Parotis
Parotis
Letaknya terdapat
di depan dan bawah telinga pada kedua sisi wajah. Kelenjar parotis memiliki bentuk segitiga dan terdiri
dari lobus atas dan bawah.
Kelenjar parotis memiliki fungsi utama dalam produksi dan sekresi air liur. Sementara itu, air liur
merupakan cairan yang diproduksi oleh kelenjar ludah dan berperan penting dalam pencernaan
makanan.
Selain itu, kelenjar parotis juga berfungsi dalam membantu pelumasan dan perlindungan rongga mulut
serta gigi, dan membantu dalam proses awal mencerna makanan.
Kelenjar parotis adalah kelenjar ludah terbesar yang terletak di bagian samping wajah. Bersama dengan
kelenjar ludah lain, kelenjar parotis berfungsi menghasilkan air liur untuk membantu pencernaan
makanan. Dalam dunia medis, massa adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan adanya
suatu jaringan yang secara abnormal tumbuh atau menempel pada suatu jaringan atau organ sehingga
kondisi ini dapat juga disebut tumor. Sementara bilateral adalah itu maksudnya terjadi pada kedua sisi.
Tumor jinak parotis adalah tumor yang muncul di kelenjar ludah parotis dan tidak ganas. Tumor jinak
parotis dapat menimbulkan gejala berupa benjolan di pipi atau rahang bawah, tetapi tidak terasa sakit.
umor jinak parotis ini lebih sering terjadi dibandingkan tumor parotis yang ganas dan lebih sering
muncul pada orang dewasa dibandingkan anak-anak.
Tumor parotis disebabkan oleh mutasi atau perubahan pada gen di sel-sel kelenjar parotis. Mutasi ini
menyebabkan sel-sel kelenjar parotis membelah dengan cepat dan terus-menerus.
Penyebab terjadinya mutasi gen tersebut belum diketahui dengan pasti. Namun, ada sejumlah faktor
yang dapat meningkatkan risiko seseorang menderita tumor parotis, yaitu:
Usia
Meskipun tumor kelenjar parotis dapat terjadi pada siapa saja, tetapi kondisi ini lebih sering dialami
lansia.
Paparan radiasi
Radiasi, terutama yang berasal dari radioterapi untuk pengobatan kanker di bagian kepala atau leher
dapat meningkatkan risiko tumor kelenjar parotis.
Paparan senyawa kimia
Beberapa orang yang bekerja pada penambangan asbestos, pabrik pipa, atau pabrik karet memiliki risiko
terkena tumor kelenjar air liur lebih tinggi. Selain itu, paparan kimia dari rokok juga dapat meningkatkan
risiko terjadinya tumor.
Infeksi virus
Contoh virus yang terkait dengan kemunculan tumor pada kelenjar air liur adalah HIV dan virus Epstein-
Barr.
Kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok meningkatkan risiko seseorang terkena tumor Warthin, yaitu salah satu jenis tumor
jinak parotis.
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara penggunaan telepon seluler secara terus-
menerus dengan kemunculan tumor kelenjar parotis.
Obesitas
Penelitian menunjukkan bahwa obesitas dan sindrom metabolik dapat menyebabkan gangguan pada
fungsi kelenjar ludah, termasuk kelenjar parotis. Selain itu, penderita obesitas juga lebih mudah
terserang stres oksidatif. Kondisi ini meningkatkan risiko terjadinya tumor.
Meski secara umum gejalanya sama, tumor jinak parotis dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
Adenoma pleomorfik
Tumor parotis jenis ini merupakan tumor yang paling sering terjadi. Tumor parotis ini tumbuh dengan
lambat dan biasanya tidak menimbulkan gejala, terutama jika masih berukuran kecil.
Tumor Warthin
Tumor parotis jenis ini lebih jarang terjadi jika dibandingkan dengan adenoma pleomorfik. Tumor
warthin biasanya terjadi pada wanita usia di atas 60 tahun dan pria usia di atas 70 tahun.
