Anda di halaman 1dari 5

Tugas Mata Kuliah HSE Kawasan dan Lingkungan

Nama : Mardiyanto Adjie


NIM : 19960005
Prodi : Magister Teknik Lingkungan

Bencana Kecelakaan Kerja Pada Kilang Minyak Deepwater Horizon

Penyebab utama dari bencana dan kecelakaan kerja yang terjadi di wilayah kerja
Deepwater Horizon ini masih menjadi perbincangan. Peristiwa yang terjadi disebuah anjungan
pengeboran minyak lepas pantai milik Transocean meledak di Teluk Meksiko pada 2010.
Anjungan tersebut dibuat oleh Hyundai Heavy Industries di Korea Selatan pada 2001 dan
disewakan kepada British Petroleum (BP), sebuah perusahaan multinasional minyak dan gas
yang bermarkas di Inggris. Peristiwa tersebut merupakan tumpahan minyak lepas pantai
terbesar dalam sejarah Amerika Serikat yang menewaskan 11 pekerja dan menyebabkan
pencemaran pantai yang cukup serius dengan tumpahan sekitar 4,9 juta barel minyak mentah
(Washington Post pada 9 Oktober 2010) dalam portonews.com. Selanjutnya, seperti yang
diwartakan oleh Washington Post pada 9 Oktober 2010, kebanyakan perusahaan memiliki
“budaya keselamatan”-nya sendiri dan para penyelidik mencoba untuk mengungkap
bagaimana budaya penghematan biaya di perusahaan tersebut berujung pada bencana. Dalam
film Deepwater Horizon dan saksi dari BP, secara jelas digambarkan bagaimana BP berusaha
menghemat dana dengan tidak melakukan inspeksi mendalam pada penyemenan-penyemenan
yang dikerjakan oleh Halliburton. Hal tersebut yang diduga menjadi penyebab utama dari
bencana dan kecelakaan kerja di wilayah kerja di area Deepwater Horizon.

Sedangkan menurut surat kabar BBC, 5 September 2014 dalam awesomeocean.com


Tragedi meledaknya kilang minyak Deepwater Horizon sendiri diawali oleh munculnya
masalah pada pipa bor yang memengaruhi jadwalnya pengerjaan eksplorasi minyak yang
mengalami keterlambatan selama 43 hari. Jimmy Harrel sebagai pimpinan proyek
(Transocean) memandang bahwasanya terlalu berisiko untuk mempercepat pengerjaan
pengeboran minyak. Jimmy ragu pipa-pipa di kedalaman air 5.000 kaki Deepwater Horizon
sanggup bertahan tanpa pengetesan yang menyeluruh. Hal ini pun didukung oleh salah satu
insinyur handal muda Transocean, Mike Williams. Mike mendukung pertimbangan atasannya
dan berusaha meyakinkan pihak British Petroleum bahwa strategi “berharap semuanya akan
baik-baik saja” untuk segera melakukan pengetesan tekanan pada pipa dan segera melakukan
pengambilan minyak sangatlah berisiko.

Selain kedua penyebab utama diatas, tentunya ada beberapa faktor pendukung, yaitu
diantaranya adalah blow out dari minyak yang disebabkan pipa penyedot yang berjumlah 3
buah putus, sehingga menyebabkan minyak muntah dari dalam laut. Kemudian petaka
bertambah ketika tiba-tiba muncul tekanan hebat berupa gas methana hydrate dari dalam
sumur, lalu masuk ke drilling riser, lalu masuk ke pipa hingga ke drilling rig. Peningkatan
tekanan gas metana yang terjadi dengan sangat tiba-tiba itu tidak sempat dilepaskan ke udara
oleh para pekerja. Besarnya tekanan gas itu mengakibatkan blowout preventer pada instalasi
drilling rig tidak kuat menahannya dan terjadilah ledakan yang diikuti bola api raksasa yang
menyebabkan kebakaran shingga menenggelamkan rig, meskipun rig tersebut sudah
tenggelam, namun akibat terlalu banyak minyak yang tumpah kedalam laut, maka kebakaran
pun masih sulit dipadamkan.

Tragedi Deepwater Horizon telah menjadi bencana besar yang memakan kerugian
sebesar US$4,9 miliar (Rp44,1 triliun). Dampak tumpahan minyak mentah ke Teluk Meksiko
merusak biota dan ekosistem begitu parah (BBC, 5 September 2014).

Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah bencana seperti diatas adalah sebaiknya
memastikan bahwa pentingnya budaya keselamatan kerja tidak hanya dilakukan diri masing-
masing pekerja, tetapi terkait dengan keputusan dan kebijakan yang diambil dari para petinggi
sebaiknya berdasarkan kajian keselamatan dan melalui prosedur yang telah ditetapkan, bukan
hanya kebijakan yang berorientasi kepada bisnis semata, karena sejatinya keselamatan manusia
diatas segalanya.

