Anda di halaman 1dari 7

Tinjauan Pustaka

Penatalaksanaan Polip Nasi dengan Operasi Fungsional Endoskopik Sinus


Erna M. Marbun

Staf Pengajar Bagian THT Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondensi: Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510
Email : erna.marbun@ukrida.ac.id

Abstrak
Polip nasi adalah lesi mukosa hidung atau sinus paranasal yang dapat terjadi karena respons terhadap
inflamasi atau stimulus infeksi. Sekalipun etiologi pasti belum jelas, polip nasi dapat terjadi bersama
astma, alergi, intoleransi aspirin, fungal rhinosinusitis, kista fibrosis, dan dyskinesia siliaris. Gejala
utama adalah sumbatan hidung dan sekret hidung. Dengan adanya endoskopi, diagnosis dan
penatalaksanaan polip nasi dapat dilakukan dengan lebih baik. Penataksanaan pertama adalah dengan
obat. Operasi dilakukan bila tidak ada respons dengan obat. Operasi Fungsional Endoskopik Sinus
(Functional Endoscopic Sinus Surgery/FESS) sekarang merupakan tindakan yang umum dilakukan
dengan hasil yang baik. Kekerapan terjadinya rekurensi polip nasi masih tinggi terutama pada pasien
dengan asma, tetapi terjadinya rekurensi polip nasi masih sukar untuk dipahami.

Kata kunci : polip nasi, FESS

Nasal Polyps Management Using Functional Endoscopic Sinus Surgery


(FESS)
Abstract
Nasal polyps are mucosal lesions of the nasal or paranasal sinuses that can be resulted from a
response to inflammatory or infections stimuli. Although the exact etiology of this polyp remains
unknown,it can coexist with asthma, aspirin intolerance, ,fungal rhinosinusitis, allergy, cystic fibrosis
and ciliary dyskinesia. The main symptoms are nasal obstruction and nasal discharge. Endoscopy
has enhanced the diagnosis and management of nasal polyps.The initial approach is medical
management. Surgical removal is performed for nonresponders to medical management. Functional
Endoscopic sinus surgery (FESS) is nowadays a common and excellent method for the treatment of
nasal polyposis. Recurrance rates are higher in patients with asthma, but precise recurrence remain
elusive

