat yaitu stasiun penakar curah hujan Cibinong
e) Mempertimbangkan aspek hidrogeologi, geologi no. 31 yang berada diwilayah Kecamatan Cibinong.
dan hidrologi. Stasiun penakar curah hujan Cibinong berada

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik – Unpak 4


dibawah pengelolaan UPT Pengairan Dinas Bina
Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor. Ciparigi

Data curah hujan yang diperoleh berupa data jumlah Drainase Perumahan Purimas 2
curah hujan harian dengan jumlah pengamatan yang
digunakan selama 10 tahun, yaitu dari tahun 2003 Karadenan
sampai dengan tahun 2012. (Lihat tabel 3.1)
Ciluar
Tabel 3.1 Curah Hujan Harian Maksimum 10 tahun Stasiun Cibinong
Ciliwung

Keterangan :
Tersier
Sekunder
Primer
Gambar.3.2. Skema Jaringan Sistem Drainase.

3.1.4 Penggunaan Lahan dan Luas Wilayah


Penelitian.

Penggunaan lahan yang dominan diwilayah


kecamatan Sukaraja untuk sekarang ini lebih dominan
kepada pengembangan perumahan yaitu sebesar 58 %
berikutnya adalah lahan pertanian (sawah ataupun
3.1.3 Kemiringan Lahan dan Kondisi Saluran kebun campuran) sebesar 33,50 %, dan penggunaan
Drainase. lahan yang terkecil yaitu industri sebesar 8,50 %
(sumber : Bappeda Kab. Bogor).
Kecamatan Sukaraja termasuk wilayah yang Dalam melaksanakan penelitian ini diperlukan data
mempunyai kemiringan lahan sekitar 0-3%, sebagai berikut :
sedangkan secara keseluruhan wilayah Kecamatan
Sukaraja mempunyai kemiringan yang bervariasi, 1. Luas wilayah penelitian
dari mulai datar sampai yang curam, umumnya Luas wilayah lokasi penelitian adalah sekitar 24.873
membentuk dataran dengan kemiringan antara 0- m² dengan menyisakan area lahan terbuka sekitar
15%, sedangkan kemiringan yang curam 15-25% 10.003,03 m² atau sekitar 40,21% (milik PT. Lentera
tersebar disebagian wilayahnya.(Sumber : Tugas TA. Mas Perkasa). Jumlah unit rumah yang diteliti adalah
Ikhsan Zulfisar 2011). sekitar 204 unit, terdiri dari berbagai type. Data
dapat dilihat dari lampiran siteplan pembangunan
Sistem saluran drainase yang ada pada wilayah perumahan Purimas 2.
penelitian menggunakan saluran terbuka dengan Data siteplan perumahan purimas 2
bentuk penampang segiempat yang terletak
disamping (kiri-kanan) jalan sekitar wilayah
perumahan. Dimensi saluran drainase yang ada di
wilayah studi adalah : panjang 400 m. lebar 0.30 m
kedalaman 0.30 m, dengan beda kontur antara +197
m sampai dengan +200 m.

Aliran saluran drainase dilokasi wilayah studi pada


umumnya mengikuti kondisi tofografi dan
kemiringan lahan yang ada. Seperti yang tampak pada
“ Skema Jaringan Sistem Drainase pada Gambar 3.2.
berikut ini :
Gambar.3.3 Siteplane Perumahan Purimas 2

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik – Unpak 5


2. Metode Penulisan 3.1.5 Mendapatkan debit limpasan lahan
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian perumahan.
ini adalah :
1) Metode Rasional. Debit limpasan lahan perumahan adalah besarnya
Metode Rasional adalah analisis curah hujan Volume curah hujan jam-jaman pada siteplan dengan
maksimum maksudnya untuk memprediksikan luas area seperti rencana, yang pada umumnya
besaran curah hujan maksimum dengan periode diperoleh dengan menggunakan persamaan
ulang tertentu, yang nantinya akan digunakan mononobe.
untuk perhitungan debit banjir rencana dengan
metode empiris. Metode analisis frekwensi yang Debit limpasan lahan dari perumahan yang masuk ke
digunakan adalah : drainase didapat dengan metode rasional, dengan
a) Distribusi Normal terlebih dahulu menghitung variable-variabel yang
b) Distribusi Gumbel diperlukan. Diantaranya :
c) Distribusi Log Pearson III
2) Metode Sunyoto. 1. Intensitas hujan jam-jaman.
3) Metode SNI. Intensitas hujan jam-jaman didapat dengan mengolah
data curah hujan selama beberapa tahun dengan cara
3. Diagram Alir Tahap Penelitian distribusi curah hujan menggunakan metoda normal,
Secara garis besar diagram alir tahap penelitian, Gumbel dan Log Pearson. Yang kemudian dari ketiga
ditunjukan seperti pada gambar 3.4 dibawah ini : metode tersebut dipilih yang paling mendekati
kenyatan yaitu menggunakan uji chi kuadrat.
Mulai

