Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Ilmiah Teknik dan Informatika Vol. 1, No.

1, Februari 2016

Analisa Sistem Pengendalian Banjir Daerah Aliran Sungai (DAS)


APO Kota Jayapura Propinsi Papua

Andung Yunianta
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik dan Sistem Informasi, Universitas Yapis Papua

ABSTRACT

Salah satu aspek yang paling penting untuk ditata dan disempurnakan dalam pembangunan infrastruktur adalah prasarana
pengendalian banjir di Kota Jayapura. Sistem Pengendalian Banjir Kota Jayapura akan menjadi dasar untuk perencanaan dan
pembangunan dimasa yang akandatang yang bertujuan untuk mendukung pembangunan kota, terutama guna mendorong
berkembangnya sektor perekonomian.Terjadinya banjir di Kota Jayapura diakibatkan karena terjadi penyempitan dan
pendangkalan oleh sedimentasi sampah dan lumpur, mulai dari hilir hingga sampai muaranya yang mengakibatkan terjadi
luapan air/banjir bila terjadi hujan yang deras dan lama pada kawasan tersebut. Solusi teknis guna mengendalikan ketinggian
muka air sungai-sungai di Kota Jayapura, sehingga tidak membahayakan fasilitas-fasilitas yang ada di sekitanya dan juga
pemukiman. Metodologi terbaik apa yang paling tepat dan perlakuan/pembangunan apa yang sangat dibutuhkan. Tentunya
sasarannya untuk mendapatkan arah penataan sungai yang ramah lingkungan dan ekonomis. Pengendaian sumber daya air
adalah usaha-usaha untuk mengambil manfaat seoptimal mungkin dari potensi yang terkandung di dalamnya tanpa merusak
lingkungan serta mengendalikan daya rusaknya, dalam hal ini terutama adalah sungai. Perlindungan sumber daya air dilakukan
mengingat telah rusak akibat banjir. Keberhasilan suatu pembangunan adalah bila seluruh rangkaian kegiatan pengembangan
dilaksanakan sesuai rencana. Selain untuk melindungi juga merawat kelangsungan sumber daya air tersebut, dalam arti tidak
sekedar melindungi tetapi juga bernilai estetika. Agar terlihat nyaman dan indah.
Keywords: Pengendalian, Banjir, DAS APO

1 PENDAHULUAN 1.3 Batasan Masalah


a) Lokasi penelitian berada di Wilayah Daerah
1.1 Latar Belakang Aliran Sungai (DAS) APO, Distrik Jayapura
Terjadinya banjir di Kota Jayapura pada tahun 2014 Utara, Kota Jayapura Propinsi Papua.
terutama dikawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) b) Analisa kondisi eksisiting wilayah daerah
APO diakibatkan terjadi penyempitan dan aliran sungai APO yang menyebabkan
pendangkalan oleh sedimentasi sampah dan lumpur, terjadinya banjir.
mulai dari hilir hingga sampai muaranya yang c) Menentukan alternatif jenis-jenis penanganan
mengakibatkan terjadi luapan air/banjir bila terjadi banjir dan membuat desain bangunan
hujan yang deras dan lama pada kawasan tersebut. pengendalian banjir dan erosi.

Apabila hal ini tidak segera ditangani maka 1.4 Tujuan Penelitian
dikhawatirkan akan merusak daerah pemukiman a) Menghasilkan analisa penyebab terjadinya
penduduk, fasilitas umum serta bangunan lainnya. banjir dan kerusakan lahan pada wilayah
Untuk itu diperlukan suatu sistem pengendalian banjir daerah aliran sungai (DAS) APO.
serta sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada b) Mendapatkan berbagai alternative desain
sehingga dapat mencegah terjadinya banjir. bangunan pengendalian banjir di wilayah
derah aliran sungai (DAS) APO.
1.2 Rumusan Masalah
a) Terjadinya penebangan pohon yang ada di 2 TINJAUAN PUSTAKA
sepanjang sungai secara berlebihan.
b) Kurangnya reboisasi atau penanaman lahan 2.1 Analisa Hidrologi
kembali.
Dalam merencanakan suatu sistem bangunan
c) Terjadinya aliran permukaan yang besar
pengendali banjir, diperlukan perkiraan besarnya debit
ketika terjadi hujan.
banjir yang mungkin terjadi di lokasi pekerjaan.
d) Tingkat erosi yang tinggi pada lahan atau
Karena periode pengamatan banjir di lokasi pekerjaan
daerah aliran sungai APO.
kurang memadai, maka perkiraan banjir dihitung