Keywords : nasal polyposis, FESS

Pendahuluan

Polip nasi adalah lesi jinak yang berasal meskipun diagnosis mudah ditegakkan, tetapi
dari mukosa rongga hidung atau sinus karena etiopatogenesisnya yang masih belum
paranasal. Polip nasi terlihat sebagai massa jelas, hasil pengobatan tidak memuaskan dan
yang halus, lonjong, semi tanslusen, yang rekurensi yang tinggi, menyebabkan kasus ini
lebih banyak ditemukan di meatus medius dan merupakan tantangan bagi dokter spesialis
sinus etmoid.1 Polip nasi adalah penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok (THT).
yang sangat tak menyenangkan yang dapat Manifestasi klinis dengan berbagai macam
mengganggu kualitas hidup penderitanya, etiologi seperti non alergi esosinofilik rhinitis,
asma, intoleransi aspirin, kistik fibrosis, dilakukan operasi, pasien yang memberi
Kartegener Syndrome, Young and Churg – respons terhadap pengobatan dengan obat
Strauss2, mekanisme keadaan patologik tidak diperlukan operasi.8
sampai terjadinya polip nasi masih belum
jelas. Terlihat massa tunggal atau multipel Prevalensi
dalam rongga hidung. Walaupun etiologi pasti Menurut beberapa pengarang, prevalensi
belum jelas, patogenesis telah berkembang pada populasi umum bervariasi antara 0,5 –
luas pada akhir-akhir ini, sehingga membuka 4%.2 Pada populasi umum, prevalensi polip
perspektif pilihan untuk pengobatan. nasi sekitar 4 %. Pada penelitian, didapatkan
Pengobatan polip hidung masih dalam prevalensi lebih tinggi, 40%. Polip nasi
perdebatan. Operasi atau obat atau keduanya ditemukan pada usia dewasa dan biasanya usia
direkomendasikan sebagai pengobatan diatas duapuluh tahun. Umumnya tidak
pilihan. Pengobatan polip nasi meliputi obat, ditemukan pada anak – anak di bawah usia
terutama topikal dan sistemik steroid. Banyak sepuluh tahun, bila terdapat pada usia anak-
kepustakaan telah menyatakan efektivitas anak maka kistik fibrosis dan imunodefisiensi
penggunaan steroid.3,4 Tujuan pengobatan harus disingkirkan. Pasien dengan kistik
adalah untuk mengecilkan ukuran polip, atau fibrosis memunyai prevalensi antara 6 – 48 %
kalau mungkin membuangnya, sehingga gejala ditemukan polip nasi.1 Perbandingan laki -
hilang terutama sumbatan hidung, hiposmia, laki dan perempuan adalah 2 : 1. Lebih dari
anosmia dan mengurangi frekuensi infeksi sepertiga kasus polip nasi memunyai asma,
serta memerbaiki gejala yang menyertai di sementara polip nasi ditemukan pada 7%
saluran nafas bawah, di samping itu juga pasien asmatik. Penelitian lain mengatakan
mencegah komplikasi seperti mukokel dan bahwa prevalensi polip nasi lebih tinggi pada
gejala pada mata. Steroid juga diindikasikan pasien asma dari pada yang nonasma dan
untuk persiapan operasi. Operasi dilakukan 16,5% pasien asma lebih dari empat puluh
bila pengobatan klinis dengan obat gagal. tahun ditemukan polip nasi.1 Kebanyakan
Beberapa tipe polip nasi dianjurkan untuk polip nasi letaknya bilateral dalam kedua
membuat staging untuk mengevaluasi evolusi hidung. Pada penelitiannya, Jahromy dan Pour
penyakit ini, untuk staging perlu dilakukan menemukan polip nasi pada laki laki sebanyak
endoskopi. Kepustakaan menyebutkan 60.3% dengan usia rata rata 39,5 tahun.9
