Anda di halaman 1dari 11

Remodeling Mukosa.... (M.

Reza Mahardhika, Irwan Kristyono)

REMODELING MUKOSA PADA RINOSINUSITIS KRONIS

M. Reza Mahardhika, Irwan Kristyono

Dep/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok


Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo Surabaya

PENDAHULUAN 1. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Rinosinusitis merupakan istilah bagi suatu MUKOSA SINUS PARANASALIS
proses inflamasi yang melibatkan mukosa hidung Mukosa sinus paranasalis merupakan
dan sinus paranasal. Rinitis dan sinusitis umumnya lanjutan dari mukosa hidung dan lebih tipis dari
terjadi bersamaan, sehingga terminologi yang mukosa hidung, dengan ketebalan 0,3-5 mm.5,6
digunakan saat ini adalah rinosinusitis.1,2 Mukosa sinus dibentuk oleh pseudostratified
Angka prevalensi rinosinusitis kronik ciliated columnar epithelium dan terdiri dari 4 jenis
(RSK) pada penduduk dewasa Amerika Serikat sel dasar. Jenis pertama adalah epitel kolumnar
diperkirakan 16,8 % pertahun atau sekitar 32 juta bersilia.6,7 Epitel ini mempunyai 50-200 silia per sel,
penduduk. Di Eropa, rinosinusitis diperkirakan dengan panjang tiap silia 6 mm dan diameter 0,2
mengenai 10%–30% populasi. Dengan demikian mm. Pada suhu tubuh normal, silia bergetar 10-20
RSK menjadi salah satu penyakit kronik yang kali per detik. Jenis sel kedua adalah sel kolumnar
paling sering diderita. Dampak yang diakibatkan tidak bersilia yang mempunyai mikrovili dengan
rinosinusitis kronik meliputi berbagai aspek, antara panjang 1,5 mm dan diameter 0,08 mm. Mikrovili
lain aspek kualitas hidup dan aspek sosioekonomi.3 memperluas permukaan epitel sinus sehingga
Fenomena remodeling mukosa pada meningkatkan kemampuan humidifikasi dan
awalnya ditemukan pada penyakit saluran nafas penghangatan udara. Sel bersilia terdapat pada
bawah (asma). Asma merupakan penyakit yang bisa hampir seluruh permukaan sinus, tetapi 50% sel
disembuhkan, tetapi obstruksi pada saluran nafas epitel pada ostium adalah tanpa silia. Selanjutnya
bawah tidak sepenuhnya reversibel. Kerusakan adalah sel goblet yang berfungsi memproduksi
struktur mukosa mengakibatkan obstruksi persisten mukus. Produksi mukus menjadi lebih banyak bila
saluran nafas bawah dan menurunnya fungsi terjadi iritasi.6
pernafasan. Mukosa saluran nafas atas pada Jenis sel keempat adalah sel basal yang
penderita RSK juga mengalami proses remodeling mempunyai berbagai macam bentuk, ukuran dan
yang serupa.4 jumlah. Sel basal merupakan sel punca primitif
Remodeling mukosa pada RSK yang mempunyai kemampuan untuk berdiferensiasi
menyebabkan kegagalan terapi dengan obat-obatan, menjadi epitel jenis lain.6 Sel ini berperan pada
sehingga memerlukan tindakan bedah. Functional perbaikan jaringan pada epitel saluran nafas.
endoscopic sinus surgery (FESS) dilakukan dengan Kerusakan pada epitel saluran nafas dapat
tujuan mengembalikan fungsi (reversibilitas) menyebabkan sel basal berproliferasi dan
mukosa. Kegagalan FESS pada beberapa penderita bermigrasi ke daerah kerusakan tersebut, kemudian
RSK menunjukkan telah terjadi remodeling mukosa berdiferensiasi menjadi lapisan sel epitel yang sehat
lebih jauh, sehingga memerlukan tindakan bedah (kolumnar atau sel goblet). Pada inflamasi kronis,
radikal.4 sel basal mengalami hiperproliferasi dan
Makalah ini dibuat untuk mengetahui proses berdiferensiasi menjadi epitel skuamosa. Proses
remodeling mukosa pada RSK. tersebut menghasilkan remodeling abnormal pada
epitel saluran nafas, termasuk epitel sinus.8