Di antara ketiga jenis tumor parotis, tumor parotis oncocytoma dan tumor monomorfik merupakan jenis
tumor yang paling jarang terjadi.
Untuk mendiagnosis tumor jinak parotis, dokter akan menanyakan gejala yang dialami pasien, kemudian
melakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik bisa dilakukan dengan meraba bagian yang bengkak
atau benjolan di leher.
Setelah menjalani pemeriksaan fisik, pasien akan menjalani pemeriksaan tambahan yang terdiri dari:
Biopsi
Biopsi dilakukan dengan mengambil sampel jaringan kelenjar ludah untuk dianalisis di laboratorium.
Melalui biopsi, dokter dapat mengetahui apakah pasien menderita tumor jinak atau ganas, serta jenis
tumornya.
Pemindaian
Pemindaian dilakukan untuk memastikan tumor parotis sekaligus melihat ukurannya. Pemindaian dapat
dilakukan dengan foto Rontgen, USG, CT scan, MRI, atau PET scan.
Pengobatan tumor parotis bertujuan untuk menghilangkan jaringan tumor semaksimal mungkin dan
mencegah tumor mengalami kekambuhan setelah diangkat.
Metode pengobatan tumor jinak parotis yang paling utama adalah operasi parotidektomi. Operasi
parotidektomi bertujuan untuk mengangkat jaringan kelenjar parotis beserta tumornya. Tergantung
pada ukuran tumornya, parotidektomi dapat mengangkat sebagian atau seluruh kelenjar parotis.
Salah satu efek samping parotidektomi adalah risiko terjadinya kerusakan saraf wajah akibat operasi.
Namun, saat dilakukan parotidektomi, dokter akan menjaga keutuhan jaringan saraf wajah yang berada
di dekat kelenjar parotis semaksimal mungkin, untuk mengurangi risiko terjadinya efek samping.
Kerusakan saraf wajah dapat terjadi karena penekanan saraf oleh tumor atau cedera saat operasi
parotidektomi. Risiko kerusakan saraf akan meningkat jika bedah dilakukan secara
Kambuhnya tumor
Pengobatan yang sudah dijalani pasien umumnya tidak bisa menghilangkan jaringan tumor secara
sempurna. Sisa jaringan tumor ini bisa kambuh dan berkembang, baik sebagai tumor jinak maupun
Sindrom Frey
Kemerahan, rasa panas, dan munculnya keringat di pipi, pelipis, atau belakang telinga saat
mengonsumsi makanan yang merangsang produksi air liur, misalnya makanan asam. Sindrom ini diduga
terjadi karena kerusakan saraf saat operasi tumor parotid.
Komplikasi ini dapat muncul jika terdapat kerusakan pada saraf telinga akibat pembedahan atau
penekanan oleh tumor.
Penyebab munculnya tumor jinak parotis hingga saat ini belum diketahui dengan pasti. Oleh karena itu,
langkah pencegahan tumor jinak parotis dilakukan dengan cara meminimalkan faktor risikonya. Hal yang
bisa dilakukan adalah:
Menurunkan berat badan dengan cara yang sehat untuk mencapai berat badan ideal, atau menjaga agar
berat badan tetap ideal
Memeriksakan diri secara rutin ke dokter jika sering terpapar radiasi atau pernah menjalani radioterapi,
terutama di daerah leher
Menghentikan kebiasaan merokok jika Anda adalah perokok aktif dan berusaha untuk selalu
menghindari asap rokok bagi perokok pasif
Melakukan konsultasi, serta menjalani pengobatan dan perubahan gaya hidup bagi penderita sindrom
metabolik
Quer, M. (2021). Current Trends and Controversies in the Management of Warthin Tumor of the Parotid
Gland. Diagnostics, 11(8), pp. 1–14.
Revanth, M., Aparna, S., & Madankumar, D. (2021). Impact of Mobile Phone Radiation on Salivary Gland:
A Systematic Review. Journal of Oral Research and Review, 13(2), pp. 168–73.