Pelajaran yang dapat diambil adalah betapa pentingnya mentaati prosedur, baik itu
prosedur yang dilakukan oleh masing-masing individu/pekerja maupun perusahaan, keduanya
harus saling mengingatkan apabila salah satu pihak melanggar aturan kerja yang sudah
ditetapkan, sehingga keselamatan pekerja dan perusahaan dapat teratasi dan berjalan dengan
baik.
Bencana Kecelakaan Kerja Bhopal

Penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja ledakan Bhopal adalah berupa kelalaian
perusahaan, yaitu bencana tersebut disebabkan oleh kombinasi yang kuat dari fasilitas yang
kurang terawat dan dimakan usia, lemahnya sikap terhadap keselamatan, dan tenaga kerja yang
terkurung, yang berpuncak pada tindakan pekerja yang secara tidak sengaja memungkinkan air
menembus tangki MIC tanpa adanya sistem perlindungan yang berfungsi dengan baik.. Reaksi
yang kemudian terjadi menghasilkan banyak gas beracun dan memaksa pengeluaran tekanan
secara darurat. Gasnya keluar sementara penggosok kimia yang seharusnya menetralisir gas
tersebut sedang dimatikan untuk perbaikan. Penyelidikan yang dilakukan menyatakan bahwa
beberapa langkah keselamatan lainnya tidak dijalankan dan standar operasi di pabrik tersebut
tidak sesuai dengan standar di pabrik Union Carbide lainnya. Selain itu, ada kemungkinan
langkah-langkah keselamatan tersebut dibiarkan sebagai bagian dari “prosedur penghematan”
yang dilakukan perusahaan tersebut di pabrik itu.

Faktor pendukung yang dikutip termasuk pengisian tangki MIC melampaui tingkat
yang disarankan, pemeliharaan yang buruk setelah pabrik menghentikan produksi MIC pada
akhir 1984, memungkinkan beberapa sistem keselamatan tidak dapat beroperasi karena
pemeliharaan yang buruk, dan mematikan sistem keselamatan untuk menghemat uang,
termasuk sistem pendingin tangki MIC yang bisa mengurangi keparahan bencana, dan rencana
manajemen bencana yang tidak ada. Faktor-faktor lain yang diidentifikasi oleh penyelidikan
pemerintah termasuk perangkat keselamatan yang berukuran kurang dan ketergantungan pada
operasi manual. Defisiensi manajemen instalasi spesifik yang diidentifikasi termasuk
kurangnya operator yang terampil, pengurangan manajemen keselamatan, pemeliharaan yang
tidak memadai, dan rencana tindakan darurat yang tidak memadai.

Bencana Bhopal merupakan salahsatu bencana terbesar yang pernah ada. Bencana ini
memakan korban hingga ratusan ribu, baik meninggal dunia maupun yang terpapar bahkan
masih dirasakan hingga kini. dan merugikan perusahaan dan pemerintah hingga jutaan dolar
Amerika. Selain kerugian diatas, kondisi alam di Bhopal juga sangat terkontaminasi, baik itu
tanah, udara maupun air, bahkan organisasi dunia melarang untuk memakan ikan dari daerah
tersebut karena sudah tercemar paparan zat kimia berbahaya tersebut.

Hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana semacam itu, bisa
dilakukan pengecekan alat secara berkala, dalam artian bahwa alat yang memang sudah tidak
layak pakai seharusnya diganti, kemudian alat yang sudah rusak segera untuk diperbaiki.
Pengawasan ekstra dalam pengoperasian perusahaan terkait kinerja pekerja juga perlu
dicermati.

Pelajaran yang dapat diambil adalah bahwasanya perusahaan harus selalu memastikan
bahwa ketersediaan fasilitas alat harus dalam kondisi prima. Penyiapan APD lengkap juga
perlu perusahaan sediakan untuk seluruh peserta sehingga tidak kekurangan.
Referensi :

https://ariana.web.ugm.ac.id/2018/01/02/deepwater-horizon-penghematan-berujung-bencana/
(20-04-20, 16.21)

http://awesomeocean.com (20-04-20, 16.35)

http://lsfcogito.org/melacak-pertentangan-argumen-ilmiah-dalam-kasus-deepwater-horizon/
(20-04-20, 16.30)

https://www.portonews.com/2018/oil-and-chemical-spill/delapan-penyebab-terjadinya-
tumpahan-minyak/ (20-04-20, 16.37)

http://tribunnews.com (19-04-20, 21.10)

Spignesi, Stephen J. 2007. 100 Benacana Terbesar Sepanjang Masa. Tanggerang: Karisma

Anda mungkin juga menyukai