26
Jurnal THT - KL Vol.7, No.1, Januari - April 2014, hlm. 26 - 36

Gambar 2. Lapisan epitel sinus paranasalis dan


Gambar 1. Mukosa sinus paranasalis: epitel (1), mucous blanket.9
sel-sel epitel (1a), membran basalis (1b), lamina
propria (2), lapisan limfoid (2a), lapisan kelenjar Mucous blanket juga mengandung immunoglobulin
superfisial (2b), lapisan vaskular (2c), dan lapisan A (IgA) sekretorik yang melindungi permukaan
kelenjar dalam (2d).7 epitel dari bakteri. Immunoglobulin G, interferon
dan sel-sel inflamasi lain disekresi oleh mukosa
Di bawah membran basal terdapat sinus sebagai antiviral. Mucous blanket juga
kelenjar submukosa yang terdiri dari kelenjar serous mengandung lisozim dan laktoferin yang
dan musinous. Kelenjar-kelenjar tersebut dikontrol mempunyai kemampuan merusak dinding bakteri.
oleh sistem saraf parasimpatis untuk memproduksi Benda asing dan bakteri yang telah terperangkap
mukus kental dan sistem saraf simpatis untuk dalam mucous blanket kemudian dialirkan ke
memproduksi mukus yang lebih encer. Jumlah sel ostium sinus dengan kecepatan antara 3 sampai 25
goblet dan kelenjar submukosa pada sinus lebih mm per menit.6
sedikit dari hidung. Sinus maksilaris mempunyai
jumlah sel goblet paling banyak dibandingkan 2. RINOSINUSITIS KRONIS
dengan sinus paranasalis lain.6 2.1 Definisi
Permukaan mukosa sinus diliputi oleh Rinosinusitis kronik dalam makalah EP3OS
2 lapisan mukus dengan ketebalan 10-15 µm yang tahun 2012 merupakan suatu inflamasi pada
disebut sebagai mucous blanket. Lapisan bawah mukosa hidung dan sinus paranasal yang
(lapisan sol) dengan tebal 6 µm merupakan lapisan berlangsung selama dua belas minggu atau lebih
perisiliar yang membuat silia bisa bergerak bebas. disertai dua atau lebih gejala, salah satunya harus
Lapisan atas (lapisan gel) bersifat lebih kental. berupa buntu hidung (nasal
Ujung silia menempel pada lapisan ini. Lapisan sol blockage/obstruction/congestion) atau hidung
diproduksi oleh mikrovili, sedangkan lapisan gel beringus (anterior/posterior nasal drip), ±
diproduksi oleh sel goblet dan kelenjar submukosa. nyeri/rasa tertekan pada wajah, ±
Mucous blanket terbentuk dari mukoglikoprotein penurunan/hilangnya daya penciuman yang
yang mengandung 90% air mempunyai fungsi didukung oleh pemeriksaan penunjang seperti:1
sebagai pelindung dari kelembaban yang rendah, Pemeriksaan endoskopi terdapat polip atau
suhu dingin, menangkap benda asing dan bakteri.5,6 sekret mukopurulen yang berasal dari
meatus medius dan atau odem mukosa
meatus medius dan atau,
Pemeriksaan CT–scan yang menunjukkan

27
Remodeling Mukosa.... (M. Reza Mahardhika, Irwan Kristyono)

perubahan mukosa pada kompleks radiologis mukosa sinus yang abnormal pada 88%
ostiomeatal dan atau sinus paranasal. kasus. Asma dilaporkan terjadi pada 26% RSK
Berdasarkan temuan endoskopi, RSK dibagi dengan polip dibandingkan 6% dari kontrol.1
menjadi 2 yaitu RSK tanpa polip nasi dan RSK
dengan polip nasi.1 2.2.5 Sensitivitas aspirin
Penderita sensitivitas aspirin juga
2.2 Etiologi menderita RSK dengan polip pada 36%-96% kasus
Faktor-faktor yang berhubungan dengan dan 96% mempunyai gambaran radiologis yang
RSK antara lain: abnormal pada sinus paranasalis.1

2.2.1 Ciliary impairment 2.2.6 Faktor lokal


Fungsi silia mempunyai peran penting Beberapa variasi anatomis seperti konka
pada proses pembersihan sinus dan mencegah bulosa, deviasi septum nasi, dan pembesaran
terjadinya inflamasi kronis. Diskinesia silia prosesus unsinatus merupakan faktor resiko RSK.
sekunder ditemukan pada pasien dengan RSK, Keadaan tersebut dapat menyebabkan obstruksi
kemungkinan bersifat reversibel, meski ostium sinus, sehingga dapat mengganggu drainase
membutuhkan waktu untuk proses tersebut. Pada sinus.1
pasien dengan diskinesia silia primer, misalnya pada
sindrom Kartagener dan cystic fibrosis, RSK 2.2.7 Iatrogenik
merupakan hal yang sering ditemukan. Polip nasi Operasi FESS yang tidak bagus
ditemukan pada 40% pada pasien dengan cystic berhubungan dengan meningkatnya kejadian
fibrosis. 1 mukokel sinus.1

