Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

ANALISIS DAN SINTESIS

Penetapan kriteria yang ketat pada metode ini sangat mempengaruhi jumlah
artikel yang di dapat. Penentuan artikel yang diambil terbatas pada artikel yang
menggunakan metode literature review. Artikel pada ibu dengan depresi
postpartum dan dukungan pasangan yang begitu luas dan banyak mengharuskan
peneliti untuk menspesifikasikan pada tema dari literature review itu sendiri,
sehingga setiap artikel yang didapatkan akan berhubungan dengan tema yang
telah diambil peneliti. Artikel yang didapatkan juga harus artikel yang terupdate.
Pada ibu yang mengalami depresi postpartum dari hasil penelitian Fairus dan
Widiyanti (2014) sekitar 111 ibu nifas yang mengalami kejadian depresi
postpartum didapatkan sekitar 59 (53,15%), dan yang tidak mengalami depresi
sebanyak 52 (46,85%).

Dukungan pasangan/suami adalah dukungan yang diberikan oleh pasangan


terhadap istri, sebagai suatu bentuk dukungan dimana pasangan dapat
memberikan bantuan secara psikologis baik barupa motivasi, perhatian dan
penerimaan serta memberikan dukungan moral dan emosional (Wahyuni, 2017 &
Rosdiana, 2018). Dukungan pasangan dan memberikan perhatian akan membantu
istri dalam mendapatkan kepercayaan diri dan harga diri sebagai seorang istri.
Dalam penelitian Anggraini (2017) menyatakan bahwa pasangan/suami memiliki
kewajiban pada istri yaitu memimpin dan memelihara serta membimbing istri dan
keluarga secara lahir dan batin, bertanggung jawab atas keselamatan dan
kesejahteraan; menolong istri dalam melaksanakan tugas sehari-hari, terlebih lagi
dalam merawat, memelihara dan mendidik anak-anak; bersifat jujur memelihara
amanah dan kepercayaaan serta dapat menggembirakan istri dengan baik.

1
Sumantri (2015) menjelaskan bahwa individu yang menerima suatu dukungan
sosial itu akan meningkatkan self exteem, dimana seorang ibu pasca melahirkan
yang mendapatkan dukungan dari pasangan yang tinggi akan memiliki self exteem
yang tinggi pula sehingga merasa dirinya percaya diri dan sanggup menghadapi
berbagai stres yang muncul. Stres dapat digambarkan sebagai stimulus dimana
suatu lingkungan dapat menjadi stresor terhadap individu dengan segala keadaan
yang tidak menyenangkan yang muncul baik sebelum melahirkan maupun setelah
melahirkan dapat dianggap stresor bagi wanita pasca melahirkan. Hal tersebut
berdasarkan pendapat dari Sumantri (2015) dimana wanita pasca melahirkan
banyak menghadapi stres dikarenakan beban baru yaitu bayi yang dilahirkan
dengan berbagai tanggung jawab sebagai seorang ibu.

Depresi pasca melahirkan dapat berdampak negatif pada ibu, anak, dan keluarga
karena ibu yang mengalami depresi tersebut, minat dan ketertarikan terhadap
bayinya berkurang, tidak mampu mengenali kebutuhan bayi, menolak untuk
menyusui bayi dan ingin menyakiti diri sendiri (berpikir untuk bunuh diri),
bahkan bisa menyakiti bayinya sendiri (Endang 2015). Adapun gejala-gejala
depresi dapat dikenali melalui beberapa simptom yaitu emosional, kognitif,
motivasional, fisik, dan vegetatif. Gejala tersebut merupakan gejala depresi pasca
melahirkan yang terjadi pada wanita setelah melakukan persalinan Sumantri
(2015). Oleh karena itu dukungan dari pasangan sangatlah berpengaruh dan cukup
besar untuk mengurangi kecenderungan depresi pasca melahirkan pada ibu (istri).
Depresi postpartum juga dapat menyebabkan perbedaan pendapat dalam
perkawinan dan gangguan fungsi sosial, serta menimbulkan kesulitan dalam
interaksi ibu dan bayi (Field, 2010; Santos et al., 2014; Yim et al., 2015).

Wanita/ibu yang menganggap dukungan dari pasangan yang mereka terima itu
buruk, 1,9 kali lebih mungkin menderita depresi postpartum, maka dari itu
diharapkan adanya dukungan sosial dari pasangan karena dukungan tersebut

2
memiliki dampak langsung pada resiko depresi postpartum (Webster et al., 2011;
Albuja et al., 2017). Hal ini dikarenakan pasangan (suami) merupakan orang
terdekat yang bertanggung jawab memfasilitasi timbulnya rasa nyaman, aman,
rasa dihormati, rasa berharga, dibutuhkan, kuat, semngat untuk menyelesaikan
kehamilan dan persalinan dengan baik serta penuh kebahagiaan sehingga ibu
mampu menghadapi perubahan emosional dan terhindar dari perasaan depresi
(Fairus & Widiyanti, 2014).