beberapa cara untuk melakukan staging, tetapi
belum ada konsensus yang universal.5,6 Gejala Klinik
Operasi fungsional endoskopik sinus telah Umumnya gejala klinik polip nasi adalah
membuka wawasan baru dalam obstruksi hidung yang menetap, hidung yang
penatalaksanaan sinusitis kronik dan polip berair terus menerus, penciuman berkurang,
nasi. Sekarang metode ini sudah umum sakit kepala, post nasal drip bersin, epistaksis,
dilakukan. Kemajuan teknik dengan mendengkur, tetapi dapat tanpa gejala.9
ditemukannya endoskop fiberoptic yang kecil Keluhan anosmia dan hiposmia menyusul
dan computerized scanning sehingga daerah berkurangnya rasa juga ditemukan. Polip nasi
sinus paranasal lebih jelas dan akurat terlihat, dapat menutup ostia dari sinus sehingga
dimana sebelumnya hal ini tidak mungkin. menjadi faktor predisposisi terjadinya infeksi
Messerklinger merupakan pionir FESS pada pada sinus.
tahun 1978, Messerklinger pertama kali Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior
menganjurkan pemikiran mengenai operasi didapatkan massa tunggal atau multipel
osteomeatal kompleks,1 sedangkan istilah keabuan, paling sering berasal dari meatus
FESS diciptakan oleh Kennedy.7 Stamberger medius dan prolaps ke kavum nasi. Polip nasi
dengan endoskop menemukan polip nasi tampak licin, semitranslusen. Massa ini
hampir seluruhnya berasal dari sinus etmoid.8 terdiri atas jaringan ikat jarang, pembengkakan
Pada dekade terahir, banyak penelitian sel inflamasi dan beberapa kapiler dan
melaporkan hasil yang baik setelah operasi kelenjar. Ditutupi oleh beberapa macam tipe
daerah osteomeatal kompleks pada polip nasi. epitel, paling banyak adalah epitel respirasi
Bagaimanapun, menurut “Position pseduostratified dengan sel goblet dan silia.
statement on nasal polyps” pengobatan Paling sering ditemukan bilateral, bila
dengan obat harus dilakukan terlebih dahulu unilateral dibutuhkan pemeriksaan histologik
setidaknya dalam satu bulan sebelum untuk menyingkirkan malignansi dan keadaan
patologik lain seperti inverted papilloma, polip proinflamasi sitokin dari sel epitel sebagai
nasi ini tidak sensitif dan jarang berdarah. hasil kontak antara dua mukosa di tempat yang
Karakteristik polip nasi adalah epitel sempit ini. Turbulensi udara dan perbedaan
kolumnar bersilia, penebalan membran basal, tekanan mungkin dapat juga memengaruhi
stroma edem, tidak ada pembuluh darah, terjadinya hal tersebut. Faktor penting lain
infiltrasi sel plasma dan eosinophil ditemukan yang bervariasi seperti jamur, pembentukan
dalam 85% polip nasi, dengan sel neutrophil biofilm, inflamasi kronik, dan predisposisi
tetap predominan. genetik.10
Cystic fibrosis merupakan salah satu
Patogenesis penyakit yang banyak ditemukan, yang
merupakan autosomal recessive pada populasi
Etiologi polip nasi masih belum diketahui Caucasian. Penyakit ini morbiditas dan
dengan pasti. Beberapa teori mengatakan polip mortalitasnya tinggi karena infeksi
nasi merupakan akibat kondisi inflamasi endobronchial yang kronik dan obstruksi
kronik hidung dan sinus paranasal, dengan pulmoner, malabsorbsi intestinal yang