2. Koefisien pengaliran.
Pengumpulan data
1. Primer
Nilai koefisien pengaliran didapat dari tabel koefisien
2. Sekunder pengaliran dengan asumsi jenis penutup
lahan/karakteristik lahan adalah perumahan (multi
Analisis data unit terpisah). Nilai koefisien pengaliran yang
diambil adalah 0,60 [lihat tabel 3.2 Koefisien
Distribusi curah hujan
Pengaliran (C)] untuk lebih mendapatkan faktor
1) Permeabilitas tanah (K)
1) Metode normal
2) Metode log normal
2) Faktor geometrik (F) keamanan yang lebih besar.
Setelah pembangunan
3) Metode gumbel
1) Koefisien pengaliran (C2)
4) Metode log normal
5) Metode Log Pearson III
2) Luas Wilayah (A2)
Tabel 2.1 Koefisien Pengaliran ( C )
6) Metode log Log
Pearson III

Uji distribusi chi-kuadrat

Intensitas hujan jam-jaman (I)


metode mononobe

Debit limpasan metode rasional (Q) = C . I . A


1) Debit limpasan dari perumahan yang masuk ke drainase (Q1)
2) Q1 ditambah curah hujan maksimum untuk periode 10 tahun (Q2)

Rancangan sumur resapan metode sunjoto dan SNI

Debit limpasan dari perumahan yang masuk ke


drainase (Q1) ditambah curah hujan maksimum
untuk periode 10 tahun (Q2)

Selesai

Gambar 3.4. Diagram Alir Tahap Penelitian

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik – Unpak 6


3. Mendapatkan Rancangan Sumur Resapan Tabel 4.1 Data curah hujan maksimum Cibinong
Rancangan sumur resapan dibuat untuk menampung
debit limpasan setelah ditambah curah hujan No Tahun Curah hujan (mm/hari)
maksimum untuk periode 10 tahun. Desain sumur 1 2003 322
repan diperoleh dengan menggunakan metode 2 2004 637
Sunyoto dan SNI dengan data-data variabel sebagai 3 2005 491
4 2006 535
berikut:
5 2007 610
6 2008 509
a) Debit limpasan ini diperoleh setelah menghitung 7 2009 441
debit limpasan perumahan yang masuk ke 8 2010 404
drainase ditambah curah hujan maksimum untuk 9 2011 349
periode 10 tahun. 10 2012 443
b) Permeabilitas (K) Sumber : UPT Pengairan Wilayah Cibinong Dinas Bina Marga dan Pengairan
Kabupaten Bogor
Permeabilitas adalah kemampuan tanah
meresapkan air dalam satuan waktu tertentu. Data
ini diperoleh dengan uji permeabilitas tanah asli 4.1.1 Curah hujan Rancangan
diwilayah siteplan perencanaan dengan cara ring
infiltrometer sebagai berikut : Data curah hujan diolah untuk mendapatkan /
 Siapkan pipa berdiameter 120-100 cm dan menghasilkan curah hujan rancangan dengan
panjang 25 cm. menggunakan 3 metode, yaitu : metoda normal,
 Pipa ditekan dan masukan kedalam tanah metoda Gumbel, dan metoda Log Pearson III.
sedalam 10 cm.
 Masukan air kedalam pipa sampai ketinggian 1. Metode Normal
h. Perhitungan curah hujan rancangan dengan
 Catat penurunan air dalam selang waktu t. menggunakan metode normal ditunjukan pada Tabel
 Masukan kembali air sampai ketinggian awal. 4.2 , sedangkan hasil dari perhitungan curah hujan
 Catat kembali penurunan air dalam selang rancangan dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini.
waktu t.
Pada saat pengujian hendaknya diperhatikan pada Tabel 4.2 Data curah hujan rancangan metode normal
waktu pipa dimasukan kedalam tanah, hendaknya
dilakukan dengan hati-hati untuk mengurangi No Tahun Xi 𝑿𝒊 − 𝑋 (𝑿𝒊 − 𝑋)2
rusaknya struktur tanah. Pipa harus tetap vertikal
1 2003 322 -152.1 23134.41
agar tidak ada rongga antara sisi dalam pipa dan
tanah. 2 2004 637 162.9 26536.41
c) Faktor geometric (F) 3 2005 491 16.9 285.61
Faktor geometric yang digunakan adalah sumur 4 2006 535 60.9 3708.81
resapan tipe 3
5 2007 610 135.9 18468.81
6 2008 509 34.9 1218.01
4. HASIL PEMBAHASAN 7 2009 441 -33.1 1095.61
8 2010 404 -70.1 4914.01
4.1 Perhitungan debit limpasan lahan
9 2011 349 -125.1 15650.01
Data curah hujan maksimum diperoleh dari stasiun 10 2012 443 -31.1 967.21
Penakar curah hujan Cibinong . no.31 UPT Pengairan 4741 95978.9
Wilayah Cibinong Dinas Bina Marga dan Pengairan Sumber : hasil perhitungan curah hujan maksimum,tahun 2013
Kabupaten Bogor, yang merupakan stasiun penakar
curah hujan terdekat dari lokasi penelitian. Data curah Contoh perhitungan curah hujan rancangan sebagai
hujan maksimum tahunan yang diambil adalah dari berikut:
tahun 2003 sampai dengan 2012. Data curah hujan Diketahui :
seperti ditampilkan pada table 4.1. n n = 10 (tahun)
Xi 𝑿𝒊 = 4741 (jumlah curah hujan maksimum selama
10 tahun)
Ditanyakan : 𝑋

