Anda di halaman 1dari 4

Penyelundupan atau Peredaran Narkotika Di Kalangan Remaja

Jika dilihat dari meningkatnya jumlah tindak pidana narkotika belum berhasil diberantas
oleh pihak-pihak terkait dan juga masih banyak ditemukan resedivis yang melakukan
penyalahgunaan narkotika kembali setelah bebas dari tahanan atau bahkan masih banyak
ditemukan pengguna narkotika di dalam kalangan remaja.

Akar permasalahan terjainya tindak pidana narkotika berawal dari adanya penyelundupan
narkotika. Sama halnya dengan kasus narkotika yang terjadi dalam Kalangan remaja,
awalnya juga bermula dari penyelundupan. Penyelundupan tersebut tidak hanya dilakukan
oleh narapidana, bahkan oleh oknum petugas Kalangan itu sendiri.

Beberapa kasus tindak pidana narkotika yang pernah terjadi di kalangan remaja,
menunjukkan berbagai macam modus oleh pelaku sehingga mampu menyelundupkan
narkotika ke dalam Kalangan remaja meskipun telah dilakukan pengawasan dan penjagaan
yang ketat oleh orang tua. Pemeriksaan dan sweeping pun sudah dilakukan oleh petugas
secara rutin, akan tetapi kasus tindak pidana narkotika di Kalangan remaja masih sering
terjadi. Kata "modus" diartikan sebagai cara, sedangkan "penyelundupan" berasal dari kata
"selundup" yang artinya masuk dengan sembunyi-sembunyi
atau dengan cara yang tidak sah. Penyelundupan berarti perbuatan (hal, cara, dan
sebagainya) menyelundup atau menyelundupkan (memasukkan dengan sembunyi-
sembunyi atau secara gelap). Berdasarkan pengertian tersebut, maka "modus
penyelundupan" dimaknai sebagai perbuatan atau cara.

Dampak penyalahgunaan narkoba terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan


antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe
(tidak haid). Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik khususnya pemakaian jarum
suntik secara bergantian resikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV
yang hingga saat ini belum ada obatnya. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika
terjadi over dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya
dan bisa menyebabkan kematian.
Smuggling or Trafficking of Narcotics Among Adolescents

If it is seen from the increasing number of narcotics crimes, the related parties have not
succeeded in eradicating narcotics and also there are still many recedivists who do narcotics
abuse again after being released from detention or even there are still many narcotics users
among teenagers.

The root of the problem of narcotics crime begins with narcotics smuggling. Similar to the
narcotics cases that occurred among teenagers, initially it also started with smuggling. The
smuggling is not only carried out by inmates, but even by the officers themselves.

Several cases of narcotics crime that have occurred among teenagers, show various modes
by the perpetrators so that they are able to smuggle narcotics into teenagers even though
they have been under strict supervision and care by parents. Inspections and sweeping have
also been carried out by officers on a regular basis, but narcotics crime cases among
teenagers are still common. The word "modus" is defined as a way, while "smuggling"
comes from the word "smuggle" which means entering secretly.
or in an unauthorized manner. Smuggling means the act (thing, method, and so on) to
smuggle or smuggle (to enter secretly or illegally). Based on this understanding, "smuggling
mode" is interpreted as an act or method.

The impact of drug abuse on reproductive health in adolescent girls includes changes in
menstrual periods, menstrual irregularities, and amenorrhea (no menstruation). For drug
users through injection needles, especially sharing needles, the risk is contracting diseases
such as hepatitis B, C, and HIV, for which there is currently no cure. Drug abuse can be fatal
when an overdose occurs, namely drug consumption exceeds the body's ability to accept it
and can cause death.
Tenggelamnya KRI Nanggala-402

KRI Nanggala 402 adalah kapal selam tipe 209 buatan Howaldt Deutsche Werke (HDW), Kiel,
Jerman Barat. Kapal dengan berat benaman 1.395 ton itu memiliki panjang 59,5 meter dan
lebar 6,3 meter dengan kapasitas 34 orang awak. Adapun kecepatan maksimalnya mencapai
21,5 knot dan dilengkapi dengan sistem persenjatan torpedo SUT.

Pemerintah Orde Baru memesannya pada 1977 bersama satu kapal selam lagi dengan tipe
sama yang kemudian dinamai KRI Cakra 401. KRI Nanggala 402 tiba di Indonesia pada 1981
untuk memperkuat kembali armada kapal selam Indonesia yang pada 1980-an sudah uzur.

Dari 12 kapal selam yang masih berdinas saat itu, hanya tinggal satu kapal yang masih bisa
menyelam. Semuanya merupakan sisa kejayaan armada laut Indonesia yang pada 1960-an
dikenal sebagai salah satu kekuatan laut terbesar di Asia.
The Sinking of KRI Nanggala-402

KRI Nanggala 402 is a type 209 submarine made by Howaldt Deutsche Werke (HDW), Kiel,
West Germany. The ship with a weight of 1,395 tons has a length of 59.5 meters and a width
of 6.3 meters with a capacity of 34 crew members. The maximum speed reaches 21.5 knots
and is equipped with the SUT torpedo weapon system.

The New Order government ordered it in 1977 along with another submarine of the same
type which was later named KRI Cakra 401. KRI Nanggala 402 arrived in Indonesia in 1981 to
re-strengthen Indonesia's submarine fleet, which in the 1980s had become obsolete.

Of the 12 submarines that were still in service at that time, only one ship was still able to
dive. All of them are remnants of the glory of the Indonesian navy, which in the 1960s was
known as one of the largest naval powers in Asia.

Anda mungkin juga menyukai