karakteristik adanya edema stroma dan variasi disebabkan oleh insufisiensi pankreas. Hampir
sel infitrat. Sementara berbagai aspek telah 70 – 100% terbentuk rhinosinusitis dan polip
didokumentasikan untuk menunjang teori ini, nasi pada 40 % kasus.10
penyebab awalnya tetap tidak diketahui dan Banyak pengarang mengatakan bahwa
mungkin berbeda dalam banyak kasus. saluran pernapasan atas dan bawah merupakan
Secara historis polip nasi diduga memunyai sambungan dari jaringan dimana epitel
predisposisi adanya alergi, oleh karena kolumner bersilia. Selanjutnya, konsep satu
ditemukannya gejala sekret hidung yang cair, aliran udara, satu penyakit sudah berkembang
edema mukosa, dan banyaknya eosinofil di seluruh dunia. Asma dan polip nasi
dalam sekret hidung, tetapi penelitian memunyai karakter yang sama yaitu infiltrasi
epidemiologi memerlihatkan sedikit kejadian eosinofil predominan, hiperplasia sel goblet
untuk menunjang hubungan polip nasi dan Th2- sel imun respons. Terdapat beberapa
ditemukan hanya 1-2 % pasien dengan positif perbedaan penting antara mukosa saluran
skin prick test. Ditambahkan, penelitian pernapasan atas dan bawah, disrupsi epitel
memerlihatkan polip nasi tidak ditemukan mukosa hidung, membran basal menebal, dan
pada individu yang atopik, penelitian elastase sel positif, lebih sedikit di mukosa
menunjukkan bahwa total dan Ig E spesifik hidung dibandingkan di mukosa paru.
dan tipe histologik polip nasi alergik tidak
berhubungan dengan skin prick test yang Evaluasi
positif, tetapi berkorelasi dengan jumlah
eosinofil. Jadi memungkinkan bahwa Evaluasi dimulai dengan riwayat penyakit.
mekanisme alergi lokal di dalam absennya Keluhan paling banyak adalah sumbatan
gejala umum dapat memunyai peranan dalam hidung, hipoksia, hiperkapnia, mendengkur,
patogenesis polip nasi, di sekitar polip nasi gangguan tidur, dan meningkatnya risiko
ditemukan peningkatan histamin dan Ig E, sel hipertensi. Polip dapat menyumbat aliran
mast dan eosinofil didapatkan di dalam polip, udara ke celah olfaktori sehingga terjadi
sehingga inflamasi diduga sebagai faktor kehilangan penciuman. Keluhan sinus dapat
utama pembentukan polip. terjadi. Pemeriksaan telinga hidung tenggorok
Beberapa mekanisme memerkirakan secara menyeluruh dilakukan dengan fokus
terbentuknya polip nasi, termasuk alergi, pada hidung. Pemeriksaan dengan rhinoskopi
infeksi, ketidakseimbangan otonom, kelainan anterior dan posterior. Polip nasi tidak umum
transpor ion transepitel, kelainan ditemukan pada anak–anak, dan bila
mukopolisakrid, enzim, obstruksi, dan ruptur ditemukan harus dievaluasi dengan cepat
epitel. adanya kistik fibrosis. Polip nasi unilateral
Polip nasi tumbuh dari mukosa hidung, dapat diduga sebagai papiloma inverted atau
dapat berasal dari setiap bagian mukosa tumor pada orang dewasa, sedangkan pada
hidung dan sinus paranasal, bentuknya licin, anak-anak, dermoid kista, ensephalocel, dan
semitranslusen, pucat. Berasal dari membran glioma. Pemeriksaan rongga mulut dilihat
mukosa dari osteomeatal kompleks, bagian belakang palatum mole, adanya
kemungkinan karena terbentuknya
antrokoanal polip, sedangkan postnasal drip
mengindikasikan adanya infeksi.