6
Jurnal Ilmiah Teknik dan Informatika Vol. 1, No. 1, Februari 2016

berdasarkan data hujan. Adapun besarnya banjir yang Pengujian kesesuaian terhadap data hujan ini
terjadi di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh tinggi dimaksudkan untuk mengetahui kebenaran akan
dan intensitas hujan wilayah, luas DAS, dan tata guna distribusi yang digunakan. Dalam studi ini akan
lahannya. digunakan uji kesesuaian dengan menggunakan dua
metode, yaitu Smirnov-Kolmogorov dan Kai Square.
Analisis data hujan dimaksudkan untuk menyiapkan
data hujan terolah untuk tujuan analisis selanjutnya. 2.3 Analisa Hidrolika
Dalam studi ini analisis-analisis yang memerlukan
Kondisi alamiah pengaliran sungai merupakan aliran
data hujan terolah masing-masing adalah analisis
tidak tetap terhadap waktu (unsteady flow), namun
curah hujan rancangan dan analisis debit banjir
dalam kondisi tertentu dan untuk penyederhanaan
rancangan.
kadang-kadang dianggap alirannya tetap.
Penyederhanaan ini dilaksanakan karena dalam
2.2 Analisa Curah Hujan
perhitungan aliran tidak tetap diperlukan iterasi yang
Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu panjang dan kompleks.
rancangan pemanfaatan air dan rancangan
pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata di Analisis perilaku sungai merupakan suatu analisis
seluruh daerah yang bersangkutan. Curah hujan ini yang bukan saja komplek, namun juga cukup rumit,
disebut dengan curah hujan daerah yang dinyatakan dimana dalam analisis sistem ini perlu dilakukan
dalam mm. Curah hujan rerata daerah ini dipakai iterasi yang dilakukan secara berulang dengan
untuk mendapatkan curah hujan yang dapat mewakili parameter-parameter tertentu untuk mencari variabel-
suatu daerah yang ditinjau. variabel yang tertentu baik pada aliran kondisi
permanen (Steady Flow) maupun aliran kondisi non
Sebelum menghitung curah hujan rencana harus permanen (Unsteady Flow).
ditentukan dulu hujan daerah yang mewakili lokasi
pekerjaan dan rata rata hujan merupakan hasil Hydrologic Engineering Center-River Analysis
penjumlahan hujan dimasing masing stasiun. Dari System (HEC-RAS) adalah paket program yang dapat
hasil uji konsistensi data curah hujan yang telah digunakan untuk menghitung profil muka air satu
dilakukan, diperoleh data curah hujan terkoreksi dari dimensi (one-dimensional) untuk kondisi aliran tetap
masing-masing stasiun penakar hujan. berubah lambat laun (steady gradually varied flow)
pada saluran alam (sungai) atau saluran prismatic.
Jika data hujan tidak konsisten karena perubahan atau
gangguan lingkungan di sekitar tempat penakar hujan Sehingga dengan menggunakan program ini maka
dipasang misalnya penakar hujan terlindung oleh dapat dilihat pfrofil muka air banjir pada suatu sungai
pohon, terletak berdekatan dengan gedung tinggi, dengan kala ulang tertentu dimana nantinya dapat
perubahan cara penakaran dan pencatatan, diketahui daerah yang merupakan kawasan rawan
pemindahan letak penakar dan sebagainya, banjir yang perlu untuk dilakukan penanganan.
memungkinkan terjadi penyimpangan terhadap trend
semula. 2.4 Debit Banjir Rancangan
Dalam perencanaan dan perhitungan bangunan air,
Outlier adalah data yang menyimpang cukup jauh dari
hidrologi merupakan bagian dari analisis yang amat
trend kelompoknya. Keberadaan outlier biasanya
penting, dari sini dapat dianalisis besaran-besaran
mengganggu pemilihan jenis distribusi suatu sampel
nilai ekstrim yang terjadi baik itu debit terkecil
data, sehingga outlier ini perlu dibuang. Untuk
maupun yang terbesar, karena banyak perhitungan
estimasi debit banjir, outlier bawah dapat langsung
teknis bangunan-bangunan teknis yang didasarkan
dibuang namun outlier atas harus dipertimbangkan
atas frekwensi nilai-nilai tertentu dari peristiwa-
masak-masak, perlu dibandingkan dengan data hujan
peristiwa ekstrim.
atau banjir historis dan informasi hujan atau banjir
dari stasiun–stasiun di dekatnya.
3 METODOLOGI PENELITIAN
Curah hujan rancangan adalah curah hujan tahunan
dengan suatu kemungkinan terjadi yang tertentu, atau 3.1 Pengumpulan Data
hujan dengan suatu kemungkinan periode ulang Secara umum jenis data yang akan dikumpulkan dapat
tertentu. Metode analisa hujan tersebut pemilihannya dikelompokkan menjadi dua yaitu data sekunder dan
sangat tergantung dari kesesuaian parameter statistik data primer (inventarisasi lapangan). Yang dimaksud
dari data yang bersangkutan atau dipilih berdasarkan dengan data sekunder adalah segala informasi yang
petimbangan-pertimbangan teknis lainnya. diperoleh secara tidak langsung atau diperoleh dari
pihak lain. Data sekunder dapat berupa catatan, hasil