Khadija, E., et al. (2020). Mini Review on Malignant Transformation of Benign Parotid Gland Tumors.
American Journal of Biomedical Science & Research, 11(3), pp. 232–4.
Reshi, R., et al. (2019). Benign and Malignant Tumors of Parotid Gland: A Retrospective Two Year Study.
Journal of Current Medical Research and Opinion, 2(6), pp. 180–3.
Roa, I. & Sol, M. (2018). Obesity, Salivary Glands and Oral Pathology. Colombia Medica, 49(4), pp. 280–7.
Gizi buruk adalah suatu kondisi yang ditandai dengan berat dan tinggi badan balita jauh di bawah rata-
rata.
Maka itu, untuk mengetahui status gizi yang satu ini, indikator yang digunakan adalah grafik berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB).
Selain berat dan tinggi badan, lingkar lengan atas (LILA) juga masuk ke dalam pemeriksaan klinis gizi
buruk pada anak dan balita.
Kondisi gizi buruk pada anak tidak terjadi secara instan atau singkat.
Artinya, anak yang masuk ke dalam kategori gizi buruk sudah mengalami kekurangan berbagai zat gizi
dalam jangka waktu yang sangat lama.
Jika diukur menggunakan Grafik Pertumbuhan Anak (GPA) yang mengacu pada WHO dengan berbagai
indikator pendukung, anak dengan kondisi gizi buruk memiliki kategori sendiri.
Pada anak, bisa dikatakan mengalami gizi buruk ketika hasil pengukuran indikator BB/TB untuk status
gizinya kurang dari 70 persen nilai median.
Mudahnya, nilai cut off z score berada nilai pada kurang dari -3 SD. Gizi buruk paling sering dialami oleh
anak balita ketika tubuhnya kekurangan energi protein (KEP) kronis.
Menurut Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk dari Kementerian Kesehatan RI, berikut gejala gizi buruk
yang umum pada anak-anak:
Gizi buruk tanpa komplikasi
Gizi buruk pada anak tanpa komplikasi memiliki berbagai gejala seperti berikut.
Mengalami edema atau pembengkakan, paling tidak pada kedua punggung tangan atau pun kaki.
Indikator penilaian status gizi BB/PB atau BB/TB kurang dari -3 SD.
Sementara itu, gizi buruk pada anak dengan komplikasi ditandai dengan berbagai gejala seperti berikut.
Memiliki satu atau lebih komplikasi medis seperti anoreksia, pneumonia berat, anemia berat, dehidrasi
berat, demam tinggi, dan penurunan kesadaran.
Sumber: Healthline
Secara klinis, permasalahan gizi buruk pada anak balita terbagi menjadi beberapa kategori, yaitu:
1. Marasmus
Marasmus adalah kondisi kurang gizi yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya asupan energi harian.
Padahal seharusnya, penting untuk mencukupi kebutuhan energi setiap harinya guna mendukung
semua fungsi organ, sel, serta jaringan tubuh.
Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa sebenarnya bisa mengalami marasmus.
Namun, kondisi ini paling sering dialami oleh usia anak-anak yang biasanya terjadi di negara-negara
berkembang.
Bahkan menurut data dari UNICEF, kekurangan asupan zat gizi merupakan salah satu dalang penyebab
kematian pada anak-anak di bawah usia 5 tahun.
Kasus ini bisa memakan korban hingga mencapai angka sekitar 3 juta setiap tahunnya.
2. Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah kondisi kekurangan gizi yang penyebab utamanya karena rendahnya asupan
protein. Kwashiorkor berbeda dengan marasmus yang mengalami penurunan berat badan, kwashiorkor
tidak demikian.
Anak gizi buruk karena kwashiorkor memiliki ciri-ciri tubuh membengkak karena mengalami
penumpukan cairan (edema).
Itu sebabnya, meski telah kehilangan massa otot dan lemak tubuh, anak dengan khwarshiorkor tidak
mengalami penurunan berat badan yang drastis.