2.2.2 Infeksi 3. REMODELING MUKOSA


Infeksi oleh bakteri, virus dan jamur pada Remodeling jaringan adalah perubahan
mukosa sinus menyebabkan rinosinusitis akut. komposisi dan struktur jaringan normal karena
Rinosinusitis akut yang tidak sembuh dapat menjadi pengaruh stress, seperti inflamasi kronis.1
RSK. Bakteri yang diduga sering menyebabkan Remodeling saluran nafas merupakan proses
RSK antara lain Staphylococcus aureus, dinamis antara akumulasi dan degradasi matriks
Streptococcus epidermidis, Haemophillus influenza, ekstraseluler. Proses tersebut menghasilkan suatu
dan Streptococcus pneumonia.1 rekonstruksi terhadap kerusakan jaringan yang
penting dalam proses penyembuhan luka. Inflamasi
2.2.3 Alergi kronis pada mukosa saluran nafas menyebabkan
Inflamasi karena alergi pada hidung remodeling mukosa dengan gambaran proliferasi
merupakan faktor predisposisi dalam terjadinya epitel, hiperplasia sel goblet, ketidakseimbangan
RSK. Diduga bahwa pembengkakan mukosa antara penumpukan dengan degradasi kolagen
hidung pada rinitis alergi menyebabkan gangguan sehingga menghasilkan penebalan lapisan membran
ventilasi dan pembuntuan ostium sinus, sehingga basalis, infiltrasi sel-sel inflamasi, dan
terjadi retensi mukus dan infeksi. Benninger pembentukan pembuluh darah baru.10,11,12 Inflamasi
melaporkan bahwa pada 54% penderita RSK juga menyebabkan hipertrofi mukosa sinus dan
didapatkan tes cukit kulit positif. Pada penelitian perubahan polipoid yang berakibat penyempitan
lain menyebutkan hasil tes cukit kulit positif pada ostium sinus dan obstruksi drainase mukus.10
50%-80% dari penderita RSK.1 Durasi gejala RSK berhubungan dengan
tingkat ketebalan membran basalis. Hal itu
2.2.4 Asma dibuktikan oleh Rehl et al. yang menyatakan bahwa
Asma dan RSK sering terjadi pada satu membran basalis yang tebal ditemukan pada
penderita. Penderita asma mempunyai gambaran penderita RSK dengan durasi gejala yang lebih

28
Jurnal THT - KL Vol.7, No.1, Januari - April 2014, hlm. 26 - 36

lama dibandingkan dengan membran basalis yang merupakan kelainan patologis pada pasien RSK.3
lebih tipis. Penelitian lain menunjukkan bahwa pada Penebalan membran basalis dapat dikategorikan
penderita dewasa terdapat penumpukan kolagen menjadi 3 derajat seperti pada tabel 2.
dan ketebalan membran basalis yang lebih tinggi
dibandingkan dengan anak-anak. Hal tersebut
menunjukkan lamanya gejala yang terjadi pada
penderita dewasa, atau karena infiltrasi eosinofil
yang lebih banyak pada penderita dewasa.4
Tabel 2. Derajat penebalan membran basalis.3
3.1 Abnormalitas epitel
Epitel normal hidung dan sinus Ponikau et al. meneliti bahwa terjadi
paranasalis terdiri atas lapisan kolumnar bersilia dan penebalan membran basalis pada semua penderita
sel-sel sekretorik yang didukung oleh sel basal. RSK. Pada 95% penderita didapatkan penebalan
Pada sinus maksilaris normal, lebih dari 90% membran basalis lebih dari 20 µm, sedangkan 5%
permukaan mukosanya diliputi oleh silia. penderita mengalami penebalan kurang dari 20 µm.
Sedangkan pada RSK terjadi perubahan struktur Tidak ada perbedaan tingkat kerusakan antara
epitel, dari epitel bersilia menjadi epitel squamous. penderita RSK dengan alergi maupun tanpa alergi.
Perubahan tersebut akan mengganggu proses Hal tersebut terjadi karena adanya akumulasi
transpor mukosilier pada sinus. 13 matriks ekstraseluler dan infiltrasi sel-sel
Kerusakan epitel terjadi pada RSK dengan inflamatorik.3
berbagai derajat, mulai dari derajat 0 (epitel intak),
sampai dengan derajat 3 (epitel hilang) seperti pada
tabel 1. Penelitian yang dilakukan oleh Ponikau et
al. didapatkan bahwa terjadi kerusakan epitel pada
semua pasien RSK, dengan 91% pasien didapatkan
kerusakan pada seluruh lapisan epitel sampai ke
lapisan membran basalis. Kerusakan lapisan atas
epitel didapatkan pada 9% pasien.3 Perubahan pada
epitel terjadi karena proses apoptosis sel-sel pada
lapisan tersebut. Proses apoptosis tersebut diduga
akibat pengaruh interferon-γ (IFN- γ), karena
didapatkan kenaikan ekspresi dari IFN- γ pada
penderita RSK.14
Gambar 3. Kerusakan epitel dan
penebalan membran basalis dalam berbagai
derajat. 1a: epitel normal (derajat 0) dan tidak
ada penebalan membran basalis (derajat 0).
1b: silia menghilang (derajat 1) dan penebalan
membran basalis <20 µm (derajat 1). 1c:
lapisan atas epitel mengalami erosi, lapisan
Tabel 1. Derajat kerusakan epitel.3 dasar masih intak (derajat 2), dan penebalan
membran basalis <20 µm (derajat 1). 1d: erosi
3.2 Penebalan membran basalis dan komplit epitel (derajat 3), dan penebalan masif
fibrosis subepitel membran basalis (derajat 2).3
Inflamasi kronis pada RSK
mengakibatkan proliferasi epitel dan penebalan
membran basalis. Penebalan membran basalis