7
Jurnal Ilmiah Teknik dan Informatika Vol. 1, No. 1, Februari 2016

pengukuran, hasil analisis yang diperoleh oleh suatu pada perencanaan pondasi bangunan sehingga
instansi atau tim studi, buku-buku laporan pekerjaan diperoleh perencanaan yang aman dan murah.
dan peraturan kebijaksanaan daerah. Sedangkan data
primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN
yang meliputi hasil pengamatan, pencatatan,
pengukuran dan wawancara langsung pada sumber- 4.1 Gambaran Umum Lokasi
sumber yang relevan. Realisasi untuk mendapatkan
Kota Jayapura yang merupakan ibu kota Provinsi
data tersebut adalah melalui survai lapangan.
Papua, secara geografis terletak di bagian utara
Provinsi Papua yaitu pada 10 28’ 17,26” – 30 58’ 0.82
3.2 Metode Survey
Lintang Selatan dan 1370 34’ 10.6” – 1410 0’ 8.22”
3.2.1 Survey Topologi Bujur Timur.
Tachimetri adalah suatu cara pemetaan, di mana Topografi lahan Kota Jayapura secara umum
kedudukan tinggi dari tanah dinyatakan dengan garis- dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
garis tinggi. Dahulu sebelum ada tachimetri, titik-titik
tinggi ditentukan di lapangan dengan pertolongan a) Morfologi Dataran
waterpassing dan kemudian letak titik ini diukur. Morfologi dataran mempunyai karakteristik
Dengan cara tachimetri kita menentukan titik-titik di kemiringan lereng 0-8 % dengan penyebarannya
lapangan, di mana helling dari titik-titik tersebut sekitar 25% wilayah Kota Jayapura. Dataran ini
dianggap tegak lurus. Kemudian titik-titik ini dilukis terdiri dari dataran pantai, rawa dan dataran
di atas peta menurut letak dan tingginya, sehingga alluvial.
garis-garis tinggi dapat disisipkan diantara titik-titik
yang diukur tersebut. b) Morfologi bergelombang
Morfologi bergelombang menempati ± 10% dari
Tujuan tachimetri adalah menggambarkan kembali wilayah Kota Jayapura, penyebaran satuan ini
bentuk lapangan. Pada tachimetri selain diadakan hampir di seluruh wilayah dengan luas yang
pengukuran situasinya, juga sekaligus pengukuran bervariasi dimana karakteristik kemiringan lereng
tingginya (ini dinamakan tachimetri klasik atau 8-30% dan disusun oleh batuan sedimen dan
tachimetri lapangan). Pada pemetaan skala besar ( metamorf.
1:100, 1:500, 1:1000 ), maka pengukuran bangunan-
bangunan tersebut lebih teliti dibandingkan c) Morfologi Terjal
pengukuran tingginya. Karena keterbatasan ketelitian Morfologi terjal menempati ± 65% dari wilayah
dari pengukuran jarak optis, maka tachimetri hanya Kota Jayapura. Berdasarkan sebarannya,
terbatas pada pemetaan skala kecil ( 1:2000, 1:5000, morfologi terjal banyak dijumpai di bagian barat
1:10000, 1:25000 ), di mana bangunan-bangunan wilayah Kota Jayapura. Kemiringan lereng dari
tersebut dapat diukur secara tachimetris. Tachimetri morfologi terjal berkisar 30-60% yang tersusun
dengan pengukuran jarak benang dipakai dalam oleh batuan metafort dan batuan sedimen.
pengukuran topografis.
d) Kondisi Hidrologi
3.2.2 Survey Mekanika Tanah Intensitas curah hujan Kota Jayapura tergolong
tinggi, yaitu berkisar 1500-2500 mm/tahun. Secara
Untuk mendapatkan sebuah bangunan perencanaan
umum musim hujan terjadi antara bulan Desember
yang aman baik dari segi konstruksi maupun dari segi
sampai Maret, meskipun pada bulan-bulan yang
lingkungan maka diperlukan adanya penyelidikan
lain juga terjadi hujan dengan ferkuansi yang lebih
tanah yang menjadi dasar untuk menentukan jenis
sedikit. sehingga praktis sepanjang tahun, Kota
pondasi bangunan yang paling cocok untuk lokasi
Jayapura mengalami hujan. Kelembaban udara
tersebut. Pada tahap awal perencanaan, diadakan
rata-rata mencapai 85 %, kecepatan angin rata-rata
penyelidikan tanah.
di bawah 15 km/jam.
Penyelidikan tanah ini bertujuan untuk mengetahui Beberapa sungai seperti Kali Kujabu, Kali Entrop
daya dukung tanah dari bermacam-macam lapisan II, Kali Kloofkamp dan Kali APO dijadikan
tanah dalam hubungannya dengan sifat dan sebagai sumber air bersih yang dikelola oleh
karateristik dari tanah melalui pemeriksaan PDAM. Selain itu, sebagian masyarakat juga
laboratorium, serta untuk mendapatkan secara empiris menggunakan air tanah berupa sumur (air tanah
tentang daya dukung tanah melalui percobaan dengan dangkal) yang kedalamannya berkisar antara 1-3
alat sondir yang dapat dipakai sebagai kerangka dasar meter sebagai sumber air bersih. Air tanah di
daerah datar yang berada di tepi pantai atau rawa
mempunyai tinggi muka air sekitar 1 meter,