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik – Unpak 7


Jawab : Contoh perhitungan curah hujan rancangan sebagai
Contoh Perhitungan Tahun 2003 berikut:
𝑿𝒊 − 𝑋 = 322 − 474,1 = −152,1 Diketahui :
N = 10 (tahun)
Contoh Perhitungan Tahun 2003 Xi = 4741 (jumlah curah hujan maksimum
𝑿𝒊 − 𝑋)2 = (322 − 474,1 )2 = 23134.41 selama 10 tahun)
Ditanyakan : 𝑋
𝑛
1 𝑋𝑖 4741 Jawab :
= = = 474,1
𝑛 10 Contoh Perhitungan Tahun 2003
(𝑋𝑖 −𝑋 )2 95978,9 𝑿𝒊 − 𝑋 = 322 − 474,1 = −152,1
𝑆𝑥 = = = 103,27
𝑛 −1 10−1
Contoh Perhitungan Tahun 2003
(𝑿𝒊 − 𝑋)2 = (322 − 474,1 )2 = 23134.41
Untuk mendapatkan hasil perhitungan dengan 𝑛
𝑋𝑖 4741
1
menggunakan metode normal, maka terlebih 𝑋= 𝑛
= 10
= 474,1
dahulu kita harus memproses / menghitung data (𝑋𝑖 −𝑋 )2 95978,9
curah hujan. Curah hujan yang diambil yaitu 𝑆𝑥 = 𝑛−1
= 10−1
= 103,27
jumlah maksimum dari tiap tahun (contoh tahun
2003, Xi = 322 mm), setelah itu dijumlahkan Substitusi persamaan 𝑋𝑇 = 𝑋 + 𝑘. 𝑆𝑥 , selanjutnya
selama 10 tahun (n) hasil perhitungan ditunjukkkan pada Tabel 4.5
Substitusi persamaan 𝑋𝑇 = 𝑋 + 𝑘. 𝑆𝑥 , sebagai berikut :
selanjutnya hasil perhitungan ditunjukkkan pada
Tabel 4.5 Data curah hujan rancangan metode gumbel
Tabel 4.3 sebagai berikut : Periode
X k Sx Hujan Rancangan (Rt)
ulang
Tabel 4.3 Hasil perhitungan curah hujan rancangan metode normal
Periode 5 474.1 1.057 103.27 583.25639
𝑋 k Sx Hujan Rancangan (Rt)
Ulang 10 474.1 1.847 103.27 664.83969
5 474.1 0.84 103.27 560.8468
Sumber : Hasil Analisa, 2013