29
Remodeling Mukosa.... (M. Reza Mahardhika, Irwan Kristyono)

Gambar 4. Pola remodeling pada RSK tanpa polip (A) dan RSK dengan polip (B).18

3.2.1 Matriks ekstraseluler degradasi oleh matrix metalloproteinase (MMP)


Matriks ekstraseluler adalah jaringan yang dan tissue inhibitors of metalloproteinase (TIMP).
terdiri dari struktur kolagen dan non-kolagen yang Ketidakseimbangan kedua faktor tersebut
berada di sekitar sel pada saluran nafas dan mengakibatkan odem pada RSK dengan polip nasi.1
mempunyai pengaruh terhadap fungsi sel termasuk Penyerapan matriks ekstraseluler terutama diatur
migrasi, diferensiasi, daya tahan dan proliferasi MMP dan inhibitornya, yaitu TIMP. Matrix
sel.11 Sobol, et al. meneliti akumulasi kolagen metalloproteinase adalah enzim yang berperan
submukosa dengan pewarnaan van Gieson. Nilai penting dalam metabolisme matriks ekstraseluler,
rata-rata akumulasi kolagen subepitel lebih tinggi yaitu mendegradasi berbagai komponen matriks
pada penderita RSK dibandingkan dengan kontrol.15 ekstraseluler (serat kolagen, elastin dan fibronektin).
Fibroblas merupakan sumber untuk Enzim ini dibagi berdasarkan kemampuan dalam
protein matriks ekstraseluler dan terlibat secara aktif mendegradasi substrat matriks ekstraseluler.7 Pada
dalam akumulasi matriks ekstraseluler. Fibroblas RSK tanpa polip, terjadi peningkatan MMP-9 dan
ditemukan pada stroma dan dapat diaktifkan oleh inhibitornya, TIMP-1. Sedangkan pada RSK
interleukin-4 (IL-4).11,16 Miofibroblas yang dengan polip, ditemukan peningkatan MMP-9,
merupakan salah satu sel fibroblastik mempunyai sedangkan TIMP-1 tidak meningkat.17 Peningkatan
kemampuan untuk berkontraksi dan mensekresi extracellular matrix metalloproteinase inducer
protein matriks ekstraseluler dalam jumlah (EMMPRIN) pada RSK dengan polip nasi
banyak.16 Fibroblas dan miofibroblas banyak menggambarkan tingginya proses degradasi matriks
ditemukan pada mukosa sinus penderita ekstraseluler.1
rinosinusitis kronis. Proliferasi fibroblas dan
diferensiasi miofibroblas dipengaruhi oleh 3.2.2 Transforming growth factor–β (TGF-β)
transforming growth factor –β (TGF- β).4,16 Transforming growth factor–β adalah
Matriks ekstraseluler bersifat dinamis, protein dengan berat molekul 25 kiloDalton yang
menggambarkan keseimbangan antara sintesis dan mempunyai aktivitas biologis berspektrum luas,