8
Jurnal Ilmiah Teknik dan Informatika Vol. 1, No. 1, Februari 2016

terdapat di kelurahan Gurabesi, sekitar pasar tetapi pada waktu hujan terjadi peningkatan debit
Hamadi di kelurahan Argapura, Entrop, Kotaraja yang cukup besar karena memiliki kemiringan yang
dan Muara Tami. relatif curam dan pendek sedikit bermeander.

e) Kondisi Iklim 4.3 Penyebab Banjir Kawasan DAS APO


Kota Jayapura secara garis besar beriklim tropis
Definisi banjir adalah naiknya permukaan air yang
dengan klasifikasi iklim menurut Koppen termasuk
sampai masuk ke kawasan pemukiman dan fasilitas-
tipe Af-Aw dimana pengaruh angin pasang dan
fasilitas umum lainya, dimana keberadaannya
angin musim tenggara sangat besar. Suhu udara
dianggap merugikan dari segi sosisal maupun
rata-rata 280C, suhu udara maksimum pada siang
ekonomi.
hari antara 300-320C sedangkan suhu minimum
berkisar 240-250C. a) Kondisi curah hujan
Hujan merupakan unsur klimatologi yang paling
f) Tata Guna Lahan
menentukan dalam proses terjadinya banjir. Oleh
Untuk mendukung struktur ruang yang
karena itu masalah pengamatan dan pemantauan
direncanakan, pengembangan wilayah Kota
hujan ini perlu mendapat perhatian secara khusus.
Jayapura dibagi menjadi 7 (tujuh) Pusat
Permukiman. Masing-masing pusat permukiman b) Kondisi fisiografi
dikembangkan dengan fungsi yang sesuai dengan Secara umum banjir sering terjadi pada daerah
kondisi, potensi, dan strategi pengembangannya. depresi, dimana umumnya daerah ini berupa
daerah dengan fisiografi dataran aluvial.
Pusat pelayanan kota adalah pusat pelayanan yang
Dengan kondisi fisiografi seperti tersebut, gejala
melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional.
kesulitan dalam mengalirkan aliran permukaan di
Pusat pelayanan kota dikembangkan berdasarkan pada
bagian hilir sungai (dataran banjir) merupakan
aspek strategis lokasi, konektivitasnya terhadap
masalah umum yang sering ditemui.
jaringan jalan, potensi eksisting, serta mendukung
Kawasan-kawasan permukiman berada di dataran
peran/fungsi Kota Jayapura berdasarkan kebijakan
rendah yang rawan terhadap bahaya banjir. Oleh
tata ruang pada skala yang lebih tinggi, yaitu RTRW
karena itu pembangunan di dataran banjir yang
Provinsi Papua dan RTRWN. Pusat pelayanan kota
tidak terkendali akan lebih memperburuk kondisi
yang dimaksud adalah Kelurahan Gurabesi (Distrik
banjir.
Jayapura Utara), Distrik Jayapura Selatan (Kelurahan
Numbay, Kelurahan Argapura, Kelurahan Hamadi, c) Sedimentasi
dan Kelurahan Entrop). Sedimentasi di sungai mengakibatkan
berkurangnya kapasitas sungai dalam mengalirkan
4.2 Kondisi Eksisting DAS APO air, karena berkurangnya luasan penampang
Secara umum Kota Jayapura terletak pada hilir sungai, yang pada akhirnya akan mengakibatkan
sungai-sungai yang merupakan daerah pemukiman banjir. Masalah sedimentasi pada sungai-sungai di
padat. Kota Jayapura dilewati oleh beberapa wilayah Kota Jayapura pada umumnya dapat
sungai/Sungai secara umum mengalir ke arah utara digolongkan berdasarkan pengaruh yang paling
dan selatan yang dipisahkan oleh pegunungan yang dominan pada sungai tersebut.
membentang dari barat ke timur.
d) Kapasitas sungai
Aliran permukaan (surface run off) yang besar dan Berkurangnya kapasitas tampung sungai pada
secara umum panjang alur sungai relatif pendek dan umumnya disebabkan oleh sedimentasi maupun
sebagian kemiringan sungainya terjal dengan kegiatan manusia seperti pembangunan
kecepatan aliran yang tinggi. Hal ini terbukti jika pemukiman di alur-alur sungai, penambangan di
turun hujan, banyak material/sedimen yang terbawa daerah hulu sungai, dll. Hal tersebut memberikan
oleh aliran sungai dengan indikasi warna kecoklatan. kontribusi yang cukup besar terhadap terjadinya
banjir karena dengan semakin mengecil kapasitas
Kondisi Sungai APO memiliki lebar sekitar 4-10 tampung sungai akan membuat semakin besar
meter dengan material berupa pasir dan batu peluang kejadian banjir. Oleh karena itu usaha
berukuran sedang sampai besar (bolder) serta volume pengendalian banjir harus menyentuh masalah ini.
sedimen relatif banyak. Kondisi hulu masih berupa
hutan sedangkan pada hilir padat pemukiman, bahkan e) Perubahan kondisi fisik DAS
ada beberapa rumah yang berada diatas badan Sungai. Perubahan kondisi fisik DAS seperti penggundulan
Karakteristik Sungai APO ini merupakan Sungai lahan, penebangan hutan, pengolahan tanah dan
periodik dimana air pada tidak terjadi hujan masih ada pembangunan fisik yang dilakukan oleh manusia