10 474.1 1.28 103.27 607.2856 *Nilai k dapat dilihat dai tabel k distribusi Gumbel,
Sumber : Hasil Analisa , 2013 terlampir
*Nilai k dapat dilihat dari tabel k distribusi normal,
terlampir. 3. Metode Log Pearson
Perhitungan curah hujan rancangan dengan
menggunkan metoda Log Pearson III diunjukan pada
2. Metode Gumbel tabel 4.6, sedangkan untuk hasil dari perhitungan
Perhitungan curah hujan rancangan dengan curah hujan rancangan metode Log Pearson III
menggunakan metode Gumbel di tunjukan pada tabel ditunjukan pada tabel 4.7 berikut ini :
4.4, sedangkan hasil perhitungan Curah hujan Tabel 4.6 Hasil Perhitungan curah hujan rancangan metode Log Person III
rancangan metode Gumbel data dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.4 Perhitungan curah hujan rancangan metode Gumbel
No Tahun Xi 𝑿𝒊 − 𝑋 (𝑿𝒊 − 𝑋)2
1 2003 322 -152.1 23134.41
2 2004 637 162.9 26536.41
3 2005 491 16.9 285.61
4 2006 535 60.9 3708.81
5 2007 610 135.9 18468.81
6 2008 509 34.9 1218.01
7 2009 441 -33.1 1095.61
8 2010 404 -70.1 4914.01
9 2011 349 -125.1 15650.01
10 2012 443 -31.1 967.21
Sumber : Hasil Analisa, 2013
4741 95978.9
Sumber : Hasil analisa 2013

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik – Unpak 8


Contoh perhitungan curah hujan rancangan sebagai Tabel 4.8 Data awal perhitungan chi kuadrat
berikut:

Diketahui :
n = 10 (tahun)
𝑿𝒊 = 4741 (jumlah curah hujan maksimum
selama 10 tahun)

Ditanyakan :
Jawab :

Contoh Perhitungan Tahun 2003


𝐿𝑜𝑔 𝑋 = 𝐿𝑜𝑔 322 = 2,51
(log 𝑥- log 𝑥 ) = (2,51 – 2,667) = -0,158 Sumber : Hasil Analisa, 2013
(log 𝑥- log 𝑥 )2 = (2,51 – 2,667)2 = 0.025121 Contoh perhitungan chi kuadrat sebagai berikut:
(log 𝑥- log 𝑥 )3 = (2,51 – 2,667)3 = -0.003982 Diketahui :
log 𝑥 =
log 𝑥
=
26,66
= 2,667 N = 10 (tahun)
𝑛 10 M = Urutan Tahun Pengamatan
N = Jumlah Keseluruhan Tahun Pengamatan
(log 𝑥−log 𝑥)2 0,08408 𝑿𝒊 = 4741 (jumlah curah hujan maksimum selama
𝑆 log 𝑥 = = = 0,0967
𝑛−1 10−1 10 tahun)
Ditanyakan :
𝑛( 𝑛1 (log 𝑥−log 𝑥 )2 10 x (−0,00148 )
𝐶𝑠 = = = Jawab :
𝑛−1 𝑛−2 𝑆log 𝑥 3 10−1 10−2 x 0,9667 3
−0,2276 𝑛
1 𝑋𝑖 4741
𝑋= = = 474,1
𝑛 10

