M Reza Stabilo
M Reza Stabilo
26
Jurnal THT - KL Vol.7, No.1, Januari - April 2014, hlm. 26 - 36
27
Remodeling Mukosa.... (M. Reza Mahardhika, Irwan Kristyono)
perubahan mukosa pada kompleks radiologis mukosa sinus yang abnormal pada 88%
ostiomeatal dan atau sinus paranasal. kasus. Asma dilaporkan terjadi pada 26% RSK
Berdasarkan temuan endoskopi, RSK dibagi dengan polip dibandingkan 6% dari kontrol.1
menjadi 2 yaitu RSK tanpa polip nasi dan RSK
dengan polip nasi.1 2.2.5 Sensitivitas aspirin
Penderita sensitivitas aspirin juga
2.2 Etiologi menderita RSK dengan polip pada 36%-96% kasus
Faktor-faktor yang berhubungan dengan dan 96% mempunyai gambaran radiologis yang
RSK antara lain: abnormal pada sinus paranasalis.1
28
Jurnal THT - KL Vol.7, No.1, Januari - April 2014, hlm. 26 - 36
lama dibandingkan dengan membran basalis yang merupakan kelainan patologis pada pasien RSK.3
lebih tipis. Penelitian lain menunjukkan bahwa pada Penebalan membran basalis dapat dikategorikan
penderita dewasa terdapat penumpukan kolagen menjadi 3 derajat seperti pada tabel 2.
dan ketebalan membran basalis yang lebih tinggi
dibandingkan dengan anak-anak. Hal tersebut
menunjukkan lamanya gejala yang terjadi pada
penderita dewasa, atau karena infiltrasi eosinofil
yang lebih banyak pada penderita dewasa.4
Tabel 2. Derajat penebalan membran basalis.3
3.1 Abnormalitas epitel
Epitel normal hidung dan sinus Ponikau et al. meneliti bahwa terjadi
paranasalis terdiri atas lapisan kolumnar bersilia dan penebalan membran basalis pada semua penderita
sel-sel sekretorik yang didukung oleh sel basal. RSK. Pada 95% penderita didapatkan penebalan
Pada sinus maksilaris normal, lebih dari 90% membran basalis lebih dari 20 µm, sedangkan 5%
permukaan mukosanya diliputi oleh silia. penderita mengalami penebalan kurang dari 20 µm.
Sedangkan pada RSK terjadi perubahan struktur Tidak ada perbedaan tingkat kerusakan antara
epitel, dari epitel bersilia menjadi epitel squamous. penderita RSK dengan alergi maupun tanpa alergi.
Perubahan tersebut akan mengganggu proses Hal tersebut terjadi karena adanya akumulasi
transpor mukosilier pada sinus. 13 matriks ekstraseluler dan infiltrasi sel-sel
Kerusakan epitel terjadi pada RSK dengan inflamatorik.3
berbagai derajat, mulai dari derajat 0 (epitel intak),
sampai dengan derajat 3 (epitel hilang) seperti pada
tabel 1. Penelitian yang dilakukan oleh Ponikau et
al. didapatkan bahwa terjadi kerusakan epitel pada
semua pasien RSK, dengan 91% pasien didapatkan
kerusakan pada seluruh lapisan epitel sampai ke
lapisan membran basalis. Kerusakan lapisan atas
epitel didapatkan pada 9% pasien.3 Perubahan pada
epitel terjadi karena proses apoptosis sel-sel pada
lapisan tersebut. Proses apoptosis tersebut diduga
akibat pengaruh interferon-γ (IFN- γ), karena
didapatkan kenaikan ekspresi dari IFN- γ pada
penderita RSK.14
Gambar 3. Kerusakan epitel dan
penebalan membran basalis dalam berbagai
derajat. 1a: epitel normal (derajat 0) dan tidak
ada penebalan membran basalis (derajat 0).