Endoskopi Endoskopi

Endoskopi nasal memberi visualisasi yang


sangat baik, terutama polip ukuran kecil di
meatus medius (Gambar 1). Juga
memerlihatkan asal dari polip dan
abnormalitas anatomi. Endoskopi memakai
endoskop dengan sudut 0 dan 30 derajat, untuk Gambar 2 : CT Scan Sinus Paranasal
melihat variasi anatomi dan polip di daerah Potongan Koronal Memerlihatkan Polip
kompleks osteometal. Nasi.11

Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksan plain X-rays sinus paranasal


tidak sensitif dan tidak dapt menegakkan
diagnosis polip nasi, tetapi dapat
memerlihatkan adanya opifikasi dari sinus
yang terkena. Foto sinus paranasal posisi
Water’s, lateral termasuk nasofaring. CT scan
(Gambar 2) dapat memerlihatkan luasnya
polip nasi dan variasi anatomi yang diperlukan Gambar 3 : Kompleks Osteometal. 11
untuk operasi. Hal ini tidak dianjurkan untuk
langkah primer untuk menegakkan diagnosis,
kecuali ada tanda unilateral dan gejala dari Histoptologi
sinus lain, tetapi lebih ke riwayat penyakit dan
hasil pemeriksaan endoskopik setelah Analisis polip nasi ditemukan peningkatan
pengobatan medikal gagal. CT Scan perlu pada infiltrasi sel inflamasi, produksi sitokin, dan
kasus yang unilateral, kegagalan dengan kemokin, peningkatan level IL-8 dapat
pengobatan medikal atau diduga adanya menginduksi infiltrasi neutrofil. Telah
komplikasi. Dilakukan CT Scan potongan diobservasi juga bahwa serum IgA dan IgE
axial dan koronal, merupakan petunjuk jalan juga meningkat pada polip nasi. Pada
untuk operator dalam merencanakan prosedur sinonasal poliposis analisis mukosa hidung
operasi, dan menilai prognosis serta ditemukan eosinofil, sel mast, dan sel plasma
suksesnya operasi.11 juga meningkat dibandingkan normal. Pada
kepustakaan, pada sinonasal poliposis
dikatakan bahwa total serum IgE meningkat.
Berdasarkan histopatologi, polip nasi dibagi
dalam dua grup alergi dan non – alergi. Pada
grup yang alergi, nasal polip ditemukan
inflamasi eosinofil dominan, mucin alergi,
hiperplasia sel goblet, hipertrofi kelenjar. Polip
nasi mengandung banyak sel inflamasi dan
mediator, hal ini memunyai peran yang
krusial dalam etiologi polip nasi.
Dalam penelitiannya, Chaitanya
menyatakan, sino nasal polyp dibagi dalam
Gambar 1 : Terlihat Polip Nasi di Meatus
grup yang eosinofilik atau alergi dan tipe
Medius Dilihat dengan Endoskop. 11
inflamasi, tergantung predominan eosinofil
pada pemeriksaan histopatologi.12 polip nasi
yang grup eosinofilik, didominasi inflamasi
eosinofil, allergic mucin, hiperplasia sel
goblet, hipertrofi kelenjar.
Polip nasi terdiri atas jaringan ikat jarang, langsung dengan mengurangi sekresi
sel infamasi dan beberapa kapiler, dan chemotactic cytokines oleh mukosa hidung dan
kelenjar. Polip nasi diliputi oleh epitel sel epitel polip. Kortikosteroid digunakan
berbeda, paling banyak epitel pseudostratified untuk terapi primer dan untuk mencegah
respiratory , sel goblet, dan silia. rekurensi. Pemakaian glukokortikoid harus
hati - hati pada pasien dengan diabetes,
Pengobatan hipertensi yang tidak terkontrol, dan penyakit
ulkus peptikus. Pengobatan dimulai dengan
Pengobatan polip nasi meliputi kombinasi topikal nasal steroid bersama pengobatan
dari observasi, medikal, dan operasi. penyakit yang menyertai atau alergi. Topikal
Umumnya, pengobatan medikal telah nasal steroid bisa dengan semprot atau tetes.
diberikan di primer care sebelum dikonsulkan Stjarne dan kawan-kawan (2006) dalam
ke spesialis THT. Tujuan pengobatan adalah penelitiannya menemukan perubahan
untuk menyingkirkan atau mengecilkan bermakana, terdapat penurunan kongesti nasal,