30
Jurnal THT - KL Vol.7, No.1, Januari - April 2014, hlm. 26 - 36

berperan dalam perbaikan jaringan, pembentukan jaringan. Transforming growth factor–β ditemukan
fibrosis, dan mempunyai peran penting dalam dalam jumlah tinggi pada RSK tanpa polip, dan
remodeling saluran nafas. Protein ini dihasilkan dalam kadar rendah pada RSK dengan polip.
oleh berbagai sel, termasuk limfosit, eosinofil, Rendahnya kadar TGF-β pada RSK dengan polip
neutrofil, makrofag, endotel, sel epitel, fibroblas dan nasi menggambarkan rendahnya proses perbaikan
miofibroblas.7,11 Terdapat 3 isoform TGF- β, yaitu jaringan dan pembentukan kolagen, sehingga terjadi
TGF- β1, 2, dan 3, tetapi TGF- β1 yang paling akumulasi albumin dan odema jaringan. Tingginya
banyak ditemukan pada jaringan.7,16 TGF-β pada RSK tanpa polip nasi mengakibatkan
Transforming growth factor–β merupakan penebalan membran basalis, akumulasi kolagen yang
faktor pertumbuhan yang mengatur pertumbuhan berlebihan dan fibrosis.1
sel, migrasi, diferensiasi dan apoptosis sel. Protein Bruaene, et al. pada tahun 2009
ini juga bersifat chemoattractant untuk fibroblas, melakukan pemeriksaan imunohistokimia untuk
meningkatkan sintesis protein matriks ekstra seluler mendeteksi adanya TGF-β1 dan β2 pada mukosa
(fibronektin, elastin, trombospondin, dan kolagen sinonasal penderita RSK dengan polip, RSK tanpa
tipe I, III,IV dan V), dan menurunkan ekspresi polip dan kontrol. Pada kontrol didapatkan TGF-β1
enzim pendegradasi matriks. Interaksi antara TGF- dan β2 pada sel epitel, tetapi tidak didapatkan pada
β dengan sitokin IL-1, IL-2, IL-4, IL-12 atau TNF-α membran basal. Transforming growth factor–β
bisa bersifat sinergistik atau antagonistik tergantung receptor I (TGF-β RI) dan TGF-β RII terdeteksi
lingkungan matriks ekstraseluler, biasanya pada epitel dan sel inflamasi. Pada penderita RSK
mempunyai aktivitas sebagai supresor sistem imun.7 tanpa polip, immunostaining untuk TGF-β1 tersebar
Peningkatan ekspresi TGF-β berhubungan lebih merata pada matriks ekstraseluler.
dengan peningkatan matriks ekstraseluler pada Transforming growth factor–β RI dan RII terdeteksi
penyakit fibroproliferatif. Pada proses wound healing, lebih banyak pada epitel. Pada RSK dengan polip,
TGF-β berperan sebagai salah satu chemoattractant tidak didapatkan TGF-β1 pada epitel, dan TGF-β1
paling poten untuk monosit, neutrofil, dan fibroblas. RI dan RII juga lebih sedikit terdeteksi.19
Protein ini juga menstimulasi
angiogenesis tetapi fungsi
utamanya adalah sebagai
pengatur produksi dan
remodeling matriks
ekstraseluler.7
Pada RSK dengan
polip nasi, terbentuk odem pada
matriks ekstraseluler,
sedangkan pada RSK tanpa
polip nasi terjadi proses fibrosis.
Faktor molekular yang yang
memediasi terjadinya proses
remodeling tersebut belum
sepenuhnya dimengerti, namun
diduga TGF- β yang merupakan
sitokin pleiotropik berperan
sebagai kunci utama. Protein ini
juga mempunyai efek
imunosupresif, sebagai sitokin
counterregulatory untuk
mengurangi inflamasi dan
memulai proses perbaikan Gambar 5. Immunostaining untuk TGF-β1(A-C), TGF-β2 (D-F),
TGF-β RI (G-I) dan TGF-β RII (J-L).19

31
Remodeling Mukosa.... (M. Reza Mahardhika, Irwan Kristyono)

Pewarna merah picrosirius digunakan tanpa polip dibandingkan dengan kontrol, terutama
oleh Bruaene, et al. untuk mendeteksi kolagen pada di lapisan epitel. Vascular endothelial growth factor
matriks ekstraseluler, kemudian diperiksa di bawah memodulasi proses angiogenesis dan permeabilitas
mikroskop. Kolagen akan berwarna merah pembuluh darah sehingga dapat mempengaruhi
sedangkan latar belakang akan berwarna kuning terjadinya hiperplasia epitel. Ekspresi VEGF diduga
pucat. Kolagen ditemukan dalam jumlah besar berperan dalam pembentukan odem pada RSK
dalam matriks ekstraseluler pada RSK tanpa polip dengan polip.1
dan secara signifikan lebih rendah pada RSK Hipoksia relatif pada RSK merupakan
dengan polip dibandingkan dengan kontrol.19 pemicu meningkatnya faktor-faktor angiogenik

Gambar 6. Pewarnaan picrosirius untuk mendeteksi kolagen pada matriks ekstraseluler.19

tersebut. Hipoksia menginduksi pembentukan


3.3 Hiperplasia sel goblet dan VEGF melalui hypoxia-inducibe factor-α (HIF-α).
kelenjar submukosa Pembuntuan kompleks ostiomeatal menyebabkan
Hipersekresi mukus adalah salah satu hipoksia sinus yang meningkatkan ekspresi HIF-α,
gejala yang sering pada RSK dan merupakan salah yang selanjutnya HIF-α akan menyebabakna
satu gambaran remodeling pada RSK. Selain peningkatan VEGF, TGF-β, nitric oxide synthetase,
jumlah mukus bertambah banyak, terjadi perubahan MMP dan IL-8. Terdapat peningkatan HIF-α pada
pula pada viskositas mukus.1 Hipersekresi tersebut pasien RSK dengan polip dibandingkan dengan
akibat hiperplasia sel goblet dan kelenjar kontrol.1
submukosa. Pada suatu penelitian, didapatkan
jumlah sel-sel asinar submukosa pada RSK 3.5 Infiltrasi sel inflamasi
meningkat secara bermakna dibandingkan kontrol.15 Eosinofil didapatkan dalam jumlah
Hiperplasia dan hipertrofi kelenjar terutama banyak di dalam mukosa saluran nafas, sehingga
didapatkan pada RSK tanpa polip. Epidermal berhubungan erat dengan penyakit-penyakit saluran
growth factor dan sitokin diduga berperan dalam nafas terutama asma dan rinitis alergi. Eosinofil
hiperplasia kelenjar tersebut. Sitokin yang berperan juga mempunyai peran penting dalam kejadian
antara lain TNF-α, IL-8, dan IL-13.1,15 RSK sehingga beberapa peneliti pernah
menganggap bahwa RSK merupakan murni
3.4 Angiogenesis penyakit eosinofilik.1 Pada penelitian yang
Faktor angiogenik ditemukan di lapisan dilakukan oleh Sobol et al. pada 14 pasien RSK,
lamina propria pada RSK, terutama RSK dengan didapatkan peningkatan jumlah limfosit T, eosinofil,
polip. Angiogenin yang merupakan faktor dan basofil dibandingkan dengan kontrol.10 Infiltrasi
penginduksi terjadinya pembentukan pembuluh eosinofil dapat menyebabkan kerusakan jaringan
darah, dihubungkan dengan RSK dengan polip. yang luas, sehingga mempunyai peran cukup
Vascular endothelial growth factor (VEGF) penting dalam remodeling jaringan dan perbaikan
ditemukan dalam jumlah lebih banyak pada RSK jaringan.1