log 𝑥 26,66
Substitusi persamaan 𝑋 = 𝐿𝑜𝑔 𝑋 + 𝑘. 𝑆 𝑙𝑜𝑔𝑥 , log 𝑥 = = = 2,667
𝑛 10
selanjutnya hasil perhitungan ditunjukkkan pada
Tabel 4.7 sebagai berikut : Contoh Perhitungan Tahun 2003
𝑿𝒊 − 𝑋 = 322 − 474,1 = −152,1
Tabel 4.7 Data curah hujan rancangan metode Log Person III
Contoh Perhitungan Tahun 2003
Periode Hujan Rancangan
(𝑿𝒊 − 𝑋)2 = (322 − 474,1 )2
𝐿𝑜𝑔 𝑋 k 𝑆 𝑙𝑜𝑔𝑥 = 23134.41
Ulang (Rt)
P = m/(N+1) = 1/(10+1) = 0,09
5 2.667 0.85 0.0967 561.88
10 2.667 1.26 0.0967 604.22 Dari hasil perhitungan, nilai peluang (P) terkecil
adalah 0.09 dan terbesar adalah 0.91. Agar data dapat
* Nilai k dapat dilihat dai tabel k distribusi Log di bagi menjadi 5 grup, maka diambil range nilai
Pearson III, terlampir peluang 0,2 yaitu : 0,2; 0,4; 0,6; dan 0,8. Penentuan
nilai k dapat dilihat pada lampiran. Perhitungan grup
kelas nilai Xi dilihat pada tabel 4.9 berikut ini :
4.1.2 Uji Chi kuadrat curah hujan rancangan
Tabel 4.9 Perhitungan batas grup
Untuk memilih distribusi mana yang akan di gunakan
dalam perhitungan selanjutnya, maka perlu dilakukan Range peluang k Nilai Xi Nilai Log Xi
pengujian statistik terhadap data dengan
menggunakan metode chi kuadrat. Perhitungan data 0.8 -0.84 387.35 2.5852
awal untuk uji chi kuadrat metode normal, Gumbel 0.6 -0.25 448.28 2.6422
dan Log Pearson III di tunjukan pada tabel 4.8 berikut 0.4 0.25 499.92 2.6905
ini.
0.2 0.84 560.85 2.7475
Sumber : Hasil Analisa, 2013

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik – Unpak 9


𝐺𝑟𝑢𝑝 𝐺 = 5 𝑔𝑟𝑢𝑝 Perhitungan chi kuadrat menghasilkan bahwa semua
𝑁 distribusi curah hujan dapat digunakan, untuk
𝐸𝑖 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝐺𝑟𝑢𝑝
10
mendapatkan keamanan yang semakin tinggi maka
𝐸𝑖 = 5 =2 dipilih curah hujan periode ulang tahunan yang
𝑅 =2 terbesar dari ketiga distribusi tersebut. Data curah
Derajat kebebasan (dk) = G – R – 1 hujan periode ulang tahunan setelah didistribusikan
Derajat kebebasan (dk) = 5 – 2 – 1 = 2 dapat dilihat pada tabel 4.13 sebagai berikut :

Hasil perbandingan menunjukan bahwa distribusi


1) Uji chi kuadrat metode Normal Gumbel menghasilkan curah hujan yang paling
Perhitungan uji chi kuadrat terhadap distribusi normal maksimum, sehingga digunakan dalam perhitungan
dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini. selanjutnya.

Tabel 4.10 Perhitungan Chi Kuadrat metode Normal Tabel 4.13 Perbandingan curah hujan periode ulang tahunan