dengan signifikan ukuran polip nasi yang ukuran polip, dan memerbaiki kualitas hidup.
mengakibakan obstruksi hidung, memerbaiki Meskipun keuntungan untuk gejala telah
drainase sinus serta memerbaiki penciuman terbukti, untuk efektivitas menurunkan ukuran
dan pengecapan. polip nasi memerlukan operasi. Steroid
Gejala rhinitis yang menyertai polip nasi sistemik masih memerlukan penelitian lebih
juga diobati. Dengan kedua pengobatan ini, lanjut untuk kasus yang berulang, terutama
rekurensi polip nasi sering terjadi terutama bila terdapat alergi (masih dalam perdebatan).
pasien dengan asma dimana rekurensi dua kali Antibiotik seringkali digunakan pada
lebih sering dibanding dengan yang rhinosinusitis akut maupun kronik, tetapi hal
nonasmatik. Ebba dan kawan - kawan ini tidak efekif pada polip nasi yang tidak
meneliti pengobatan polip nasi dengan memunyai komplikasi. Mukolitik dapat
medikal dan operasi. Pasien dievaluasi dengan diberikan untuk mengurangi kekentalan sekret
endoskopi nasal, gejala, dan ambang sinus. Antihistamin memberikan pengurangan
penciuman. Hasilnya adalah penciuman gejala yang bermakna pada polip nasi yang
membaik dengan kombinasi lokal dan oral tunggal.
steroid, dikatakan operasi tidak memerbaiki
penciuman. Gejala membaik dengan hanya Operasi
pengobatan medikal tetapi operasi memunyai
keuntungan lain yaitu dalam hal sumbatan dan Operasi pengangkatan polip nasi
sekret. Kesimpulan dalam penelitiannya dicadangkan untuk kasus yang berulang
adalah bila penciuman terganggu maka dengan pengobatan medikal. Terjadinya
pengobatan medik cukup, bila obstruksi jadi rekurensi sekitar 5-10%. Teknik operasi telah
keluhan utama, maka setelah pemberian terbukti berhasil membersihkan polip nasi,
steroid operasi nerupakan indikasi.13 dalam 20 tahun terahir dengan berkembangnya
endoscopic sinus surgery . Dengan pengertian
Pengobatan Medikal lebih baik mengenai anatomi kompleks
osteomeatal (KOM) (Gambar 3), dan cara
Kortikosteroid lokal merupakan drug of mukosiliari bekerja untuk membersihkan,
choice yang dapat mengurangi ukuran polip FESS saat ini merupakan hal utama dalam
dan memerbaiki pernapasan serta mencegah pengobatan polip nasi. FESS telah digunakan
kekambuhan. Pemakaian topikal dalam lebih dari dua puluh tahun untuk
kortikosteroid telah memerbaiki penyakit penalataksaaan polip nasi, merupakan teknik
saluran pernapasan atas dan bawah, efikasi yang minimal invasif, dengan menggunakan
klinis didapat oleh kombinasi dari efek endoskop untuk memulihkan nasociliary
antiinflamasi dengan kemampuan untuk clearance dari sekret, drainase, dan aerasi
mengurangi infiltarasi eosinofilik dengan cara sinus. Endoskopi memberikan visualisasi yang
mencegah peningkatan viabilitas dan baik sehingga anatomi dapat terlihat jelas.
aktivasinya. Topikal dan sistemik Untuk mendapatkan drainase sinus, perlu
glukokortikoid dapat memengaruhi fungsi memelihara mukosa hidung, bila mengalami
eosinofil dengan langsung mengurangi daya kerusakan hebat maka harus diusahakan
hidup eosinophil dan fungsinya, atau tidak mengangkat yang megalami keadaan patologik
saja. Sel silia biasanya mengalami regenerasi inferior dilakukan bila ada indikasi. Perawatan
dalam enam bulan. pasca - operasi, tampon nasal diangkat dua
Operasi fungsional endoskopik sinus hari pasca - operasi, diberikan antibiotik
meliputi restorsi drainase sinus dengan amoksisilin dan asam klavulanik dua kali
mengangkat polip nasi dan jaringan lain yang sehari untuk sepuluh hari, dan steroid topikal
menutupi ostia. Hal ini dapat dilakukan pada setiap lubang hidung setiap 12 jam untuk
dengan senar tradisional polipektomi, alat 1 tahun, irigasi dengan NaCL dan pemeriksaan