3. Marasmik-kwashiorkor
Sesuai dengan namanya, marasmik-kwashiorkor adalah bentuk lain dari gizi buruk pada anak balita yang
menggabungan kondisi dan gejala antara marasmus dan kwashiorkor.
Kondisi gizi buruk ini ditentukan dengan indikator berat badan balita berdasarkan usia (BB/U) kurang
dari 60 persen baku median WHO.
Anak yang mengalami marasmik-kwashiorkor memiliki beberapa ciri utama, seperti berikut.
Menunjukkan tanda-tanda tubuh kurus (wasting) di beberapa bagian tubuh, misalnya hilangnya jaringan
dan massa otot, serta tulang yang langsung kentara pada kulit seolah tidak terlapisi oleh daging.
Namun, tidak seperti kwashiorkor yang mengalami pembengkakan pada perut, adanya edema pada
anak dengan marasmus dan kwashiorkor sekaligus, biasanya tidak terlalu mencolok.
Bukan hanya itu saja, berat badan anak yang mengamai marasmus dan kwashiorkor sekaligus biasanya
berada di bawah 60 persen dari berat normal di usia tersebut.
Anak-anak yang tidak mendapatkan nutrisi yang cukup berpotensi mengalami komplikasi serta gangguan
kesehatan jangka panjang, seperti di bawah ini.
Menurut Children’s Defense Fund, anak-anak yang kekurangan asupan nutrisi berisiko menderita
gangguan psikologis.
Sebagai contoh, rasa cemas berlebih maupun ketidakmampuan belajar, sehingga memerlukan konseling
kesehatan mental.
Sebuah studi “India Journal of Psychiatry” tahun 2008 mencatat dampak dari gizi buruk pada anak, yaitu:
Kebiasaan melewatkan waktu makan atau kecenderungan pada makanan mengandung gula juga
berkaitan dengan depresi pada anak.
Gizi buruk juga membawa dampak yang buruk bagi perkembangan dan kemampuan adaptasi anak pada
situasi tertentu.
kebutuhan-kalori-anak-per-hari
GIZI ANAK
Kalori adalah sumber energi yang dibutuhkan tubuh untuk beraktivitas. Semua orang butuh asupan
kalori, termasuk anak-anak. Namun, tahukah Anda berapa banyak kebutuhan kalori anak yang harus
dipenuhi setiap hari? Simak di sini! Kebutuhan kalori setiap bayi dan anak bisa berbeda-beda Pasalnya,
asupan kalori yang berlebihan dapat meningkatkan risiko obesitas pada anak. Sebagai orangtua, Anda
perlu cermat menghitung jumlah […]
Foto Penulis
badge
Menurut data yang dilansir pada National Health and Nutrition Examination Survey, anak-anak dengan
gizi buruk cenderung melewatkan pelajaran di kelas sehingga anak tidak naik kelas.
Anak menjadi lemas, lesu, dan tidak dapat bergerak aktif karena kekurangan vitamin, mineral, dan
nutrisi lainnya.
Hal ini didukung oleh data World Bank yang juga mencatat hubungan antara gizi buruk dan tingkat IQ
yang rendah.
Anak-anak ini juga mungkin mengalami kesulitan mencari teman karena masalah perilaku mereka.
Gagalnya anak untuk mencapai aspek akademis dan sosial akibat gizi buruk tentu saja memiliki dampak
negatif yang berkelanjutan sepanjang hidupnya apabila tidak segera disembuhkan.
3. Penyakit infeksi
Dampak gizi buruk lainnya yang kerap kali terjadi adalah risiko penyakit infeksi.
Ya, anak dengan gizi yang kurang akan sangat rentan mengalami penyakit infeksi, seperti gangguan
pencernaan anak.
Hal ini disebabkan oleh sistem kekebalan tubuhnya yang tak kuat akibat nutrisi tubuh yang tidak
terpenuhi.
Ada banyak vitamin dan mineral yang sangat memengaruhi kerja sistem kekebalan tubuh, misalnya
vitamin C, zat besi, dan zink.