9
Jurnal Ilmiah Teknik dan Informatika Vol. 1, No. 1, Februari 2016

akan dapat memperburuk kondisi banjir dengan  Perlindungan kebal banjir (flood proofing)
meningkatnya besaran banjir. Sebagai akibat dari  Flood warning system.
makin membesarnya koefisien aliran permukaan,  Pengelolaan Dataran Banjir (Flood plain
maka akan mengakibatkan makin besarnya management).
peluang terjadinya banjir.
Dimana dilakukan dengan cara merubah perilaku
f) Kegiatan-kegiatan di dataran banjir masyarakat melalui sosialisasi dan penyamaan
Dataran banjir secara alamiah sewaktu-waktu persepsi yang berkaitan dengan upaya pengendalian
dapat terkena banjir baik akibat dari luapan air dan penanggulangan banjir, antara lain;
sungai aupun akibat genangan air hujan, sehingga  Pelaksanaan kesiapsiagaan.
sudah selayaknya apabila perkembangan wilayah  Penegakan hukum (law enforcement)
pada dataran banjir harus sudah mengantisipasi  Evakuasi penduduk dan relokasi bangunan
keadaan ini.  Manajemen Kelembagaan
Karena sifat topografi dataran banjir yang daar,  Pemberdayaan Masyarakat
umumnya pengendalian banjir atau sistem drainase
sulit dilaksanakan secara gravitasi sehingga harus 4.5 Upaya Pengendalian Banjir yang Dilakukan
menggunakan pompa. Apabila suatu
Berdasarkan pertimbangan di atas dan permasalahan
permukiman/kota sudah terlebih dahulu atau lebih
yang terjadi seperti yang telah dijelaskan pada bab
cepat berkembang daripada penuntasan sistem
sebelumnya, akan didapatkan beberapa alternatif
pengendalian banjir atau drainasenya, maka upaya-
pemecahan permasalahan di suatu sungai. Alternatif
upaya yang bersifat pengaturan seperti pembuatan
pemecahan ini disamping mempertimbangkan aspek
bangunan akan lebih efektif untuk
teknis, ekonomis juga harus mempertimbangkan
diimplementasikan daripada upaya-upaya yang
aspek sosial budaya dari masyarakat yang tinggal di
bersifat rekayasa teknik.
sekitar sungai tersebut.
4.4 Pengendalian Banjir
Adapun secara mikronya adalah setiap ruas
penampang sungai yang direncanakan akan ditentukan
tinggi muka air, penampang melintang dan
memanjang sungai, dan batasan badan sungai atau
tanggul eksistingnya.Rencana perbaikan dan
pengaturan sungai ditetapkan setelah dilakukan
estimasi kemampuan kapasitas sungai eksisting
sungai. Perhitungan estimasi kapasitas kemampuan
sungai dilakukan dengan running debit banjir rencana
dengan variasi kala ulang yaitu dari kala ulang 1.01th