cold steel, atau dengan perkembangan teknik endoskopik setiap enam minggu.
dari microdebrider dengan pekembangan Metode FESS merupakan intervensi
pisaunya yang rotating dan dikombinasi popular pada penyakit rhinosinusitis kronik,
dengan irigasi dan penghisap/ suction, tetapi operasi ini tidak menjamin
beberapa penelitian mengatakan prosedur menyembuhkan penyakit, terutama pada polip
radikal endoskopik, meliputi nasi. Rekurensi yang tinggi setelah operasi
frontosphenoidektomi yang komplet akan telah dilaporkan. Tidak ada standar untuk
didapatkan keuntungan yang lebih baik. mengevaluasi status preoperasi dan hasil
Operasi yang lebih luas dapat menyebabkan setelah operasi. Terris dan Davidson
komplikasi risiko operasi, walapun sampai melaporkan 91% perbaikan setelah dilakukan
saat ini belum ada laporan tentang perbedaan FESS, Gliklich melapokan 82%.14 Beberapa
operasi radikal dan operasi terbatas. Ada penelitian mendapatkan bahwa inflamasi
karaguan kecil bahwa FESS memberi merupakan faktor yang penting utuk
visualisasi lebih baik untuk operasi. Alat yang menentukan pengobatan. Densitas eosinofilia
yang disebut mikrodebrider telah mukosa tampaknya merupakan informasi
diperkenalkan beberape dekade yang lalu, alat prediksi, misalnya eosinofil yang rendah lebih
ini diperkenalkan untuk operasi hidung pada mengalami perbaikan setelah dilakukan
tahun 1994 oleh Setliff dan Parson, dengan FESS, bila terdapat jumlah eosinofil yang
memakai alat ini didapati perdarahan sedikit, tinggi di mukosa maka prognosis buruk.
memercepat waktu penyembuhan, mengurangi Pilihan jenis operasi yang dilakukan
pembentukan sinekia dan menurunnya trauma tergantung dari beratnya keadaan poliposis dan
pada konka media. Mikrodebrider khususnya juga tergantung pengalaman operator, dan
membuat pengangkatan polip nasi akurat dan filosofinya. Dapat dilakukan polipektomi,
struktur anatomi seperti konka dipertahankan. radikal atau fungsional. Dikatakan bahwa
Komplikasi serius FESS jarang, tetapi pasien perbaikan simptomatik lebih baik pada FESS
harus dikonsulkan preoperatif mengenai faktor dibandingkan dengan prosedur yang lama,
risiko potensial seperti kehilangan penglihatan, seperti polipektomi, Caldwel-luc, dan
kerusakan arteri karotis, dan keluarnya cairan intranasal ethmoidektomi. Komplikasi FESS
LCS oleh karena trauma basis kranii.13 sangat sedikit dan rekurensi 8%, sedangkan
Dikatakan banyaknya perdarahan saat operasi operasi konvensional rekurensi 14%.15 Gulati,
lebih sedikit dengan pemakaian mikrodebrider. Deeo menemukan pasien dengan polip pada
Rata-rata lamanya operasi menurun. Scarr dan sinus ethmoid dilakukan FESS, gejala
krusta yang terjadi juga berkurang. menghilang pasca - operasi pada semua
Pasca-operasi, cuci hidung dangan larutan pasien, sumbatan hidung memberi respon
NaCl sangat penting, hal ini untuk mencegah sangat memuaskan. Hal ini dihubungkan
terjadinya krusta dan perlengketan. Steroid dengan pengangkatan polip dan juga bagian
topikal merupakan hal yang rutin dilakukan depan konka media, Post nasal drip paling
setelah operasi untuk mencegah kekambuhan. akhir menghilang, hal ini mungkin akibat
Rowe Jones dan kawan kawan (2005) alergi. Operasi ulang dilakukan pada tiga
melakukan penelitian pada 109 pasien yang pasien akibat terjadinya rekurensi, pasien ini
dilakukan operasi, setelah 5 tahun diberikan tidak teratur memakai steroid semprot.
semprotan flutikason proprionat, didapatkan Dikatakan bahwa yang teratur memakai
gejala membaik secara signifikan. semprot hidung steroid tidak terjadi
Metode FESS dilakukan dalam anestesi rekurensi.16