Bila kadar nutrisi tersebut tidak tercukupi, maka sistem kekebalan tubuhnya juga buruk.
Belum lagi jika ia kekurangan zat gizi makro seperti karbohidrat dan protein yang merupakan sumber
energi dan pembangun sel-sel tubuh.
Pertumbuhan dan perkembangan si kecil yang terhambat adalah dampak gizi buruk pada anak.
Di masa pertumbuhan, si kecil sangat memerlukan zat protein yang diandalkan untuk membangun sel-
sel tubuh dan karbohidrat sebagai sumber energi utama tubuh.
Bila tidak ada protein dan zat nutrisi lainnya, bukan tidak mungkin pertumbuhan si kecil terhambat
bahkan berhenti sebelum waktunya.
Maka itu penting bagi Anda untuk terus memantau kesehatan sang buah hati, apalagi jika ia masih
dalam usia di bawah lima tahun.
Lewat mengetahui status gizinya, Anda juga akan mengetahui apakah perkembangan si kecil normal
atau itu. Untuk itu, sebaiknya selalu periksakan anak ke dokter dengan rutin.
Risiko terjadinya gizi buruk pada anak bisa meningkat jika ibu hamil memiliki beberapa kondisi atau
faktor berikut:
Malnutrisi
Kemiskinan
Sedangkan pada anak, beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risiko terjadinya gizi buruk adalah:
Terlahir dengan kelainan bawaan, seperti bibir sumbing, kelainan pada sistem pencernaan, malabsorbsi
makanan, atau penyakit jantung bawaan
Tinggal di lingkungan dengan sanitasi buruk, tidak mendapat akses untuk air bersih, dan berpolusi
Dokter akan melakukan tanya jawab terkait riwayat kehamilan dan pemberian ASI, asupan makanan,
serta lingkungan tempat tinggal anak. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, seperti
mengukur tinggi badan, menimbang berat badan, serta mengukur lingkar kepala dan lingkar lengan atas
anak.
Selanjutnya, seluruh hasil pengukuran tersebut akan dimasukkan ke dalam kurva pertumbuhan WHO.
Untuk memastikan diagnosis, dokter juga akan melakukan pemeriksaan penunjang meliputi:
Tes darah, untuk mendeteksi kadar Hb (hemoglobin) dan gangguan elektrolit yang sering terjadi pada
anak dengan gizi buruk
Foto Rontgen dada dan tes Mantoux, untuk mendeteksi penyakit tuberkulosis yang sering menimbulkan
gizi buruk
Dehidrasi berat
Hipotermia
Anemia
Gangguan otak
Terserang penyakit infeksi berat
Kematian
Tatalaksana Diet
Gambaran
Tajuan
Syarat
Cara pemberian
an Gi
riterian
dans)
dilihat
da.
eXnI
Sagar
vep y ewer
Fase Stabilisasi
Fase saal kondisi klinis dan metabolisme anak belum stabil Untuk menstabilkannya umumnya diperlukan
waktu 1-2 har, mungkin lebih bila keadaan anak terlalu buruk atau ada komplikasi berat.
Diet yang diberikan ditujuken untuk menstabilkan status metabolik lubuh dan kondisi klinis anak.
Fase Transisl
Fase pada saal perpindahan pemberian makan tidak membuat kondisi anak bermasalah, biasanya
memerlukan waktu antara 3-7 hari.
Fase Rehabilitasi
Umumnya nafsu makan anak sudah kerball dan asupan makanan sepenuhnya secara oral. Bila anak
belum dapat mengonsumsi makanan sepenthnya oral maka dapat digunakan NGT. Fase Rehabilitasi bias
anya berlangsung selama 2-4 minggu sampai BB/TB mencapai
-2 SD
1. Energi 150-220 kkal/kgBB/h. BB yang digunakan untuk perhitungan adalah berat badan aktual har itu.
1. i Energi 80-100 kkal/kg BB/h. BB yang digunakar: untuk perhitungan adalah BB .aktual hart itu.