1b: silia menghilang (derajat 1) dan penebalan
membran basalis <20 µm (derajat 1). 1c:
lapisan atas epitel mengalami erosi, lapisan
Tabel 1. Derajat kerusakan epitel.3 dasar masih intak (derajat 2), dan penebalan
membran basalis <20 µm (derajat 1). 1d: erosi
3.2 Penebalan membran basalis dan komplit epitel (derajat 3), dan penebalan masif
fibrosis subepitel membran basalis (derajat 2).3
Inflamasi kronis pada RSK
mengakibatkan proliferasi epitel dan penebalan
membran basalis. Penebalan membran basalis
29
Remodeling Mukosa.... (M. Reza Mahardhika, Irwan Kristyono)
Gambar 4. Pola remodeling pada RSK tanpa polip (A) dan RSK dengan polip (B).18
30
Jurnal THT - KL Vol.7, No.1, Januari - April 2014, hlm. 26 - 36
berperan dalam perbaikan jaringan, pembentukan jaringan. Transforming growth factor–β ditemukan
fibrosis, dan mempunyai peran penting dalam dalam jumlah tinggi pada RSK tanpa polip, dan
remodeling saluran nafas. Protein ini dihasilkan dalam kadar rendah pada RSK dengan polip.
oleh berbagai sel, termasuk limfosit, eosinofil, Rendahnya kadar TGF-β pada RSK dengan polip
neutrofil, makrofag, endotel, sel epitel, fibroblas dan nasi menggambarkan rendahnya proses perbaikan
miofibroblas.7,11 Terdapat 3 isoform TGF- β, yaitu jaringan dan pembentukan kolagen, sehingga terjadi
TGF- β1, 2, dan 3, tetapi TGF- β1 yang paling akumulasi albumin dan odema jaringan. Tingginya
banyak ditemukan pada jaringan.7,16 TGF-β pada RSK tanpa polip nasi mengakibatkan
Transforming growth factor–β merupakan penebalan membran basalis, akumulasi kolagen yang
faktor pertumbuhan yang mengatur pertumbuhan berlebihan dan fibrosis.1
sel, migrasi, diferensiasi dan apoptosis sel. Protein Bruaene, et al. pada tahun 2009
ini juga bersifat chemoattractant untuk fibroblas, melakukan pemeriksaan imunohistokimia untuk
meningkatkan sintesis protein matriks ekstra seluler mendeteksi adanya TGF-β1 dan β2 pada mukosa
(fibronektin, elastin, trombospondin, dan kolagen sinonasal penderita RSK dengan polip, RSK tanpa
tipe I, III,IV dan V), dan menurunkan ekspresi polip dan kontrol. Pada kontrol didapatkan TGF-β1
enzim pendegradasi matriks. Interaksi antara TGF- dan β2 pada sel epitel, tetapi tidak didapatkan pada
β dengan sitokin IL-1, IL-2, IL-4, IL-12 atau TNF-α membran basal. Transforming growth factor–β
bisa bersifat sinergistik atau antagonistik tergantung receptor I (TGF-β RI) dan TGF-β RII terdeteksi
lingkungan matriks ekstraseluler, biasanya pada epitel dan sel inflamasi. Pada penderita RSK
mempunyai aktivitas sebagai supresor sistem imun.7 tanpa polip, immunostaining untuk TGF-β1 tersebar
Peningkatan ekspresi TGF-β berhubungan lebih merata pada matriks ekstraseluler.
dengan peningkatan matriks ekstraseluler pada Transforming growth factor–β RI dan RII terdeteksi
penyakit fibroproliferatif. Pada proses wound healing, lebih banyak pada epitel. Pada RSK dengan polip,
TGF-β berperan sebagai salah satu chemoattractant tidak didapatkan TGF-β1 pada epitel, dan TGF-β1
paling poten untuk monosit, neutrofil, dan fibroblas. RI dan RII juga lebih sedikit terdeteksi.19
Protein ini juga menstimulasi
angiogenesis tetapi fungsi
utamanya adalah sebagai
pengatur produksi dan
remodeling matriks
ekstraseluler.7
Pada RSK dengan
polip nasi, terbentuk odem pada
matriks ekstraseluler,
sedangkan pada RSK tanpa
polip nasi terjadi proses fibrosis.