32
Jurnal THT - KL Vol.7, No.1, Januari - April 2014, hlm. 26 - 36

Eosinofil berperan dalam remodeling mengembalikan fungsi mukosa sinus, tetapi pada
melalui rilis mediator, termasuk eosinophilic beberapa kasus tidak terjadi kesembuhan. Teknik
cationic protein, major basic protein, dan leukotrien operasi yang lebih radikal dapat digunakan untuk
C4. Mediator-mediator tersebut menyebabkan menangani RSK yang diduga sudah irreversible,
penumpukan matriks ekstraseluler, kerusakan dengan menghilangkan mukosa sinus sehingga
lapisan epitel, dan penebalan membran basalis.1 diharapkan terjadi regerasi mukosa normal. Cutler
Eosinofil juga memproduksi sitokin profibrotik et al. melakukan prosedur Caldwell-Luc pada
yaitu IL-11 dan IL-17A. Ekspresi IL-11 pasien-pasien yang sudah mengalami kegagalan
mengakibatkan penumpukan kolagen tipe I, dengan dua kali middle meatal antrostomy (MMA),
sedangkan IL-17A menyebabkan kerusakan epitel dengan response rate sebesar 92%.4
dan penebalan membran basalis.4 Kikawada et al. menggunakan high-
Infiltrasi eosinofil terjadi lebih tinggi pada pressure water jet (HPJW) pada 45 penderita RSK
penderita RSK yang mempunyai asma atau yang mengalami kegagalan setelah terapi medis dan
intoleransi terhadap aspirin. Pada penderita tersebut keluhan menetap setelah operasi FESS. Teknik
juga ditemukan tingkat ketebalan membran basalis HPJW menghilangkan mukosa sinus tetapi tetap
yang lebih tinggi. Haruna et al. meneliti bahwa mempertahankan periosteum. Periosteum yang
TGF-β dan miofibroblas meningkat secara intak diharapkan akan menghasilkan regenerasi
signfikan dibandingkan dengan kontrol. Fibroblas mukosa normal tanpa menimbulkan jaringan parut
memproduksi chemoattractant eosinofil yaitu (scar tissue). Tindakan tersebut berhasil
eotaxin dan regulated on activation, normal T menghilangkan gejala pada semua penderita, dan
expressed and secreted (RANTES) sehingga terjadi tidak didapatkan jaringan parut pada mukosa sinus.
4,22
infiltrasi eosinofil pada mukosa sinus. Eosinofil dan
fibroblas secara bersama-sama mempertahankan Abd el-Fattah et al. membandingkan
keadaan inflamasi dan remodeling pada mukosa MMA fungsional dengan prosedur antrektomi
sinus.4 radikal pada suatu penelitian prospektif. Pada
kelompok antrektomi radikal, mukosa sinus
PENGARUH REMODELING MUKOSA dibuang secara komplit menggunakan forsep lurus
PADA RSK dan bengkok, baik melalui fossa kanina atau melalui
Remodeling mukosa merupakan salah antrostomi dengan visualisasi endoskopi langsung.
satu penyebab dari kegagalan terapi RSK bahkan Hasil penelitian tersebut menunjukkan hasil yang
setelah dilakukan tindakan operasi FESS. Durasi lebih baik pada kelompok radikal.4
gejala RSK berhubungan dengan tingkat ketebalan Peneliti lain menggunakan pendekatan
membran basalis. Penderita RSK dengan gejala lain untuk mengatasi keadaan difungsional dari
yang lebih lama menunjukkan tingkat ketebalan mukosa. Mereka beranggapan bahwa pada RSK
membran basalis yang lebih tinggi daripada yang recalcitrant, klirens mukosilier tetap
penderita dengan durasi gejala yang lebih pendek. terganggu meskipun telah dilakukan reventilasi
Kortikosteroid dapat mengurangi infiltrasi eosinofil, yang adekuat melalui MMA tradisional. Keadaan
proliferasi fibroblas dan diferensiasi miofibroblas, disfungsi tersebut mengakibatkan aliran cairan atau
sehingga bisa mencegah terjadinya remodeling bila mukus di dalam sinus menjadi tergantung gaya
digunakan lebih awal.4 gravitasi, sehingga memerlukan pelebaran ostium
Richtsmeier meneliti 85 penderita dengan ke arah inferior. Rodriguez et al. dan Woodworth et
RSK refrakter setelah dilakukan operasi, dan al. melakukan MMA yang diperluas ke arah meatus
menemukan bahwa salah satu dari penyebab inferior. Tindakan tersebut aman dan efektif untuk
terbanyak kegagalan terapi karena adanya disfungsi menangani rinosinusitis maksilaris yang refrakter
aliran mukosilier yang persisten pasca operasi. terhadap operasi endoskopi.4
Disfungsi tersebut bersifat irreversible akibat proses
remodeling mukosa. Operasi FESS bertujuan untuk