Adanya dukungan pasangan juga akan memberikan kontribusi yang sangat berarti
terhadap perempuan pasca melahirkan dalam mengatasi stres yang muncul. Hal
ini berdasarkan pendapat Matson (2011) bahwa dukungan sosial akan
meningkatkan kesejahteraaan psikologis individu dan kemampuan pengelolaan
stres dengan menyediakan pelayanan, perawataan, kasih sayang, sumber-sumber
informasi dan umpan balik yang dibutuhkan untuk menghadapi stres sehingga
bermanfaat untuk mempercepat proses kesembuhan dan mengurangi resiko
komplikasi pada saat kehamilan atau pun masalah lain setelah melahirkan seperti
depresi pasca melahirkan.

Pada penelitian/studi dari Alasoon dan Koura (2014) melaporkan bahwa sekitar
14,7% wanita yang menerima dukungan dari pasangan mengalami depresi
postpartum dan 42,9% wanita yang tidak menerima dukungan dari pasangan
mengalami depresi postpartum. Ini artinya wanita yang tidak dapat dukungan dari
pasangannya lebiih berisiko tinggi untuk mengalami depresi poastpartum
dibandingkan wanita yang mendapatkan dukungan dari pasangannya. Selama
periode postpartum, wanita sangat mengharapkan dukungan dari pasangannya
dengan pekerjaan fisik seperti perawatan bayi dan pekerjaan rumah tangga serta
dengan masalah emosional (Gremigni et al., 2011).

3
Pada penelitiannya, Almutairi (2017) menyatakan bahwa prevalensi depresi
postpartum relatif tinggi sekitar 25,7% dibandingkan dengan penelitian lain di
wilayah yang melaporkan prevalensi 17,8%. Konsekuensi kejadian depresi
postpartum menjadikannya masalah kesehatan masyarakat yang serius karena
dapat berdampak negatif pada perkembangan kepercayaan ibu dan
perkembangaan kognitif, emosional, dan sosial bayi (Barker, 2012). Meskipun
depresi dikaitkan dengan berbagai demografi, psikososial, variabel keuangan dan
gaya hidup, peneliti harus fokus pada faktor-faktor yang lebih terkendali yang
telah dimodifikasi dapat mengurangi stres pasca persalinan dan mengurangi
terjadinya depresi.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tolongan (2019),
menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan suami dengan kejadian
depresi pada ibu pasca melahirkan. Penelitian ini mengukur kejadian depresi post
partum pada 50 orang ibu post partum yang kemudian dihubungkan dengan
dukungan suami. Hasil menunjukkan sebanyak 60% ibu dengan dukungan suami
baik, menghasilkan 66% ibu tanpa depresi post partum. Selain itu, penelitian yang
dilakukan Setyawati (2020), juga menyebutkan terdapat beberpa faktor yang dapat
mempengaruhi kejadian depresi post partum, diantaranya usia ibu, riwayat
komplikasi, pekerjaan ibu, pendapatan suami, dukungan suami serta problematika
marital. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa Faktor dominan yang
mempengaruhi kejadian depresi postpartum adalah dukungan suami.

Ernawati (2020) juga menambahkan beberapa faktor pendukung yang dapat


meningkatkan kemampuan ibu dalam menghadapi depresi post partum, yaitu
dukungan suami dan anggota keluarga lain. Penelitian tersebut menyebutkan, ibu
yang mendapatkan dukungan suami dan anggota keluarga lain, sebagian besarnya
(74,1%) tidak mengalami depresi post partum dan sisanya (25,9) mengalami
depresi post partum. Penelitian ini menatakan bahwa selain dukungan suami,

4
dukungan dari anggota keluarga lain juga sangat dibutuhkan meliputi orang tua,
saudara kandung dan mertua. Ibu pasca melahirkan dapat mencurahkan
perasaannya dan teman untuk bertukar keluh kesah yang kemudian dapat
meringankan beban ibu yang mengalami perubahan yang kompleks pasca
melahirkan.

Adapun kelebihan dalam pembuatan atau disusunnya lliterature review ini secara
umum yaitu dimana literature review ini sering menggunakan tabel dalam/untuk
meringkas suatu temuan atau prosedur kuantitatif yang sederhana seperti
menghitung jumlah studi yang signifikan dibandingkan dengan yang tidak
signifikan. Berusaha untuk menarik kesimpulan secara bersama-sama dengan
hasil yang signifikan menjadi sebuah gambaran komposit dari status pengetahuan
di daerah atau wilayah yang ditinjau. Sedangkan kelemahannya yaitu lebih
bersifat subjektif dan tidak menggunakan kriteria khusus untuk dimasukan pada
sturi review, serta menempatkan terlalu banyak penekanan pada signifikansi
statistik sebagai satu-satunya kriteria evaluasi hasil.

5
6

Anda mungkin juga menyukai