Faktor molekular yang yang
memediasi terjadinya proses
remodeling tersebut belum
sepenuhnya dimengerti, namun
diduga TGF- β yang merupakan
sitokin pleiotropik berperan
sebagai kunci utama. Protein ini
juga mempunyai efek
imunosupresif, sebagai sitokin
counterregulatory untuk
mengurangi inflamasi dan
memulai proses perbaikan Gambar 5. Immunostaining untuk TGF-β1(A-C), TGF-β2 (D-F),
TGF-β RI (G-I) dan TGF-β RII (J-L).19
31
Remodeling Mukosa.... (M. Reza Mahardhika, Irwan Kristyono)
Pewarna merah picrosirius digunakan tanpa polip dibandingkan dengan kontrol, terutama
oleh Bruaene, et al. untuk mendeteksi kolagen pada di lapisan epitel. Vascular endothelial growth factor
matriks ekstraseluler, kemudian diperiksa di bawah memodulasi proses angiogenesis dan permeabilitas
mikroskop. Kolagen akan berwarna merah pembuluh darah sehingga dapat mempengaruhi
sedangkan latar belakang akan berwarna kuning terjadinya hiperplasia epitel. Ekspresi VEGF diduga
pucat. Kolagen ditemukan dalam jumlah besar berperan dalam pembentukan odem pada RSK
dalam matriks ekstraseluler pada RSK tanpa polip dengan polip.1
dan secara signifikan lebih rendah pada RSK Hipoksia relatif pada RSK merupakan
dengan polip dibandingkan dengan kontrol.19 pemicu meningkatnya faktor-faktor angiogenik
32
Jurnal THT - KL Vol.7, No.1, Januari - April 2014, hlm. 26 - 36
Eosinofil berperan dalam remodeling mengembalikan fungsi mukosa sinus, tetapi pada
melalui rilis mediator, termasuk eosinophilic beberapa kasus tidak terjadi kesembuhan. Teknik
cationic protein, major basic protein, dan leukotrien operasi yang lebih radikal dapat digunakan untuk
C4. Mediator-mediator tersebut menyebabkan menangani RSK yang diduga sudah irreversible,
penumpukan matriks ekstraseluler, kerusakan dengan menghilangkan mukosa sinus sehingga
lapisan epitel, dan penebalan membran basalis.1 diharapkan terjadi regerasi mukosa normal. Cutler
Eosinofil juga memproduksi sitokin profibrotik et al. melakukan prosedur Caldwell-Luc pada
yaitu IL-11 dan IL-17A. Ekspresi IL-11 pasien-pasien yang sudah mengalami kegagalan
mengakibatkan penumpukan kolagen tipe I, dengan dua kali middle meatal antrostomy (MMA),
sedangkan IL-17A menyebabkan kerusakan epitel dengan response rate sebesar 92%.4
dan penebalan membran basalis.4 Kikawada et al. menggunakan high-
Infiltrasi eosinofil terjadi lebih tinggi pada pressure water jet (HPJW) pada 45 penderita RSK
penderita RSK yang mempunyai asma atau yang mengalami kegagalan setelah terapi medis dan
intoleransi terhadap aspirin. Pada penderita tersebut keluhan menetap setelah operasi FESS. Teknik
juga ditemukan tingkat ketebalan membran basalis HPJW menghilangkan mukosa sinus tetapi tetap
yang lebih tinggi. Haruna et al. meneliti bahwa mempertahankan periosteum. Periosteum yang
TGF-β dan miofibroblas meningkat secara intak diharapkan akan menghasilkan regenerasi
signfikan dibandingkan dengan kontrol. Fibroblas mukosa normal tanpa menimbulkan jaringan parut
memproduksi chemoattractant eosinofil yaitu (scar tissue). Tindakan tersebut berhasil
eotaxin dan regulated on activation, normal T menghilangkan gejala pada semua penderita, dan
expressed and secreted (RANTES) sehingga terjadi tidak didapatkan jaringan parut pada mukosa sinus.
4,22
infiltrasi eosinofil pada mukosa sinus. Eosinofil dan
fibroblas secara bersama-sama mempertahankan Abd el-Fattah et al. membandingkan
keadaan inflamasi dan remodeling pada mukosa MMA fungsional dengan prosedur antrektomi
sinus.4 radikal pada suatu penelitian prospektif. Pada
kelompok antrektomi radikal, mukosa sinus
PENGARUH REMODELING MUKOSA dibuang secara komplit menggunakan forsep lurus
PADA RSK dan bengkok, baik melalui fossa kanina atau melalui
Remodeling mukosa merupakan salah antrostomi dengan visualisasi endoskopi langsung.