33
Remodeling Mukosa.... (M. Reza Mahardhika, Irwan Kristyono)

RINGKASAN ketidakseimbangan antara penumpukan dengan


Rinosinusitis kronik adalah suatu degradasi kolagen sehingga menghasilkan
inflamasi pada mukosa hidung dan sinus paranasal penebalan lapisan membran basalis, infiltrasi sel-
yang berlangsung selama dua belas minggu atau sel inflamasi, dan pembentukan pembuluh darah
lebih gejala dimana salah satunya adalah buntu baru.
hidung (nasal blockage/obstruction/congestion) Remodeling mukosa pada RSK dapat
atau nasal discharge (anterior/posterior nasal drip), menyebabkan gagalnya terapi dengan obat-obatan,
±nyeri fasial/pressure, ±penurunan/hilangnya daya sehingga memerlukan tindakan bedah. Teknik
penciuman yang didukung oleh pemeriksaan operasi yang lebih radikal dapat dilakukan pada
penunjang endoskopi atau CT-scan. RSK yang sudah mengalami remodeling mukosa.
Inflamasi kronis pada mukosa saluran
nafas menyebabkan remodeling mukosa dengan
gambaran proliferasi epitel, hiperplasia sel goblet,

34
Jurnal THT - KL Vol.7, No.1, Januari - April 2014, hlm. 26 - 36

DAFTAR PUSTAKA 7. Watelet JB. Fibrogenic growth factors and


1. Fokkens W, Lund V, Mullol J, Bachert C, metalloproteinases during wound healing after
Alobid I, Baroody F, et al. European position sinus surgery. Allergy 2004 59: 54-60.
paper on rhinosinusitis and nasal polyps 2012. Available from:
Rhinology 2012; 50 (suppl 23): 1-109. lib.ugent.be/fulltxt/RUG01/000/804/293/RUG
Available from: www.rhinologyjournal.com/ 01-000804293_2010_0001_ AC.pdf Accessed
supplement_23.pdf. Accessed September 14, September 13, 2012.
2012.
8. Li CW, Shi L, Zhang KK, Li TY, Lin ZB, Lim
2. Busquets JM, Hwang PH. Nonpolypoid MK, et al. Role of p63/p73 in epithelial
rhinosinusitis: Classification, diagnosis and remodeling and their response to steroid
treatment. In: Bailey BJ, Johnson JT, Newlands treatment in nasal polyposis. J Allergy Clin
SD, eds. Head & Neck Surgery– Immunol 2011; 127(3): 765-72. Available
Otolaryngology. 4th ed. Vol 1. Philadelphia: from:
Lippincott Williams & Wilkins; 2006.p. 406- http://download.journals.elsevierhealth.com/pd
16. fs/journals/0091-6749/PIIS00
91674910019512.pdf Accessed August 28,
3. Ponikau JU, Sherris DA, Kephart GM, Kern 2012.
EB, Gaffey TA, Tarara JE, et al. Feature of
airway remodeling and eosinophilic 9. Zimmermann KS. Transmucosal nasal drug
inflammation in chronic rhinosinusitis: is the delivery. Basel: University of Basel; 2008.p.1-
histopathology similar to asthma? J Allergy 20. Available from:
Clin Immunol 2003; 112(5): 877-82. Available http://edoc.unibas.ch/783/1/DissB_8343.pdf
from: http://download.journals Accessed September 20, 2012.
elsevierhealth.com/pdfs/journals/0091-
6749/PIIS0091674903020955.pdf Accessed 10. Sobol SE, Fukakusa M, Christodoulopoulos P,
September 14, 2012. Manoukian JJ, Schloss MD, Frenkiel S, et al.
Inflammation and remodeling in sinus mucosa
4. Bassiouni A, Naidoo Y, Wormald PJ. Does in children and adults with chronic sinusitis.
mucosal remodeling in chronic rhinosinusitis Laryngoscope 2003; 113: 410-4.
result in irreversible mucosal disease?
Laryngoscope 2012; 122: 225-229. 11. Little SC, Early B, Woodard CR, Shonka DC,
Han JK, Borish L, et al. Dual action of TGF-
5. Beule AG. Physiology and pathophysiology of β1 on nasal-polyp derived fibroblast.
respiratory mucosa of the nose and the Laryngoscope 2008; 118: 320-4. Available
paranasal sinuses. GMS current topics in from:
otorhinolaryngology – head and neck surgery http://download.journals.elsevierhealth.com/pd
2010; 9: 1-24. Available form: fs/ journals/0091-
http://www.egms.de/ 6749/PIIS0091674909006447.pdf Accessed
static/pdf/journals/cto/2011-9/cto000071.pdf August 21, 2012.
Accessed September 10, 2012.
12. Gunta S, Mara P, Ligija K. Tissue remodeling
6. Amedee RG, Miller AJ. Sinus anatomy and process in upper airway mucosa in case of
function. In: Bailey BJ, Johnson JT, Newlands isolated post nasal drip syndrome. Medianos
SD, eds. Head & Neck Surgery – teorija ir praktika 2012; T.18(Nr.3): 260-6.
Otolaryngology. 4th ed. Vol 1. Philadelphia: Available from:
Lippincott Williams & Wilkins; 2006. p. 321- www.mtp.lt/files/MTP3_1str.pdf Accessed
8. September 10, 2012.