No Nilai batas sub grup


jumlah
Ei Oi-Ei (Oi-Ei)2/Ei PUH Distribusi Distribusi Distribusi log
data (oi) (Tahun) Normal gumbel person III
1 < 387.35 2 2 0 0
2 387.35 < x < 448.28 3 2 1 1 5 560.8468 583 561.8795
3 448.28 < x < 499.92 1 2 -1 -1
4 499.92 < x < 560.85 2 2 0 0 10 607.2856 665 604.2200
5 > 560.85 2 2 0 0 Sumber : Hasil Analisa, 2013
Jumlah 10 Chi kuadrat 0
Sumber : Hasil Analisa, 2013
4.1.3 Intensitas hujan jam-jaman
Berdasarkan hasil perhitungan Chi Kuadrat metode
normal diperoleh C Menghitung intensitas hujan jam-jaman maka
digunakan persamaan mononobe sebagai berikut :
2 3
2) Uji chi kuadrat metode Log Pearson III 𝑅24 24
Perhitungan uji chi kuadrat terhadap distribusi Log 𝐼=
24 𝑇𝑐
Pearson dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini: Dimana :
I = intensitas hujan jam-jaman (mm/jam)
Tabel 4.11 Perhitungan chi kuadrat metode log person III R24 = curah hujan maksimum harian dalam 24 jam
jumlah (Oi-
No Nilai batas sub grup
data (oi)
Ei Oi-Ei
Ei)2/Ei
(mm)
1 <2.5852 2 2 0 0 Tc = waktu konsentrasi (jam)
2 2.5852 < x < 2.6422 2 2 0 0
3 2.6422 < x < 2.6905 2 2 0 0
4 2.6905 < x < 2.7475 2 2 0 0 Intensitas hujan yang digunakan adalah dengan
5 > 2.7475 2 2 0 0
Jumlah 10 Chi kuadrat 0
metode Gumbel karena menghasilkan curah hujan
Sumber : Hasil Analisa, 2013 terbesar dan memenuhi syarat ketika diuji
menggunakan metode chi kuadrat. Periode ulang
Berdasarkan hasil perhitungan Chi Kuadrat metode Log tahunan yang diambil adalah 5 tahun karena resiko
Person III diperoleh C hitung = 0 banjir tidak terlalu tinggi, sehingga :
2 3
665 24
3) Uji chi kuadrat metode Gumbel 𝐼= 24 1
= 72,9 mm/jam =
Perhitungan uji chi kuadrat terhadap distribusi 0,00002025 m/s
Gumbel dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut ini:
4.1.4 Koefisien pengaliran
Tabel 4.12 Perhitungan chi kuadrat metode Gumbel
jumlah (Oi-
No Nilai batas sub grup Ei Oi-Ei Karakteristik lahan komplek perumahan Purimas 2
data (oi) Ei)2/Ei
1 < 387.35 2 2 0 0 seluas 24.873 m² dianggap tipe perumahan multi unit
2 387.35 < x < 448.28 3 2 1 1
3 448.28 < x < 499.92 1 2 -1 -1 terpisah, yang merujuk pada tabel.2.1 koefisien
4 499.92 < x < 560.85 2 2 0 0 pengaliran (C) 0.40 – 0.60. Nilai koefisien diambil
5 > 560.85 2 2 0 0
Jumlah 10 Chi kuadrat 0 0.60 untuk lebih meningkatkan faktor keamanan.
Sumber Hasil Analisa, 2013 Koefisien pengaliran ini selanjutnya akan
dipergunakan dalam perhitungan debit limpasan.
Berdasarkan hasil perhitungan Chi Kuadrat metode
Gumbel diperoleh C hitung = 0

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik – Unpak 10


4.1.5 Perhitungan debit limpasan lahan Hal tersebut telah sesuai dengan persyaratan lahan
Perumahan Purimas 2 yang cocok untuk dijadikan sebagai tempat sumur
resapan dibangun.
Perhitungan debit limpasan lahan perumahan Purimas
2 dihitung dengan menggunakan metoda rasional Perhitungan dimensi sumur resapan dilakukan dengan
dengan persamaan sebagai berikut : menggunakan dua metode yaitu metode Sunyoto dan
Q maks = C.I.A metode SNI.hasil dimensi dari kedua metode tersebut
Dimana : dipilih metode yang menghasilkan dimensi yang
C = koefisien limpasan. terkecil sehingga tidak membutuhkan biaya besar
I = intensitas hujan jam-jaman (mm/jam) dalam pembangunannya kelak.
A = luas area (m²).
Adapun variable-variabel yang harus diketahui
Hasil perhitungan debit limpasan lahan perumahan terlebih dahulu sebelum menghitung dimensi sumur
Purimas 2 dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut ini : resapan adalah sebagai berikut :

Contoh perhitungan debit limpasandiambil dari 4.2.1 Faktor geometrik


bangunan Toko.
Q maks = C.I.A Faktor geometrik ditentukan berdasarkan tipe sumur
= 0,60 x 0,00002025 x 120,00 resapan yang akan digunakan. Perencanaan sumur
= 0,001458 m2/s resapan di perumahan Purimas2 menggunakan sumur
resapan tipe 3 yang ditunjukan pada gambar 4.1
Tabel 4.14 Perhitungan debit limpasan lahan Perumahan Puri Mas 2 dengan nilai faktor geometrik sebesar :
2 πL
𝐹= 2
𝐿 𝐿
𝑙𝑛 + 1+
2𝑅 2𝑅
2 x 3,14 x 1
𝐹= 2 = 6.11
1 1
𝑙𝑛 + 1+
2(0,3) 2(0,3)