umum dengan teknik Messerklinger dan
perluasan setidaknya bilateral unsinatusektomi
dengan etmoidektomi anterior fungsional.
Septoplasti dan atau dengan turbinoplasti
Penutup 6. Malm L. Assesment and staging of nasal
polyposis. Acta Otolaryngol.(stockh)
Pengobatan polip nasi tetap diawali dengan 1997;117:465-7.
obat oral dan topikal steroid. Metode FESS 7. Rice Dale H, Steven D. Endoscopic
telah popular dalam penanganan polip nasi, paranasal sinus surgery. Second edition
diawali tahun 1970 dan berkembang, saat ini Lippincot NewYork 1995.
telah dilakukan di seluruh dunia. FESS 8. Jahromy Am and Pour AS. The
merupakan operasi minimal invasif, sel sinus epidemiological and clinical aspects of
dan ostia sinus dibuka dengan melihat nasal polyps that require surgery. Iran J
langsung dengan endoskop. Tujuan primer Otorhinolaryngol.2012 Spring;24(67):75-
FESS adalah mengembalikan fungsi drainase 8.
mukosilier sel. Konsep FESS adalah 9. Larsen PL,Tos M. Origin of nasal poyps.
mengangkat semua jaringan yang menutup Laryngoscope.1001; 101:305-12.
kompleks osteomeatal dan fasilitasi drainase 10. Rajgaru R. Nasal polyposis : Current
dan ventilasi, sementara bagian yang normal trends. Indian J otolaryngol Head Neck
dilestarikan yang diperlukan untuk regenerasi Surg 2014: 66 (suppl1).
mukosa, hal ini dapat dilakukan dengan 11. Bajoliya S, Maru YK, Goswami R.
mikrodebrider. CT Scan merupakan petunjuk Evaluation of role of functional
jalan untuk FESS, variasi anatomi dapat dilihat endoscopic sinus surgery in patiens of
jelas yang merupakan petunjuk bagian yang sinonasal diseases & nasal polyposis.
akan diangkat/operasi. Komplikasi operasi International Journal of Medical
minimal. Hasil operasi dapat dievaluasi secara Research and Review. Vol 3 02, 2015.
objektif dan subjektif. Dapat dikatakan bahwa 12. Chaitanya VK. A retrospective
FESS merupakan cara yang aman dan efektif observational study of usefulness of
dalam penatalaksanaan polip nasi dengan histopathological examination in sino
rekurensi yang rendah. nasal polyps. J of evolution of medical
and dental sciences. Agust,2014,vol
Daftar Pustaka 3,9918-26.
13. Newton JR and Ah See W. A review of
1. Tritt S, McMain KC,Kountakis SE. nasal polyposis. Ther Clin Risk Manag.
Unilateral nasal polyposis : Clinical 2008 Apr:4(2): 507-12.
presentation and pathology. Am J 14. Singh R,Hazarika P. A Comparison of
Otolaryngol. 2008;29(4):230-2. microdebrider assisted endoskopic sinus
2. Hosemann W, Gode U, Wagner W. surgery and conventional endoscopic
Epidemiology, pathophysiology of nasal sinus surgery for nasal polyp. Indian J
polyposis, and spectrum of endonasal otolarygol Head and Neck Surg.2013.
sinus surgery. Am J Otolaryngol. 1994: Jul:65 (3); 193-6.
15(2): 65-6. 15. Alam MM, Fakir MA, Chowdhury MA.
3. Lund VJ, Flood J, Sykes AP,Richards A review of nasal polyposis and surgical
DH. Effect of fluticasone in severe management. Bangladesh Journal of
polyposis. Arch Otolaryngol Head and Otorhinolaryngology.2008 Vol 14,no 2.
Neck Surg. 1990;124:513-8. 16. Gulati S,Wadhera R ,Deeo A. Efficacy of
4. Benitez P, Alobid I, HAroJ, Barenguer J, functional endoscopic sinus surgery in
Bernal-Spekelsen M, Pujols L et al. A the treatment of ethmoid polyps.The
short course of oral prednsone followed Internet Journal of
by intranasal budesonise is an effective Otorhinolaryngology.2006 vol 7 Number
treaten of severe nasal polyps. 1.
Laryngoscope.2006.116:770-5.
5. Levine HL. Functional endoscopic sinus
surgery: evaluation,surgery, and follow
up of 250 patients. Laryngoscope.
1990;100:79-84.

Anda mungkin juga menyukai