35
Remodeling Mukosa.... (M. Reza Mahardhika, Irwan Kristyono)

13. Cervin A, Wallwork B. Macrolide therapy of 19. Bruaene NV, Derycke L, Novo CAP, Gevaert
chronic rhinosinusitis. Rhinology 2007; 45: P, Holtappels G, Ruyck ND, et al. TGF-β
259-67. Available from: signaling and collagen deposition in chronic
http://www.rhinologyjournal.com/ rhinosinisitis. J Allergy Clin Immunol 2009;
Rhinology_issues/Cervin.pdf Accessed 124(2): 253-9. Available from:
September 10, 2012. http://download.journals.
elsevierhealth.com/pdfs/journals/0091-
14. Basinski TM, Holzmann D, Eiwegger T, 6749/PIIS0091674909006381.pdf Accessed
Zimmermann M, Klunker S, Meyer N, et al. September 14, 2012.
Dual nature of T-cell epithelium interaction in
chronic rhinosinusitis. J Allergy Clin Immunol 20. Mackay SI, Lund VJ. Imaging and staging in:
2009; 124(1): 74-80. Available from: Mygind N, Lildholdt T eds. Nasal Polyposis 1st
http://download.journals.elsevierhealth.com/pd ed. Copenhagen: BMJ;1997: 137-143.
fs/journals/0091-6749/PIIS00
91674909006447.pdf Accessed September 10, 21. Marshall KG. Nasal polyps in: Marshall KG,
2012. Attia EL eds. Disorder of the Nose and
Paranasal Sinuses; 1990: 217-231.
15. Takeuchi K, Majima Y. Remodeling in chronic
sinusitis and nasal polyps. Allergology 22. Kikawada T, Nonoda T, Matsumoto M, Kikura
International 2005; 54(1): 39-43. Available M, Kikawada K. Treatment of intractable
from: http://ai.jsaweb.jp/pdf/054010039.pdf diseased tissue in the maxillary sinus after
Accessed September 10, 2012. endoscopic sinus surgery with high-pressure
water jet and preservationof the periosteum.
16. Wang QP, Escudier E, Thoraval FR, Samad Arch Otolaryngol Head Neck Surg 2000; 126:
ISA, Peynegre R, Coste A. Myofibroblast 55-61. Available from:
accumulation induced by transforming growth http://archotol.jamanetwork.com/article.aspx?a
factor-β is involved in the pathogenesis of nasal rticleid=404054 Accessed September 14,
polyps. Laryngoscope 1997; 107: 926-32. 2012.

17. Tomassen P, Zele TV, Zhang N, Bruaene NV,


Gevaert P, Bachert C. Pathophysology of
chronic rhinosinusitis. Proceedings of the
American Thoracic Surgery 2011; 8:115-20.
Available from: http://pats.atsjournals.org/
content/8/1/115.full.pdf+html Accessed
September 10, 2012.

18. Li X, Meng J, Qiao X, Liu Y, Liu F, Zhang N,


et al. Expression of TGF, matrix
metalloproteinases, and tissue inhibitors in
Chinese chronic rhinosinusitis. J Allergy Clin
Immunol 2010; 125(5): 1061-8. Available
from:
http://download.journals.elsevierhealth.com/pd
fs/journals/0091-6749/PIIS00
91674910003660.pdf Accessed September 14,
2012.

36

Anda mungkin juga menyukai