Jari-jari Sumur Pasangan Tembok

L = Tinggi Muka Air

Sumber : Hasil Analisa, 2013 Tanah

Gambar. 4.1 Sumur resapan tipe 3


4.2 Perancangan sumur resapan
4.1.1 Permeabilitas tanah (K)
Area atau lahan perumahan purimas 2 cukup cocok
untuk dijadikan tempat pembangunan sumur resapan. Tanah yang diuji permeabilitasnya adalah tanah
Beberapa hal yang mendukung adalah sbb. : dilingkungan perumahan Purimas 2. Uji permeabilitas
a. Permeabilitas tanah dilingkungan perumahan tanah diambil di lima titik/lima tempat. Pengujian
Purimas 2 lebih besar dari 2 cm/jam. pertama dilakukan di blok A, lokasi ke-2 dilakukan di
b. Kemiringan lahan/topografinya kurang dari 7%. blok C, lokasi ke-3 di blok G, lokasi ke-4 di blok DD
c. Tinggi muka air tanahnya sangat bervariasi antara dan terakhir pengujian ke-5 dilokasi taman. Uji
2 -15 m. permeabilitas tanah dengan metode ring infiltrometer.

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik – Unpak 11


Hasil penyelidikan permeabilitas tanah ditunjukan Dengan :
pada tabel.4.15 sebagai berikut: I = intensitas hujan (m/jam)
Tabel 4.15 hasil penyelidikan permeabilitas tanah.
At = luas tadah hujan, berupa atap atau
permukaan tanah yang diperkeras (𝑚2 )
K = permeabilitas (m/jam)
L = keliling penampang sumur (m)
As = luas penampang sumur (𝑚2 )
D = durasi hujan (jam)
H = kedalaman sumur (m)
Contoh perhitungan diambil bangunan toko
𝐻
1 ∗ 0.00002025 ∗ 120 − 1 ∗ 0,75 ∗ 0,28
=
0,28 + 1 ∗ 0,75 ∗ 1,884
H = 5.1 m
Hasil dari perhitungan metode SNI dapat dilihat pada
tabel 4.16 di dibawah ini

Tabel 4.16 Perhitungan rancangan sumur resapan metode SNI

Sumber : Hasil Analisa,2013

1) Contoh perhitungan metode SNI.

Perancangan sumur resapan metode SNI no. 03-


2459-1991 yang dikeluarkan oleh Departemen
Pemukiman dan Prasarana Wilayah adalah :
berbentuk segi empat atau silinder, dengan
ukuran minimal diameter 0,8 meter dan
maksimal 1,5 meter dengan kedalaman
disesuaikan dengan tipe konstruksi yang
dibutuhkan. Dalam proses perhitungan/analis Sumber : Hasil Analisa, 2013
metode SNI membutuhkan data hasil perhitungan
intensitas hujan, adapun cara perhitungannya 1) Metode Sunyoto
dihitung dengan persamaan (2-4). Untuk menghasilkan rancangan sumur resapan dalam
proses perhitungan/ analisi, maka metode Sunyoto
memerlukan hasil perhitungan debit limpasan.
Persamaan sumur resapan metode Sunyoto dihitung
𝐷 . 𝐼 . 𝐴 𝑡 − 𝐷 𝐾. 𝐴 𝑠 dengan rumus sebagi berikut :
𝐻=
𝐴 𝑠 + 𝐷 . 𝐾. 𝐿 𝑄 −𝐹𝐾𝑇
𝐻= 1 − 𝑒 𝜋𝑅 2
𝐹. 𝐾