dan 100th. Dimana estimasi ini menggunakan metode
tahapan standar dengan anggapan aliran adalah steady
flow.

Secara garis besar, teknis perencanaan pengendalian


banjir untuk suatu wilayah aliran sungai, adalah
meliputi:
 Membangun tanggul di kanan-kiri sungai
(dike/leeve)
 Memperbaiki/normalisasi alur sungai (river
improvement)
 Pembuatan kolam tampungan sementara
(Bozem/Long Storage)
 Membangun Cek Dam.
Pengendalian non struktural ini dilakukan untuk
menanggulangi banjir jangka panjang. Diantaranya
adalah;
 Pengelolaan DAS (Watershed Management)
yang non struktural

10
Jurnal Ilmiah Teknik dan Informatika Vol. 1, No. 1, Februari 2016

Gambar 1. Daerah Aliran Sungai APO

Gambar 2. Rencana Penanganan

11
Jurnal Ilmiah Teknik dan Informatika Vol. 1, No. 1, Februari 2016

Gambar 3. Rencana Penanganan

2. Diperlukan sosialisasi yang lebih intensif dari


5 PENUTUP pemerintah setempat, mengenai bahaya banjir.

5.1 Kesimpulan REFERENCES


1. Banjir yang umumnya terjadi di sungai-sungai Anonim (1986), Standard Perencanaan Irigasi,
di daerah yang dikaji secara umum selain Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan , Dirjen
dikarenakan curah hujan yang cukup tinggi Pengairan Departemen Pekerjaan Umum, Galang
tetapi juga karena kapasitas sungai yang tidak Persada, Bandung.
ideal (sedimentasi yang tinggi) dalam
mengalirkan debit banjir dan perubahan tata Anonim (1999), Petunjuk Teknis Perencanaan
guna lahan di hulu masing-masing sungai. Hal Pembangunan dan Pengelolaan Bidang ke-PLP-an
tersebut dipengaruhi oleh kondisi topografi, Perkotaan dan Perdesaan, Volume 1, Departemen
kondisi hidrometeorologi, geologi, morfologi Pekerjaan Umum Dirjen Cipta Karya, Jakarta.
sungainya dan juga kondisi sosial masyarakat.
Chow, Ven Te. (1959), Hidrolika Saluran Terbuka,
2. Konsep perbaikan dan pengaturan sungai harus terjemahan, 1997 : E.V. Nensi Rosalina, Erlangga,
mempertimbangkan faktor tersebut agar pola Jakarta.
pengendalian banjir dan perbaikan sungai
sesuai dengan yang diharapkan. Kodoatie, R.J. dkk (2002), Banjir,
Beberapa Penyebab dan Metode
5.2 Saran Pengendaliannya dalam Perspektif Lingkungan ,
1. Perlu adanya peningkatan koordinasi diantara Cetakan I, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
instansi terkait dalam upaya untuk pengendalian
Masduki, H.S. (1988), Drainase Permukiman
banjir di DAS APO.
(Hand Book), Institut Teknologi Bandung,
Bandung.
12

Anda mungkin juga menyukai