Protein 1-1,5 gram/kgBB/hari, 4-7,5% total energi per har. Diutamakan protein hevani, misalnya susu,
daging ayam atau telur
3. Cairan 130 ml/kgBB/h, 100 ml/kg BB/h bila ada edema berat.
4.
5.
Rendah laktosa.
2.
Untuk menghindari hipoglikemi dan beban saluran camo, hati sorta ginjal, maka pernbenan makaran
dilakukar dengait lebit sering dan jumiah sedikit.
Pada lase ini makanan diberican sellan 2 Jam (12 kall) atau sellap 3 jarn(8 kali) dalam 24 jam. Bla anak
mampu menghabraken porsi yang diberikun maka makanan depe diberikan sellap 4 jam (6 kali).
Bila mash mendapat AS!, dapat diberikar: setelah perberian formula khusus
Memberikan kesempatan tubuh untuk beradaptasi terhadap pemberian energi dan protein yang
semakin meningkat guna mempersiapkan anak ke tase rehabilitasi.
1. Energi: 100-150 kkal/kgBB/h. BB yang digunakan untuk perhitungan adalah BB aktual hari itu.
Pemberian makanan dengan frekuensi sering dan porsi kocil, diberikan setlap 4 jam sekall.
2. Pada 48 jam pertama (2 hari) volume yang diberikan masth same dengan volume F-75 , terakhir pada
fase stabiliasasi.
4 Bila volume ini sudah tercapal dan anak miampu menghabiskan porainya herarti fase transisi selesai
dan anak masuk Ke lase rehabilitasi.
I. Berikan F-100 dengan volumenya ditamban seliao hari sampal anak tidak marpu menghabiskan
porsinya tatapi lIdak melabiti voluma maksimum F- 100 (lampiran
Total volume F- 100/han forsebut merupakan onergi tatal yang dibutunkan anak untuk tumbuh kafar
yang digunakan untuk pemberian makanan selanjuinya.
2. Bordasarkan energi total leiasbul maka arak socara bertahap dapal dibon makanan yang sosual B@-
nya (F
3.
Cara Pemesanan
u.kalt.
Hampir semua anak gial buruk mempunyal naisu matin yang rendah seat masuk rumah said, sehingga
dibutuhkan kesabaran dan bujukan untuk menghabiskan makanannya.
Gunakan cangkir dan sendok, jangan gunakan botol susu, meskipun untuk bayi.
Gunakan pipet tetes atau syringe bagi anak yang sangat lemah.
Minta ibu untuk memangku anaknya selama pemberian makanan karena posisi itu yang aman.
7. Jangan pernah meninggalkan anak sendirian saal anak makan di tempat tidur.
Catatan: Puslitbang Gizi Bogor telah mengembangkan Formula F75 dan F100 calam bentuk bubuk siap
pakal.
saakanan bayi:
Atskanon anak:
F-100 dihabiskan.
Jima, B., et al. (2022). Diagnostic Ability of Mid-Upper Arm Circumference-to-Length Ratio in Detecting
Wasting Among Infants Aged 1–6 Months in Ethiopia. Journal of Nutritional Science, 11(e23), pp. 1–8.
Jima, B., et al. (2021). Diagnostic Performance of Midupper Arm Circumference for Detecting Severe
Wasting Among Infants Aged 1–6 Months in Ethiopia. The American Journal of Clinical Nutrition, 113(1),
pp. 55–62.
Mutunga, M., et al. (2020). The Forgotten Agenda of Wasting in Southeast Asia: Burden, Determinants
and Overlap with Stunting: A Review of Nationally Representative Cross-Sectional Demographic and
Health Surveys in Six Countries. Nutrients, 12(2), pp. 559.
United Nations International Children's Emergency Fund (2022). Child Alert: Severe Wasting.
United Nations International Children's Emergency Fund (2022). Nutrition and Care for Children with
Wasting.
World Health Organization (2022). Severe Wasting Among Children Under 5 Years of Age (JME).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2019). Pedoman Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk
pada Balita.