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik – Unpak 12


Dimana : 5. KESIMPULAN
H = tinggi muka air dalam sumur (m)
F = faktor geometrik (m) Berdasarkan hasil dari analisis dan perhitungan
Q = debit air masuk (𝑚3 /s) (debit limpasan) dengan menggunakan beberapa metode, maka
T = waktu pengaliran diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
K = koefisien permeabilitas tanah (m/s) 1. Debit limpasan dari lahan perumahan Purimas 2
R = jari-jari (m) menghasilkan volume sebesar 0,189708328 m³/s.
Contoh perhitungan diambil bangunan toko 2. Untuk menampung debit limpasan tersebut diatas
maka diperlukan sumur resapan. Dalam proses
0,00145800 −6,11∗0,00020844 ∗1 perhitungan / analisis jika menggunakan metode
𝐻= 1−𝑒 3,14∗0,30 2
6,11 ∗ 0,00020844 Sunyoto diperlukan debit limpasan, tetapi kalau
H = 1,07 m menggunakan metode SNI maka diperlukan
intensitas hujan.
Hasil dari perhitungan dengan metode Sunyoto dapat Sumur resapan adalah salah satu prasarana untuk
di lihat pada tabel 4.17 berikut ini : menampung kelebihan air limpasan dari lapangan
yang diakibatkan oleh curah hujan yang sangat
Tabel 4.17 Perhitungan rancangan sumur resapan metode Sunyoto tinggi yang tidak dapat ditampung oleh saluran
drainase..
3. Dari kedua metode yang digunakan dalam proses
analisis maka didapat suatu perbedaan yaitu :
untuk menampung debit limpasan dengan
menggunakan metode Sunyoto ternyata
menghasilkan dimensi yang lebih kecil serta
jumlah sumur resapan yang harus di bangun lebih
sedikit yaitu : contoh : untuk bangunan toko
dengan luas bangunan sekitar 120 m2 hanya
dibutuhkan sumur resapan sebanyak : 1 bh. Jika
dibandingkan dengan menggunakan metode SNI
untuk bangunan toko dengan luas yang sama
dibutuhkan sumur resapan sebanyak 3 bh.
Sehingga jika menggunakan metode Sunyoto akan
lebih hemat dan efisien.

PUSTAKA
Sumber : Hasil Analisa, 2013
1. Anonim . 2007 Sistem Drainase Sumur Resapan-
Hasil perhitungan dimensi sumur resapan Part 1._ :ArcAria. http://architectaria.com/sistem-
menggunakan metoda Sunyoto dan metode SNI drainase-sumur-resapan-part-.html.(14 Juni
ternyata menghasilkan perbedaan. Metode Sunyoto 2011).
menghasilkan dimensi yang lebih kecil dibandingkan 2. Balai Lingkungan Permukiman 2003. Drainase
dengan menggunakan metode SNI. Perbandingan Permukiman Bandung:_ Geo.Gentur. 2008.
jumlah sumur resapan dengan kedalaman sumur 1,5 Deskripsi Hidrologi._:_.
dan jari-jari 0,3 m. http://gentur_geo.staff.uns.ac.id/hidrologi. (14
Juni 2011)
Metode Sunyoto digunakan dalam perencanaan 3. Chairil Saleh. 2011. Kajian Penanggulangan
sumur resapan, dengan adanya sumur resapan dengan Limpasan Dengan Menggunakan Sumur Resapan
dimensi seperti perhitungan yang sudah dilakukan. (Studi Kasus di Daerah Perumahan Made
Maka air hujan yang menjadi limpasan akan Kabupaten Lamongan).
tereduksi. Area taman, pos jaga dan tempat 4. Metode SNI No. 03-2459-1991 Tentang
pembuangan sampah tidak di buatkan sumur resapan, Perencanaan Sumur Resapan (Departemen
sebab kondisi tanahnya lebih banyak meresapkan air Kimpraswil).
dan hanya menghasilkan debit limpasan sedikit.

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik – Unpak 13


5. Pringadi. 2011. Konservasi Sumber Daya Air RIWAYAT PENULIS
Tanah Melalui Sumur Resapan (skripsi). Bogor.
Fakultas Teknik Universitas Ibnu Khaldun 1) Moh Agus Maulana Yusuf, ST Alumni (2013)
Bogor. Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik
6. Tanudjaja, Lambertus. 2008. Drainase kota di Universitas Pakuan Bogor.
kawasan pesisir pantai._:_.http://opini– 2) Ir. Damar Susilowati, M,Sc. Dosen Program
manadopost.blogspot.com/2008/04/drainase- Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas
kota-di-kawasan-pesisir- pantai.html. (14 Juni Pakuan Bogor.
2011). 3) Heny Purwanti, ST, MT, Dosen Program Studi
7. Winskayati Sp.1, Operasi dan Pemeliharaan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas
Jaringan Irigasi, Balai PSDA Jawa Barat Pakuan.
Bandung.
8. Zaman,Hamzah. 2006. Pembangunan
Berwawasan Lingkungan. _:_.
http://lingkunganhidup.blogspot.com/2007/04/ko
nservasi-sumberdaya- alam.html. (23 Oktober
2011).

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik – Unpak 14

Anda mungkin juga menyukai