satu penyebab dari kegagalan terapi RSK bahkan Hasil penelitian tersebut menunjukkan hasil yang
setelah dilakukan tindakan operasi FESS. Durasi lebih baik pada kelompok radikal.4
gejala RSK berhubungan dengan tingkat ketebalan Peneliti lain menggunakan pendekatan
membran basalis. Penderita RSK dengan gejala lain untuk mengatasi keadaan difungsional dari
yang lebih lama menunjukkan tingkat ketebalan mukosa. Mereka beranggapan bahwa pada RSK
membran basalis yang lebih tinggi daripada yang recalcitrant, klirens mukosilier tetap
penderita dengan durasi gejala yang lebih pendek. terganggu meskipun telah dilakukan reventilasi
Kortikosteroid dapat mengurangi infiltrasi eosinofil, yang adekuat melalui MMA tradisional. Keadaan
proliferasi fibroblas dan diferensiasi miofibroblas, disfungsi tersebut mengakibatkan aliran cairan atau
sehingga bisa mencegah terjadinya remodeling bila mukus di dalam sinus menjadi tergantung gaya
digunakan lebih awal.4 gravitasi, sehingga memerlukan pelebaran ostium
Richtsmeier meneliti 85 penderita dengan ke arah inferior. Rodriguez et al. dan Woodworth et
RSK refrakter setelah dilakukan operasi, dan al. melakukan MMA yang diperluas ke arah meatus
menemukan bahwa salah satu dari penyebab inferior. Tindakan tersebut aman dan efektif untuk
terbanyak kegagalan terapi karena adanya disfungsi menangani rinosinusitis maksilaris yang refrakter
aliran mukosilier yang persisten pasca operasi. terhadap operasi endoskopi.4
Disfungsi tersebut bersifat irreversible akibat proses
remodeling mukosa. Operasi FESS bertujuan untuk
33
Remodeling Mukosa.... (M. Reza Mahardhika, Irwan Kristyono)
34
Jurnal THT - KL Vol.7, No.1, Januari - April 2014, hlm. 26 - 36
35
Remodeling Mukosa.... (M. Reza Mahardhika, Irwan Kristyono)
13. Cervin A, Wallwork B. Macrolide therapy of 19. Bruaene NV, Derycke L, Novo CAP, Gevaert
chronic rhinosinusitis. Rhinology 2007; 45: P, Holtappels G, Ruyck ND, et al. TGF-β
259-67. Available from: signaling and collagen deposition in chronic
http://www.rhinologyjournal.com/ rhinosinisitis. J Allergy Clin Immunol 2009;
Rhinology_issues/Cervin.pdf Accessed 124(2): 253-9. Available from:
September 10, 2012. http://download.journals.
elsevierhealth.com/pdfs/journals/0091-
14. Basinski TM, Holzmann D, Eiwegger T, 6749/PIIS0091674909006381.pdf Accessed
Zimmermann M, Klunker S, Meyer N, et al. September 14, 2012.
Dual nature of T-cell epithelium interaction in
chronic rhinosinusitis. J Allergy Clin Immunol 20. Mackay SI, Lund VJ. Imaging and staging in:
2009; 124(1): 74-80. Available from: Mygind N, Lildholdt T eds. Nasal Polyposis 1st
http://download.journals.elsevierhealth.com/pd ed. Copenhagen: BMJ;1997: 137-143.
fs/journals/0091-6749/PIIS00
91674909006447.pdf Accessed September 10, 21. Marshall KG. Nasal polyps in: Marshall KG,
2012. Attia EL eds. Disorder of the Nose and
Paranasal Sinuses; 1990: 217-231.
15. Takeuchi K, Majima Y. Remodeling in chronic
sinusitis and nasal polyps. Allergology 22. Kikawada T, Nonoda T, Matsumoto M, Kikura
International 2005; 54(1): 39-43. Available M, Kikawada K. Treatment of intractable
from: http://ai.jsaweb.jp/pdf/054010039.pdf diseased tissue in the maxillary sinus after
Accessed September 10, 2012. endoscopic sinus surgery with high-pressure
water jet and preservationof the periosteum.
16. Wang QP, Escudier E, Thoraval FR, Samad Arch Otolaryngol Head Neck Surg 2000; 126:
ISA, Peynegre R, Coste A. Myofibroblast 55-61. Available from:
accumulation induced by transforming growth http://archotol.jamanetwork.com/article.aspx?a
factor-β is involved in the pathogenesis of nasal rticleid=404054 Accessed September 14,
polyps. Laryngoscope 1997; 107: 926-32. 2012.
36